• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Sehat Sakit dan Pemilihan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Sehat Sakit dan Pemilihan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Chapter III VI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

35 BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka tentang perilaku sehat sakit dan pemilihan pelayanan kesehatan serta sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut.

Bagan 3. Kerangka Penelitian

Perilaku Pemilihan pelayanan kesehatan Perilaku Sehat Sakit

-Baik

(2)

36 3.2.Definisi Operasional

Tabel 1.1 Definisi Operasional

(3)

37 pengobatan sendiri,

(4)

38 BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana perilaku sehat sakit dan pemilihan pelayanan kesehatan masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat.

4.2.Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat sebanyak 3464 kepala keluarga (Data dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Nias tahun 2015).

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh populasi dan dianggap mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2006). Untuk menentukan jumlah minimal sampel penelitian, maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

n = N

(5)

39 Keterangan: n: Jumlah Sampel

N: Besarnya populasi

d: Tingkat kepercayaan yang diinginkan, yaitu 10%

n = 3464

3464(0,1)2+ 1

n = 3464

3464(0,01) + 1

n = 3464

35.64

n = 97,19

Dari perkiraan rumus diatas, didapatkan bahwa jumlah sampel yang dapat mewakili keseluruhan populasi adalah 97,19 orang. Jumlah sampel ini digenapkan 100 orang untuk memudahkan pengiraan. 4.2.3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional

random sampling, yaitu cara pengambilan sampel secara proporsi

dilakukan dengan cara mengambil subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006).

Didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 orang kepala keluarga dan jumlah sampel dari masing-masing wilayah ditentukan dengan menggunakan rumus:

∑ Lokasi

(6)

40 Tabel 1.2 Jumlah Sampel

No. Wilayah/Desa Jumlah Kepala

Keluarga Proporsi Sampel

(7)

41 4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat.

4.3.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dikerjakan dari bulan Juni-Juli 2016.

4.4.Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan surat permohonan kepada institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan etik, yaitu Informed consent atau lembar persetujuan,

anonimity dan confidentialty.

Lembar persetujuan diserahkan kepada subjek yang akan diteliti dan peneliti menjelaskan maksud, tujuan penelitian yang dilakukan dan manfaat penelitian. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Peneliti tidak memaksa calon responden yang menolak dan tetap menghormati hak-haknya.

(8)

42 responden dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner atau angket. Kuesioner ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada landasan teori dari variabel penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yakni:

Bagian 1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi terdiri dari inisial nama depan responden, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan responden per bulan. Peneliti telah menyediakan jawaban, sehingga responden tinggal memilih atau membubuhkan tanda check list (√) pada kolom yang sesuai menurut kondisi responden.

Bagian 2. Kuesioner Perilaku Sehat Sakit

(9)

43 Bagian 3. Kuesioner Perilaku Pemilihan Pelayanan Kesehatan

Kuesioner penelitian diukur melalui 21 pertanyaan dengan menggunakan thrustone scale, dimana pengukurannya berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap pertanyaan yang diberikan, untuk jawaban 1 diberi nilai 1, jawaban 2 diberi nilai 2, jawaban 3 diberi nilai 3, dan jawaban 4 diberi nilai 4. Hasil ukur instrumen berada pada rentang 21-84, dimana angka terendah 21 dan angka tertinggi 84.

4.6.Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Validitas

(10)

44 4.6.2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah selesai disusun, diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha). Peneliti telah melakukan uji reliabilitas kepada masyarakat di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat kepada 30 orang responden pada bulan Juni 2016 dan kuesioner didapatkan reliabel.

4.7.Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Melakukan uji validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian. b. Intrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel.

c. Mengajukan permohonan izin kepada pemerintahan setempat di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat, dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan maksud penelitian.

d. Mendapat izin dari pemerintahan setempat, lalu kuesioner atau angket disebarkan.

e. Responden bersedia dan menjawab pertanyaan dari kuesioner atau angket. f. Pengumpulan dan analisa data dari kuesioner atau angket yang sudah

(11)

45 4.8.Analisa Data

Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer (program microsoft office excel 2007 dan

Statistical Package for the Social Science atau SPSS 16.0) dan disajikan

dalam bentuk tabel. Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap berikut: 1. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada setiap item pertanyaan penelitian dan lembar kuesioner responden.

