• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Mikrobiologi id. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Mikrobiologi id. pdf"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

OLEH :

KELOMPOK I

Anggi Kusuma Wardani (201220003)

Oktavia Budiarini (201220007)

Yuliana Ernawati (201220012)

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA KARYA

MALANG

(2)

i

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

OLEH :

KELOMPOK I

Anggi Kusuma Wardani (201220003)

Oktavia Budiarini (201220007)

Yuliana Ernawati (201220012)

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA KARYA

MALANG

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan Rahmat dan

Penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi

dengan lancar.

Laporan ini disusun sebagai tugas akhir sebelum Ujian Akhir Semester (UAS)

dilaksanakan dan sebagai bukti bahwa penulis selama ini telah mengikuti praktikum

Mikrobiologi.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan

dalam laporan ini, sehingga demi sempurnanya laporan ini penulis sangat mengharapkan

saran-saran ataupun koreksi dari pembaca.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

(4)

iii

3.3.1 Biakan Mikroorganisme pada Media PDA... 11

3.3.2 Biakan Mikroorganisme pada Media Tauge Cair ... 11

3.4 Hasil Pengamatan ... 11

3.4.1 Biakan Mikroorganisme pada Media PDA... 11

3.4.2 Biakan Mikroorganisme pada Media Tauge Cair ... 12

3.5 Pembahasan ... 13

(5)

iv

BAB V PENYIAPAN PREPARAT MIKROORGANISME HIDUP UNTUK PENGAMATAN MIKROSKOPIS 5.1 Pendahuluan ... 22

5.2 Alat dan Bahan ... 22

5.3 Cara Kerja ... 23

5.3.1 Metode Tetesan Tidak Bergantung ... 23

5.3.2 Metode Tetesan Bergantung ... 23

5.4 Hasil Pengamatan ... 23

6.3.1 Pembuatan Larutan Gram ... 31

6.3.2 Langkah Kerja ... 31

6.4 Hasil Pengamatan ... 32

6.5 Pembahasan ... 33

6.6 Kesimpulan ... 36

(6)

v

DAFTAR PUSTAKA

Aguskrisno. 2011. Anatomi dan Morfologi Bakteri, Jamur, & Virus. http://aguskrisnoblog. wordpress.com/2011/01/14/anatomi-dan-morfologi-bakteri-jamur-virus/.Diakses

tanggal 2 Januari 2014.

Anitamuina. 2013. Isolasi Bakteri. http://anitamuina.wordpress.com/2013/02/13/isolasi-bakteri/. Diakses tanggal 1 Januari 2014.

Anneahira. 2004. Ciri dan Bentuk Bakteri. http://www.anneahira.com/bentuk-bakteri.htm. Diakses tanggal 1 Januari 2014.

Anonymous1. 2013. Organisme anaerobic fakultatif. http://id.wikipedia.org/wiki/Organisme _anaerobik_fakultatif. Diakses tanggal 29 Desember 2013.

Anonymous2. 2013. Acetic acid bacteria. http://en.wikipedia.org/wiki/Acetic_acid_bacteria. Diakses tanggal 29 Desember 2013.

Anonymous3. 2013. Ya kult. http://id.wikipedia.org/wiki/Yakult. Diakses tanggal 29 Desember 2013.

Farmasi. 2013. Laporan Sterilisasi Alat (Mikrobiologi). http://belajarfarmasi.com/laporan-sterilisasi-alat/. Diakses tanggal 26 Desember 2013.

Firebiology07. 2009. Medium dan Ca ra Pembuatan Medium. http://firebiology07.wordpress. com/2009/04/19/medium-dan-cara-pembuatan-medium/. Diakses tanggal 27 Desember 2013.

Irfa. 2011. BAKTERI. http://ir-fa.blogspot.com/2011/11/bakteri.html. Diakses tanggal 2 Januari 2014.

Jegeg, Liea. 2012. Pembuatan Media.

http://liajegeg2.blogspot.com/2012/11/laporan-pembuatan-media.html. Diakses tanggal 27 Desember 2013.

Kjhoell, Acik. 2013. Pembuatan Nata de Coco. http://zunaidibiology.blogspot.com/2013/04/ nata-de-coco.html. Diakses tanggal 29 Desember 2013.

Kusnadi, dkk. _______. Bab 3. Struktur Sel Bakteri. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/ JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_ MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/BAB__3_sruktur_sel_bakteri.pdf. Diakses tanggal 1 Januari 2014.

Lay, B. W. dan Hastowo. 1982. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Press.

(7)

vi

Maulia, Zahrotul. 2013. Manfaat Bakteri Beserta Namanya. http://zahrotulmaulia88.Blogspot. com/2013_05_01_archive.html. Diakses tanggal 1 Januari 2014.

Nirwati, Hera, _______, Pembuatan Preparat dan Pengecatan dalam Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Paraskevi, Yuki. 2012. Makalah2. http://www.scribd.com/doc/93461412/MAKALAH2.

Diakses tanggal 29 Desember 2013.

Riyanah, Rina. 2013. Penanaman Mikroba. http://rinariyanah.blogspot.com/2013/11/

penanambiakan-mikroba.html. Diakses tanggal 1 Januari 2014.

Sari, Essy. N. 2011. Tugas Mikrobiologi Pertanian Tentang Mikrobia (Bakteri). http://echi-evitanovita.blogspot.com/2011/11/tugas-mikrobiologi-pertanian-tentang.html. Diakses tanggal 29 Desember 2013.

Satiman, Muhammad. 2012. Makalah. http://satmajalengka.blogspot.com/2012/09/makalah. html. Diakses tanggal 29 Desember 2013.

Sawittoku. 2013. Media Pertumbuhan Mikroorga nisme. http://sawittoku.blogspot.com/2013/ 03/media-pertumbuhan-mikroorganisme.html. Diakses tanggal 27 Desember 2013.

Singleton, P., dan Sainbury, D. 2001. Dictionary of Microbiology and Molecular Biologi, 3rd Edition. John Wisey & Sons, LTD. New York.

Supriyanto, Joko. 2013. Macam-macam Mikroskop Beserta fungsinya. http://mansaba.sch.id/ web_saba/science-/527-macam-macam-mikroskop-beserta-fungsinya.html#macam-mikroskop. Diakses tanggal 2 Januari 2014.

Syah, Putra. 2011. Fermentasi Susu Oleh Lactobacillus bulgaricus (Fermentation of milk by Lactobacillus bulgaricus). http://www.scribd.com/doc/57025563/FERMENTASI-

SUSU-OLEH-Lactobacillus-bulgaricus-Fermentation-of-milk-by-Lactobacillus-bulgaricus. Diakses tanggal 29 Desember 2013.

Taufik, Hedrayana. 2009. Susu. http://www.x3-prima.com/2009/08/susu.html. Diakses

tanggal 29 Desember 2013.

Yudhabuntara, Doddi. 2010. Pengendalian Mikroorganisme dalam Bahan Makanan Asal

(8)

1 BAB I STERILISASI

1.1 Pendahuluan

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua mikroorganisme yang terdapat

dalam suatu benda untuk piaraan yang kita inginkan. Medium dan alat yang digunakan dalam

inokulasi harus steril terlebih dahulu. Ada beberapa alat sterilisasi yang dikenal, sterilisasi

untuk bahan atau alat yang tahan pada suhu tinggi menggunakan alat autoclave. Bahan yang

tidak tahan suhu tinggi menggunakan sterilisasi dengan uap air panas dan untuk cairan yang

tidak tahan suhu tinggi, misalnya serum menggunakan alat sterilisasi berupa filter. Alat gelas

dan logam yang tahan suhu tinggi disterilisasi dengan oven pengering. Untuk sterilisasi ruang

dengan menggunakan lampu ultra violet.

Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk membunuh semua mikroorganisme yang

merugikan dan menghambat proses perkembangbiakan piaraan murni yang diinginkan.

1. Cuci semua alat yang digunakan sampai bersih lalu dikeringkan dengan oven.

2. Alat dibungkus dengan kertas payung dan ikat dengan tali rafiah.

(9)

2

b. Tabung reaksi dan Erlenmeyer ujungnya disumbat dengan kapas lalu dibungkus

dengan kertas payung.

3. Masukkan kedalam autoclave. Kemudian tutup rapat skrup autoclave, panaskan

sampai air mendidih selama 15 menit ditandai dengan keluarnya uap dari pipa

pengatur uap.

4. Tutup pipa pengatur uap, kemudian naikkan suhu hingga mencapai 121oC dan tekanan

15lb.

5. Konstankan api selama 15 menit.

6. Matikan api, biarkan suhu dan tekanan turun sampai 0. Lalu pipa pengatur uap dibuka,

kemudian buka skrup autoclave.

7. Keluarkan alat-alat dari autoclave dan simpan didalam entkas yang sudah disterilkan

dengan alkohol 70%.

1.4 Hasil Pengamatan

No. Alat Fungsi

1. Petridish Sebagai tempat media atau tempat pertumbuhan

mikroorganisme.

