• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hama Pada Tanaman Kopi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hama Pada Tanaman Kopi dan "

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA TANAMAN KOPI

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Guna Memenuhi Laporan Praktikum Mata Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan

Oleh :

NAMA : MUHAMMAD JAHWARI

NIM : 131510501241

GOLONGAN : D

KELOMPOK : 2 (DUA)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun yang lalu, atau 1000 tahun Sebelum Masehi merupakan bangsa pertama yang menemukan biji kopi sebagai minuman yang sangat berkhasiat dan berenergi. Kopi kemudian terus mernerus berkembang hingga seperti saat ini sehingga menjadi salah satu minuman paling populer di dunia. Indonesia merupakan negara yang mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya yang kemudian di ekspor di berbagai penjuru dunia. Rasa dan aroma kopi memang sangat menarik, namun di samping itu kopi juga memiliki khasiat yaitu dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker , diabetes , batu empedu , dan berbagai penyakit jantung. Kopi mengandung kafein, yang dalam dosis rendah dapat mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran jadi segar. Kafein jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi cepat mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem pernapasan, otot, pembuluh darah, jantung dan ginjal pada manusia dan hewan.

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan dapat mencapai tinggi 12 m. Sudah hampir tiga abad kopi diusahakan penanamannya di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri. Lebih dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah kopi arabika, robusta, dan liberika. Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat berbeda dengan tanaman musiman.

Kopi hanya dapat berproduksi secara optimal apabila ditanam pada tanah yang sesuai, yaitu tanah dengan kedalaman efektif yang cukup dalam (> 100 cm), gembur, berdrainase baik, serta cukup tersedia air, unsur hara terutama kalium (K), harus cukup tersedia bahan organik, dan juga bebas dari gangguan OPT.

(3)

sifat hidup OPT atau sifat biologis OPT dapat ,erusak atau menghambat pertumbuhan tanaman, maka dari itu untuk mengatasi masalah OPT perlu dilakukannya upaya-upaya pengendalian yang berbasis lingkunagan untuk menjaga kualitas tanaman tersebut tanpa merusak lingkungan. Pada budidaya tanaman kopi terdapat tiga jenis OPT penting yang menyerang tanaman kopi yaitu Hama Penggerek Buah Kopi atau PBKO, nematoda parasit (Pratylenchus

coffeae), dan juga penyakit karat daun kopi. Pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu aspek dalam teknis budidaya tanaman kopi yang menentukan keberhasilan pertanaman dan hasil optimal pada tanaman kopi.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman kopi. 2. Untuk mengetahui gejala serangan yang ada di lapang akibat hama dan

penyakit yang menyerang pada tanaman kop

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

(4)

mampu sejenis minuman. Minuman tersebut diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk bubuk. (Hayati dkk, 2012). Kopi terdiri atas banyak jenis, yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika dan lain-lain. Di Indonesia sendiri, kopi merupakan salah satu dari delapan komoditas utama perkebunan yang memiliki luas areal yang cukup besar serta menjadi komoditas ekspor yang sangat

menjanjikan, dimana hanya dua jenis kopi yang banyak diusahakan yaitu kopi robusta yang menguasai mayoritas luas tanam kopi di Indonesia serta kopi arabika (Maridelana, dkk., 2014), untuk Indonesia lebih banyak membudidayakan kopi Robusta yang sebagian besar lahannya yaitu 87,1 % ditanam dan menyumbang keseluruhan total produksi kopi Indonesia. Sebagian besar hasil produksi kopi masuk ke area perdagangan ekspor, dengan negara tujuan Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura (Rohmah, 2010).

Tanaman kopi memerlukan naungan untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pada umur muda (kurang dari satu tahun), tingkat naungan yang dibutuhkan tanaman tersebut lebih tinggi. Semakin dewasa dan mulai berproduksi, kopi memerlukan tingkat naungan lebih rendah (Ferry, dkk., 2014). Manfaat dari pohon penaung yaitu mengurangi banyaknya intensitas sinar matahari yang sampai ke tanaman kopi dan tanah, sehingga menekan penyebaran hama maupun penyakit dan juga sebagai tanaman inang predator utama organisme pengganggu tanaman tersebut. Tanaman naungan juga bisa membantu dalam proses pematangan buah kopi dan menghasilkan buah yang lebih besar serta baik, sehingga mutu dari buah tersebut menjadi lebih tinggi. Tanaman peneduh yang umumnya digunakan adalah lamtoro atau karet (Bote dan Struik, 2011).

Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan masalah penting yang dihadapi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi. Salah satunya yang menyebabkan kehilangan hasil produksi pada tanaman kopi serangan hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, dimana serangan hama ini mampu menurunkan produksi hingga setengah dari hasil produksi dan penyusutan ukuran biji kopi (Samosir, dkk., 2013).

(5)

berkembangbiak pada berbagai jenis kopi. Kumbang PBKo berwarna hitam kecoklatan, panjang kumbang jantan 1,3 mm dan betina 2 mm, kumbang betina menyerang buah kopi yang masih muda dengan cara menggerek kedalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir, telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Kumbang ini menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya

bersembunyi di dalam buah kopi (Infante et al., 2014).

Serangan PBko dapat menurunkan mutu kopi dan penurunan produksi hingga 20-30% bahkan tidak jarang ada petani yang gagal panen. PBKo menyerangan diawali pada kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab juga di perbatasan antar kebun kebun. Serangan dapat menyebar ke seluruh kebun jika tidak cepat dilakukan pengendalian. PBKo dapat hidup dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, oleh karena itu penting sekali menjaga sanitasi kebun dan membersihkan sisa-sisa buah yang tertinggal (Departemen Pertanian Jakarta, 2002), untuk pengendalian PBKo secara alami dapat diinfeksi oleh jamur patogen seperti Beauveria bassiana, Spicaria javanica, Botrytis stephanoderis dan Metarhizium anisopliae. Sistem agroforestri kopi dengan pohon penaung

diperkirakan dapat menjaga kelembapan kebun kopi sehingga meningkatkan aktivitas jamur patogen sebagai musuh alami hama kopi ini, dikarenakan jamur ini umumnya dapat tumbuh dengan baik pada keadaan lingkungan yang lembab. (Maharani, dkk., 2013). Menurut Laila, dkk., (2011), tindakan lain untuk mengurangi atau mengendalikan hama PBKo adalah dengan tindakan

pemangkasan wiwilan, cabang sakit, dan cabang tidak produktif, dengan tujuan menghindari kondisi pertanaman yang terlalu gelap karena ada cabang yang tumpang tindih, sehingga pemangkasan tersebut menciptakan suasana kebun yang tidak sesuai bagi hama PBKo.

(6)

kopi, dimana penyakit ini disebabkan oleh jamur Hemileia, yang selanjutnya secara lengkap dan rinci diidentifikasi oleh Marshall Ward dan jamur ini adalah jamur Hemileia vastatrix Berx. Jamur H. vastatrix adalah jenis parasit obligat dimana dia hanya bisa hidup pada daun kopi yang masih hidup, termasuk dalam divisi Basidiomycota, kelas Urediniomycetes, ordo Uredinales, famili

Pucciniaceae, dan genus Hemileia. Gejala penyakit ini adalah meluasnya bercak pada daun, sehingga menyebabkan area dan hasil fotosintesis berkurang,

dikarenakan rusaknya jaringan daun yang terserang, yang secara signifikan berdampak pada menurunnya pertumbuhan tanaman. Gejala lanjut dari penyakit ini adalah banyaknya daun yang gugur sehingga jumlah bunga yang terbentuk berkurang, yang mengakibatkan turunnya produktifitas atau jumlah biji kopi yang dihasilkan tanaman yang terserang (Sri-Sukamto, 1998).

Perkembangan penyakit tanaman sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu patogen, inang, dan tanaman. Secara spesifik, perkembangan penyakit karat daun kopi dipengaruhi oleh patogen H. vastatrix, lingkungan kebun dan kondisi

tanaman kopi itu sendiri. Pada daerah tropis, H. vastatrix bertahan pada daun sakit sebagai uredospora, uredium, dan miselium untuk melanjutkan infeksi pada tanaman yang sehat. Uredospora merupakan struktur paling berperan dalam perkembangan penyakit karat daun. Uredospora jamur H. vastatrix berbentuk seperti ginjal, panjang 25-35 µm dan lebar 12-28 µm, berduri pada bagian yang cembung, dan berwarna oranye (Mahfud, 2012), hal ini di dukung dengan pernyataan Suresh et al., (2012) Di daerah tropis, H. vastatrix bertahan sebagai uredospora (spora jamur karat), uredium (badan buah penghasil uredospora), dan miselium (kumpulan hifa jamur karat) pada daun sakit untuk melanjutkan infeksi pada tanaman. Dari beberapa struktur jamur tersebut, uredospora paling berperan dalam perkembangan penyakit karat daun.

