MEDAN BELAWAN
O L E H
NAMA : NUR’ AINUN SIAGIAN NIM : 102600021
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNya, penulis menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “ PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN BELAWAN”.
Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan dalam tugas akhir ini masih
ada kekurangan dan kelemahan baik dari segi penyajian kalimat, penguraian materi
dan penambahan masalah. Oleh karena itu, demi kesempurnaannya, penulis
mengarapkan kritik dan saran dan membangun dari pembaca.
Dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Baharuddin M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si sebagai Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
ii
4. Ibu Adek sebagai Supervisor saya yang telah banyak meluangkan waktu
demi terselesainya Laporan PKLM ini.
5. Seluruh Staf Pengajar Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
6. Teristimewa Mama dan Papa tercinta, yang senantiasa memberikan Doa,
Semangat, dukungan serta materi sehingga perkuliahan dan dan penyusunan
laporan PKLM ini.
7. Kepada sahabat-sahabat terdekat saya yang selalu bertiga bersama dalam
suka maupun duka, Mila dan Dela.
8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Perpajakan Stambuk 2010 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik USU.
Medan, 16 Juli 2013
Penulis
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4
C. Uraian Teoritis ... 7
D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 10
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 11
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A.Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan ... 13
B. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak ... 14
C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan-Belawan ... 15
D.Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 17
iv
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
A.Pajak Penghasilan Pasal 21... 25
B. Tarif dan Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 32
C. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 37
D.Contoh Penghitungan PPh Pasal 21... 38
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A.Pengawasan Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Pasal 21... 40
B. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 42
C. Hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan Belawan .... 45
D.Upaya Pengawasan Penerimaan Pajak Penghasilan Yang Dilakukan Fiskus Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak ... 47
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 50
B.Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Perguruan tinggi adalah sebuah institusi atau wadah dimana mahasiswa sebagai
salah satu unsur yang terdapat di dalamnya yang melakukan studi demi masa depan
dan membentuk sebuah pribadi yang mandiri, kreatif dan kritis dalam menyikapi
perkembangan yang terjadi dalam bidang ekonomi.
Dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, perguruan tinggi dituntut
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan kampus. Untuk menjawab
tuntutan tesebut perguruan tinggi diharuskan melakukan berbagai cara dalam usaha
meningkatkan kualitas dari pendidikan tersebut. Salah satunya dengan
meningkatkan ekstrakurikuler, mulai dari Praktikum, Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) dan sebagainya.
Atas dasar pemikiran tersebut, penulis dari Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Sumatera
Utara (USU) bermaksud mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Dalam pelaksanaannya pembangunan nasional membutuhkan dana yang sangat
besar. Seiring dengan meningkatnya tuntutan pemenuhan pendanaan yang berasal dari
peranan dan fungsi pajak menjadi sangat strategis.
Peran serta masyarakat dalam membiayai pembangunan nasional dan
penyelenggaraan roda pemerintahan sangat diperlukan, antara lain dengan
melakukan kewajibannya dalam membayar pajak sebagai sumber penerimaan negara
yang dominan. Oleh sebab itu dibutuhkan kesadaran masyarakat wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya secara jujur dan bertanggung jawab serta
peningkatan kualitas pelayanan dari pihak pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) kepada masyarakat wajib pajak.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
(KUP) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
(selanjutnya disebut Undang-Undang PPh) dan saat ini sistem pemungutan pajak di
Indonesia, khususnya Pajak Penghasilan (PPh) adalah sistem self assesment. Dimana dalam sistem ini masyarakat wajib untuk menghitung, memperhitungkan, membayar
dan melaporkan sendiri pajak terutangnya.
Setiap bulan setelah masa pajak berakhir para wajib pajak mempunyai kewajiban
untuk memotong, menyetor, dan melaporkan pajak penghasilan pasal 21 yang terutang,
kemudian pada akhir tahun berkewajiban untuk menghitung kembali jumlah pajak
penghasilan pasal 21 yang terutang dan melaporkan melalui Surat Pemberitahuan (SPT)
3
membayar pajak terutangnya. Hal ini disebabkan karna kurangnya kesadaran wajib
pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pada akhirnya berpengaruhi terhadap rencana pencapaian penerimaan pajak
penghasilan pasal 21 dari yang telah direncanakan sebelumnya. Usaha untuk mencapai
penerimaan pajak bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk rencana tersebut diperlukan
kerja keras, kesadaran akan hak dan kewajiban serta kedisiplinan dari seluruh aparatur
perpajakan dibawah Direktorat Jenderal Pajak serta peran dari wajib pajak itu sendiri.
Untuk meningkatkan penerimaan negara melalui pajak, masyarakat diharapkan agar
mengetahui dan menyadari bahwa pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan salah
satu kewajiban kita kepada negara dan merupakan sarana dalam pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Pajak merupakan topik pembicaraan yang sangat menarik untuk dibahas dan
dipelajari oleh siapa saja di dalam meningkatkan penerimaan negara secara internal.
Hal ini dikarenakan pemungutan pajak berkaitan erat dengan aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mahasiswa
diharapkan pada pokok permasalahan secara langsung sesuai kenyataan di lapangan
tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berlangsung, dengan melihat masih
rendahnya kesadaran wajib pajak dalam melakukan kewajiban pepajakan, maka
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan
dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, atau pihak instansi
pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Belawan dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM).