2. Autoclave Tempat untuk sterilisasi alat dengan menggunakan

uap air.

3. Erlenmeyer Sebagai tempat media pada saat disetrilisasi.

4. Pipet ukur Untuk mengambil sampel (bahan cair) dengan

cara dihisap.

5. Tabung reaksi Sebagai tempat media (contohnya: media tauge

cair dan media agar miring).

6. Oven Tempat untuk mengeringkan alat dengan cara

dipanaskan sebelum alat tersebut disterilisasi.

7. Kompor Digunakan untuk memanaskan autoclave.

8. Enkas Tempat untuk menyimpan alat hasil sterilisasi.

1.5 Pembahasan

Sterilisasi merupakan proses untuk membunuh mikroorganisme hidup pada alat yang

(10)

3

akan diperoleh biakan mikroorganisme yang diinginkan. Sterilisasi dibedakan menjadi tiga

cara, yaitu secara fisik, kimia, dan mekanik. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan

cara pemanasan, filtrasi (penyaringan), dan radiasi (penyinaran). Waktu yang dibutuhkan

untuk pemanasan cukup lama hingga diperoleh suhu yang diinginkan. Pemanasan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu panas kering dan panas basah. Panas kering merupakan cara

untuk membunuh mikroorganisme dengan menggunakan udara panas yang bersuhu tinggi,

sedangkan panas basah merupakan cara untuk membunuh mikroorganisme dengan

menggunakan air atau uap air (Farmasi, 2013). Filtrasi dilakukan dengan mengalirkan larutan

melalui alat penyaring dengan pori-pori terkecil sehingga mikroorganisme dapat tertahan.

Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap pemanasan

dengan suhu tinggi (serum, toksin, ekstrak sel, antibiotik, dan asam amino) (Lay, 1982).

Radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar ultraviolet pada panjang gelombang antara 220 – 290 nm. Radiasi yang paling efektif terdapat pada panjang gelombang 253,7 nm sehingga bakteri atau mikroorganisme dapat mati dengan cepat (Lay, 1982). Sterilisasi secara kimia

dapat menggunakan gas (ozon, formaldehyde, ethylene oxide) atau larutan (detergen,

yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3, dan merkuroklorid), sedangkan sterilisasi

dengan cara mekanik, yaitu dengan menggunakan filter (Farmasi, 2013).

Sterilisasi merupakan langkah utama yang dibutuhkan sebelum menumbuhkan

mikroorganisme agar jamur, khamir, dan bakteri lain yang tidak diinginkan ikut tumbuh. Cara

sterilisasi yang sering digunakan adalah dengan menggunakan autoclave. Autoclave

merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan uap air yang terdiri dari bejana antipanas,

barometer, thermometer, dan pipa pengatur uap (klep). Prinsip kerja autoclave ini,

mensterilkan dengan uap panas yang bertekanan tinggi.

Pada praktikum yang telah dilakukan, sterilisasi alat sangat berpengaruh terhadap

pembuatan media dan penumbuhan mikroorganisme pada bahan atau sampel yang sudah

disiapkan. Alat-alat yang disterilkan, antara lain Petridish, Erlenmeyer, Pipet ukur, dan

Tabung reaksi dengan tujuan agar alat-alat tersebut dapat digunakan saat penumbuhan

mikroorganisme. Jika alat tidak steril, maka akan tumbuh jamur atau khamir bersama dengan

mikroorganisme yang ingin dibiakan pada media. Maka dari itu sterilisasi sangat berperan

penting dalam penumbuhan mikroorganisme. Sterilisasi dilakukan hingga mencapai suhu

121oC dengan tekanan 15lb selama 15 menit. Hal ini dilakukan agar mikroorganisme

pathogen yang hidup dibawah suhu ini bisa mati. Setelah sterilisasi selesai, alat-alat yang akan

digunakan dimasukkan kedalam ruang vakum yang disebut dengan entkas agar alat-alat dapat

(11)

4

1.6 Kesimpulan

Sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara fisik, kimia, dan mekanik.

Sterilisasi dengan cara fisik, antara lain dengan pemanasan, filtrasi (penyaringan), dan radiasi

(penyinaran). Sterilisasi dengan cara kimia dapat menggunakan gas atau larutan, sedangkan

cara mekanik dengan menggunakan filter.

Sterilisasi pada umumnya dengan menggunakan alat yang disebut dengan autoclave.

Sterilisasi dengan menggunakan autoclave dilakukan pada suhu 121oC dan tekanan 15 lb

selama 15 menit. Alat-alat yang disterilisasi adalah Petridish, Erlenmeyer, Pipet volume, dan

Tabung reaksi. Setelah alat-alat tersebut selesai disterilkan, masukkan kedalam ruang vakum

(12)

5 BAB II MEDIA

2.1 Pendahuluan

Media adalah bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk

menumbuhkan mikroba. Media juga sebagai dasar makanan mikroba, misalnya media yang

mengandung zat-zat organik, seperti perebusan daging, sayur-sayuran sisa makanan atau

ramuan yang dibuat manusia. Menurut Singleton (2001), media memiliki beberapa fungsi

antara lain:

1) Media basal: media dapat mendukung pertumbuhan berbagai jenis spesies tanpa syarat

nutrisi.

2) Media penghambat: media merupakan medium yang memuat unsur tertentu yang dapat

menghambat pertumbuhan dari jenis mikroorganisme tertentu.

3) Medium pemeliharaan: media dapat digunakan untuk pertumbuhan awal dan

penyimpanan selanjutnya, mempersiapkan kultur organisme yang disimpan pada suhu

ruang maupun suhu dingin.

Media dapat diklasifikasikan berdasarkan susunan kimia, konsistensi, dan fungsinya.

Berikut adalah klasifikasinya (Sawittoku, 2013):

1) Klasifikasi berdasarkan susunan kimia

a. Media Anorganik, yaitu media yang terdiri dari bahan-bahan anorganik.

b. Media Organik, yaitu media yang terdiri dari bahan-bahan organik.

c. Media Sintetik, yaitu media yang komposisi kimianya dapat diketahui secara pasti.

Media ini berisi garam anorganik, seperti asam amino, asam lemak, alkohol,

karbohidrat atau senyawa organik, dan vitamin. Media ini biasanya digunakan untuk

mempelajari kebutuhan nutrisi mikroorganisme.

dingin maka media akan menjadi padat.

c. Media semi padat, yaitu media yang mengandung agar sekitar 0,3 – 0,4% sehingga

setelah dingin akan menjadi sedikit kenyal, tidak padat, dan tidak begitu cair. Media

(13)

6

seluruh media tetapi tidak mengalami pencampuran sempurna jika digoyang,

misalnya pada media Nitrate Broth pada saat kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri yang tumbuh diharuskan tumbuh

merata pada seluruh permukaan media.

3) Klasifikasi berdasarkan fungsi

a. Media diperkaya (enrichment), yaitu media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroorganisme dan ditambah dengan komponen kompleks,

seperti serum, darah, dan kuning telur. Mikroorganisme yang tumbuh dalam media

ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi

membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Serum Agar, dan Bile Agar.

b. Media selektif (penghambat), yaitu media yang ditambahkan suatu zat tertentu

untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme lain dan merangsang pertumbuhan

mikroorganisme yang diinginkan. Contohnya, Salt broth yang ditambahkan NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.

c. Media diferensial, yaitu media yang bertujuan untuk mengidentifikasi

mikroorganisme dari campurannya berdasarkan karakter spesifik yang ditunjukkan

pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni, dan perubahan warna media di sekeliling koloni.

d. Media penguji, yaitu media yang disusun oleh asam amino tertentu yang digunakan

untuk menguji vitamin, asam amino, dan antibiotik kemudian dilakukan perhitungan

jumlah mikroorganisme. .

e. Media khusus, yaitu media yang digunakan untuk menentukan tipe pertumbuhan

dan kemampuan mikroorganisme untuk mengadakan perubahan kimia tertentu.

Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk membuat media agar dalam cawan petri dan

media cair untuk perkembangbiakan mikroorganisme.

(14)

7

1. ¼ kg kentang dicuci dan dipotong seukuran dadu.

2. Didihkan 1 liter air kemudian masukkan potongan kentang tersebut.

3. Setelah mendidih, saring kentang hingga hanya air yang tersisa.

4. Masukkan dektrose dan agar-agar batang aduk hingga homogen, kemudian tunggu

sampai larutan mengental.

5. Setelah terbentuk gel, masukkan PDA buatan tersebut kedalam Erlenmeyer.

6. Tutup Erlenmeyer dengan kapas dan bungkus dengan kertas payung.

7. Sterilisasi dengan suhu 121oC dan tekanan 15lb selama 15 menit.

2.3.2 Media Tauge Cair

1. Media Tauge 100 g dan sukrosa 60 g.

2. Didihkan 1 liter air kemudian masukkan tauge yang telah dicuci.

3. Jaga volume air tetap 1 liter.

4. Saring tauge dan masukkan sukrosa aduk hingga homogen.

5. Dinginkan, kemudian masukkan cairan tauge kedalam Erlenmeyer, tutup dengan

kapas dan bungkus dengan kertas payung.

