• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Militer di Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV Of The Outer Space Treaty 1967 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kegiatan Militer di Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV Of The Outer Space Treaty 1967 Chapter III V"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERKEMBANGAN MENGENAI KEGIATAN MILITER DI RUANG ANGKASA

A. Aktivitas Negara Space Powers di Ruang Angkasa

Dengan semakin modernnya teknologi di bidang keruangangkasaan telah

berbagai bentuk pesawat ruang angkasa (Flight Instrumentalities) telah diciptakan

oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet serta negara space powers lainnya untuk

melakukan kegiatan di ruang angkasa. Berbagai bentuk satelit, stasiun – stasiun

ruang angkasa beserta kendaraan ruang angkasa telah mengorbit dan menjalajahi

ruang angkasa, semua alat dan benda buatan manusia yang diluncurkan ke ruang

angkasa tersebut telah dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas dan taraf hidup

manusia dalam eksplorasi ruang angkasa dan penelitian ilmu pengetahuan.

Namun, di samping hasil – hasil yang positif dari aplikasi teknologi ruang

angkasa itu tidak bisa diabaikan kenyataan yang telah menimbulkan berbagai

masalah bagi masyarakat internasional. Negara – negara maju, utamanya kedua

space powers yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet (pada saat masih berada pada

situasi perang dingin) tampak berlomba – lomba dalam usaha pemanfaatan ruang

angkasa tanpa memperhatikan negara – negara yang sedang berkembang. Pada

umumnya kebijakan keantariksaan kedua space powers itu banyak didasarkan

pada kehausan untuk dominasi politik dan militer. 85

Atas dasar kehausan dan dominasi politik serta militer tersebut, maka

nampaklah bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa itu

85

(2)

dapat menimbulkan dua arah, yaitu di samping memberikan dampak positif juga

menimbulkan dampak negatif terhadap umat manusia itu sendiri. Hal ini

bergantung pada sudut mana dampak tersebut dilihat.86

Kegiatan satelit mata – mata misalnya, memiliki dampak negatif terhadap

keamanan serta stabilitas nasional dari negara yang dimata – matai. Akan tetapi

kegiatan tersebut dianggap memiliki nilai positif dari negara pemilik satelit,

terselubung didalamnya berupa keuntungan data yang didapatkan dari negara

yang menjadi objek sasarannya.87

Demikian pula satelit yang menggunakan bahan radioaktif maupun bahan

lain sebagaimana sumbernya, yang menurut rencana pengoperasiannya

diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap negara pemiliknya, akan

tetapi seandainya satelit tersebut mengalami kegagalan sehingga jatuh di wilayah

negara lain tentu akan dapat menimbulkan kerugian.88

Satelit mata – mata yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dan Uni

Soviet dan juga oleh Perancis, mempunyai kemampuan memantau yang tinggi,

yaitu mempunyai kemampuan melihat benda – benda yang berukuran kecil,

sehingga gerak – gerik militer (pasukan, kendaraan, kapal, kapal selam), tempat –

tenpat peluncuran, percobaan senjata di kedua belah pihak dapat segera

diketahui.89

Dewasa ini peluncuran benda angkasa buatan manusia seperti roket dan

satelit (yang bertenaga nuklir ataupun non nuklir) oleh berbagai negara dari tahun

ke tahun semakin meningkat. Sebagai ilustrasi, berdasarkan laporan hasil

86

Ibid., hal. 4.

87 Ibid.,

88 Ibid.,

89

(3)

pertemuan ilmiah nasional hukum antariksa yang dilaksanakan di Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada tanggal 18 – 19 Desember

1985 yang dikutip oleh Juajir Sumardi, banyaknya satelit yang telah diluncurkan

sampai bulan Juni 1985 menurut catatan adalah kurang lebih dari 11.951 buah

satelit, dengan pertambahan rata – rata setiap tahunnya antara 18 sampai 20

persen.90

- Sputnik I dan II, tahun 1957 ;

Untuk memberi gambaran tentang hasil yang menonjol dari ilmu

pengetahuan teknologi ruang angkasa, dapat dikemukakan sederetan kecil dari

peristiwa peluncuran benda – benda ruang angkasa yang dibuat oleh manusia,

antara lain sebagai berikut :

- Explorer 1, Vanguard 1, tahun 1968 ;

- Luna 1, 2 dan Luna 3, tahun 1958 ;

- Vanguard 2, Explorer 6, dan Vanguard 3, tahun 1959 ;

- Tiros 1 (satelit cuaca pertama), tahun 1960 ;

- Discover13, Echo 1, tahun 1960 ;

- Sputnik 5, yang membawa bintang kembali hidup, tahun 1960 ;

- Vostok 1, yang pertama membawa astronot yakni Yuri Gagarin, tahun

1961 ;

- Freedom 7, yang membawa Alan Shappard, Mei 1961 ;

- Satelit berawak Amerika Liberty Bell 7, Friendship 7, Aurora 7, Sigma

7, Faith 7, berturut – turut tahun 1961 sampai tahun 1963 ;

- Volmhod 1 dan 2 yang berawak ganda, tahun 1964 dan 1965 ;

90

(4)

- Satelit Amerika Serikat Seri Gemini 3 sampai 12 berawak ganda, tahun

1965 sampai 1966 ;

- Berbagai satelit tak berawak untuk misi penelitian, navigasi,

pengukuran, penginderaan, geodesi, televisi dan lain – lain, sebagian

besar milik Amerika Serikat telah mengorbit Bumi ;

- Syncom 2, satelit komunikasi geosincron pertama, tahun 1963 disusul

Intelsat 1 (Early Bird) 1964, dan berturut – turut Intelsat 2, 3, 4, 4a

dan Intelsat 5 ;

- A-1, satelit Prancis pertama, tahun 1965 ;

- Luna 9, Luna 10, Luna 13, yang pada tahun 1966 tanpa awak

mengorbit dan mendarat di Bulan tahun 1966 dan tahun 1967 ;

- Satelit berawak ganda Rusia Soyuz 1 sampai 34, sejak tahun 1967

sampai tahun 1979 dengan berbagai misi yang makin meningkat di

antaranya docking dengan Salyut ;

- Apollo 7 sampai 19, berawak ganda, tahun 1968 dan 1969 dengan misi

merintis pendaratan manusia di Bulan ;

- Apollo 11 yang tanggal 16 Juli 1969 mendaratkan Neil Armstrong dan

Edwin Aldrin di Bulan disusul kemudian oleh Apollo 12 sampai 17 ;

- Seri Salyut Space Station dari Rusia, dengan misi – misi rumit bersama

Soyuz hingga kini masih berlanjut ;

- ASTP atau Apollo-Soyuz Test Project, kerja sama ruang angkasa

Amerika-Rusia pertama kali, berupa kegiatan gabungan ruang angkasa

(5)

- Juga satelit – satelit dengan misi penelitian ke planet – planet lain

seperti Mariner, Viking (A.S. Mars), Venera (Rusia Venus), Venus

(A.S. Venus), Pioner 10, 11, Voyager 1, dan 2, Mariner 10

(Mercurius), Voyager 2 (Uranus), Explorer (A.S. Saturnus), yang

semuanya tengah berlangsung ;

- Earth Resources Technology Satellite (Erts) yang kemudian

dinamakan Landsat 1 sampai 3, untuk mengindera Bumi dan sumber

alamnya ;

- Satelit – satelit cuaca seperti Nimbus, NOAA dan Tiros-N (Amerika),

Meteor (Rusia), GMS-Himawari (Jepang).91

Deretan peristiwa aktivitas di ruang angkasa yang disebutkan di atas

hanyalah sebagian kecil yang dapat disebutkan dari sekian banyak benda – benda

angkasa buatan manusia yang telah diluncurkan ke ruang angkasa. Dengan

semakin meningkatnya satelit buatan manusia yang diluncurkan ke ruang angkasa

maka permasalahan atau malfunction dari alat – alat dan benda – benda tersebut

melesat mengiringi jumlah yang tiap tahun meningkat dengan semakin ultra

modern nya ilmu pengetahuan keruangangkasaan.

