• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Jalan ke Bandara Kuala Namo Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Jalan ke Bandara Kuala Namo Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Chapter III V"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Secara khusus lokasi penelitian berada di empat desa, yaitu Desa Ramunia II, Desa

Perkebunan Ramunia, Desa Pantai Labu Baru dan Desa Pantai Labu Pekan.

Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Desa Ramunia II,

Desa Perkebunan Ramunia, Desa Pantai Labu Baru dan Desa Pantai Labu Pekan,

yaitu sebanyak 2.014 rumah tangga. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus

Slovin (Umar, 2005), yaitu:

2

N = ukuran populasi

e = kesalahan yang ditolerir .

Kesalahan yang ditolerir dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan

sebesar 10%.

Dari rumus tersebut di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai

(2)

2

n = 95,27 (dibulatkan menjadi 96 orang)

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang yang

mewakili setiap rumah tangga masyarakat. Sampel ditentukan secara random, untuk

memperoleh sampel secara independen. Persebaran sampel berdasarkan desa adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Persebaran Sampel Berdasarkan Desa

No. Desa Populasi (KK) Sampel (orang)

Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka, 2010.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari lapangan yang dikumpulkan melalui

pengamatan, kuesioner serta wawancara dengan responden. Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu: Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Deli Serdang, Bappeda Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat

Statistik Kabupaten Deli Serdang, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan

(3)

3.4. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Angket (kuesioner)

Angket disusun secara terstruktur dan penyebarannya ditujukan kepada

masyarakat yang menjadi responden.

2. Observasi dan wawancara

Melakukan pengamatan langsung di lapangan dan juga wawancara dengan

beberapa masyarakat sehingga peneliti memperoleh data untuk memperkuat

data yang dikumpulkan melalui kuesioner.

3. Studi dokumentasi

Dengan mengkaji dokumen-dokumen yang relevan dengan objek yang diteliti.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis pertama dan

kedua yaitu dampak pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap

aksesibilitas penduduk dan harga lahan di Kecamatan Pantai Labu, dilakukan melalui

(4)

1

Y = rata-rata aksesibilitas penduduk, harga lahan sebelum pembangunan

jalan ke Bandara Kuala Namo.

2

Y = rata-rata aksesibilitas penduduk, harga lahan setelah pembangunan

jalan ke Bandara Kuala Namo.

s2

n = banyak sampel = varians gabungan

Ketentuan: H0 diterima jika signifikansi thitung > 0.05, H0 ditolak jika

signifikansi thitung

Untuk menjawab hipotesis ketiga, yaitu untuk mengetahui dampak

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap alih fungsi lahan dilakukan

secara deskriptif.

< 0.05.

Untuk menjawab hipotesis keempat, yaitu untuk mengetahui pengaruh

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap pendapatan masyarakat di

Kecamatan Pantai Labu, dilakukan melalui regresi linear berganda, dengan formulasi

sebagai berikut:

= Aksesibilitas penduduk (waktu)

(5)

b1,b2, b3

e = term of error

= Koefisien regresi variabel independen

a. Uji F (Uji secara simultan)

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat

kepercayaan 95 % atau α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis:

H0 : b1,b2,b3

H

= 0; peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan

alih fungsi lahan secara simultan tidak berpengaruh terhadap pendapatan

masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.

1 : b1,b2,b3

Ketentuan: H

≠ 0, peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan

dan alih fungsi lahan secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan

masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.

0 diterima jika signifikansi Fhitung > 0.05, H0 ditolak jika

signifikansi Fhitung

b. Uji t (Uji secara parsial) < 0.05.

Kriteria hipotesis adalah :

H0 : bi

H

= 0; peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih

fungsi lahan secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan

masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.

1 : bi ≠ 0, peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih

fungsi lahan secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di

(6)

Ketentuan: H0 diterima jika signifikansi thitung > 0.05, H0 ditolak jika signifikansi

thitung < 0.05.

3.6. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman (persepsi) pada penelitian

ini, disusun definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1. Aksesibilitas adalah pergerakan manusia, barang dan jasa dari suatu tempat ke

tempat lain, diukur dalam satuan menit.

2. Harga lahan adalah harga yang bersedia dibayarkan untuk satu bidang tanah,

diukur dalam satuan Rp/m2

3. Alih fungsi lahan adalah terjadinya perubahan pengunaan lahan dari lahan

sawah dan ladang menjadi bangunan dan jalan, diukur dalam satuan m .

