• Tidak ada hasil yang ditemukan

IPM Kota Jayapura Thn 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IPM Kota Jayapura Thn 2014"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KOTA JAYAPURA 2014

Nomor Katalog / Catalog Number : 1164.9471

Nomor Publikasi / Publication Number :9471.1303

Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm

Jumlah Halaman / Page Number : x + 49 Halaman / Page

Naskah / Editor :

Wahyu Kusuma Wardani,S.ST

Gambar Kulit / Art Disigner : Doni Hermawan, S.ST

Diterbitkan Oleh / Published by :

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality

2014

Dicetak Oleh / Printed by : CV. Sekar Wangi

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

(3)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA

KOTA JAYAPURA

(4)

WALIKOTA JAYAPURA

(5)

WALIKOTA JAYAPURA

SAMBUTAN

Seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan yang sedang

dilaksanakan di segala bidang, saya sambut dengan gembira terbitnya publikasi “INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA TAHUN 2014”.

Publikasi buku “Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Analisis Situasi

Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura Tahun 2014” dapat memberikan manfaat dalam membuat berbagai kebijakan dan menentukan arah pembangunan agar tepat sasaran, sehingga tujuan pembangunan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat tercapai.

Kepada masyarakat sebagai sumber data diharapkan agar dapat lebih berkooperatif untuk memberikan data yang dibutuhkan dan aparat Badan Pusat Statistik Kota Jayapura saya minta untuk lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas data yang disajikan, sehingga dapat menghasilkan data yang akurat, terpercaya dan tepat waktu.

Akhirnya, saya mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat menggunakan publikasi ini sebagai landasan dalam menyusun perencanaan program yang lebih baik, sistematik, menyeluruh, dan terpadu.

Jayapura, September 2014

WALIKOTA JAYAPURA/

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan dan Karunia-Nya Publikasi “Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura Tahun 2014” dapat terselesaikan. IPM Kota Jayapura memuat ukuran-ukuran komposit, pada umumnya indeks-indeks tersebut memberikan petunjuk umum tentang kebutuhan – kebutuhan dan prioritas-prioritas pembangunan manusia.

Dengan adanya informasi ini diharapkan pemerintah daerah dapat membangun suatu consensus untuk memperbaharui komitmen bersama dan membuat kebijakan yang tepat terhadap pembangunan manusia di Kota Jayapura.

Indikator-indikator yang dimuat dalam penyusunan IPM ini diharapkan berguna bagi para perencana dalampenyusunan program pembangunan manusia dan dipakai sebagai parameter untuk mengevaluasi tahapan-tahapan pembangunan yang dilaksanakan khususnya pembangunan manusia,

Pada akhirnya kami menyadari sepenuhnya, dalam penerbitan ini masih saja terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan penerbitan berikutnya.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat ditertibkan diucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat.

Jayapura, September 2014 KEPALA BPS KOTA JAYAPURA

(7)

DAFTAR ISI

2.1. Basis Data Pembangunan Manusia ………..…. 7

2.1.1. Sumber Data ……….. 7

2.1.2. Data Indeks Pembangunan Manusia ………... 8

2.2. Pendekatan IPM sebagai Penunjang Pembangunan Manusia ……….. 9

(8)

2.2.3. Tahapan Perhitungan IPM ……….…… 17

2.2.4. Kategori Peringkat Pembangunan Manusia ……….….. 19

BAB III INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA JAYAPURA ………... 20

3.1. Situasi Indikator – Indikator Utama IPM Kota Jayapura ………..….. 20

3.1.1. Angka Harapan Hidup ………..…… 20

3.1.2. Angka Melek Huruf ……… 24

3.1.3. Rata – Rata Lama Sekolah ……….… 26

3.1.4. Pengeluaran Riil Yang Disesuaikan ………..…… 29

3.2. Indeks Komposit: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Jayapura………...…31

3.3. Reduksi Shortfall ………..… 32

BAB IV ANALISA SOSIAL DEMOGRAFI KOTA JAYAPURA………..34

4.1. Indikator Kependudukan………...…..34

4.1.1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga...………… 34 4.2. Indikator Pendidikan………...……….. 38

4.2.1. Angka Melek Huruf……….………….. 38

4.2.2. Tingkat Pendidikan…..……….. 40

4.3. Indikator Ketenagakerjaan………... 41

4.3.1. Angkatan Kerja……… 41

(9)

4.4 Indikator Konsumsi……….. 44

4.4.1. Pengeluaran Penduduk menurut Jenis Komoditi……… 44

(10)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM ……… 17

(11)

DAFTAR GAMBAR

Data Indeks Pembangunan Manusia di Papua ………....……

Model Penggunaan Alat Hubung Input dan Output …..…..….

Pendekatan dari ”Atas ke Bawah ” ……….….….

Pendekatan dari ”Bawah Ke Atas” ..……….………..…..

Pendekatan Kombinasi Top Down dan Bottom up

Pertumbuhan Penduduk Kota Jayapura ...

Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Jayapura Tahun

2009-2013...

Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di

Propinsi Papua Tahun 2013 ...

Pencapaian Angka Harapan Hidup Penduduk Kota Jayapura

Tahun 2013 ...

Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Jayapura Tahun

2009-2013 ...

Angka Melek Huruf Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di

Propinsi Papua Tahun 2013 ...

Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun

2009-2013 ...

Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi

Papua Tahun 2013 ...

Pencapaian Rata-Rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun

(12)

Gambar 3.9

Perkembangan PPP Kota Jayapura Tahun 2009-2013.. ...

Pencapaian PPP Kota Jayapura Tahun 2013 ...

Piramida Penduduk Kota Jayapura Tahun 2013 ...

Penduduk Kota Jayapura Menurut Distrik Tahun 2013 ...

