BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi proses pembuatan Asap Cair:
1. Laboratorium Proses Industri Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sumatera utara, Medan
2. Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan
Adapun lokasi untuk analisis asap cair yang dihasilkan akan dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN
3.2.1 Bahan Penelitian
Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain 1. Pelepah kelapa sawit
2. Asam Sulfat (H2SO4) 3. Asam Klorida (HCl)
4. Natrium Hidroksida (NaOH) 5. Natrium Karbonat (Na2CO3) 6. Reagen Folin-Ciocalteu
7. Aquades
8. Indikator phenol phtalein
3.2.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan antara lain: Peralatan Pembuatan Asap Cair:
1. Reaktor pirolisis
Peralatan Analisa Asap Cair: 1. Tabung reaksi
13. Spektrofotometer UV-VIS
14. GC-MS Shimadzu Qp 2100 brans
3.3 PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Variabel tetap:
a. Jenis bahan baku: pelepah kelapa sawit b. Massa pelepah sawit: 1 kg
c. Pelepah sawit dicacah
d. Waktu pengendapan: 2 x 24 jam [23] 2. Variabel bebas:
a. Waktu pirolisis: 60, 90, dan 120 menit b. Suhu pirolisis: 150, 200, dan 250 oC
Analisis yang dilakukan yaitu analisis kadar air bahan baku, analisis total asam, pengukuran pH, analisa fenol, dan perhitungan rendemen asap cair
3.4 RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan penelitan yang akan dilaksanakan di sajikan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian
No Suhu Pirolisis (oC) Waktu Pirolisis (menit)
1
3.5.1 Persiapan Bahan Baku
1. Pelepah sawit dicacah
3.5.2 Pembuatan Asap Cair [20]
1. Pelepah sawit ditimbang sebanyak 1 kg
2. Pelepah sawit dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis
3. Pelepah sawit dipirolisis sesuai waktu dan suhu yang telah ditentukan, selanjutnya dikondensasikan.
4. Asap cair ditampung dalam tangki penampungan 5. Asap cair didiamkan selama 2 x 24 jam [23] 6. Asap cair disaring dengan kertas saring 7. Asap cair dianalisis.
3.5.3 Prosedur Analisis
3.5.3.1Penentuan Analisis Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin
Bahan Baku [51]
1 Satu gram sampel kering (berat a) ditambahkan 150 mL H2O dan direfluk pada suhu 100 oC dengan water bath selama 1 jam.
2 Campuran disaring, residu dicuci dengan air panas 300 mL.
3 Residu kemudian dikeringkan dengan oven sampai beratnya konstan dan kemudian ditimbang (berat b).
4 Residu ditambah 150 mL H2SO4 1 N, kemudian direfluk dengan water
bath selama 1 jam pada suhu 100 oC.
5 Hasilnya disaring dan dicuci sampai netral (300 mL) dan residunya dikeringkan hingga beratnya konstan (berat c).
6 Residu kering ditambahkan 100 mL H2SO4 72% dan direndam pada suhu kamar selama 4 jam.
7 Campuran ditambahkan 150 mL H2SO4 1 N dan direfluk pada suhu 100 oC dengan water bath selama 1 jam pada pendingin balik.
8 Residu disaring dan dicuci dengan H2O sampai netral (400 mL). 9 Residu kemudian dipanaskan dengan oven dengan suhu 105 oC sampai
beratnya konstan dan ditimbang (berat d).
