• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keberadaan Bandara Kualanamu Terhadap Perkembangan Permukiman Di Kawasan Kecamatan Batangkuis Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Keberadaan Bandara Kualanamu Terhadap Perkembangan Permukiman Di Kawasan Kecamatan Batangkuis Chapter III VI"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada studi ini merupakan penelitian lapangan (field research), yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk dapat memahami secara mendalam lingkungan masyarakat atau obyek tertentu baik melalui wawancara maupun pengamatan. Jenis penelitian field research termasuk dalam jenis penelitian terapan yakni penelitian atau penyelidikan yang hati-hati dan sistematik terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan bagi keperluan tertentu (Nazir, 1998).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan menganalisis variabel-variabel yang terdapat dalam ruang penelitian. Variabel ini mengarah pada sesuatu hal yang dapat diukur atau diobservasi (Creswell John, 2003). Penelitian kualitatif dilakukan untuk menggali pengetahuan sebab akibat dari suatu fenomena yang diungkapkan para partisipan, dalam penelitian ini pengetahuan yang akan diungkapkan adalah bagaimana pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Batang Kuis.

3.2 Metode Pengumpulan Data

(2)

Bukti atau data untuk keperluan studi kasus bisa berasal dari enam sumber yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamat langsung, observasi partisipasi dan perangkat‐perangkat fisik.

Metode pengumpulan data ditujukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai bahan masukan untuk setiap tahap analisis berikutnya. Dalam pengumpulan data pada penelitian ini terdapat 2 (dua) cara yaitu:

1. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan melalui survei lapangan ke kawasan penelitian. Survei lapangan dilakukan untuk memperoleh data secara langsung melalui hasil observasi lapangan dan penyebaran kuesioner. Tahap pengumpulan data ini digunakan untuk mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi fisik dan non fisik kawasan khususnya dalam mengkaji perkembangan permukiman yang terjadi akibat pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu. Adapun beberapa data yang akan diperoleh yaitu berupa kondisi fisik wilayah studi yang terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu perkembangan permukiman. Adapun teknik yang digunakan dalam survei lapangan ini adalah sebagai berikut:

(3)

yang mengalami perubahan dan hubungan tiap variabel yang menjadi ukuran perubahan yang terjadi akibat pengaruh bandara tersebut. Kegiatan obsevasi langsung dapat dilakukan dengan cara foto dan pemetaan.

b. Kuesioner,merupakan salah satu teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66). Penelitian ini menggunakan kuesioner dan daftar pertanyaannya dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions) yang menggunakan kuesioner berupa pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.

2. Pengumpulan Data Sekunder

(4)

3.3 Kebutuhan Data

Kebutuhan data merupakan suatu proses kompilasi data untuk menghubungkan sasaran dan analisis berdasarkan cara memperoleh data, bentuk data, sumber data, waktu dan pembagian penangung jawab terhadap data tersebut. Data yang didapat harus disesuaikan dengan sasaran agar mempermudah melakukan analisis lebih lanjut penelitian yang akan dilakukan (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Kebutuhan Data

No Kelompok Data Jenis Data Sumber Data

1 Kebijaksanaan Pembangunan

RTRW Deli Serdang Bappeda Deli Serdang

2 Fisik Dasar dan Sumber

3 Kependudukan Kecamatan Dalam Angka

Laporan Bulanan

BPS, Kantor Desa, Kantor Kecamatan

4 Permukiman Jumlah Bangunan

Sebaran Bangunan 5 Peta Dasar dan Tematik Peta Administrasi

Peta Topografi,

6 Literatur dan publikasi Kajian

Makalah

Perpustakaan umum dan Perguruan tinggi 7 Preferensi umum Mengapa memilih di tinggal di

Kecamatan Batang Kuis

3.4 Jenis Variabel

(5)

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek

dengan obyek yang lain (Hatch dan Forhady, 1982).

Berdasarkan uraian diatas maka variabel yang akan di gunakan pada penelitian selanjutnya (Tabel 3.2) adalah:

1. Keberadaan Bandara Kuala Namu sebagai variabel bebas/pengaruh (independent variabel) dengan indikator penggunaan lahan permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas dan prasarana lingkungan/utilitas.

2. Perkembangan permukiman sebagai variabel terpengaruh (dependent variabel) dengan indikator pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu.

Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian

No Variabel Indikator Bentuk Pertanyaan

(6)

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan suatu objek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk memahami dalam penarikan kesimpulan dalam penelitian. Mzaksudnya yaitu objek disini bukan hanya berupa orang, melainkan dapat juga berupa benda-benda alam lainnya yang memiliki sifat/karakteristik tertentu (Sugiyono, 2005). Objek penelitian dan populasi dari penelitian ini adalah fisik kawasan dan masyarakat yang berada di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 49.837 jiwa (Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka 2015, BPS). Dari objek penelitian tersebut akan dilakukan dengan mengkaji perkembangan permukiman sebagai bentuk dari pengaruh akibat adanya pembangunan Bandara Kuala Namu dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang tumbuh dan berkembang melalui variabel-variabel pembangunan permukiman.

Elemen-elemen anggota sampel merupakan anggota populasi yang akan menjadi sampel dan mewakili populasi lainnya (Supranto, 1997).

