• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi E-Government Pada Pemerintah Kota Medan (Studi Pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi E-Government Pada Pemerintah Kota Medan (Studi Pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

Menurut Rianto (dalam Singarimbun, 2008:29), kerangka teori/teoritical frame work adalah kerangka berfikir kita yang bersifat teoritis atau konseptual mengenai masalah yang kita teliti. Teori merupakan proposisi atau asumsi yang telah dibuktikan kebenarannya. Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1. Kebijakan Publik

Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa Kebijakan Publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

(2)

Sedangkan Anderson dalam Abidin (2004:21) mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Sedangkan menurut Woll dalam Tangkilisan kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:

a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.

b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

(3)

yang ingin dilihat. Pandangan pertama, ialah pendapat para ahli yang mengidentikkan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Beranggapan bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya disebut sebagai kebijakan publik.

R.S Parker dalam Wahab, menyatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu subjek atau sebagai respon terhadap keadaan yang kritis. Sedangkan Thomas R. Dye merumuskan kebijakan publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan pemerintah. Dalam hal ini Dye beranggapan bahwa kebijakan publik itu menyangkut pilihan-pilihan apapun yang dilakukan oleh pemerintah, baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu.

(4)

Namun pada hakekatnya, bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu. Hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi sehingga defenisi kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang diusulkan menjadi kurang memadai. Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik, Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan, yaitu:

1. Agenda Setting (agenda kebijakan)

Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk menyelesaikan masalah publik tersebut.

2. Policy Formulation (formulasi kebijakan)

(5)

memecahkan masalah yang di dalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih.

3. Policy Adoption (adopsi kebijakan)

Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan dilakukan. Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternatif kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang dinginkan dan juga mengidentifikasi alternatif-alternatif dengan menggunakan kriteria-kriteria yang relevan agar efek positif alternatif kebijakan lebih besar dari pada efek negative yang akan terjadi.

4. Policy Implementation (implementasi kebijakan)

Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor (birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber daya lainnya (teknologi dan manajemen). Implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program.

5. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)

(6)

dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) yang telah ditentukan. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan oleh lembaga independen maupun pihak birokrasi pemerintah sendiri (sebagaieksekutif) untuk mengetahui apakah program yang dibuat oleh pemerintah telah mencapai tujuannya atau tidak. Apabila ternyata tujuan program tidak tercapai atau memiliki kelemahan, maka perlu diketahui apa penyebabnya sehinggga kesalahan yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.

2.2. Implementasi

Menurut Mazmanian dan Sabatier (Wahab, 2004:64) yang dimaksud dengan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya.

Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output

(7)

Meter dan Horn (Wibawa, 1994:15), mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan didalam kebijakan.

Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 1991:51), menyatakan bahwa implementasi adalah apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan, yang merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian

Selain itu Patton dan Sawicki (dalam Tangkilisan, 2003:78), berpendapat bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang dibuat, dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang dilaksanakan.

(8)

Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu

(1) penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan,

(2) organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan,

(3) penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif.

(9)

1. Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk mensrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

2. Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari: (1) kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi, (2) jenis atau tipe manfaat yang dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diharapkan, (4) letak pengambilan keputusan, (5) pelaksanaan program, dan (6) sumber daya yang dilibatkan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap.

3. Model Meter dan Horn

(10)

sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi; (3) komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai; (4) karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program; (5) kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan (6) sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan. 4. Model Deskriptif

William N. Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa model kebijakan dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan menurut sejumlah banyak asumsi, yang paling penting diantaranya adalah: (1) perbedaan menurut tujuan; (2) bentuk penyajian; dan (3) fungsi metodologis model. Dua bentuk pokok dari model kebijakan adalah: (1) Model deskriptif; dan (2) Model normatif. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan atau meramalkan sebab dan akibat pilihan-pilihan kebijakan. Model kebijakan ini digunakan untuk memonitor hasil tindakan kebijakan misalnya penyampaian laporan tahunan tentang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan di lapangan.