10 Selanjutnya residu diabukan dan ditimbang (berat e)
Kadar Hemiselulosa : − × % (3.1)
Kadar Selulosa : − × % (3.2)
Kadar Lignin : − × % (3.3)
3.5.3.2Penentuan Analisis Kadar Air Bahan Baku [11]
1. Cawan penguap ditimbang sampai didapat berat yang konstan
2. Potongan pelepah kelapa sawit diambil sebanyak 3 gram kemudian ditimbang beserta cawannya (berat B)
3. Potongan pelepah kelapa sawit dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105 oC selama 3 jam
4. Potongan pelepah kelapa sawit yang telah dikeringkan didinginkan di dalam desikator ±1 jam
5. Potongan pelepah kelapa sawit yang sudah dikeringkan dan didinginkan ditimbang
6. Langkah 2-3 diulangi sampai didapat berat yang konstan (berat A) 7. Kadar air dihitung dengan Persamaan 3.4
Kadar air % = (B-A)
Berat Sampel ×100 (3.4)
3.5.3.3Analisis Rendemen Asap Cair [52]
1. Asap cair yang dihasilkan dicatat volumenya.
2. Asap cair dihitung massa jenisnya dengan menggunakan piknometer, sehingga didapatkan massa asap cair (A).
3. Rendemen dihitung dengan Persamaan 3.5
Rendemen (%b/b) = �
3.5.3.4Analisis Total Asam [21]
1. Asap cair sebanyak 5 mL ditambahkan dengan 100 mL aquadest. 2. Larutan tersebut dikocok sampai homogen
3. Larutan ditambahkan 3 tetes phenol phtalein
4. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah 5. Total asam dihitung dengan Persamaan 3.6
Total asam: � = � � � × � ×6
� × × (3.6)
3.5.3.5Analisis Kadar Fenol [22]
1 Asap cair ditimbang sebanyak 50 mg 2 Etanol 10 mL dilarutkan kedalam asap cair
3 Larutan diencerkan dengan aquabidest sampai 100 mL
4 Larutan diambil sebanyak 2,5 mL dan diencerkan dengan aquabidest
sampai 25 mL
5 Larutan diambil sebanyak 3,0 mL dicampurkan dengan 1,5 mL reagen
Folin-Ciocalteu 10% di dalam tabung reaksi
6 Campuran divortex selama 1 menit lalu didiamkan pada suhu kamar selama 5 menit
7 Natrium karbonat (Na2CO3) 7,5% sebanyak 1,5 mL dimasukkan kedalam campuran
8 Larutan didiamkan selama 1 jam
9 Larutan diukur absorbansinya menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 752 nm sebanyak 3 kali
10Nilai absorbansinya dimasukkan kedalam persamaan Y= 0,036X + 0,013
11 Total fenol dihitung dengan Persamaan 3.7
Kadar Fenol total (%) =X.V.FP
BS
x 0,1
(3.7) x = konsentrasi (mg/mL)3.5.3.6Pengukuran pH [14]
1 pH meter dicelupkan ke dalam aquadest
2 pH meter dibersihkan dengan tissue
3 pH meter dicelupkan kedalam asap cair
4 pH yg muncul di layar monitor dicatat sebagai pH asap cair.
3.5.3.7Analisis Komponen Kimia Penyusun Asap Cair
Analisis komponen kimia penyusun asap cair dilakukan menggunakan GC-MS Shimadzu Qp 2100 brans
3.6 RANGKAIAN PERALATAN
3.7 FLOWCHART PENELITIAN
3.7.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku
Mulai
Pelepah sawit dicacah
Pelepah kelapa sawit dikeringkan menggunakan sinar matahari selama 4 hari untuk mengurangi
kadar air dari pelepah kelapa sawit.
Selesai
3.7.2 Flowchart Pembuatan Asap Cair
Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Asap Cair Ya
Tidak
Asap cair disaring dengan kertas saring
Selesai
Asap cair diamkan selama 2 ×24 jam Mulai
Pelepah sawit ditimbang sebanyak 2 kg
Pelepah sawit dimasukkan kedalam reaktor pirolisis
Pelepah sawit di pirolisis selama waktu dan suhu yang telah ditentukan dan
dikondensasikan
Asap cair ditampung didalam tangki penampungan
3.7.3 Flowchart Analisis
3.7.3.1 Flowchart Analisis Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin
Bahan Baku
Mulai
Satu g sampel kering (berat a) ditambahkan 150 mL H2O dan
direfluk pada suhu 100 oC dengan water bath selama 1 jam
Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air panas 300 mL.