(7)
(8)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan acara " Organisme Penggangu Tanaman pada Tanaman Kopi" dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 September 2015 pada pukul 15:00 sampai selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

1. Kamera 2. Alat tulis

3.2.2 Bahan 1. Tanaman kopi 2. Worksheet

3.3 Cara Kerja

1. Mempersipkan worksheet, alat tulis, dan kamera.

2. Mengamati OPT pada tanaman kopi sesuai dengan worksheet yang telah disediakan.

3. Mengambil gambar OPT maupun gejala serangan yang ada di lapangan dengan menggunakan kamera.

4. Mendeskripsikan secara singkat gambar yang telah diperoleh dengan gambar yang ada diliterature.

(9)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Terlampir

4.2 Pembahasan

Serangan hama pada tanaman kopi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas kopi bahkan dapat menyebabkan tanaman tidak berbuah sama sekali, atau bahkan hingga kematian sehingga mengurangi hasil pertumbuhan dan produktivitas tanaman kopi. Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman kopi adalah Penggerek Buah Kopi, Penggerek Batang Kopi, Kutu Putih, dan Kutu Hijau.:

a) Penggerek Buah Kopi

(10)

Hasil identifikasi, hama penggerek buah kopi ditemukan dalam stadia larva di dalam bagian dalam buah kopi, larva tersebut menggerek biji buah sehingga menimbulkan lubang – lubang kecil pada bagian buah. Buah yang terserang akan berwarna coklat dan selanjutnya berwarna hitam. Pengendalian yang dilakukan petani dalam mengendalikan hama penggerek buah kopi yaitu menggunakan insektisida dalam pengendaliannya, tetapi di BPTP sudah

dikembangkan pengendalian secara biologis dengan memanfaatkan musuh alami jamur (Beauveria bassiana).

b) Kutu Putih (Ferrisia virgata) dan Kutu Hijau

(11)

kering dan banyak buah yang gugur. Pengamatan yang umum ditemukan di lapang adalah pada bagian yang terserang tampak ditutupi oleh kutu-kutu putih seperti kapas. Jadi serangan yang parah dari hama ini dapat menurunkan produksi karena buah banyak yang berguguran.

Kutu putih menyukai tempat yang teduh namun tidak terlalu lembab. Imago memiliki tubuh dengan panjang sekitar 0.8 mm dan berwarna putih salju yang merupakan sekresi zat lilin di sayap dan tubuhnya. Kutu ini biasanya mnutupkan sayapnya pada saat istirahat dan makan. Betina akan meletakkan telur sejumlah 50-400 butir dengan ukuran yang bervariasi mulai dari 0.10 mm sampai 0.25 mm di bagian bawah permukaan daun. Kutu ini menghasilkan embun madu yang disukai oleh semut. Namun apabila produksi embun madu terlalu banyak, maka akan memicu tumbuhnya jamur jelaga pada bagian-bagian tanaman yang banyak terdapat embun madunya. Hal ini akan menyebabkan bagian tanaman tersebut menjadi berwarna hitam. Kemudian tanaman akan mengalami gangguan fisiologis akibat tidak bisa menerima cahaya matahari dengan optimal sehingga

pertumbuhannya akan terhambat dan pada tingkat serangan yang parah tanaman akan mati.

Klasifikasi kutu hijau ialah berasal dari Kerajaan Animalia,

Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Homoptera, Famili Coccidae, Genus Coccus, Spesies Coccus viridis.

Telur ditaruh di bawah badan betina sampai menetas. Betina dapat bertelur beberapa ratus butir. Waktu bertelur sampai menetas adalah 45-65

hari. Nimfa tetap berada dibawah badan induknya sampai waktu cukup untuk pindah tempat dan hidup terpisah. Dewasa jantan jarang sekali, kebanyakan koloni kutu berkelamin betina. Biasanya 75-80% mati karena pemangsa,

parasitoid, dan jamur. Kutu hijau lebih suka menyerang pada musim kemarau dan lebih senang tumbuh pada dataran rendah daripada di dataran tinggi.

