BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu suatu
perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu
alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang
dilakukan oleh satu orang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan
kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena
kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi,
keagamaan, dan keperluan usaha lainnya.
Menurut KBBI, Pariwisata; Pelancongan; Tourisme adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi. Menurut undang-undang no 10 tahun
2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Menurut WTO atau World
Tourism Organization, Pariwisata adalah kegiatan manusia yang melakukan
perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Adapun
defenisi pariwisata menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
James J. Spillane (1982)
Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan
kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan,
menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.
Koen Meyers (2009)
Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari
tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau
mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan
waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.
Kodhyat (1998)
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasiaan dan kebahagiaan dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam
dan ilmu.
Burkart dan Medlik (1987)
Pariwisata sebagai suatu tranformasi orang untuk sementara dan dalam jangka waktu
jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka hidup dan bekerja, dan
Mathieson dan Wall (1982)
Mendefinisikan pariwisata sebagai serangkaian aktivitas berupa aktivitas perpindahan
orang untuk sementara waktu ke suatu tujuan di luar tempat tinggal maupun tempat
kerjanya yang biasa, aktivitas yang dilakukannya selama tinggal di tempat tujuan
tersebut, dan kemudahan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhannya baik
selama dalam perjalanan maupun di lokasi tujuannya.
Prof. Salah Wahab (1975)
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,
standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,
sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik
seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.
Prof. Salah Wahab dalam Oka A.Yoeti (1996:116)
Pariwisata dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat
pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri atau
diluar negeri, meliputi orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari
kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia
memperoleh pekerjaan tetap.
Pariwisata adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan dari perjalanan
dan orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan orang
asing itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang
bersifat sementara.
Mr. Herman V. Schulard dalam Oka A.Yoeti (1996:114)
Pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan
perekonomian secara langsung berhubungan dengan masuknya orang-orang asing
melalui lalu lintas di suatu negara tertentu, kota dan daerah.
Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti
(1992:8)
Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses
menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.
E. Guyer Fleuler
Pariwisata dalam arti modern adalah fenomena dari zaman sekarang yang pada
umumnya didasarkan atas kebutuhan, kesehatan dan pergantian hawa. Sedangkan
pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri,
perdagangan, serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.
Menyatakan pariwisata adalah keserluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan
dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak
melakukan suatu pekerjaan yang penting (Major Activity) yang memberi keuntungan
yang bersifat permanen maupun sementara.
Richard Sihite
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu,
yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya
semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati
kegiatan tamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Richardson and fluker (2004)
Pariwisata merupakan kegiatan-kegiatan atau orang-orang yang melakukan
perjalanan dan tinggal di luar lingkungan mereka selama tidak lebih dari satu tahun
berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lainnya.
Soekadijo (1996)
Pariwisata adalah gejala yang komplek dalam masyarakat, didalamnya terdapat hotel,
objek wisata, souvenir, pramuwisata, angkutan wisata, biro perjalanan wisata, rumah
makan dan banyak lainnya.
Pariwisata adalah suatu proses kepergiaan sementara dari seseorang atau lebih
menuju tempat lain dari luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk
melakukan kepergian yang menghasilkan uang.
Kusdianto (1996)
Pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang
terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang
memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian.
Gamal (2002)
Pariwisata difenisikan sebagai bentuk. Suatu proses kepergian sementara dari
seorang, lebih menuju ke tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiaanya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik,
agama, kesehatan maupun kepentingan lain.
Anonymous, ahli yang tidak teridentifikasi (1986)
Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke
tempat lain dengan perbedaan pada waktu kunjungan dan motivasi kunjungan.
2.2 Pengertian Industri Pariwisata
Menurut Hunzieker industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari
wisatawan. Sedangkan menurut Frayer (1993:121) Industri pariwisata artinya semua
usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Dalam UU Pariwsata
No.10 Tahun 2009 mengatakan industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata
yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Ada dua kelompok penyedia industri pariwisata, di antaranya :
1. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara
langsung kepada wisatawan atau jasa langsung dibutuhkan oleh wisatawan.
Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat
informasi pariwisata, atraksi hiburan, dan lain-lain. Secara faktual hotel menjadi
pihak paling utama yang bersentuhan langsung dengan wisatawan, kemudian
diikuti oleh biro perjalanan.
2. Pelaku tidak langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada
produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha
kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, dan
sebagainya.
Sesungguhnya pelaku terdepan dalam kedua kelompok ini adalah tenaga kerja, karena
mereka yang akan menjadi penanggungjawab kualitas layanan di hotel, biro
perjalanan, restoran, maupun usaha kerajinan. Oleh sebab itu optimalisasi fungsi dan
kompetensi mereka merupakan suatu keharusan dan menjadi titik perhatian dalam
2.3 Pengertian Objek Wisata
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan, ada dua jenis objek dan daya tarik wisata, yaitu :
Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam, flora, dan fauna.
Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata argo, wisata
tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
Menurut Spilanne (2002), daya tarik pariwisata adalah hal-hal yang menarik
perhatian wisatawan yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata. Ada lima unsur
penting dalam suatu objek wisata, yaitu :
Attraction atau hal-hal yang menarik perhatian wisatawan.
Facilities atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
Infrastructure atau infrastruktur dari objek wisata.
Transportation atau jasa-jasa pengangkutan
Hospitality atau keramahtamahan.
Menurut Karyono (1997) suatu objek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar
objek tersebut diminati pengunjung, yaitu :
Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang
obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot
minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa
melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia,
relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan,
terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat
wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada
umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan
sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985, p.164).
Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah
dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan
pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga
pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional.
Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang
menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan
prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan
untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti dalam bukunya
Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan
dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan
wisatawan yang beraneka ragam”.
Terkait dengan lingkungan kepariwisataan, menurut Dwyer dan Forsyth (1996) dalam
Mudana (2002:24) terdapat tiga jenis sumber daya, yaitu :
Natural Resources (sumber daya alamiah seperti gunung, pantai, wilayah liar,
gurun, lautan, danau, flora dan fauna, iklim, sinar matahari, dan sebagainya).
Man Made Resources (sumber daya buatan manusia seperti kota historis dan
modern, desa, hiburan, campuran antara rekreasi dan olahraga, monumen, situs,
bangunan dan relief, museum dan sebagainya).
Human Resources (sumber daya manusia seperti populasi penduduk suatu
destinasi).
2.4 Pengertian Wisatawan
Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata. Wisatawan
sangat beragam, tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya mempunyai
keinginan dan juga harapan yang berbeda.
Jika ditinjau dari arti kata wisatawan yang berasal dari kata wisata maka sebenarnya
tidaklah tepat sebagai pengganti kata tourist dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal
dari bahasa Sansekerta wisata yang berarti perjalanan yang sama atau dapat
disamakan dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan
dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata traveler karena
menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya jabatannya dan
kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).
Adapun pengertian wisatawan antara lain :
Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa
wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan
secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.
Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan kedalam
tiga bagian yaitu:
Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu Negara lain dimana
ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang
diberikan oleh Negara yang dikunjunginya
Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara tanpa
tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada Negara
yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya
memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan,
keagamaan dan olahraga serta bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.
Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menetap
kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling
Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12), wisatawan
adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara
yang bukan tempat kediamannya yang biasa.
U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 (dalam Irawan,
2010:12), menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang
datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan
apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang
dimaksudkan meliputi 2 kategori :
Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya
tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang–senang, berlibur,
kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan
pertemuan.
Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang
dikunjunginya tanpa bermalam.
Defenisi UN. Convention Concerning Costums Fasilities for Touring (dalam
Irawan, 2010:12), setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang
sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan
selama– lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama.
Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam Irawan,
tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan
dan kunjungan.
Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin
menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin
melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi, bisa juga dikatakan
wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang
yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor (Kusumaningrum,
2009: 17).
Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18):
Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya
multinasional serta eksplorasi alam secara individual.
Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari
keuntungan) secara berkelompok.
Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan
sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam
yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.
Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan konvensional,
2.5 Pengertian Ekowisata
Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal
memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia
barat maupun timur telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas yang lalu.
Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah
dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van
Steines dan masih banyak yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar
benua yang penuh dengan tantangan. Para adventurer ini melakukan perjalanan ke
alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak
memberikan keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies
langka (Lascurain, 1993). Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Ekowisata ini
merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan
terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan
konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata
bertanggung jawab.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan
strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dalam mempertahankan
keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Socie
(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area
alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh
wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan
lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Ekowisata
timbul karena:
Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat
eksploitasi terhadap sumber daya alam.
Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat.
Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat
setempat.
Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat
ekonomi (economical benefit) dari lingkungan yang lestari.
Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih
alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan
penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka
homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang
berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka
atau meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal, baik secara materil, spiritual,
Ekowisata memiliki banyak definisi yang seluruhnya berprinsip pada pariwisata yang
kegiatannya mengacu pada lima elemen penting yaitu:
Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan yang dapat
meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata yang
dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman akan pentingnya
pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman diberikan melalui
kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima.
Memperkecil dampak negative yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan
kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.
Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya.
Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal, untuk itu,
kegiatan ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan).
Berkelanjutan atau berkesinambungan.
Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:
Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung
lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (mass tourism).
Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi).
Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata).
Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi).
Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi
Ekowisata juga dianggap sejenis usaha yang berkelanjutan secara ekonomi dan
lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi.
Namun agar ekowisata tetap berkelanjutan, perlu tercipta kondisi yang
memungkinkan di mana masyarakat diberi wewenang untuk mengambil keputusan
dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus dan jumlah wisatawan, dan
mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk masa depan.
Ekowisata dihargai dan dkembangkan sebagai salah satu program usaha yang
sekaligus bisa menjadi strategi konservasi dan dapat membuka alternatif ekonomi
bagi masyarakat. Dengan pola ekowisata, masyarakat dapat memanfaatkan keindahan
alam yang masih utuh, budaya, dan sejarah setempat tanpa merusak atau menjual
isinya.
Agar bisnis ekowisata dapat menguntungkan sebagai mana yang diharapkan,
beberapa kondisi harus diciptakan, yaitu antara lain:
Meningkatkan dan menambah sarana prasarana pendukung serta mendorong
terbuka dan terhubungnya akses ke/dari dan antar daerah tujuan ekowisata tanpa
merusak aset utama ekowisata yaitu alam yang asli melalui peningkatan dan
optimalisasi jalur transportasi udara.
Mendorong kebijakan pemerintah Indonesia di bidang keimigrasian di daerah
tujuan ekowisata yang terletak di perbatasan.
Kondisi lingkungan Indonesia menghasilkan keanekaragaman ekosistem
beserta sumber daya alam, melahirkan manusia Indonesia yang berkaitan erat
dengan kondisi alam dalam melakukan berbagai aktivitas untuk menunjung
kelangsungan hidupnya. Manusia Indonesia menaggapi alam sebagai guru pemberi
petunjuk gaya hidup masyarakat, yang terlahir dalam bentuk kebiasaan alami
yang dituangkan menjadi adat kehidupan yang berorientasi pada sikap alam
terkembang menjadi guru (Salim, 2006).
Dalam Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan kewajiban pemerintah untuk
menerapkan susta inable development sebagai solusi untuk memperbaiki kerusakan
lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan
sosial. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan nasional
memerlukan kesepakatan semua pihak untuk memadukan pilarpembangunan secara
proposional. Konsep pembangunan berkelanjutan timbul dan berkembang karena
timbulnya kesadaran bahwa pembangunan ekonomi dan sosial tidak dapat