2

4. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan perekonomian masyarakat dalam

satu waktu yang dapat dilihat dari peningkatan pendapatan masyarakat, diukur

dalam satuan Rp/bulan.

.

5. Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial

ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian

(7)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografis dan Fisik Wilayah

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak diantara 2°57’ - 3°16’

Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari

wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah

2.497,72 Km2 dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak pada wilayah

pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi, kountur dan

iklim yang bervariasi. Kawasan hulu yang kounturnya mulai bergelombang sampai

terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara

kawasan pantai berhawa tropis pegunungan. Sementara itu, dilihat dari kemiringan

lahan, Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas:

Dataran Pantai ± 63.002 Ha ( 26,30 %) terdiri dari 4 kecamatan (Hamparan Perak,

(8)

Desa/Kelurahan dengan panjang pantai 65 km.Potensi Utama adalah:

Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut,

Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.

Dataran Rendah ± 68.965 Ha ( 28.80 % ) terdiri dari 11 kecamatan (Sunggal, Pancur

Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak,

Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan Galang) dengan jumlah desa

sebanyak 197 desa/kelurahan.Potensi Utama adalah: Pertanian Pangan,

Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri, Perdagangan,

dan Perikanan Darat.

Dataran Pegunungan ± 111.970 Ha ( 44.90 %) terdiri dari 7 kecamatan (Kutalimbaru,

Sibolangit, Biru-biru, STMHilir, STM Hulu, Gunung Meriah, Bangun

Purba) dengan jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi Utama adalah :

Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan, dengan luas wilayah

(9)

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Kecamatan

No. Kecamatan Ibukota Luas Wilayah

(km2

4. Kutalimbaru Kutalimbaru 174,92 14

5. Pancur Batu Pancur Batu 122,53 25

Sumber: Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2010.

Kecamatan Pantai Labu merupakan salah satu dari 22 kecamatan yang ada di

Kabupaten Deli Serdang dengan Ibukota kecamatan di Kelurahan Pantai Labu Pekan.

Kecamatan Pantai Labu dengan luas ± 81,85 km² berada pada ketinggian rata-rata 0-8

(10)

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Bedagai

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Percut

Sei Tuan.

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Beringin.

Secara administratif, Kecamatan Pantai Labu terdiri dari 19 desa/kelurahan

dengan luas wilayah 81,85 km2

Tabel 4.2. Luas Wilayah Kecamatan Pantai Labu Berdasarkan Desa .

(11)
(12)

4.1.2. Demografi

Jumlah penduduk di Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2010 adalah

sebanyak 43.981 jiwa, yang terdiri dari 22.448 jiwa laki-laki dan 21.533 jiwa

perempuan. Persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pantai

Labu adalah sebagai berikut (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Pantai Labu

No. Desa Laki-laki

(13)

Berdasarkan data jumlah penduduk tersebut diketahui bahwa penduduk yang

terbanyak terdapat di Desa Durian yaitu sebanyak 5.077 jiwa, kemudian Kelurahan

Pantai Labu Pekan sebanyak 4.281 jiwa. Sedangkan penduduk yang paling sedikit

jumlahnya terdapat di Desa Pantai Labu Baru yaitu sebanyak 824 jiwa. Hal ini

menunjukkan bahwa perserbaran penduduk pada desa-desa yang ada tidak merata.

Berdasarkan kepadatan penduduk, dapat dilihat bahwa desa yang paling padat

penduduknya adalah Desa Ramunia IIdengan kepadatan 1.844 jiwa per km2, kemudian

Desa Paluh Sibaji dengan keadatan 1.672 jiwa per km2. Sedangkan desa dengan

penduduk yang paling longgar (tidak padat) adalah Desa Sei Tuan dengan kepadatan

penduduk 82 jiwa per km2

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di

Kecamatan Pantai Labu disajikan pada tabel berikut:

No Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 0 - 4 5.297

(14)

4.1.3. Penggunaan Lahan

Pertanian yang dilakukan pada umumnya adalah pertanian lahan kering,

sebagaimana disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Penggunaan Lahan (Ha) di Kecamatan Pantai Labu, 2006 – 2010

No. Penggunaan Lahan 2006 2007 2008 2009 2010

1 Pertanian Sawah 4.012 3.954 3.905 3.862 3.820

2 Pertanian Non Sawah 3.239 3.271 3.276 3.224 3.209

3 Non Pertanian 927 953 997 1.092 1.149

Jumlah 8.178 8.178 8.178 8.178 8.178

Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka.