Residu kemudian dikeringkan dengan oven sampai beratnya konstan dan kemudian ditimbang (berat b)
Residu ditambah 150 mL H2SO4 1 N,
kemudian direfluk dengan water bath selama 1 jam pada suhu 100 oC
residunya dikeringkan hingga beratnya konstan. Berat ditimbang (berat c)
A
Apakah berat sudah konstan?
Apakah berat sudah konstan?
Tidak
Ya
Tidak
Ya Hasilnya disaring dan dicuci
A
Residu kering ditambahkan 100 mL H2SO4 72% dan direndam pada suhu
kamar selama 4 jam
Ditambahkan 150 mL H2SO4 1 N dan
direfluk pada suhu 100 oC dengan water bath selama 1 jam pada pendingin balik
Apakah berat sudah konstan?
Residu kemudian dipanaskan dengan oven dengan suhu 105 oC sampai beratnya konstant dan
ditimbang (berat d) Residu disaring dan dicuci
dengan H2O sampai netral
residu diabukan dan ditimbang (berat e)
Selesai
3.7.3.2 Flowchart Analisis Kadar Air Bahan Baku
Gambar 3.5 Flowchart Pengukuran Kadar Air Bahan Baku Tidak
Ya
Mulai
Potongan pelepah sawit diambil sebanyak 3 gram kemudian timbang beserta cawannya
Potongan pelepah sawit dikeringkan dalam oven pada temperatur 105oC selama 3 jam
Potongan pelepah sawit didinginkan di dalam desikator ±1 jam kemudian ditimbang beratnya
Apakah berat sudah konstan?
Selesai
3.7.3.3 Flowchart Analisis Rendemen Asap Cair
Mulai
Volume Asap Cair dicatat
Dihitung massa jenisnya dengan menggunakan piknometer, sehingga
didapatkan massa asap cair
Rendemen Asap Cair dihitung
Selesai
3.7.3.4 Flowchart Analisis Total Asam
Gambar 3.7 Flowchart Analisis Total Asam Mulai
Asap cair sebanyak 5 ml ditambahkan dengan 100 ml aquadest
Larutan dikocok sampai homogen
Larutan ditambahkan 3 tetes indikator pp
Selesai
Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga warna merah
3.7.3.5Flowchart Analisis Kadar Fenol
Mulai
Asap Cair ditimbang sebanyak 50 mg
Etanol sebanyak 10 mL dilarutkan kedalam asap cair
Larutan diencerkan dengan aquadest sampai 100 mL
Larutan diambil sebanyak 2,5 mL dan diencerkan dengan aquadest
sampai 25 mL
Campuran divortex selama 1 menit lalu didiamkan selama 5 menit
Na2CO3 7,5% sebanyak 1,5 mL
dimasukkan kedalam campuran dan didiamkan selama 1 jam
Diukur Absorbansinya menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 752 nm
sebanyak 3 kali
Selesai
Larutan sebanyak 3 mL dicampurkan dengan 1,5 mL
reagen Folin-Ciocalteu 10%
3.7.3.6 Flowchart Pengukuran pH
Gambar 3.9 Flowchart pengukuran pH Mulai
Elektroda pH meter dicelupkan kedalam
aquadest
pH meter dibersihkan dengan tissue
Elektroda pH meter dicelupkan kedalam asap cair
Nilai pH yang muncul dicatat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Bahan Baku
Sebelum dilakukan proses pirolisis pada pelepah kelapa sawit, dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap komposisi komponen-komponen penyusun pelepah kelapa sawit dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Komponen-Komponen Pelepah Kelapa Sawit Kompenen
Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan kadar selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang diperoleh pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh musim, umur tanaman, dan tempat tubuh bahan baku [12, 54]. Selain dari faktor tersebut, jenis kayu yang berbeda juga dapat mempengaruhi komposisi kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin di dalam kayu. Komposisi komponen penyusun yang terkandung didalam pelepah kelapa sawit dapat mempengaruhi kualitas dari produk asap cair yang dihasilkan. Sebagaimana yang disampaikan oleh peneliti terdahulu bahwa produk dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi pirolisis komponen-komponen kayu adalah sebanding dengan jumlah komponen-komponen-komponen-komponen tersebut dalam kayu [16]. Faktor lain yang dapat mempengaruhi komposisi penyusun asap cair adalah kadar air bahan baku, ukuran partikel bahan baku, dan suhu pembakaran [12].
