1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55-60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80% (Mulia, 2005).
Analisis penentuan kualitas air sangat penting bagi pengguna air dan sebagai informasi tentang keberadaan senyawa kimia yang terkandung di dalam air. Analisis kualitas yang sebenarnya harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang terdapat di dalam air dapat diketahui dengan jelas. Akan tetapi, analisis yang seperti ini sangat mahal, dan waktu yang diperlukan untuk analisis juga lama. Untuk mengetahui kualitas air dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air. Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui kadar zat kimia atau jenis zat kimia yang terkandung di dalam air. Teknik analisis ini tidak akurat dan tidak dapat menjelaskan jenis senyawa secara spesifik, akan tetapi sudah dapat memberikan informasi tentang kualitas air apakah sudah layak atau tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia (Situmorang, M., 2007).
Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air minum
2
tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia, standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi, dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air minum tersebut(Mulia, 2005).
Di perairan nitrit ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit dari pada nitrat, karena tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit dalam air dapat terbentuk baik dari oksidasi oleh amonia (NH3) oleh bakteri dari Nitrosomonas maupun dari reduksi nitrat (Sutrisno, 2004).
Reduksi Nitrat (denitrifikasi) oleh aktifitas mikroba pada kondisi anaerob menghasilkan gas amonia dan gas-gas lain, misalnya N2O, NO2, dan N2.
Menurut Achmad (2004), nitrit dapat mengikat hemoglobin dalam darah, sehingga mengurangi kemampuan hemoglobin sebagai pembawa oksigen dalam darah. Hal ini menyebabkan kondisi yang dikenal dengan methemoglobine, dimana korbannya seperti terkena penyakit jantung yang disebut penyakit bayi biru (blue baby). Keberadaan nitrit juga menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah sehingga dapat menyebabkan bau busuk.
Oleh karena itu, nitrit tidak boleh lebih dari syarat yang telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990. Berdasarkan hal di atas maka penulis berminat melakukan “Penetapan Kadar Nitrit Pada Air Minum Dengan Metode Spektrofotometri (Visible)”. Dari hal tersebut penulis berniat memeriksa kadar nitrit pada air minum.
3 1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penetapan kadar nitrit dalam air minum ini adalah: 1. Untuk mengetahui kadar nitrit (NO2) di dalam air minum tersebut. 2. Untuk mengetahui kadar nitrit yang diperoleh memenuhi persyaratan
PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990. 1.2.2 Manfaat
Analisis nitrit pada air minum dengan metode spektrofotometri (Visible) bermanfaat untuk menambah wawasan kepada penulis agar dapat mengetahui cara menganalisis nitrit dan memberikan informasi kepada masyarakat dari bahaya nitrit pada air minum yang sering digunakan untuk kebutuhan sehari hari.