Berdasarkan data penggunaan lahan tersebut diketahui bahwa sebagian besar

Kecamatan Pantai Labu merupakan daerah pertanian, baik sawah maupun ladang

(lahan kering). Dapat dilihat bahwa selama lima tahun terakhir terjadi perubahan

penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi non pertanian.

4.1.4. Kondisi Jalan

Di Kecamatan Pantai Labu terdapat jalan sepanjang 146,72 km, dimana

sebagian besar (52,13%) merupakan jalan kerikil, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Panjang Jalan di Kecamatan Pantai Labu

No. Kondisi Jalan Panjang (km) (%)

(15)

Berdasarkan fungsinya, sebagian besar jalan di Kecamatan Pantai Labu

(71,87%) merupakan jalan kolektor sekunder.

38.31%

1.70% 52.13%

7.86%

Aspal Batu Kerikil Tanah

28.13%

71.87%

Kolektor Primer Kolektor Sekunder

Gambar 4.2. Kondisi Jalan di Kecamatan Pantai Labu

(16)

4.2. Karakteristik Responden

Berikut ini diuraikan beberapa karakteristik responden, yaitu umur,

pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan rata-rata. Berdasarkan umur

(Tabel 4.7 dan Gambar 4.4) diketahui bahwa mayoritas responden berusia antara 41 –

45 tahun, yaitu sebanyak 19,79%. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih

tergolong usia produktif muda.

Tabel 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Jumlah (Orang) %

Sumber: Data Primer diolah, 2012.

5,21

(17)

Berdasarkan pendidikan terakhir (Tabel 4.8 dan Gambar 4.5) diketahui bahwa

sebagian besar responden (36,46 %) adalah berpendidikan setingkat sekolah dasar

(SD), kemudian sebanyak 28,13% berpendidikan SLTP/sederajat. Sedangkan yang

berpendidikan sarjana hanya sebanyak 11,46%.

Tabel 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah (Orang) %

SD 35 36,46

Sumber: Data Primer diolah, 2012.

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.9

dan Gambar 4.6. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pekerjaan responden

36.46%

(18)

cukup bervariasi, dimana yang paling banyak adalah sebagai petani (22,92%). Hal ini

berhubungan dengan lokasi penelitian yang merupakan daerah pertanian.

Tabel 4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (Orang) %

Sumber: Data Primer diolah, 2012.

Berdasarkan data Tabel 4.10 dan Gambar 4.7 diketahui bahwa responden

yang paling banyak adalah dengan pendapatan Rp. 1 juta – 1,99 juta, yaitu 51,04%,

kemudian dengan pendapatan antara Rp. 2 juta – 2,99 juta, sebanyak 21,88%.

7.29%

(19)

Tabel 4.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan (Rp) Jumlah (Orang) %

< 1 juta 7 7,29

1 - 1,99 juta 49 51,04

2 - 2,99 juta 21 21,88

3 - 3,99 juta 10 10,42

> 4 juta 9 9,38

Jumlah 96 100,00

Sumber: Data Primer diolah, 2012.

Berdasarkan jumlah anggota keluarga sebagaimana dilihat pada Tabel 4.11

dan Gambar 4.8 diketahui bahwa sebagian besar responden (53,13 %) adalah

memiliki anggota keluarga sebanyak ≤ 3 orang, kemudian sebanyak 38,54% dengan

jumlah anggota keluarga 4 – 5 orang.

7.29%

51.04% 21.88%

10.42%

9.38%

< 1 jt

1 - 1.99 jt

2 - 2.99 jt

3 - 3.99 jt

> 4 jt

(20)

Tabel 4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (Orang) %

≤ 3 orang 51 53,13

4 – 5 orang 37 38,54

≥ 6 orang 8 8,33

Jumlah 96 100,00

Sumber: Data Primer diolah, 2012.

4.3. Analisis Data dan Pembahasan 4.3.1. Tanggapan Responden

1) Tanggapan atas Pembangunan Jalan ke Bandara Kuala Namo

Tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan untuk indikator

pembangunan jalan ke Bandara disajikan pada Tabel 4.12. Berdasarkan data Tabel

4.12 dan Gambar 4.9 diketahui bahwa sebagian besar responden (39,6%) dan 27,1%

menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara ini sangat sesuai dan sesuai

dengan harapan masyarakat. Namun masih ada sebanyak 28,1% yang menyatakan

kurang sesuai dan tidak sesuai. Hal ini terjadi karena saat ini pembangunan jalan

53.13% 38.54%

8.33%

< 3 4-5 >6

(21)

tersebut masih trus berlangsung sehingga masih menimbulkan banyak debu apabila

musim kemarau, yang cukup mengganggu masyarakat.