2. Pemasukan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk diolah dan dianalisis melalui program komputer.

3. Pengecekan Data (Cleaning)

Melakukan pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

4. Melakukan Tabulasi Data (Tabulating)

(12)

46 BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Ditinjau dari letak geografisnya, Kecamatan Mandrehe merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Nias Barat yang mempunyai luas sekitar 77,59 km2, dimana desa terluas di Kecamatan Mandrehe adalah Desa Iraonogambõ yang mempunyai luas sekitar 7,82 km2 (10,08%) dari luas Kecamatan Mandrehe, sedangkan Desa Hayo mempunyai luas yang paling kecil yaitu sekitar 0,92 km2

1. Di sebelah utara: Kabupaten Nias Utara, Kecamatan Mandrehe Utara dan Kecamatan Moro’õ.

. Kecamatan Mandrehe berbatasan dengan:

2. Di sebelah barat: Kecamatan Ulu Moro’õ. 3. Di sebelah selatan: Kecamatan Lahõmi.

4. Di sebelah timur: Kecamatan Mandrehe Barat dan Kecamatan Lõlõfitu Moi.

(13)

47 Kecamatan Mandrehe terdiri dari 20 desa dan terbagi menjadi 64 dusun. Desa Zuzundrao merupakan desa yang memiliki dusun terbanyak yaitu 6 dusun serta Desa Tuhoõwõ memiliki dusun paling sedikit yakni 1 dusun.

Seluruh desa di Kecamatan Mandrehe tergolong Desa Swadaya. Klasifikasi ini merupakan ukuran kemajuan yang dicapai suatu desa/kelurahan dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan, ketertiban, sosial budaya dan kedaulatan politik masyarakatnya.

Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistika, jumlah penduduk Kecamatan Mandrehe tahun 2014 adalah 19.293 jiwa, yang terdiri dari 9.185 laki-laki dan 10.108 perempuan. Dengan luas wilayah sekitar 77,59 Km2, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Mandrehe adalah 248.6532 jiwa/km2. Penyebaran penduduk Kecamatan Mandrehe terbesar di Desa Hayo dengan rata-rata jumlah penduduk per km2 adalah 1071.74, sementara luas wilayah tidak sampai 1 km2 (0.92 km2

Kecamatan Mandrehe memiliki sarana kesehatan yakni 1 Puskesmas, 3 Puskesmas Pembantu, 5 Poskesdes, 2 Balai Pengobatan dan 24 Posyandu. Selain itu juga memiliki 103 tenaga medis yang

(14)

48 terdiri dari 1 Dokter, 26 Bidan (16 Bidan PTT), 32 Tenaga Kesehatan Lainnya (26 PNS) dan 12 Tenaga Sukarela.

5.1.2. Karakteristik Responden Penelitian

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Total responden adalah sejumlah 100 orang. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan per bulan.

(15)

49 Tabel 1.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat, pada bulan Juni 2016 (n=100 orang)

Data Demografi Frekuensi %

Jenis kelamin:

Tidak pernah sekolah SD Pegawai negeri sipil Lain-lain Penghasilan per bulan:

Dibawah UMR (<Rp1.690.000,- Sesuai UMR (Rp1.690.000,-) Diatas UMR (>RP1.690.000,-)

(16)

50 5.1.3. Tingkat Perilaku Sehat Sakit

Berdasarkan tabel 1.4 tentang tingkat perilaku sehat sakit pada masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat dapat dilihat bahwa tingkat perilaku baik sejumlah 64 orang (64%) dan kurang baik sejumlah 36 orang (36%).

Tabel 1.4 Tingkat Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat

Perilaku Sehat Sakit Frekuensi %

Baik 36 36

Kurang baik 64 64

Total 100 100

5.1.4. Tingkat Perilaku Pemilihan Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan tabel 1.5 tentang tingkat perilaku pemilihan pelayanan kesehatan pada masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat dapat dilihat bahwa tingkat perilaku baik sejumlah 19 orang (19%) dan kurang baik sejumlah 81 orang (81%).

Tabel 1.5 Tingkat Perilaku Pemilihan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat

Perilaku Pemilihan

Pelayanan Kesehatan Frekuensi %

Baik 19 19

Kurang baik 81 81

(17)

51 5.2.Pembahasan

5.2.1. Tingkat Perilaku Sehat Sakit

Hasil penelitian pada tabel 1.4 menggambarkan masyarakat Nias yang ada di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat memiliki perilaku sehat sakit yang baik sejumlah 36 orang (36%) dan kurang baik sejumlah 64 orang (64%).

