• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi simak ui mat ipa kode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Solusi simak ui mat ipa kode "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti namanya, pendekatan ini berisi tentang terapi yang singkat dan berfokus pada solusi, bukan pada masalah. Ketika ada masalah, banyak profesional menghabiskan banyak waktu berpikir, berbicara, dan menganalisis permasalahan, sementara penderitaan yang dialami klien sedang berlangsung. Terpikir tim profesional kesehatan mental di Pusat Terapi Singkat Keluarga yang begitu banyak waktu dan energi, serta dikembangkan selama 50 tahun terakhir ini, pertama di Amerika Serikat, dan akhirnya berkembang di seluruh dunia, termasuk Eropa. Terapi singkat berfokus solusi disebut hanya sebagai “terapi berfokus solusi (TBS)” atau “terapi singkat”.

Pelopor terapi singkat berfokus solusi adalah Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer, serta praktisi SFBT berbasis sekolah dan ahli lainnya. Kita terfokus kepada segi-segi pokok dari teori SFBT, khususnya cara dimana para praktisi berfokus solusi berpikir tentang perubahan, kapasitas klien, dan sifat resistensi klien

(2)

kasus yang besar untuk sebagian besar pekerja sosial sekolah (guru BK di sekolah).

Salah satu gagasan yang lebih bebas tentang SFBT adalah bahwa perubahan selalu terjadi, dan menuntut agar perhatian konselor terfokus kepada perubahan-perubahan kecil yang membuat perbedaan-perbedaan besar dalam kehidupan klien. Apa yang konselor lakukan dengan perubahan-perubahan kecil yang kadang-kadang sulit untuk dilihat adalah apa yang membuat konselor menjadi konselor SFBT. Hal ini membuat konselor bergerak menuju konseling yang lebih berfokus kepada solusi dalam pendekatan-pendekatan mereka terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi.

5. Apasajalangkah-langkahatau proses KonselingTerapi Singkat Berfokus Solusi?

6. Apasajateknik-teknikKonselingTerapi Singkat Berfokus Solusi? 7. BagaimanakesesuaianKonselingTerapi Singkat Berfokus

Solusiditerapkan di Indonesia?

5. Mengetahuilangkah-langkahatau proses KonselingTerapi Singkat Berfokus Solusi.

6. Mengetahuiteknik-teknikkonselingterapi singkat berfokus solusi. 7. Dapatmengertiakankesesuaiankonselingterapi singkat berfokus

(3)

BAB II PEMBAHASAN

(4)

Penemuataupengembang konseling berfokus solusi umumnya dikenal sebagai terapi singkat berfokus solusi (SFBT), adalah suatu fenomena Amerika Utara, yang diciptakan tahun 1980-an oleh Steve deShazer dan Bill O’Hanion. Keduanya dipengaruhi secara langsung oleh Milton Erickson,pencipta terapi singkat di tahun 1940-an. Praktisi dan ahli teori terkenal lainnya yang berhubungan dengan konseling berfokus solusi adalah Michele Weiner-Davis dan Insoo Kim Berg.

Mengenai sudut pandang tentang sifat manusia, konseling berfokus solusi tidak mempunyai pandangan bersifat komprehensif tantang sifat manusia, tetapi berfokus pada kekuatan dan kesehatan klien (Fernando, 2007). Pendekatan ini berakar, seperti yang dilakukan beberapa teori lain, pada penelitian Milton Erikson (1954), khususnya gagasan Erikson bahwa manusia memiliki sumber daya dan kemampuan di dalam dirinya untuk memecahkan masalah mereka sendiri, meskipun mereka tidak mempunyai pemahaman mendasar mengenai diri mereka. Erickson juga “percaya bahwa sering hanya diperlukan perubahan kecil dalam tingkah laku seseorang untuk mengarah kepada perubahan yang lebih besar, dalam konteks permasalahan yang ada” (Lawson, 1994, Hal. 244).