Angka Melek Huruf Penduduk Kota Jayapura Menurut

Kelompok Umur Tahun 2013 ...

Sebaran Penduduk Kota Jayapura Usia 15 Tahun Ke Atas

Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013 ...

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Jayapura Tahun 2013

Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kota Jayapura

Tahun 2013 ...

Sebaran Lapangan Usaha Pada Penduduk yang Bekerja di

Kota Jayapura Tahun 2012 dan 2013 ...

Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Kota Jayapura Tahun

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rancangan pembangunan manusia yang sesungguhnya adalah

menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan

sebagai alat bagi pembangunan. Hal ini berbeda dengan konsep pembangunan

yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, pembangunan

manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang

mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan

masyarakat pada semua tahapan pembangunan. Pembangunan manusia juga

merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan

meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling

pembangunan.

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya dan tujuan utama

dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi

rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang

produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana, namun

seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek yang berorientasi pada

(14)

Paradigma pembangunan manusia mengandung 4 (empat) komponen

utama :

a. Produktifitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan

produktifitasnya dan berpatisipasi penuh dalam mencari penghasilan dan

lapangan kerja. Oleh karena itu pembangunan ekonomi merupakan bagian

dari pembangunan manusia.

b. Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua

hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan. Sehingga

semua orang dapat berpartisipasi dan mendapat keuntungan dari peluang

yang sama.

c. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan

hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

Semua sumber daya harus dapat diperbaharui.

d. Pemberdayaan. Semua orang diharapkan berpartisipasi penuh dalam

pengambilan keputusan dalam proses aktifitasnya.

Penyertaan konsep pembangunan manusia dalam kebijakan-kebijakan

pembangunan sama sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi

pembangunan terdahulu, antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi,

mengurangi kemiskinan dan mencegah perusakan lingkungan. Namun,

perbedaannya adalah bahwa dari sudut pandang pembangunan manusia, semua

tujuan tersebut diatas diletakkan dalam kerangka untuk memperluas

(15)

Agar konsep pembangunan manusia dapat diterjemahkan ke dalam

perumusan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat dapat diukur dan

dipantau dengan mudah. Human Development Report (HDR) global telah

mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan

manusia yaitu berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adapun

komponen-komponen dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi ;

Lamanya Hidup (longevity), Pengetahuan/tingkat pendidikan (knowledge) dan

Standar Hidup (decent living). Untuk memperoleh gambaran tentang

pembangunan manusia di Kota Jayapura, maka disusunlah publikasi “Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia

(ASPM) Kota Jayapura tahun 2014”, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan di Kota Jayapura.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan data dan informasi tentang

kondisi penduduk dan permasalahannya, sebagai dampak dari pembangunan

yang telah dilaksanakan di Kota Jayapura. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi

masukan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan

pemberdayaan sumberdaya manusia di Kota Jayapura, termasuk penentuan

(16)

Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi :

a. Teridentifikasinya kondisi beberapa variabel sektoral dalam pembangunan

manusia, meliputi sektor-sektor: kesehatan, pendidikan dan ekonomi di Kota

Jayapura.

b. Memberikan gambaran permasalahan yang ada di bidang pembangunan

manusia di Kota Jayapura.

c. Diperolehnya gambaran tentang perkembangan ukuran pembangunan

manusia (IPM) dan indikator-indikator sosial lainnya di Kota Jayapura.

d. Terumuskannya implikasi masalah dan kebijakan untuk menangani berbagai

masalah yang merupakan bagian dari perencanaan dan penanganan

pembangunan manusia.

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi :

 Identifikasi kondisi variabel kunci dalam pengukuran besaran IPM yang

meliputi ; lamanya hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar

hidup (decent living).

 Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor kunci yang terkait

dengan IPM, meliputi indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

 Pengukuran besaran angka IPM Kota Jayapura.

(17)

 Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia berdasarkan

besaran angka IPM yang diperoleh dan hasil analisis situasi pembangunan

manusia di Kota Jayapura.

1.3.2. Lingkup Wilayah

Lokasi penelitian mencakup wilayah di Kota Jayapura.

1.4. ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN (TERMINOLOGI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indeks komposit yang disusun dari tiga

indikator: lama hidup, pendidikan dan standar hidup.

Indeks Harapan Hidup, salah satu dari komponen IPM. Nilai ini berkisar

antara 0 – 100.

Indeks Pendidikan, Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek

huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah.

Indeks Daya Beli/Standar Hidup, didasarkan pada paritas daya beli (PPP)

yang disesuaikan dengan rumus atkinson.

Angka Harapan Hidup (eo), perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan

asumsi tidak ada pola mortalitas menurut umur.

Angka Melek Huruf, proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat

(18)

Partisipasi Sekolah, proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai

kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, dan 16-18) yang masih duduk di bangku

sekolah)

Rata-rata Lama Sekolah(RLS), menggambarkan lamanya penddidikan yang

ditempuh, dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan.

Partisipasi Angkatan Kerja, menggambarkan persentase penduduk yang

membutuhkan pekerjaan (aktif secara ekonomis) atau memberi gambaran

seberapa besar keterlibatan penduduk dalam ekonomi produktif.

Kontribusi Sektor perekonomian dalam Penyerapan Tenaga Kerja, adalah

suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui andil setiap sektor dalam

(19)

BAB II

DATA DAN METODOLOGI

Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pengambilan

keputusan, kualitas keputusan sangat tergantung kepada informasi yang

mendasarinya. Oleh karena itu perencana pembangunan harus memberikan

perhatian yang memadai terhadap masalah pengumpulan dan penyajian informasi

untuk keperluan perencanaan. Walaupun demikian perlu diingat bahwa

pengumpulan dan pengolahan data bukan merupakan tujuan akhir melainkan

semata-mata sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik.