Pada tahun 2015 peluncuran satelit buatan manusia seperti yang dilansir

Spaceflight101 mencapai 87 total peluncuran yang dilakukan oleh negara space

powers klasik seperti Rusia dan Amerika Serikat, serta China, Jepang, India dan

Iran, walaupun pada tahun 2015 peluncuran satelit pada orbit di pimpin oleh

Rusia yang total peluncuran ke orbit bumi sebanyak 29 satelit dengan 26 satelit

yang sukses diluncurkan :

91

(6)

Russia remains in the lead in 2015 with 29 orbital launches and 26

successes, maintaining its leading position for over a decade, though going

through a bit of an up and down in 2015 as both of Russia’s workhorse

launchers, Soyuz and Proton, had to deal with failures over the course of

the year.” 92

Juajir Sumardi mengemukakan yang dapat meresahkan masyarakat

internasional adalah dengan diorbitkannya berbagai bentuk satelit yang dapat

merugikan manusia di planet Bumi ini. Ratusan milyar dollar telah tercurah dalam

lomba keunggulan teknologi khususnya oleh kedua space powers Amerika Serikat

dan Uni Soviet (pada saat kedua negara tersebut masih terjebak ke dalam situasi

perang dingin) dalam pemanfaatan ruang angkasa yang dapat menjurus ke

konfrontasi yang membahayakan perdamaian dunia dan keselamatan umat

manusia. Tanpa adanya hukum dan pengaturan internasional untuk mencegah atau Tidak dapat dipungkiri kegiatan dan aktivitas manusia di ruang angkasa

memberikan dampak positif dan keuntungan yang dapat diperoleh bagi manusia

berupa meningkatnya ilmu pengetahuan keruangangkasaan dan teknologi

keruangangkasaan untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup manusia yang

mana pada masa lampau ruang angkasa menjadi misteri yang tidak tersentuh

karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang belum berkembang pesat seperti saat

ini, tetapi dengan lahirnya space age misteri ruang angkasa satu per satu dapat

dipecahkan walaupun masih diperlukan eksplorasi penuh terhadap ruang angkasa.

Tetapi, harus disadari terjadi adanya permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa dengan aktivitas dan

kegiatan space powers di ruang angkasa.

92

(7)

setidak – tidaknya mengaturnya maka dapat dibayangkan kalau ruang angkasa

dijadikan objek penempatan benda – benda yang dapat menghancurkan peradaban

manusia di permukaan Bumi ini.93

Menurut Badan Peneliti Kongres Amerika Serikat yang telah

memperkirakan bahwa sepanjang tahun 1981 saja, Uni Soviet telah berhasil

meluncurkan lebih dari 1200 misi ruang angkasa, dimana 850 misi diantaranya

merupakan misi militer. Sementara Amerika Serikat sendiri berhasil dengan 420

misi militer dan 327 misi sipil dalam kurun waktu yang sama.94

Suatu ilustrasi dapat diberikan disini yaitu menurut suatu laporan dari

Worldwatch Institute, Amerika Serikat pada tahun 1981 saja mengeluarkan biaya

sebesar 11 Milyar dollar untuk biaya teknologi ruang angkasa, namun 75% dari

biaya itu dipergunakan untuk tujuan militer. Demikian pula Uni Soviet

mempergunakan 70% dari anggaran ruang angkasanya untuk mengembangkan

kekuatan militer di ruang angkasa.95

Di samping itu, patut disadari bahwa dengan semakin meningkatnya benda

angkasa yang diluncurkan ke ruang angkasa, kemungkinan malfunction selalu

ada. Apalagi dengan peluncurakan satelit bertenaga nuklir, dimana pada

umumnya satelit jenis ini berorbit rendah sehingga satelit tersebut mudah

mengalami malfunction, dalam waktu yang singkat satelit beserta muatannya

dapat segera jatuh di permukaan bumi. Juga satelit yang life-time nya telah habis

93

Juajir Sumardi, Op.Cit, hal. 7.

94

Ibid., hal. 8, Lihat Kompas, Surat Kabar, Sabtu 21 Agustus 1982.

(8)

sudah tentu akan menambah semakin banyaknya satelit yang dapat jatuh ke

permukaan bumi.96

Banyak hasil teknologi yang telah dihasilkan selama ini seperti bentuk

satelit komunikasi serta sistem meteorology yang lebih baik yang telah

memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia, sistem transportasi ruang

B. Militerisasi di Ruang Angkasa

Eksplorasi ruang angkasa pada dasarnya dilakukan dalam upaya

peningkatan kualitas dan taraf hidup manusia, keberhasilan dalam menjelajahi

serta memanfaatkan sumber daya ruang angkasa dilakukan dengan meluncurkan

satelit oleh masing – masing negara peluncur yang tidak hanya memberikan

keuntungan bagi negara – negara peluncur tetapi kepada setiap manusia berupa

meningkatnya ilmu pengetahuan tentang keruangangkasaan, tidak dapat

dipungkiri misi utama awal dari peluncuran satelit ke ruang angkasa bertujuan

untuk kepentingan penelitian tetapi dalam perkembangannya negara – negara

space powers menggunakan ruang angkasa menjadi ambisi militer negara –

negara peluncur.

Kebebasan setiap negara untuk meluncurkan satelit ke ruang angkasa

dalam melaksanakan eksplorasi dan penelitian ruang angkasa dengan

perkembangan ilmu pengetahuan keruangangkasaan terhadap benda – benda

buatan manusia yang akan diluncurkan menjadi sulit untuk diketahui apakah

peluncuran satelit tersebut murni untuk kepentingan penelitian atau eksplorasi

ruang angkasa atau terdapat kepentingan militer dari negara – negara peluncur.

(9)

angkasa yang lebih spektakuler pun telah diciptakan dan juga berbagai

laboraturium ruang angkasa untuk markas berbagai penelitian ilmiah telah

mengorbit. Namun, sejalan dengan kemajuan tersebut timbul suatu permasalahan

baru dan merupakan suatu era baru dalam sejarah peradaban yang mencemaskan

umat manusia itu sendiri, yaitu dengan diluncurkannya benda – benda buatan

manusia untuk tujuan – tujuan militer.97

Pada tanggal 15 Mei 1982 Uni Soviet telah meluncurkan benda angkasa

yang bertujuan untuk melakukan pengawasan serta pengintaian terhadap

kepulauan Falkland. Hal ini jelas bahwa pemanfaatan ruang angkasa bukan lagi

untuk maksud damai dan dapat mengakibatkan ketegangan yang mengarah pada

tindakan kekerasan oleh negara – negara.98

Amerika Serikat sebagai negara saingan tentunya tidak tinggal diam,

dimana kemampuan teknologi tinggi ruang angkasanya kini diarahkan pada

penciptaan benda – benda angkasa untuk tujuan militer. Apalagi dengan

kemampuan Amerika dalam merancang pesawat space – shuttle lebih

memungkinkan bagi pemanfaatan ruang angkasa untuk aktivitas militer.99

Perlombaan persenjataan dari kedua negara adidaya Amerika Serikat dan

Uni Soviet selama ini perlombaan selanjutnya melaju ke space race yaitu ruang

angkasa, kedua space powers ini terus menjaga gengsi serta selalu ingin

mempertahankan supremasinya yang unggul di semua bidang. Bagi mereka

prinsip internasional tentang keseimbangan kekuatan dalam kamus politik

internasional seolah – olah lebih memberikan legitimasi bagi keduanya untuk

97

Ibid., hal. 134.

98 Ibid.

(10)

terus memacu kemampuan militernya baik di darat, laut, udara dan akhir di ruang

angkasa.100

Penciptaan sarana remote sensing atau penginderaan jauh yang semula

untuk tujuan damai dan keperluan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan

umat manusia ternyata banyak digunakan untuk tujuan militer oleh kedua negara

adidaya itu.101

Ambisi militer telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga tidak saja

persenjataan di darat, laut dan udara akan tetapi telah dikembangkan pula

sistem persenjataan yang dapat digunakan di antariksa. Persenjataan yang

digunakan di antariksa merupakan suatu pengembangan dari sistem satelit

seperti satelit komunikasi, satelit navigasi, satelit mata – mata dan satelit

yang dapat memberikan peringatan dini “early warning satellite”.

Suyud Harsono Suyudi mengemukakan bahwa space race yang dilakukan

negara – negara space powers pada saat ini telah memasuki tahap ambisi militer

selain kepentingan eksplorasi ruang angkasa :

102

In the United States of America a total of 1036 satellites have launched till the end of 1980. Of these, 590 were primarily civilian in nature, and 446, or 43 percent, were primarily in military in nature. Of the latter category, 263 had mission objectives in general field of remote sensing, such as photographic and TV reconnaissance (231 satellites), electronic reconnaissance (ELINT, from Electronic Intelligence) or ferret (81), early warning system (39) and ocean surveillance (12). The first military US satellites was launched in February 1959, less that one and a half year after Sputnik 1 and just over one year after the first US satellites Explorer 1.

Hal ini dapat kita lihat misalnya dari peluncuran satelit oleh Amerika Serikat

seperti yang ditulis oleh M. Benko dkk sebagai berikut :

103

Suyud Harsono Suyudi, Space Treaty 1967 dan Masalah Penggunaan Antariksa untuk Kegiatan Militer, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Jakarta, 1991, hal. 2.

103

(11)

Jika kita lihat keadaan peluncuran yang dilakukan oleh pihak Amerika

Serikat sebagaimana tersebut di atas maka tampak bahwa peluncuran remote

sensing untuk jumlah tersebut banyak pula yang digunakan untuk tujuan militer.