(7)
(8)

Tabel 3.3 (Lanjutan)

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang digunakan adalah

Purposive Sampling pada Kecamatan Batang Kuis (terdiri dari 11 desa) dan dipilah sesuai dengan tujuan penelitian dengan responden-responden diambil secara proposional per wilayah desa (data primer) melalui ground research dengan metode

Area Propotional sample yaitu teknik sampling dengan mengambil wakil setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Adakalanya jumlah subyek yang ada pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, agar mendapat data yang representatif ditentukan seimbang/sebanding dengan banyaknya subyek dari setiap wilayah (Arikunto, 2005).

(9)

responden, Desa Baru sebanyak 30 responden, Desa Sena sebanyak 40 responden dan Desa Tumpatan Nibung sebanyak 40 responden.

3.6 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2002). Dalam hal ini sangat mementingkan teknik pengorganisasian suatu data, sehingga dapat memudahkan dalam proses analisis yang akan dilakukan. Proses analisis data ini dilakukan dengan menelaah data-data yang telah diperoleh baik dari lapangan (observasi dan kuesioner) maupun data-data yang diperoleh dari instansi. Pada dasarnya metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mendeskripsikan dan memetakan dari data-data yang sebagai input dalam melakukan analisis. Pada penelitian diperlukan rincian analisis yang akan dilakukan secara mendalam agar semua data yang diperoleh dapat dikompilasi dengan baik. Analisis ini nantinya akan diketahui metode analisis yang tepat sehingga dapat diketahui

output dari analisis yang akan digunakan.

Adapun teknik analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.6.1 Pendekatan Kualitatif

(10)

wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan yang biasanya diproses sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

3.6.2 Pendekatan kuantitatif

Dalam pendekatan ini teknik yang dipakai berbentuk observasu terstruktur, survey dengan menggunakan kuesioner, ekperimen dan ekperimen semu. Dalam mencari data, menggunakan kuesioner tertulis ataupun dibacakan. Teknik ini mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan baik primer atau sekunder. Hasil dari kuesioner ini dirangkum dalam sebuah tabulasi frekuensi (Sarwono, 2006).

3.7 Hipotesa

Ada banyak definisi hipotesa yang pada hakikatnya mengacu pada pengertian yang sama. Diantaranya ialah hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti (Sarwono, 2006).

(11)

Dalam penelitian hipotesa awal yang diambil yaitu terdapat pengaruh Bandara Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis dilihat dari penggunaan lahan permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi, aksesbilitas serta prasarana lingkungan/utilitas.

3.8 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Analisis

INPUT DATA PROSES OUTPUT

(12)

4.1 Karakteristik Kecamatan Batang Kuis

4.1.1 Kondisi geografis

Berdasarkan letak geografis Kecamatan Batang Kuis terletak pada 3o35’– 3o41’ Lintang Utara dan 41o–46o Bujur Timur dengan luas wilayah 4.034 Ha terbagi menjadi 11 desa dengan batas administrasi yaitu Sebalah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Kecamatan Pantai Labu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan (Tabel 4.1, Gambar 4.1 dan 4.2)

Tabel 4.1 Luas Wilayah dirinci Menurut Desa di Kecamatan Batang Kuis

(13)

1.821 mm/tahun dan kecepatan angin 1,33 mm/tahun. Rata-rata iklim di kecamatan ini maksimum 320C dan minimum 22,40C dengan tingkat penguapan 4,08 mm/tahun. Pada umumnya keadaan tanah di Kecamatan Batang Kuis putih bercampur pasir dan memiliki topografi yang relatif datar.

(14)

‘’’

]

(15)

4.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Batang Kuis yaitu 62.348 jiwa pada Tahun 2015. Adapun desa dengan penduduk terbesar yaitu Desa Tanjung Sari yaitu 11.394 jiwa dan desa dengan penduduk terendah yaitu Desa Mesjid yaitu 1.466 jiwa, seperti dijelaskan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015

Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016

4.1.3 Fasilitas umum dan sosial

(16)

Tabel 4.3 Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015

No Fasilitas Pendidikan Swasta Negeri Jumlah

1. TK 2 - 2

Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016

Jumlah fasilitas peribadatan di Kecamatan Batang Kuis terdiri dari Mesjid 21 unit, Mushollah 22 unit, Gereja 13 unit, Vihara 3 unit dan Kuil 1 unit (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015

No.

Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016

(17)

Tabel 4.5 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2015

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah

1. Rumah Bersalin/Balai Pengobatan 1

2. Puskesmas 1

3. Puskesmas Pembantu 4

4. Poskesdes 7

5. Patroli Kesehatan Roda Empat 1

6. Patroli Kesehatan Roda Dua 12

7. Praktek Dokter/Bidan 23

Jumlah 49

Sumber: Kecamatan Batang Kuis Dalam Angka, BPS, 2016.

(18)

4.2 Bandara Udara Internasional Kualanamu, Latar Belakang Dan

Sejarahnya

Bersinggungan dengan kecamatan/kawasan Batang Kuis salah satunya adalah kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu adalah sebuah bandar udara baru untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan menggantikan Bandara Polonia yang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Saat selesai dibangun, Kuala Namu yang diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya, akan menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah bandara Soekarno–Hatta.

Pemindahan bandara ke Kuala Namu telah direncanakan sejak tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Annas, Menteri Perhubungan saat itu, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.

(19)

kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai. Selain itu, kapasitas Polonia yang telah lebih batasnya juga merupakan faktor direncanakannya pemindahan bandara.

Rencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan yang belum terselesaikan. Hingga Juni 2006, baru 1.650 hektar lahan yang telah tidak bermasalah (telah diselesaikan sejak 1994), sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan, namun pada November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.

Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Aras Kabu di Kecamatan Beringin ke bandara yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Aras Kabu sendiri terhubung ke Stasiun Medan dengan jarak 22,96 km. Diperkirakan jarak tempuh dari Medan hingga Kuala Namu akan berkisar antara 16-30 menit.

Ada pula usulan pembangunan Jalan Tol Medan–KualaNamu sebagai usaha pengembangan prasarana pengangkutan dari dan ke bandara. Namun pelaksanaan pembangunan selama periode pembangunan jalan tol tahun 2005–2010 belum dikabulkan oleh pemerintah pusat.

(20)

Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektar dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektar dan fasilitas kargo seluas 1,3 hektar. Bandara International Kuala Namu memiliki panjang landas pacu 4.450 meter, dan sanggup didarati oleh pesawat berbadan lebar. Diperkirakan, pembangunan Bandar Udara Internasional Kuala Namu akan selesai pada pertengahan tahun 2011 atau paling lambat, awal tahun 2012. Dan akan dioperasikan akhir 2011 atau awal 2012.

(21)

4.3 Permukiman Di Kecamatan Batang Kuis

Perkembangan pembangunan permukiman yang terjadi saat sebelum pembangunan Bandara Kualanamu berjalan adalah tidak terlalu berkembang dikarenakan masyarakat sekitar Kecamatan Batangkuis masih menganggap bahwa pembangunan Bandara Kualanamu sebatas wacana saja, sehingga masyarakat dan sektor swasta masih ragu-ragu dalam mengembangkan dan membangun perumahan dan permukiman di wilayah seputaran rencana Bandara Kualanamu tersebut.

Seiring waktu pembangunan Bandara Kualanamu hingga bandara telah beroperasi, perumahan mulai berkembang dengan adanya pembangunan perumahan oleh pihak pengembang maupun pribadi (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Perumahan yang ada di Kawasan Batang Kuis

Hal tersebut dilihat dari data perizinan bangunan yang diperoleh. Namun tidak semua bangunan memiliki izin, bangunan yang memiliki izin umumnya adalah perumahan yang dibangun oleh pihak pengembang, tetapi rumah yang tidak dibangun pihak pengembang umumnya tidak mengurus izin mendirikan bangunan.

(22)

dan 8 unit Ruko. Pada Tahun 2011 sebanyak 250 unit rumah type 36, 48 unit rumah

type 45, 20 unit ruko. Tahun 2012 sebanyak 191 unit rumah type 36, 50 unit rumah

type 45, 14 unit rumah type 52 dan 17 unit ruko. Tahun 2013 sebanyak 24 unit rumah

type 36, 42 unit rumah type 45, dan 15 unit ruko. Tahun 2014 sebanyak 16 unit rumah

type 36, 31 unit rumah type 45 dan 229 unit ruko. Sedangkan pada Tahun 2015 sebanyak 62 unit rumah type 36, 35 unit rumah type 45 dan 78 unit ruko (Tabel 4.6 dan Gambar 4.6). Berdasarkan Gambar 4.6 terlihat type rumah paling banyak di Kecamatan Batang Kuis yaitu rumah type 36.

Tabel 4.6 Type Pembangunan Perumahan Dari Tahun 2010-Tahun 2015

No Jenis

Bangunan

Jumlah (Unit) Jumlah

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 RTT Tipe 36 57 250 191 24 16 62 600

2 RTT Tipe 45 34 48 50 42 31 35 240

3 RTT Tipe 52 - - 14 - - - 14

4 Ruko 8 20 17 15 182 78 320

Jumlah 99 318 272 81 229 175

Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Deli Serdang, 2016

(23)

Bentuk dari implikasi keberadaan Bandara yang dijadikan bahan pertimbangan perubahan kawasan yakni berupa perubahan aktivitas penggunaan lahan khusunya perkembangan permukiman akibat pembangunan Bandara Kuala Namu khususnya di Kecamatan Batang Kuis.

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam studi penelitian ini mencakup kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat penghasilan, dan lama bermukim di Kecamatan Batang Kuis.

5.1.1 Jenis kelamin

Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan (Tabel 5.1 dan Gambar 5.1).

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

1 Laki-laki 187 54%

2 Perempuan 159 46%

Jumlah 346 100%

(24)

Berdasarkan hasil kuesioner (Tabel 5.1 dan Gambar 5.1) di wilayah studi penelitian dari 346 responden sebanyak 187 responden (54%) berjenis kelamin laki-laki dan 159 responden (46%) berjenis kelamin perempuan.

Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa angka komposisi populasi laki-laki yang lebih tinggi dari perempuan menunjukkan bahwa jumlah populasi tersebut menunjukkan besarnya jumlah pekerja potensial di kawasan Kecamatan Batangkuis yang berdekatan dengan lokasi bandara Kuala Namu.

5.1.2 Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, dan > 60 tahun (Tabel 5.2 dan Gambar 5.2).

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase (%)

1 20-29 tahun 65 19%

2 30-39 tahun 71 21%

3 40-49 tahun 46 13%

4 50-59 tahun 87 25%

5 > 60 tahun 77 22%

Jumlah 346 100%

Gambar 5.2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

(25)

30-39 tahun, 46 responden (13%) berusia 40-49 tahun, 87 responden (25%) berusia 50-59 tahun dan 77 responden (22%) berusia diatas 60 tahun.