2.1. BASIS DATA PEMBANGUNAN MANUSIA

2.1.1. Sumber Data

Perencanaan pembangunan manusia perlu menyadari bahwa yang

berguna bagi perencanaan dan pembuatan kebijakan hanyalah data atau

informasi yang memberikan gambaran keadaan sebenarnya (represent reality).

Oleh karena itu perlu dipahami secara memadai jenis pengumpulan data serta

kualitas data yang dikumpulkan. Perencana pembangunan manusia juga harus

dapat memanfaatkan secara optimal data yang relevan baik yang dikumpulkan

melalui sensus dan survey maupun yang diperoleh dari instansi-instansi terkait

terutama yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, keluarga

(20)

Informasi yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan manusia

dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perencana harus menyadari bahwa

kedua jenis informasi tersebut saling melengkapi atau menunjang sehingga

keduanya diperlukan untuk analisis, monitoring dan evaluasi yang lebih baik.

2.1.2. Data Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang

pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup

(longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

Sehingga untuk penyusunan IPM diperlukan data derajat kesehatan, pendidikan,

dan daya beli masyarakat (gambar 2.1).

Dalam penyusunan publikasi “Indikator Pembangunan Manusia dan

Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kota Jayapura Tahun 2014” digunakan

tiga jenis data diatas diperoleh dari kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional

(21)

Survei tersebut merupakan kegiatan pengumpulan data yang mencakup

berbagai aspek sosial dan ekonomi yang cukup kompleks. Susenas

mengumpulkan berbagai informasi seperti kependudukan, kesehatan, fertilitas,

pengeluaran rumah tangga, dan perumahan serta lingkungan.

2.2. PENDEKATAN IPM SEBAGAI PENUNJANG PEMBANGUNAN MANUSIA

Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status

pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau

Human Development Index (HDI). UNDP sejak tahun 1990 menggunakan IPM

untuk mengukur laporan tahunan perkembangan pembangunan manusia.

2.2.1. Pendekatan Pemanfaatan IPM dalam Pembangunan Manusia

Model sebagaimana pada gambar 2.2 dibawah menggambarkan

mekanisme hubungan antara input-proses-output (IPO), dalam hal ini adalah

kebijakan daerah berupa penetapan komposisi alokasi anggaran daerah per

sektor / program dalam RAPBD. Sedangkan output dalam model ini diwujudkan

dalam tiga parameter IPM.

Dalam model ini, IPM sebagai index komposit, bukanlah berperan

sebagai alat perencanaan (planning tools) tetapi merupakan “outcome” atau hasil

dari suatu proses perencanaan. Sekalipun IPM bukanlah sebagai alat

(22)

meningkatkan hasil pembangunan manusia yang tercermin dengan semakin

tingginya IPM.

Untuk menghubungkan antara faktor input (RAPBD) di satu sisi dan faktor

output (tiga parameter IPM), dalam proses perencanaannya untuk model ini

memerlukan sebuah alat dalam bentuk worksheet (lembar kerja) yang dengan

mudah digunakan melalui pemanfaatan komputer dan perangkat lunaknya dalam

bentuk program aplikasi.

Gambar 2.2

Model Penggunaan Alat Penghubung Input dan Output

Implementasi model diatas dalam perencanaan pembangunan manusia,

(23)

1. Top down approach

Pendekatan ini (lihat gambar 2.3), bertitik tolak dari target peningkatan IPM

yang ditetapkan masing-masing daerah. Berangkat dari target tersebut kemudian

disusunlah rancangan alokasi sektor-sektor APBD dengan menggunakan

alat/instrument perencanaan dalam bentuk „worksheet” yang mudah digunakan

dengan bantuan komputer. Dengan menggunakan worksheet ini rencana

komposisi alokasi setiap sektor pembangunan dalam proses penyusunannya

dapat diubah-ubah hingga angka IPM yang ditargetkan secara perhitungan dapat

dicapai.

Gambar 2.3

Pendekatan dari “Atas ke Bawah” (Top down approach)

2. Bottom up approach

(24)

pendekatan dari bawah (bottom up), berangkat dari target IPM yang ingin dicapai,

tetapi dimulai dengan menetapkan komposisi rencana anggaran

persektor/program sebagaimana yang selama ini dilakukan, kemudian baru

dihitung berapa pengaruhnya terhadap kenaikan IPM.

Gambar 2.4 Pendekatan dari “Bawah ke Atas” (Bottom-up approach)

3. Hybrid approach

Pendekatan ini (gambar 2.5) merupakan kombinasi dari pendekatan pertama

dan kedua, dimana dalam aplikasinya dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi IPM

yang ditargetkan dan sisi komposisi anggaran per sektor daerah yang

dialokasikan. Keseimbangan antara dua sisi tersebut merupakan perencanaan

(25)

Gambar 2.5 Pendekatan Kombinasi Top-down dan Bottom-up

(Hybrid approach)

Dalam proses pengembangan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah,

masih terbuka adanya berbagai masukan penyempurnaan. Upaya pemantapan

model ini akan diteruskan melalui tahapan-tahapan rencana pengembangan, yang

di pusat dilaksanakan Ditjen Bangda bekerjasama dengan BPS dan UNDP,

sedangkan di daerah dikoordinasikan oleh BP3D.

2.2.2. Konsep Perhitungan IPM

(26)

suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang

dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan

(knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

1. Usia Hidup

Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat

mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator

yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan

mempertimbangkan ketersediaan data secara global UNDP memilih indikator

angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan

dengan eo. Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) tidak digunakan

untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara

industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan

keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di

Indonesia eo dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan

dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata

anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan eo yang diperoleh dengan

metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.