Akan tetapi jumlah yang digunakan untuk tujuan militer masih lebih kurang

daripada yang digunakan untuk tujuan sipil. Hal ini tidaklah sama dengan

peluncuran remote sensing yang dilakukan Uni Soviet yang lebih besar

dimanfaatkan untuk tujuan militernya, yaitu :

The USSR has launched a total of 1946 satellites till the end of 1980. Of these, 758 were primarily civilian in character and 1088, or 60 percent, were primarily military. An estimated 614 of these operated in the field of Remote Sensing ; 501 were reconnaissance mission, 67 were ferret mission, 20 were early warning satellites and 26 were ocean surveillance satellites. The first Soviet military satellites was launched in April 1962, four and a half years after Sputnik 1 and more than three years latter than its US counterpart.104

Sejak diluncurkannya satelit pertama hingga saat ini berbagai macam

satelit telah diorbitkan dan diperkirakan 75% dari berbagai macam satelit

yang diorbitkan itu merupakan satelit untuk kepentingan militer. Dari

berbagai sistem satelit untuk kepentingan militer. Dari berbagai sistem

satelit untuk kepentingan militer dapat disebutkan tiga macam satelit yang

terpenting yaitu satelit komunikasi, satelit navigasi dan satelit mata –

mata.

Data yang dikemukakan di atas adalah merupakan gambaran mengenai

kegiatan militer di ruang angkasa oleh kedua negara adidaya walaupun data – data

tersebut mungin belum memberikan gambaran yang tepat sebab sebagaimana

diketahui bahwa sudah menjadi kebiasaan bagi negara space powers Amerika

Serikat dan Uni Soviet untuk tidak memberikan rincian yang sebenarnya

menyangkut aktivitas militernya. Suyud Harsono Suyudi melanjutkan :

(12)

Dari hal yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa peluncuran satelit

atau benda – benda buatan manusia terhadap ruang angkasa yang pada awalnya

bertujuan untuk penelitian dan kemanusiaan beralih menjadi tujuan militer untuk

memenuhi ambisi militer oleh space powers.

Jenis – jenis benda – benda ruang angkasa buatan manusia yang digunakan

untuk kepentingan militer diberi klasifikasi sebagai berikut :

Berdasarkan ketentuan di atas menunjukkan bahwa benda – benda angkasa

buatan manusia yang ada di ruang angkasa untuk kepentingan militer sangat

dominan sekali. Karena hanya satelit untuk kepentingan ilmu pengetahuan saja

yang non – militer, sedangkan satelit dengan jenis heavy platform termasuk yang

berjenis semi militer, dikatakan demikian karena dapat untuk kepentingan sipil

maupun kepentingan militer, sehingga

Tabel 1.0 Jenis Benda Ruang Angkasa Buatan Yang Digunakan Untuk Kepentingan Militer.

Tipe Satelit Ketinggian Ciri – Ciri Militer

1. Senjata Rendah Dikendalikan Sepenuhnya

2. Observasi Rendah

Tinggi Orbit Sebagian

3. Navigasi Tinggi Berkelompok Sebagian

4. Komunikasi Tinggi Stationer Sebagian

5. Pengawasan

Warning System Tinggi Stationer Sepenuhnya

6. Ilmu Pengetahuan Rendah

Tinggi - Sipil

(13)

ulang militer

8. Heavy Platform Rendah

Tinggi Berawak

Sipil

Militer

Sumber : Majalah Ketahanan Nasional No. 45 / Tahun XIII – 1984.

Tergantung dari manfaat atau kebutuhan dari benda angkasa tersebut.

Satelit komunikasi yang dapat diklasifikasikan sebagai satelit yang

diluncurkan untuk kepentingan militer mempunyai daya kerja untuk sistem

sensor, mengamati bumi yang dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai data

yang dihasilkan ditransmisikan melalui suatu sistem komunikasi yang dapat

diandalkan. Di amerika Serikat, sistem komunikasi untuk kepentingan militer ini

dapat digunakan untuk :

a. sebuah satelit yang dipakai untuk memberikan komando komunikasi dan

kontrol

b. sebuah satelit yang mempunyai sistem berkapasitas tinggi untuk

komunikasi yang dipergunakan untuk memberi komando para pimpinan

nasional dan pimpinan militer di markas besar yang tersebar di seluruh

dunia yang dikenal sebagai “The World Wide Military Command and

Control System”.

c. komunikasi untuk wahana yang bersifat bergerak seperti kapal terbang,

kapal laut, kapal selam. 106

Jenis satelit lain untuk kepentingan militer yaitu satelit navigasi. Satelit ini

digunakan untuk sistem persenjataan dalam hal mengetahui ketepatan sisi dari

suatu sasaran dan kecepatan roket yang digunakan untuk melontarkan

persenjataan tersebut. Sistem navigasi ini sangat cocok untuk meluncurkan

(14)

persenjataan dari laut. Satelit navigasi yang dipancarkan terus menerus dapat

digunakan untuk menentukan posisi dan kecepatannya oleh sinyal yang terpencar

dari satelit tersebut terhadap kapal laut termasuk kapal selam, kapal udara maupun

roket.

Sedangkan jenis satelit mata – mata pentingnya untuk militer adalah

tergantung pada jenis satelitnya. Satelit mata – mata ini dibagi menjadi empat

jenis yaitu : “ Satelit fotografi, satelit elektronik, satelit pengintai laut dan satelit

yang dapat memberikan peringatan dini”.107

The annual Pentagon report issued late last month addresses the current and future military strategy of the People's Republic of China. It takes a look at the current and probable future course of military-technological development on the People's Liberation Army (PLA) and the tenets and probable development of Chinese grand strategy, security strategy, and military strategy, and of the military organizations and operational concepts, through the next 20 years. “

Dalam perlombaan aktivitas militer di ruang angkasa tidak hanya negara

klasik seperti Amerika Serikat dan Rusia saja yang memiliki kemampuan pesat

dalam meluncurkan benda – benda ke ruang angkasa, dari negara – negara maju

lainnya China merupakan negara yang memiliki kemampuan yang dapat

menyaingi keahlian negara space powers seperti Amerika Serikat dan Rusia dalam

strategi militer di ruang angkasa seperti di lansir oleh Space :

“ China's escalating expertise in space is also enhancing its competence as a global military force. Along with lofting future radar, ocean surveillance, and high-resolution photoreconnaissance satellites, China's rise as a space power also includes pursuit of an offensive anti-satellite system. Those observations are included in a new report-Military Power of the People's Republic of China: A Report to Congress-issued by the U.S. Office of the Secretary of Defense.

108

107

Ibid., h. 6.

108

Leonard David, Space.com's Space Insider Columnis, Report: China’s Military Space

Power Growing, June 5, 2006,

(15)

Perkembangan China dalam ilmu keruangangkasaan dengan menciptakan satelit

dan alat – alat yang dapat diluncurkan ke ruang angkasa telah dapat menandingi

space powers klasik seperti Amerika Serikat dan Rusia sehingga China pun

berhasil meningkatkan kompetensi mereka sebagai kekuatan militer global dengan

berhasil menciptakan radar masa depan, pengawasan laut, dan resolusi tinggi

satelit untuk foto pengintaian, kebangkitan Cina sebagai kekuatan ruang angkasa

juga termasuk pengejaran sistem anti-satelit.

Selanjutnya mengenai kegiatan militer di ruang angkasa, Priyatna

Abdurrasyid antara lain mengemukakan bahwa :

1. Satelit – satelit banyak digunakan untuk tugas – tugas militer dalam

bidang ‘Observation’, ‘ Communication’, ‘Navigation’, termasuk di

dalamnya Remote Sensing dari Satelit.

2. Pengembangan satelit berawak, yakni space shuttle sistem yang akan

memberikan kemungkinan selanjutnya untuk digunakan bagi

kepentingan dan tujuan militer.

Disamping hal tersebut di atas, Anti Satellite System (ASAT) juga

dikembangkan terus. Penelitian di bidang Directed Energy telah

memungkinkan pengembangan sistem ini di ruang angkasa, negara yang

bersangkutan akan mendapat posisi kemampuan pertahanan terhadap

serangan – serangan roket lawan di samping tentunya daya pukul ampuh dan

efisien terhadap penghancuran satelit lawan yang akan mempengaruhi lawan

beserta kemampuannya.109

109

(16)

Dari hal yang dikemukakan diatas jelas bahwa disamping hasil – hasil

positif dari peluncuran benda – benda buatan manusia ke ruang angkasa untuk

penelitian dan eksplorasi terdapat ambisi militer dari space powers yang awalnya

berlomba – lomba dalam usaha pemanfaatan ruang angkasa dan eksplorasi ruang

angkasa menjadi kompetisi untuk kepentingan militer dan dominasi politik negara

space powers. Hukum Internasional yang mengatur tentang kegiatan negara –

negara di ruang angkasa mencoba untuk mencegah dan membatasi aktivitas

negara – negara tersebut dalam melakukan penjelajahan dan pemanfaatan ruang

angkasa baik aktivitas tersebut untuk maksud damai (aktivitas sipil) maupun

aktivitas (militer).