Tabel 4.12. Tanggapan Responden atas Indikator Pembangunan Jalan ke Bandara

No. Indikator Skor (%)

5 4 3 2 1 1. Kesesuaian peningkatan jalan desa dengan harapan

masyarakat desa

39,6 27,1 6,3 17,7 9,4

2. Peran peningkatan jalan desa dalam memperlancar pengangkutan dari dan ke daerah ini

41,7 20,8 13,5 7,3 16,7

3. Peran peningkatan jalan desa mempersingkat waktu tempuh

17,7 35,4 6,3 34,4 6,3

4. Peran peningkatan jalan desa dalam menurunkan biaya angkut hasil pertanian

1,0 8,3 9,4 0 81,3

Sumber: Data Primer, diolah, 2012.

Keterangan: 5 : sangat sesuai/sangat memperlancar/sangat menurunkan 4 : sesuai/memperlancar/menurunkan

3 : cukup sesuai/cukup memperlancar/cukup menurunkan 2 : kurang sesuai/kurang memperlancar/kurang menurunkan 1 : tidak sesuai/tidak memperlancar/tidak menurunkan.

Berdasarkan Gambar 4.10 diketahui bahwa sebagian besar responden (41,7%)

dan 20,8% menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara ini sangat

39.6%

(22)

memperlancar dan memperlancar pengangkutan ke Pantai Labu. Namun sebanyak

16,7% responden menyatakan tidak memperlancar. Hal ini berhubungan dengan

kondisi saat ini dimana masih berlangsung pembangunan sebagian ruas jalan

sehingga agak menganggu perjalanan.

Berdasarkan Gambar 4.11 diketahui bahwa sebagian besar responden (35,4%)

dan 17,7% menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara ini mempersingkat

dan dan sangat mempersingkat waktu tempuh ke tempat kegiatan utama. Namun

41.7%

20.8% 13.5%

7.3% 16.7% Sangat memperlancar

Memperlancar

Gambar 4.10. Tanggapan Responden mengenai Pembangunan Jalan ke Bandara Kuala Namo Memperlancar Pengangkutan

(23)

sebanyak 40,7% responden menyatakan tidak dan kurang mempersingkat waktu

tempuh. Hal ini berhubungan dengan aktivitas utama sebagian masyarakat sebagai

petani dan nelayan yang pada umumnya tidak melalui jalan akses bandara tersebut

jika hendak ke sawah/ladang dan ke laut.

Berdasarkan Gambar 4.12 diketahui bahwa sebagian besar responden (81,3%)

menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara ini sangat tidak menurunkan

biaya angkut hasil pertanian.

2) Tanggapan atas Pengembangan Wilayah

Dalam penelitian ini, indikator pengembangan wilayah yang diteliti adalah

harga lahan, perubahan penggunaan lahan dan pertambahan jumlah angkutan umum.

Tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan untuk indikator

pengembangan wilayah disajikan pada Tabel 4.13.

1% 8.3%

9.4%

81.3%

Sangat menurunkan

Menurunkan

Cukup menurunkan

Tidak Menurunkan

Sangat tidak menurunkan

(24)

Tabel 4.13. Tanggapan Responden atas Indikator Pengembangan Wilayah

No. Indikator Skor (%)

5 4 3 2 1

1. Peningkatan harga lahan 46,9 53,1 0 0 0

2. Perubahan penggunaan lahan 2,1 16,7 5,2 55,2 20,8

3. Peningkatan jumlah angkutan umum ke daerah ini 20,8 55,2 24,0 0 0

Sumber: Data Primer, diolah, 2012.

Keterangan: 5 : sangat meningkat/sangat banyak/sangat setuju 4 : meningkat/banyak/setuju

3 : cukup meningkat/cukup banyak/cukup setuju 2 : kurang meningkat/sedikit/kurang setuju 1 : tidak meningkat/tidak ada/tidak setuju.

Tabel 4.13 dan Gambar 4.13 menunjukkan sebagian besar responden (53,1%)

menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo meningkatkan harga

lahan di Kecamatan Pantai Labu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan terbuka dan

lancarnya jalan ke wilayah tersebut akan meningkatkan permintaan terhadap lahan,

sehingga harga lahan menjadi meningkat.

46.9%

53.1%

Sangat Meningkat Meningkat

(25)

Pembukaan jalan ke Bandara Kuala Namo hingga kondisi saat ini belum

banyak menyebabkan perubahan penggunaan lahan sebagaimana dinyatakan oleh

55,2% responden, bahkan sebanyak 20,8% responden menyatakan tidak ada

perubahan penggunaan lahan untuk saat ini (Gambar 4.14).