2. Pengetahuan

Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur

mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data,

(27)

lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak tahun

1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar,

menengah dan tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua diakui kurang

sesuai sebagai indikator dampak. Penggantian dilakukan semata-mata karena

sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah secara global, suatu kesulitan

yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan tersedianya data

Susenas Kor atau data Instansional . Indikator angka melek huruf dapat diolah

dari variabel kemampuan membaca dan menulis yang kemudian

membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus. Seperti halnya angka melek

huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan pengolahan tabulasi data.

Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan,

yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi

yang ditamatkan.

3. Standar Hidup Layak

Selain usia hidup dan pengetahuan, unsur dasar pembangunan manusia yang

diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang

dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan

ketersediaan data secara internasional, UNDP memilih GDP per kapita riil yang

telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak.

Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB perkapita tidak dapat

(28)

penggantinya digunakan konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan untuk

keperluan yang sama. Untuk menghitung konsumsi perkapita riil yang disesuaikan

pertama dihitung terlebih dahulu daya beli untuk tiap unit barang atau Purchasing

Power arity (PPP/unit).

Perhitungan PPP/unit dilakukan sesuai rumus:

Dimana

E(I,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-I

P(9,j) : Harga komoditi j

Q(I,j) : Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kota/kabupaten ke-I

Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana :

D = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit

Z = Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai

(29)

2.2.3. Tahapan Perhitungan IPM

Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing

komponen IPM (Indeks Harapan Hidup = X1, Pengetahuan= X2 dan Standar

Hidup Layak = X3)

Dimana :

Xi : Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i= 1,2,3

Xmin : Nilai minimum Xi

Xmaks : Nilai Maksimum Xi

Tabel 2.1

Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM

INDIKATOR NILAI NILAI CATATAN

MAKSIMUM MINIMUM

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP)

Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP)

Rata-rata Lama Sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP)

Konsumsi per kapita

732720 300.000 (1996) UNDP menggunakan GDP per

Yang disesuaikan 360.000 (1999) kapita riil yang disesuaikan

Sumber: Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan

(30)

Tahapan kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari

masing-masing indeks Xi dengan rumus:

dimana :

X(1) : Indeks Angka Harapan Hidup

X(2) : 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata Lama Sekolah)

X(3) : Indeks Konsumsi perkapita yang disesuaikan

Tahap ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk

mengukur kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu

tertentu.

Dimana:

IPMt : IPM pada tahun t

IPM t+n : IPM pada tahun t+n

IPM ideal : 100

Indeks Pembangunan Manusia = 1/3 ∑ Xi

= 1/3 ((X(1) + X(2) + X(3))

(31)

2.2.4. Kategori Peringkat Pembangunan Manusia

Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia

pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut :

 Tinggi : IPM lebih dari 80,0

 Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9

 Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9

(32)

BAB III

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA

3.1 SITUASI INDIKATOR-INDIKATOR UTAMA IPM KOTA JAYAPURA

3.1.1 Angka Harapan Hidup (e0)

Salah satu komponen dalam penyusunan angka IPM adalah Angka

Harapan Hidup. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup, memberikan indikasi

semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah.

68,34

68,46

68,61

68,77 68,77

2009 2010 2011 2012 2013

(33)

Angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura pada tahun 2013 adalah

sebesar 68,77 tahun. Artinya, secara rata-rata penduduk Kota Jayapura

diharapkan dapat hidup hingga usia 68 tahun 9 bulan. Diagram garis pada gambar

3.1 menunjukkan adanya peningkatan angka harapan hidup penduduk Kota

Jayapura dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Sedangkan pada tahun

2013, angka harapan hidup Kota Jayapura tidak mengalami perubahan jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 2012. Adanya Peningkatan angka

harapan hidup lima tahun terakhir menggambarkan bahwa kualitas fisik penduduk

Kota Jayapura dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Angka harapan hidup erat kaitannya dengan keberhasilan pembangunan

di bidang kesehatan sehingga peningkatan angka harapan hidup merupakan

indikasi yang positif bahwa pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura

dari tahun ke tahun memberikan dampak yang positif bagi penduduk Kota

Jayapura.

Untuk lebih memacu upaya pemerintah Kota Jayapura dalam

meningkatkan angka harapan hidup penduduknya, perlu diamati kedudukan Kota

Jayapura dibanding dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Papua dalam hal

pencapaian angka harapan hidup. Pada gambar 3.2 terlihat bahwa angka harapan

hidup penduduk Kabupaten Mimika sebesar 70,88 tahun lebih besar 2,11 tahun

dari angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura. Hal ini menunjukkan bahwa

pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura tidak lebih baik daripada

(34)

Berdasarkan hal tersebut, terindikasi bahwa pemerintah Kota Jayapura

perlu mengadakan kajian bersama atau studi banding ke Kabupaten/Kota lainnya

yang telah berhasil mencapai angka harapan hidup yang lebih tinggi di banding

Kota Jayapura. Upaya tersebut bertujuan agar penduduk Kota Jayapura dapat

lebih mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat.

60,00

Gambar 3.2 Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua 2013

Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka harapan hidup

penduduk Kota Jayapura terhadap standar global menurut UNDP, dapat dilihat

pada gambar 3.3. UNDP mematok Standar global untuk angka harapan hidup

penduduk adalah 85 tahun. Artinya, UNDP memasang target kualitas fisik

(35)

angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura tahun 2013 sebesar 68,77 berarti

nilai indeks pencapaian terhadap standar global adalah sebesar 72,95 persen.