C. Pelarangan Aktivitas Militer di Ruang Angkasa

Hukum Internasional sudah mengatur tentang aktivitas space powers di

ruang angkasa dan benda – benda angkasa, adanya ketetapan tersebut untuk

mengawasi dan membatasi aktivitas negara – negara dalam melakukan

penjelajahan dan pemanfaatan ruang angkasa yang tidak bertentangan dengan

kepentingan umat manusia dan tujuan damai, berupa ketentuan yang mengatur

tentang aktivitas ruang angkasa untuk maksud damai (aktivitas sipil) maupun

aktivitas (militer).

John Kish mengutip Current Problems in Space Law :

International law has developed the prohibition of the military use of

celestial bodies. This rule was adopted in 1962 in the Draft Code on Rules

on the Exploration and Uses of Outer Space elaborated by an expert

group of the David Davies Memorial Institute. Article 2 (3) of the Draft

Code admits of the use of military personnel or equipment in outer space

(17)

use of outer space and celestial bodies States and international bodies …

(c) are not precluded from employing military personnel or equipment for

scientific and peaceful purposes. “ 110

Article 2 (5) of the Draft Code prohibits the use of weapons threatening

the territory of other states from outer space and celestial bodies : “No

spacecraft carrying any type of warhead or otherwise designed as a

weapon for use against targets on the earth or in the airspace, shall be

placed in orbit around the earth, or celestial bodies, or be carried in or

launched from any space station or celestial body.” The general

prohibition of aggressive activities applies thus to outer space and

celestial body.

Hukum internasional sudah mengembangkan pelarangan penggunaan militer atas

benda – benda langit. Peraturan ini diadopsi pada tahun 1962 dalam Draft Code

on Rules on the Exploration and Uses of Outer Space diuraikan oleh kelompok

ahli dari lembaga memorial David Davies. Pasal 2 (3) dari Draft Code mengakui

penggunaan personil militer atau peralatan di ruang angkasa dan benda – benda

langit hanya untuk tujuan damai : “ dalam eksplorasi dan penggunaan ruang

angkasa dan benda – benda langit negara dan badan internasional … (c) tidak

dihalangi dari memperkerjakan personil militer atau peralatan untuk tujuan ilmiah

dan damai.

Current Problems in Space Law melanjutkan :

111

Pasal 2 (5) Draft Code melarang penggunaan senjata yang mengancam wilayah

negara lain dari ruang angkasa dan benda – benda langit : “ Tidak ada pesawat

ruang angkasa yang membawa jenis hulu ledak atau sebaliknya dirancang sebagai

senjata untuk digunakan melawan sasaran di bumi atau di udara, harus

110

John Kish, The Law of International Space, A. W. Sijthoff, Leiden, 1973, hal. 187.

(18)

ditempatkan di orbit mengelilingi bumi, atau benda – benda angkasa, atau

dilakukan di atau diluncurkan dari stasiun ruang angkasa atau benda angkasa. “

larangan umum tentang kegiatan agresif berlaku demikian untuk luar angkasa dan

benda angkasa.

Article 3 (2) of the Draft Code prohibits the establishment of military

stations on celestial bodies : “ The establishment of military stations upon

any celestial body and the use of such stations or of a celestial body for the

purposes of war is prohibited.” This provision reaffirms the rule of the

preclusion of aggressive activities on celestial bodies. The prohibition of

the establishment of military stations promotes furthermore the peaceful

exploration of celestial bodies.” 112

Moreover, Article 3 (3) of the Draft Code prohibits nuclear explosions and

radioactive pollution on celestial bodies “The testing of any nuclear

device or the disposal of radioactive waste upon any celestial body is

prohibited.” The prohibition of nuclear explosions and radioactive

pollution contributes again to the peaceful use of celestial bodies.

Accordingly, the Draft Code prohibits the presence of weapons both in

outer space and on celestial bodies, but it does not prohibit any other

military measures in outer space. On the other hand, the Draft Code Pasal 3 (2) dari Rancangan Aturan melarang pendirian stasiun militer pada benda

– benda langit : “ Pembentukan stasiun militer pada setiap benda angkasa dan

penggunaan stasiun tersebut atau dari benda angkasa untuk tujuan perang adalah

dilarang “ Ketentuan ini menegaskan kembali aturan dari penghalangan atas

kegiatan agresif pada benda – benda angkasa. Larangan pendirian stasiun militer

selanjutnya mempromosikan eksplorasi secara damai atas benda – benda langit. "

(19)

prohibits further military measures, including the establishment of military

stations and the conduct of nuclear explosions, on celestial bodies.113

The requirement of the peaceful use of outer space and celestial bodies

was asserted on the Resolution on the Legal Status of Outer Space adopted

by the Hamburg Conference on the International Law Association on 12

August 1960. Article 3 (a) of the Resolution provides for the peaceful use

of all areas of the cosmic space : “Outer space and celestial bodies should

be utilized only for peaceful purposes.” Accordingly, the Resolution

applies the rule of peaceful use both to outer space and celestial bodies. Selain itu, Pasal 3 (3) dari Rancangan Aturan melarang ledakan nuklir dan polusi

radioaktif pada benda langit “ Pengujian perangkat nuklir atau pembuangan

limbah radioaktif pada setiap benda angkasa dilarang. “ Larangan ledakan nuklir

dan pencemaran radioaktif berkontribusi lagi untuk penggunaan secara damai atas

benda – benda langit. Dengan demikian, Draft Code melarang kehadiran atas

senjata baik di luar angkasa dan di benda langit, tetapi tidak melarang setiap

tindakan militer lainnya di luar angkasa. Di sisi lain, Rancangan Aturan melarang

tindakan militer lebih lanjut, termasuk pendirian stasiun militer dan tindakan

ledakan nuklir, pada benda langit.

114

Persyaratan penggunaan ruang angkasa dan benda langit secara damai itu

ditegaskan pada Resolusi tentang (Resolution on the Legal Status of Outer Space)

Status Hukum Ruang Angkasa diadopsi oleh Konferensi Hamburg pada Asosiasi

Hukum Internasional pada tanggal 12 Agustus 1960. Pasal 3 (a) dari Resolusi

menyediakan untuk penggunaan secara damai semua wilayah ruang kosmik : “

ruang angkasa dan benda langit harus dimanfaatkan hanya untuk tujuan damai. “

113 Ibid,. 114

(20)

dengan demikian, Resolusi ini berlaku aturan penggunaan secara damai baik

untuk ruang angkasa dan benda-benda angkasa.

Similarly, the requirement of the peaceful use of outer space and celestial

bodies was reaffirmed in the Resolution on the Legal Regime of Outer

Space adopted by the Brussels Sessions of the Institute of International

Law on 11 September 1963. Article 1 of the Resolution provides for the

Peaceful use of all areas of the cosmic spaces : “ Outer space and the

celestial bodies … are free for exploration and use by all States for

exclusive peaceful purposes … “ Thus, both the international Law

association and the Institute of International Law adopted requirement of

the peaceful use of both outer space and celestial bodies.115

115

Ibid,. hal. 188.

Demikian pula, syarat – syarat penggunaan secara damai ruang angkasa dan benda

langit ditegaskan kembali dalam Resolusi pada Rezim Hukum Luar Angkasa

diadopsi oleh Sesi Brussels Institut Hukum Internasional pada tanggal 11

September 1963. Pasal 1 Resolusi menyediakan untuk penggunaan secara damai

semua bidang ruang kosmik : “ ruang angkasa dan benda langit ... bebas untuk

eksplorasi dan digunakan oleh semua Negara untuk tujuan damai secara eksklusif

... “ Jadi, kedua asosiasi Hukum internasional dan Institut Hukum Internasional

mengadopsi persyaratan dari penggunaan secara damai baik ruang angkasa dan

benda langit.

Space Treaty 1967 sebagai dasar utama bagi kegiatan di ruang angkasa

telah meletakkan prinsip – prinsip pengaturan untuk ditaati bagi setiap

pemanfaatan ruang angkasa. Mengenai aktivitas militer di ruang angkasa maka

Space Treaty meletakkan suatu prinsip yang dimuat dalam artikel IV sebagai

(21)

“ States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the Earth any objects carrying nuclear weapons or any other kinds of weapons of mass destruction, install such weapons on celestial bodies, or station such weapons in outer space in any other manner.

The Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the Treaty exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases, installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct of military maneuver on celestial bodies shall be forbidden.