Pandangan setiap orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidaklah selalu objektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektivitasnya dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Menurut Elwes dan Sinmett (1994, dalam Lawolo 2011), gagasan orang tentang sehat dan sakit sangatlah bervariasi. Gagasan ini dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan-harapan, di samping juga pandangan mereka tentang apa yang akan mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kebugaran yang mereka perlukan untuk menjalankan peran mereka.

(18)

52 yang dirasakan. Dimana konsep sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat (Lawolo, 2011).

Menurut Sudarti dalam Sarwono (2005, dalam Lowolo 2011) menyatakan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit, dimana masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak ada nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan ataupun saat mengalami "kantong kering" (tidak punya uang).

(19)

53 Kristy, 2015) yang menyatakan sakit adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada pertanyaan 3 tentang saat suatu penyakit dibawa ke pelayanan kesehatan, responden lebih banyak memiliki sikap mencari pelayanan kesehatan disaat muncul gejala suatu penyakit seperti demam, selera makan menurun dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Ini menggambarkan bahwa responden cukup memahami tanda-tanda awal dari suatu penyakit, sehingga bisa lebih cepat mencegah penyakit dan mengobatinya. Ini sesuai dengan pernyataan Fakrulddin (2010) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa dengan pengenalan yang lebih dini tanda-tanda awal penyakit, penyakit tersebut dapat dicegah. Secara tidak langsung, ini juga akan mengurangi biaya yang dikeluarkan dibanding saat sudah jatuh sakit.

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada pertanyaan 4 tentang hal yang dilakukan untuk menjaga kesehatan, responden lebih banyak memilih melakukan olahraga yang teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Tindakan berperilaku sehat sangat dibutuhkan dalam pencegahan dini dari suatu penyakit dan tindakan ini diawali dengan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan kesadaran individu tentang pentingnya perilaku sehat.

(20)

54 selanjutnya faktor informasi kesehatan dan kesadaran individu akan mempengaruhi pengetahuan kesehatan pada masyarakat. Untuk itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku hidup sehat, yaitu pengetahuan yang tepat, motivasi dan keterampilan untuk berperilaku sehat (Elder dalam Notoatmodjo, dalam Fakrulddin 2010).

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada pertanyaan 5 tentang hal yang dilakukan saat mengalami sakit, responden rata-rata memiliki upaya mencari pengobatan ketika mengalami sakit, yaitu mayoritas memilih pergi ke dokter, ke puskesmas atau ke rumah sakit dan mencari pengobatan tradisional. Hal ini sesuai dengan penelitian Kristy (2015) yang menyatakan bahwa untuk menjaga agar tubuh kembali sehat, masyarakat akan melakukan berbagai macam cara pengobatan, baik pengobatan sendiri, medis maupun tradisional. Juga menurut Afrizal (dalam Kristy, 2015), bahwa setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau berusaha untuk mempertahankan status sehat yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam mempertahankan kesehatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada.

5.2.2. Tingkat Perilaku Pemilihan Pelayanan Kesehatan

(21)

55 baik sejumlah 19 orang (19%) dan kurang baik sejumlah 81 orang (81%).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo, perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Menurut Ilyas (2003, dalam Lawolo 2011), perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi. Menurut Anderson (2009, dalam Lawolo 2011), ada tiga faktor penting dalam mencari pelayanan kesehatan yaitu mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia, adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada dan karena adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.

(22)

56 yang mempengaruhi pengobatan alternatif diluar pengobatan modern menjadi pilihan masyarakat karena terjangkau dan fasilitasnya ada disekitar tempat tinggal masyarakat, seperti membeli obat diwarung dan melakukan pengobatan sendiri.

Hal di atas didukung oleh riset kesehatan dasar Sumatera Utara (2013) yang menyatakan bahwa dalam mengetahui pelayanan rumah sakit pemerintah yang paling terendah di daerah Sumatera Utara adalah Kabupaten Nias Barat (14,1%), 22,7% masyarakat Nias Barat menyimpan obat untuk pengobatan sendiri dan 21,1% memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan pengobatan sendiri.

(23)

57 tersebut terhadap kesehatan dan tingkat kebutuhan yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

Berdasarkan distribusi jawaban responden pada pertanyaan 5, 6 dan 8 tergambarkan bahwa mayoritas responden memahami lingkup fasilitas pelayanan kesehatan tradisional sebagai pengobatan yang obatnya menggunakan bahan-bahan alami, tidak dilakukan oleh tenaga medis terlatih, pengobatan tradisional bisa menjadi tidak terkendali, penyembuhan yang lama dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diketahui mayoritas responden adalah dukun patah.