6. Sterilisasi dengan suhu 121oC dan tekanan 15lb selama 15 menit.

2.3.3 Media PDA Jadi

1. Timbang 7 sampai 7,5 g media PDA.

2. Encerkan kedalam beaker glass 200 ml aquadest.

3. Panaskan sambil diaduk hingga hancur.

(15)

8

6. Fungsi Menumbuhkan

yeast dan kapang.

Dalam mengembangbiakan mikroorganisme, perlu adanya substrat yang disebut dengan

media. Media yang akan digunakan harus dalam keadaan steril agar tidak ditumbuhi bakteri

yang tidak diinginkan.

Pada praktikum yang telah dilakukan, media yang digunakan ada dua, yaitu PDA

(Potato Dextrose Agar) dan Tauge cair. Dimana PDA yang digunakan adalah PDA buatan dan PDA yang sudah jadi. Setelah kedua media PDA itu dibuat, ternyata hanya ada satu

perbedaan pada kontaminasinya. Pada media PDA jadi media tidak mengalami kontaminasi,

tetapi pada media PDA buatan mengalami kontaminasi. Hal ini disebabkan oleh faktor

sterilisasi, pada PDA jadi tentunya lebih steril dibandingkan dengan PDA yang dibuat sendiri

atau disebabkan oleh proses sterilisasi pada PDA buatan yang tidak sempurna sehingga

memungkinkan adanya kontaminasi. Berbeda dengan PDA yang merupakan medium padat,

media tauge cair termasuk dalam medium cair yang tidak mengandung bahan pemadat

sehingga tetap berbentuk cairan. Media tauge cair memiliki perbedaan warna, tingkat

kekeruhan, dan kontaminasi dengan media PDA. Media PDA memiliki warna yang lebih

pekat dan cairan jernih dibandingkan dengan media tauge cair. Media tauge cair juga dapat

mengalami kontaminasi karena proses sterilisasi yang kurang sempurna pula.

Setiap medium memiliki fungsi yang berbeda. Media PDA berfungsi untuk

menumbuhkan yeast dan kapang. Media PDA memiliki komposisi bahan dengan fungsinya

masing-masing, antara lain kentang sebagai sumber karbohidrat, vitamin, dan energi; dextrose

(16)

9

untuk melarutkan ketiga bahan tersebut (Sawittoku, 2013). Sedangkan media tauge cair

berfungsi untuk menumbuhkan bakteri dan jamur. Fungsi dari bahan-bahan untuk membuat

media ini, antara lain tauge sebagai sumber vitamin, nitrogen organik, dan senyawa karbon;

sukrosa sebagai sumber gula dan energi, serta aquadest yang digunakan untuk melarutkan

kedua bahan tersebut (Firebiology07, 2009).

Bakteri tidak akan tumbuh di media yang tidak mengandung nutrisi. Pemilihan media

yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan suatu mikroorganisme.

Kesesuaian suhu, pH, kebutuhan nutrisi merupakan beberapa syarat perkembangbiakan

mikroorganisme agar berjalan dengan baik. Sebelum mengembangbiakan mikroorganisme,

perlu juga mengetahui sifat dasar dari jenis mikroorganisme sendiri, sehingga dapat

menentukan nutrisi apa yang diperlukan oleh mikroorganisme tersebut. Adapun syarat media

yang baik menurut Jegeg (2012), yaitu:

a. Mengandung nutrisi (bahan makanan) yang sesuai bagi mikroorganisme.

b. Mengandung oksigen yang dibutuhkan.

c. Memiliki kelembaban tertentu.

d. pH dan suhu media harus sesuai dengan jenis mikroorganisme yang dikembangkan.

e. Media yang digunakan harus steril dan tidak sedang terkontaminasi.

2.6 Kesimpulan

Media PDA dan media tauge cair memiliki ciri-ciri yang berbeda, baik dari warna, sifat

larutan, dan kontaminasi. Media PDA berfungsi untuk menumbuhkan yeast dan kapang,

sedangkan media tauge cair berfungsi untuk menumbuhkan bakteri dan jamur.

Sebelum membuat media, perlu mengetahui sifat dari mikroorganisme yang akan

dibiakan. Syarat media yang baik bagi mikroorganisme adalah mengandung nutrisi (bahan

makanan) yang sesuai bagi mikroorganisme, mengandung oksigen yang dibutuhkan, memiliki

kelembaban tertentu, pH dan suhu media harus sesuai dengan jenis mikroorganisme yang

(17)

10 BAB III

PENANGKAPAN MIKROORGANISME

3.1 Pendahuluan

Penangkapan mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroorganisme

dari suatu daerah tertentu pada suatu medium pertumbuhan untuk tujuan isolasi.

Penangkapan mikroorganisme umumnya dilakukan dengan cawan petri berisi medium

yang menyediakan nutrisi yang diperlukan mikroorganisme. Macam-macam mikroorganisme

yang dapat tumbuh dapat berupa jamur, khamir, dan bakteri.

Menurut Dwidjoseputro (1986), sifat-sifat koloni yang perlu diperhatikan saat tumbuh

dipermukaan medium yaitu:

Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk mengamati bentuk, warna, permukaan koloni

mikroorganisme, jenis mikroorganisme, dan mikroorganisme yang dominan pada

(18)

11

3.3.1 Biakan Mikroorganisme pada Media PDA

1. Ambil 1 ml susu dan encerkan dengan 9 ml aquadest. Ambil setetes suspensi dan

teteskan pada petridish yang berisi media.

2. Teteskan secara merata pada permukaan media. Kemudian bungkus petridish dengan

kertas payung.

3. Inkubasi selama 36 jam. Ulangi dengan perlakuan yang sama pada air dan sirup.

4. Kemudian amati jenis mikroorganisme yang dominan pada masing-masing media,

bentuk, permukaan, tepi, dan warna mikroorganisme.

3.3.2 Biakan Mikroorganisme pada Media Tauge Cair

1. Ambil 1 ml susu dan encerkan dengan 9 ml aquadest. Ambil setetes suspensi dan

teteskan pada tabung reaksi yang berisi media.

2. Teteskan secara merata pada permukaan media. Kemudian sumbat tabung reaksi

dengan kapas dan bungkus dengan kertas payung.

3. Inkubasi selama 36 jam. Ulangi dengan perlakuan yang sama pada air dan sirup.

4. Kemudian amati jenis mikroorganisme yang dominan pada masing-masing media,

bentuk, permukaan, tepi, dan warna mikroorganisme.

3.4 Hasil Pengamatan

3.4.1 Biakan Mikroorganisme pada Media PDA

Bahan Jenis Mikroorganisme Bentuk Warna

Samping Atas

Susu:

Indomilk

Lactobacillus bulgaricus

(19)

12

3.4.2 Biakan Mikroorganisme pada Media Tauge Cair

Bahan Pola Pertumbuhan Bentuk Warna

(20)

13

3.5 Pembahasan

Mikroorganisme (bakteri) adalah makhluk hidup yang berukuran kecil (mikroskopis)

yang memiliki bentuk kehidupan serta karakteristik yang khas yang dapat dibedakan dari

organisme lain. Mikroorganisme memiliki struktur sel yang sederhana tanpa nukleus (inti sel)

dan umumnya berukuran 0,5 – 5 μm (anneahira, 2004). Bakteri ini dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu bakteri yang menguntungkan dan bakteri yang merugikan. Contoh bakteri yang

menguntungkan adalah lactobacillus bulgaricus yang dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi yogurt, sedangkan bakteri yang merugikan, seperti Salmonella typhi yang dapat menyebabkan penyakit demam.

Mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik jika media yang akan digunakan

untuk pengembangbiakan tidak sesuai. Media harus berisi nutrisi yang dapat menunjang

mikroorganisme untuk tumbuh. Media dan alat yang akan digunakan untuk

pengembangbiakan pun harus steril dan bebas dari kontaminasi. Pada praktikum ini, yang

akan diidentifikasi adalah jenis mikroorganisme yang terdapat dalam susu, sirup, air, dan air

perasan ayam dengan menggunakan media PDA pada cawan petri, sedangkan pada media

tauge cair hanya menggunakan tiga bahan, yaitu susu, sirup, dan air. Setiap bahan yang

digunakan diambil dari sampel yang berbeda. Pada susu diambil tiga sampel, yaitu dari susu

indomilk, susu bendera, dan susu enak, pada sirup diambil dari pulpy orange dan sirup

marjan, pada air diambil sampel dari PDAM, air minum Club, dan Cheers, sedangkan pada air

perasan ayam diambil sampel ayam dari Pasar Besar, Pasar Mergan, dan Pasar Ijen.