The use of military personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful exploration of the Moon and other celestial bodies shall also not be prohibited. “ 116

Pelarangan umum untuk menerapkan penggunaan ruang angkasa untuk

aktivitas militer merupakan subjek yang sangat penting di dalam peraturan di

dalam The Outer Space Treaty 1967. Di dalam Article IV of Outer Space Treaty Peraturan konvensional seperti Article IV Outer Space Treaty hanya

menyediakan untuk penggunaan ruang angkasa dan benda – benda langit secara

damai. Persyaratan dari penggunaan secara damai menjamin kebebasan eksplorasi

atau penjelajahan terhadap ruang angkasa bagi setiap negara. Pelarangan atas

pendirian pangkalan militer, instalasi dan pembentengan yang merupakan

penggunaan militer terhadap ruang angkasa dan benda- benda angkasa sehingga

setiap negara dilarang untuk menggunakan ruang angkasa dan benda – benda

angkasa untuk penggunaan militer. Demikian pula dengan pelarangan

mengadakan manuver melalui ruang angkasa dan benda – benda angkasa. Bahkan,

ketika Article 1 (1) dari Nuclear Test Ban Treaty melarang percobaan senjata

nuklir pada benda – benda angkasa, Article IV dari Outer Space Treaty melarang

percobaan dan bahkan senjata konvensional pada benda – benda angkasa.

116

(22)

mengizinkan personil militer dan peralatan pada ruang angkasa dengan tujuan

penggunaan secara damai.

“ … The use of military personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful exploration of the Moon and other celestial bodies shall also not be prohibited “ 117

Dengan demikian jelaslah bahwa aktivitas militer di ruang angkasa pada

dasarnya dilarang, akan tetapi artikel IV Space Treaty 1967 juga masih

memberikan peluang bagi aktivitas militer untuk tujuan penelitian keilmuan atau

digunakan untuk menjaga perdamaian. Keilmuan atau untuk menimbulkan

polemik bagi para ahli hukum internasional mengenai aktivitas militer di ruang

angkasa.

penggunaan personil dan peralatan militer secara damai pada ruang angkasa

bukan merupakan tindakan militer pada ruang angkasa dan benda – benda

angkasa. Oleh karena itu, aturan ini selaras dan sesuai dengan persyaratan umum

penggunaan ruang angkasa secara damai, bahwa setiap negara berhak untuk

menggunakan ruang angkasa dan benda – benda angkasa dengan personil militer

dan peralatan militer hanya untuk tujuan damai, menjadikan aspek teknis atas

eksplorasi ruang angkasa membenarkan peraturan ini. Stasiun ruang angkasa

pada benda – benda angkasa memerlukan personil militer dan peralatan yang

besar untuk penelitian ilmiah. Ini menunjukkan penggunaan personil militer

ataupun peralatan militer hanya untuk tujuan eksplorasi ruang angkasa dan benda

– benda langit secara damai.

118

117 Ibid,. 118

(23)

Sejalan dengan penggunaan ruang angkasa untuk tujuan militer, maka

berkembang pula hukum yang berusaha mengatur dan menjaga keseimbangan

aktivitas militer antara lain :

1. Antartic Treaty 1959.

Antarctic shall be used exclusively for peaceful uses.

2. Treaty of Tlatelolco, 1967.

Larangan penggunaan senjata nuklir di Amerika Latin.

3. Non – Poliferation Treaty, 1968.

Larangan penyebarluasan senjata – senjata nuklir.

4. Sea – bed Treaty, 1971.

Larangan penempatan senjata – senjata nuklir di dasar laut di, luar 12

mil zone.

5. Threshold Test Ban Treaty, 1974.

Mengurangi bentuk ukuran percobaan – percobaan ledakan senjata –

senjata USA dan USSR, dan tidak boleh melebihi 150 kilotons.

6. Salt ABM Treaty 1972.

Membatasi pertahanan USA dan USSR di bidang Anti Ballistic

Missile Defences.

7. Salt Interim Agreement, 1972.

Meniadakan sejumlah peluncuran senjata roket milik USA dan USSR.

8. Document on Confidence – Building Measure, 1975.

Kewajiban memberitahukan tentang adanya rencana latihan – latihan

militer di Eropa.

(24)

Pengaturan tata cara percobaan – percobaan ledakan nuklir di luar

lokasi percobaan senjata nuklir yang telah ada, dengan demikian

dianggap untuk maksud – maksud damai.

Walaupun berbagai ketentuan telah diciptakan dalam rangka mengatur dan

atau membatasi aktivitas militer sebagaimana disebutkan diatas, namun dalam

kenyataan tetap dijumpai bahwa negara – negara utamanya space powers terus

mengambangkan penelitian dan percobaan senjata baru yang memiliki daya rusak

massa lebih besar. 119

Dengan melihat realitas keadaan ruang angkasa pada saat ini yang

menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh space powers tidak hanya

melaksanakan ketentuan hukum internasional ruang angkasa untuk kepentingan

penelitian ilmiah dan kemanusiaan agar terciptanya penggunaan ruang angkasa

dan benda – benda angkasa untuk tujuan damai tetapi telah terkontaminasi

kegiatan dan kepentingan militer didalamnya. Space powers yang memiliki

sumber daya dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat

memudahkan mereka untuk melakukan penelitian dan penciptaan kendaraan

ruang angkasa (spacecraft), senjata dan satelit – satelit yang dapat di luncurkan ke

ruang angkasa sehingga dibutuhkan suatu ketentuan hukum internasional yang

memberikan ketegasan dan kejelasan terhadap pemanfaatan ruang angkasa,

karena dengan tidak adanya ketentuan yang jelas dan tegas yang dapat membatasi

ruang gerak negara – negara space powers yang saling berlomba – lomba

menunjukkan superioritas mereka dalam pemanfaatan dan penggunaan ruang

119

(25)

angkasa dapat diprediksi akan terjadi tragedy atau peristiwa yang tidak diinginkan

(26)

BAB IV

PENGATURAN ARTICLE IV OF THE OUTER SPACE TREATY 1967 MENGENAI KEGIATAN MILITER DI RUANG ANGKASA

A. Divergensi Persepsi Terhadap Penafsiran Article IV of Outer Space Treaty 1967.

Pengertian ruang angkasa atau dirgantara merupakan suatu ruang yang

terdiri dari dua ruang yaitu ruang udara dan ruang angkasa, dirgantara atau

angkasa adalah suatu wilayah yang terletak dimulai dari ruang udara pada

permukaan bumi menuju ke atas langit yang tanpa batas, terdapat pembagian yang

tegas atas dirgantara yaitu ruang udara yang merupakan suatu ruangan yang berisi

partikel – partikel gas yang disebut udara sebagaimana udara yang dihisap untuk

bernafas semua makhluk di muka bumi sedangkan ruang angkasa adalah ruang

yang kosong dan hampa udara, ruang udara merupakan ruang yang terletak diatas

suatu negara, ruang daratan dan atau ruang lautan sekitar wilayah negara dan

melekat pada bumi dimana suatu negara mempunyai hak yurisdiksi dan

kedaulatan yang mutlak, sedangkan ruang angkasa adalah ruang yang hampa

udara dan teletak diatas ruang udara dimana terdapat bulan, planet dan benda –

benda angkasa (celestial bodies). Kedaulatan di ruang udara tidak berarti secara

mutlak sampai pada dasar memiliki suatu benda secara fisik tetapi yang dimaksud

hanya kedaulatan mutlak terhadap yurisdiksi dan kontrol oleh Negara yang

berdaulat tersebut atas pemakaian ruang udara untuk tujuan – tujuan tertentu

seperti penerbangan pesawat udara yang berjadwal dan telah diizinkan oleh

(27)

bertuan sehingga setiap negara memiliki kebebasan mutlak dan kesempatan yang

sama untuk melakukan eksplorasi atau penjelajahan dan eksploitasi ruang angkasa

tanpa adanya diskriminasi untuk kepentingan penelitian ilmiah yang

menguntungkan seluruh umat manusia seperti yang telah tercantum dalam Article

I The Outer Space Treaty 1967. Dengan kata lain kebebasan mutlak atas

penggunaan ruang angkasa harus secara damai dan hanya untuk kepentingan

kemanusiaan.