1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh
mahasiswa program diploma III administrasi perpajakan diharapkan dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain :
1.1Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PPh
pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.
1.2Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan pembayaran pajak penghasilan
pasal 21 yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Belawan.
1.3Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan
Belawan terhadap pelunasan PPh Pasal 21.
1.4Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan KPP Pratama Medan
Bealawan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
5
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
2.1 Manfaat yang dapat diambil dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Administrasi Perpajakan untuk Mahasiswa adalah :
a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung
pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antar teori
yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan.
b. Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan
keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah
di bidang perpajakan yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di
perusahaan.
c. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap,
kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan instansi
pemerintahan.
d. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan
seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang sewaktu-waktu
dapat berubah dan memperoleh prestasi terbaik.
e. Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah
menamatkan program studi diploma III administrasi perpajakan dan
2.2 Manfaat yang dapat diambil bagi Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan ini adalah :
a. Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan
khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.
b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.
c. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas
teori yang diberikan bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang
berada dalam praktik di lapangan.
d. Mendorong kemajuan alumni di masa yang akan datang.
2.3 Manfaat yang dapat diambil bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Belawan adalah :
a. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah
khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.
b. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi kantor pelayanan pajak
khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.
c. Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.
d. Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra
7
C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak
Menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjuk dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Fidel, 2008:1).
2. Pengertian Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang-undangan perpajakan
(pasal 1 angka 2 UU KUP).
3. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh
wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan (Fidel, 2008:7).
4. Pengertian Pengawasan Pajak
Menurut Terry, pengawasan merupakan usaha untuk menentukan apa yang telah
dicapai, mengadakan evaluasi atasnya dan mengambil tindakan yang korektif apabila
Menurut P.siagian, pengawasan adalah sebagai proses pengamatan dari
pelaksanaan seluruh organisasi negara untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Pengertian Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak adalah cara pelunasan pajak oleh wajib pajak untuk membayar
besarnya pajak yang terutang kepada fiskus, dimana wajib pajak tersebut terdaftar.
D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Melalui praktek kerja lapangan mandiri (PKLM), penulis ingin mengetahui
beberapa masalah berikut ini :
1. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PPh pasal
21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan pembayaran pajak penghasilan pasal
21 yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan
Belawan terhadap pelunasan PPh Pasal 21.
4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan fiskus dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang
9
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari
pengajuan judul, penentuan tempat PKLM, mencari bahan untuk pembuatan
proposal, seminar proposal, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang
ditunjuk oleh program studi diploma III administrasi perpajakan.
2. Studi Literatur
Dalam hal ini penulis mengumpulkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan
seperti peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, buku-buku, dan
catatan-catatan yang ada hubungannya dengan laporan penelitian.
3. Observasi lapangan
Melakukan kegiatan peninjauan dan pengamatan secara langsung yang sesuai
dengan data-data yang ada pada instansi bersangkutan mengenai judul PKLM ini.
4. Pengumpulan data
Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun
praktik kerja lapangan mandiri yang terdiri dari :
4.1 Data primer, yaitu data-data yang diperoleh dari pihak-pihak yang
mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan pengawasan pembayaran
pajak penghasilan pasal 21.
4.2 Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang
5. Analisis dan evaluasi data
Kegiatan yang dilakukan dalam mencari informasi data-data yang dikumpulkan,
dianalisis, dan dievaluasi secara terperinci agar mencapai tujuan yang diinginkan.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data mengenai praktik kerja lapangan mandiri, penulis
mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan metode sebagai berikut :
1. Studi pustaka (Library Research)
Penulis mengumpulkan data melalui bahan-bahan bacaaan seperti buku-buku,
catatan-catatan, peraturan perundang-undangan yang menyangkut tentang pajak
penghasilan pasal 21.
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau langsung ke
lapangandengan cara mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan
tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan
terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan
tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.
3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi. Penulis juga melakukan pengamatan
yang dilakukan berdasarkan bahan bacaan di perpustakaan, undang-undang pajak,
11
pajak, surat edaran, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi penulis untuk memperoleh data keterangan yang dibutuhkan dalam tugas
akhir.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka
penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan
ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat
PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode
pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Pada baba ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana
praktik kerja lapangan mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah
singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah sejarah singkat
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan, visi dan
misi DJP, wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan ,struktur
organisasi KPP Pratama Medan Bealawan, dan deskripsi dan aktifitas
BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Pada bab ini penulis akan membahas data tentang banyaknya wajib
pajak yang terdaftar serta untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam pembayaran pajak penghasilan pasal 21 pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh,
kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interprestasi untuk
menjawab perumusan masalah yang diajukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam
bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan
sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat
pada pihak-pihak yang memerlukan.
13
BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN
A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan
Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994
yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
dengan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23
Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27
Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
(Karikpa), yang akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB, serta melakukan
pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan.
KPP Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.
KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan
pengawasan wajib pajak di bidang Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan
Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah
B. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih
jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi
dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi
tersebut adalah sebagai berikut:
VISI
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan
modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan
profesionalisme yang tinggi.