Agar mendapatkan biakan murni dari masing-masing bahan, Ada beberapa cara yang

dapat dilakukan pada media, antara lain (Anitamuina, 2013):

a) Cara Sebar (The Spread Plate Method)

Cara ini dilakukan dengan cara menyebarkan suspensi bakteri di permukaan media,

supaya diperoleh kultur murni.

b) Cara Tuang (The Pour Plate Method)

Cara ini membutuhkan media yang belum padat, kemudian dituang bersama dengan

suspensi bakteri kedalam cawan petri dan dihomogenkan lalu dibiarkan hingga

memadat.

Setelah menggunakan salah satu dari kedua cara tersebut, media yang sudah diberi suspensi

bakteri diinkubasi selama 36 jam untuk memperoleh biakan campuran yang terkandung dalam

bahan. Pada praktikum yang dilakukan digunakan cara sebar untuk memperoleh biakan pada

(21)

14

Koloni bakteri yang tumbuh akan membentuk karakteristik yang berbeda-beda sesuai

dengan morfologi setiap bakteri tersebut. Koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri akan

menunjukkan ciri-ciri yang ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 1. Morfologi Koloni Bakteri

Sumber: http://inst.bact.wisc.edu/inst/index.php?module= book&func= displayarticle&art_id= 119

a. Ukuran : bentuk titik, kecil, moderat atau sedang, dan besar.

b. Pigmentasi (Warna koloni) : putih, kuning, merah, ungu, dan lain-lain.

c. Form (Bentuk koloni) :

1) Punctiform : Titik-titik, bertepi

2) Sirkuler : Bulat, bertepi

3) Filamen : Bentuk seperti benang

4) Ireguler : Tidak beraturan, bertepi

5) Rhizoid : Bentuk seperti akar, pertumbuhan menyebar

6) Spindle : Bentuk seperti serabut.

d. Elevasi (Ketinggian pertumbuhan koloni bakteri):

1) Flat : Ketinggian tidak terukur, nyaris rata dengan medium (datar)

2) Raised : Ketinggian terlihat, namun rata pada seluruh permukaan (timbul)

3) Convex : Bentuk cembung

4) Pulvinate : Bentuk cembung, seperti tetesan air

5) Umbonate : Bentuk cembung, dibagian tengah lebih menonjol (seperti tombol).

e. Margin (Bentuk tepian luar):

1) Entire : Tepian rata

2) Lobate : Tepian berlekuk

(22)

15

4) Serrate : Tepian bergerigi

5) Filamentous : Tepian seperti benang-benang

6) Curled : Tepian tak beraturan (Riyanah, 2013).

Sedangkan koloni bakteri yang tumbuh dalam media cair akan menunjukkan pola

pertumbuhan seperti berikut:

Gambar 2. Pola Pertumbuhan Berdasarkan Kebutuhan O2

Sumber: http://wikisains.blogspot.com/2011/01/morfologi-mikroba.html

Mikroorganisme anaerob fakultatif adalah mikroorganisme yang dapat menghasilkan ATP

jika terdapat oksigen tetapi juga mampu melakukan fermentasi (Anonymous1, 2013). Artinya,

mikroorganisme yang memiliki pola pertumbuhan ini dapat tumbuh dengan menggunakan

dan tanpa menggunakan oksigen. Mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme yang

memerlukan oksigen, sedangkan anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan

oksigen untuk hidup. Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang dapat

hidup dengan sedikit oksigen, tetapi akan mati jika kelebihan oksigen.

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan biakan dalam dengan ciri-ciri: bentuk,

pola pertumbuhan dan warna yang berbeda-beda pada setiap sampel. Dalam tiga sampel dari

produk yang berbeda didapatkan bentuk dan warna yang berbeda meskipun berasal dari

sampel yang sama, seperti pada biakan dalam susu indomilk, bila dilihat dari samping

berbentuk datar, bila dilihat dari atas berbentuk titik-titik dan berwarna kecoklatan. Bentuk

mikroorganisme dari susu indomilk sama dengan susu enak dan berbeda dengan susu bendera

yang berbentuk cembung bila dilihat dari samping, berbentuk bulat bila dilihat dari atas, dan

(23)

16

berbentuk titik-titik bila dilihat dari atas, dan berwarna putih, sedangkan pada pulpy orange

terlihat bentuk yang berbeda dan pada kedua sampel sirup ini memiliki mikroorganisme

(Leuconostoc delbrueckli) yang bersifat anaerob. Mikroorganisme ini sebagai pembentuk asam laktat pada produk minuman ringan (Maulia, 2013). Pada air PDAM didapatkan

mikroorganisme yang berbentuk cembung, bulat, dan berwarna putih orange, sedangkan pada

air minum club dan cheers didapatkan bentuk yang dan warna yang berbeda. Mikroorganisme

(Escherichia coli) dalam air bersifat anaerob fakultatif. Pada air perasan ayam sampel dari pasar besar dan pasar ijen, didapatkan bentuk dan warna mikroorganisme yang sama, yaitu

berbentuk cembung, bulat, dan berwarna putih, sedangkan dari pasar mergan berbentuk datar,

bulat, dan berwarna putih.

Dari hasil yang didapatkan, meskipun dalam satu sampel yang sama, didapatkan hasil

uji yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan

uji coba, seperti kesalahan dalam pengamatan dan kesalahan dalam pengambilan biakan dan

setiap produk yang berbeda memiliki komposisi yang berbeda pula.

3.6 Kesimpulan

Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang berukuran kecil (mikroskopis) yang

memiliki bentuk kehidupan serta karakteristik yang khas yang dapat dibedakan dari

organisme lain. Mikroorganisme dapat bersifat merugikan dan menguntungkan sesuai dengan

kegunaannya.

Pada praktikum yang telah dilakukan digunakan sampel susu, sirup, air, dan air perasan

ayam dengan menggunakan media padat (PDA) dan media cair (tauge cair) untuk mengetahui

morfologi dari tiap mikroorganisme yang tumbuh. Media padat digunakan untuk mengetahui

ciri fisik dari suatu mikroorganisme, sedangkan tauge cair digunakan untuk mengetahui pola

pertumbuhan berdasarkan kebutuhan oksigen dari masing-masing biakan yang tumbuh.

Hasil praktikum menunjukkan bahwa setiap sampel yang diuji menghasilkan biakan

dengan morfologi yang berbeda meskipun masih dalam sampel yang sama, tetapi dalam

produk (merk) yang berbeda. Serta diindikasikan telah terjadi kesalahan-kesalahan dalam

pelaksanaan uji coba, seperti kesalahan dalam pengamatan dan kesalahan dalam pengambilan

(24)

17 BAB IV

ISOLASI MIKROORGANISME

4.1 Pendahuluan

Isolasi mikroorganisme adalah suatu cara untuk memisahkan mikroorganisme dari

lingkungan alamnya dan menumbuhkan sebagai piaraan murni. Mikroorganisme yang

diperoleh dari biakan murni harus dipiara dalam lingkungan yang sesuai dengan syarat

sebagai berikut:

a. Sifat mikroorganisme yang akan diisolasi

b. Tempat hidup atau asal mikroorganisme

c. Media yang sesuai

d. Cara penanaman mikroorganisme

e. Cara inkubasi mikroorganisme

f. Cara pengujian mikroorganisme

g. Cara memelihara agar mikroorganisme yang diisolasi tetap murni

Beberapa cara untuk mendapatkan piaraan murni, yaitu:

a. Dengan pengenceran

b. Dengan penuangan

c. Dengan gesekan

d. Dengan mengucilkan satu sel

e. Dengan inokulasi hewan

Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk memisahkan suatu mikroorganisme dan

menumbuhkannya sebagai biakan murni pada medium buatan.

4.2 Alat dan Bahan

- Piaraan dari air perasan ayam

- Piaraan dari air

(25)

18

- Alkohol 70%

4.3 Cara Kerja

1. Ambil kawat inokulasi, celupkan pada alkohol 70%, panaskan ujungnya dengan lampu

bunsen.

2. Ambil tabung reaksi yang berisi media miring, lalu panasi ujung tabung reaksi dan

buka kapasnya.

3. Kemudian ambil sedikit mikroorganisme dari piaraan air perasan ayam dengan ujung

kawat ose dan goreskan pada media miring. Untuk media cair kawat ose yang

membawa inokulum dicelupkan kedalamnya. Ulangi pada piaraan air dan susu dengan

perlakuan yang sama.

4. Tutup tabung reaksi dengan kapas dan panasi kembali ujungnya dengan lampu

Bunsen.

5. Media miring yang telah diinokulasi diletakkan pada rak tabung.

6. Amati setelah koloni tumbuh.

7. Semua pekerjaan dilakukan didalam entkas.

(26)

19

4.5 Pembahasan

Media agar merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, tetapi

agar dapat pula digunakan untuk memisahkan biakan campuran mikroorganisme. Teknik yang

digunakan memungkinkan bakteri tumbuh pada jarak yang berjauhan dan membentuk koloni.

Jika inokulasi dilakukan dengan benar, maka biakan murni akan terpisah secara sendirinya

dari campuran. Setelah diinkubasi maka inokulum ini akan berkembang biak selama 24 jam.