Dari diagram diatas penulis berkesimpulan bahwa masyarakat produktif yang tersebar dalam berbagai aktifitas kegiatan perekonomian (mata pencaharian) di Kecamatan Batang Kuis ini didominasi oleh golongan muda (usia antara 20 tahun s/d 49 tahun) sebagai pekerja usia produktif, dan penulis juga berkesimpulan bahwa golongan pekerja ini juga sebahagian adalah pendatang dan pencari kerja dari luar daerah Kecamatan Batang Kuis. Akibat dari datangnya para pekerja yang berasal dari luar Kecamatan Batang Kuis, tentunya akan segera membutuhkan perumahan/permukiman yang layak untuk ditinggali oleh para pekerja tersebut.

5.1.3 Tingkat pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi responden dengan tingkat pendidikan tamatan SD, SMP, SMA dan Diploma/Sarjana (Tabel 5.3 dan Gambar 5.3).

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Usia Jumlah Presentase (%)

1 SD 98 28%

2 SMP 87 25%

3 SMA 101 29%

4 Diploma/Sarjana 60 18%

(26)

Gambar 5.3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari survey lapangan dari 346 responden sebanyak 98 responden (28%) dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), 87 responden (25%) dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), 101 responden (29%) dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), 60 responden (18%) dengan tingkat pendidikan Diploma/Sarjana seperti terlihat pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.3.

Dari diagram ini dapat dilihat bahwa kalangan produktif masih didominasi oleh masyarakat berpendidikan dasar (SD/SMP) yaitu dengan total 53% kemudian diikuti oleh pendidikan menengah sebesar 29% dan pendidikan tinggi sebesar 18%. Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam memperoleh mata pencaharian hanya dapat bersaing di level buruh kasar dan karyawan rendah (operator) selain juga petani dan wirausahawan. Tentunya hal ini akan berpengaruh kepada tingkat daya beli masyarakat dalam memiliki perumahan/permukiman yang layak.

5.1.4 Mata pencaharian

(27)

tangga, karyawan swasta, wiraswasta/pedagang, buruh, guru, mahasiswa (Tabel 5.4 dan Gambar 5.4).

Berdasarkan survey lapangan sebanyak 73 responden (21%) bermata pencaharian sebagai petani, 23 responden (7%) sebagai pegawai negeri, 11 responden (3%) sebagai pensiunan, 98 responden (28%) sebagai ibu rumah tangga, 32 responden (9%) sebagai karyawan swasta, 87 responden (26%) sebagai wiraswasta/pedagang, 11 responden (3%) sebagai buruh, 8 responden (2%) sebagai guru, dan 3 responden (1%) sebagai mahasiswa (Tabel 5.4 dan Gambar 5.4).

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Presentase (%)

1 Petani 73 21%

2 Pegawai Negeri 23 7%

3 Pensiunan 11 3%

4 Ibu Rumah Tangga 98 28%

5 Karyawan Swasta 32 9%

6 Wiraswasta/Pedagang 87 26%

7 Buruh 11 3%

8 Guru 8 2%

9 Mahasiswa 3 1%

Jumlah 346 100%

(28)

Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa pola mata pencaharian di Kecamatan Batang Kuis dan sekitar Bandara Kuala Namu sudah mulai mengalami pergeseran dari pola berbasis pertanian menuju kepada sektor jasa dan perdagangan. Secara langsung atau tidak langsung penulis beranggapan bahwa hal ini tidak terlepas dari akibat telah beroperasinya bandara Kuala Namu

5.1.5 Tingkat penghasilan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat penghasilan antara lain responden dengan penghasilan 0-Rp. 500.000, Rp. 500.000-Rp. 1.500.000, Rp. 1.500.000-Rp. 2.500.000, Rp. 2.500.000-Rp. 3.500.000 dan diatas Rp. 3.500.000 (Tabel 5.5 dan Gambar 5.5).

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan

No Tingkat Penghasilan Jumlah Presentase (%)

1 0-Rp. 500.000 16 5%

2 Rp. 500.000-Rp. 1.500.000 91 26%

3 Rp. 1.500.000-Rp. 2.500.000 101 29%

4 Rp. 2.500.000-Rp. 3.500.000 87 25%

5 > Rp. 3.500.000 51 15%

Jumlah 346 100%

(29)

Berdasarkan survey lapangan dari 346 responden sebanyak 16 responden (5%) dengan penghasilan 0-Rp. 500.000, 91 responden (26%) dengan penghasilan Rp. 500.000-Rp. 1.500.000, 101 responden (29%) dengan penghasilan Rp. 1.500.000-Rp. 2.500.000, 87 responden (25%) dengan penghasilan 1.500.000-Rp. 2.500.000-1.500.000-Rp. 3.500.000, dan 51 responden (15%) dengan penghasilan di atas Rp. 3.500.000 (Tabel 5.5 dan Gambar 5.5).

Dari diagram ini penulis berkesimpulan bahwa untuk saat ini kebutuhan atas perumahan /permukiman yang sanggup diserap oleh masyarakat di sekitar Kecamatan Batang Kuis adalah perumahan/permukiman bertype menengah kebawah.

5.1.6 Lama bermukim

Karakteristik berdasarkan lama bermukim dibagi menjadi responden dengan lama bermukim 0-5 tahun, 5-10 tahun, 10-15 tahun, 15-20 tahun, dan lebih dari 20 tahun.