Pada umumnya perubahan penggunaan lahan yang terjadi di lokasi penelitian

adalah dari lahan sawah dan ladang menjadi jalan. Hal ini sejalan dengan pelebaran

jalan menuju bandara Kuala Namo, menyebabkan lahan yang berada di pinggiran

jalan berubah menjadi jalan.

Gambar 4.15. menunjukkan sebagian besar responden (55,2%) menyatakan

bahwa pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo meningkatkan jumlah angkutan

umum ke Kecamatan Pantai Labu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan terbuka dan

lancarnya jalan ke wilayah tersebut akan meningkatkan jumlah angkutan umum.

2.1%

16.7%

5.2%

55.2% 20.8%

Sangat banyak

Banyak

Cukup banyak

Sedikit

Tidak ada

(26)

Gambar 4.15. Tanggapan Responden mengenai Terjadi Pertambahan Jumlah Angkutan Umum

4.3.2. Dampak Pembangunan Jalan ke Bandara Terhadap Pengembangan Wilayah

Dampak pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap

pengembangan wilayah dapat dilihat dari perubahan aksesibilitas masyarakat,

perubahan harga lahan, dan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah

pembangunan jalan alternatif tersebut.

1) Aksesibilitas Masyarakat

Dampak pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap aksesibilitas

masyarakat dapat dilihat dari indikator waktu tempuh masyarakat menuju tempat

kegiatan mereka sehari-hari, seperti kantor, ladang, dan usaha lainnya. Menurut

responden, bahwa pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo tersebut tidak dan

20.8%

55.2% 24.0%

(27)

kurang mempengaruhi kecepatan mereka menunju tempat kegiatan mereka

sehari-hari, yang berarti tidak menurunkan waktu tempuh dari yang biasanya.

Tabel 4.14. Waktu Tempuh Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan ke Bandara

Waktu Tempuh Sebelum (%) Sesudah (%)

Sumber: Data Primer, Diolah, 2011.

Uji signifikansi perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15. Uji t Perbedaan Waktu Tempuh

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 W.Tempuh2011 17.4479 96 10.95433 1.11802

W.Tempuh2009 17.8125 96 10.73147 1.09528

t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 W.Tempuh2011 -

W.Tempuh2009

-.292 95 -.771

Sumber: Hasil Analisis Data, 2011.

Berdasarkan Tabel 4.15. dapat dilihat bahwa rata-rata waktu tempuh

masyarakat ke tempat kegiatan mereka sebelum perbaikan jalan ke Bandara Kuala

Namo adalah 17,81 menit, dimana waktu ini menjadi lebih singkat setelah

(28)

memberikan nilai t-hitung sebesar 0,292 dengan signifikansi 0,771, yang berarti

bahwa perbedaan waktu tempuh masyarakat menuju tempat kegiatan mereka

tersebut tidak signifikan. Dengan demikian pembangunan jalan ke Bandara Kuala

Namo tidak dirasakan masyarakat mampu mempersingkat waktu tempuh secara

nyata. Hal ini terjadi karena pada kondisi saat ini jalan menuju Bandara Kuala

Namo sudah rusak karena sering dilalui truk pengangkut tanah timbun ke lokasi

Bandara Kuala Namo yang sering melebihi beban kemampuan jalan (Saragi

Napitu, 2006). Karena jalan rusak ini, aksesibilitas masyarakat juga menjadi

terganggu, sebagaimana dinyatakan oleh Manullang (2006), bahwa kondisi yang

demikian menyebabkan waktu perjalanan menjadi lama, kecepatan menurun,

kenyamanan perjalanan menjadi terganggu dan pada akhirnya akan berdampak

kepada perkembangan wilayah di masa mendatang. Selanjutnya Saleh, et.al,

(2009) meningatkan bahwa muatan truk yang berlebih pada akhirnya akan

meningkatkan biaya pemeliharaan jalan.

