BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan yang Relevan
Tinjauan pustaka ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang ebih
tepat tentang informasi data yang ingin kita teliti. Oleh karena itu penulis melakukan
tinjauan pustaka sebagai referensi, teori dan konsep yang berkaitan dengan tulisan ini
sehingga dapat memudahkan menyelesaikan permaslahan dalam penulisan.
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kajian penulis yaitu
Mantera dan Upacara Ritual masyarakat Melayu Pesisir Timur di Sumatera Utara:
kajian tentang fungsi dan nilai-nilai budaya oleh wan syaifuddin. Di dalamnya
dibahas mengenai fungsi dan nilai dri upacara adat budaya yang ada pada masyarakat
Melayu Pesisir Timur.
Penulis juga menjadikan penelitian yang dilakukan oleh Zuhra (2012: Skripsi,
Progam Studi Sastra Melayu Departemen Sastra Daerah Falkultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara) Judul penelitian ini adalah “ Musyawarah Mufakat
dalam Upacara Ritual Syukuran Laut Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat”.Fokus utama kajian ini ialah syukuran
laut yang melibatkan pawang, tempat dan wuaktu upacara, masyarakat pendukung,
kegiatan persiapan.
Harahap (2003) mengenai Peranan Pawang dalam Ritual Masyarakat Melayu.
Sebagai referensi tambahan yang di dalamnya dibahas keberadaan ritual dan mantera
peranan pawangdalam ritual, dan mantera yang digunakan dalam ritual masyarakat
Melayu.
2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Pantai Cermin
Di dalam kamus besar bahasa indonesia pengertian kosmologi adalah ilmu
pengetahuan yang meneliti asal-usul, struktur hubungan ruang waktu dalam alam
semesta. Menurut Syaifuddin (2015) kosmologi selalunya bartitik tolak dari
kisah-kisah yang diistilahkan sebagai mitos, sakral, dan kepercayaan yang berasaskan dari
tradisi lisan suatu masyarakat atau etnik. Ia merupakan sebagian dari tradisi rakyat
baik terkemas dalam seni, sastra ataupun budaya tradisi rakyat. Kemudian ia
dikaitkan dengan kearifan lokal masyarakatnya. Hubungkait sifat bahasa, seni, sastra
lisan, sistem kepercayaan dan agama serta adat istiadat dengan kosmologi
masyarakat Melayu, khususnya yang berdomisili di Pesisir Timur kepada sifat
manusia, alam semesta, alam ghaib, kehidupan manusia serta magis lebih nampak
dan setara. Hubungkait ini biasanya lebih menunjukkan kepercayaan masyarakat
Melayu terhadap kebudayaan, khususnya tentang kearifan tradisinya.
Syaifuddin secara jelas mengungkapkan bahwa kosmologi masyarakat
Sumatera Timur juga mempunyai kaitan dengan kepercayaan tradisional, yaitu
mempercayai bahwa alam semesta wujud sebagai kesatuan alam nyata dengan alam
ghaib. Oleh karena itu, mereka percaya apabila terjadi perubahan di alam nyata
adalah manifestasi yang diperlihatkan oleh kuasa dari alam ghaib. Hal ini terwuud
sebagai fenomena alam seperti gagal panen, kemarau, angin kencang dan lain-lain.
Selain itu, masyarakat Melayu Sumatera Timur menggunakan alam nyata bagi
Masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam menjalani hidup mengikuti
peraturan yang sudah digariskan atau ketentuan alaminya. Hal demikian juga
dilakukan oleh masyarakat Melayu Desa Terjun Kecamatan Pantai Cermin.
Masyarakat tersebut senantiasa menjaga sikap dan perilaku di kehidupan sehari-hari.
Mereka memelihara nilai-nilai sosial dalam berinteraksi dengan sesama. Hal ini
wujud dari keinginan memelihara dan menjaga keseimbangan alam dengan membina
nilai-nilai dalam kehidupan.