Jika dilihat perkembangan indeks pencapaian angka harapan hidup

terhadap standar global dari tahun 2009 hingga tahun 2013, rata-rata mengalami

peningkatan sebesar 0,18 persen per tahun. Hal ini berarti terjadi peningkatan

kinerja yang positif bagi pemerintah daerah khususnya di bidang kesehatan.

Sehingga, untuk dapat lebih cepat mencapai sumber daya manusia yang

berkualitas dari segi kesehatan dirasa perlu adanya pemerataan pembangunan

manusia di bidang kesehatan. Misalnya, dengan meningkatan kualitas/kuantitas

fasilitas kesehatan di daerah-daerah yang fasilitas kesehatannya masih kurang

memadai seperti di Distrik Muara Tami dan kampung-kampung yang jarak

jangkauan terhadap fasilitas kesehatannya masih terbilang jauh.

Min Gambar 3.3 Pencapaian Angka Harapan Hidup Penduduk Kota

(36)

2009

Gambar 3.4 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Jayapura Tahun 2009 - 2013

Namun, jika dibandingkan dengan indikator lain, pencapaian angka harapan hidup

terhadap standar global UNDP dari tahun ke tahun merupakan pencapaian yang

paling lambat.

3.1.2 Angka Melek Huruf

Unsur utama IPM lainnya adalah indikator pendidikan yang terdiri dari

angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf dalam unsur

IPM menunjukkan kemampuan membaca dan menulis penduduk usia 15 tahun

keatas. Kemampuan ini dikaji karena kemampuan membaca dan menulis

dipandang sebagai kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap

individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi dalam

(37)

hingga tahun 2013, dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,15 persen per tahun.

Angka melek huruf di Kota Jayapura menduduki posisi pertama diantara

Kabupaten lainnya di Provinsi Papua. Dalam hal ini pemerintah Kota Jayapura

cukup menjaga kesinambungan keberhasilan program pengentasan buta aksara

dengan memberikan prioritas dan pemantauan secara terus menerus sehingga

0,00

(38)

penduduk Kota Jayapura bebas buta huruf terutama untuk usia penduduk 15-44

tahun.

3.1.3 Rata-Rata Lama Sekolah

Unsur kedua indikator pendidikan dalam penghitungan IPM adalah

rata-rata lama sekolah. Unsur ini digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan

pendidikan penduduk suatu daerah.

Gambar 3.6 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun 2009 - 2013

Pada tahun 2013 angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura sebesar

11,07 tahun. Angka rata lama sekolah sebesar 11,07 diartikan bahwa

(39)

SMU/Sederajat. Angka ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah Kota

Jayapura telah berhasil menuntaskan program wajib belajar 9 Tahun.

Sama kondisinya dengan capaian angka melek huruf, angka rata-rata

lama sekolah di Kota Jayapura menduduki peringkat pertama diantara

Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Papua. Berdasarkan informasi pada gambar

3.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya terdapat 4 Kabupaten/Kota yang telah

berhasil dalam program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Kabupaten/Kota yang

dimaksud antara lain Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Biak

Numfor.

(40)

Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka rata-rata lama sekolah

terhadap standar global yang telah ditetapkan oleh UNDP dapat dilihat pada

gambar 3.8

Standar global yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama sekolah

adalah 15 tahun atau setara dengan tingkat diploma 3 pada jenjang perguruan

tinggi. Pada tahun 2013, pencapaian angka rata-rata lama sekolah Kota Jayapura

terhadap standar global UNDP adalah sebesar 73,8 persen atau naik 0,1 persen

dibanding tahun 2012. Selama 5 tahun terakhir, rata-rata peningkatan indeks

pencapaian rata-rata lama sekolah sebesar 0,28 persen per tahun. Tingginya

indikator pendidikan di Kota Jayapura dapat dipertahankan jika pemerintah tetap

serius dalam menangani program pembangunan di sektor pendidikan, dan

(41)

3.1.4 Pengeluaran Riil Yang disesuaikan

Unsur ketiga dalam IPM adalah indikator standar hidup layak yang

diwakili oleh Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli masyarakat.

Pada tahun 2013 daya beli penduduk Kota Jayapura untuk dapat memenuhi

standar hidup yang layak adalah sebesar Rp 650.990,- . Kemampuan daya beli

masyarakat Kota Jayapura mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai

perkembangan PPP 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 3.9.

Untuk memahami unsur daya beli ini sebagai indikator standar hidup

(42)

sebesar 67,25 persen. Hal ini berarti dari segi kemampuan daya beli, secara

rata-rata penduduk Kota Jayapura hanya mampu untuk mencukupi 67,25 persen

kebutuhan hidup layak. Ilustrasi pencapaian kemampuan daya beli masyarakat

Kota Jayapura terhadap standard hidup layak menurut UNDP dapat dilihat pada

gambar 3.10.

Belum maksimalnya kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya merupakan hal yang perlu direnungkan faktor-faktor penyebabnya yaitu

apakah dari segi jumlah persediaan barang/jasa yang lebih kecil dari jumlah yang

dibutuhkan oleh para pengguna barang/jasa tersebut, dari segi rendahnya tingkat

(43)

segi lambatnya peningkatan pendapatan penduduk, atau faktor lainnya. Sehingga,

pemerintah perlu lebih memfokuskan terhadap program-program pembangunan

khususnya program pembangunan yang mendukung peningkatan pembangunan

ekonomi baik dari segi laju pertumbuhannya maupun pemerataan hasilnya

khususnya di sektor usaha yang memberdayakan masyarakat.

3.2 INDEKS KOMPOSIT : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA JAYAPURA

Setelah dihitung indeks dari ketiga unsur utama pembentuk IPM dan

digabungkan dengan rumus tertentu akan diperoleh angka IPM. Perkembangan

angka IPM, memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja

pembangunan manusia pada suatu daerah.