Mayoritas responden pada pertanyaan 7 memilih pelayanan kesehatan tradisional karena biaya yang lebih murah dan faktor pelayanan yang dekat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fitriana dan kawan-kawan di Desa Rambah Tengah Hilir Riau (2009) yang menggambarkan bahwa rata-rata responden memilih berobat menggunakan pengobatan tradisional karena pengobatan tradisional bisa didapatkan sewaktu dibutuhkan, dipercaya karena pengalaman pribadi, tradisi yang turun temurun (kebudayaan) serta pendapatan atau penghasilan keluarga yang rendah.

(24)

58 antara lain dengan ramuan 3,3%, dengan alat 0,9%, tanpa alat 98,7% dan dengan menggunakan pikiran 2,2%. Ini menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional menjadi pilihan utama masyarakat Nias Barat karena yang paling memungkinkan untuk dijangkau ketika mengalami sakit, sesuai dengan kultur budayanya dan pengalaman pengobatan yang baik.

Senada dengan hal di atas, Kristy (2015) dalam penelitiannya tentang perilaku masyarakat dalam pola pencarian pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir menyatakan bahwa budaya memengaruhi seseorang dalam melakukan pengobatan. Budaya Batak Toba yang sejak dulu menggunakan ramuan herbal seperti daun jambu biji untuk obat sakit perut, membuat informan memilih pengobatan tersebut. Informan tidak melakukan pengobatan ke medis modern langsung tetapi mengikuti budaya sejak zaman dahulu, yaitu pengobatan tradisional dengan ramuan herbal. Sarwono ( 1992, dalam Kristy 2015) juga mengatakan bahwa persepsi dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh

unsur-unsur pengalaman masa lalu, yang tentunya pola pencarian

pengobatan muncul dari persepsi dan perilaku masyarakat.

(25)

59 diproduksi sendiri dirumah, walaupun responden merasa bahwa pengobatan sendiri bisa menjadi tidak terkontrol dan membahayakan bila salah obat.

Hal di atas sesuai dengan penelitian Kristyani (2013) yang menggambarkan bahwa pengobatan sendiri dilakukan karena faktor-faktor pendorong seperti obatnya mudah didapatkan, tidak memerlukan biaya yang mahal untuk mengobatinya, tidak harus mengantri lama untuk mendapat obatnya dan bisa dibuat sendiri di rumah. Mereka tidak begitu peduli dengan efek obat yang ditimbulkan seperti timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan, pengobatan yang tidak terkontrol dan pemilihan obat lama kelamaan dapat membahayakan apabila tidak sesuai dengan aturan. Ada juga yang menyatakan mereka berobat sendiri karena mereka percaya kepada diri sendiri karena pengalaman yang lalu dimana pengobatan sendiri menghasilkan kesembuhan. Kalau sakit sudah semakin parah hingga mengganggu aktivitas atau pekerjaan maka mereka akan memutuskan untuk pergi mencari pelayanan pengobatan modern.

(26)

60 atau menjaga kesehatan, pelayanan pengobatan yang baik, akses pelayanan yang dekat, biaya yang mudah dijangkau dan dukungan dari keluarga. Ini menggambarkan bahwa seseorang dalam memilih menggunakan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi faktor dari dalam dan dari luar diri seseorang, seperti memahami manfaat dari pelayanan kesehatan, keuntungan yang didapatkan saat berobat, kualitas dari fasilitas yang akan digunakan, biaya pengobatan, dan lain sebagainya.

Mendukung hal diatas, Green dalam Notoatmodjo (dalam Fakrulddin, 2010) menjelaskan bahwa mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Faktor yang mendukung adalah faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi), faktor pendukung (akses pada pelayanan kesehatan, keterampilan dan adanya referensi), dan faktor pendorong terwujud dalam bentuk dukungan dari keluarga, tetangga dan tokoh masyarakat.

(27)

61 pengobatan lain apabila pengobatan yang dijalani memerlukan biaya yang tinggi.