Dalam pemanfaatan ruang angkasa yaitu dengan melakukan eksplorasi dan

eksploitasi ruang angkasa lebih banyak dilakukan oleh negara – negara maju atau

negara – negara space sowers sehingga untuk negara – negara non space powers

hanya dapat menerima dan mengawasi penelitian yang telah dilakukan oleh

negara – negara maju, Space Power Nations atau negara – negara yang

mempunyai sumber daya dengan teknologi yang maju dan modern dalam bidang

keruangangkasaan memiliki kemampuan lebih besar dalam melakukan eksplorasi

dan eksploitasi di ruang angkasa dibanding negara – negara berkembang atau Non

– Space Powers sehingga pada akhirnya aktivitas dan kegiatan dalam penggunaan

ruang angkasa yang pada awalnya untuk penelitian ilmiah dan kepentingan

bersama menjadi hanya untuk memenuhi kepentingan dari negara space powers

yang bersangkutan bukan lagi untuk kepentingan seluruh umat manusia. Terjadi

ketidakseimbangan ini dikarenakan hanya beberapa negara di dunia yang dapat

melaksanakan misi investigasi terhadap ruang angkasa sehingga memicu

perlombaan di ruang angkasa bagi negara – negara space powers untuk

menunjukkan kemampuan mereka dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi di

(28)

Keberhasilan negara – negara space powers untuk melakukan eksplorasi

dan eksploitasi ruang angkasa terbukti dengan dilakukannya peluncuran roket –

roket dan satelit – satelit yang diorbitkan di bumi seperti Sputnik I oleh Uni Soviet

pada tahun 1957 dan disusul oleh Explorer I tahun 1958 oleh Amerika Serikat,

dan suksesnya Amerika Serikat mendaratkan Apollo 11 di Bulan pada tanggal 20

Juli 1969 serta selanjutnya dengan misi peluncuran space shuttle dan sampai pada

alat – alat atau benda – benda angkasa yang semakin sophisticated untuk

diluncurkan seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di bidang keruangangkasaan

terlebih pada masa modern saat ini oleh negara – negara space powers sehingga

dapat terjadi penumpukan benda – benda angkasa buatan manusia di ruang

angkasa dan bahkan dapat menjadi suatu pecahan yang disebut debris (sampah

angkasa), dan bukan hanya itu dengan berlomba – lombanya negara – negara

maju atau space powers dalam melakukan penjelajahan dan penyelidikan ruang

angkasa dengan meluncurkan benda – benda buatan manusia ke ruang angkasa

dikhawatirkan dapat memicu usaha pemanfaatan ruang angkasa untuk

kepentingan militer dan dominasi politik negara – negara tertentu.

Dengan semakin ultra modernnya teknologi di bidang keruangangkasaan

diperlukan suatu perangkat dan aturan yang dapat mengontrol dan mengatur

negara – negara maju seperti space powers dalam penggunaaan ruang angkasa

ketika melakukan peluncuran benda – benda angkasa tersebut, jika tidak dibatasi

dengan aturan atau hukum dapat diprediksikan akan terjadi tragedi yang akan

mempengaruhi kehidupan umat manusia dikemudian hari sehingga diperlukan

(29)

keruangangkasaan sampai saat ini yaitu peraturan yang bergerak secara dinamis

mengikuti kemajuan teknologi ruang angkasa.

Dengan pengajuan serentetan Resolusi oleh Majelis Umum Perserikatan

Bangsa – Bangsa yang meliputi petunjuk – petunjuk dan cara – cara

meningkatkan kerja sama internasional dalam bidang keruangangkasaan serta

penerapan prinsip – prinsip dasar tentang peraturannya pada akhirnya lahirlah The

Outer Space Treaty 1967 Treaty on Principles Governing the Activity in the

Exploration and Use for Outer Space, Including Moon and Other Celestial Bodies

sehingga memberikan suatu kekuatan hukum yang lebih kuat apabila

dibandingkan dengan resolusi – resolusi sebelumnya, mengingat memiliki bentuk

sebagai Treaty.

Outer Space Treaty 1967 merupakan magna charta dari peraturan

eksplorasi dan eksploitasi di ruang angkasa, treaty ini merupakan hukum

internasional yang esensial mengatur kegiatan negara – negara di ruang angkasa,

yang membatasi ruang gerak aktivitas setiap negara – negara dalam penggunaan

ruang angkasa agar tidak bertentangan dengan perdamaian dan kepentingan umat

manusia. The Outer Space Treaty 1967 merupakan upaya Perserikatan Bangsa –

Bangsa untuk meniadakan dan mencegah konflik bersenjata dan aktivitas militer

yang tidak bertujuan damai dimana dampaknya dapat mengganggu keamanan dan

ketertiban manusia yang mana hal ini sesuai dengan tujuan Perserikatan Bangsa –

Bangsa seperti yang terdapat dalam Article 1 Verse 1 Piagam Persatuan Bangsa –

Bangsa yang menyatakan : “ To maintain international peace and security…

(30)

Walaupun dengan lahirnya The Outer Space Treaty 1967 yang merupakan

elementer atas pemanfaatan dan penggunaan ruang angkasa tetapi ternyata masih

terjadi aktivitas maupun kegiatan yang bertentangan dengan prinsip – prinsip yang

tertulis di dalam Outer Space Treaty 1967 seperti pengembangan teknologi

persenjataan di ruang angkasa dan program pemanfaatan ruang angkasa untuk

bidang militer oleh space powers yang dapat memberikan dampak negatif

terhadap penggunaan dan pemanfaatan ruang angkasa untuk tujuan damai dan

kepentingan seluruh umat manusia.

Dalam hal penggunaan ruang angkasa ini sebagai contoh kasus Cina yang

menggunakan rudal untuk menghancurkan salah satu satelitnya di orbit bumi :

Nine years ago, the People’s Republic of China performed a test of a direct-ascent anti-satellite weapon (ASAT) on its aging FY-1C weather satellite. The test, which to many amounted to a shot across the bow, drew international condemnation in part because of the debris it created and the resulting increased risk to objects in low Earth orbit. More significantly, this test brought to the forefront the vulnerability of space-based assets to direct-ascent ASATs. 120

“ States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the Earth any objects carrying nuclear weapons or any other kinds Beijing mengabaikan suara protes dari dunia internasional karena aksi tersebut

dinilai bisa membahayakan satelit lain di orbit yang sama dan aktivitas dari negara

space powers tersebut menimbulkan meningkatnya jumlah debris pada orbit bumi.

Adanya kasus – kasus tersebut dan pengembangan teknologi persenjataan

ruang angkasa lain yang dikembangkan oleh negara – negara space powers jelas

telah melanggar ketentuan dalam Article IV The Outer Space Treaty 1967 :

120

Michael Listner, Space News, “ The continued debate about anti-satellite weapons,

nine years after China’s test “, 19 Februari 2016,

(31)

of weapons of mass destruction, install such weapons on celestial bodies, or station such weapons in outer space in any other manner.

The Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the Treaty exclusively for peaceful purposes.

The establishment of military bases, installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct of military maneuver on celestial bodies shall be forbidden.” 121

“ … The use of military personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful exploration of the Moon and other celestial bodies shall also not be prohibited “

Yaitu menjelaskan bahwa negara – negara peserta traktat tidak untuk

menempatkan di orbit yang mengelilingi bumi objek apapun yang membawa

senjata nuklir atau jenis – jenis senjata serta senjata perusak massal lainnya,

memasang atau menempatkan senjata lainnya pada benda – benda angkasa, serta

negara juga dilarang untuk mendirikan basis – basis militer, pemasangan atau

pembentengan dan percobaan jenis – jenis senjata di ruang angkasa serta

pergerakan militer di ruang angkasa.

Tetapi dalam Article IV The Outer Space Treaty selanjutnya terdapat

paragraf yang menyatakan :

122

ketentuan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan dan personil militer tidak

dilarang apabila bertujuan untuk damai berupa penelitian ilmiah yang

memberikan keuntungan bagi seluruh umat manusia, penggunaan personil dan

peralatan militer secara damai pada ruang angkasa bukan merupakan tindakan

militer pada ruang angkasa dan benda – benda angkasa. Oleh karena itu, aturan ini

selaras dan sesuai dengan persyaratan umum penggunaan ruang angkasa secara

damai, bahwa setiap negara berhak untuk menggunakan ruang angkasa dan benda

121

The Outer Space Treaty 1967

(32)

– benda angkasa dengan personil militer dan peralatan militer hanya untuk tujuan

damai, menjadikan aspek teknis atas eksplorasi ruang angkasa membenarkan

peraturan ini. Stasiun ruang angkasa pada benda – benda angkasa memerlukan

personil militer dan peralatan yang besar untuk penelitian ilmiah. Ini

menunjukkan penggunaan personil militer ataupun peralatan militer hanya untuk

tujuan eksplorasi ruang angkasa dan benda – benda langit secara damai.