Dari agregat ketiga indikator tunggal penyusun IPM Kota Jayapura yang

telah dibahas sebelumnya diperoleh angka IPM Kota Jayapura pada tahun 2013

sebesar 77,12. IPM tahun 2013 terdiri dari indeks kesehatan (e0) yaitu sebesar

72,95; indeks pendidikan (gabungan angka melek huruf dan rata-rata pendidikan)

sebesar 91,17 dan indeks decent living(PPP) sebesar 67,25. Dari ketiga indeks

yang menyusun IPM terlihat bahwa indeks pendidikan adalah indeks yang paling

menonjol, hal ini berarti untuk menaikkan angka IPM Kota Jayapura, pemerintah

Kota Jayapura sebaiknya lebih memprioritaskan terhadap program kesehatan dan

program di bidang ekonomi.

(44)

menunjukkan keberhasilan pemerintah Kota Jayapura dalam perencanaan

pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut tabel perkembangan IPM di

Kota Jayapura dari tahun 2011-2013

Tabel 3.1 Perkembangan IPM Kota Jayapura Tahun 2010-2012

Komponen IPM 2011 2012 2013

(1) (3) (4) (5)

1. Angka Harapan Hidup (Tahun)

2. Melek Huruf (%)

3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

4. Pengeluaran Riil yang Disesuaikan

68,61

Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa(PBB) berkategori kinerja pembangunan manusia Menengah Atas yaitu

capaian IPM di antara 66 – 79.9.

3.3 REDUKSI SHORTFALL

Reduksi shortfall digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan

IPM dalam suatu kurun waktu. Reduksi shortfall per tahun (annual reduction in

shortfall) menunjukkan perbandingan antara pencapaian yang telah ditempuh

(45)

Selama periode 2012-2013, reduksi shortfall menunjukkan angka 2,08.

Hal ini berarti bahwa pembangunan manusia pada tahun 2013 telah

memperpendek jarak tempuh IPM tahun lalu menuju IPM Ideal sebanyak 2,08

(46)

BAB IV

ANALISA SOSIAL DEMOGRAFI KOTA JAYAPURA

4.1 Indikator Kependudukan

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang

sangat dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan

tetapi juga menjadi sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan

penduduk harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas

serta pengarahan mobilitasnya mempunyai ciri dan karakteristik yang menunjang

tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan

penduduk.

4.1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga

Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2013 berdasarkan hasil proyeksi

BPS Kota Jayapura sebanyak 272.544 jiwa, yang terdiri dari 143.848 laki-laki dan

128.696 perempuan dengan total jumlah rumah tangga sebanyak 64.209 rumah

tangga. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa sebaran penduduk paling banyak

terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 65.231 jiwa. Kelompok usia

20-29 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja dan sekolah,

sehingga wajar sebagai ibukota propinsi, Kota Jayapura memiliki daya tarik bagi

kelompok usia ini untuk mencari pekerjaan dan melanjutkan sekolah di jenjang

perguruan tinggi. Selain itu, dapat dianalisa pula angka ketergantungan

(47)

rata-rata untuk setiap 100 penduduk usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan

lebih dari 65 tahun) terdapat 45 penduduk usia produktif ( 15-64 tahun). Atau

dengan kata lain, rata-rata 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2 orang

penduduk usia tidak produktif. Angka ini dapat memberikan informasi potensi

penduduk secara kuantitatif bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

20.000 15.000 10.000 5.000 0 5.000 10.000 15.000 20.000

0-4

Gambar 4.1 Piramida Penduduk Kota Jayapura Tahun 2013

Gambaran distribusi penduduk pada setiap distrik di Kota Jayapura dapat

dilihat pada gambar 4.2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Distrik Abepura

(77.570 jiwa) kemudian diikuti Distrik Jayapura Selatan (71.178 jiwa). Sedangkan

(48)

4,35%

28,46%

15,71% 26,12%

25,35%

Gambar 4.2 Penduduk Kota Jayapura Menurut Distrik Tahun 2013

MUARA TAMI ABEPURA HERAM JAYAPURA SELATAN JAYAPURA UTARA

4.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang

terjadi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dinyatakan dengan

persentase. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata besarnya

perubahan jumla penduduk yang terjadi setiap tahunnya yang dinyatakan dengan

persentase.

Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk digunakan rumus sebagai

(49)

Jumlah Penduduk Laki-laki

X 100

Dimana:

Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke-n

Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar

n : Jumlah tahun antara tahun dasar dan tahun ke-n

r : Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun

Laju pertumbuhan penduduk per tahun adalah 1,58 persen dibandingkan

dengan tahun 2012 . Artinya, dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2012,

penduduk Kota Jayapura bertambah sebanyak 1,58 persen.

4.1.3 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah suatu angka yang menunjukkan

perbandingan jenis kelamin. Rasio ini merupakan perbandingan antara banyaknya

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di suatu daerah dalam waktu

tertentu.

Rumus yang digunakan adalah :

Sex Ratio =

Jumlah Penduduk Perempuan

Rasio jenis kelamin Kota Jayapura tahun 2013 yaitu 111,77 yang artinya

(50)

Banyaknya Penduduk

4.1.4 Rata-rata Anggota Rumah Tangga

Rata-rata anggota rumah tangga merupakan suatu indikator untuk

menunjukkan rata-rata muatan suatu rumah tangga. Angka ini dapat digunakan

sebagai acuan apakah keluarga di suatu daerah masih merupakan keluarga besar

atau sudah merupakan keluarga kecil. Angka rata-rata anggota rumah tangga ini

diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk dengan banyaknya rumah

tangga.