Berdasarkan distribusi jawaban responden di atas, didapatkan bahwa masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat ketika merasakan sakit akan timbul berbagai macam perilaku kesehatan dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi sakit. Perilaku yang dihasilkan adalah mencari pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan modern, mencari pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan tradisional, melakukan pengobatan sendiri, menggunakan beberapa fasilitas kesehatan secara bersamaan, menghentikan pengobatan dan hanya membeli obat di apotek saja, mencari pengobatan lain atau meneruskan pengobatan bila biaya mahal dan bila tidak sembuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Suchman (dalam Momon Sudarma, 2008) yang mengatakan bahwa ada lima konsep dasar yang menghasilkan perilaku kesehatan, yakni:

a. Shopping, yaitu proses mencari alternatif sumber pengobatan guna

menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai dengan harapan.

b. Fragmentation, yaitu proses pengobatan oleh beberapa fasilitas

pada lokasi yang sama atau pada waktu yang bersamaan.

c. Procrastonation, yaitu proses penundaan pencarian pengobatan

(28)

62

d. Self mediacation, yaitu pengobatan sendiri dengan menggunakan

berbagai macam ramuan atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya.

e. Discontinuity, yaitu proses penghentian pengobatan.

(29)

63 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dan tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan distribusi jawaban responden didapati bahwa mayoritas responden memahami definisi sehat sebagai bebas dari penyakit atau sembuh dari sakit, mayoritas responden memahami definisi sakit sebagai kondisi dimana tubuh lemah dan ketika mereka mengalami rasa tidak nyaman di bagian tubuh karena menderita sesuatu, memahami gejala dari suatu penyakit, cukup baik dalam melakukan aktifitas yang bertujuan untuk menjaga dan mendukung kesehatan dengan baik, dan saat mengalami sakit pergi ke dokter, ke puskesmas, rumah sakit dan pengobatan tradisional. Tingkat Perilaku sehat sakit yang baik masyarakat Nias di kabupaten Nias Barat sejumlah 36 orang (36%) dan kurang baik sejumlah 64 orang (64%).

(30)

64 pelayanan yang dekat walaupun responden merasa bahwa pengobatan tradisional bisa menjadi tidak terkendali dan pengobatan tradisional lama penyembuhannya. pengobatan sendiri dilakukan karena faktor-faktor pendorong seperti obatnya mudah didapatkan, tidak memerlukan biaya yang mahal untuk mengobatinya, tidak harus mengantri lama untuk mendapat obatnya dan bisa dibuat sendiri di rumah, walaupun responden merasa bahwa pengobatan sendiri bisa menjadi tidak terkontrol dan membahayakan bila salah obat. Mayoritas responden akan mencari pengobatan lain dan meneruskan pelayanan kesehatan bila proses pengobatan yang dilakukan memerlukan biaya yang mahal dan bila proses pengobatan awal tidak berhasil. Tingkat Perilaku pemilihan pelayanan kesehatan yang baik masyarakat Nias di kabupaten Nias Barat sejumlah 19 orang (19%) dan kurang baik sejumlah 81 orang (81%).

6.2.Saran

6.2.1. Pendidikan Keperawatan

(31)

65 6.2.2. Pelayanan Keperawatan

Dapat meningkatkan penyuluhan-penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Nias mengenai berbagai masalah kesehatan dan sosialisasi fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar masyarakat, sehingga masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kesehatannya. Pelayanan tersebut dapat berhasil dengan memahami kehidupan masyarakat untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai budaya masyarakat setempat (transcultural nursing).

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Gambar

Tabel 1.1 Definisi Operasional
Tabel 1.2 Jumlah Sampel
Tabel 1.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat, pada bulan Juni 2016 (n=100 orang)
Tabel 1.4 Tingkat Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Implementasi untuk memberikan layanan produk dan jasa yang adil serta dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya segmen unbanked, dilakukan oleh Bank

Nilai R Square sebesar 0,637 yang dapat diartikan bahwa pengaruh variabel X (gaya kepemimpinan dan motivasi) terhadap variabel Y (kinerja karyawan) adalah sebesar 63,7%

Untuk menjamin Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dilaksanakan secara demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4) Undang- Undang Dasar Negara Republik

Manajemen SUmber Daya Manusia, Konsep, Teori, Dan Pengembangan, dalam Konteks Organisasi Publik, edisi kedua.. Yogyakarta:

Beberapa permasalahan yang muncul dalam pengelolan PIK R untuk mewujudkan masyarakat berwawasan kependudukan antara lain kurang intensifnya pendampingan dari dinas,

Pimpinan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas dengan cara saya sendiri.. Pimpinan memberikan

Data Hasil Perhitungan Persentase Tutupan Karang, Dead Coral, Algae, Other Biota dan Abiotic.. Perhitungan persentase tutupan suatu kategori bentuk