Sebagai warisan dari Erickson, konseling berfokus solusi menganggap manusia bersifat konstruktivis, artinya bahwa realitas adalah refleksi dari observasi dan pengalaman. Akhirnya, konseling berfokus solusi didasarkan pada asumsi, bahwa manusia benar-benar ingin berubah dan perubahan tersebut tidak terelakkan.

1.Pada dasarnya manusia sehat 2.Memiliki kemapuan kompeten

3.Memiliki kapasitas untuk mambangun (mengkonstruksikan) solusi 4.Manusia tidak terpaku pada masalah tetapi berfokus solusi

5.Perubahan terjadi sepanjang waktu 6.Manusia tidak bisa mengubah masa lalu

B. Konsep Dasar

(5)

uan menyelesaikanmasalah, hasildarikemahiran yang dibawadalamsesisecarasedaratautidak.

Pengalamannegatif yang berulan-ulangmempunyaikesan yang akanmenghalangiindividudaripadamengetahuikekuatandankebolehanmere ka.Melahirkanhubungan

terapeutikdanhubungankerjasamaantarakonselidan

konselordimanadiantara merekasama-samamencipta reality dansetiappihakakansalingmempengaruhiantarasatusama lain.

Terapiini memberifokus kepada masalah yang adadaripadamasalah yang tiada.Setiapmasalahakanmemfokuskankepadaapa yang klien mengenal sumber daya dalam dirinya dan menyadari pengecualian dalam dirinya pada saat dia bermasalah. Tujuan tersebut kemudian mengarahkan klien pada solusi terhadap situasi yang telah ada dalam pengecualian tersebut (West, Bubenzer, Smith. & Hamm, 1997). Jadi, fokus sesi dan pekerjaan rumah adalah pada kemungkinan dan kepositifan, baik itu di masa sekarang maupun di masa mendatang (Walter & Peller, 1992)

Tujuan lain yang disebutkan yaitu :

1. Membantu konseli mengenal sumber daya dalam dirinya dan menyadari pengecualian di dalam dirinya pada saat dia bermasalah

2. Membantu konseli untuk berfokus pada hal – hal yang jelas dan spesifik yang mereka anggap sebagai solusi masalah

3. Membantu konseli untuk bergerak atau menuju ke arah yang diinginkan si konseli

4. Menemukan solusi yang cocok dengan masalah konseli

(6)

6. Mengubah perilaku yg tidak sehat menjadi sehat

7. Mengantar manusia meraih kehidupan yg lebih sehat dan bahagia pd masa kini dan masa ke depan

D. Karakteristik Hubungan Konselor – Klien

Karena terapi berfokus solusi dirancang untuk perlangsungan singkat,tak pelak terapis memainkan peran lebih aktif dalam menggeser fokus secepat mungkin, dari fokus yang tercurah ke problem fokus yang tercurah ke solusi. Strategi relasiaonal mendasar difungsikan untuk memicu prakarsa klien, membantu klien menumbuhkembangkan tanggung -jawab (kemampuan merespon atau response ability) mereka dan menggunakan kemampuan merespon itu dengan lebih baik. Begitu klien bisa berfokus pada solusi, dia pun akan banyak bisa memegang kendali dan bertanggung jawab.

Klien pada dasarnya adalah ahli (expert) yang paling mengetahui tujuan-tujuan apa yang ingin mereka bangun. Tujuan-tujuan itu selalu unik bagi setiap klien dan dibangun klien untuk menciptakan hari depan yang lebih baik. Sedangkan klinikus berfokus solusi adalah pakar tentang proses dan struktur terapi,pakar dalam membantu klien membangun tujuan-tujuan mereka dalam kerangka kerja yang lebih baik menghasilkan solusi yang sukses. Setiap pakar yaitu klien dan terapis memberikan andil untuk penumbuhkembangan solusi bersama. Relasi terapis dengan klien ditujukan untuk meraih suatu manfaat atau tujuan. Klien datang ke terapi karena suatu alasan dan ingin mencapai suatu manfaat dan tujuan. Kedua kolaborator (klien dan terapis) perlu membuat kriteria kemajuan atau keberhasilan pencapaian tujuan, sehingga merekapun bisa mengakhiri terapi paada waktu yang tepat.