Rumus yang digunakan adalah:

Rata-rata ART =

Banyaknya Rumah Tangga

Jumlah rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2013 sebanyak 64.209 rumah

tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 4,24 jiwa. Artinya,

secara rata-rata terdapat 4 sampai dengan 5 anggota rumah tangga pada setiap

rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2013.

4.2. INDIKATORPENDIDIKAN

4.2.1 Angka Melek Huruf

Salah satu keberhasilan pendidikan adalah bertambahnya angka melek

huruf. Angka melek huruf merupakan bagian dari indikator kemampuan penduduk

untuk berkomunikasi secara tertulis. Kemampuan baca tulis merupakan

(51)

Bahasan pada sub bab ini merupakan materi yang memperkuat analisis indikator

angka melek huruf. Dihubungkan pula dengan tujuan MDG‟s, maka dalam sub bab ini akan membahas angka melek huruf pada penduduk berusia sepuluh 10-44

tahun.

Terkait dengan pencapaian pendidikan, angka melek huruf khususnya untuk

penduduk berusia 15-24 tahun merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya

program pendidikan. Pemerintah mematok angka pencapaian sebesar 95 persen

untuk angka melek huruf. Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa Angka melek

huruf sudah lebih dari 95 persen pada semua kelompok usia. Bahkan, semua

penduduk pada kelompok umur 20-24 tahun telah memiliki kemampuan baca dan

tulis. Namun, pada kelompok umur 15-19 tahun masih terdapat sekitar 0,7 persen

(52)

digabungkan, angka melek huruf penduduk Kota Jayapura pada kelompok umur

15-24 tahun adalah sebesar 99,7 persen.

Dapat disimpulkan bahwa target pemerintah untuk angka melek huruf di

Kota jayapura telah tercapai mengingat target yang dipatok pemerintah adalah 95

persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang pendidikan dirasa

cukup berhasil. Namun, pemerintah daerah juga perlu meningkatkan kualitas

sarana dan prasarana pendidikan dengan harapan dapat tercapainya kualitas

sumber daya manusia yang optimal di Kota Jayapura.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang

akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas,

maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktifitasnya

sebagai tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan produktifitas seseorang dalam

bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Masih berhubungan dengan

hasil rata-rata lama sekolah, indikator yang menunjukkan adanya peningkatan

rata-rata lama sekolah adalah persentase penduduk yang berijazah SMU ke atas.

Persentase pemilikan ijazah tertinggi minimal SMU/sederajat pada tahun 2013

adalah 59,21 persen. Gambaran mengenai distribusi penduduk menurut tingkat

(53)

4.3. INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

4.3.1. Angkatan Kerja

Kajian mengenai ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting

sebab bekerja tidak hanya berarti untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga

untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh

masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam

kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi

ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari

pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan

(54)

langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran pembangunan adalah

terciptanya lapangan kerja baru dan mengurangi jumlah pengangguran.

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 jumlah penduduk yang

sudah aktif dalam perekonomian (angkatan kerja) adalah 65,6 persen dari

penduduk usia kerja. Persentase tersebut merupakan ukuran tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) yang menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di

pasar tenaga kerja Kota Jayapura cukup besar sehingga harus diimbangi dengan

permintaan tenaga kerja yang besar pula agar angka pengangguran dapat lebih

ditekan. Jika dianalisa menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih besar

dibandingkan dengan TPAK perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi

kuantitas, Kota Jayapura memiliki potensi angkatan kerja laki-laki yang cukup

banyak, sehingga diperlukan adanya peningkatan kualitas agar mampu lebih

(55)

4.3.2. Penduduk Bekerja

Bila dibedakan menurut golongan umur, penduduk yang bekerja pada

umumnya berumur 25-54 tahun yang merupakan usia prima (prime age) yaitu

(56)

Persentase pekerja ditinjau menurut lapangan pekerjaan seperti dilihat

pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa distribusi sektor penduduk bekerja di Kota

Jayapura bertumpu pada kesempatan kerja di sektor jasa, perdagangan,

angkutan dengan nilai proporsi lebih dari 60 persen. Pada tahun 2013, penduduk

yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, perorangan sebanyak 26,4

persen. Sementara itu, sebanyak 24,8 persen penduduk bekerja di sektor

pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Mengingat Kota

Jayapura sebagai ibukota Propinsi Papua juga sebagai pusat pemerintahan dan

kegiatan ekonomi, sektor-sektor tersebut memberikan peluang terbesar diantara

sektor-sektor yang ada untuk menyerap tenaga kerja baik laki-laki maupun

perempuan.

4.5. INDIKATOR KONSUMSI

4.5.1 Pengeluaran Penduduk menurut Jenis Komoditi

Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, pengeluaran untuk

konsumsi makanan masih relatif besar (mendekati 50%) dari total pengeluaran

per kapita. Sebaliknya pada negara maju pengeluaran per kapita yang bersifat

sekunder seperti aneka barang dan jasa yang mencakup pengeluaran untuk

perawatan kesehatan, rekreasi, olah raga, pendidikan dan lain-lain, adalah

merupakan bagian terbesar dari pengeluaran per kapita.

Berdasarkan hasil pengolahan data Susenas 2013 pada gambar 4.8,

(57)

bulan adalah sebesar 65,9 persen sedangkan proporsi pengeluaran makanan

adalah sebesar 34,1 persen.