Nilai-nilai sosial ini tidak hanya terdapat dalam tutur kata ketika berbicara,
namun juga diekspresikan dalam jenis ungkapan. Hal ini juga tampak pada
penyelengaraan acara adat tradisi, yaitu dengan ketentuan waktu yang telah
ditetapkan. Mereka aktif melaksanakan berbagai ritual seperti ngobat kampung,
perkawinan, kelahiran anak, sunatan, jamu laut, serta tampung tawar bibit. Hal ini
menggambarkan bahwa masyarakat Desa Terjun Kecamatan Pantai Cermin memiliki
adat istiadat dan kaya alan budaya yang bersumber dari leluhur.
2.3 Letak Geografis dan Sejarah Singkat
Letak geografis Kabupaten Serdang Bedagai. Luas kabupaten ini 1. 900,2
km, sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 312,8 jiwa pada tahun 2010. Secara
geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2º 57' – 3º16' Lintang
Selatan, 98º 33' – 99º27' Bujur Timur dengan luas daerah ± 1.900,22 Km2 dengan
batas wilayah di sebelah Utara dengan Selat Malaka dan diapit 3 (tiga) daerah
Kabupaten di Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 Kecamatan
yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Teluk
Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Bandar Khalifah.4
Peristiwa penuturan sastra lisan adalah panggung sosial dengan ranah
kolektivitas di samping adanya panggung perseorangan yang monolog. Sastra lisan Kecamatan Pantai Cermin terletak di daerah dataran rendah dengan
ketinggian 0 s/d 6 meter diatas permukaan laut yang berbatasan langsung dengan
Selat Malaka.Dengan luasnya sebesar 80,296 Km2 atau 8.029,6 Ha yang terdiri dari
12 Desa dan 77 dusun dengan Ibukota Kecamatan terletak di Desa Pantai Cermin.
Desa Besar II Terjun adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Pantai Cermin,
yang berbatasan dengan Desa Pantai Cermin Kiri di sebelah utara, Desa Sementara di
sebelah timur, desa Lubuk Cemara di sebelah selatan / Kecamatan Perbaungan, dan
desa Sukajadi dan Celawan di sebelah barat. Memiliki kepala desa yang arif dan
pemerhati masyarakat
2.4 Konsep Kesustraan Tradisi
Sastra Melayu tradisi disebut juga dengan nama sastra rakyat atau sastra lisan
dikenal oleh masyarakat sejak dahulu sebelum adanya tulisan.Sastra lisan atau sastra
rakyat merupakan hasil karya sastra milik bersama atau milik sekumpulan
masyarakat yang diturunkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain secara lisan atau dari mulut ke mulut. Baik tradisi itu berupa kata-kata lisan
maupun tradisi lain yang bukan lisan sehingga menentukan bahwa sastra tersebut
adalah sastra rakyat.
4
dahulu sangat digemari oleh warga masyarakat dan biasanya di dengarkan secara
kolekktif karena menanggung gagasan, pikiran, ajaran dan harapan masyarakat.
Suasana kebersamaan yang di hasilkan dari sastra lisan berdampak positif terhadap
menguatnya ikatan sosial di antara anggota masyarakat.5
Kesustraan rakyat masyarakat Melayu mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri
pertama, berhubungan dengan cara ia disampaikan yaitu secara lisan. Namun,
sebagian darinya telah dituliskan kemudian dilisankan. Kedua, melibatkan soal
penciptaan dan kesustraan rakyat masyarakat Melayu, yaitu lebih banyak lahir dan
berkembang dari dalam masyarakat sederhana. Ketiga mengandung ciri-ciri budaya
asal masyarakat yang melahirkannya, hingga menggambarkan suasana masyarakat
Melayu yang alamiah. Keempat, kepunyaan bersama. Kelima, didalam kesustraan Kesustraan lisan atau tradisi dapat dirujuk sebagai hasil karya yang memiliki
pesan dan pemikiran tertentu. Gagasan tersebut menjadi sebuah konsep kesustraan
tradisi yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku yang keluar secara alamiah.