(11)

2.3.E-Government

Electronic Government atau yang biasa kita dengar sebagai E-Government menurut Keppres No. 20 Tahun 2006 E-Government adalah pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan untuk meningkatkanefisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Peranan teknologi informasi dalam proses bisnis membuat organisasi berusaha untuk mengimplementasikan teknologi informasi untuk proses terintegrasi.

Menurut Heeks (2001), E-Governmentlahir karena revolusi informasi danrevolusi pemerintahan. Berbagai kendala implementasi E-Government

di Indonesiabaik fisik maupun sosial ekonomi yang menjadi penyebabnya. Indonesia harusmampu mendayagunakan potensi teknologi untuk keperluan:

1. Memberikan kesempatan yang sama serta meningkatkan ketersediaan informasidan pelayanan publik yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan sosial danekonomi masyarakat, serta memperluas jangkauannya agar dapat mencapaiseluruh wilayah negara.

2. Memperbesar kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk berkembangdengan teknologi yang mampu memanfaatkan pasar yang lebih luas.

(12)

daya saing ekonomi nasional dalam persaingan global dapat diperkuat.

4. Meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi pelayanan publik, sertamemperlancar interaksi antarlembaga-lembaga pemerintah, baik pada tingkatpusat maupun daerah, sebagai landasan untuk membentuk pemerintahan yangefektif, bersih, dan berorientasi pada kepentingan rakyat.

World Bank Group (2001) menyatakan .E-Government refers to the use bygovernment agencies of information technologies (such as Wide

Area Networks, theInternet, and mobile computing) that have the ability to

transform relations withcitizens, businesses, and other arms of

government. These technologies can serve avariety of different ends:

better delivery of government services to citizens, improveinteractions

with business and industry, citizen empowerment throught access

(13)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa E-Government merupakan sebuah pemanfaatan teknologi informasi dalam pemerintahan guna meningkatkan kualitas pelayanan publik dan memungkinkan untuk menjalin hubungan dengan banyak pihak selain masyarakat.

2.3.1. Manfaat E-Government

Dalam bukunya Electronic Government, Prof, Richardus Eko Indrajit menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep E-Government bagi suatu negara, antara lain:

• Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para

stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas danefisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;

• Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas

penyelenggaraanpemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance;

• Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan

interaksi yangdikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;

• Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan

(14)

• Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara

cepat dan tepatmenjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahanglobal dan trend yang ada; serta

• Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

2.4.Implementasi E-Government

Implementasi E-Government merupakan pelaksanaan penerapan sistem Electronic Government pada pemerintahan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Pada pelaksanaan E-Government, informasi, komunikasi, dan transaksi antara masyarakat dan pemerintah dilakukan via internet. Sehingga ada beberapa manfaat yang dihasilkan seperti misalnya, komunikasi dalam sistem administrasi berlangsung dalam hitungan jam, bukan hari atau minggu. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, bahkan mobile di manapun tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan atau tempat-tempat pelayanan umum. Akselerasi kecepatan pelayanan berarti juga merupakan penghematan dalam waktu, energi maupun sumber daya.

(15)

(System Integrator). Model E-Government yang diterapkan di negara-negara luar adalah menggunakan model empat tahapan perkembangan yang meliputi: 1. Fase pertama, berupa penampilan website (web presence) yang berisi

informasidasar yang dibutuhkan masyarakat.

2. Fase kedua, fase interaksi yaitu isi informasi yang ditampilkan lebih bervariasi,seperti fasilitas download dan komunikasi e-mail dalam website

pemerintah.

3. Fase ketiga, tahap transaksi berupa penerapan aplikasi atau formulir untuk secaraonline mulai diterapka n.

4. Fase keempat, fase transformasi berupa pelayanan yang terintegrasi, tidak hanyamenghubungkan pemerintah dengan masyarakat tetapi juga dengan organisasi lainyang terkait (pemerintah ke antarpemerintah, sektor non pemerintah, serta sektorswasta).

Menurut Seifert dan Bonham (2003) ada empat tipe penerapan E-Government: 1. Government to Citizens

(16)

adalah sebagai berikut: DepartemenAgama membuka situs pendaftaran bagi mereka yang berniat untukmelangsungkan ibadah haji di tahun-tahun tertentu sehingga pemerintah dapatmempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan perjalanan yang sesuai.