Dalam rangka mensosialisasikan sasaran pencapaian penerimaan pajak dalam
tahun 2010, diperlukan sarana pendukung yang harus di persiapkan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Belawan secara lebih handal. Beberapa sarana pendukung
tersebut antara lain adalah peningkatan etika dan moral aparat, penyempurnaan bank
data, penyusunan strategi yang tepat, peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga
15
MISI
FISKAL
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan
tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
EKONOMI
Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa
dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.
KELEMBAGAAN
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi
perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan-Belawan
Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan
periode April 2012 berjumlah sebanyak Wajib Pajak (termasuk WP PBB), yang
Tabel 1.1
Jenis wajib pajak KPP Pratama Medan Belawan
NO Jenis Wajib Pajak Jumlah
1 Orang Pribadi 61.000
2 Badan 2.200
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Belawan
Tabel 1.2
Status Wajib Pajak (KPP Pratama Medan-Belawan)
PENGELOMPOKAN
BADAN
BENDAHARA
ORANG PRIBADI JUMLAH
TOTAL
DOMISILI LOKASI JLH DOMISILI LOKASI JLH
1 2 3 4 5 6 7 8 9=4+5+8
WP TERDAFTAR 2.230 237 2.467 151 50.674 513 51.187 53.805
EFEKTIF 2.154 225 2.379 142 49.982 510 50.492 53.013
WP TERDAFTAR
WAJIB SPT
TAHUNAN PPh
2.154 2.154 49.982 49.982 52.136
SPT
KB 97 97 1.084 1.084 1.181
LB 5 5 1 1 6
NIHIL 130 130 14.714 14.714 14.844
PKP 869 84 953 97 23 120 1.073
NON PKP 1.285 141 1.426 49.885 487 50.372 51.798
[image:21.612.90.552.360.610.2]17
Sedangkan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
terdiri dari 4 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Medan Labuhan
2. Kecamatan Medan Marelan
3. Kecamatan Medan Deli
4. Kecamatan Medan Belawan.
D. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan
Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan
secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan.
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan
wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi
yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab.
Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan
adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari
jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP
Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.
KPP Pratama dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sedangkan setiap seksi
dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan dibantu oleh account
representative (AR) dan pelaksana. Adapun seksi / sub bagian umum dan kelompok
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pemeriksaan
5. Seksi Penagihan
6. Seksi Ekstensifikasi
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11.Fungsional I
12.Fungsional II
Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan
berjumlah 68 orang yang terdiri dari pegawai sebanyak 67 orang termasuk dengan
kepala kantor.
[image:23.612.129.536.610.698.2]Adapun perincian jumlah pegawai adalah sebagai berikut :
Tabel 1.3
Berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompok
NO Seksi / Bagian Jumlah Pegawai
1 Sub Bagian Umum 8
19
3 Pelayanan 9
4 Penagihan 3
5 Pemeriksaan 1
6 Ekstensifikasi 5
7 Pengawasan dan Konsultasi I 5
8 Pengawasan dan Konsultasi II 6
9 Pengawasan dan Konsultasi III 5
10 Pengawasan dan Konsultasi IV 5
11 Fungsional I 5
12 Fungsional II 6
JUMLAH 67
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Belawan
E. Deskripsi dan Aktifitas Kerja KPP Pratama Medan Belawan 1. Kepala KPP ( Kepala Kantor )
KPP Pratama merupakan penggabung dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka
Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak
Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan
2. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,
tata usaha dan rumah tangga kantor.
Tugas Kepala Sub Bagian Umum :
2.1 Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat –
surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.
2.2 Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan
pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait.
2.3 Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan
rutin.
2.4 Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.
2.5 Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI ) Tugas Seksi PDI :
3.1 Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan.
3.2 Penyajian informasi perpajakan.
3.3 Perekaman dokumen perpajakan.
3.4 Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
3.5 Pengalokasikan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) dan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB ).
3.6 Pelayanan dukungan teknis komputer.
21
3.8 Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Tugas Seksi Pelayanan :
4.1 Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan.
4.2 Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan.
4.3 Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan
surat lainnya.
4.4 Memberikan penyuluhan perpajakan.
4.5 Melaksanakan registrasi wajib pajak.
4.6 Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan.
5. Seksi Penagihan
Tugas Seksi Penagihan
5.1 Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan
pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.
5.2 Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah
melakukan penyitaan.
5.3 Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya.
Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Juru Sita Pajak yang telah mendapat
pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas
Juru Sita Pajak :
a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus ( SPPSS ).
c. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Penyanderaan ( SPMP ).
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Juru Sita
Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada penanggung pajak .
6. Seksi Pemeriksaan
Tugas Seksi Pemeriksaan :
6.1 Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.
6.2 Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
6.3 Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Seksi Ekstensifikasi
Tugas Seksi Ekstensifikasi :
7.1 Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan.
7.2 Pendataan obyek dan subyek pajak.
7.3 Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi :
8.1 Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak
terdaftar.
8.2 Memberikan Bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi
23
8.3 Penyusunan Profil wajib pajak.
8.4 Menganalisis kinerja wajib pajak.
8.5 Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.
Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi
dibagi berdasarkan domisili / tempat tinggal / wilayah tempat wajib pajak terdaftar.