Kenyataan tersebut menciptakan intergritas dan kebersamaan dikalangan nasyarakat
yang menjalani konsep tersebut dikehidupanya.
Berkaitan dengan lokasi penelitian di Desa Terjun, Kecamatan Pantai
Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, yang merupakan wilayah
Melayu Sumatera Timur, penulis mencoba mengkhususkan identifikasi tradisi
kesustraan.
5
masyarakat Melayu terdapat unsur-unsur pemikiran yang luas terhadap kehidupan
masyarakatnya.6
Pada dasarnya ritual yang ada di dalam masyarakat Melayu mengungkapkan
perilaku, cita-cita, kepribadian dan mengungkapkanpegangan hidup masyarakatnya.
Pemaknanya melalui perengkapan yang menyertai dan tradisi kepercayaanya dalam
upacara dijadikan sebagai jembatan penyampainya. Ritual masyarakat melayu
dimulai membicarakan tentang kedudukan pawang, tempat dan waktu, alat atau Dari pengertian, ciri, wujud dan jenis pengetahuan yang diperoleh dari
pembahasn tradisi lisan, dapat disimpulkan bahwa didalam tradisi lisan terkandung
norma dan nilai-nilai keluhuran yang bersumber dari nusantara yang merupkan harta
pusaka nenek moyang. Warisan leluhur bangsa ini dapat dimanfaatkan untuk
mengatur tata kehidupan masyarakat masyarakat yang rukun, makmur dan penuh
keberkahan.
Kultur budaya yang berkembang di Kabupaten Serdang Bedagai banyak
hubungannya dengan alam. Oleh sebab itu masyarakatnya banyak memanfaatkan
lingkungan dengan hasil alamnya untuk kebutuhan hidup. Dikarenakan pengaruh
lingkungan tersebut, masyarakat Melayu Pantai Cermin melakukan adaptasi dalam
mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material. Melalui proses tersebut
lahirlah karya sastra seperti ritual tampung tawar bibit.
2.5 Upacara Istiadat Ritual Tampung Tawar Bibit
6
perlengkapan yang ada di dalam upacara ritual. Pelaksanaan ritual dilakukan sebagai
upacara yang khidmad dan bersifat keramat karena para masyarakat mengikuti
dengan khidmad dan sebagai sesuatu yang bersifat magis, disertai pula dengan
berbagai perasaan serta perlengkapan yang bersifat simbolis.
2.6 Pawang Ritual Tampung Tawar Bibit
Di dalam ritual tampung tawar bibit masyarakat Melayu Desa Terjun terdapat
beberapa pawang yang mempunyai tugas masing-masing sebagai pelaksana.
Seseorang menjadi pawang dalam ritual merupakan warisan dari anggota
keluarganya, pada umumnya pawang adalah seseorang yang berusia lanjut,
mengetahui silsilah kampung dan pawang memiliki loyalitas yang diperlihatkan
dalam setiap aktivitas kemasyarakatan.7
Ritual tampung tawar bibit diselengarakan anggota masyarakatnya secara
turun-temurun dari waktu ke waktu dan relatif tetap baik tempat maupun waktunya
dan terjadwal pelaksanaanya dalam aktivitas masyarakat. Ritual tampung tawar bibit
meupakan kegiatan sosial budaya, maka melibatkan anggota masyarakat karena Dalam kemimpinanya disandarkan kepada
kepercayaan masyarakat bahwa pawang memiliki kelebihan berupa pengetahuan dan
kemampuan serta pengalaman di bidang kemasyarakatan, khasnya dalam bertani
padi kepemimpinanya bersifat kharismatik.
2.7 Tempat dan Waktu
7
untuk memperoleh tujuan kemakmuran bersama. Tempat ritual dikhususkan dan
dianggap tempat keramat, seperti kawasan yang dianggap pusat kampung.8
Perlengkapan ritual telah diketahui dan dipahami oleh seluruh warga
masyarakat Desa Terjun karena sangat berkaitan dengan alam sekitarnnya.