Berdasarkan uraian tersebut kami merumuskan hubungan antara konselor dan klien pada terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut : 1. Konselor berperan lebih aktif dalam menggeser dari fokus yang

tercurah pada problem atau masalah ke solusi.

2. Konselor mendorong klien dalam menumbuhkan tanggung jawab, kemampuan merespon (Response Ability).

(7)

4. Hubungan atau relasi konselor dan klien dalam terapi singkat berfokus solusi bersifat kolaboratif dan egaliter.

E. Proses Konseling

Bertolino dan O’Hanlon menekankan pentingnya menciptakan hubungan kerja sama dalam terapi dan memandangnya sebagai kebutuhan untuk keberhasilan terapi. Dengan menyadari bahwa konselor memiliki keahlian di dalam menciptakan konteks untuk perubahan, mereka menekankan bahwa klien adalah ahli dalam kehidupan yang dialaminya dan sering memiliki perasaan yang baik terhadap apa yang sudah atau yang belum dikerjakan di masa lampau, dan juga sama halnya dengan apa yang harus dikerjakan di waktu yang akan datang. Jika klien terlibat di dalam proses terapi dari awal hingga akhir, kesempatan klien semakin meningkat dan terapi akan berhasil. Singkatnya, hubungan kooperatif dan kolaboratif cenderung akan menjadikan lebih efektif daripada hubungan yang bersifat hierarkhis di dalam terapi.

Walter dan Peller menguraikan empat langkah yang memberikan ciri kepada proses SFBT, yaitu :

1. Menemukan apa yang klien inginkan daripada mencari apa yang mereka tidak inginkan.

2. Jangan mencari penyakit dan jangan berusaha mengurangi klien dengan memberikan label diagnostik, alih-alih mencari apa yang bisa dikerjakan klien dengan baik dan mendorong mereka untuk meneruskannya searah dengan yang sudah dilakukan.

3. Jika apa yang klien lakukan tidak bisa terlaksana dengan baik, kemudian doronglah mereka untuk mencoba hal lain yang berbeda. 4. Usahakan terapi berlangsung singkat dengan mendekati setiap

pertemuan seolah-olah pertemuan itu sebagai pertemuan terakhir dan hanya satu pertemuan.

Edy Legowo (2008:79) Proses pada terapi singkat berfokus solusi mencakup dua aktivitas utama sebagai berikut :

(8)

keinginanku untuk minum-minuman keras”, “Saya dan pasangan hidup saya selalu bertengkar”, “Saya orang yang selalu cemas”, “Aku tidak bisa tidur”, dan sebagainya.

Tanggapan alamiah terhadap ungkapan-ungkapan problem itu berupa pengajuan pertanyaan bertajuk”mengapa?”misal:”mengapa anda depresi?” “Mengapa anda minum-minuman keras sampai tidak terkendali”, “Mengapa Anda dan pasangan hidup Anda selalu bertengkar ?”, dan sebagainya.

Terapi berfokus solusi justru membantu klien untuk menyadari perkecualian-perkecualian yang terlepas dari problem mereka. Dalam kenyataan, selalu terdapat perkecualian-perkecualian itu, dapat diharapkan klien meraih kendali atau kontrol atas sesuatu yang selama ini terasa sebagai problem yang teratasi.Menumbuhkembangkan kesadaran tentang pengalaman-pengalaman yang justru merupakan perkecualian dari pola baku problem-problem yang selama ini memaku perhatian dan kehidupan klien-bagaikan menapis butir-butir kecil emas dari hamparan pasir-biasa menjadi awal dari pengejawantahan solusi.