Setelah mikroorganisme berkembang dan tumbuh dipermukaan media PDA, dilakukan

inokulasi mikroorganisme dengan kawat ose. Mula-mula kawat ose dipanaskan agar steril,

kemudian inokulasi mikroorganisme pada permukaan media dan goreskan pada permukaan

agar miring dalam tabung reaksi. Kemudian diamkan selama 24 jam untuk melihat bentuk

dari mikroorganisme pada sampel.

Mikroorganisme yang tumbuh pada media agar miring akan tumbuh sesuai dengan

bentuknya. Berikut adalah ciri-ciri koloni yang diperoleh dengan menggoreskan kawat

inokulum pada media agar miring:

Gambar 1. Bentuk Koloni pada Media Agar Miring

Sumber: http://wikisains.blogspot.com/2011/01/morfologi-mikroba.html

Pada praktikum ini, digunakan empat ulangan dari air perasan ayam, yaitu

masing-masing dari Pasar Besar, Pasar Mergan, dan Pasar Ijen. Digunakan sampel dari susu, yaitu

susu Indomilk dan susu Enak digunakan dua ulangan dan susu Bendera hanya satu ulangan,

serta sampel air dengan menggunakan masing-masing satu ulangan dari PDAM dan Club.

Setelah keempat sampel bahan (air perasan ayam, susu, dan air) diinokulasi pada media agar

miring dan diinkubasi, didapatkan bentuk koloni yang berbeda-beda pada setiap goresan

mikroorganisme yang dibiakan.

Pada air perasan ayam, sampel dari Pasar Besar, yaitu ulangan I, III, dan IV

(27)

20

bentuk titik-titik. Keempat sampel dari Pasar Mergan, yaitu ulangan I, II, III, dan IV

menunjukkan bentuk serupa dengan tasbih, tetapi sampel dari pasar ijen, ulangan I, II, III, dan

IV didapatkan bentuk koloni titik-titik. Pada air susu, didapatkan bentuk koloni dari susu

Indomilk (ulangan I dan II) serupa batang, dari susu Bendera menghasilkan bentuk koloni

serupa pedang dan dari susu Enak (ulangan I dan II) menghasilkan bentuk koloni titik-titik.

Pada air didapatkan bentuk koloni titik-titik pada kedua sampel air.

Hasil praktikum yang didapat menunjukkan bahwa meskipun dari sampel yang sama

(air perasan ayam, susu, dan sirup), koloni bakteri yang ditunjukkan pada setiap ulangan tidak

menghasilkan bentuk yang sama. Hasil dari sampel Pasar Besar II menunjukkan bentuk

koloni yang berbeda dari ketiga ulangan yang lain dan pada ulangan IV tumbuh jamur pada

media. Hal ini dapat terjadi karena faktor dari dalam media (intrinsik), dari luar media

(ekstrinsik), dan dari dalam mikroorganisme (implisit) tersebut. Faktor-faktor tersebut

meliputi:

a) Faktor Intrinsik, seperti pH, aktivitas air (a ctivity of water, aw), kemampuan

mengoksidasai-reduksi (redoxpotential, Eh), kandungan nutrient, bahan antimikroba

dan struktur bahan makanan (Yudhabuntara, 2010). Setiap pertumbuhan

mikroorganisme membutuhkan media yang berisi nutrisi, seperti air, energi, nitrogen

dan vitamin sehingga dapat tumbuh sesuai dengan morfologinya.

b) Faktor Ekstrinsik, seperti suhu penyimpanan, kelembaban, tekanan gas, dan pengaruh

ultraviolet (Yudhabuntara, 2010). Mikroorganisme membutuhkan suhu tertentu untuk

dapat tumbuh dan tetap hidup, sehingga diperlukan suhu penyimpanan yang tepat dan

sesuai dengan sifatnya.

c) Faktor Implisit, seperti sinergisme dan antagonisme. Ketika mikroorganisme tumbuh

pada media ia akan bersaing untuk memperoleh ruang dan nutrisi, sehingga terjadi

interaksi di antara mikroorganisme yang berbeda. Interaksi yang terjadi dapat saling

mendukung dan saling menghambat (Yudhabuntara, 2010).

Hasil praktikum yang berbeda tersebut dapat terjadi karena faktor-faktor diatas dan adanya

kontaminasi saat pengerjaan sehingga dalam media tumbuh spora atau jamur.

4.6 Kesimpulan

Media agar merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, tetapi

agar dapat pula digunakan untuk memisahkan biakan campuran mikroorganisme. Media yang

(28)

21

untuk menumbuhkan biakan murni pada permukaan media dengan bentuk koloni yang

beragam.

Hasil praktikum pada sampel menunjukkan bentuk berbeda pada setiap koloni. Pada air

perasan ayam, sampel dari Pasar Besar (ulangan I, III, dan IV) menunjukkan bentuk seperti

akar, tetapi pada ulangan II menunjukkan bentuk titik-titik. Sampel dari Pasar Mergan

menunjukkan bentuk serupa dengan tasbih, Sampel dari pasar ijen didapatkan bentuk koloni

titik-titik. Pada air susu, didapatkan bentuk koloni dari susu Indomilk serupa batang, dari susu

Bendera menghasilkan bentuk koloni serupa pedang dan dari susu Enak menghasilkan bentuk

koloni titik-titik. Pada air didapatkan bentuk koloni titik-titik.

Perbedaan bentuk koloni yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik,

ektrinsik, dan implisit. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap pola pertumbuhan suatu

mikroorganisme. Diindikasikan terjadi kontaminasi pada sampel sehingga tumbuh jamur atau

(29)

22 BAB V

PENYIAPAN PREPARAT MIKROORGANISME HIDUP UNTUK PENGAMATAN MIKROSKOPIS

5.1 Pendahuluan

Pengamatan mikroorganisme dengan menggunakan mikroskop cahaya dapat disiapkan

dua macam preparat siapan yang bersifat basah (wet mount preparation) dan olesan yang diwarnai.

Preparat yang bersifat basah ada dua macam, lengkapan basah dan tetes bergantung.

Kedua preparat ini digunakan setetes cairan yang mengandung mikroorganisme hidup,

sedangkan preparat olesan yang diwarnai untuk mengamati mikroorganisme yang telah mat i.

Untuk membuat preparat bakteri yang telah dimatikan, sample diambil dari medium

padat maupun cair. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan kawat ose, lalu gesekan

pada kaca benda. Lewatkan pada nyala lampu bunsen sampai kering, lalu dilakukan

pewarnaan bakteri.

Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk mempelajari teknik penyiapan lengkapan basah

guna mengamati berbagai macam mikroorganisme hidup dibawah mikroskop.

5.2 Alat dan Bahan

- Kaca benda dengan cekungan ditengah

- Kaca penutup

Bahan:

- Biakan murni pada air perasan ayam

- Biakan murni pada air

- Biakan murni pada susu

- Methylene blue

- Alkohol 70%

(30)

23

5.3 Cara Kerja

5.3.1 Metode Tetesan Tidak Bergantung

1. Bersihkan kaca benda dengan alkohol 70%.

2. Panaskan kaca benda diatas nyala lampu Bunsen.

3. Berilah sedikit vaselin pada tepi kaca penutup agar tidak mudah bergerak-gerak.

4. Ambil sedikit mikroorganisme dengan ujung kawat ose dan gesekan pada tengah kaca

penutup.

5. Tetesi dengan methylene blue dan tutup dengan kaca penutup. 6. Amati dengan mikroskop bentuk bakteri, khamir, dan jamur.

5.3.2 Metode Tetesan Bergantung

1. Bakteri yang sudah dipelihara dalam tauge cair, kedalamnya dicelupkan kawat ose.

2. Sentuhkan ujung kawat ose pada tengah kaca penutup.

3. Balik kaca penutup dan letakkan dengan hati-hati diatas kaca benda sehingga berada

tepat ditengah cekungan.

4. Ujung kawat ose dipijarkan lagi.

5. Amati dengan mikroskop.

5.4 Hasil Pengamatan

A. Biakan murni pada air perasan ayam

(31)

24

Pasar Mergan I Pasar Mergan IV

Pasar Ijen I Pasar Ijen IV

B. Biakan murni pada air

(32)

25

C. Biakan murni pada susu

Indomilk I Indomilk II

Bendera

Enak I Enak II

5.5 Pembahasan

Mikroskop berasal dari bahasa Yunani, micros yang berarti kecil dan scopien yang berarti melihat. Jadi mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil

untuk dilihat dengan mata kasar. Mikroskop memiliki jenis yang beragam, seperti Mikroskop

(33)

26

Elektron, dan Mikroskop Cahaya (Supriyanto, 2013). Tetapi pada praktikum kali ini

digunakan Mikroskop cahaya untuk mengamati mikroorganisme yang hidup dalam media.