Jika ditilik lebih lanjut pada nilai pengeluaran perkapita per bulan,

rata-rata pengeluaran perkapita perbulan untuk komoditi makanan adalah

Rp432.786,00 dan untuk komoditi nonmakanan adalah Rp315.498,00.Sehingga,

jika ditotal secara rata-rata pengeluaran penduduk Kota Jayapura pada tahun

2013 adalah Rp748.284,00. Hal ini berarti secara rata-rata pengeluaran perkapita

penduduk Kota Jayapura ini masih di atas garis kemiskinan mengingat garis

(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Indeks Pembangunan Manusia

 IPM Kota Jayapura Tahun 2013 sebesar 77,12 atau naik 0,48 point jika dibandingkan capaian IPM tahun 2012

2. Indikator Kependudukan

 Tahun 2013 terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 1,58 persen

dibandingkan tahun 2012.

 Jumlah penduduk Kota Jayapura Tahun 2013 adalah sejumlah 272.544 jiwa, yang terdiri dari 143.848 jiwa penduduk laki-laki dan 128.696 jiwa

penduduk perempuan.

 Jumlah rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2013 adalah 64.209 rumah

tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 4 orang.

 Berdasarkan hasil penghitungan Dependency Ratio, secara rata-rata 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2 orang penduduk usia tidak

produktif.

3. Indikator Pendidikan

Pembangunan pendidikan di Kota Jayapura secara umum dapat dikatakan

berhasil. Hal ini dapat dilihat dari :

 Target angka buta huruf pada penduduk berusia 15-24 tahun ≥ 95 % dapat dicapai. Bahkan semua penduduk pada golongan umur 20-24

(59)

 Tingkat pendidikan penduduk 15 tahun ke atas pada umumnya telah menyelesaikan jenjang pendidikan SMP atau jenjang di atasnya yaitu

sebanyak 80,21 persen. Hal ini sejalan dengan gambaran rata-rata lama

sekolah penduduk Kota Jayapura sebesar 11,07 tahun yang berarti

penduduk Kota Jayapura pada umumnya telah menyelesaikan program

wajib belajar 9 tahun atau jenjang SMP.

4. Indikator Ketenagakerjaan

 Kota Jayapura memiliki potensi angkatan kerja laki-laki lebih banyak dari pada angkatan kerja perempuan.

 Lebih dari 60 persen penduduk yang bekerja di Kota Jayapura bekerja di

sektor Jasa kemasyarakatan, perdagangan, dan angkutan.

5. Indikator Konsumsi

 Komposisi pengeluaran untuk non makanan di Kota Jayapura pada tahun

(60)

Saran yang diberikan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Kota Jayapura adalah :

Pelaksanaan pembangunan sebaiknya dilaksanakan secara menyeluruh dan

terintegrasi untuk meningkatkan capaian pembangunan manusia terutama terkait

dengan peningkatan daya beli penduduk Kota Jayapura.

Adapun saran berdasar temuan permasalahan adalah sebagai berikut:

 Untuk mengatasi persebaran penduduk yang tidak merata, pemerintah Kota

Jayapura sebaiknya memprioritaskan pengembangan wilayah kota di daerah

Muara Tami maupun kelurahan maupun kampung yang berbatasan dengan

distrik tersebut .

 Perlu adanya penambahan infrastruktur kesehatan

 perlu mengoptimalkan program ekstrakulikuler maupun penanaman jiwa

wirausaha sejak dini sehingga mereka siap terjun ke lapangan kerja.

 Memperluas kesempatan kerja dengan mengoptimalkan potensi Kota

Jayapura untuk menarik investor, memberikan kredit lunak, dan

menumbuhkan jiwa berwiraswasta dalam diri masyarakat.

 Mengaktifkan organisasi wanita dan posyandu sebagai sarana peningkatan

kreativitas dan kemampuan ibu dalam menciptakan lapangan usaha serta

dapat meningkatkan kualitas fisik ibu dan anak.

 Penyuluhan akan pentingnya ASI dan meningkatkan kesadaran penduduk

bahwa kehadiran penduduk di rumah sakit, puskesmas, dokter, dll bukan

hanya dalam rangka penyembuhan (kuratif), namun juga dalam usaha

(61)

 Penyuluhan mengenai bahaya melahirkan di usia dini dan penggunaan

kondom selain sebagai alat kontarasepsi juga sebagai pencegah penularan

HIV/AIDS.

Gambar

Gambar   2.2  Model Penggunaan Alat Penghubung Input dan Output
Gambar  2.4 Pendekatan dari “Bawah ke Atas” (Bottom-up approach)
Gambar  2.5 Pendekatan Kombinasi Top-down dan Bottom-up
Gambar 3.1 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Jayapura
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja panel surya berpenjejak didasarkan pengambilan data oleh sensor LDR dan sensor suhu LM35, yang kemudian diolah dengan menggunakan perhitungan logika

Manfaat green marketing pada perusahaan adalah dapat mengembangkan produk dan jasa baru yang berkenaan dengan lingkungan, mengakses ke pasar baru dan meningkatkan laba

perangkat yang saling terhubung dapat melakukan pengiriman data, perangkat lainnya hanya dapat menerima data. • Contoh:

Yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh berdasarkan wawancara atau Tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait dalam hal proses dan aturan pembukaan deposito

masih kurang luas ya, hanya materinya terbatas, karena mengingat memang waktunya terbatas. “Kalau pada prinsipnya mewadahi, tapi itu harus dijalankan seiring berjalannya waktu,

lingkungan-minim. Dipetik pada tanggal 5 April, 2017) Dengan penjelasan tersebut, dapat diartikan bahwa komitmen Pemerintah Kota Surabaya dalam pengendalian pencemaran

I Made Narsa, M.Si., Ak., CSRS., CMA., CA, selaku Dosen Penguji tesis yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan serta masukan yang sangat bermanfaat bagi

Pliometrik Depth Jump dan Ballistic Stretching salah satu metode latihan untuk meningkatkan power tungkai sebagai syarat untuk meningkatkan jauhya lompatan pada