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ( WASKON I )
1. Kelurahan Kampung Besar.
2. Kelurahan Martubung.
3. Kelurahan Sei Mati
4. Kelurahan Pekan Labuhan.
5. Kelurahan Tangkahan.
6. Kelurahan Nelayan Indah.
b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II ( WASKON II )
1. Kelurahan Labuhan Deli.
2. Kelurahan Rengas Pulau.
3. Kelurahan Terjun.
4. Kelurahan Tanah 600.
5. Kelurahan Paya Pasir.
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( WASKON III )
1. Kelurahan Tanjung Mulia.
3. Kelurahan Mabar.
4. Kelurahan Kota Bangun.
5. Kelurahan Titi Papan.
6. Kelurahan Mabar Hilir.
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV ( WASKON IV )
1. Kelurahan Sicanang.
2. Kelurahan Belawan Bahari.
3. Kelurahan Belawan Bahagia.
4. Kelurahan Belawan I.
5. Kelurahan Belawan II.
6. Kelurahan Bagan Deli.
9. Fungsional Pemeriksa Dan Penilai
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
Pratama Medan Belawan dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional
pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional
25
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
A. Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21
1.1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
1.2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 (selanjutnya disebut Undang-Undang PPh).
1.3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/KMK.03/2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang Pribadi.
1.4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubung
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatn Orang Pribadi.
1.5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2008 tentang Bagian
1.6 mingguan serta pegawai tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan
Pajak Penghasilan.
1.7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang besarnya
Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto pegawai tetap atau pensiunan.
1.8 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 Tarif Pajak Penghasilan Pasal
21 atas Penghasilan berupa Uang pesangon, Uang manfaat pensiun dan
Tunjangan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.
1.9 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Pajak Penghasilan
bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan para
Pensiunan atas Penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara
atau Keuangan Daerah.
1.10 Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Tahun berjalan.
2. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 21
Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diterim atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri, wajib dilakukan oleh :
2.1 Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
27
2.2 Bendaharawan Pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan.
2.3 Dana pensiun atau badan lain yang membayar uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
2.4 Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas.
2.5 Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Wajib Pajak PPh Pasal 21
Peneriama penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
3.1 Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak
tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan Negeri atau
BUMN atau BUMD.
3.2 Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari :
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, dan aktuaris.
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya.
c. Olahragawan
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer, dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi,
dan sosial.
g. Agen iklan.
h. Pengawas, pengelolah proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat.
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
j. Peserta perlombaan.
k. Petugas penjaga barang dagangan.
l. Petugas dinas luar asuransi.
m. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau
bukan sebagai calon pegawai.
n. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direc selling dan kegiatan sejenis lainnya.
3.3 Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
29
termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tabungan hari
tua atau tunjangan hari tua.
3.4 Peseta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubung
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya.
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja.
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu.
d. Peserta kegiatan lainnya.
3.5 Pegawai Negeri Sipil (PNS), adalah PNS-Pusat, PNS-Daerah, dan PNS
lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur
dalam UU No. 8 Tahun 1974.
3.6 Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, yang
menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala,
termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang
secara teratur dan terus-menerus ikut mengelolah kegiatan perusahaan
secara langsung.
3.7 Penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau
memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang
3.8 Penerima uang pesangon sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja
dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara
sekaligus.
4. Objek Pajak PPh Pasal 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
4.1 Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
4.2 Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
4.3 Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua atau
Jaminan Hari Tua, dan pembayaran lain sejenisnya.
4.4 Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa uaph
harian, uapah mingguan, uaph satuan, upah borongan, atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
4.5 Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
31
4.6 Imbalan kepada peserta kegiatan, antar lain berupa uang saku, uang
represtasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenisnya dengan nama apapun.
4.7 Penerima dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama
apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak selain pemerintah, atau
wajib pajak selain pemerintah, atau wajib pajak yang dikenakan PPh yang
bersifat Final dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan
khusus (deemed profit).
5. Penghasilan yang dikecuaikan dari pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yag dipotong PPh Pasal 21 adalah:
5.1 pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
5.2 Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun
yang diberikan oleh wajib pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat Final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
khusus.
5.3 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada
badan penyelenggara Jamsostek yang dibayarkan oleh pemberi kerja.
5.4 Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
6. Biaya jabatan dan biaya pensiun
Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya
Rp.6.000.000,- setahun atau Rp.500.000,- sebulan.
Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara uang
pensiun yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp.2.400.000,-
setahun atau Rp.200.000,- sebulan.
B. Tarif dan Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penerapan tarif pasal 17 berdasarkan undang-undang PPh, adalah:
1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, bukan pegawai yang memiliki NPWP
dan menerima penghasilan secara berkesinambungan dalam 1 tahun dikenakan
tarif pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh dikalikan dengan Penghasilan
Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut :
1.1 Pegawai tetap: penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari
penghasilan bruto, maksimum Rp.6.000.000,- setahun atau Rp.500.000,-
sebulan) dikurangi iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
1.2 Penerima pensiun bulanan: penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5%
dari penghasilan bruto, maksimum Rp.2.400.000,- setahun atau
33
1.3 Bukan pegawai yang memiliki NPWP dan menerima penghasilan secara
berkesinambungan: 50% dari penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan.
2. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan tarif
pasal 17 ayat (1) huruf a dikalikan dengan 50% dari jumlah penghasilan bruto
untuk setiap pembayaran imbalan yang tidak berkesinambungan.
3. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan tarif
pasal 17 ayat (1) huruf a untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan
tidak dipecah.
4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta
pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi
Rp.150.000,- sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi
Rp.1.320.000,- dan atau tidak dibayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21
yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan
bruto setelah dikurangi Rp.150.000,- bila dalam satu bulan takwim jumlahnya
melebihi Rp.1.320.000,- sebulan, maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan
untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima
penghasilan yang bersangkutan dibagi 360.
5. Pejabat negara, PNS, anggota TNI/ POLRI yang menerima honorarium dan
imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan
bersifat Final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d kebawah, anggota
TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun Insp./ tingkat I kebawah.
6. Tarif PPh untuk orang pribadi dalam negeri
6.1 Lapisan penghasilan kena pajak tarif pajak sampai dengan
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)=5% (lima persen)
6.2 Diatas Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)=15% (lima belas
persen)
6.3 Diatas Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)=25% (dua puluh lima persen)
6.4 Diatas Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)=30% (tiga puluh persen)
tarif paling tinggi 30%(tiga puluh persen) ini dapat diturunkan menjadi
paling rendah 25% (dua puluh lima persen), yang pengaturannya diatur
oleh peraturan pemerintah.
7. Tarif PPh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 28%
(dua puluh delapan persen), mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
8. Tarif untuk perusahaan terbuka adalah wajib pajak badan dalam negeri yang
berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari
jumlah keseluruhan saham yang disetor deperdagangkan di bursa efek di
Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif
35
ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
9. Tarif atas penghasilan berupa deviden adalah tarif yang dikenakan atas
penghasilan berupa deviden yang dibagikan kepada wajib pajak orang pribadi
dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat
Final.
10. Bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20% lebih tinggi
dari tarif pasal 17 ayat (1) huruf a.
[image:40.612.106.526.441.641.2]Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tabel 1.1
Penghasilan Tidak Kena Pajak Diri wajib pajak orang pribadi Rp.15.840.000,-
Tambahan untuk wajib pajak yang kawin Rp.1.320.000,-
Tambahan untuk istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
Rp.15.840.000,-
Tambahan untuk setiap anggota keturunan
sedarah semenda dalam keturunan lurus seta
anak angkat yang ditanggung
Rp.1.320.000,-
Penerapan Tarif PPh Pasal 21 Final
Untuk beberapa jenis penghasilan, akan dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat
Final. Besarnya tarif dan penghasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Atas uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua
atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara
Jamsostek, dipotong pajak penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan
sebagai berikut:
1.1 Atas jumlah penghasilan bruto sebesar Rp.50.000.000,- atau kurang tidak
dikenakan pajak penghasilan.
1.2 Atas jumlah diatas Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.100.000.000,-
diatur dengan ketentuan sesuai tarif PPh Pasal 17 yaitu dikalikan 5%.
1.3 Atas jumlah diatas Rp.100.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,-
diatur dengan ketentuan sesuai tarif PPh Pasal 17 yaitu dikalikan 15%.
1.4 Diatas Rp.500.000.000,- yaitu dikalikan 25%.
2. Atas honorarium dikenakan tarif sebagai berikut:
2.1 Tarif sebesar 15% dan bersifat final diterapkan atas penghasilan bruto
berupa honorarium yang diterima oleh PNS golongan IV dan Perwira
menengah dan tinggi.
2.2 Tarif sebesar 5% dan bersifat final diterapkan atas penghasilan bruto
berupa honorarium yang diterima oleh PNS golongan III dan Perwira
37
2.3 Tarif 0% dan bersifat final diterapkan atas penghasilan bruto berupa
honorarium yang diterima oleh PNS golongan IId ke bawah dan anggota
TNI/POLRI pembantu Letnan satu ke bawah atau Ajudan Inspektur
tingkat satu ke bawah.
C. Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak (WP) digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan Perpajakan.
Setiap wajib pajak wajib mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap,
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan
mata uang rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat
Jenderal Pajak tempat wajib pajak teraftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Wajib pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang
selain rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa indonesia dan mata uang
selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Menteri
Fungsi SPT bagi wajib pajak PPh ialah sebagai sarana WP untuk melaporkan dan
mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan
untuk melaporkan tentang :
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian
tahun pajak.
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.
3. Harta dan kewajiban.
4. Pemotongan dan pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1(satu) masa
pajak.
Apabila wajib pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat
menyampaikan surat pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah ditetapakan
karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis penyususnan laporan
keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi batas waktu
penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari bats waktu yang telah ditentukan,
wajib pajak dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan pajak penghasilan
dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis dengan cara lain misalnya
dengan pemberitahuan secara elektronik kepada Direktorat Jenderal Pajak.
D. Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
Penghasilan pegawai tetap yang diterima bulanan, contohnya: saefudin adalah
39
beserta tunjangan berupa uang sebulan sebesar Rp.2.000.000,- dan membayar iuran
pensiun sebesar Rp.50.000,- sebulan. Saefudin menikah tetapi belum mempunyai
anak (status K/0).