air pelepah kelapa sawit yang digunakan dalam proses pirolisis dapat dilihat dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kadar Air Pelepah Kelapa Sawit
NO Kadar Air Bahan sama lain. Perbedaan kadar air pelepah kelapa sawit disebabkan oleh kemampuan absorpsi dan desorpsi kayu yang berakibat pada besarnya kadar air yang berubah tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya [55]. Kadar air bahan baku dapat mempengaruhi rendemen yang dihasilkan. Pada saat proses pirolisis berlangsung kadar air yang terkandung di dalam bahan baku akan ikut menguap pada suhu 100oC dan mengalami kondensasi ketika uap air melalui kondensor sehingga meningkatkan jumlah kondensat asap cair yang dihasilkan [52]. Selain itu kadar air dapat mempengaruhi total asam dimana semakin tinggi kadar air bahan baku nilai total asam yang dihasilkan semakin rendah [52].
4.2 Rendemen Asap Cair
Rendemen asap cair adalah perbandingan antara massa asap cair yang dihasilkan terhadap massa pelepah kelapa sawit yang digunakan. Rendemen merupakan salah satu parameter yang penting untuk mengetahui hasil dari suatu proses. Persentase rendemen yang dihasilkan sangat bergantung pada suhu dan waktu yang digunakan. Pengaruh suhu dan waktu pirolisis terhadap rendemen asap cair dapat dilihat pada Gambar 4.1
asap cair yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan pelepah kelapa sawit mendapatkan jumlah panas yang cukup untuk terjadinya pemutusan ikatan kimia sehingga senyawa dalam pelepah kelapa sawit semakin banyak yang terurai dan terkondensasi menjadi asap cair [16]. Suhu tinggi dan waktu yang lama akan menyebabkan dekomposisi bahan baku lebih sempurna sehingga rendemen asap cair yang dihasilkan lebih tinggi [57].
Gambar 4.1 Pengaruh Suhu Pirolisis Terhadap Rendemen Asap Cair
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa rendemen asap cair yang diperoleh pada temperatur yang sama meningkat dengan bertambahnya waktu pirolisis. Hasil rendemen yang diperoleh sesuai dengan yang disampaikan oleh peneliti terdahulu bahwa semakin lama waktu pirolisis, semakin banyak bahan baku yang terdekomposisi menjadi asap cair. Hal ini disebabkan kontak panas dengan pelepah kelapa sawit menjadi lebih lama yang menyebabkan penigkatan konversi pelepah kelapa sawit [16, 52]. Rendemen tertinggi diperoleh pada suhu pirolisis 150OC dengan waktu pirolisis selama 120 menit yaitu sebesar 43,47%.
Rendemen asap cair akan menurun dengan kenaikan temperatur, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pirolisis juga dapat menyebabkan pembentukan gas yang tidak terkondensasi meningkat [52]. Komponen gas tersebut terdiri dari gas CO2, CO, H2, CH4, dan beberapa
Suhu Pirolisis (oC)
4.3 Total Asam Asap Cair
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Pirolisis selulosa akan menghasilkan senyawa asam asetat dan senyawa karbonil [59]. Senyawa asam yang terbentuk dari proses pirolisis merupakan senyawa asam organik [59] diantaranya adalah asam asetat dalam jumlah yang besar, propionat, butirat dan valerat [12]. Selain itu ada senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida [12]. Pirolisis hemiselulosa akan menghasilkan furfural, furan, asam asetat dan derivatnya [59]. Jadi asam yang diperoleh pada asap cair diperoleh dari dekomposisi hemiselulosa dan selulosa.