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bermukim

No Lama Bermukim Jumlah Presentase (%)

(30)

selama 15-20 tahun, dan 87 responden (25%) selama lebih dari 20 tahun telah bermukim di Kecamatan Batang Kuis (Tabel 5.6 dan Gambar 5.6).

Gambar 5.6 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bermukim Dari diagram ini terlihat bahwa telah terjadi peningkatan jumlah pendatang ke sekitar Kecamatan Batang Kuis dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini (27%). Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa kondisi tersebut telah dipengaruhi oleh wacana, rencana, pembangunan dan telah beroperasinya Bandara Kuala Namu sebagai alasan pemilihan menetap dan bertempat tinggal di Kecamatan Batang Kuis

5.2 Keberadaan Bandara Kuala Namu

(31)

Tabel 5.7 Tanggapan Responden Terhadap Keberadaan Bandara Kuala Namu

No Keberadaan Bandara Kuala

Namu Jumlah Presentase (%)

1 Sangat berpengaruh 121 35%

2 Berpengaruh 115 33%

3 Cukup Berpengaruh 51 15%

3 Kurang berpengaruh 47 14%

4 Tidak berpengaruh 12 3%

Jumlah 346 100%

Gambar 5.7 Diagram Tanggapan Responden Terhadap Keberadaan Bandara Kuala Namu

Berdasarkan Gambar 5.7 terlihat bahwa keberadaan Bandara Kuala Namu berpengaruh terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis.

Seperti transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan unsur pendorong. Peran transportasi sebagai penunjang dapat dilihat pada kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lainnya, sekaligus juga berperan dalam menggerakkan dinamika pembangunan. Sedangkan sebagai unsur pendorong, transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa transportasi yang efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah terpencil.

(32)

kota (Catanase dan Snyder, 1979). Keberadaan suatu transportasi secara umum memiliki pengaruh antara lain perubahan penggunaan lahan penyebaran dan kepadatan penduduk, harga lahan, tingginya mobilitas penduduk, pembangunan berbagai fasilitas fisik dan perubahan sosial budaya masyarakat.

Keberadaan Bandara Kuala Namu saat ini memberikan pengaruh terhadap kawasan disekitarnya seperti Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Beringin dan Kecamatan Batang Kuis. Pada Kecamataan Batang Kuis sendiri pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terlihat pada meningkatnya perubahan guna lahan dari pertanian ke permukiman dan fasilitas ekonomi, serta pembangunan berbagai infrastruktur seperti jalan, serta tingginya mobilitas penduduk.

5.3 Perkembangan Permukiman di Kecamatan Batang Kuis

Kenampakan fisik perkembangan permukiman dan permukiman sejak keberadaan Bandara Kuala Namu dapat dilihat dari, penggunaan lahan untuk permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas, serta prasarana lingkungan/utilitas.

5.3.1 Penggunaan lahan permukiman

(33)

responden (12%) menyatakan kurang meningkat dan 32 responden (9%) dan tidak meningkat (Tabel 5.8, Gambar 5.8 dan 5.9).

Tabel 5.8 Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Sejak Adanya Bandara Kuala Namu

No Tanggapan Responden Jumlah Presentase

(%)

2010 2015

1 Sangat meningkat 86 25% Jumlah unit

rumah

Gambar 5.8 Diagram Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Sejak Adanya Bandara Kuala Namu

Berdasarkan Tabel 5.8 terlihat banyaknya permukiman yang ada di Kecamatan Batang Kuis (dari Tahun 2010-2015) dapat dikategorikan menjadi meningkat akibat adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

(34)

Dari penjabaran diatas dapat diketahui bahwa bangunan menampung kegiatan fungsi-fungsi tertentu dan apabila suatu permukiman dan permukiman berkembang yang diiringi perkembangan aktivitas yang terjadi, maka keberadaan bangunan akan mengalami peningkatan jumlah demi memenuhi penyediaan ruang aktivitas.

Berkembangnya suatu permukiman dapat dilihat dari ciri-ciri fisik perkembangan permukiman yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996).

Di Kecamatan Batang Kuis sendiri sejak keberadaan Bandara Kuala Namu perkembangan Bandara Kuala Namu meningkat. Hal tersebut terlihat dari banyaknya perkembangan permukiman yang dilihat dari ciri-ciri fisik dan dilihat langsung seperti pembangunan permukiman-permukiman baik itu oleh pengembang maupun masyarakat. Selain itu juga dapat dilihat dari perubahan penggunaan lahan yang awalnya pertanian menjadi kawasan permukiman.

Dari Gambar 5.9 dan 5.10 terlihat perkembangan pembangunan permukiman berdasarkan jumlah yang telah dibangun dari Tahun 2010 meningkat hingga Tahun 2015. Pada Tahun 2010 terdapat 99 unit rumah, Tahun 2011 sebanyak 318 unit, Tahun 2012 sebanyak 272 unit, Tahun 2013 sebanyak 81 unit, Tahun 2014 sebanyak 219 unit dan Tahun 2015 sebanyak 175 unit.

(35)

Gambar 5.10 Peta Penggunaan Lahan Untuk Permukiman dari Tahun 2010-2015 (Bappeda Kabupaten Deli Serdang dan Survey Lapangan, 2016)

(36)

Menurut hasil survey terhadap 346 responden, sebanyak 178 responden (51%) menyatakan bahwa pembangunan permukiman di Kecamatan Batangkuis terencana dengan baik, dan sebanyak 168 responden (49%) menyatakan tidak terencana dengan baik dikarenakan masih adanya bangunan yang tidak sesuai penempatan lokasinya dan tidak memiliki izin. Kemungkinan jangkauan pengawasan pembangunan kota belum sampai ke seluruh penjuru kota sehingga banyak menimbulkan munculnya bangunan yang tidak memiliki izin dan tidak sesuai dengan rencana kota.