Kurun-kurun perkecualian itu hampir selalu ada dalam kehidupan setiap klien. Untuk klien-klien yang sangat sulit memfokuskan diri pada kurun-kurun perkecualian yang positif, terapis bisa mengajukan pertanyaan mukjizat (miracle question) contohnya “ jika karena suatu mukjizat, anda bebas dari problem-problem anda sepanjang malam, seberbeda apakah kehidupan anda jadinya?“. Menumbuhkembangkan pengalaman perkecualian yang positif dalam imajinasi bisa membantu klien menjadi makin menyadari satu-satunya jenis realitas dalam menumbuhkembangkan kesadaran klien dapat berupa :

(9)

b. Membantu klien menjadi semakin menyadari bahwa realitas kehidupan bukan satu-satunya dalam keseluruhan kehidupan mereka.

c. Membantu klien mentransformasikan realitas yang pada mulanya hanya imajinasi menjadi tujuan-tujuan spesifik dan praktis serta dapat dicapai.

2. Membuat Pilihan Sadar(Choosing Conscious)

Tujuan-tujuan yang kita pilih untuk menentukan masa depan kita. Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran klien tentang perkecualian-perkecualian positif di tangan kehidupannya yang syarat problem, mereka akan bisa membuat pilihan sadar untuk menciptakan lebih banyak lagi perkecualian-perkecualian seperti itu.

Klien yang selalu berfokus pada sebuah kehidupan yang sarat depresi bisa membuat pilihan sadar untuk berpartisipasi dalam kegiatan rohani, berolahraga lebih sering, lebih banyak mendengarkan musik kesukaannya, terutama musik yang meningkatkan kegembiraan. Klien yang berfokus pada program kecanduan minuman keras bisa membuat pilihan sadar untuk memfokuskan diri pada solusi-solusi atas kecanduan minman keras, sehingga dia bisa mencanangkan tujuan-tujuan yang nyata.

Water dan Peller(1992) memberikan empat pandangan untuk membuat pilihan sadar yang bersifat terapeutik :

a. Jika pilihan yang dibuat bisa bekerja efektif, jangan berhenti sampai disitu, bergegaslah menjalani pilihan tersebut

b. Jika pilihan yang dibuat itu bekerja kurang efektif perjuangkan agar ia menjadi lebih efektif

c. Jika pilihan yang dibuat itu sama sekali tidak efektif, bereksperimenlah juga berimajinasikanlah mukjizat-mukjizat d. Perlakuakan setiap sesi konseling atau psikoterapi seolah olah sesi

itu adalah sesi terakhir. Maka mulailah berubah sekarang, bukan esok, bukan pekan depan.

F. Teknik-teknik Konseling

(10)

mengamatipengecualian pada masa-masa dimana ada permasalahan, beberapa teknik lain juga sering digunakan.

Teknik-teknik tersebut adalah: 1. Perubahan pra-sesi terapi

Ketika membuat janji untuk bertemu, klien diminta mengamati perubahan yang terjadi di waktu antara perjanjian dan sesi pertama. Biasanya, konselor menanyakan perubahan-perubahan pada awal sesi terapi. Dengan mengenali perubahan pra-sesi, konselor bisa mengembangkan yang telah dimulai klien. Kemungkinan klien menyaikan pertunjuk jelas terkait strategi, keyakinan, nilai dan ketrampilan yang bisa ditransfer konstruksi solutif.’awal yang cepat’ ini membantu mempercepat proses perubahan dan memungkinkan konseling dilakukan dengan waktu singkat. Perubahan pra sesi positif bisa memperdayakan klien karena perubahan terjadi tanpa bantuan konselor,dan oleh karena itu penghargaan diberikan sepenuhnya untuk klien.