2) Perubahan Harga Lahan

Dampak pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap pengembangan

wilayah dapat dilihat dari indikator peningkatan harga lahan di daerah. Menurut

responden, bahwa setelah pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo, harga

lahan mengalami peningkatan. Untuk analisis, data harga lahan pada tahun 2011

(29)

Kabupaten Deli Serdang. Perbedaan harga lahan di sekitar pembangunan jalan ke

Bandara Kuala Namo sebagaimana disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Perbedaan Harga Lahan di Lokasi Penelitian

No. Uraian Harga Rata-rata (Rp)

1 Harga lahan tahun 2009 / m2 230.906

2. Harga lahan tahun 2011 / m2

a. Riil 565.104

b. Berdasarkan harga konstan 2009 496.637

Untuk mengetahui signifikansi perbedaan harga lahan tersebut selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata (uji t) sebagaimana dilihat pada

Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Uji t Perbedaan Harga Lahan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 2 Harga Lahan 2011 496.6373 96 313.78477 32.02552

Harga Lahan 2009 230.9063 96 124.22349 12.67851

t df Sig. (2-tailed)

Pair 2 Harga Lahan 2011 - Harga

Lahan 2009

12.724 95 .000

Sumber: Hasil Analisis Data, 2011.

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa rata-rata harga lahan di

Kecamatan Pantai Labu sebelum pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo

(30)

Namo mengalami peningkatan menjadi rata-rata Rp. 496.637 per m2

3) Alih Fungsi Lahan

. Hasil analisis

statistik menunjukkan nilai t-hitung sebesar 12,724 dengan signifikansi 0,00, yang

berarti bahwa perbedaan harga lahan sebelum dan sesudah pembangunan jalan ke

Bandara Kuala Namo adalah signifikan. Peningkatan harga lahan ini akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar yang berkeinginan untuk menjual

lahannya. Menurut Purowoto dan Kurniawan (2009) bahwa pembangunan

infrastruktur jalan memberikan dampak terhadap peningkatan harga lahan, karena

dengan terbukanya akses jalan, maka potensi daerah atau wilayah dapat

dimanfaatakan dan nilai ekonomisnya meningkat.

Pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo yang masih terus berlangsung

hingga saat ini merupakan pelebaran dan peningkatan dari jalan yang sudah ada

sebelumnya. Perlebaran jalan yang sebelumnya dari 4 m menjadi 6 m

membutuhkan lahan, sehingga menyebabkan lahan masyarakat di sekitar pinggir

jalan beralih fungsi. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 53 responden

(55,21%) lahannya beralih fungsi, sisanya sebanyak 43 responden (44,71%)

lahannya tidak beralih fungsi. Total luas lahan responden yang beralih fungsi

adalah 2.862 m2, dimana lahan yang paling luas beralih fungsi adalah seluas 150

m2. Peralihan fungsi lahan tersebut pada ummnya terjadi di pinggir jalan, yaitu

dari lahan sawah dan lahan kering beralih fungsi menjadi jalan dan bangunan

(31)

Hal ini juga sejalan dengan perubahan lahan pertanian menjadi non

pertanian di Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2006 – 2010. Berdasarkan data

dari Kecamatan Pantai Labu, lahan pertanian pada tahun 2006 seluas 7.251 Ha

mengalami penurunan setiap tahun menjadi seluas 7.029 Ha pada tahun 2010.

Dengan demikian terjadi alih fungsi lahan pertanian selama lima tahun terakhir

sebesar 3,06%. Sebaliknya luas lahan non pertanian pada tahun 2006 seluas 927

Ha meningkat menjadi 1.149 Ha pada tahun 2010. Artinya terjadi peningkatan

lahan non pertanian sebesar 23,95%. Hal ini sejalan dengan Purowoto dan

Kurniawan (2009) yang menyatakan bahwa infrastruktur jalan berdampak

terhadap pembangunan ekonomi suatu wilayah, dimana pembangunan ekonomi

membutuhkan ruang untuk aktivitasnya, seperti lokasi perusahaan dan industri.

4) Pendapatan Masyarakat

Pendapatan masyarakat di lokasi penelitian yang dianalisis sebelum

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo (tahun 2009) dan sesudah

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo (tahun 2011). Untuk analisis, data

pedapatan pada tahun 2011 terlebih dahulu dideflasi ke tahun 2009 dengan

memperhitungkan tingkat inflasi di Kabupaten Deli Serdang (Lampiran 4).

Perbedaan pendapatan di Kecamatan Pantai Labu sebagaimana disajikan pada

(32)

Tabel 4.18. Perbedaan Pendapatan Masyarakat

No. Uraian (Rp)

1 Pendapatan tahun 2009 (Rp/bulan) 1.476.000

2. Pendapatan tahun 2011 (Rp/bulan)

a. Riil 1.920.000

b. Berdasarkan harga konstan 2009 1.688.000

Untuk mengetahui signifikansi perbedaan pendapatan tersebut selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata (uji t) (Tabel 4.19). Berdasarkan

analisis statistik dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan masyarakat sebelum

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo adalah Rp. 1.476.000 per bulan,

dimana setelah pembangunan jalan alternatif mengalami peningkatan menjadi

rata-rata Rp. 1.688.000 per bulan. Berdasarkan data tersebut, maka pendapatan

masyarakat pada tahun 2010 meningkat sebesar Rp. 212.130,- (14,38%).