Selain itu lemahnya penerapan/penegakan aturan ataupun regulasi yang terkait dengan pelaksanaan banguna gedung terutama yang terkait kepada pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman termasuk juga pada sistem pengawasan dan evaluasi di lapangan telah menyebabkan proses pembangunan bangunan gedung di kecamatan Batang Kuis menjadi tidak berizin, liar dan tidak terkendali.

5.3.2 Ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi

(37)

Tabel 5.9 Tanggapan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Sosial dan Ekonomi

No Tanggapan Responden Jumlah Presentase (%)

1 Sangat meningkat 87 25%

2 Meningkat 137 40%

3 Cukup meningkat 68 20%

4 Kurang meningkat 42 12%

5 Tidak meningkat 12 3%

Jumlah 346 100%

Gambar 5.11 Diagram Ketersediaan Fasilitas Sosial dan Ekonomi

(38)

Dengan adanya Bandara Kuala Namu, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Batang Kuis meningkat. Hal tersebut terlihat di Kecamatan Batang Kuis ini terdapat perkembangan fasilitas pusat pertokoan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas peribadatan. Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan permukiman dan permukiman akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992).

Dengan begitu permukiman dan aktivitas yang berkembang akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana permukiman secara kualitas dan kuantitas. Salah satu ciri perkembangan fisik permukiman dan permukiman adalah semakin lengkapnya fasilitas pendukung ekonomi dan social (Branch, 1996).

5.3.3 Aksesibilitas

Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 89 responden (26%) menyatakan bahwa aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis sejak adanya Bandara Kuala Namu sangat baik, 121 responden (35%) menyatakan baik, 100 responden (29%) menyatakan cukup baik, 31 responden (9%) menyatakan kurang baik dan 5 responden (1%) menyatakan tidak baik (Tabel 5.10, Gambar 5.13 dan 5.14).

Tabel 5.10 Tanggapan Responden Terhadap Aksesibilitas

(39)

Gambar 5.13 Diagram Aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis Sejak Adanya Bandara Kuala Namu

Gambar 5.14 Aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis

Berdasarkan Tabel 5.10 dan Gambar 5.13 terlihat bahwa dengan adanya Bandara Kuala Namu, aksesibilitas di Kecamatan Batang Kuis baik. Hal tersebut terlihat dari kondisi jalan dan jenis transportasi menuju Bandara Kuala Namu yang baik dan mudah dijangkau. Secara keseluruhan perkembangan pada kawasan permukiman berjalan dan berkembang secara dinamis dan natural terhadap alam, dan dipengaruhi oleh faktor fisik kota yaitu pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian.

(40)

perkembangan adalah perkembangan sosial ekonomi, perkembangan industri dan aksesibilitas.

5.3.4 Prasarana lingkungan/utilitas

Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 43 responden (12%) menyatakan bahwa prasarana lingkungan/utilitas di Kecamatan Batang Kuis sejak adanya Bandara Kuala Namu sangat baik, 121 responden (35%) menyatakan baik, 155 responden (45%) menyatakan cukup baik, 23 responden (7%) menyatakan kurang baik dan 4 responden (1%) menyatakan tidak baik (Tabel 5.11, Gambar 5.15 dan 5.16).

Tabel 5.11 Tanggapan Responden Terhadap Prasarana Lingkungan/Utilitas

No Tanggapan Responden Jumlah Presentase (%)

1 Sangat baik 43 12%

2 Baik 121 35%

3 Cukup baik 155 45%

4 Kurang baik 23 7%

5 Tidak baik 4 1%

Jumlah 346 100%

Gambar 5.15 Diagram Prasarana Lingkungan/Utilitas di Kecamatan Batang Kuis

(41)

Berdasarkan Tabel 5.11 dan Gambar 5.15 terlihat bahwa dengan adanya Bandara Kuala Namu, prasarana lingkungan/utilitas di Kecamatan Batang Kuis baik. Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan permukiman dan permukiman akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992). Dengan begitu permukiman dan aktivitas yang berkembang akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana permukiman secara kualitas dan kuantitas.

5.4 Analisa Pengaruh Keberadaan Bandara Kuala Namu Terhadap Perkembangan Permukiman

Dalam analisa ini dilakukan untuk melihat pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batangkuis. Perkembangan permukiman dapat dilihat dari banyaknya penggunaan lahan untuk permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesibilitas dan prasarana lingkungan/utilitas, Adapun analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisa kualitatif.

5.4.1 Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap penggunaan lahan untuk permukiman

Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap penggunaan lahan permukiman terlihat dari adanya alih fungsi lahan dari pertanian menjadi permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas sosial.

(42)

penggunaan lahan. Kebutuhan dan aktivitas manusia menyebabkan tuntutan kebutuhan lahan semakin tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitasnya tersebut. Kebutuhan bermukim manusia yang semakin banyak menuntut penyediaan lahan untuk permukiman semakin banyak pula, maka terjadi perubahan penggunaan lahan untuk permukiman. Berkembangnya suatu permukiman dapat dilihat dari ciri-ciri fisik perkembangan permukiman yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996). Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan penduduk bertambah dan membuat kawasan tersebut semakin padat serta bangunan-bangunan semakin banyak dan rapat.