2. Pertanyaan pengecualian (Exception Question)

Teknik pertanyaan pengecualianpada dasarnya difokuskan pada situasi hipotesis dimana suatu masalah menghilang.

melibatkankekuatan, dan menempatkansolusi yang mungkin. Konselormenanyakanpadakonseliapa yang harusdilakukan agar pengecualianinilebihseringterjadi. Dalamistilah SFBC, halinidisebut “change-talk”.

3. Pencariaan Kompetensi

(11)

Mekanisme pengatasan problem yang sebelumnya telah digunakan klien , diakui dan diperkuat.

4. Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)

Pertanyaan yang mengarahkankonseliberimajinasiapa yang akanterjadijikasuatumasalahdialamisecaraajaibterselesaikan.Meminta konseli untuk mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban membuka suatu tempat untuk kemungkinan-kemungkinan dimasa depan. Konseli di dorong untuk membiarkan dirinya sendiri bermimpi tentang suatu cara atau jalan untuk mengidentifikasi jenis-jenis perubahan yang paling mereka inginkan. Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan dimana konseli dapat mulai untuk mempertimbangkan kehidupan yang berbeda yang tidak didominasi oleh masalah-masalah masa lalu dan sekarang kearah pemuasan hidup yang lebih dimasa mendatang.

Salah satu bentuk pertanyaannya berbunyi sebagai beriku: “mari kita anggap bahwa saat Anda tidur malam ini terjadi keajaiban yang memecahkan semua permasalahan Anda. Bagaimana Anda bisa mengetahuinya? Perbedaan apa yang akan terjadi?” (deShazer, 1991).

5. Pertanyaan Berskala (Scalling Question)

Teknik pertanyaan berskala merupakan pertanyaan dimana klien diminta untuk menggunakan skala 1 (rendah) hingga 10 (tinggi) untuk mengevaluasi seberapa parahnya masalah yang ada. Mengukur dapat membantu klien memahami dimana dia berada dalam hubungannya dengan masalah tersebut, dan kemana dia bergerak untuk mencapai tujuan secara realistis.

Terapais menggunakan pertanyaan yang memberi skala apabila perubahan dalam pengalaman manusia tidak mudah diamati, seperti perasaan, suasana hati, atau komunikasi. Pertanyaan dengan memberikan skala menjadikan konseli untuk memberikan perhatian yang lebih dekat kepada apa yang sedang mereka kerjakan dan bagaimana mereka dapat mengambil langkah yang akan mengarahkan kepada perubahan yang mereka kehendaki.

(12)

Sebelum masuk ke tahap penutup dalam proses konseling, biasanya konselor memberikan jeda waktu beberapa saat kurang lebih lima sampai sepuluh menit untuk menyusun ringkasan pesan dan umpan balik yang akan diberikan kepada klien. De Jong dan Berg (dalam Gerald Corey, 2002:9) menguraikan tiga bagian pokok untuk umpan balik yang berupa ringkasan: pujian, jembatan, dan anjuran tugas. Pujian adalah pengakuan yang tulus terhadap apa yang telah konseli lakukan yang mengarah ke solusi yang efektif. Pujian-pujian ini yang wujudnya berbentuk dorongan, menciptakan harapan, dan penyampaian harapan kepada konseli bahwa mereka dapat mencapai tujuan-tujuan mereka dengan menggunakan kekuatan dan keberhasilan mereka. Kedua, sebuah jembatan menghubungkan pujian awal kepada tugas anjuran yang diberikan. Jembatan memberikan alasan penalaran untuk pujian itu. Aspek umpan balik ketiga berisi anjuran tugas kepada konseli, yang dapat dipertimbangkan sebagai pekerjaan rumah. Tugas pengamatan maksudnya ialah meminta konseli untuk sekedar memberikan perhatiannya kepada beberapa aspek kehidupan mereka. Proses monitoring diri ini membantu konseli mencatat perbedaan-perbedaan apabila segala sesuatu keadaannya lebih baik.

G. Kesesuaiannyaditerapkan di Indonesia

Terapisingkatberfokussolusibisadigunakanolehkonseloratauguru BK.