Kutu hijau merupakan serangga yang tidak berpindah tempat dalam

(12)

c. Penggerek Batang Kopi (Xylosandrus sp.)

Klasifikasi penggerek cabang kopi ialah berasal dari Kerajaan Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Scolytidae, Genus Xylosandrus, dan dengan nama ilmiah Xylosandrus sp.

Serangga betina membuat lubang masuk ke ranting, lalu menggali lubang tersebut selama kira-kira 15 jam, kemudian berhenti untuk menunggu

perkembangan jamur Ambrosia yang ia bawa masuk ke lubang itu. Sesudah dinding dalam lubang diselubungi jamur tersebut, ia kawin sama jantannya. Jumlah telur sekitar 30-50 butir, diletakkan dalam kelompok kecil terdiri dari 8-15 butir. Sesudah lima hari, telurnya menetas. Sesudah 10 hari

sebagai larva, kemudian menjadi pupa. Stadia pupa berlangsung selama 7 hari, kemudian ia keluar sebagai dewasa.

Larva hama penggerek cabang Xylosandrus menggerek cabang kopi. Kumbang kecil ini lebih senang menyerang cabang atau ranting yang tua atau sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang kecil ini termasuk kedalam golongan serangga yang mengembangbiakkan makanan untuk anak-anaknya, yaitu jamur Ambrosia. Kumbang ini membikin lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga ranting atau cabang itu tidak berbuah.

Selain hama, serangan penyakit pada tanaman kopi juga sering ditemukan. Serangan penyakit ini juga merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman kopi. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman kopi adalah karat daun, bercak daun, jamur upas, penyakit akar, dan nematoda.

(13)

Karat Daun Kopi dapat diklasifikasikan secara ilmiah sebagai berikut.

Gejala serangan penyakit ini yaitu timbul bercak kuning pada daun yang kemudian berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat uredospora seperti tepung berwarna jingga. Tingkat serangan yang berat akan menyebabkan pohon tampak kekuningan, daunnya gugur, dan tanaman mati. Penyakit ini biasanya menyerang tanaman kopi yang memiliki kanopi terlalu rimbun. Hal ini dikarenakan penyakit dari golongan jenis fungi biasanya menyukai kondisi lingkungan yang lembab. Oleh karena itu kopi jenis Arabika yang ditanam pada dataran rendah dengan kelembaban tinggi sangat rentan terhadap serangan penyakit karat daun kopi.

Teknik pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kultur teknis menggunakan varietas tahan, seperti kopi robusta. Selain itu penyakit ini dapat pula dikendalikan dengan melakukan proses pemangkasan pada tajuk tanaman kopi yang terlalu rimbun sehingga sirkulasi udara dan cahaya matahari dapat masuk lebih baik dan kondisi ini dapat menghambat pertumbuhan penyakit ini. Proses sanitasi lahan juga merupakan tindakan yang patut untuk dicontoh karena dengan melakukan sanitasi, maka segala sisa tanaman yang kemungkinan membawa sumber penyakit akan dibuang atau dibakar.

b. Bercak Daun Kopi (Mycosphaerella coffeicola)

Klasifikasi Mycosphaerella coffeicola ialah berasal dari Kingdom Fungi, Filum Ascomycota, Kelas Dothideomycetes, Subkelas Dothideomycetidae,

Ordo Capnodiales, Famili Mycosphaerellaceae, Genus Mycosphaerella dan Spesies M. Coffeicola.

(14)

timbul bercak berwarna kuning yang tepinya dikelilingi halo (lingkaran) berwarna kuning. Penyakit ini umumnya dijumpai dipertanaman yang kurang mendapat pemeliharaan. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab dan pola tanam yang kurang baik. Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan aliran air hujan serta alat-alat pertanian.

Buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Bercak ini membusuk dan dapat sampai ke biji sehingga menurunkan kualitas. Pengendalian penyakit dengan sanitasi kebun dan membuang bagian-bagian yang sakit, kemudian membenamkannya di dalam tanah; mengurangi kelembaban kebun dengan pemangkasan, pengaturan naungan dan membuat parit drainase; serta melakukan pemupukan dan hindari penggunaan bibit yang telah terserang penyakit ini.

c. Jamur Upas (Corticium salmonicolor)

Klasfikasi Corticium salmonicolor ialah berasal dari Kingdom Fungi, Filum Basidiomycota, Kelas Basidiomycetes, Subkelas Agaricomycetidae, Ordo

Polyporales, Famili Corteceae, Genus Cortecium, Spesies C. salmonicolor. Jamur ini menyebar melalui tiupan angin atau percikan air. Keadaan lembab dan kurang sinar matahari sangat membantu perkembangan penyakit ini.

Jamur C. salmonicolor dapat menyerang batang, cabang, ranting dan buah kopi. Infeksi jamur ini pertama kali terjadi pada sisi bagian bawah cabang ataupun ranting. Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur tipis seperti sutera, berbentuk sarang labalaba. Selanjutnya pada bagian tersebut terjadi nekrosis kemudian membusuk sehingga warnanya menjadi coklat tua atau hitam. Nekrosis pada buah bermula dari pangkal buah disekitar tangkai, kemudian meluas keseluruh permukaan dan mencapai endosperma.

(15)

d. Phellinus noxius (Jamur Akar)

Klasifikasi ilmiah dari penyakit ini adalah sebagai berikut: Kingdom : Fungi

Species : Phellinus noxius

Penyakit ini bisanya lebih suka menyerang pada tanaman yang masih muda. Gejala awal yang muncul biasanya tanaman akan layu. Pada tanaman yang sudah tua, gejala tampak pada bagian daun yang mengalami gejala mirip klorosis, cabang-cabangnya mengecil, dan pada akhirnya tanaman akan mati.

Penyebaran patogen ini dapat terjadi melalui kontak antar akar tanaman. selain itu spora jamur ini juga mudah disebarkan oleh angin. Spora fungi ini mampu bertahan di dalam tanah hingga 60 tahun. Ketika menemukan inang yang cocok baru spora tersebut akan tumbuh dan berkembang. Pada awal pertumbuhan fungi, tampak miselium yang berwarna putih, namun seiring pertumbuhannya, maka fungi yang sudah banyak akan berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.

Pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ini adalah sebagai berikut:

a) Melakukan sanitasi pada sisa-sisa tanaman yang sakit. Bagian tanaman yang telah dikumpulkan kemudian dikomposkan secara terpisah dari lahan dengan ketentuan waktu pengomposan minimal 16 minggu hingga suhu mencapai 75oC dan dibalik-balik secara teratur. Lapisan 18mm paling atas dari hasil pengomposan dihilangkan sebelum produk digunakan.

b) Membuat pembatas akar (parit) di sekitar tanaman yang terserang oleh penyakit ini.

c) Jangan menggunakan bagian tanaman yang sakit sebagai mulsa jika tanpa dikomposkan terlebih dahulu.

(16)

Nematoda Pratylenchus coffea. Gejala kerusakan di atas tanah tidak spesifik. Bibit yang terserang kerdil, kurus, daun kecil, menguning dan gugur. Daun yang tertinggal biasanya hanya daun pucuk. Proses kematian tanaman oleh serangan nematoda berlangsung perlahan-lahan. Pada bagian tanaman di bawah tanah sangat spesifik sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya

serangan nematoda. Apabila menyerang akar serabut yang masih aktif menyerap unsur hara, mengakibatkan akar membusuk dan tidak berfungsi. Tanaman mudah digoyang dan dicabut. Serangan nematoda kadang-kadang diikuti oleh serangan kutu putih akar (Planococcus sp). Pengendalia nematoda ini dapat dilakukan dengan a). Melakukan rotasi tanaman dengan bukan tanaman inang yaitu koro benguk (Mucuna sp), kakao lindak dan tebu, b). Menanam batang bawah dengan yang tahan nematoda seperti kopi ekselsa dan beberapa klon kopi konuga, kopi Robusta klon BP 961 dan BP 595, c). Penggunaan nematoda dazoment dan

methansodium dipembibitan serta oksamil, karbofuran, etoprofos dan kadusafos di lapangan, serta d). Aplikasi bahan organik (pupuk kandang dan kulit kopi).

(17)

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pengaruh serangan organisme pengganggu tanaman terhadap produktivitas kopi di Indonesia dapat menurunkan hasil produktivitas kopi hingga setengahnya.