Perlengkapan yang dipersembahakan di dalam ritual tampung tawar bibit
kebanyakan masyarakat menyebutnya ramuan tepung tawar.
2.8 Perlengkapan Ritual Tampung Tawar Bibit
9
a. Beras putih satu piring
Benda yang di
persembahakan mengandung makna tertentu. Adapun benda tersebut, yaitu :
b. Beras kuning satu piring
c. Pulut hitam satu piring
d. Berteh
e. Limau purut
f. Limau pagar
g. Biji jeruk nipis
h. Sirih
i. Padi
j. Daun sepulih
k. Air dalam satu cawan
l. Baskom/ember
8
Wawancara dengan Sulaiman Syah, 45, 2016, Kepala Desa Terjun II Pantai Cermin, 10 Oktober di Desa Terjun II Kecamatan Pantai Cermin.
9
m. Dupa
n. Kemenyan
o. Satu butir ayam kampung
p. Semua padi yang akan ditanam
2.9 Pendekatan Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari
bahasa yunani, yaitu sosio, Sociusyang berarti bersama-sama, bersatu, teman dan logi
atau logos bearti perkataan. Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna,
soio/socius berarti masyarakat. Logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu
mengenai asal usul pertumbuhan masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari
keseluruhan jarigan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum,
rasional dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan,
memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat atau sarana. Sastra berarti
kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.
Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah berbentuk menjadi kata jadian
kesustraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Maka, sosiologi sastra dapat
diartikan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan segi
kemasyarakatan.10
Sastra adalah lembaga sosial yang mempergunakan bahasa sebagai
mediumnya. Dan bahasa adalah salah satu ciptaan sosial. Sastra bias mengandung
gagasan yang mungkin di manfaatkan untuk menumbuhkan sifat sosial tertentu. Oleh
10
karena itu, karya sastra dikenal sebagi cerminan atau pantulan hubungan sosial tiap
individu maupun masyarakat.11
Selanjutnya dalam pemahaman kerangka konsep kajian sosiologi sastra itu,
maka kerangka teori pendekatan terhadap karya sastra, melihat nilai sosial budaya
sebagai unsur-unsur yang lepas dari kesatuan cerita. Ia hanya berdasarkan dari cerita
tanpa mempersoalkan struktur karya yang bermakna. 12
- Sesuatu unsur dalam karya sastra diambil terlepas dari hubungannya dengan
unsur lain. Unsur ini secara langsung dihubungkan dengan suatu unsur
sosiobudaya karena karya itu hanya memindahkan unsur itu dalam dirinya;
- Pendekatan ini dapat diambil image atau citra tentang ‘sesuatu’ yang
mungkin dilihat dalam perspektif perkembangan. Bila dilihat dalam
perspektif akan terlihat perkembangan citra tentang sesuatu itu sesuai dengan
perkembangan sastra yang membayangkan perkembangan budaya;
- Pendekatan ini dapat juga mengambil motif atau tema, yang keduanya
berbeda secara gradual, tema lebih abstrak, sedangkan motif lebih konkrit
sehingga motif bisa dikonkritkan dengan pelaku, penerima perbuatan.
Berdasarkan dari kerangka konsep kajian dan pendekatan sosiologi sastra di
atas, dalam kajian tentang fungsi sastra lisan suatu masyarakat, seperti teks sastra
lisan atau sastra etnik, dalam pendekatannya dapat menerapkan kerangka teori
pendekatan fungsionalism karena teks-teks lisan merupakan bagian adat-istiadat
11
Ratna, Op.cit, hlm. 3-6. 12
yang melahirkan nilai dan sosial sebagai fakta, karena ritual merupakan adat-istiadat
yang melahirkan nilai budaya dan sosial sebagai fakta sosial.13
13