Tabel 4.19. Uji t Perbedaan Pendapatan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pendapatan2011 1687.6499 96 872.72955 89.07259

Pendapatan2009 1475.5208 96 711.22558 72.58916

t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Pendapatan2011 -

Pendapatan2009

4.354 95 .000

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai t-hitung sebesar 4,354 dengan

(33)

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo adalah signifikan. Peningkatan

pendapatan masyarakat ini diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui kemampuan untuk

pemenuhan pendidikan dan kesehatan yang semakin baik.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pembangunan jalan ke Bandara Kuala

Namo berdampak terhadap aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih

fungsi lahan, dimana hal ini selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan

masyarakat. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20. Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .808a .652 .641 522.99376

a. Predictors: (Constant), Alih fungsi lahan, Prbhn harga lahan,

Aksesibilitas

Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,652 yang

berarti bahwa perubahan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih

fungsi lahan akan mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat di Kecamatan

Pantai Labu sebesar 65,2%. Sedangkan sisanya sebesar 34,8% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini, diantaranya perubahan

(34)

Tabel 4.21. Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 47193333.965 3 15731111.322 57.513 .000a

Residual 25164067.763 92 273522.476

Total 72357401.728 95

a. Predictors: (Constant), Alih fungsi lahan, Prbhn harga lahan, Aksesibilitas

b. Dependent Variable: Pendapatan masy.

Nilai F-hitung sebesar 57,513 dengan signifikansi 0,00 berarti bahwa secara

simultan variabel aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih fungsi

lahan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat pada tingkat

kepercayaan 95%.

a. Dependent Variable: Pendapatan masyarakat

Berdasarkan koefisien regresi tersebut, dapat dituliskan persamaan regresi

pengaruh pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap pendapatan

masyarakat di Kecamatan Pantai Labu, sebagai berikut:

Y = 979,158 – 15,259 X1 + 1,055 X2 + 15,126 X

Persamaan regresi menujukkan bahwa apabila aksesbilitas penduduk dalam

hal ini waktu tempuh semakin lambat 1 menit, maka pendapatan masyarakat akan

(35)

menurun Rp. 15,259 per bulan, dengan ketentuan variabel lain tetap. Apabila harga

lahan meningkat Rp. 1/m2, maka pendapatan masyarakat akan meningkat Rp.

1,055 per bulan, dengan ketentuan variabel lain tetap. Apabila luas lahan yang

beralih fungsi meningkat 1 m2

Selanjutnya pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial

terhadap pendapatan masyarakat menunjukkan bahwa signifikansi dari nilai

t-hitung setiap variabel adalah 0.00 (< 0.05), sehingga secara parsial semua variabel

bebas berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Artinya, setiap

peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih fungsi lahan

akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Juga dapat dilihat bahwa variabel

yang lebih tinggi pengaruhnya terhadap pendapatan masyarakat adalah alih fungsi

lahan.

, maka pendapatan masyarakat akan meningkat Rp.

15,126 per bulan, dengan ketentuan variabel lain tetap.

Keuntungan dari pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo, pertama adalah

aksesibilitas masyarakat berupa kelancaran transportasi ke Kecamatan Pantai Labu

dan sekitarnya, dan waktu tempuh. Waktu tempuh akan semakin singkat sehingga

dapat menghemat waktu perjalanan dan juga bahan bakar minyak bagi masyarakat

yang menggunakan kenderaan bermotor. Kedua adalah perkembangan desa secara

fisik akan meningkatkan perekonomian di desa tersebut yang dapat dilihat dari harga

(36)

Ditinjau dari aspek perencanaan wilayah, pembangunan jalan ke Bandara

Kuala Namo merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat khususnya di Kecamatan Pantai Labu. Hal ini sejalan

dengan fungsi jalan sebagaimana ditentukan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, bahwa jalan sebagai

bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi,

sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Selanjutnya pada ayat (3)

dinyatakan bahwa jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan

menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Indonesia.

Hal ini berarti bahwa infrastruktur jalan merupakan urat nadi

perekonomian suatu wilayah, hal ini disebabkan perannya dalam menghubungkan

serta meningkatkan pergerakan manusia, dan barang. Dengan demikian jalan

mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan semua sarana wilayah,

pengembangan dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang

semakin merata (Dardak, 2006).