2. Hama utama tanaman kopi yaitu hama penggerek buah kopi (Hyphothenemus hampeii).

3. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman kopi adalah penyakit karat daun (Hemilia vastatrix).

4. Upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman dalam budidaya tanaman kopi sangat perlu dilakukan untuk menekan kegagalan dalam produksi

5.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Bote, A. D dan P. C. Struik. 2010. Effects of Shade on Growth, Production and Quality of Coffee (Coffea arabica) in Ethiopia. Horticulture and Forestry, 3 (11) : 336-341.

Deepak, K., Hanumantha B. T. dan Sreenath H. L. 2012. Viability of Coffee Leaf Rust (Hemileia vastatrix) Urediniospores Stored at Different Temperatures. Biotechnol Biomate, 2 (5) : 1-3.

Departemen Pertanian Jakarta. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Jakarta: Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian.

Ferry, Y. dan Rusli. 2014. Pengaruh Dosis Mikoriza dan Pemupukan NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kopi Robusta di Bawah Tegakan Kelapa Produktif. Litri, 20 (1): 27-34.

Hayati, R., A. Marliah dan F. Rosita. 2012. Sifat Kimia dan Evaluasi Sensori Bubuk Kopi Arabika. Floratek, 7 (1): 66-75.

Hindorf, H. dan C. O. Omondi. 2012. A Review Of Three Major Fungal Diseases Of Coffea Arabica L. In The Rainforests Of Ethiopia And Progress In Breeding For Resistance In Kenya. Advanced Research, 2 (1) : 109–120.

Infante, F. A., J. A. Perez dan F. E. Vega. 2014. The coffee berry borer: the centenary of a biological invasion in Brazil . Braz. J. Biol, 74 (3) : S125-S126.

Laila, M. S. I., N. Agus, dan A. P. Saranga. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu Untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi

(Hypothenemus Hampei). Fitomedika, 7 (3): 162 – 166.

Maharani, J. S., F.X. Susilo, I. G. Swibawa dan J. Prasetyo. 2013. Keterjadian Penyakit Tersebab Jamur Pada Hama Penggerek Buah Kopi (Pbko) di Pertanaman Kopi Agroforestri. Agrotek Tropika, 1 (1) : 86-91.

Mahfud, M. C. 2012. Teknologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun Untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian, 5 (1) : 44-57.

(19)

Rohmah, M. 2010. Aktifitas Antioksidan Campuran Kopi Robusta (Coffea Cannephora) dengan Kayu Manis (Cinnamomun burmanii). Teknologi Pertanian, 6 (2) : 50-54.

Samosir, F. A., M. U. Tarigan dan S. Oemry. 2013. Survei Faktor Kultur Teknis Terhadap Perkembangan Populasi Hama Penggerek Buah Kopi

Hyphotenemus Hampei Ferr (Coleoptera:Scolytidae). di Kabupaten Simalungun. Agroteknologi, 1 (4) : 1-14.

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menerapkan kombinasi konsep/teknik polimodal dan pencerminan skala berdasarkan korelasinya dengan impresi sleep paralisis yang menjadi materi utama

Howard Gardner Linguistic Mathematic- Logic-Cognitive Visual-Spacial Musical Kinesthetic Intrapersonal Interpersonal..

[r]

Penelitian menunjukan bahwa Variabel pemberian motivasi memiliki dimensi sebagai berikut: motivasi langsung pegawai langsung mempersiapkan kelengkapan pekerjaan yang akan digunakan

Van Dijk dalam bukunya Pengantar Hukum Adat Indonesia mengatakan bahwa kata “Hukum Adat” itu adalah istilah untuk menunjukkan hukum yang tidak dikodifikasikan di kalangan orang

Untuk  merefresh  pemahaman  kita,  sebenarnya  dimana  titik  perbedaan  antara pengklusteran  kasar  dan  pengklasteran  halus?  Pengklusteran  kasar  akan

Sebagai bahan penulisan ilmiah ini penulis menerapkan metode menggunakan penyusutan fiskal untuk menghitung besarnya penyusutan terhadap aktiva tetap dan menghitung besarnya laba

Dalam pembuatan aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit kedokteran umum ini digunakan perangkat lunak Borland Delphi 6.0, yang mendukung database dan