Pada Gambar 5.17 dan 5.18 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan lahan permukiman di Kecamatan Batang Kuis berada pada desa yang berada dekat dengan Bandara Kuala Namu, yaitu Desa Batang Kuis Pekan, Tumpatan Nibung, Paya Gambar, Tanjung Sari, Baru dan Desa Sena. Adapun peningkatan penggunaan lahan permukiman Tahun 2016 antara lain di Desa Paya Gambar sebanyak 309 unit, Desa Batang Kuis Pekan sebanyak 549 unit, Desa Tumpatan Nibung sebanyak 112 unit, Desa Tanjung Sari sebanyak 79 unit, Desa Baru sebanyak 40 unit dan Desa Sena sebanyak 19 unit.

(43)

Gambar 5.18 Desa yang Mengalami Peningkatan Pembangunan Permukiman di Kecamatan Batangkuis

(44)

5.4.2 Pengaruh keberadaan bandara terhadap kelengkapan fasilitas sosial dan ekonomi

Keberadaan Bandara Kuala Namu memberi pengaruh terhadap ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi. Hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi terutama untuk fasilitas perekonomian yaitu kawasan perdagangan dan jasa (Gambar 5.19).

(45)

membuat kawasan tersebut semakin padat; bangunan-bangunan semakin banyak dan rapat; semakin lengkapnya fasilitas yang mendukung kegiatan sosial ekonomi

5.4.3 Pengaruh keberadaan Bandara terhadap aksesibilitas

Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pada kawasan permukiman dan perkotaan berjalan dan berkembang di Kecamatan Batang Kuis secara dinamis dan natural terhadap alam, dan dipengaruhi oleh faktor manusia (kebutuhan manusia akan tempat tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi), faktor fisik kota (pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian), dan faktor bentang alam (kemiringan lereng dan ketinggian lahan).

Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota atau wilayah lain yang berdekatan (Tarigan Robinson, 2004). Aksesibilitas suatu tempat perlu memperhatikan kemudahan dari transportasi yang baik ke tempat-tempat tertentu. Aksesibilitas suatu tempat dapat memudahkan hubungan satu tempat dengan lainnya yang didukung oleh transportasi.

(46)

Gambar 5.20 Akses Transportasi di Kecamatan Batang Kuis

5.4.4 Pengaruh keberadaan Bandara terhadap prasarana lingkungan/utilitas

Pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap prasarana lingkungan di Kecamatan Batang Kuis terlihat dari adanya perbaikan prasarana lingkungan yaitu drainase di sepanjang jalan menuju Bandara dan drainase di kawasan permukiman dan permukiman (Gambar 5.21).

(47)

Hal-hal yang mempengaruhi dalam perkembangan permukiman adalah pewilayahan (zoning); utilitas (utilities); faktor-faktor teknis (technical factors); lokasi (locations); estetika (aesthetics); komunitas (community); pelayanan kota (city services); dan biaya (costs) (Catanese dan Snyder, 1979).

Dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Permukiman dalam sebuah lingkungan permukiman harus disediakan prasarana untuk memberikan kemudahan (Sastra dan Marlina, 2006).

Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan permukiman dan permukiman akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992). Dengan begitu permukiman dan aktivitas yang berkembang akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana permukiman secara kualitas dan kuantitas.

5.5 Pengaruh Keberadaan Bandara Kuala Namu Terhadap Perkembangan Permukiman

(48)

Selanjutnya peristiwa perubahan permukiman yang terjadi di Kecamatan Batang Kuis adalah perubahan peruntukan lahan pertanian menjadi lahan terbangun akibat pandangan bahwa lahan di Kecamatan Batang Kuis merupakan sarana investasi yang berprospek ekonomi baik di masa mendatang dengan kehadiran Bandara Kuala Namu sebagai magnet dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.

Perkembangan permukiman dalam bentuk rumah toko dan fasilitas komersil banyak terjadi sepanjang jalan primer Medan- Kuala Namu. Di Kecamatan Batang Kuis semenjak diresmikannya Bandara Kuala Namu menunjukkan perkembangan warung dan toko (sarana dagang) dengan proporsi identifikasi oleh masyarakat hampir 34,68% menyatakan cukup banyak dan 26,88% menyatakan banyak sebagaimana diagram berikut (Gambar 5.22).

Gambar 5.22. Diagram Perkembangan Warung-Toko

(49)

Perkembangan permukiman dan kegiatan usaha yang terjadi di Kecamatan Batang Kuis menunjukkan zonasi yang spesifik untuk tiap wilayah. Dari hasil identifikasi masyarakat terdapat kecenderungan lokasi terpilih untuk kegiatan pembangunan rumah yang menunjukkan hampir 28,32% maupun kegiatan usaha sebagaimana diagram berikut berloksi sekitar jalan Batang Kuis-Kuala Namu dan 27,17% berlokasi sekitar jalan Batang Kuis-Medan (Gambar 5.23).

Gambar 5.23 Diagram Lokasi Perkembangan Bangunan Usaha

Dengan memeperhatikan data diatas maka dapat dilihat adanya kecenderungan bahwa infrastruktur jalan penghubung Medan – Bandara Kuala Namu dan kelancaran transportasi (aksesibilitas tinggi) menjadi faktor pengaruh bagi terjadinya perkembangan pembangunan di Kecamatan Batang Kuis.