Terapiiniberlangsungsingkatdanbisadigunakankapansajamaupundimanasaj a.Proses yang singkatinilah yang disukaiolehkebanyakanklien-klien di Indonesia.Instan, begitulah orang-orang mengatakan.Klien-klien di Indonesia lebihsukaapabilapermasalahannyalangsungbisadiatasi, tanpaharusmenghimpunsebab-sebabmasalah.Konseloratauguru BK di Indonesia

(13)

Padaterapisingkatberfokussolusi, klien di Indonesia diajarkansuapayatidakperluterpakupadamasalah.Merekaperluberfokuspada solusi, bergerakmenujudanmengejawantahansolusi.Olehkarenaitu, supayamasalah yang dihadapicepatteratasimakakonselor Indonesia yang

menggunakanteori SFBT

takperlumenggunakankebiasaanlamanyayaitudenganpertanyaan

“mengapa” tetapilangsungpadasolusinyadenganmenggunakanpertanyaan “bagaimanatujuanatauharapan yang akanAndainginkan ?”. Misalnyapengetahuantentangmengapaseseorangmenjadipeminumminuman

keras 25 tahun yang lampau (semisal,

(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

PrinsipdariKonseling berfokus solusi didasarkan pada asumsi, bahwa manusia benar-benar ingin berubah dan perubahan tersebut tidak terelakkan.Terapiinimemberifokuskepadamasalah yang

adadaripadamasalah yang

tiada.Setiapmasalahakanmemfokuskankepadaapa yang bolehdilakukanlebihdaripadaapa yang tidakbolehdilakukan. Perubahandicapaidenganmenghargaiapa yang berlakudalamkontekskehidupannya

Tujuan utama dari konseling berfokus solusi adalah membantu klien mengenal sumber daya dalam dirinya dan menyadari pengecualian dalam dirinya pada saat dia bermasalah. Padaterapisingkatberfokussolusi, klien di Indonesia

diajarkansuapayatidakperluterpakupadamasalah.Merekaperluberfokuspada solusi, bergerakmenujudanmengejawantahansolusi.Olehkarenaitu, supayamasalah yang dihadapicepatteratasimakakonselor Indonesia yang

menggunakanteori SFBT

takperlumenggunakankebiasaanlamanyayaitudenganpertanyaan

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Gladding T. Samuel. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks.

Edy Legowo, dkk. 2008. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan Konseling. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Michael S. Kelly, dkk. 2009. Solution-Focused Brief Therapy in Schools. Surakarta: Perpustakaan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Judul : Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Elektronika Daya melalui Implementasi Model Pembelajaran e-Learning ILMO pada Mahasiswa S1 PTE FT Universitas Negeri

Dalam rangka untuk mengoptimasi pembuatan bioplastik dengan sifat mekanis yang lebih baik, maka penelitian ini mengusulkan berupa penggantian matriks bahan

Bab ini mengevaluasi performansi dari Kode LDGM-Raptor berdasarkan pada: (i) kontribusi dari Kode LDGM-Raptor, (ii) pengaruh jumlah iterasi pada Kode LDGM-Raptor dan pengaruh

Bercocok tanaman dengan hidroponik, terdapat beberapa langkah yang dilakukan antara lain pembibitan, penyemaian, persiapan media tanam, pembuatan green house, pemupukan dalam

Filter yang akan dirancang merupakan filter berbasis mikrostrip yang mempunyai kelebihan mudah dalam fabrikasinya serta harganya yang lebih murah, filter ini bekerja

Seperti namanya perekat berfungsi untuk merekatkan pupuk organik agar bisa menjadi granul. Beberapa bahan organik memiliki sifat lengket, jadi tidak perlu perekat dalam

Dari hasil pengujian skenario yang diperoleh pada gambar 8 akurasi maksimal diperoleh ketika pengujian parameter dengan kernel option pada saat 4 dengan nilai akurasi sebesar 89,36