Hasil uji GC-MS memperlihatkan senyawa-senyawa asam yang terkandung didalam asap cair. Senyawa asam yang terkandung di dalam asap cair pada penelitian ini diantaranya Acetic Acid dan Propanoic Acid. Kromatogram hasil analisis GC-MS dapat dilihat pada Lampiran 4 dan senyawa-senyawa yang terkandung didalam asap cair ditabulasikan sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Senyawa Hasil Analisis Asap Cair Dari Cacahan Pelepah Kelapa Sawit
No Senyawa Area (%)
1 Acetic Acid 54,94
2 Propanoic Acid 2,21 3 3Methyl-2-Cyclopentenone 0,56 4 2,6 Dimethoxyphenol 1,22 5 4-oxo-5-methoxy-2-penten-5-olide 0,45
6 Phenol 15,06
14 2 Methyltetrahydrofuran 0,81 15 1 Hydroxy 2 butanone 1,61 16 2 hydroxyethyl acetate 0.65 17 acetol acetate 1,23
18 corylon 0,84
19 2,2 dimethoxybutane 0,80
Total asam merupakan salah satu sifat kimia yang menentukan kualitas dari asap cair yang diproduksi, berbeda pada setiap variabel temperatur dan waktu pirolisis. Grafik pengaruh suhu dan waktu pirolisis terhadap total asam asap cair dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pengaruh Suhu Pirolisis Terhadap Kadar Asam Asap Cair
Gambar 4.3 menampilkan kurva total asam yang fluktuatif dengan kenaikan suhu pirolisis pada waktu pirolisis yang sama. Total asam asap cair mengalami penurunan pada suhu 200 oC dan mengalami peningkatan pada suhu 250 oC. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang terkandung di dalam bahan baku. Pada suhu 150 oC arang yang dihasilkan di dalam reaktor pirolisis dalam keadaan basah sedangkan pada suhu 200 oC arang yang didapatkan dalam keadaan kering sehingga dapat diasumsikan bahwa penyebab menurunnya total asam pada suhu 200 oC disebabkan oleh kandungan air bahan baku. Kadar air yang terlalu tinggi akan mengurangi kualitas asap cair yang diproduksi karena tercampurnya hasil kondensasi uap air yang menyebabkan total asam menjadi rendah [56].
Total asam yang terkandung di dalam asap cair menurun dengan bertambahnya waktu pirolisis untuk suhu pirolisis yang sama. Hal ini disebabkan oleh panas yang kurang merata di dalam reaktor sehingga mengurangi konversi dari hemiselulosa dan selulosa [16]. Selain itu juga dapat disebabkan oleh kadar air yang terkandung di dalam pelepah kelapa sawit. Semakin tinggi kadar air bahan baku nilai total asam yang dihasilkan semakin rendah [56].
0
Suhu Pirolisis (oC) 60 menit
Total asam tertinggi diperoleh pada suhu pirolisis 150 0C dengan waktu pirolisis 60 menit sebesar 11,23%. Hasil penelitian terdahulu dengan bahan baku berbeda memperoleh total asam yang berbeda dengan penelitian ini. Asap cair yang menggunakan bahan baku tempurung nyamplung dan cangkang kelapa sawit dengan kondisi operasi 500 OC diperoleh total asam sebesar 9,47% dan 2,70% [19, 22]. Hal ini disebabkan kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu [16].
4.4 Kadar Fenol Asap Cair
Fenol merupakan salah satu zat aktif yang dapat memberikan efek antibakteri dan antimikroba pada asap cair. Semakin tinggi kadar total fenol suatu bahan maka aktivitas antibakterinya juga semakin meningkat. Selain memiliki aktivitas antibakteri dan antimikroba asap cair juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan [54].