Pengamatan dengan menggunakan mikroskop dilakukan untuk melihat bentuk dan jenis

mikroorganisme yang hidup pada media. Berikut adalah macam-macam bentuk

mikroorganisme yang dapat terlihat menurut Anneahira (2004):

a) Bakteri Kokus (Coccus)

Gambar 1. Bentuk-bentuk Bakteri Kokus

Sumber:

http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/anatomi-dan-morfologi-bakteri-jamur-virus/

Bakteri ini memiliki bentuk bulat seperti bola. Bakteri ini terdiri dari:

 Monococcus

Monococcus adalah bakteri kokus dengan bola kecil tunggal, tidak saling

bergandengan. Contohnya, bakteri Micrococcus lutea yang hidup pada jaringan kulit manusia, daging, air, atau tanah.

 Diplococcus

Diplococcus adalah bakteri kokus yang bergandengan dua-dua. Contohnya, bakteri

Diplococcus pneumoniae yang menyebabkan penyakit radang paru-paru.

 Tetracoccus

Tetracoccus adalah bakteri kokus yang bergandengan empat dan membentuk bujur

sangkar. Contohnya, bakteri Pediococcus cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan sosis daging.

 Sarcina

Sarcina adalah bakteri kokus yang bergerombol membentuk kubus. Contohnya,

(34)

27

 Staphylococcus

Staphylococcus adalah bakteri kokus yang bergerombol dan bentuknya menyerupai

buah anggur. Contohnya, bakteri Staphylococcus aureus yang menyebabkan

penyakit radang paru-paru.

 Streptococcus

Streptococcus adalah bakteri kokus yang berkelompok saling berhimpitan dan

membentuk rantai. Contohnya, bakteri Streptococcus lactis yang digunakan dalam proses fermentasi susu.

b) Bakteri Basil (Bacillus)

Gambar 2. Bentuk-bentuk Bakteri Basil

Sumber:

http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/anatomi-dan-morfologi-bakteri-jamur-virus/

Bakteri ini berbentuk batang seperti kapsul. Bakteri ini terdiri dari:

 Monobacillus

Monobacillus adalah bakteri basil yang berdiri sendiri-sendiri. Contonya, bakteri

Escherichia coli yang hidup pada usus besar manusia dan berperan menguraikan sisa-sisa makanan yang tidak terserap dalam proses pencernaan.

 Diplobacillus

Diplobacillus adalah bakteri basil yang bergandengan dua-dua. Contohnya, bakteri

Salmonella typhosa yang menyebabkan penyakit typus.

 Streptobacillus

Streptobacillus adalah bakteri basil yang bergandengan membentuk rantai.

(35)

28

c) Bentuk Spiral (Spirilum)

Gambar 3. Bentuk-bentuk Bakteri Spiral

Sumber:

http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/anatomi-dan-morfologi-bakteri-jamur-virus/

Bakteri ini berbentuk spiral. Bakteri spiral ini memiliki bentuk lengkung tidak

beraturan, sebagian membentuk sekrup, menyerupai tanda koma, atau setengah

lingkaran tidak sempurna. Bakteri ini terdiri dari:

 Spiral

Spiral adalah bakteri yang bentuknya seperti gelombang. Contohnya,

Thiospirillopsis floridana yang mengoksidasi belerang.

 Vibrio

Vibrio adalah bakteri yang berbentuk seperti koma. Contohnya, bakteri Vibrio cholera yang menyebabkan penyakit kolera.

 Spiroseta

Spiroseta adalah bakteri yang bentuknya seperti kepala sekrup. Contohnya, bakteri

Treponema pallidum yang menyebabkan penyakit sifilis.

Pengamatan yang dilakukan dengan perbesaran 100x menggunakan mikroskop

didapatkan bentuk mikroorganisme yang beragam. Pada air perasan ayam didapatkan jenis

mikroorganisme yang berdiri sendiri-sendiri, pada susu didapatkan mikroorgansime yang

berdiri sendiri dan ada pula yang bergerombol, sedangkan pada air didapatkan

mikroorganisme yang berdiri sendiri-sendiri. Mikroorganisme dalam air perasan ayam, susu

dan air berbentuk basil. Ini ditunjukkan oleh bentuk-bentuk yang terlihat pada mikroskop.

(36)

29

Dalam praktikum yang dilakukan terjadi kesalahan-kesalahan sehingga pengamatan

tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena pengambilan inokulum dalam media

yang tidak maksimal, dalam artian bakteri yang tumbuh hanya sedikit sehingga pengamatan

dengan menggunakan mikroskop tidak teliti.

5.6 Kesimpulan

Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk

dilihat dengan mata kasar. Mikroskop memiliki bermacam-macam jenis, tetapi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Mikroskop Cahaya.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk dari mikroorganisme yang

tumbuh pada setiap sampel bahan. Bentuk-bentuk mikroorganisme ini dapat berupa kokus,

basil, dan spiral. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketiga sampel bahan tersebut

memiliki mikroorganisme yang berbentuk basil sesuai dengan jenis mikroorganisme yang

terkandung didalam bahan, yaitu Salmonella Sp pada air perasan ayam, Escherichia coli pada air, dan Lactobacillus bulgaricus pada susu.

Kesalahan yang dapat terjadi dalam proses pengamatan, yaitu pengambilan inokulum

dalam media yang tidak maksimal sehingga pengamatan dengan menggunakan mikroskop

(37)

30 BAB VI

PENGECATAN GRAM

6.1 Pendahuluan

Pengecatan mula-mula dikembangkan oleh Christian Gram (1884). Pengecatan gram

terdiri dari 4 tingkatan, yaitu:

1) Pemberian cat utama (larutan cat crystal violet)

2) Pengintesifan cat utama dengan menambahkan larutan mordan

3) Pencucian (dekolorisasi) dengan larutan alkohol

4) Pemberian cat penutup (cat lawan, counterstain), larutan cat safranin yang berwarna

merah.

Pengecatan gram termasuk pengecatan diferensial, karena dapat membedakan bakteri

gram positif dan gram negatif.

Bakteri gram positif adalah bakteri yang mengikat cat utama dengan kuat sehingga tidak

dapat dilunturkan oleh peluntur dan tidak diwarnai lagi dengan cat lawan. Jika diamati secara

mikroskopis, bakteri berwarna biru ungu (violet).

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mengikat cat utama dengan kuat

sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh cat lawan. Jika diamati

secara mikroskopis, bakteri berwarna merah.

Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk mengetahui dan membedakan bakteri yang

bersifat gram positif dan gram negatif.

6.2 Alat dan Bahan

- Kaca benda dengan cekungan ditengah

- Kaca penutup

- Pengaduk

- Kawat ose

(38)

31

Bahan:

- Biakan murni pada air perasan ayam

- Biakan murni pada air

- Biakan murni pada susu

- Larutan cat Hucker’s crystal violet (Gram A)

- Larutan mordan Lugol’s iodine (Gram B)

- Larutan pencuci (Gram C)

- Larutan cat safranin (Gram D)

6.3 Cara Kerja

6.3.1 Pembuatan Larutan Gram

1. Pembuatan larutan cat Hucker’s crystal violet (Gram A)

Gram A terdiri dari dua larutan, yaitu larutan A dan larutan B. Larutan A terdiri dari

1,5 gram crystal violet yang dicampur dengan alkohol 95% sebanyak 10 ml,

sedangkan larutan B terdiri dari amonium oksalat cp sebanyak 0,4 gram yang

dicampur dengan 40 ml aquadest. Campur kedua larutan tersebut hingga homogen

sampai membentuk warna ungu.

2. Pembuatan larutan mordan Lugol’s iodine (Gram B)

Campurkan 2,5 gram I2 dan 0,1 KI dalam mortal, kemudian haluskan. Tambahkan

aquadest sedikit-sedikit hingga mencapai 50 ml. hasil pencampuran kedua bahan

tersebut akan membentuk warna coklat.

3. Pembuatan larutan alkohol aseton (Gram C)

Campurkan 35 ml alkohol 95% dan aseton sebanyak 15 ml hingga homogen sampai

membentuk larutan yang bening.

4. Pembuatan larutan safranin (Gram D)

Campurkan 0,25 gram safranin dan alkohol 95% sebanyak 5 ml. Kemudian

tambahkan 50 ml aquadest, aduk hingga homogen dan saring dengan menggunakan

kertas saring. Larutan ini akan membentuk warna merah.

6.3.2 Langkah Kerja

1. Bersihkan kaca benda dengan alkohol hingga terbebas dari lemak kemudian

nyalakan di atas nyala lampu Bunsen.

2. Ambil 1 ose suspensi biakan pada air perasan ayam secara aseptik dan letakkan pada

(39)

32

3. Kering-anginkan dan selanjutnya lakukan fiksasi di atas nyala Bunsen.

4. Setelah dingin diberi cat utama (Gram A) sebanyak 3 tetes dan diamkan selama 1

menit. Cuci dengan air mengalir, lalu kering-anginkan.

5. Tetesi dengan Gram B dan biarkan selama 1 menit, cuci dengan air mengalir dan

kering-anginkan.