Pentingnya peran sarana jalan dipertegas dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan yang diatur dalam Bab II Pasal 3 ayat (2)

disebutkan bahwa: penyelenggaraan jalan umum diarahkan untuk pembangunan

jaringan jalan dalam rangka memperkokoh kesatuan wilayah nasional sehingga

menjangkau daerah daerah terpencil. Berdasarkan isi pasal tersebut diartikan

(37)

daerah tertentu dari keterisoliran, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan

pergerakan manusia, barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya.

Selanjutnya Tarigan (2010), menyatakan bahwa ada tiga hal yang membuat

sebuah bangsa menjadi besar dan makmur, yaitu tanah yang subur, kerja keras dan

kelancaran transportasi orang dan barang. Dalam hal kelancaran transportasi, peranan

jalan sangat penting. Kemudian Tamin dan Frazila (1997) menyatakan bahwa untuk

mengembangkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki suatu daerah, diperlukan

sarana produksi dan prasarana distribusi berupa prasarana transportasi jalan yang

memadai untuk menunjang pembangunan daerah tersebut. Dengan demikian,

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo secara nyata dapat meningkatkan

pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki desa tersebut.

Aksesibilitas yang baik juga akan mendorong minat swasta dan masyarakat

untuk menanamkan modalnya dalam rangka pengembangan wilayah. Dengan

demikian akan memajukan kegiatan perekonomian masyarakat, dan dapat

mengentaskan atau setidaknya dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar

wilayah yang memiliki potensi sama atau berbeda.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kadir (2006) bahwa transportasi merupakan

unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan

ekonomi, social, politik, dan mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan dan

mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang dan sektor. Namun

yang urgen adalah peran pentingnya transportasi dalam kaitannya dengan aspek

(38)

(b) stabilisasi dan penyamaan harga (c) penurunan harga, (d) meningkatnya nilai

tanah, (e) terjadinya spesialisasi antar wilayah, (f) berkembangnya usaha skala besar,

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo berpengaruh tidak signifikan

terhadap aksesibilitas masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.

2. Pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo berdampak positif terhadap

peningkatan harga lahan di Kecamatan Pantai Labu.

3. Pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo berdampak positif terhadap

peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.

4. Aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih fungsi lahan secara

simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat

di Kecamatan Pantai Labu.

5.2. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai

berikut:

1. Sehubungan dengan kondisi jalan saat ini yang masih mengganggu terhadap

(40)

negatif terhadap masyarakat, dengan mempercepat penyelesaian

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo tersebut.

2. Dalam hal terjadinya peningkatan harga lahan dan pendapatan masyarakat,

maka kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang disarankan untuk

meningkatkan dan memelihara jalan-jalan desa, khususnya di sekitar Bandara

Kuala Namo.

3. Kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang disarankan untuk melakukan

pengawsan terhadap alih fungsi lahan yang terjadi sehingga tidak

bertentangan dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Deli Serdang.

4. Masih diperlukan penelitian lanjutan tentang dampak pembangunan jalan ke

Bandara Kuala Namo terhadap aksesibilitas masyarakat, khususnya setelah

Gambar

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Kecamatan
Tabel 4.2.  Luas Wilayah Kecamatan Pantai Labu Berdasarkan Desa
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Pantai Labu
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada awalnya perubahan tersebut dipengaruhi oleh penyebaran agama yang menjadikan upacara adat ngampeken tulan-tulan hanya menjadi sebuah upacara adat, tidak ada unsur religi,

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat taufiq hidayah serta inayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

According to a study by the Japan International Cooperation Agency (JICA, 1997) the flood event on 6-7 January 1996 was due to heavy rainfall in the mountainous area of the

Pembuatan Maghnet Permanen Barium Heksaferit Berbahan baku Mill Scale dengan Teknik Metalurgi Serbuk, Jurnal sains Materi Indonesia ( Indonesia Journal of

Kendali pengelolaan Daerah Irigasi (DI) yang diterapkan saat ini adalah dengan memantau nilai perbandingan antara kebutuhan dan pasokan air, dalam bentuk faktor Ki.

ketidaknyamanan dalam hal jarak perjalanan tidak menjadi suatu pertimbangan, sedangkan untuk β adalah positif, nilai ini merupakan biaya perjalanan rata-rata di wilayah

-AHMAD ZAIDAN -FACHRI RIZALDI. -FATHUR ROHMAN

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruang kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kawasan agropolitan yang berada dalam 1 (satu) kabupaten diatur