Fenol merupakan hasil degradasi dari komponen kayu yaitu lignin. Semakin banyak kandungan lignin di dalam kayu, semakin besar kandungan fenol yang diperoleh didalam asap cair [61]. Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat [12]. Jumlah dan kualitas fenol di dalam asap cair bergantung pada suhu pirolisis dan kandungan lignin bahan baku [62]. Grafik pengaruh suhu pirolisis terhadap kadar fenol asap cair dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Pengaruh Suhu Pirolisis Terhadap Kadar Fenol Asap Cair
Kadar fenol asap cair yang diperoleh mengalami penurunan dengan kenaikan waktu pirolisis. Hal ini sesuai dengan yang diperoleh oleh penelitian terdahulu bahwa dengan bertambahnya waktu pirolisis kadar fenol yang terkandung didalam asap cair mengalami penurunan, akan tetapi tidak menyebutkan penyebab dari penurunan tersebut [16]. Kadar fenol tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 12,28 % yaitu pada suhu pirolisis 250 0C dengan waktu 60 menit.
Hasil penelitian terdahulu dengan bahan baku berbeda memperoleh kadar fenol yang berbeda dengan penelitian ini Asap cair yang menggunakan bahan baku tempurung nyamplung dan tandan kosong dengan kondisi operasi 500 OC diperoleh total asam sebesar 3,95% dan 11,68% [19, 22] Hal ini disebabkan kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu [16].
0
Suhu Pirolisis (oC) 60 menit
4.5 pH Asap Cair
Kualitas asap cair yang dihasilkan dapat ditentukan dengan mengukur derajat keasaman (pH). Nilai pH menunjukkan tingkat proses penguraian komponen kimia kayu yang terjadi menghasilkan asam dan fenol pada asap cair [60]. Grafik pengaruh suhu pirolisis terhadap pH asap cair dapat dilihat pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Pengaruh Suhu Pirolisis Terhadap Ph Asap Cair
Secara umum terjadi kenaikan pH asap cair pada rentang suhu 150 oC sampai 200 oC. Hal ini disebabkan pada suhu pirolisis 150 oC sampai 200 oC total asam yang diperoleh lebih rendah karena kadar air dari pelepah kelapa sawit yang tinggi sehingga menurunkan kualitas asap cair yg dihasilkan [56]. Menurunnya kualitas asap cair akan mempengaruhi tingkat keasaman pada asap cair, sehingga nilai pH menjadi naik [56].
Pada suhu 200 oC sampai 250 oC terjadi penurunan pH asap cair. Hal ini disebabkan total asam yang diperoleh lebih tinggi dari pada kadar fenol sehingga asap cair yang dihasilkan sifatnya menjadi semakin asam. Semakin tinggi total asam yang terkandung didalam asap cair maka pH yang diperoleh akan semakin rendah, begitupun sebaliknya [56].
0
Suhu Pirolisis (oC)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Suhu dan waktu pirolisis mempengaruhi rendemen asap cair yang diperoleh. Kenaikan waktu pirolisis akan menyebabkan rendemen asap cair yang diperoleh meningkat. Kenaikan suhu pirolisis akan menurunkan rendemen asap cair yang diperoleh.
2. Rendemen asap cair yang dihasilkan berkisar antara 29,20 % dan 43,47%. Rendemen tertinggi pada temperatur pirolisis 150 oC selama 120 menit
5. pH asap cair yang diperoleh pada penelitian ini beriksar pada 3,1 dan 3,8 atau bersifat asam
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan: 1. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kadar
air terhadap komponen-komponen yang terkandung didalam asap cair. 2. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh umur tanaman terhadap komponen-komponen yang terkandung didalam asap cair
3. Perlu ditambahkannya indikator temperatur pada perelatan pirolisis agar tekanan selama proses dapat diketahui