6. Cuci dengan Gram C diamkan selama 30 detik, lalu cuci dengan air mengalir dan

kering-anginkan.

7. Beri Gram D diamkan selama 2 menit. Cuci dengan air mengalir dan

kering-anginkan.

8. Ulangi dengan perlakuan yang sama pada biakan pada susu dan air.

9. Amati dengan mikroskop dan gambar hasil pengamatan.

6.4 Hasil Pengamatan

A. Biakan murni pada air perasan ayam

Pasar Besar I Pasar Mergan III

(40)

33

B. Biakan murni pada air

Club

C. Biakan murni pada susu

Indomilk Enak

Keterangan:

Bakteri Gram Positif (Warna Ungu)

Bakteri Gram Negatif (Warna Merah)

6.5 Pembahasan

Pengecatan gram adalah pengecatan diferensial yang sangat berguna dalam penelitian

mikrobiologi, karena merupakan tahapan dalam langkah awal identifikasi. Pengecatan ini

didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya

lapisan lemak pada membran sel mikroorganisme. Jenis mikroorgansime berdasarkan

pengecatan gram dibedakan menjadi dua, yaitu gram positif dan gram negatif.

Mikroorganisem gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis,

(41)

34

dua lapis membran sel (Martha, 2011). Berikut ini adalah empat larutan yang digunakan untuk

pengecatan gram, yaitu Gram A, Gram B, Gram C, dan Gram D:

a) Cat Gram A (Hucker’s crystal violet) berwarna ungu karena mengandung crystal violet.

Cat Gram A merupakan cat primer yang memberikan warna mikroorgansime target.

Pada saat diberi Gram A, semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai dengan

warna Cat Gram A.

b) Cat Gram B (Larutan Mordan Lugol’s iodine) berwarna coklat dan merupakan cat

Mordan, yaitu bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap

mikroorganisme target. Pemberian cat Gram B ini menyebabkan bakteri mengikat

warna dengan kuat.

c) Cat Gram C (Larutan Alkohol aseton) tidak berwarna. Cat ini berfungsi untuk

melunturkan cat sebelumnya. Akibat pemberian cat Gram C akan terjadi 2

kemungkinan, yaitu mikroorganisme tetap berwarna ungu karena tahan tidak dapat

dilunturkan oleh alkohol. Bakteri ini termasuk Gram Positif, sedangkan bakteri yang

tidak berwarna setelah dicuci dengan alkohol, maka dikelompokkan sebagai bakteri

Gram Negatif.

d) Cat Gram D (Larutan Safranin) berwarna merah dan merupakan cat sekunder atau

kontras. Cat ini berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non target. Cat

sekunder mempunyai spectrum warna yang berbeda dari cat primer. Akibat pemberian

cat Gram D, akan terjadi 2 kemungkinan, yaitu bakteri Gram positif akan tetap

berwarna ungu karena mengikat cat Gram A dan tidak mampu mengikat cat Gram D,

sedangkan bakteri Gram negative akan berwarna merah karena cat sebelumnya telah

dilunturkan oleh cat Gram C maka mampu mengikat cat Gram D.

Praktikum yang dilakukan pada ketiga sampel, yaitu air perasan ayam, susu, dan air

tersebut menunjukkan bahwa mikroorganisme pada air perasan ayam dan air merupakan

bakteri gram negatif karena mengikat warna merah, sedangkan mikroorganisme pada susu

merupakan bakteri gram positif karena mengikat warna ungu. Perbedaan Mikroorganisme

Gram Positif dan Gram negatif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Karakteristik Gram Positif Gram Negatif

Dinding sel Homogen dan tebal (20-80

nm) serta sebagian besar

tersusun dari peptidoglikan.

Peptidoglikan (2-7 nm) di

antara membran dalam dan

(42)

35

Polisakarida lain dan asam

teikoat dapat ikut menyusun

dinding sel.

luar (7-8 nm tebalnya) yang

terdiri dari lipid, protein, dan

lipopolisakarida.

Bentuk sel Bulat, batang atau filament. Bulat, oval, batang lurus atau

melingkar seperti tanda

koma, heliks atau filament.

Beberapa mempunyai

selubung atau kapsul.

Reproduksi Pembelahan biner. Pembelahan biner,

kadang-kadang pertunasan.

Metabolisme Kemoorganoheterotrof. Fototrof, kemolitoautotrof,

atau kemoorganoheterotrof.

Motilitas Kebanyakan non motil, bila

motil tipe flagelanya

petritrikus (petritrichous).

Motil atau non motil. Bentuk

flagella dapat

bervariasi-Endospore Beberapa grup dapat

membentuk endospore.

Tidak dapat membentuk

endospore.

Sumber: http://ir-fa.blogspot.com/2011/11/bakteri.html

Untuk mengetahui jenis mikroorganisme Gram positif atau Gram Negatif, diperlukan

(43)

36

Gambar 1. Langkah-langkah Pemberian Cat Gram

Sumber: http://wikisains.blogspot.com/2011/01/morfologi-mikroba.html

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengecatan gram, yaitu fase yang paling kritis adalah

tahap dekolorisasi yang mengakibatkan warna utama iodine lepas dari sel. Pemberian etanol

jangan sampai berlebihan yang akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel gram positif tampak seperti gram negatif. Namun jangan sampai terlalu sedikit dalam penetesan

etanol yang tidak akan melarutkan warna utama iodine secara sempurna sehingga sel gram

negatif seperti gram positif (Martha, 2011). Jadi, kesalahan dari penentuan jenis gram pada

mikroorganisme dapat terjadi karena overdecolorization atau underdecolorization dan kesalahan pada saat melakukan langkah-langkah pengerjaan.

6.6 Kesimpulan

Pengecatan gram bertujuan untuk mengetahui jenis mikroorganisme dalam sampel

(44)

37

yaitu Gram A (Larutan Hucker’s crystal violet), Gram B (Larutan Mordan Lugol’s iodine), Gram C (Larutan Alkohol aseton), dan Gram D (Larutan Safranin).

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop, menunjukkan

bahwa mikroorganisme pada air perasan ayam dan air merupakan bakteri gram negatif karena

mengikat warna merah, sedangkan mikroorganisme pada susu merupakan bakteri gram positif

(45)

38 BAB VII

PERHITUNGAN JUMLAH MIKROORGANISME

7.1 Pendahuluan

Ada dua cara perhitungan bakteri, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Perhitungan secara langsung (direct method) adalah cara perhitungan untuk menentukan jumlah mikroorganisme keseluruhan, baik yang mati maupun yang hidup. ada beberapa cara

yang digunakan dalam perhitungan secara langsung ini, antara lain:

1) Menggunakan counting chamber

2) Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikroskopis

3) Menggunakan filter membrane.

Perhitungan secara tidak langsung (Indirect method) adalah cara perhitungan untuk menentukan jumlah mikroorganisme yang hidup saja. Ada cara yang umum digunakan dalam

perhitungan ini, antara lain:

Cara menghitung cawan digunakan suatu standar yang disebut Standart Plate Count (SPC). Berikut adalah isi dari SPC tersebut:

1) Cawan yang dipilih atau dihitung mengandung koloni antara 30 sampai 300

2) Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni yang

besar, dimana jumlah koloninya dapat dihitung sebagai satu koloni

3) Satu deretan rantai yang terlihat sebagai satu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.

Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme pada

(46)

39

- Susu milky moo stroberi

- Yakult

7.3 Cara Kerja

1. Sterilkan semua alat-alat yang akan digunakan dengan menggunakan autoclave.

2. Buat pengenceran Nata de coco, susu, dan yakult 10-1 sampai 10-5 dengan 10 ml

aquadest dalam setiap bahan.

3. Ambil 1 ml dari masing-masing pengenceran, kemudian tuangkan pada permukaan

media padat yang ada didalam petridish.

4. Inkubasi pada suhu kamar selama 48 jam.

5. Hitung jumlah koloni yang tumbuh dengan menggunakan Colony counter.

7.4 Hasil Pengamatan

Umumnya, perhitungan jumlah mikroorganisme harus mengetahui terlebih dahulu

kurva pertumbuhan dari mikroorganisme tersebut, sehingga dapat menentukan kapan

mikroorganisme mengalami fase puncak. Cara yang digunakan dalam perhitungan jumlah

mikroorganisme pada praktikum yang telah dilakukan, yaitu menggunakan cara pengenceran.

(47)

40

Gambar 1. Proses Pengenceran dari Sampel 10-1 sampai 10-5

Sumber: Powerpoint by Christine L. Case (2004)

1ml bahan pada sampel pertama (10-1) diambil dan dimasukkan kedalam sampel kedua (10-2)

sampai seterusnya hingga sampel ke 5 (10-5). Masing-masing sampel yang sudah dicampur

kemudian diinokulasi dalam cawan petri yang sudah terisi media. Inokulasi cawan petri dapat

dilakukan dengan dua cara seperti pada Bab 3. Penangkapan Mikroorganisme, yaitu dengan

cara disebar (The Spread Plate Method) dan dengan cara dituang (The Pour Plate Method) (gambar 2).

Gambar 2. (a) The Pour Plate Method (b) The Spread Plate Method Sumber: Powerpoint by Christine L. Case (2004)

Jika menggunakan cara dituang, maka mikroorganisme akan tumbuh diluar dan didalam

media padat, sedangkan jika menggunakan cara disebar, maka mikroorganisme akan tumbuh

pada permukaan media saja.

Setelah sampel dibiarkan didalam media selama 48 jam, mikroorganisme mulai tumbuh

(48)

41

Gambar 3. Pertumbuhan Mikroorganisme pada Masing-Masing sampel

Sumber: Powerpoint by Christine L. Case (2004)

Semakin pekat warna larutan, maka pertumbuhan mikroorganisme akan semakin banyak. Jika

tingkat kepekatan larutan berkurang, maka semakin berkurang juga jumlah mikroorganisme

yang tumbuh pada media. Pada tahap inilah dilakukan perhitungan jumlah mikroorganisme

untuk mengetahui jumlah mikroorganisme dalam setiap sampel 10-1 sampai 10-5. Adapun

syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan perhitungan jumlah mikroorganisme,

yaitu:

a. Jumlah koloni normal yang diperbolehkan antara 30 sampai 300.

b. Jumlah bakteri diperkirakan dengan mengalikan jumlah koloni dengan pengencerannya.

c. Bila jumlah bakteri terhitung pada suatu pengenceran hasilnya lebih besar daripada

jumlah bakteri terhitung pada pengenceran sebelumnya, maka yang digunakan jumlah

bakteri pada pengenceran sebelumnya.

d. Bila jumlah bakteri terhitung pada suatu pengenceran dibandingkan dengan jumlah

bakteri terhitung pada pengenceran sebelumnya hasilnya kurang dari 2 (< 2), maka yang

(49)

42

e. Kejadian-kejadian yang menyebabkan kerusakan pertumbuhan koloni, misalnya terjadi

spreader atau koloni merata, maka koloni tidak dapat digunakan sebagai perhitungan. Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Nata de coco, Susu, dan Yakult. Pengenceran ketiga sampel tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah

mikroorganisme didalamnya. Berikut adalah jenis mikroorganisme yang ada dalam bahan:

a. Nata de coco merupakan jeli yang terbuat dari fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini tergolong kedalam jenis bakteri gram negatif yang bersifat aerob dan berbentuk batang (Anonymous2, 2013). Bakteri ini

mengubah selulosa pada air kelapa menjadi asam asetat. Berikut adalah klasifikasi

bakteri Acetobacter xylinum menurut Paraskevi (2012), sebagai berikut: Kingdom : Bacteria

b. Susu merupakan cairan berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari mamalia

maupun manusia. Susu (susu sapi) dapat diolah menjadi produk, seperti mentega,

yogurt, es krim, keju dan lainnya. Susu mengandung bakteri asam laktat yang dapat

membantu proses fermentasi pada susu, seperti Lactobacillus Bulgaricus. Bakteri ini termasuk kedalam bakteri gram positif yang berbentuk batang bersifat fakultatif, tidak

membentuk spora, dan non motil (Helferich dan Westhoff 1980, diacu dalam Syah

2011). Berikut adalah klasifikasi bakteri Lactobacillus Bulgaricus menurut Weiss et al (1984), diacu dalam syah 2011, sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Spesies : Lactobacillus delbrueckii

(50)

43

c. Yakult merupakan minuman probiotik mirip dengan yogurt yang dibuat dari fermentasi

skimmed milk dan gula dengan menggunakan bakteri Lactobacillus casei (Anonymous3, 2013). Lactobacillus casei ini tergolong kedalam jenis bakteri gram positif yang bersifat anaerob fakultatif (mikroaefilik). Bakteri ini mengubah gula menjadi asam laktat.

Umumnya, bakteri ini terdapat secara alami didalam usus dan mulut manusia. Berikut

adalah klasifikasi bakteri Lactobacillus casei menurut Sari (2011), sebagai berikut: Kingdom : Bacteria

Hasil perhitungan jumlah mikroorganisme yang diperoleh dari sampel 10-1 sampai 10-5

ketiga sampel tersebut menunjukkan bahwa jumlah mikroorganisme spreader atau dalam artian mikroorganisme tidak dapat dihitung jumlahnya. Seharusnya jumlah mikroorganisme

pada setiap tingkatan sampel 10-1 sampai 10-5 akan mengalami penurunan sesuai dengan

tingkat kepekatan tiap sampel. Semakin pekat warna larutan maka jumlahnya akan banyak,

sebaliknya jika warna larutan tidak pekat, maka jumlah mikroorganisme didalamnya semakin

sedikit. Tetapi didalam percobaan yang dilakukan tidak didapatkan hasil seperti pernyataan

tersebut. Hal ini dikarenakan telah terjadi kontaminasi pada saat pencampuran dan

pengambilan sampel sehingga ketika diinkubasi selama 48 jam, bakteri dan jamur yang tidak

diinginkan juga ikut tumbuh serta bakteri piaraan tumbuh merata pada permukaan media.

Akibatnya, bakteri piaraan tidak dapat dihitung jumlahnya.

Dari hasil pengamatan, bakteri yang tumbuh dengan baik adalah bakteri yang terdapat

dalam yakult. Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi yakult adalah Lactobacillus casei strain Shirota (Anonymous3, 2013). Yakult memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keasaman pada sampel yang lain. Yakult memiliki pH sekitar 3 – 4,5 (satiman, 2012), sedangkan pH pada susu non fermentasi sekitar 6,5 – 6,7 (Taufik, 2009) dan pH nata de coco sekitar 5 – 5,5 (Kjhoell, 2013). Ini menunjukkan bahwa yakult memiliki derajat keasaman yang tinggi. Bakteri dalam yakult juga memiliki banyak manfaat,

seperti mencegah gangguan pencernaan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan

jumlah bakteri yang berguna dalam usus, mengurangi racun dalam usus, dan membatasi

(51)

44

memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan manusia, maka yakult termasuk dalam

golongan probiotik.

7.6 Kesimpulan

Perhitungan jumlah mikroorganisme dilakukan dengan cara pengenceran. Sampel yang

digunakan adalah nata de coco, susu, dan yakult dengan mengambil sampel 10-1 sampai 10-5. Kemudian diinokulasi kedalam cawan petri dengan dua cara, yaitu dengan cara disebar (The Spread Plate Method) atau dengan cara dituang (The Pour Plate Method). Setelah diinkubasi

selama 48 jam, mikroorganisme yang tumbuh dihitung dengan menggunakan colony counter.

Sebelum menghitung jumlah mikroorganisme, perlu diketahui pula syarat-syarat dalam

perhitungan.

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan mikroorganisme yang tumbuh

dalam keadaan spreader sehingga jumlah mikroorganisme tersebut tidak dapat dihitung. Hal ini terjadi karena kontaminasi pada saat pencampuran dan pengambilan sampel sehingga

ketika diinkubasi selama 48 jam, bakteri dan jamur yang tidak diinginkan juga ikut tumbuh

serta bakteri piaraan tumbuh merata pada permukaan media. Tetapi dari ketiga sampel yang

digunakan, bakteri yang tumbuh dengan baik terdapat dalam yakult. Tingkat keasaman dari

yakult ini lebih tinggi dibandingkan kedua sampel yang lain. Yakult juga memiliki manfaat

Gambar

Gambar 1. Morfologi Koloni Bakteri
Gambar 2. Pola Pertumbuhan Berdasarkan Kebutuhan O2
Gambar 1. Bentuk Koloni pada Media Agar Miring
Gambar 1. Bentuk-bentuk Bakteri Kokus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman hibrida dengan bunga berwarna merah pada ketiak daun disilangkan dengan galur murni dari fenotipe yang sama.!. Pada summer squash buah warna putih dominan terhadap kuning,

perubahan warna dari bening menjadi biru pekat, sedangkan pada tabung dua. penamban amilum dan HCL serta Iodium akan menyebapkan

Isolat bakteri asam laktat dari buah mangga mempunyai karakteristik secara makroskopik yaitu warna putih susu, bentuk bulat, tepi entire , permukaan halus dan elevasi

Perbedaan warna pada telur ayam, itik dan puyuh disebabkan Perbedaan warna pada telur ayam, itik dan puyuh disebabkan adanya penambahan pigmen pada kerabang selama ada di

Sifat- sifat kualitatif yang diamati pada ayam lote warna bulu ayam lote baik jantan maupun betina berwarna hitam bercak-bercak putih, merah dan kuning, dan bulu ekor berwarna

Hal ini menunjukan bahwa daun Caladium bicolor yang mempunyai bagian warna hijau memiliki amilum sedangkan bagian daun caladium bicolor yang berwarna putih tiddak

Sesuai dengan hasil teoritis bahwa membentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat tapi larut dalam amonia.. Endapan yang terbentuk berwarna ungu tetapi tidak memberi

Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negative sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan