DAMPAK PERMAINAN TRADISIONAL KELOMPOK
TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL SISWA TUNARUNGU
( Studi Eksperimen Pada Siswa Tuna Rungu di SLB B Cicendo Bandung )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
DEVI PRIMAWATI SUSANTI
0700153
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Hak Cipta
DAMPAK PERMAINAN TRADISIONAL
KELOMPOK TERHADAP PERUBAHAN
PERILAKU SOSIAL SISWA
TUNARUNGU
Oleh
Devi Primawati Susanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Devi primawati Susanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DEVI PRIMAWATI SUSANTI
DAMPAK PERMAINAN TRADISIONAL KELOMPOK TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Eksperimen Pada Siswa SMALB SLB B Cicendo Kota Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS.,AIFO NIP. 195603031983031005
Pembimbing II
Dr. Bambang Abduljabbar, M.Pd NIP. 196509091991021001
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
ABSTRAK
Devi Primawati Susanti NIM. 0700153. Skripsi : Dampak Permainan Tradisional Kelompok Terhadap Perubahan Perilaku Sosial Siswa Tunarungu (Studi Eksperimen Pada Siswa SMALB SLB B Cicendo Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS., AIFO. Pembimbing II Dr. Bambang Abduljabbar, M.Pd.
Tujuan penelitian untuk mengetahui dampak permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Desain penelitian one group pretest-posttest. Populasi adalah siswa SMALB sejumlah 15 orang dengan rentang usia 16- 19 tahun, sedangkan sampel sebanyak 15 siswa yang diambil melalui teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala Guttman. Hasil pengujian diperoleh thitung (5.612) lebih besar dari ttabel (5.561) pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikansi α = 0,05 dengan df (n-1) = 14. Kesimpulan bahwa permainan tradisional kelompok memberi pengaruh terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu. Perubahan terlihat sebelum diberikan permainan tradisional kelompok siswa jarang berkomunikasi dan setelah diberikan permainan tradisional kelompok siswa lebih sering berkomunikasi.
ABSTRACT
Devi Primawati Susanti NIM. 0700153. Skripsi : Impact Of Traditional Games Group Students Against Social Behavior Change Deaf (Experimental Study On Students SMALB SLB B Cicendo Bandung Academic Year 2013/2014). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS., AIFO. Pembimbing II Dr. Bambang Abduljabbar, M.Pd.
The purpose of the study to determine the impact of the traditional game of the group against changes in the social behavior of students with hearing impairment. The method used is an experimental research method. The study design one group pretest-posttest. The population is 15 students SMALB number of people with age range 16-19 years, while the sample of 15 students drawn through simple random sampling technique. The research instrument used was a questionnaire using a Guttman scale. Test results obtained t (5,612) is greater than t table (5,561) at the level of confidence or significance level α = 0.05 with df (n-1) = 14. Conclusion that traditional game group to give effect to changes in the social behavior of students with hearing impairment. Changes seen prior to a group of students given traditional games and rarely communicate after a group of students given
traditional games more often communicate.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Identifikasi Masalah………... 5
H. Batasan Penelitian……….. 9
I. Metode Penelitian………... 10
J. Populasi dan Sampel……….. 11
K. Batasan Istilah……… 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN………... 12
A. Kajian Pustaka……… 12
1.Permainan Tradisional………... 12
2.Sasaran Permainan Tradisional………... 13
3.Manfaat Permainan Tradisional……….. 15
4.Contoh Permainan Tradisional Kelompok……….. 17
a. Terompah Panjang………...
a. Pengertian Perilaku Sosial……… b. Bentuk Perilaku Sosial……….. c. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial……….……….. 34 35 37 B. Hipotesis………...……….. 39
BAB III METODE PENELITIAN……… 46
A. Metode Penelitian……….. 46
B. Lokasi dan Subjek Penelitian………. 48
1.Lokasi Penelitian………..
2. Populasi dan Sampel……….
48 48
C. Definisi Operasional……….. 49
D. Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran……….. 51 1. Instrumen Penelitian……….
2.Skala Pengukuran………...
51 53 E. Teknik Pengumpulan Data ………... 54
F. Langkah- Langkah Penelitian ………... 58
G. Proses Pengembangan Instrumen ………
1.Pengujian Validitas ………...
2.Pengujian Reliabilitas ………... 60 61 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..
63
A. Pengolahan Data………
1. Analisis Uji Coba Instrumen ………. 2. Deskripsi Statistik ……….
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 78
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Indikator- indikator Perilaku Sosial……… 52
Tabel 3.2 Kisi- Kisi Instrumen Perilaku Sosial……… 52
Tabel 3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif……… 54
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen... 63
Tabel 4.2 Hasil Penghitungan Validitas Instrumen……… 64
Tabel 4.3 Statistik Deskripsi Perilaku Sosial Pre- Test………... 66
Tabel 4.4 Statistik Deskripsi Perilaku Sosial Post- Test…………... 67
Tabel 4.5 Statistik Deskripsi Tingkat Perilaku Sosial Siswa……... 68
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data……… 69
Tabel 4.7 Kesimpulan Normalitas Data……… 71
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Data……….……… 72
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Lintasan Terompah Panjang………. 18
Gambar 2.2 Bendera Start………. 19
Gambar 2.3 Terompah Untuk 3 Orang………. 20
Gambar 2.4 Terompah Untuk 5 Orang………. 20
Gambar 2.5 Permainan Galah Asin………... 25
Gambar 2.6 Permainan Bebentengan………... 31
Gambar 3.1 Desain Penelitian……….. 47
Gambar 3.2 Langkah- Langkah Penelitian………... 58
Gambar 4.1 Grafik Perbedaan Rata- Rata Skor Siswa………. 68
Gambar 4.2 Grafik Normalitas Pre- Test……….. 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permainan rakyat atau olahraga tradisional adalah sebuah nilai budaya
dalam khasanah kearifan lokal masyarakat Indonesia. Seperti halnya dengan
berbagai nilai- nilai budaya lainnya yang ada dalam budaya masyarakat,
permainan rakyat atau yang lebih spesifik pada permainan tradisonal mengalami
berbagai transformasi nilai sepanjang sejarah kehidupan masyarakat pemiliknya.
Menurut Laksono (2006:1) yang disebut sebagai olahraga tradisional : “harus memenuhi dua persyaratan yaitu berupa olahraga dan sekaligus juga tradisional baik dalam memiliki tradisi yang telah berkembang selama beberapa generasi, maupun dalam arti sesuatu yang terkait dengan tradisi budaya suatu bangsa secara lebih luas.”
Permainan tradisional adalah warisan leluhur Indonesia. Dalam permainan
tradisional ini terkandung nilai- nilai sosial dan nilai fisik yang sangat berguna
bagi perkembangan sosial anak disamping itu kita dapat melestarikan budaya
bangsa Indonesia.
Permainan rakyat atau olahraga tradisional sebagai aset budaya bangsa
perlu dilestarikan. Digali dan ditumbuh kembangkan, karena selain merupakan
olahraga atau permainan untuk mengisi waktu luang, juga mempunyai potensi
untuk dapat lebih dikembangkan sebagai olahraga yang bisa membantu
meningkatkan kualitas jasmani bagi pelakunya. Selain itu, olahraga ini berdampak
positif pula bagi terwujudnya masyarakat yang sehat, bugar dan berkecukupan
gerak. Karena didalamnya terkandung berbagai aktivitas dan gerak badaniah yang
mendukung kebugaran. Pembinaan olahraga tradisional tersebut dapat dilakukan
dikalangan sekolah serta dikalangan masyarakat awam pada umumnya.
Hakekat keterlibatan seseorang dalam melakukan aktivitas jasmani yaitu
memenuhi kebutuhannya baik sebagai individu maupun makhluk sosial.
Kebutuhan itu ialah gerak yang spesifik yang dilakukan secara sadar dan
2
mampu bertahan hidup dan melalui geraklah manusia dapat mencapai beberapa
tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial.
Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup, dan meningkatkan
kualitas hidup. Apabila manusia kekurangan gerak maka manusia akan
mengalami berbagai keterbatasan fisik, mental dan sosial.
Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang
hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain
melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan
berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah
semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas
individu dalam relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial.
Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian adalah gejala psikologi
sosial seperti yang diungkapkan oleh Nurjanah (1983:351) adalah telaah tentang
cara kita berpikir, merasa dan bertindak dalam lingkungan sosial dan pengaruh
lingkungan sosial terhadap pikiran, perasaan dan tindakan kita.
Psikologi sosial menekankan bahwa perilaku manusia merupakan fungsi
dari orang dan situasi yang ada. Perilaku sosial sangat berkaitan dengan
kehidupan individu, baik pada masa kanak- kanak, remaja dan dewasa. Perilaku
sosial pada masa kanak- kanak di arahkan oleh orang tua yang nantinya apabila
anak itu tumbuh dewasa mampu berinteraksi tidak hanya dilingkungan keluarga
tetapi di lingkungan masyarakat juga, pada masa remaja perilaku sosial masih di
arahkan orang tua tapi tidak sepenuhnya, selebihnya mereka menentukan sendiri
bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan luar, pada masa dewasa bisa
dikatakan perilaku sosial mereka sudah tidak perlu arahan dari orang tua karena
pada masa ini kehidupanya mulai mandiri dan kadang perilaku sosial pada masa
remaja masih tergolong labil.
Menurut Ibrahim, perilaku sosial ini identik dengan reaksi sosial dari
seseorang terhadap orang lain, sedangkan menurut Moekjat (2004:14) sosial
merupakan kehidupan masyarakat dimana masyarakat itu selalu memerlukan
bantuan dari orang lain dan mereka tidak bisa hidup berdiri sendiri tanpa bantuan
3
Dengan ini makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, makhluk sosial
dipastikan membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Bagaimana cara mereka
berinteraksi terlihat dari bagaimana mereka berhubungan dengan teman dekatnya,
bila seseorang berinteraksi baik dengan teman dekatnya maka seseorang tersebut
akan baik pula berinteraksi dengan lingkungan barunya.
Pendidikan jasmani juga dimanfaatkan untuk para siswa yang berkebutuhan
khusus. Pendidikan jasmani yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan para siswa
berkebutuhan khusus sering diarahkan pada orientasi melakukan terapi kebutuhan
melalui aktivitas jasmani dan oleh karena itu pula disebut pendidikan jasmani
adaptif.
Penjas adaptif merupakan salah satu alternatif pendidikan untuk membantu
anak- anak cacat agar kemampuan geraknya dapat dioptimalkan. Sebagaimana
dijelaskan Tarigan (2008:9) bahwa: “Penjas adaptif bertujuan untuk merangsang
perkembangan anak secara menyeluruh, dan diantara aspek penting yang
dikembangkan adalah kosep diri yang positif”. Penjas adaptif diarahkan untuk
membangkitkan kesenangan pada anak- anak yang mengalami cacat mental,
disamping tugas gerak dan materi pembelajaran yang diberikan untuk siswa.
Anak yang mengalami penyimpangan seperti itu merupakan anak luar biasa
yang meliputi anak cacat fisik, cacat mata, termasuk buta atau setengah buta,
cacat pada tulang, termasuk lumpuh karena gangguan otak, tuli, termasuk tuli total
dan tuli sebagian, cacat pada alat bicara, epilepsi, gangguan emosi dan cacat
bawaan. Sejalan berkaitan dengan hal tersebut Tarigan (2002:12) menjelaskan:
Anak luar bisa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri- ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, atau tingkah laku yang membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara maksimal semua potensi yang dimilikinya.
Kemudian Tarigan (2008:15) menambahkan :
4
Siswa yang berkebutuhan khusus memiliki kemampuan gerak yang sangat
terbatas dalam mengikuti pendidikan jasmani. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Tarigan (2008:33) “Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
adaptif adalah terjadi komunikasi dua arah yang efektif, yang semua intruksi
harus jelas dan isyarat- isyarat yang diberikan dapat dipahami dengan baik.” Pada
siswa yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu) proses komunikasi
tidak lancar karena siswa tunarungu tidak mampu mendengar intruksi yang
disampaikan oleh guru pendidikan jasmani.
Menurut Tarigan (2008:30) ada dua kategori gangguan pendengaran
yaitu:
“Pertama disebut tuli berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang cukup berat sehingga tidak bisa menerima informasi bahasa termasuk memprosesnya, dan yang kedua adalah sulit mendengar berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang sifatnya bisa tetap dan tidak tetap namun tidak sama dengan tuli.”
Meskipun siswa- siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) mempunyai
keterbatasan, namun kebutuhan untuk belajar penjas sangat diprioritaskan seperti
pelajaran lainnya. Secara umum pembelajaran penjas adaptif di SLB sama dengan
pembelajaran siswa- siswi di sekolah umum. Yang membedakannya adalah model
pembelajaran yang disesuaikan dengan jenis dan tingkat ketunaannya sehingga
memenuhi kebutuhan pendidikan siswa berkebutuhan khusus. Artinya jenis
aktivitas olahraga tidak dapat diberikan sesuai dengan yang diberikan di sekolah
umum tetapi diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing- masing kelainan
pada anak. Pelaksanaan pembelajaran penjas di SLB harus ditunjukkan pada
tingkat kemampuan fisik dan ketidakmampuan fisik siswa berkebutuhan khusus
tersebut.
Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah dan
terbimbing diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi
pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani. Liputan tujuan itu terdiri atas pertumbuhan dan perkembangan aspek
5
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar
biasa sering terlihat siswa tunarungu merasa takut, enggan atau bermalas- malasan
dan bahkan menolak berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran. Keterbatasan
yang dimiliki seringkali menghambat sikap atau perilaku kerjasama, kepercayaan
diri bahkan merendahkan self esteem sehingga para siswa tidak berpartisipasi dalam pembelajaran. Di satu sisi konsep pendidikan jasmani yang membangun
interaksi sosial tidak menumbuhkan atau mengembangkan keunggulan dari para
siswa itu sendiri. Oleh karena itu, guru memerlukan sikap yang baik dalam
menghadapi siswa tunarungu serta guru pun memerlukan ilmu pengetahuan yang
cukup serta keterampilan yang baik untuk memudahkan dalam mendekatan diri
kepada siswa serta dapat lebih mudah dalam penyampaian materi. Sehingga dapat
meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran serta dapat merangsang
peningkatan kemampuan intelektual siswa. Proses pendidikan merupakan hal
penting untuk menanamkan nilai- nilai dan sikap positif terhadap keterbatasan
kemampuan baik dari segi fisik maupun mentalnya sehingga mereka mampu
bersosialisasi dengan lingkungan dan memiliki rasa percaya diri dan harga diri.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan sepintas siswa tunarungu banyak dihinggapi
kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya,
hal seperti ini akan membingungkan siswa tunarungu.
Kekakuan, egosentris dan keras kepala ini merupakan bagian dari aspek
psikologis dan sosial, semua ini akan muncul apabila anak tunarungu telah
berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga didalam menghadapi hidup ini anak
tunarungu merasa asing dari lingkungan sosialnya. Sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran untuk bersosialisasi.
Melalui aktivitas permainan tradisional kelompok yang dilakukan oleh
siswa di sekolah diduga dapat memberikan dampak positif bagi mereka antara
lain kedisiplinan, menghargai sesama, kejujuran, keberanian, displin, bertanggung
6
Pembelajaran permainan tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pembelajaran yang memanfaatkan berbagai ragam permainan tradisional
yang diterapkan kepada siswa tunarungu. Para siswa diajak berpartisipasi dalam
permainan tradisional berkelompok.
Sedangkan perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
interaksi sosial, kerjasama, komunikasi, disiplin dan sportivitas.
C.Rumusan Masalah
Atas dasar indentifikasi variabel timbul pertanyaan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah ada pengaruh signifikan dari permainan tradisional kelompok terhadap
perubahan perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B Cicendo?
D.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang diajukan, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh permainan
tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku siswa tunarungu di SLB B
Cicendo.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis bagi program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi, lingkup Sekolah Luar Biasa dan masyarakat sebagai berikut:
1. Lingkup Sekolah Luar Biasa
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat permainan
tradisional terhadap sikap sosial siswa tunarungu.
Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan permainan
tradisional bagi siswa tunarungu.
7
Menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di
daerah Jawa Barat.
2. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Memberikan informasi maupun pengetahuan yang bermanfaat tentang permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa
tunarungu.
Sebagai saran atau masukkan bagi lembaga pendidikan serta
penyelenggara pendidikan mengenai pembelajaran permainan tradisional
kelompok terhadap sikap sosial siswa tunarungu.
Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang ingin atau hendak
meneliti hal- hal yang berhungungan dengan permainan tradisional atau
perilaku sosial siswa tunarungu.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang diyakini kebenarannya dan
dijadikan sebagai titik tolak penelitian untuk memecahkan suatu permasalahan.
Dalam hal ini Arikunto (2006:59) mengemukakan bahwa:
Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya untuk penelitian yang harus dirumuskan secara jelas dan berfaedah untuk memperkuat permasalahan seta membantu peneliti dalam memperjelas dan memantapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengambilan data.
Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini diantaranya adalah:
Pada masa kanak- kanak, bermain merupakan kebutuhan dasar yang hakiki.
Bahkan para ahli mengatakan bahwa anak- anak identik dengan bermain, karena
hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain. Sukintaka (1992) mengatakan
8
“kalau anak bermain atau diberi permainan dalam rangka pendidikan jasmani, maka anak akan melakukan permainan itu dengan rasa senang. Karena rasa senang inilah maka anak mengungkapkan keadaan pribadinya yang asli pada saat mereka bermain, baik itu berupa watak asli, ataupun kebiasaan yang telah membentuk watak aslinya. Dengan bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang”.
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai dorongan untuk mengadakan
hubungan dengan individu lainnya. Hubungan interpersonal adalah hubungan
yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama
lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Dengan istilah lain
kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling membutuhkan,
saling melengkapi dan saling ketergantungan satu sama lain.
Menurut Gerungan (2009:26), “Manusia adalah makhluk sosial”. Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Artinya sebagai makhluk sosial kita
tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan
orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain,
membentuk interaksi, serta berusaha untuk mempertahankan interaksi tersebut.
Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan
mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau mengadakan interaksi.
Agar interaksi terjadi dengan baik manusia harus mempunyai perilaku
yang baik pula, begitu pula interaksi dengan teman- teman dan orang- orang
dewasa termasuk transmisi sosial dan memegang peranan dalam perkembangan
intelektual siswa.
Perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan (role
disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal yaitu yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial,
memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya, mampu memimpin
teman-teman kelompok, tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul.
Perilaku sosial merupakan sifat yang relatif untuk menanggapi orang lain
dengan cara- cara yang berbeda, misalnya ada orang yang memiliki sifat pemurah
9
penolakan yang keras dari pihak lain. Sementara itu ada pula orang yang
menunjukkan perilaku bermusuhan, baik dalam ucapan yang menyakitkan
perasaan orang atau bahkan tindakan meresahkan orang lain. Semua itu
merupakan contoh pola perilaku yang melibatkan interaksi antar individu.
Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai
manakala menunjukkan ciri-ciri respon interpersonal yaitu kurang mampu bergaul
secara sosial, mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain, pasif dalam
mengelola kelompok, tergantung kepada orang lain bila akan melakukan suatu
tindakan.
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara sebagai acuan dalam melakukan
penelitian sebagai pedoman dan arah pada tujuan penelitian. Menurut Arikunto
(2006:36) menjelaskan, bahwa hipotesis dapat di artikan sebagai suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai melalui data
yang terkumpul.
Adapun hipotesis penelitian adalah permainan tradisional kelompok
berpengaruh signifikan terhadap perilaku siswa tunarungu.
H. Batasan Penelitian
Pembatasan penelitian diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah
yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan masalah, dijelaskan oleh
Surakhmad (1998:36) sebagi berikut:
10
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada hal-
hal sebagai berikut:
1. Meneliti tentang dampak olahraga tradisional kelompok terhadap perubahan
perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B Cicendo
2. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan variabel: Variabel Bebas : Dampak permainan tradisional kelompok
Variabel Terikat : Perubahan perilaku sosial siswa tunarungu
3. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini siswa tunarungu dengan rentang
usia 16 - 19 tahun.
I. Metode Penelitian
Kegiatan studi penelitian tidak akan terlepas dari penentuan metode yang
akan digunakan, hal ini terkait dengan keberhasilan yang ingin dicapai dengan
menetukan metode yang tepat sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Sugiyono (2010:3) menjelaskan bahwa “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Metode
ini dipergunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental
yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat langsung dari
suatu perlakuan atau treatment. Untuk mengumpulkan data dan mengetahui dampak perilaku siswa dilihat dari angket dan diamati melalui observasi.
Eksperimen atau pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak 16 kali
pertemuan dengan intensitas pertemuan tiga kali seminggu. Mengenai jangka
11
Penggunaan metode ini diharapkan dapat mengungkapkan dampak
aktivitas jasmani terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B
Cicendo.
J. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SLB B Cicendo yang berjumlah
15 siswa. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa
SMALB Cicendo dengan rentang usia 16- 19 tahun yang berjumlah 15 orang.
K. Batasan Istilah
Untuk menghindari adanya penafsiran yang kurang tepat, penulis
memberikan penjelasan mengenai istilah yang berkaitan dengan penelitian ini,
yaitu:
1. Dampak menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat, baik negatif maupun positif.
2. Olahraga tradisional harus memenuhi dua persyaratan yaitu berupa olahraga
dan sekaligus juga tradisional baik dalam arti memiliki tradisi yang telah
berkembang selama beberapa generasi, maupun dalam arti sesuatu yang terkait
dengan tradisi budaya suatu bangsa secara lebih luas.
(Bambang Laksono 2006:1)
3. Perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respon antar orang yang
dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga
identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain.
Baron (1991) yang dikutip oleh Ibrahim (2001:4)
4. Tunarungu yaitu gangguan pendengaran. Tunarungu dibagi menjadi dua
kategori: pertama disebut tuli berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran
yang cukup berat sehingga tidak bisa menerima informasi bahasa termasuk
memprosesnya, dan yang kedua adalah sulit mendengar berarti adanya
kerusakan pada alat pendengaran yang sifatnya bisa tetap dan tidak tetap
namun tidak sama dengan tuli.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dalam suatu penelitian merupakan salah satu cara yang ditempuh
untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan dalam sebuah penelitian adalah
untuk mengungkapkan, menggambarkan dan mengumpulkan hasil pemecahan
masalah melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian yang dilakukan. Mengenai metode ini Sugiyono (2010:2), mengemukakan “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam suatu penelitian terdapat beberapa metode yang biasa dipergunakan diantaranya eksperimen.
Metode penelitian eksperimen merupakan sebuah penelitian yang
memberikan perlakuan (treatmen) kepada objek penelitinya agar memberikan
sebuah dampak atau hasil yang diinginkan. Menurut Sugiyono (2010:72) “Metode
penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Lebih lanjut Arikunto (2006:9) menjelaskan bahwa, “Eksperimen selalu dimaksudkan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan”.
Dengan demikian berdasarkan pengertian tersebut, peneliti beranggapan
bahwa metode eksperimen tepat digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat
diketahui bagaimana dampak permainan tradisional kelompok terhadap perubahan
perilaku sosial siswa tunarungu.
36
bentuk pre experimental design ada beberapa macam yaitu: one-shot case
study, one group pretest-posttest design dan intact-group comparison, bentuk
true experimental design yaitu: posttest only control design dan pretest group
design, factorial design merupakan modifikasi dari true experimental design,
dan bentuk quasi experimental design yaitu: time series design dan nonequivalen group design.
Dari penjelasan tentang macam dan bentuk metode eksperimen di atas,
peneliti memilih metode one group pretest-posttest design dengan bentuk pre
experimental. One group pretest-posttest design merupakan salah satu metode
yang hanya mempunyai satu kelompok eksperimen.
Pada awal pertemuan siswa akan diberikan kuesioner mengenai perilaku
sosial yang mencakup kerjasama, interaksi sosial, komunikasi, disiplin dan
sportivitas. Kelompok eskperimen diberi posttest untuk mengetahui keadaaan awal. Kemudian kelompok eksperimen akan diberi perlakuan pembelajaran
permainan tradisional berkelompok yang terdiri dari permainan tradisional
terompah panjang, galah asin, bebentengan dan oray- orayan. Pembelajaran
permainan tradisional dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan. Setelah pemberian
perlakuan selama jangka waktu tersebut kelompok eksperimen kembali diberi
posttest mengenai perilaku sosial yang mencakup kerjasama, interaksi sosial,
komunikasi, disiplin dan sportivitas. Kemudian data yang terkumpul dari hasil
penyebaran angket diolah dengan statistik sederhana. Dan desain penelitian
menurut Sugiyono (2009:79) dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
R = O1 -> X -> O2
Keterangan
R Random menentukan sampel dengan acak
X
Perlakuan/ treatmen yang diberikan kepada sampel yaitu permainan tradisional
O1
Pre- test awal sebelum perlaukan yang diberikan pada kelompok eksperimen
O2
37
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian ini di Sekolah Luar Biasa di
Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Tepatnya di SLB B Cicendo.
2. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Sugiyono (2009:80) menjelaskan bahwa “Populasi adalah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Lebih lanjut Arikunto (2006:173) menjelaskan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMALB Cicendo
Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Jumlah populasi yang peneliti ambil adalah
15 orang dengan rentang usia 16 - 19 tahun.
Dari jumlah populasi yang ada maka peneliti akan mengambil sampel
sebagai objek yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono (2009:81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Lebih lanjut Arikunto (2006:173) menjelaskan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, ada beberapa teknik pengambilan
sampel yang dapat digunakan. Pengambilan sampel merupakan suatu proses
pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan jumlah sampel yang akan
menjadi objek penelitian. Menurut Sugiyono (2010:81) secara skematis macam-
macam sampling terbagi menjadi :
probability sampling dan non probability sampling, probability sampling
38
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik probability sampling bentuk samping jenuh. Menurut Sugiyono (2010:84) “probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Sedangkan sampling jenuh lebih lanjut Sugiyono (2010:85) menjelaskan bahwa “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Berdasarkan pengertian tersebut dan jumlah populasi yang kurang dari 100 maka peneliti menggunakan teknik sampling jenuh dengan
alasan semua jumlah populasi yang ada dijadikan sampel penelitian. Hal ini
senada dengan Arikunto (2006:120) mengemukakan bahwa “apabila subjek
kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar maka dapat diambil 10%- 25% atau lebih”.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMALB Cicendo Kota Bandung
yang berjumlah 15 orang. Dan semua anggota populasi dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul- betul representatif (mewakili).
C. Definisi Operasional
1. Permainan Tradisional
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok.
Dengan berkelompok anak akan mengasah perilaku sosialnya sehingga timbul
interaksi dengan orang lain, nyaman dan terbiasa dalam kelompok. Permainan
tradisional dalam penelitian ini adalah permainan yang akan dimainkan oleh anak-
anak, baik menggunakan alat maupun tanpa alat tradisional.
2. Perilaku Sosial Dan Interaksi Sosial
a. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim
(2001:4), perilaku sosial itu tampak dalam pola respon antar orang yang
39
b. Perilaku sosial juga sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap
orang lain (Baron dan Byrne (1991) dalam Rusli Ibrahim (2001). Perilaku
itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan
atau rasa hormat terhadap orang lain
c. Maryati dan Suryawati (2003) dalam Tanti (2011) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau antar
individu dan kelompok.
3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Ibrahim (2001) menjelaskan, “Ada 12 sifat respons antar pribadi yang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang dapat berubah- ubah yaitu:
kecenderungan perilaku peran, kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial, kecenderungan perilaku ekspresif.”
a.Kecenderungan perilaku peran
1) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial
2) Sifat berkuasa dan sifat patuh
3) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
4) Sifat mandiri dan tergantung
b.Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial
1) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
2) Suka bergaul atau tidak suka bergaul
3) Simpatik atau tidak simpatik
c.Kecenderungan perilaku ekspresif
1) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka
kerjasama)
2) Sifat agresif dan tidak agresif
3) Sifat tenang secara sosial
40
D. Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran
1. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan sebuah alat pengukuran yang digunakan dalam
sebuah penelitian untuk mempermudah dalam mengumpulkan data penelitian. Arikunto (2006:134) mengungkapkan bahwa “Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah.” Untuk memperoleh data seoang peneliti harus menggunakan alat atau instrumen yang dapat menunjang
dalam memperoleh data dari permasalahan yang akan diteliti dan untuk
menentukkan jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Pada penelitian ini akan meneliti tentang “dampak permainan tradisional terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu” dan instrumen yang dibuat adalah instrumen untuk mengukur perubahan perilaku
sosial siswa tunarungu.
Ada beberapa cara untuk menyusun instrumen penelitian, menurut
Sugiyono (2010:103) langkah- langkah untuk “menyusun instrumen yaitu
menentukkan variabel penelitian, menetapkan indikator- indikator variabel, menyusun pernyataan dari variabel”.
Dengan berdasarkan pada metode penelitian yang telah peneliti pilih, yaitu
eksperimen maka instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk kuesioner (angket). Kuesioner berfungsi sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah untuk mengukur perubahan perilaku sosial siswa
tunarurungu. Menurut Sugiyono (2010:142) menyatakan bahwa :
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
41
Tabel 3.1
Indikator- Indikator Perilaku Sosial
ASPEK INDIKATOR
Perilaku sosial 1. Kemampuan berkomunikasi
2. Menjalin hubungan dengan orang lain
3. Menghargai diri sendiri dan orang lain
4. Mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain
5. Memberi atau menerima feedback
6. Memberi atau menerima kritik
7. Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Untuk memperjelas dan mempermudah penelitian, maka peneliti membuat angket dalam bentuk kisi- kisi sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kisi- Kisi Instrumen Perilaku Sosial
Definisi
Konsep Variabel Indikator
No Pertanyaan
Memberi atau menerima kritik 21 51
42
2. Skala Pengukuran
Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunyai skala pengukuran untuk mempermudah dalam perhitungannya. Skala
pengukuran merupakan acuan untuk menentukan jumlah jawaban yang digunakan pada instrumen. Menurut Sugiyono (2010:92) “skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya
interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif”.
Skala pengukuran terbagi menjadi beberapa macam skala menurut
Sugiyono (2010:93) “beberapa skala pengukuran yang digunakan untuk penelitian
adalah skala Likert, skala Guttman dan Rating Scale Semantic Deferential”.
Dari tabel diatas, mengenai kisi- kisi angket perilaku sosial yang mengikuti
permainan tradisional kelompok di SLB B Cicendo tampak aspek dan indikator
untuk membuat butir pertanyaan. Setiap butir pertanyaan angket diberikan bobot
skor dengan menggunakan skala Guttman, skala Guttman menurut Sugiyono (2010:96) sebagai berikut: “Skala pengukuran dengan tipe ini akan di dapat
jawaban yang tegas, yaitu ya- tidak; benar- salah; pernah- tidak pernah; positif- negatif.” Lebih lanjut Sugiyono (2010:26) menjelaskan “selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol.
Untuk kategori uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis
menetapkan kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Ya=1, Tidak=0,
sedangkan kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Ya=0, Tidak=1.
Kategori tersebut disusun untuk memberikan skor terhadap jawaban yang
diberikan responden, sehingga melalui skor - skor tersebut dapat disusun dan
43
perubahan perilaku sosial siswa tunarungu. Mengenai kategori penilaian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban
Skor Alternatif Jawaban
+ -
Ya 1 0
Tidak 0 1
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan proses penting yang harus dilakukan
oleh penelitian untuk mendapatkan sebuah sumber penelitian sehingga dapat
memperoleh hasil yang diharapkan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2010:137) “terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan cara- cara yang digunakan untuk mengumpulkan data”
Ada beberapa cara untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam
sebuah penelitian baik penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiyuno (2010:137) “teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dokumentasi dan gabungan”.
Untuk menunjang penelitian ini maka peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Kuesioner (angket)
44
Jenis- jenis kuesioner yang dapat dipakai sebagai alat pengumpul data dijelaskan oleh Arikunto (2006:195) adalah sebagai berikut:
Kuesioner dapat dibeda- bedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangnya:
a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
1)Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
2)Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
1)Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
2)Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
c. Dipandang dari bentuknya, maka ada:
1)Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner
tertutup.
2)Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
3)Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check () pada kolom yang sesuai.
4)Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom- kolom yang menunjukkan tingkatan- tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Penggunaan angket dalam hal ini memiliki beberapa keuntungan sebagaimana
dijelaskan Arikunto (2006:195) adalah sebagai berikut:
Keuntungan angket :
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing- masing dan menurut waktu senggang responden
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu- malu menjawab
45
Dalam menyusun butir- butir pertanyaan peneliti berpatokan kepada prinsip
penyusunan butir- butir pertanyaan angket. Dalam merumuskan pertanyaan-
pertanyaan itu peneliti berpedoman pada pendapat Uma Sekaran dalam Sugiyono
(2010:142) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai
teknik pengumpulan data yaitu :
a. Isi dan tujuan pertanyaan b. Bahasa yang digunakan c. Tipe dan bentuk pertanyaan d. Pertanyaan tidak mendua
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa f. Pertanyaan tidak menggiring
g. Panjang pertanyaan h. Urutan pertanyaan i. Prinsip pengukuran j. Penampilan fisik angket
Angket dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang dijabarkan melalui
sub variabel, indikator- indikator dan pernyataan. Model angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model angket tertutup. Untuk memudahkan dalam
penyusunan butir- butir pernyataan angket serta alternatif yang tersedia, maka
responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban
saja. Jawaban yang dikemukakan oleh responden merupakan jawaban sendiri.
2. Interview (wawancara)
Wawancara merupakan kegiatan tanya- jawab yang dilakukan oleh seseorang
untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang ada. Menurut Sugiyono
(2010:137) mengatakan bahwa:
“wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.”
Kegiatan wawancara terbagi menjadi dua cara yaitu wawancara terstruktur
46
wawancara tidak terstruktur, menurut Sugiyono (2010:140) mendefinisikan
wawancara tidak terstruktur adalah :
“wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.”
Wawancara ini digunakan dalam penelitian pendahuluan untuk mengetahui
masalah responden yang lebih mendalam yang akan diteliti, wawancara ini
dilakukan secara terbuka.
3. Dokumentasi
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik kegiatan formal
ataupun informal biasanya selalu didokumentasikan, karena dokumentasi
merupakan hal penting yang bisa dipertanggungjawabkan keotentikan kegiatan tersebut. Menurut Sugiyono (2010:240) menyatakan bahwa “dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya- karya monumental dari seseorang”.
F.Langkah- Langkah Penelitian
Langkah- langkah penelitian dapat digambarkan dalam bagan berikut :
Populasi
Sampel
Instrumen Jadi Uji Coba Instrumen
Observasi awal untuk mencari permasalahan Menetapkan pokok bahasan Penyusunan bentuk treatmen Evaluasi
47
Gambar 3.2
Langkah- Langkah Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada penelitian ini meliputi beberapa langkah sebagai
berikut :
a. Merumuskan masalah
b. Studi literatur perilaku sosial siswa tunarungu dan permainan tradisional
c. Menyusun pelaksanaan permainan tradisional yang akan digunakan sebagai
treatmen pada kelompok eksperimen
d. Penyusunan instrumen penelitian
Instrumen yang akan digunakan adalah kuesioner (angket) yang berisi beberapa pernyataan mengenai perilaku sosial.
e. Uji coba instrumen penelitian
Menguji instrumen penelitian pada responden untuk mencari data yang akan
dianalisis.
f. Analisis hasil uji coba insturmen
Instrumen yang telah diujicobakan kemudian dianalisis untuk mencari
kevaliditasan dan kereliabilitasan instrumen penelitian yang hasilnya akan
menjadi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Treatmen
Tahap pelaksanaan treatmen kelompok eksperimen, hal- hal yang
dipersiapkan dan dilakukan dilapangan adalah sebagai berikut :
48
Sebelum melakukan treatmen, siswa mengisi beberapa pernyataan pada
angket yang berkaitan dengan perilaku sosial, yang hasilnya digunakan
sebagai data untuk mengetahui kemampuan awal. Hasilnya akan dianalisis
lebih lanjut dengan perhitungan statistik.
b. Melakukan treatmen
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan dengan
intensitas pertemuan 3 kali seminggu. Mengenai jangka waktu lamanya latihan menurut Juliantine, dkk. (2007: 2.65) menyatakan bahwa “….latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu.” Adapun latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu.
c. Melakukan post-test
Siswa kembali mengisi angket yang berisi pernyataan yang sama pada
sebelumnya, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir setelah
diberikan treatmen.
d. Menganalisis data post-test
Skor- skor hasil dari pengisian angket akan dianalisis menggunakan
perhitungan statistik dengan bantuan SPSS 16 windows.
e. Membuat pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian
Membuat kesimpulan hasil dari penghitungan yang kemudian hasilnya
dijadikan bahan pembahasan penelitian.
G.Proses Pengembangan Instrumen
Proses pengembangan instrumen dapat dilakukan setelah data hasil dari
penelitian diperoleh. Pengembangan instrumen ini dilakukan berdasarkan metode
statistika agar diperoleh data akhir atau kesimpulan yang benar. Menurut Nurhasan (2007:1) bahwa “Statistika ialah pengetahuan yang berhubungan dengan cara- cara pengumpulan fakta, pengolahan dan penganalisisannya serta
penarikan kesimpulan dan pembuatan keputusan berdasarkan pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari hasil pengukuran”.
49
terhadap kuesioner untuk mengukur tingkat kebaikan kuesioner, maka kita dapat melakukan analisis validitas dan reliabilitas kuesioner.
Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa
yang ditanyakan atau apa yang ingin diukur dalam penelitian. Suatu pertanyaan
dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai
koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,361 (Robert M Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993).
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran
dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana
pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam
pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu
variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika
koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700 (Robert M Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993)
a. Uji Validitas
Untuk pengujian validitas instrumen data pengetahuan yang berupa skor
dikotomi digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut :
p
Dimana : X = Rata-rata test untuk semua orang
Xi = Rata-rata pada test hanya untuk orang-orang yang menjawab
benar pada item ke-I
p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i
1-p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i
X
= Standar deviasi pada test untuk semua orang
Kriteria validitasnya adalah jika PB 0,361 item pertanyaan valid dan PB <
50
b. Uji Reliabilitas
Sama halnya seperti pengujian validitas data pengetahuan diberi skor yang
berupa skor dikotomi kemudian untuk mencari koefisien reliabilitasnya digunakan
koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20) yang dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
KR-20 =
22
1
1 S
p p S
n n
Dimana : KR-20 = Koefisien Reliabilitas KR-20
n = Jumlah item
S2 = Varians skor keseluruhan
p = Proporsi yang mendapatkan nilai benar untuk setiap item
(1-p) = Proporsi yang mendapatkan nilai salah untuk setiap item
Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-20 0,700 maka dimensi kuesioner reliabel (konsisten) dan jika KR-20 < 0,700 maka dimensi kuesioner tidak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa
permainan tradisional kelompok memberikan pengaruh terhadap perubahan
perilaku sosisal siswa tunarungu di SLB B Cicendo Kota Bandung.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak permainan tradisional
kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B
Cicendo Kota Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan perilaku sosial siswa tunarungu, seyogianya guru
penjas adaptif menerapkan model permainan tradisional kelompok dalam
pembelajarannya.
2. Melalui model pemainan tradisional kelompok siswa akan lebih
bersemangat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajarannya.
3. Kepada para siswa diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam proses
pembelajaran sehingga baik pada pembelajaran permainan tradisional
kelompok maupun pembelajaran jasmani adaptif lainnya dapat
meningkatkan perubahan perilaku sosial dirinya secara optimal.
4. Bagi para pembaca, sebaiknya dalam pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif model pemainan tradisional kelompok dapat dijadikan alternatif guna
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Baron, Robert A., Byrne, Donn. (2002). Psikologi Sosial 1. Jakarta: Erlangga.
Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, Rusli. (2001). Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Juliantine, dkk. (2007). Modul Mata Kuliah Teori Latihan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Krech Drs. Saifuddin Azwar, MA.( 2003). Reliabilitas dan Validitas, Edisi ke-3, Pustaka Pelajar, yogyakarta, Hal 82-170.
Laksono, Bambang dkk. (2006). Kumpulan Permainan Rakyat Olahraga Tradisional. Bandung: Dinas Pemuda dan Olahraga.
Mahendra, Agus dkk. (2003). Model Pengembangan Olahraga Tradisional. Bandung.
Nurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung: UPI.
Robert M Kaplan, Dennis P Sacuzzo, Psycological Testing Pinciples, Aplication, and Issue, 1992, California, Broks/Cole Publishing Company, Hal 106, 123
Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Subroto, Toto dkk. (2008). Modul Kuliah Teori Bermain. Bandung: UPI.
Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. ALFABETA.
(2010). Metode kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: CV. ALFABETA.
Sukintaka. (1992). Permainan dan Metodik. Jakarta: PT. Enka Parahiyangan.
Sumardiyanto. (2007). Sejarah dan Falsafah Olahraga. Bandung: UPI.
Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.
Syamsuddin Makmun, Abin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Tarigan, Beltasar. (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung: UPI.
Tashadi. (1993). Transformasi Nilai Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Depdikbud.
Uhamisastra. (2010). Permainan Tradisional. Bandung: UPI.
Yusuf, Husain. (1984). Kontribusi Intelegensi dan Harga Diri Terhadap Kualitas Perilaku Sosial. TESIS (tidak diterbitkan), Bandung: IKIP.
Ballachey. From: http://teoriperilakusosialmanusia.blogspot.com
Diktat Mata Kuliah Psikologi Umum Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Indinesia.
From: http://healthiskesehatan.blogspot.com