Dengan demikian jelaslah bahwa aktivitas militer di ruang angkasa pada

dasarnya dilarang, tetapi seperti yang dikemukakan Juajir Sumardi di dalam

Article IV Space Treaty 1967 juga masih memberikan peluang bagi aktivitas

militer untuk tujuan penelitian keilmuan atau digunakan untuk menjaga

perdamaian. Keilmuan atau untuk menimbulkan polemik bagi para ahli hukum

internasional mengenai aktivitas militer di ruang angkasa.123

Perkembangan teknologi persenjataan dan militer di ruang angkasa

berkembang dengan sangat pesat. Sistem persenjataan yang dikembangkan di Dengan adanya ketentuan bahwa penggunaan alat militer yang bertujuan

untuk kepentingan penelitian ilmiah maka hal ini dapat menimbulkan

permasalahan, karena negara – negara space powers yang memiliki sumber daya

untuk meluncurkan atau mengorbitkan satelit atau benda – benda buatan manusia

ke ruang angkasa yang pada awalnya dikatakan bertujuan untuk kepentingan

penelitian ilmiah dan kemanusiaan secara damai faktanya pengembangan

teknologi ruang angkasa yang diluncurkan dan diorbit tersebut juga digunakan

untuk kegiatan militer tidak hanya kepentingan penelitian ilmiah dan kemanusiaan

tetapi untuk kekekuatan militer negara space powers tersebut.

123

(33)

ruang angkasa untuk kepentingan militer merupakan pengembangan dari sistem

satelit seperti satelit komunikasi, satelit navigasi, satelit mata – mata dan satelit

yang dapat memberikan peringatan dini “early warning system” dan di samping

itu telah dikembangkan suatu sistem persenjataan pada satelit yang dapat

menghancurkan satelit lain.124

Banyaknya peluncuran benda – benda buatan manusia ke ruang angkasa

yang dilakukan negara – negara space powers saat ini telah menunjukkan adanya

misi militer, baik peluncuran benda informative seperti satelit mata – mata

ataupun benda yang memiliki proses kerja agresif dan efektif seperti ASATs, ini

menunjukkan percobaan pengembangan senjata telah dilakukan di ruang angkasa

sehingga menjadikan ruang angkasa sebagai zona baru bagi konfrontasi

internasional.125

Space Treaty 1967 yang merupakan suatu prinsip hukum umum mengenai

pengaturan aktivitas di ruang angkasa termasuk bulan dan benda – benda langit

lainnya yang sedianya harus diterapkan terhadap segala kegiatan di ruang angkasa

ternyata telah menyeret polemik yang berkepanjangan berkenaan dengan aktivitas

militer ini. Polemik tersebut pada dasarnya terjadi dari perbedaan interpretasi

terhadap ketentuan pasal IV dari Space Treaty 1967.126

Negara super powers beserta sekutu – sekutunya sepakat menyatakan

bahwa aktivitasnya di ruang angkasa termasuk aktivitas militer sesuai dengan

hukum internasional termasuk Space Treaty 1967. Dasar utama dari pernyataan

tersebut adalah demi kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan yang berguna bagi

124

Suyud Harsono Suyudi, Op.Cit., hal. 2.

125

Juajir Sumardi, Op.cit., hal. 139.

126

(34)

masyarakat internasional serta menjaga stabilitas internasional. Nampaknya

konsep perimbangan kekuatan dalam kamus politik internasional turut

menjustifikasi program militerisasi di ruang angkasa. Menurutnya Pasal IV dari

Space Treaty 1967 juga tidak meletakkan larangan secara tegas dan rinci

mengenai aktivitas militer ini, akan tetapi justru dalam paragraf dua pasal tersebut

memperkenankan aktivitas militer di ruang angkasa. Negara – negara berkembang

yang lebih bersifat potential victim dari aktivitas militer tersebut menegaskan

bahwa aktivitas militer tersebut bertentangan dengan maksud Space Treaty

1967.127

Pengembangan tipe baru seperti pengoperasian sistem anti satelit yang

disebut ASATs, membawa ketegangan internasional yang amat mengerikan.

Satelit ini berfungsi secara aktif dan agresif dalam penghancuran secara total baik

terhadap satelit atau benda angkasa milik negara asing maupun terhadap negara –

negara musuh. Jika kita lihat proses kerja dari ASATs ini, maka keberadaan satelit

jenis ini bertentangan dengan maksud damai yang tertuang dalam Space Treaty

1967. Apalagi pasal IV Space Treaty melarang bagi peletakan di orbit sekitar Hal ini menunjukkan bahwa satelit atau benda – benda angkasa yang

dikembangkan dan diluncurkan oleh negara – negara space powers tersebut diakui

lebih banyak digunakan untuk kepentingan dan kegiatan militer oleh negara –

negara peluncur dari pada kepentingan untuk penelitan ilmiah dan kemanusiaan,

apalagi dengan satelit – satelit khusus seperti satelit yang dapat memberikan

peringatan dini (early warning system) dan tipe sistem anti senjata satelit

(ASATs).

(35)

bumi benda – benda yang membawa persenjataan yang memiliki daya rusak

massa.128

USA-193 was an American Reconnaissance satellite, which was launched

on 14 December 2006 by a Delta II rocket, from Vandenberg Air Force

Base. It was reported about a month after launch that the satellite had

failed. In January 2008, it was noted that the satellite was decaying from

orbit at a rate of 1,640 feet (500 m) per day. On 14 February 2008, it was

reported that the United States Navy had been instructed to fire an

RIM-161 Standard Missile 3 ABM weapon at it, to act as an anti-satellite

weapon.

Seperti terdapat dalam contoh kasus lain yaitu Amerika Serikat meluncurkan

satelit pengintaian pada 14 Desember 2006 yang bernama USA – 193 :

129

128

Juajir Sumardi, Op.cit., hal. 141.

Dilaporkan sekitar satu bulan setelah peluncuran satelit itu ternyata telah terjadi

kegagalan sehingga pada Januari 2008, tercatat bahwa satelit itu mengalami

pembusukan dari orbit pada tingkat 1.640 kaki (500 m) per hari. Pada tanggal 14

Februari 2008, dilaporkan bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat telah

diperintahkan untuk menembak satelit pengintaian tersebut dengan menggunakan

rudal SM-3 yang sudah dimodifikasi dan diluncurkan dari tiga kapal kelompok di

Pasifik Utara untuk menghancurkan satelit USA-193 dan bertindak sebagai

senjata anti – satelit selain itu Russia juga meluncurkan rudal anti – satelit

langsung bernama Nudol pada 18 November 2015 :

129

(36)

The successful flight test of Russia’s direct ascent anti-satellite missile,

known as Nudol, took place Nov. 18, 2015, according to defense officials

familiar with reports of the test. 130

Menurut Juajir Sumardi persoalan legalitas dari aktivitas militer di ruang

angkasa sulit untuk di pecahkan jika hanya menggunakan interpretasi terhadap

pasal IV Space Treaty 1967. Jika kita hendak mempersoalkan masalah legalitas

aktivitas militer tersebut dari pendekatan interpretasi, maka seyogianya bukan

hanya untuk menitik beratkan pada pasal IV saja, akan tetapi interpretasi tersebut

harus dilakukan terhadap Space Treaty 1967 secara keseluruhan termasuk nafas

yang terkandung dalam proses penciptaan perangkat hukum ruang angkasa ini.

Hal ini sesuai dengan ketentuan umum mengenai interpretasi perjanjian Kasus diatas menunjukkan telah terjadi penyimpangan terhadap Article IV

of The Outer Space Treaty 1967 yaitu melakukan aktivitas atau kegiatan ruang

angkasa yang tidak untuk kepentingan kemanusiaan dan perdamaian serta

penggunaan ruang angkasa untuk kepentingan militer negara tertentu, adanya

pelanggaran dari ketentuan Article IV Outer Space Treaty dikarenakan terdapat

paragraf yang disatu sisi menyatakan “ pelarangan untuk menggunakan

persenjataan dan kegiatan militer di ruang angkasa “ tetapi di sisi lain ketentuan

Article IV tersebut terdapat paragraph “ bahwa penggunaan alat – alat atau

fasilitas militer diperbolehkan apabila bertujuan untuk kepentingan penelitian

ilmiah dan perdamaian “.

130

Bill Gertz, The Washington Free Beacon, December, 2, 2015,

(37)

internasional sebagaimana tertuang dalam Pasal 31 Konvensi Wina 1969

mengenai Hukum Perjanjian.131

Dengan demikian, nafas yang terkandung dalam Space Treaty 1967 seperti

yang tertuang dalam Preambul / Pembukaan serta isi pasal – pasalnya dapat

dikemukakan bahwa eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa yang dilakukan

tersebut harus membawa keuntungan bagi semua negara dan untuk maksud –

maksud damai. Negara peserta perjanjian harus mendukung kerja sama

internasional dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi maksud damai tersebut,

membina saling pengertian dan hubungan persahabatan antara masyarakat dan

negara – negara, menegaskan bahwa ruang angkasa merupakan wilayah bersama Dalam Pasal 31 Konvensi Wina 1969 tersebut mengemukakan :

“ 1. A treaty shall be interpreted in good faith in accordance with the ordinary meaning to be given to the terms of the treaty in their context and in the light of its

object and purpose.