2. Government to Business

Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuahlingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara dapatberjalan sebagaimana mestinya. Contoh dari aplikasi E-Government berjenis G-to-B ini adalah sebagai berikut: Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudahmenjalankan aplikasi berbasis web menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet.

3. Government to Government

(17)

menabung dan menanamkan uangnya. Pengembangan suatu sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk mendeteksi mereka yang tidak boleh masuk atau keluar dan wilayah negara (cegah dan tangkal).

4. Government to Employees

Pada akhirnya aplikasi E-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayanan masyarakat. Berbagai jenis aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan format G-to-E ini salah satunya: Aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan, yang merupakan hak dari pegawai hak pemerintahan sehingga yang bersangkutan dapat terlindungi hak-hak individualnya.

Wujud nyata dari aplikasi E-Government yang telah umum dilaksanakan dan diatur pelaksanaannya adalah pembuatan situs web pemerintah daerah. Situs web pemerintah daerah merupakan salah satu strategi di dalam melaksanakan pengembangan E-Government secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur. Pengembangan E-Government di Indonesia dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, yaitu:

(18)

2. Tingkat 2 merupakan tingkat Pematangan yang berupa pembuatan situs webinformasi publik yang bersifat interaktif dan pembuatan antarmukaketerhubungan dengan lembaga lain.

3. Tingkat 3, tingkat Pemantapan yang berisi pembuatan situs web yang bersifattransaksi pelayanan publik dan pembuatan interoperabilitas aplikasi dan datadengan lembaga lain.

4. Tingkat 4 adalah tingkat Pemanfaatan yang berisi pembuatan aplikasi untukpelayanan yang bersifat Government to Government (G2G),

Government toBusiness (G2B), Government to Consumers (G2C).

Pada situs web pemerintah daerah ada sejumlah kriteria yang ditetapkan olehKementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Kominfo) dalam bukupanduan penyelenggaraan situs web pemerintah daerah. Kriteria yang diberikan merupakan gambaran ciri-ciri kunci bentuk dasar situs web pemerintah daerah yang terdiri dari:

1. Fungsi, aksesibilitas, kegunaan; Isi informasi situs web pemerintah daerahberorientasi pada keperluan masyarakat, yaitu menyediakan informasi danpelayanan yang diinginkan oleh masyarakat.

(19)

3. Isi yang Efektif; Masyarakat pengguna harus mengetahui bahwa informasitertentu akan tersedia pada situs-situs pemerintah daerah manapun.

4. Komunikasi Dua Arah; komunikasi yang disediakan pada situs web pemerintahdaerah dalam bentuk dua arah (interaktif). Situs web pemerintah daerah harusmemberikan kesempatan pengguna untuk menghubungi pihak-pihak berwenang,menjelaskan pandangan mereka, atau membuat daftar pertanyaan mereka sendiri.

5. Evaluasi Kesuksesan; Situs-situs web pemerintah daerah harus memiliki sistem untuk mengevaluasi kesuksesan, dan menentukan apakah situs webnya memenuhi kebutuhan penggunanya. Artinya Situs-situs web pemerintah daerah harus mengumpulkan, minimal statistik angka pengguna, pengunjung, jumlah halaman, permintaan yang sukses dan tidak sukses, halaman yang sering dikunjungi dan jarang dikunjung, halaman rujukan utama. Informasi tambahan mengenai siapa yang menggunakan situs ini, tingkat transfer data. Evaluasi empat bulanansangatlah direkomendasikan.

6. Kemudahan Menemukan Situs; pihak pemda harus mempromosikan situs webnyadan mendaftarkannya ke mesin pencari.

(20)

2.4.1. Elemen Sukses Implementasi E-government 1. Support

Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik untuk benar-benar menerapkan konsep E-Government, bukan hanya sekedar mengikuti zaman atau justru menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-prinsip E-Government. Tanpa adanya unsur “political will” ini, mustahil berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan E-Government

dapat berjalan dengan mulus. Karena budaya birokrasi cenderung bekerja berdasarkan model manajemen “top down”, maka jelas dukungan implementasi program E-Government yang efektif harus dimulai dari para pimpinan pemerintahan yang berada pada level tertinggi (Presiden dan para pembatunya – Menteri) sebelum merambat ke level-level di bawahnya (Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, dan seterusnya). Yang dimaksud dengan dukungan di sini juga bukanlah hanya pada omongan semata, namun lebih jauh lagi dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk halhal sebagai berikut:

• Disepakatinya kerangka E-Governmentsebagai salah satu kunci sukses

negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga harus diberikan prioritas tinggi sebagaimana kunci-kunci sukses lain diperlakukan;

• Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga,

(21)

• Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar

tercipta lingkungan kondusif untuk mengembangkan E-Government

• Disosialisasikannya konsep E-Governmentsecara merata, kontinyu,

konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye yang simpatik.

2. Capacity

Yang dimaksud dengan elemen kedua ini adalah adanya unsur kemampuan atau keberdayaan dari pemerintah setempat dalam mewujudkan “impian” E-Governmentterkait menajdi kenyataan. Ada tiga hal minimum yang paling tidak harus dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan elemen ini, yaitu:

• Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagi

inisiatif E-Government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya finansial;

• Ketersedaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena

fasilitas ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsep E-Government; dan

• Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan

keahlian yang dibutuhkan agar penerapan E-Governmentdapat sesuai dengan asas manfaat yang diharapkan.

(22)

tertentu dalam usahanya untuk menerapkan E-Government, terlebih-lebih karena banyaknya fasilitas dan sumber daya krusialyang berada di luar jangkauan (wilayah kontrol) pemerintah. Justru pemerintah harus mencari cara yang efektif agar dalam waktu cepat dapat memiliki ketiga prayarat tersebut, misalnya melalui usaha-usaha kerja sama dengan swasta, bermitra dengan pemerintah daerah/negara tetangga, merekrut SDM terbaik dari sektor non publik, mengalihdayakan (outsourcing) berbagai teknologi yang tidak dimiliki, dan lain sebagainya.

3. Value

Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang dilihat dari sisi pemerintahselaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif

(23)

Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas akan membentuk sebuah nexus atau pusat syaraf jaringan E-Governmentyang akan merupakan kunci sukses utama penjamin keberhasilan. Atau dengan kata lain, pengalaman memperlihatkan bahwa jika elemen yang menjadi fokus sebuah pemerintah yang berusaha menerapkan konsep E-Governmentberada di luar area tersebut (ketiga elemen pembentuk nexus) tersebut, maka probabilitas kegagalan proyek tersebut akan tinggi.

2.4. Definisi Konsep

Dalam Singarimbun (2008:34), konsep diartikan sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Tujuan diperlukannya konsep adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari variabel yang akan diteliti. Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah sebuah proses pelaksanaan kebijakan yang telah direncanakan dan disetujui sebelumnya, guna mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan didalam kebijakan yang telah disetujui yang dimana proses keberhasilannya dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal.

(24)

3. Implementasi E-Governmentadalah pelaksanaan penerapan sistem

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun penulis berharap dapat menjelaskan sedikit gambaran dari Analisis Pengaruh Penerapan Relationship Marketing

This study aimed to find out whether phytotelmata contribute in providing breeding place for mosquito vector of DHF in Lampung, an Indonesian province situated in the most

Dengan mengetahui nilai rata-rata INP pada setiap tingkat pertumbuhan vegetasi mangrove yang terdapat di Desa Khatulistiwa, selanjutnya ditentukan nilai dari potensi

Persoalan inilah yang mendasari jajaran bidang kemahasiswaan FMIPA UNY untuk menyelenggarakan kegiatan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar

terhubung dengan banyak jaringan pada suatu organisasi sehingga akan sulit untuk terpisah dari organisasi dan menajadi bagian dari organisasi.Dari pengertian yang

Melalui kegiatan pemilihan MAPRES ini, diharapkan hasil keluaran berupa pemberian prestasi kepada mahasiswa berprestasi di tingkat FMIPA, memacu mahasiswa yang

mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, dan growth terhadap dividend payout ratio dengan good corporate governance sebagai variabel intervening. Berdasarkan hasil

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS, dapat dijadikan dasar untuk menjawab hipotesis yang diajukan