Penghitungan PPh Pasal 21:
Gaji sebulan = Rp.2.000.000,-
Penghasilan bruto = Rp.2.000.000,-
Pengurangan:
5% x Rp.2.000.000 = Rp.100.000,-
Iuran pensiun = Rp.50.000,-
Total pengurangan = Rp.150.000,-
Penghasilan neto sebulan = Rp.1.850.000,-
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp.1.850.000,- = Rp. 22.200.000,-
PTKP Setahun:
WP sendiri = Rp.15.840.000,-
Tambahan WP kawin = Rp.1.320.000,-
Total PTKP = Rp.17.160.000,-
PKP setahun = Rp.5.040.000,-
PPh Pasal 21 terutang:
PPh Pasal 21 setahun 5% x Rp.5.040.000,- = Rp.252.000,-
40
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Pengawasan Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Pasal 21
Pengawasan kepatuhan pelunasan PPh Pasal 21 adalah suatu proses pengamatan
yang dilakukan oleh KPP terhadap pelaporan pelaksanaan kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh wajib pajak melalui SPT, sehingga dapat diketahui apakah wajib pajak
telah melunasi pajak terutangnya atau belum. Pelunasan PPh Pasal 21 yang terutang
oleh wajib pajak terutang dalam prinsip self assessment dimana dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan adalah bahwa wajib pajak diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak yang terutang sesuai Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang
terutang dapat dipercayakan pada wajib pajak sendiri melalui Surat Pemberitahuan
(SPT) yang disampaikan.
Dalam sistem pemungutan ini kepercayaan diberikan penuh kepada wajib pajak
sedangkan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. Pengawasan tersebut
dilakukan fiskus terhadap laporan yang disampaikan oleh wajib pajak PPh Pasal 21.
Kegiatan pengawasan terhadap SPT PPh Pasal 21 dilakukan oleh pihak fiskus melalui
tahap-tahap sebagai berikut :
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) di KPP Pratama Medan
41
2. mengecek SPT PPh Pasal 21 yang disampaikan oleh wajib pajak. Pengecekan
yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut :
2.1apakah wajib pajak tersebut memang berada dibawah wewenang
pengawasan KPP yang bersangkutan. Hal ini dilakukan dengan cara
meneliti tiga digit terakhir dari susunan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) Wajib Pajak.
2.2Kelengkapan SPT PPh Pasal 21.
Apabila SPT PPh Pasal 21 tersebut belum lengkap, maka tidak dapat
diterima oleh fiskus. SPT PPh Pasal 21 dikatakan lengkap apabila:
a. Kolom-kolomnya telah lengkap diisi.
b. Telah mencantumkan Nama, NPWP, dan telah ditandatangani. SPT
PPh Pasal21yang telah lengkap dibubuhi tanda terima berupa tanggal
sesuai dengan tanggal diterimanya SPT PPh Pasal 21 dan tanda tangan
dari fiskus.
3. Meneliti tanggal pembayaran pada tanda penerimaan surat tersebut dan juga
tanggal pelaporan SPT. Apabila tanggal penyetoran dan/atau tanggal
pelaporan melewati batas akhir penyetoran/pelaporan, maka SPT tersebut
dipisahkan untuk diperhitungkan pengenaan sanksinya.
Sanksi pidana dikenakan terhadap wajib pajak karena kealpaannya tidak
menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan
didenda paling sedikit 1(satu) kali jumpah pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar, atau pidana kurungan paling singkat 3(tiga) bulan atau paling lama 1(satu)
tahun.
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan
SPT tetapi tidak benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan negara, sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6(enam) tahun dan denda paling sedikit 2(dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 4(empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
B. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal 21
Untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak, penulis menganalisa dalam
kaitannya dengan SPT PPh Pasal 21. Penilaian kepatuhan pada umumnya dapat
dibedakan atas 4(empat) kategori, antara lain :
1. Masayarakat yang seharusnya mendaftarkan diri sebagai wajib pajak yang
telah memiliki NPWP tetapi kenyataannya belum mendaftarkan diri.
2. Wajib pajak yang telah terdaftar dan mamiliki NPWP seharusnya wajib
menyampaikan SPT atau menyampaikan tetapi tidak tepat waktu.
3. Wajib pajak yang sudah menyampaikan SPT dan isinya telah sesuai dengan
ketentuan tetapi masih menunggak jumlah pajak yang seharusnya dibayar.
4. Wajib pajak yang sudah memasukkan SPT tetapi tidak mengisi SPT dengan
43
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa PPh Pasal 21 yang dipotong oleh
pemotong PPh Pasal 21 untuk setiap Masa Pajak wajib disetor ke kantor pos atau
bank yang ditunjuk Menteri Keuangan, paling lama 10 (sepuluh) hari setelah Masa
Pajak berakhir.