2. The context for the purpose of the interpretation of a treaty shall comprise, in addition to the text, including its preamble and annexes: (a) Any agreement relating to the treaty which was made between all the parties in

connexion with the conclusion of the treaty;

(b) Any instrument which was made by one or more parties in connexion with the conclusion of the treaty and accepted by the other parties as an instrument related to the treaty.

3. There shall be taken into account, together with the context:

(a) Any subsequent agreement between the parties regarding the interpretation of

the treaty or the application of its provisions;

(b) Any subsequent practice in the application of the treaty which establishes the agreement of the parties regarding its interpretation;

(c) Any relevant rules of international law applicable in the relations between the parties.

4. A special meaning shall be given to a term if it is established that the parties so intended.”

131

(38)

umat manusia, oleh karenanya harus dieksplorasi dan dieksploitasi hanya untuk

:

a. keuntungan dan kepentingan semua negara ;

b. tanpa diskriminasi dan maksud lainnya ;

c. atas dasar kesederajatan / keseimbangan ;

d. dalam kepentingan menjaga keamanan dan perdamaian internasional

serta memajukan kerja sama dan saling pengertian ; dan

e. dengan kewajiban menginformasikannya demi kepentingan semua

negara.

Jika kita lihat proses kerja satelit mata – mata misalnya, maka pada

dasarnya pengunaannya tidak untuk kepentingan semua negara. Pada umumnya

hanya membawa keuntungan bagi pemilik satelit beserta sekutu – sekutunya

dalam rangka mempersiapkan diri dari serangan musuh. Alasan bahwa satelit

tersebut bermanfaat bagi penjagaan stabilitas internasional yakni dengan

difungsikannya sebagai sarana pemantau persetujuan pengawasan persenjataan

namun dalam kenyataan fungsi tersebut hanya bersifat temporer belaka.132

Dewasa ini hanya dua negara super powers yang memiliki satelit mata –

mata demikian canggih untuk digunakan bagi kepentingan verifikasi nasional

dalam rangka pemantauan terhadap hasil dari persetujuan pengawasan

persenjataan dari kedua negara super powers tersebut. Juga dapat dilihat bahwa

penggunaan satelit mata – mata tersebut hanya untuk kepentingan pemiliknya

yakni penggunaan satelit tersebut selama perang Yom Kippur, perang Vietnam,

konflik India – Pakistan serta pertempuran di kepulauan Falkland, banyak

132

(39)

menguntungkan Amerika Serikat dan Uni Soviet beserta sekutunya. Dari data

yang diperoleh berkenaan dengan pertempuran di atas maka kedua negara super

power dapat membuat perkiraan yang lebih baik mengenai kemampuan dan

strategi musuh – musuhnya dan selanjutnya mengembangkan percobaan senjata

penghancur yang lebih efektif.133

133 Ibid.

Adanya dismilaritas persepsi terhadap kegiatan militer di ruang angkasa

ditimbulkan karena ketidakjelasan (obscurity) dan ketidaktegasan terhadap

ketetapan yang ada pada Article IV of The Outer Space 1967. Sehingga harus

diberikan penjelasan yang jelas (explicit) dan tegas tentang pelarangan aktivitas

militer di ruang angkasa oleh pihak – pihak yang memiliki kapasitas (capacity)

untuk itu.

B. Yurisprudensi “Use of Force” di Ruang Angkasa dan Keambiguan Peaceful Uses” dalam The Outer Space Treaty 1967.

Ketertarikan negara – negara terutama negara space powers terhadap

penjelajahan bebas di ruang angkasa membutuhkan peraturan khusus agar

penggunaan ruang angkasa tetap berlangsung untuk tujuan damai dan tidak

memberikan kerusakan terhadap ruang angkasa, dengan lahirnya The Outer Space

Treaty 1967 sebagai magna charta untuk eksplorasi dan eksploitasi ruang angkasa

yang bertujuan untuk pemanfaatan ruang angkasa secara damai, ruang lingkup

peraturan tersebut juga terdapat suatu masalah controversial pada hukum

(40)

“ Indeed, the definition of peaceful remains, of necessity, inadequately

specific and subject change with times. In Outer Space the most peaceful

uses may be suffused with military potentials.” 134

“ the use of space instrumentalities as a measure of missile launch

detection for warning purposes may be regarded as consistent with the

exclusive dedication of space to peaceful and scientific purposes … “ Pengertian dari kata perdamaian dianggap tidak cukup spesifik dan dapat berubah

dengan waktu, menurut Jessup dan Taubenfeld di dalam ruang angkasa bahkan penggunaan ruang angkasa yang dilakukan oleh negara – negara space powers

yang mereka yakinkan kegiatan paling damai sekalipun juga dapat

memungkinkan terdapat kegiatan militer didalamnya. Mengingat bahkan

penggunaan ruang angkasa paling damai sekalipun memungkinkan untuk

melibatkan unsur – unsur strategis militer, tetapi hukum internasional belum

membentuk peraturan yang secara spesifik melarang aktivitas militer di ruang

angkasa.

Hukum internasional telah menyediakan perbedaan terhadap perizinan dan

pelarangan atas setiap kegaiatan atau aktivitas di ruang angkasa, perbedaan ini

dianalisa oleh Jenks :

135

penggunaan sarana – sarana ruang angkasa seperti peluncuran rudal untuk tujuan

deteksi peringatan (warning purposes) dapat dianggap sebagai konsisten dengan

dedikasi eksklusif atas penggunaan ruang angkasa untuk tujuan damai dan

kepentingan penelitian ilmiah, tetapi jika kegiatan militer pada ruang angkasa

134

John Kish, Op.Cit., hal. 189.

135

(41)

yang memiliki tujuan defensive maka hukum internasional tidak mengizinkan dan

melarang penggunaan ruang angkasa untuk kegiatan militer.

Tetapi satelit pengintaian (Space Reconnaissance) yang dilakukan di ruang

angkasa merupakan tindakan yang memiliki dua karakteristik berupa antara tujuan

defensive dan offensive. Kedua karakter dimiliki oleh satelit pengintaian yang

dilakukan dari ruang angkasa ditegaskan oleh McDougal, Lasswell dan Vlasic

:

“… it will not be easy to distinguish in each case with appropriate

precision between impermissible and permissible coercion, aggression

and self – defense. … Thus, while many may regard space reconnaissance

as a vital measure of self – defense against a surprise attack, others may

construe the same activity as a preparation for aggression. “ 136

menurut mereka tidak akan mudah untuk membedakan dalam setiap kasus dengan

tidak memperhatikan presisi atau ketelitian yang sesuai antara diizinkan dan tidak

diizinkan melakukan pengintaian karena satelit pengintaian bisa dijadikan alat

untuk serangan dan pertahanan diri. Sehingga, ketika mungkin banyak orang

menganggap pengintaian dari ruang angkasa sebagai ukuran penting dari

pertahanan diri terhadap serangan mendadak, orang lain mungkin menafsirkan

aktivitas pengintaian sebagai persiapan untuk melakukan penyerangan.

Pengintaian ruang angkasa mungkin memiliki dua tujuan : berupa pencegahan

serangan dari negara yang diamati atau persiapan untuk melakukan penyerangan

oleh negara yang mengamati. Pengintaian dari ruang angkasa memungkinkan

untuk menghalangi negara yang diamati dari penyerangan, tapi ini memungkinkan

untuk memfasilitasi penyerangan yang dapat dilakukan oleh negara yang

Gambar

Tabel 1.0 Jenis Benda Ruang Angkasa Buatan Yang Digunakan Untuk

Referensi

Dokumen terkait

[10] Berbeda dengan literatur yang ada, kami menemukan bahwa AGLSC yang lebih umum pada laki-laki daripada perempuan (59 laki-laki vs 46 perempuan) dengan laki- laki

pekerjaan pelaksanaan proyek Hotel Tara baik pada pekerjaan pre-finishing maupun pekerjaan finishing yang sedang dikerjakan apakah sudah sesuai dengan rencana kerja

penyusunan laporan keuangan konsolidasian ini adalah selaras dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian untuk tahun

Gerakan cairan di dalam perilimfe ditimbulkan oleh getaran jendela oval mengikuti dua jalur : (1) gelombang tekanan mendorong perilimfe pada membrana vestibularis ke depan

Jika terjadi tumpang tindih dan duplikasi data, maka forum evaluasi pengumpulan data perlu menyepakati data mana yang akan digunakan dengan mempertimbangkan

memisahkan material dalam larutan dengan cara menyedot udara di dalam memisahkan material dalam larutan dengan cara menyedot udara di dalam corong dengan pump

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi maka refleksi untuk menelusuri kekurangan pada siklus I dan diperbaiki pada tindakan siklus II dari hasil evaluasi siklus I belum