(50)

Gambar 5.24 Diagram Prioritas Pembangunan

Dengan demikian dapat diartikan bahwa pengaruh yang kuat dari keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis adalah pada sektor pembangunan jalan utama dan jalan kampong yang meningkatkan aksesibilitas transportasi Kecamatan Batang Kuis sehingga membentuk pola permukiman yang sejalur dengan sarana jalan (linear development).

Perkembangan suatu permukiman duatnadai juga dengan laju pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial bagi masyarakat kota. Di Kecamatan Batang Kuis masyarakat menilai bahwa pembangunan fasum dan fasos masih didominasi oleh pembangunan infrastruktur jalan (34,10%) dan sarana perdagangan (25,72%) pada kurun 3 tahun terakhir (Gambar 5.25).

Gambar 5.25 Diagram Pembangunan Fasum/Fasos

(51)

perdagangan. Sebagaimana diketahui pembangunan ini selain dipengaruhi oleh jalan lintas Medan – Kuala Namu namun juga dipengaruhi oleh arus pertambahan jumlah penduduk yang tertarik untuk tinggal di Kecamatan Batang Kuis yang mengalami lonjakan semenjak peresmian Bandara Kuala Namu.

Dari hasil analisis terhadap keseluruhan data, maka diperoleh adanya suatu kecenderungan perubahan permukiman yang terjadi di Kecamatan Batang Kuis sehubungan dengan keberadaan operasional Bandara Kuala Namu semenjak 2013. Beberapa perubahan permukiman di Kecamatan Batang Kuis terpengaruh oleh terbentuknya oleh arus lalu lintas dan ketersediaan jalan primer Medan-Kuala Namu melintasi Kecamatan Batang Kuis yang menempatkan Kecamatan Batang Kuis sebagai kota singgah (kota transit).

(52)

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap pengaruh keberadaaan Bandara Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

1. Adapun perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis dengan adanya Bandara Kuala Namu dilihat dari bagaimana penggunaan lahan permukiman, ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi, aksesbilitas, dan prasarana lingkungan/utilitas.

(53)

baik dan 1% menyatakan tidak baik. Berdasarkan survey lapangan, sebanyak 12% menyatakan bahwa prasarana lingkungan/utilitas di Kecamatan Batang Kuis sejak adanya Bandara Kuala Namu sangat baik, 35% menyatakan baik, 45% menyatakan cukup baik, 7% menyatakan kurang baik dan 1% menyatakan tidak baik.

2. Adapun keberadaan Bandara Kuala Namu memberikan pengaruh terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Batang Kuis. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan fungsi lahan dari pertanian menjadi permukiman, fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi. Perubahan fungsi lahan tersebut menyebabkan meningkatmya penggunaan lahan permukiman, ketersediaan fasilitas ekonomi dan sosial terutama pada Desa-Desa yang dekat dengan Bandara dan jalan yang dilalui menuju Bandara. Selain itu pengaruh keberadaan Bandara Kuala Namu terhadap perkembangan permukiman dilihat aksesbilitas permukiman dan prasarana lingkungan/utilitas dalam kondisi yang baik dan telah dilakukan perbaikan.

6.2 Rekomendasi

(54)

atau studi lanjutan yang direkomendasikan adalah penelitian lanjutan yang lebih komprehensif untuk melihat pengaruh yang lebih luas tidak hanya dari fisik namun juga dari aspek ekonomi, sosial budaya maupun hukum. Penelitian yang menyangkut penataan pembangunan permukiman Kecamatan Batang Kuis sehingga pembangunan dan perkembangan permukiman lebih tertata.

Gambar

Tabel 3.1  Kebutuhan Data Jenis Data
Tabel 3.3  Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf
Tabel 4.1  Luas Wilayah dirinci  Menurut Desa di Kecamatan Batang Kuis  No. Desa Luas Wilayah (Km²)
Gambar 4.1 Peta Orientasi Kecamatan Batang Kuis (Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2016)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pengaruh pertambahan penduduk terhadap perkembangan permukiman menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman dan berkurangnya

Tingkat pengaruh tinggi yaitu (1) pengaruh perkembangan fasilitas Bandara Internasional Adi Soemarmo terhadap perubahan fungsi dan KLB guna lahan perdagangan dan jasa pada

Diperoleh hasil penelitian bahwa perkembangan Bandara Internasional Adi Soemarmo memiliki pengaruh yang kuat terhadap perubahan jenis penggunaan lahan di sekitarnya serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perkembangan kawasan komersial terhadap perubahan permukiman dengan mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Hal yang dipengaruhi dengan adanya perkembangan lahan terbangun yang semakin meningkat tersebut adalah peningkatan kualitas dari keberadaan prasarana lingkungan

Tabel 5.13 Matriks Pengaruh Perkembangan Industri Skala Sedang dan Besar yang Teraglomerasi terhadap Peningkatan Intensitas Pemanfaatan Lahan Permukiman di Mojosongo-Teras

lancarnya jalan ke wilayah tersebut akan meningkatkan jumlah angkutan umum. Tanggapan Responden mengenai Pembangunan Jalan ke Bandara Kuala Namo Menyebabkan Perubahan

Perkembangan kawasan permukiman pesisir Danau Matano sejak beroperasinya aktivitas pertambangan mengakibatkan perubahan pemanfaatan lahan yang cukup massif terjadi dengan