Dan pemotong PPh Pasal 21 wajib melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh
Pasal 21 untuk setiap Masa Pajak yang dilakukan melalui penyampaian SPT Masa
PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat pemotong PPh Pasal 21 terdaftar,
paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21
bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran
dan pelaporan PPh Pasal 21 dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Pemotong PPh Pasal 21 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap atau penerima pensiun
berkala paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir. Untuk mengetahui
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam kaitannya dengan penyampaian SPT Masa PPh
Pasal 21, maka dapat dilihat dari data berikut :
Gambaran umum penerimaan PPh Pasal 21 Tahun 2011 dan 2012, perbandingan
Tabel 1.2
Data penerimaan SPT PPh Pasal 21 di KPP Pratama Medan Belawan (Periode 2011-2012)
Tahun Rencana Realisasi Persentase Perbandingan
2011 71.252.230.006 64.148.085.857 25,93%
2012 42.512.480.000 82.797.907.269 101,4%
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Belawan
Informasi dalam tabel di atas penulis sajikan berdasarkan data yang penulis
peroleh dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan
Belawan mengenai penerimaan PPh Pasal 21 tahun 2011 dan 2012.
Ada beberapa hal yang dapat dianalisis dari data-data yang disajikan dalam tabel
tersebut, adalah:
1. Pada tahun 2011 KPP Medan Belawan mempunyai Rencana pencapaian target
penerimaan PPh Pasal 21 sebanyak 71.252.230.006 M, tetapi pada
kenyataannya yang dapat direalisasi hanya sebanyak 64.148.085.857 M, pada
tahun 2011 ini Realisasi tidak sesuai dengan Rencana yang diharapkan oleh
KPP Pratama Medan Belawan.
2. Pada tahun 2012 KPP Medan Belawan mempunyai Rencana pencapaian target
PPh Pasal 21 sebanyak 42.512.480.000 M, tetapi pada kenyataannya yang
45
Realisasi melebihi dari Rencana yang diharapkan KPP Pratama Medan
Belawan.
3. Dari tabel tersebut telah diketahui bahwa penerimaan PPh Pasal 21 tidak dapat
dipastikan, karna pada kenyatannya penerimaan PPh Pasal 21 pada tahun
2011 kurang dari target yang direncanakan, sedangkan pada tahun 2012
penerimaan PPh Pasal 21 melebihi dari target yang telah direncanakan.
4. Dari tabel diatas diketahui bahwa penerimaan PPh Pasal 21 pada tahun 2011
mengalami penurunan dengan persentase perbandingan 25,93% antara
Rencana dengan Realisasi.
5. Dari tabel diatas diketahui bahwa penerimaan PPh Pasal 21 pada tahun 2012
mengalami peningkatan yang cukup pesat dengan persentse perbandingan
101,4% antara Rencana dengan Realisasi. Hal ini menunjukkan tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak terutang PPh Pasal 21 semakin
meningkat dan pengawasan yang dilakukan oleh fiskus juga efektif.
C. Hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan Belawan terhadap pembayaran PPh Pasal 21
Ada beberapa hambatan atau kesulitan yang menimbulkan permasalahan dan
perlu ditinjau untuk mencari alternatif pemecahannya. Hambatan atau kesulitan
tersebut antara lain, masih rendahnya pengetahuan tentang perpajakan bagi sebagian
Pada umumnya pengetahuan wajib pajak mengenai undang-undang perpajakan
sangatlah terbatas, khususnya mengenai tarif pajak, tanggal jatuh tempo
pembayaran/penyampaian SPT dan sanksi administrasi yang dikenakan atas
keterlambatan dalam menyampaikan kewajiban perpajakannya. Rendahnya tingkat
kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Permasalahan dari fiskus yaitu :
1. Kurang maksimalnya system yang ada di KPP Pratama Medan Belawan,
sehingga membuang waktu untuk mencek wajib pajak yang bandal satu
persatu.
2. Sosialisai kepada wajib pajak yang kurang memadai.
3. Kurangnya sumber daya manusia yang ada di KPP Pratama Medan Belawan,
1 orang fiskus harus mengawasi 100 wajib pajak, sehingga membuat
mengawasan menjadi kurang maksimal.
Permasalahan dari wajib pajak sendiri yaitu :
1. Kurangnya pengetahuan wajib pajak tentang Ketentuan dan Peraturan
Perpajakan.
2. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya.
3. Kurangnya pengetahuan wajib pajak untuk apa uang pajak digunakan,
47
D. Upaya Pengawasan Penerimaan Pajak Penghasilan Yang Dilakukan Fiskus Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Adapun upaya yang dapat dilakukan fiskus dalam meningkatkan kepatuhan wajib
pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu :
1. Melakukan pengawasan terhadap penyampaian dan pelaporan SPT Tahunan
2. Melakukan pengawasan terhadap pembayaran Massa
3. Analisa terhadap pembayaran SPT Massa
4. Analisa atas pengisian dan penghitungan SPT Tahunan
5. Penerbitan produk hukum baik berupa SKPKB maupun STP atas kekurangan
atau tidak melaporkan SPT
6. Melakukan tindakan penagihan atas ketetapan pajak
7. Memberikan informasi tentang pajak.
Sebaiknya informasi yang diberikan kepada masyarakat, tidaklah sekedar agar
masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan
kewajibannya sebagai wajib pajak, tetapi juga memberi tahu manfaat mereka
membayar pajak. Pemberian informasi tentang pajak tidaklah cukup dengan
hanya diberikan pada kantor pelayanan pajak saja, tetapi juga disampaikan
melalui media-media yang mudah didapatkan oleh masyarakat baik itu media
massa maupun media elektronik. Adapun beberapa media tersebut adalah :
a. Televisi
Peranan televisi sangat penting dalam menginformasikan hal-hal yang
televisi merupakan media informasi yang sangat umum digunakan oleh
masyarakat.
b. Radio
Sebagai media elektronik yang menyebarkan informasi mengenai perpajakan
dan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat di berbagai pelosok tanah air
dan berbagai jenis dan lapisan masyarakat juga sangat mendukung.
c. Surat kabar
Informasi yang diperoleh melalui surat kabar adalah mengenai
pemberitahuan tentang surat keputusan ataupun surat edaran yang
diterbitkan oleh direktorat jenderal pajak.
d. Internet
Telah kita ketahui sangat mudah mengakses informasi terbaru mengenai
perpajakan di indonesia dengan website www.pajak.go.id
8. Memberikan jasa pelayanan dengan baik kepada wajib pajak.
Pelayanan yang baik kepada masyarakat dapat meningkatkan kesadaran wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Direktorat jenderal pajak
memberikan jasa pelayanan pajak antara lain :
a. Memberikan penyuluhan pajak dan restitusi pajak.
b. Permohonan perubahan alamat wajib pajak.
c. Permohonan NPWP dan NPPKP.
d. Melayani loket penerimaan SPT.
49
9. Menjaga nama baik perpajakan agar masyarakat tidak berpikir negatif tentang
pegawai pajak, salah satunya tidak melakukan korupsi.
10.Melakukan seminar perpajakan dan penegakan hukum yang sepenuhnya
kepada wajib pajak agar semakin loyal dan sadar akan kewajiban
perpajakannya.
11.Pembagian brosur pajak.
12.Melakukan kampanye perpajakan.
13.Pemberian penghargaan kepada wajib pajak yang patuh.
14.Melakukan Sensus Pajak Nasional untuk memperbanyak atau memperluas
basis data wajib pajak.
15.Penempatan petugas pemberi informasi (helpdesk).
16.Penempatan drop box di KPP, tempat umum seperti bandara dan pelabuhan.
17.Pengawasan terhadap wajib pajak orang pribadi yang dengan sengaja
memperkecil pajak yang terutang.
18.Membuat spanduk di jalan raya untuk memberitahukan informasi tentang
pajak.
Seminar seputar perpajakan harus sering dilakukan direktorat jenderal pajak,
misalnya saja dengan menyelenggarakan seminar-seminar dalam memperkenalkan
sistem perpajakan yang terbaru dan lebih mudah dipahami masyarakat pada
umumnya, seminar-seminar di dunia kampus, maupun workshop aplikasi pengisian
50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis dapat
membuat suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan sistem perpajakan yang menerapkan self assessment system, maka diperlukan kesadaran dalam menjalankan kewajiban perpajakannya yaitu menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri pajak terutang. Sedangkan Fiskus itu sendiri hanya
melakukan pengawasan, pembinaan, dan pemberian sanksi terhadap wajib
pajak yang melakukan pelanggaran terhadap Ketentuan Perpajakan.
2. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21
dalam Tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan
tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa pihak Fiskus telah bekerja keras
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan melakukan pengawasan
yang efektif.
3. Hambatan atau kesulitan yang dihadapi KPP Pratama Medan Belawan adalah
masih rendahnya tingkat pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan itu
sendiri khususnya mekanisme pelunasan PPh Pasal 21.
4. Telah banyak upaya yang dilakukan KPP Medan Belawan dalam pengawasan
51
5. maksimal karna masih banyak wajib pajak bandal yang tidak sadar akan
kejawiban perpajakannya.
6. Penerimaan PPh Pasal 21 pada KPP Medan Belawan tidak dapat dipastikan,
karna tergantung pada masing-masing karakter wajib pajak tersebut.
B. Saran
Berkaitan dengan pokok-pokok bahasan dari laporan ini, Penulis menyampaikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk lebih mengefektifkan pelunasan PPh Pasal 21 diperlukan pengawasan
yang lebih baik dan teliti. Dengan demikian penyampaian SPT PPh Pasal 21
yang disampaikan oleh wajib pajak dapat dipantau dan diawasi dengan baik.
2. Untuk pelayanannya agar lebih ramah, sabar, dan baik lagi dalam memberikan
pelayanan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak merasa nyaman dalam
menyampaikan SPT.
3. Kegiatan seminar terhadap wajib pajak mengenai PPh Pasal 21 itu sendiri
harus ditingkatkan, sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban
perpajakannya berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku untuk mewujudkan masyarakat sadar dan peduli pajak.
4. Pihak Fiskus harus menjaga nama baik perpajakan, agar masyarakat tidak
berpikir negatif tentang pajak itu sendiri yang mengakibatkan wajib pajak
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat
Suandy, erly, 2008. Hukum Pajak, Edisi keempat, Jakarta: Salemba Empat
Soemitro, rochmat, 2004. Asas dan Dasar Perpajakan, Edisi kedua, bandung: PT.
Refika Aditama
Fidel, 2008. Pajak Penghasilan, cetakan Pertama, Jakarta: Carofin Publishing
Undang-undang, Perubahan keempat UU No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-undang, Perubahan keempat UU No.7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan