DAFTAR PUSTAKA
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Al-Qur’an dan terjemahan.
Bungin, Burhan. 2013. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Loren, Bagus. 2006. Kamus Filsafat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Marsuki. 2005. Analisis Sektor Perbankan, Moneter, dan Keuangan Indonesia. Jakarta. Mitra Wacana Media.
Manurung, Jonni dan Adler Heymans Manurung. 2009. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Jakarta. Salemba Empat.
Muhammad. 2006. Bank Syariah Edisi Ke Dua Analisis Kekuatan Kelemahan
Ancaman dan Peluang. Yogyakarta. Ekonosia.
Karim, Adiwarman Azwar. 2004. Bank Islam dan Analisis Fiqh Keuangan. Jakarta. PT. Raja Grafindo dan Karim Business Consulting (KBC). Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT tehnik membedah kasus bisnis. Jakarta.
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Salman, Kautsar Riza. 2012. Akutansi Perbankan Syari’ah Berbasis PSAK Syari’ah. Padang-Indonesia. Akademia.
Sanusi, Anwar. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta Selatan. Salemba Empat. Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta. Kencana
Prenada Media Group.
Sugiono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta. CV. Alfabeta.
Utomo, Anif Punto, dkk. 2014. Dua Dekade Ekonomi Syariah Menuju Kiblat
Ekonomi Islam. Jakarta. Gres! Publishing Pusat Komunikasi Ekonomi
Syari’ah (PKES).
Sumber dari Web-site
Bank Indonesia. 2014. Outlook Perbankan Syariah 2013. Diakses14 April 2015. http://www.bi.go.id.
Bank Sumut. Profil Bank Sumut Unit Usaha Syariah. Diakses 20 November 2015. http://banksumut.com/statistik-34profil.
Hakim, Grand Abdul. 2011. Analisis Kendala Penerapan Penerapan Perbankan Syariah di Lubuk Raja Oku Sumatera Selatan (Studi Kasus Desa Battuwinangun). Diakses 08 Maret 2015. http://repository.uinjkt.id. Metro Tabagsel. 2013. Komitmen Mendorong Perbankan Syari’ah di Kota Padang
Sidempuan. Diakses 18 Maret 2015. http://sipirok.net/berita.
Muhaimin. 2001. Eksistensi Bank Syariah dan pengembangannya di Indonesia (Kajian Operasional Bank Syari’ah di Nusa Tenggara Barat). Diakses 17 Maret 2015. http://eprints.undip.ac.id/12995.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik Perbankan Syariah. Diakses 17 Maret 2015. http://www.bi.go.id.
__________________. Bank Syariah. Diakses 26 Mei 2015. http://www.ojk.go.id.
Ramadhan, Saiful. 2014. Analisis Minat Menabung dan Preferensi Masyarakat Kota Padang Sidempuan Terhadap Perbankan Syari’ah. Diakses 12 Maret 2015. http://repository.usu.ac.id.
Ritonga, John Tafbu, dkk. 2005. Studi Potensi Pendirian Kantor Bank Umum dan BPR di Sumatera Utara. Diakses 20 April 2015. http://www.bi.go.id. Rohman, Hipni. 2011. Pengertian Analisis SWOT. Diakses 29 Juni 2015.
http://hipni.blogspot.com. http://id.m.wikipedia.org.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Peneltian
Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif analisis, yaitu penelitian yang menggambarkan suatu gejala, data-data
dan informasi yang berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Padang Sidempuan Provinsi Sumatera
Utara. Subjek dari penelitian ini ialah bank-bank syari’ah yang berada di Kota
Padang Sidempuan.
3.3 Batasan dan Defenisi Operasional
Penelitian ini dilakukan berdasarkan batasan yang akan diteliti, yaitu
mencakup permasalahan kendala pengembagan perbankan syari’ah di Kota
Padang Sidempuan yang akan dibahas. Adapun faktor-faktor yang akan dibahas
Penulis dalam penelitian ini adalah perkembangan (eksistensi), kekuatan,
kelemahan, kendala, peluang dan strategi perbankan syari’ah Kota Padang
Sidempuan, dengan masing-masing penjelasannya sebagai berikut :
1. Perkembangan, dikarenakan keterbatasn informasi yang diperoleh,
Penulis hanya menggunakan indikator-indikator perbankan syari’ah
Kota Padang Sidempuan yang seadanya, meliputi : Aset, pembiayaan,
DPK, FDR dan jumlah nasabah atau karyawan.
2. Kekuatan, ialah kondisi internal dalam perusahaan, yaitu kelebihan
atau kemampuan yang dimiliki perbankan syari’ah di Kota Padang
Sidempuan.
3. Kelemahan, kondisi yang sebagian besar berasal dari internal
perusahaan, yang dapat menghambat pergerakan perbankan syari’ah
untuk mencapai tujuannya. Atau dengan kata lain kekurangan yang
dimiliki perbankan syari’ah dalam menjalankan operasinya di Kota
Padang Sidempuan.
4. Ancaman, kondisi eksternal perusahaan, yaitu adanya hal-hal yang
menghambat kegiatan usaha yang dihadapi perbankan syari’ah di Kota
Padang Sidempuan.
5. Peluang, yaitu kondisi eksternal perbankan syari’ah Kota Padang
Sidempuan, dimana keadaan ini dapat meningkatkan pertumbuhan
(eksistensi) perbankan syari’ah.
6. Strategi, kebijakan yang dilakukan perbankan syari’ah yang berada di
Kota Padang Sidempuan untuk mengembangkan usahanya dan juga
dalam meminimalisir kelemahan dan memamfaatkan peluang-peluang
yang ada.
3.4 Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
1. Data primer, yaitu data-data yang diperoleh secara langsung dari
responden terpilih dari lokasi penelitian. Data diperoleh dengan
melakukan wawancara dan observasi.
2. Data sekunder, data yang akan diperoleh langsung dari perbankan
syari’ah Kota Padang Sidempuan maupun dari situs website BI yang
berkaitan dengan perkembangan indikator perbankan syari’ah Kota
Padang Sidempuan. Untuk data sekunder lainnya(pendukung)
diperoleh dari lembaga-lembaga survei, penelitian terdahulu,
dokumen, “online” dan sebagainya.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik atau alat yang digunakan Penulis dalam memperoleh
keterangan-keterangan objek dari subjek penelitian adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Melakukan wawancara secara terstruktur, dengan menyiapkan
beberapa pertanyaan yang dibuat dalam bentuk kuesioner. Kemudian
mengajukannya kepada informan yang telah dipilih. Dalam hal ini
informan yang dimaksud adalah seseorang yang benar-benar
mengetahui suatu persoalan dan atau permasalahan yang menyangkut
perkembangan perbankan syari’ah di Kota Padang Sidempuann.
2. Observasi
Dengan melakukan pengamatan secara langsung dan mencatat hal-hal
yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang ditemukan di
3.7 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek maupun
objek yang mempunyai kualitas dan kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulannya (Sugiyono,
2004;35). Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh perbankan syari’ah
di Kota Padang Sidempuan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini, Penulis melakukannya dengan
teknik voluntary sampling (sampel suka rela). Voluntary sampling adalah
pengambilan sampel berdasarkan kerelaan berpartisipasi dalam penelitian, dengan
mengajukan surat penelitian kepada masing-masing pimpinan perbankan syari’ah
yang berada di Kota Padang Sidempuan. Dalam hal ini, yang menjadi responden
dalam penelitian ini adalah Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan,
dikarenakan bank ini memberikan respon yang positif dan relevan dengan
permasalahan penelitian ini. Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan
merupakan salah satu bank syari’ah terbesar di Kota Padang Sidempuan.
3.8 Teknik Analisis
Pada data kuantitatif yang diperoleh, yaitu data-data indikator keuangan
bank-bank syariah Kota Padang Sidempuan khususnya dari responden penelitian
ini, akan Penulis sajikan ke dalam bentuk, seperti tabel, gambar, grafik dan
lain-lainnya. Langkah selanjutnya Penulis akan menganalisis dan menjelaskannya ke
dalam bentuk tulisan. Dengan cara ini diharapkan dapat memberi gambaran atau
bagaimana perkembangan (eksistensi) perbankan syari’ah di Kota Padang
Sedangkan dalam menganalisis data-data kualitatif yang diperoleh,
dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Adapunalat yang digunakan
Penulis untuk menganalisis data-data tersebut dalam rangka untuk menemukan
(alternatif) formula strategi yang mesti digunakan perbankan syari’ah Kota
Padang Sidempuan dalam meningkatkan eksistensinya adalah Analisis SWOT.
Analisis SWOT (strength,weaknes,opportunity, threat) bertujuan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi,dengan menggunakan instrumen-instrumen SWOT berupa Evaluasi
Faktor Internal (IFAS) dan Eksternal (EFAS), diagram SWOT dan Matrix SWOT.
Dengan melaksanakan analisis berdasarkan prosedur analisis SWOT tersebut,
diharapkan nantinya dapat ditemukan strategi (alternatif) yang mesti dilakukan
perbankan syari’ah di Kota Padang Sidempuan terutama untuk Bank Sumut Unit
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Padang Sidempuan
Kota Padang Sidempuan terletak antara kordinat 01º28'19" s/d 01º18'07"
Lintang Utara dan 99º18'53" s/d 99º20'35" Bujur Timur. Luas wilayah Kota
Padang Sidempuan adalah 14.685,68 Ha atau 0,20% dari wilayah Provinsi
Sumatera Utara. Kota Padang Sidempuan merupakan Kota Administratif yang
dulunya adalah Ibu Kota dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Surat Gubernur
Sumatera Utara No. 135/1595/2001 tanggal 5 Februari 2001, mengusulkan
pembentukan Kota Padang Sidempuan (pemekaran) pada tanggal 17 Oktober
tahun 2001. Pada tanggal 9 November 2001, Kota Padang Sidempuan resmi
dimekarkan (Pemko) dari Kabupaten Tapanuli Selatan (Pemkab) oleh Gubernur
Sumatera Utara saat itu.
Secara administratif, Kota Padang Sidempuan memiliki batas wilayah
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli
Selatan.
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli
Selatan.
3. Sebelah Timur : Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli
Selatan.
4. Sebelah Barat : Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli
Selatan.
Kota Padang Sidempuan terdiri dari 6 kecamatan beserta 79
Kelurahan/Desa (BPS PSP. 2014), yaitu :
1. Kecamatan Padang Sidempuan Utara 16 Kel/Desa.
2. Kecamatan Padang Sidempuan Selatan 12 Kel/Desa.
3. Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara 16 Kel/Desa.
4. Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru 13 Kel/Desa.
5. Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua 5 Kel/Desa.
6. Kecamatan Angkola Julu 8 Kel/Desa.
Kota Padang Sidempuan telah mengalami peningkatan yang pesat, baik
dibidang kesehatan, pembangunan, perekonomian dan penduduk. Pada tahun
2008, jumlah penduduk Kota padang Sidempuan sebesar 188.499 jiwa, kemudian
meningkat pada tahun 2012 yang menjadi 198.809 jiwa, yang terdiri dari 96.841
jiwa Laki-laki dan 101.968 jiwa Perempuan. Hal ini mengakibatkan beban tugas
dan volume kerja penyelenggaraan pemerintah, pelaksana pembangunan dan
pelayanan kemasyarakatan meningkat (BPS PSP).
Penduduk Kota Padang Sidempuan mayoritas adalah beragama Islam,
dimana tercatat pada tahun 2013 sebanyak 90,22% dari total penduduk 204.615
jiwa, adalah besaran masyarakat penganut agama Islam. Jumlah penduduk yang
besar tersebut merupakan pasar potensial bagi pengembangan bisnis-bisnis yang
berkonsepkan syari’at Islam di Kota Nadimpu ini. Penghasilan masyarakat Kota
Padang Sidempuan sebagian besar adalah bertani atau persawahan dan
perkebunan. Produksi-produksi utama dari perkebunan yang dihasilkan
Maka dari itu, penyumbang PDRB terbesar di Kota ini salah satunya bersumber
dari sektor pertanian, yaitu 15,87% tahun 2013 (BPS PSP).
4.2 Prospek Perbankan Syari’ah di Kota Padang Sidempuan
Dalam upaya mendorong pengembangan perbankan syari’ah, diperlukan
usaha untuk memperluas jaringan perbankan syari’ah pada wilayah-wilayah yang
dinilai potensial dan membutuhkan jasa perbankan syari’ah. Perluasan jaringan
perbankan syari’ah haruslah bersifat market driven, yaitu berdasarkan kebutuhan
dan kesediaan bank untuk memberikan jasa pelayanan syari’ah. Dalam kaitan itu,
diperlukan data dan informasi yang lengkap serta akurat untuk memberikan
gambaran kebutuhan dan potensi pengembangan perbankan syari’ah.
Potensi dapat dipandang dari sumber daya dan aktivitas perekonomian
suatu wilayah, serta dari pola sikap dan preferensi pelaku ekonomi terhadap
produk dan jasa perbankan syari’ah. Untuk memenuhi kebutuhan data atau
informasi tersebut, telah ada penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik
itu dari kalangan akademis maupun dari kalangan pakar ekonomi, misalnya
penelitian yang dilakukan oleh Saiful Ramadhan (2013), yang meneliti tentang
potensi minat menabung dan preferensi masyarakat Kota Padang Sidempuan
terhadap perbankan syari’ah, dan penelitian yang dilakukan John Tafbu Ritonga,
dkk. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa, Kota Padang Sidempuan
memiliki potensi yang cukup besar, setidaknya hal itu dapat dilihat dari dua segi,
1. Demografi
Pendirian atau pengembangan bisnis-bisnis syari’ah khususnya
perbankan syari’ah di Kota Padang Sidempuan dapat dikatakan begitu
potensial. Hal ini salah satunya didukung dari penduduk masyarakat
Kota Padang Sidempuan yang hampir seluruhnya beragama Islam.
Menurut pendapat sebagian kalangan dari masyarakat, masyarakat
Kota Padang Sidempuan juga sangat taat dalam menjalankan ibadah ke
khadirat Allah SWT (religius). Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya
Mesjid yang berdiri di Kota ini, yakni 381 bangunan yang lebih banyak
dari yang lainnya, ditambah lagi sekolah-sekolah yang berbasiskan
prinsip Islam begitu banyak di Kota ini. Tingkat pendidikan di Kota ini
juga terus mengalami peningkatan, khusunya pada perguruan tinggi,
yang telah mengalami peningkatan sebesar 6,14% pada tahun 2013
dari 2,74% dari tahun 2012. Sedangkan dari sisi pemerintah Kota
Padang Sidempuan, juga mempunyai optimisme yang tinggi dalam
pengembangan perbankan syari’ah di Kota ini.
2. Ekonomi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Saiful Ramadha pada tahun
2014, menyimpulkan, bahwa masyarakat Kota Padang Sidempuan
memilik potensi menabung yang cukup tinggi, dan mayoritas
respondennya setuju penerapan sistem bagi hasil yang diberikan
perbankan syari’ah yang ada sudah cukup baik dalam beda dan
dilakukan oleh John Tafbu Ritonga, dkk (2005), telah menyatakan
Kota Padang Sidempuan cukup berpotensi untuk pendirian atau
penambahan kantor bank dan BPRS. Indikator pengukurannya yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Perkembagan ekonomi lokal.
2. Potensi keuangan lokal.
3. Jangkauan infrastruktur ekonomi lokal.
4. Pelaku ekonomi lokal.
Sebelumnya Wakil Wali Kota Padang Sidempuan juga meyakini bahwa
minat masyarakat Kota Padang Sidempuan menabung (menjadi nasabah) di
perbankan syari’ah juga akan tinggi. Beliau beralasan bahwa perkembangan
perbankan syari’ah akan berkembang di Kota ini, dikarenakan didorong dengan
program-program yang menyentuh masyarakat menengah ke bawah. Bukan hanya
itu saja, dukungan dari Bank Indonesia juga datang, dimana BI berkomitmen
akan terus mendorong perkembangan perbankan syari’ah di Kota Padang
Sidempuan seiring dengan perkembangan perekonomian Kota Padang
Sidempuan. “Saya menegaskan, BI akan terus mendukung dan mendorong
pencanangan gerakan ekonomi syari’ah, terutama bagi perbankan syari’ah di
Kota Padang Sidempuan”(Dirut BI cabang Sibolga).
4.3 Gambaran Umum Perbankan Syari’ah di Kota Padang Sidempuan
Sampai sejauh ini, Perkembangan perbankan syari’ah di Kota padang
Sidempuan relatif belumlah seperti yang diharapkan, baik dari segi jumlah kantor
ikut meramaikan persaingan perbankan syari’ah di Kota Padang Sidempuan,
sehingga jumlah ada 5. Namun menurut informasi yang diperoleh Penulis, bank
yang dimaksud sudah tidak ada lagi dan Penulis sempat meninjau ke lokasi yang
di tunjukkan, memang bank tersebut sudah tidak ada di lokasi, dan saat ini jumlah
perbankan syari’ah yang berada di Kota Padang Sidempuan ada 4 bank, yang
terdiri dari 2 Bank Umum Syari’ah (BUS, 1 Unit Usaha Syari’ah (UUS) dan 1
BPRS.
Dari segi indikator keuangan perbankan sayri’ah Kota Padang Sidempuan,
yakni dari tahun 2011 sampai 2014, total pembiayaan dan DPK dari gabungan
BUS dan UUS memang terus meningkat, namun tidak banyak bergerak, hanya
dalam kisaran yang tipis sebagaimana yang terlihat pada tabel 4.1, sebagai berikut
ini :
Tabel 4.1
Perkembangan Perbankan Syari’ah di Kota Padang Sidempuan 2011-2014 (Rp. Milyar)
Sumber : Statistik Perbankan Syari’ah.
Dari tabel di atas, terjadi peningkatan yang relatif tinggi pada periode
Desember 2011 ke Desember 2012, dimana pembiayaan tumbuh sebesar 45% dan
DPK tumbuh sebesar 18.2%. Sedangkan pada tahun-tahun sesudahnya
pertumbuhan terkesan lambat (stagnan). Menurut salah satu petinggi BUS yang
tersebut adalah ketidakstabilan perekonomian nasional (pelemahan kurs Rupiah)
yang terjadi, dan ini cukup berdampak pada operasional perbankan syari’ah di
Kota Padang Sidempuan, dimana mengakibatkan menurunnya harga-harga hasil
tani masyarakat, yang kemudian membuat nasabah kesulitan membayar kreditnya
(kredit macet).
Dari tabel 4.1 di atas, perbankan syari’ah di Kota Padang Sidempuan
masih kesulitan dalam menghimpun dana dari masyarakat, terlihat dari data
tingkat FDR perbankan syari’ah (tabel 4.1) yang masih selalu berada di atas
100%. Menurut Hanawijaya, FDR di atas 100% dari sisi risk management kurang
bagus, namun disisi lain data tersebut menunjukkan fungsi intermediasi perbankan
syari’ah Kota Padang Sidempuan sudah berjalan efektif.
4.4 Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan
Gagasan dan wacana untuk mendirikan Unit Usaha Syari’ah dari Bank
Sumut sebenarnya telah berkembang cukup lama di kalangan stakeholder Bank
Sumut, yaitu sejak dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998 yang memberi
kesempatan bagi bank konvensional untuk mendirikan Unit Usaha Syari’ah
(UUS). Pendirian Unit Usaha Syari’ah ini juga didasarkan pada kultur masyarakat
Sumatera Utara yang religius, khususnya ummat Islam yang semakin sadar akan
pentingnya menjalankan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan, termasuk
dalam bidang ekonomi (www.banksumut.com).
PT. Bank Sumut Unit Usaha Syari’ah diresmikan pada tanggal 4
1. Kantor cabang syari’ah Medan.
2. Kantor cabang syari’ah Padang Sidempuan.
Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan merupakan salah satu bank
syari’ah terbesar di Kota Padang Sidempuan dengan Alamat di Jl. Sudirman ex
Merdeka No. 12, tepat di depan Plaza Anugrah Padang Sidempuan. Lokasi Bank
Sumut Syari’ah berada di pusat Kota Padang Sidempuan, dan telah memiliki
karyawan lebih dari 50 orang.
Perkembangan Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuansempat
melonjak pada tahun 2012, hal senada juga dikatakan oleh salah satu petingggi
bank syari’ah di Padang Sidempuan, yang mengatakan tahun 2012 merupakan
tahun emas bagi perbankan syari’ah Kota Padang Sidempuan. Salah satu
peningkatan yang dapat dilihat pada Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan
di tahun 2012 adalah asetnya, yang tumbuh 8,2% dari tahun sebelumnya.
Selanjutnya pada tahun 2013 perkembangan indikator keuangan Bank Sumut
Syari’ah tabel 4.2) cenderung mengalami fluktuatif. Berikut adalah data
perkembangan Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan :
Tabel 4.2
Perkembangan Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan (Rp. Milyar)
No Item Tahun
2011 2012 2013 2014
1 Aset 293 317 225 272
2 Pembiayaan 153 187 177 162
3 DPK 144 169 115 169
4 FDR 106,25% 110,65% 144,19% 95,85
Dari segi indikator lainnya, jumlah nasabah Bank Sumut Syari’ah Kc.
Padang Sidempuan juga mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi secara terus
menerus pada setiap tahunnya, selama periode 2011-2014. Peningkatan jumlah
nasabah yang paling besar lagi-lagi terjadi pada tahun 2012, yaitu tumbuh sebesar
12,86% dari tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan kesadaran mayarakat
akan pentingnya menerapkan konsep-konsep Islam dalam semua aspek
kehidupan, termasuk aspek ekonomi semakin meningkat.
Berikut adalah grapik pertumbuhan jumlah nasabah Bank Sumut Syari’ah
Kc. Padang Sidempuan :
Sumber : Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan. Gambar 4.1
Perkembangan Nasabah Bank Sumut Syari’ah Kc. PadangSidempuan
Dari tabel di atas, jumlah nasabah dari Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang
Sidempuan terus mengalami peningkatan. Sedangkan produk bank syari’ah yang
paling diminati oleh nasabah Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan adalah
Mudharabah, Murabahah dan Musyarakah.
2011 2012 2013 2014
Jumlah nasabah 13511 15249 15643 15947
4.5 Kendala Perbankann Syari’ah di Kota Padang Sidempuan
Prospek perbankan Syari’ah di Kota Padang Sidempuan dapat dinilai
cukup menjanjikan di masa depan. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas, sejumlah alasan telah di jelaskandan menyimpulkan, bahwa Kota Padang
Sidempuan merupakan pasar yang cukup potensial bagi bisnis-bisnis
berkonsepkan syari’at Islam khususnya perbankan Islam. Namun melihat
bagaimana perkembangan perbankan syari’ah di Kota Padang Sidempuan sejauh
ini, seperti yang di jelaskan di atas belumlah optimal. Untuk itu, Penulis
beranggapan masih ada sejumlah permasalah-permaslahan yang dihadapi oleh
bank-bank syari’ah dalam pengembangannya di Kota Padang Sidempuan.
Dari wawancara yang dilakukan dengan informan dari dua bank syari’ah
di Kota Padang Sidempuan terkait dengan kendala-kendala yang dihadapi
bank-bank syari’ah dalam pengembangannya, menyatakan : Pertama, dengan Bapak
Fuad Indra Setiawan selaku kordinator keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia
Kc. Padang Sidempuan (November 2015) mengatakan, ketersedian Sumber Daya
Manusia (SDM) yang profesional dan kompetitif merupakan hal yang
fundamental menghambat perkembangan perbankan syari’ah di Kota Padang
Sidempuan,dan kemudian hal tersebut berimplikasi terhadap masih rendahnya
pemahaman masyakat Kota Padang Sidempuan mengenai perbankan syari’ah.
Beliau juga menyebutkan kendala-kendala yang dihadapi PT. Bank Muamalat
Indonesia Kc. Padang Sidempuan dalam pengembangannya, yaitu : Kualitas
merupakan kendala utama yang dihadapi. Sedangkan kendala lainnya ialah,
Kuantitas SDM, kredit macet, regulasi dan modal.
Kedua, dengan Bapak Ahmad Sanusi Nasution selaku Kepala Seksi
Operasional Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan mengatakan
permasalah yang dihadapi oleh Bank Syari’ah ini dalam menjalankan operasinya
saat ini ialah, kredit macet, kuantitas SDM, kualitas SDM, Infrastruktur,
mengeluarkan dan memasarkan produk, regulasi, modal serta inflasi.
Permasalahan utama yang dihadapai dari Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang
Sidempuan saat ini ialah kredit macet, menurut beliau hal ini terjadi salah satunya
disebabkan oleh ketidakstabilan perekonomian nasional, yang membuat nasabah
kesulitan membayar kreditnya (kredit macet).
4.6 Analisa SWOT Bank Sumut Syari’ah Kota Padang Sidempuan
Dalam pengambilan strategi perusahaan maupun organisasi dapat
dirumuskan dengan melakukan suatu analisis terhadap keseluruhan indikasi dalam
perusahaan tersebut. Dengan melakukan suatu analisis, dapat ditemukan strategi
yang baik untuk mengarahkan perusahaan maju kedepan. Salah satu analisisitu
adalah analisis SWOT. Proses analisis ini melibatkan faktor-faktor internal dan
eksternal perusahaan yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuannya.
Dalam rangka melakukan analisis SWOT pada Bank Sumut Syari’ah Kc.
Padang Sidempuan, perlu diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dari pada
perusahaan. Dimulai dari Undang-Undang (UU) tentang perbankan syari’ah No. 7
tahun 1992 dimana bank diberikan kebebasan untuk memilih jenis imbalan yang
(profit and loss sharing), melihat gambaran umum perbankan syari’ah di Kota
Padang Sidempuan, serta melihat visi dan misi perbankan syari’ah, prospek
perbankan syari’ah di Kota Padang Sidempuan, serta mengetahui kondisi
perbankan syari’ah Kota Padang Sidempuan, maka strategi yang akan ditempuh
dapat diketahui dari analisis beberapa faktor internal dan eksternal yang dimiliki
Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan. Faktor-faktor internal dan eksternal
perusahaan yang dimaksud telahdiidentifikasi sebagai berikut :
4.6.1 Evaluasi Faktor Internal
1.Kekuatan (strengths)
1) Adanya dukungan dari masyarakat Kota Padang Sidempuan
yang menginginkan suatu lembaga keuangan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
2) Produk yang ditawarkan Bank kepada nasabah cukup
bervariasi.
3) Memiliki karyawan profesional dan mengerti operasional
perbankan syari’ah.
4) Memiliki budaya organisasi yang kuat.
5) Sistem bagi hasil yang diberikan cukup bersaing dengan
bank syari’ah lainnya.
6) Memiliki sistem informasi teknologi yang terintegrasi baik,
2.Kelemahan (weaknes)
1) Kurangnya atau sulit menemukan SDI yang berkompeten di
bidangnya.
2) Dibutuhkan penyesuaian dan pelatihan terhadap karyawan
baru.
3) Akses pelayanan kepada masyarakat masih terbatas (kantor
cabang, mesin ATM), dan belum mencapai sentral-sentral
kegiatan ekonomi masyarakat Kota Padang Sidempuan.
4) Aspek teknologi yang kurang kompetitif.
5) Nasabah yang bermasalah dalam membayar atau melunasi
kreditnya (kredit macet).
6) Masih rendahnya pemahaman masyarakat Kota Padang
Sidempuan terhadap perbankan syari’ah.
4.6.2 Evaluasi Faktor Eksternal
1. Peluang (opportunities)
1) Bank syari’ah menganut sistem bagi hasil (profit and loss
sharing) dan mengharamkan bunga.
2) Perkembangan teknologi dibidang perbankan meningkat
pesat.
3) Masyarakat Kota Padang Sidempuan yang terkenal religius,
4) Masyarakat Kota Padang Sidempuan memiliki minat
menabung yang cukup tinggi, baik dilihat dari mobilitas
ekonomi dan perdagangan.
5) Sistem pemberian bonus dan pengenaan biaya uang pada
perbankan konvensional sekarang dikhawatirkan, karena
mengandung unsur-unsur yang tidak sejalan dengan
syari’ah Islam.
6) Dukungan dari pemerintah dan Bank Indonesia merupakan
keuntungan bagi perbankan syari’ah.
2. Ancaman (threats)
1) Adanya persaingan dari lembaga-lembaga keuangan
lainnya dalam mengeluarkan produk.
2) Ummat Islam yang kualitas imannya merosot, yang dapat
mengakibatkan tergoda akan kebutuhan materi semata
(meterialisme).
3) Pesaing memiliki teknologi yang lebih canggih, terutama
dalam hal pelayanan kepada nasabah.
4) Adanya persepsi masyarakat Padang Sidempuan, bahwa
perbankan syari’ah sama saja dengan perbankan
konvensional.
5) Ketidakstabilan perekonomian nasional, yang dapat
6) Kesan sosial pada perbankan syari’ah, sebagian masyarakat
mengangggap bank syari’ah adalah bank bersifat sosial,
sehingga aspek-aspek bisnis di nomor dua-kan.
Tabel 4.3
Faktor Interal dan Eksternal Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan (strengths) Peluang (opportunities) 1. Dukungan dari masyarakat Kota
Padang Sidempuan. 2. Produk bervariasi. 3. Karyawan profesional. 4. Budaya organisasi yang kuat. 5. Sistem bagi hasil cukup
bersaing.
6. Sistem teknologi informasi terintegrasi baik.
1. Diharamkannya bunga.
2. Teknologi perbankan meningkat pesat.
3. Masyarakat yang religius.
4. Minat menabung masyarkat cukup tinggi.
5. Bonus, dan pengenaan biaya pada bank konvensional mulai
dikhawatirkan Islam.
6. Dukungan dari pemerintah dan Bank Indonesia.
Kelemahan (weaknes) Ancaman (threats) 1. SDI yang kurang (berkompeten).
2. Perlu pelatihan terhadap karyawan baru.
3. Teknologi kurang kompetitif. 4. Kurangnya sarana pendukung. 5. Kredit macet.
6. Pemahaman masyarakat masih rendah.
1. Persaingan dalam mengeluarkan produk.
2. Ummat Islam yang tergoda akan kebutuhan materi saja.
3. Ummat Islam yang materialistis. 4. Persepsi bank syari’ah sama saja
4.7 Analisa Faktor Internal dan Eksternal (IFAS dan EFAS)
Dalam menganalisis identifikasi-identifikasi lingkungan eksternal (S-W)
dapat menggunakan kombinasi strategi IFAS (Internal Factors Analysis
summary), seperti berikut ini :
Tabel 4.4
Analisis Faktor Internal (IFAS)
Faktor Internal Bobot
(a)
1. Dukungan masyarakat Padang Sidempuan. 2. Produk yang ditawarkan bervariasi.
3. Karyawan mengerti akan operasional perbankan sayri’ah.
4. Budaya organisasi kuat.
5. Sistem bagi hasi yang cukup bersaing. 6. Sistem teknologi informasi yang terintegrasi
baik.
1. Kurangnya SDM yang berkompeten 2. Dibutuhkan pelatihan bagi karyawan baru. 3. Teknologi kurang kompetitif.
4. Kurangnya sarana pendukung. 5. Kredit macet.
6. Pemahaman masyarakat yang masih rendah
0,10
Sedangkan untuk menganalisis identifikasi-identifikasi lingkungan
eksternal (O-T) dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi pendekatan
dengan strategi EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary). Berikut adalah
tabel indentifikasi lingkungan eksternal Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang
Sidemuan :
Tabel 4.5
Analisis Faktor Eksternal (EFAS)
Faktor Eksternal Bobot
(a)
Rating (b)
Nilai (a*b)
Peluang (opportunities)
1. Diharamkan bunga bank. 2. Teknologi perbankan yang
meningkat pesat.
3. Masyarakat yang religius. 4. Minat menabung cukup tinggi. 5. Bonus, dan penggenaan biaya pada
bank konvensioanl dikhawatirkan Islam.
6. Dukungan pemerintah (Bank Indonesia).
1. Persaingan mengeluarkan produk. 2. Ummat Islam yang materilisme. 3. Teknologi pesaing yang lebih
canggih.
4. Persepsi masyarakat, bank syari’ah dengan bank konvensional.
5. Ketidakstabilan perekonomian nasional.
6. Kesan sosial pada bank syari’ah.
0,05
Dari hasil susunan fakto-faktor internal dan eksternal di atas,
menghasilkan rangkaian skor sebagai berikut :
1. Kekuatan (strength/S) = 1,95
2. Kelemahan (weaknes/W) = 1,5
3. Peluang (opportunity/O) = 1,75
4. Ancaman (threat/T) = 1,6
Dari rangkaian nilai skor tersebut, dapat disusun suatu tabel rekap skor
IFAS dan EFAS sebagai berikut :
Tabel 4.6
Rekap Skor IFAS dan EFAS
Skor internal Skor eksternal Pilihan strategi
S > W (+) 1,95 > 1,5 (+)
O > T (+)
1,75 > 1,6 (+) Growth
S < W (-) O < T (-) Survival
S > W (+) O < T (-) Diversification
S <W (-) O > T (+) Stability
Dari analisis tabel di atas (IFAS dan EFAS), didapati bahwa kekuatan
lebih besar dari kelemahan yang dimiliki Bank Sumut Syari’ah (1,95 > 1,5 ),
sedangkan dari elemen eksternal, keunggulan berada di pihak peluang, yaitu 1,75
untuk peluang dan 1,6 untuk ancaman yang ada. Dari analisis tabel 4.6 di atas,
menunjukkan hasil positif-positif (strength-opportunity), yang menyimpulkan
posisi perusahaan dalam keadaan tumbuh (growth), dan strategi yang tepat untuk
keadaan ini adalah tindakan agresif.
4.8 Diagram Matrix SWOT
Berikut adalah hasil dari analisa IFAS dan EFAS yang digambarkan ke
Gambar 4.2
Diagram Matrix SWOT Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan
Gambar 4.2 seperti yang di atas merupakan gambaran perbandingan antara
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada. Elemen faktor internal
menghasilkan nilai 0,54 pada sumbu x(strength), dengan keunggulan untuk
kekuatan, sedangkan elemen faktor eksternal menghasilkan nilai 0,15 pada sumbu
y(opportunity), dengan keunggulan untuk peluang. Analisis SWOT pada Bank
Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan menunjukkan kekuatan yang dimiliki oleh
Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan lebih besar dari peluang yang ada.
Hasil dari analisis SWOT pada Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang
Sidempuan cukup baik, yaitu berada pada kuadran I atau positif-positif (gambar
4.2), yang berarti strategi yang mesti diterapkan adalah agresif. Hasil ini juga
menggambarkan pelayanan yang diberikan kepada para nasabah sudah begitu
bagus, namun lingkungan eksternal agak sedikit mengancam perusahaan, dimana
4.9 Matrix SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor internal dan eksternal
perusahaan yang selanjutnya dicarikan strateginya adalah matrix SWOT. Matrix
ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman (EFAS) yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (IFAS) yang
dimiliki perusahaan. Analisis matrix SWOT dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategi (Rangkuti. 2000).
Dengan menggunakan faktor-faktor strategis internal dan eksternal, yaitu
mengkawinsilangkan antara faktor-faktor internal dan eksternal, yang kemudian
akan ditemukan 4 set kemungkinan alternatif strategi, yaitu SO
(strength-opportunity),ST(strength-threat),WO(weaknes-opportunity) dan WT
(weaknes-threat). Dalam membuat matrix SWOT, seluruh data dari masing-masing tabel
didiagnosis dan ditransfer ke dalam bentuk matrix SWOT, untuk dicarikan
strategi yang tepat dalam mendukung eksistensi dan kemajuan perbankan syari’ah
di Kota Padang Sidempuan, khususnya pada pada Bank Sumut Unit Usaha
IFAS
EFAS
Kekuatan (strength)
1. Dukungan masyarkat.
2. Produk yang bervariasi. 3. Karyawan yang
profesional.
4. Budaya organisasi yang kuat.
5. Sistem bagi hasil yang cukup bersaing.
2. Pelatihan, penyesuaian bagi karyawan baru.
4. Minat menabung cukup tinggi.
5. Bonus & biaya pada bank konvensional
3. Menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan.
4. Meningkatkan ragam produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan melayani nasabah dengan effektif dan efisien.
3. Meningkatkan sosialisasi ke masyarkat dan memperluas pemasaran.
4. Pemerintah, BI dan MUI diharapkan agar terus memfasilitasi regulasi perbankan syari’ah.
5. Menciptakan produk sesuai dengan selera pasar.
6. Kesan sosial pada bank syari’ah. dilarang oleh Allah SWT.
4. Menjalin hubungan kemitraan dengan lembaga keuangan lainnya.
(WT)
1. Meningkatkan promosi produk maupun jasa melalui berbagai media.
Sumber : Data Primer.
Gambar 4.3
Setalah melakukan berbagai proses prosedur analisis SWOT, maka strategi
utama (grand strategy) Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan untuk
meningkatkan eksistensinya adalah bertindak dengan agresif. Strategi agresif
adalah posisi strategi berada dalam kuadran I dalam diagram matrix SWOT, yang
menunjukkan perusahaan memiliki kekuatan lebih besar dari kelemahannya, serta
peluang yang ada lebih besar dari ancaman yang ada (positif-positif). Dari analisa
berbagai prosedur analisis SWOT, serta mempertimbangkan posisi perusahaan
yang memiliki kondisi internal yang kuat, namun juga mempunyai lingkungan
eksternal yang kurang bersahabat, maka Penulis merumuskan strategi-strategi
alternatif bagi Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan dalam meningkatkan
kemajuannya sebagai beriklut :
1. Mengoptimalkan pelayanan untuk merangkul nasabah.
2. Menjalin atau meningkatkan hubungan dengan ulama-ulama,
tokoh-tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan dan
komunitas-komunitas.
3. Meningkatkan ragam produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Kota Padang Sidempuan.
4. Meningkatkan teknologi untuk menyesuaikan pesatnya peningkatan
teknologi dibidang perbankan.
5. Meningkatkan promosi produk dan jasa melalui berbagai media,
terutama Radio.
6. Mengevaluasi kelemahan serta terus memonitoring kinerja untuk
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan dan analisa yang telah dilakukan, maka Penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perkembangan perbankan syari’ah di Kota Padang Sidempuan
cenderung menggalami fluktuatif, dimana peningkatan terbesar terjadi
pada tahun 2012. Hal serupa juga terjadi pada Bank Sumut Syari’ah
Kc. Padang Sidempuan. Tahun 2012 juga dianggap tahun emas bagi
perbankan sayri’ah Kota Padang Sidempuan sampai sejauh ini.
2. Kendala utama yang dihadapai bank-bank sayri’ah di Kota Padang
Sidempuan dalam pengembangannya adalah keterbatasan SDM yang
tersedia, baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas.
3. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka dihasilkan
serangkaian strategi (alternatif) untuk perbankan syari’ah Kota Padang
Sidempuan terlebih bagi Bank Sumut Syari’ah Kc. Padang Sidempuan
sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan pelayanan untuk merangkul nasabah.
2. Menjalin atau meningkatkan hubungan dengan ulama-ulama,
tokoh-tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga
pemerintahan dan komunitas-komunitas.
3. Meningkatkan ragam produk dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Kota Padang Sidempuan.
4. Meningkatkan teknologi untuk menyesuaikan pesatnya
peningkatan teknologi dibidang perbankan.
5. Meningkatkan promosi produk dan jasa melalui berbagai
media, terutama Radio.
6. Mengevaluasi kelemahan serta terus memonitoring kinerja
untuk mencapai kemajuan yaang maksimal.
5.2 Saran
Pertama, diharapkan kepada bank-bank syari’ah yang berada Kota Padang
Sidempuan melakukan edukasi publik atau sosialisasi perbankan syari’ah yang
lebih gencar lagi dan terus-menerus, yang nantinya kesadaran masyarakat Kota
Padang Sidempuan terbangun secara kuat dalam berbisnis yang berkonsep
syari’ah Islam. Kedua, bank-bank syari’ah Kota Padang Sidempuan sebaiknya
menjalin atau meningkatkan kerja sama dengan ulama-ulama, tokoh-tokoh
masyarakat, media, komunitas dan lembaga-lembaga pendidikan terutama
sekolah-sekolah yang berbasis syari’at Islam.
Bagi penelitian berikutnya, untuk mengetahui strategi bersaing perbankan
syari’ah di Kota Padang Sidempuan, sebaiknya menggunakan subjek
penelitiannya lebih dari satu bank syari’ah, supaya dapat dilihat hasil yang lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank
Pengertian bank menurut UU No. 10 tahun 1998, adalah suatu badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Jonny
Manurung dan Adler Haymans Manurung (2009;7), bank adalah lembaga
keuangan yang menerima setoran dari individu atau badan lainnya. Bank
merupakan lembaga keuangan sebagai tempat interaksi paling sering antar
individu atau badan penerima pinjaman dengan individu atau badan pemberi
pinjaman.
2.2 Perbankan Syari’ah
2.2.1 Pengertian Perbankan Syari’ah
Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 12 tentang
perbankan syari’ah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan prinsip
syari’ah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syari’ah. Dari pengertian
bank di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bank syari’ah adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kepada masyarakat berdasarkan prinsip syari’ah Islam dengan memberi
imbalan berkonsepkan bagi hasil (profit and loss sharing).
Menurut Andri Soemitra (2009;61), bank syari’ah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah, dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syari’ah (BUS), Unit Usaha
Syari’ah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS). Bank
Umum Syari’ah adalah bank syari’ah yang dalam kegiatannya memberi
jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank
devisa dan non-devisa. Unit Usaha Syari’ah (UUS) adalah unit kerja dari
kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syari’ah. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS)
adalah bank yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. BPRS hanya boleh dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia (WNI) dan atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah atau
kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintahan
daerah.
2.2.2 Kegiatan dan Produk Perbankan Syari’ah
Dalam kegiatan perbankan syari’ah untuk melayani nasabahnya,
secara teknis hampir sama dengan perbankan konvensional. Karakteristik
sistem perbankan syari’ah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
memberikan alternatif (alternative-solution) sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan
aspek-aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,
perbankan syari’ah menjadi sistem perbankan yang kredibel dan dapat
dinikmati oleh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Secara
garis besar kegiatan perbankan syari’ah terbagi ke dalam tiga kategori
yang dibedakan berdasarkan fungsinya, yakni penghimpunan dana dari
masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat dan memberikan
pelayanan jasa yang bervariatif.
1. Penghimpunan dana dari masyarakat
Bank syari’ah menghimpun dana dari masyarakat dengan cara
menawarkan berbagai jenis produk. Berdasarkan fatwa Dewan
Pengawas Syari’ah Nasional (DSN), ada dua prinsip penghimpunan
dana dari masyarakat, yaitu tabungan wadi’ah, tabungan mudharabah.
Dengan menghimpun dana dari masyarakat, maka bank syari’ah akan
memberikan intensif dalam bentuk bonus yang tidak disyaratkan di
muka dan bersifat sukarelauntuk akad wadi’ah dan bagi hasil sesuai
nisbah yang disepakati untuk akad mudharabah.
1) Prinsip wadi’ah
Wadi’ah adalah titipan murni dari pihak penitip (nasabah) ke pihak
yang dititipi (bank syari’ah), yang mana penitip dapat
mengambilnya kapanpun dia kehendaki. Akad wadi’ah terbagi
yaddhamanah. Pada akad wadi’ah yad amanah, pihak bank tidak
boleh menggunakan atau memamfaatkan barang/aset yang dititipi,
melainkan hanya untuk menjaganya. Sedangkan wadi’ah yad
dhamanah , pihak bank boleh memamfaatkan barang/aset yang
dititipi, hal ini didasarkan bahwa bank bertanggung jawab atas
segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang titipan.
Bank berhak atas keuntungan yang diperoleh dari pemamfaatan
barang dan bertanggung jawab penuh atas kerugian (resiko) yang
mungkin terjadi. Produk wadi’ah diaplikasikan bank syari’ah mirip
seperti produk giro dan tabungan pada bank konvensional.
2) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau
deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana) dan bank
sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan untuk
melakukan mudharabah atau ijarah. Hasil usaha ini akan dibagi
hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank
menggunakannya untuk mudharabah kedua, maka bank
bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi. Rukun
mudharabah terpenuhi sempurna jika ada pemilik dana, pengelola,
usaha yang akan dibagi hasilkan, nisbah dan ijab kabul. Prinsip
mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan
2. Penyaluran Dana kepada Masyarakat
Bank syari’ah menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan
dana (user of fund), agar tidak terjadi idle fund. Bank syari’ah dapat
menyalurkan dananya ke masyarakat dengan menawarkan berbagai
produk dalam bentuk pembiayaan dan penempatan dana lainnya.
Berikut beberapa produk penyaluran dana kepada masyarakat dari
perbankan syari’ah :
1) Prinsip Jual-beli (Ba’i)
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan
bank ditentukan di depan dan menjadi bagian kesepakatan harga
atas barang yang dijual. Transaksi jual-beli dapat dibedakan
berdasarkan bentuk pembiayaan dan waktu penyerahan barangnya,
yakni sebagai berikut :
a. Pembiayaan murabahah, murabahah al-ba’it tsaman ajil atau
lebih dikenal sebagai murabahah yang berasal dari kata
ribhu(keuntungan) adalah transaksi jual-beli , dimana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Harga jual dicantumkan
dalam akad dan jika telah disepakati tidak dapat berubah
selama berlakunya akad. Murabahah dilakukan dengan cara
menyerahkan barang kepada nasabah, tentunya setelah akad
dilakukan, sementara pembayaran dilakukan secara tangguh
b. Pembiayaan salam, adalah transaksi jual-beli dimana barang
yang diperjualbelikan belum ada. Pemesan barang
menyerahkan uangnya di tempat dilakukannya akad dan barang
diserahkan secara tangguh. Bank bertindak sebagai pembeli,
sementara nasabah sebagai penjual atau produsen. Dan
biasanya produk ini diaplikasikan pada barang-barang produksi
pertanian (Askarya. 2006).
c. Pembiayaan istisna, produk ini menyerupai produk salam, tapi
dalam istisna pembayaran dapat dilakukan dalam beberapa kali
(termin) pembayaran. Skim istisna’ umumnya diaplikasikan
pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Ketentuan umum
istisna ialah, spesifikasi barang pesanan harus lebih jelas,
seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.
2) Prinsip Ijarah
Transaksi ijarah dilandasi dengan adanya perpindahan mamfaat
(hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Ijarah
dalam perbankan dikenal dengan operational lease, yaitu kontrak
sewa antara pihak yang menyewa dan pihak penyewa. Biaya
pemeliharaan atas aset yang menjadi objek sewa menjadi
tanggungan pihak yang menyewakan. Dalam transaksi ijarah
dilakukan antra lessor dan lesse atas objek sewa untuk
lessor yang menyewakan objek sewa, akan mendapatkan imbalan
dari lesse.
3) Prinsip Bagi-hasil (Syirkah)
Syirkah adalah pembagian atas hasil yang telah dilakukan oleh
pihak-pihak yang melakukakan perjanjian, yaitu pihak nasabah dan
pihak bank syari’ah. Pembagian hasil usaha ditetapkan dengan
menggunakan nisbah, yaitu persentase yang disetujui oleh kedua
pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang
dikerjasamakan.
a. Pembiayaan musyarakah, merupakan akad kerja sama usaha
antara dua pihak atau lebih dalam menjalankan usaha, dimana
masing-masing pihak menyertakan modalnya sesuai dengan
kesepakatan, dan bagi hasil atas usaha bersama diberikan
sesuai dengan kontribusi dana atau kesepakatan bersama pada
saat akad dilakukan.
b. Pembiayaan mudharabah, merupakan akad pembiayaan antara
bank syari’ah sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai
mudaribuntuk melaksanakan kegiatan usaha, dimana bank
syari’ah memberikan modal sebanyak 100%, dan nasabah
menjalankan usahanya. Hasil usaha mudharabah tersebut akan
dibagi antra bank dengan nasabah ssesuai kesepakatan pada
waktu akad.
Bank syari’ah juga menawarkan produk pelayanan jasa untuk
membantu transaksi yang dibutuhakan oleh pengguna jasa bank
syari’ah. Dengan memberikan pelayanan jasa bank, bank syari’ah akan
memperoleh pendapatan dari pelayanan jasa yang dilakukan atau yang
disebut dengan fee based income.Berikut adalah jasa-jasa perbankan
syari’ah yang ditawarkan kepada nasabhnya :
1) Wakalah, ialah pelimpahan kekuasaan seseorang kepada orang lain
dalam menjalankan amanat tertentu. Dalam aplikasi perbankan
syari’ah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank
untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.
2) Kafalah, ialah jaminan (guarante), beban, atau tanggungan yang
diberikan oleh penanggung (bank) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (nasabah).
Dapat juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin. Atas jasanya tersebut penjamin dapat meminta
imbalan tertentu dari orang yang dijamin (Ascarya. 2007).
3) Hawalah, atau hiwalah ialah merupakan pemindahan (pengalihan)
tanggung jawab pembayaran hutang dari seseorang yang berhutang
kepada orang lain.
4) Rahn, merupakan penyerahan barang yang digunakan sebagai
ini dilaksanakan oleh nasabah (rahin) yang memberikan jaminan
(marhun) kepada bank syari’ah (murtahin).
5) Qard, ialah fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank syari’ah
dalam membantu pengusaha kecil. Bank syari’ah memberikan
pinjaman qard dalam bentuk qardhul hasan dengan tujuan lebih
kepada sosial. Dana qard berasal dari dana bank dan dana
kebajikan yang terkumpul dari berbagai sumber, antara lain :
Zakat, infak, sedekah, denda, bantuan dari pihak lain dan dana
lainnya.
6) Sharf, merupakan pelayanan jasa bank syari’ah dalam pertukaran
matauang atau antara Valas dengan Rupiah. Pertukaran ini
dibolehkan asalkan digunakan untuk tujuan spekulasi dan sesuai
dengan syarat yang dibenarkan Islam.
2.3 Perbedaan Perbankan Syari’ah denga Konvensional
Dari segi teknis penerimaan uang, perbankan syari’ah dan konvensional
relatif tidak ada bedanya, yakni persamaan dalam mekanisme transfer, teknologi
komputer yang digunakan maupun dalam hal syarat-syarat umum untuk
mendapatkan pembiayaan, seperti pembiayaan yang harus ada KTP, proposal,
laporan keuangan dan sebagainya. Pada umumnya, perbedaan mendasar antara
bank syari’ah dengan konvensional salah satunya terletak pada konsep cara
menerima dan memberi imbalan (bunga) kepada nasabahnya. Dalam Islam,
dan sangat dilarang oleh Allah SWT. Berikut dalah tebel perbedaan-perbedaan
antara bank syari’ah dan bank konvensional :
Tabel 2.1
Perbedaan Perbankan Syari’ah dengan Konvensional
No Aspek Bank Syari’ah Bank Konvensional
1 Legalitas Hukum positif dan syari’ah Hukum positif 2 Lembaga
Direksi dan komisaris Dewan Pengawas Syari’ah (DPS)
Direksi dan komisaris
4 Jenis bisnis Halal Halal dan haram
5 Oriented Profit dan fallah Profit
6 Prinsip operasional
Bagi sewa (take risk) jual-beli dan sewa
Bunga (no risk)
7 Hubungan dengan nasabah
Kemitraan, sejajar Debitur vs kreditur tak seimbang 8 Lingkungan kerja
dan budaya perusahaan
Syari’ah, etika (akhlak), siddik, amanah, tablig dan fathonah
Etika dan umum
9 Laporan keuangan
Cash basis Accrual basis
10 Sektor moneter dengan sektor riil
Terkait Terpisah
Sumber : Kautsar Rizal Salman. 2012;60-61.
2.4 Eksistensi Perbankan Syari’ah
Di era modern ini perbankan syari’ah telah mengalami perkembangan
yang terbilang pesat dan menyebar ke banyak negara, bahkan ke negara-negara
barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai bank syari’ah
pertama yang beroperasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 ( Amir machmud dan
Rukmana. 2010;19).
Eksistensi lembaga keuangan syari’ah dalam perekonomian didasarkan
1. Prinsip At-taawun, prinsip saling bekerjasama untuk kebaikan dan
keadilan bersama, seperti firman Allah SWT dalam Al-qur’an yang
sebagaimana artinya :
...“dan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan
taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran dan bertaaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
amar berat siksa-Nya” (Qs:5;2).
2. Prinsip menghindari Iktinaz, yaitu menahan uang dan membiarkannya
menganggur yang dapat menghambat kelancarann transaksi dalam
masyarakat. Allah berfirman yang sebagaimana artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku sengan suka sama suka diantara kamu
dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepamu”(Qs:4;29).
3. Prinsip menghindari riba, Allah SWT melarang sangat jelas riba
melalui firman-Nya, yang sebagaimana artinya :
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman -279- Maka jika kamu tidak mengerjakannya,
maka ketahuilah Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu dan jika
kamu bertaubat, maka bagimu harta pokokmu dan kamu tidak
4. Prinsip keadilan dan transparansi.
5. Menunaikan zakat.
Eksistensi perbankan syari’ah di Indonesia pada awalnya didasarkan pada
Undang-Undang (UU) perbankan No. 7 tahun 1992 dimana bank diberikan
kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari nasabahnya
baik bunga maupun bagi hasil. Eksistensi perbankan syari’ah semakin dipertegas
setelah disahkannya UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan syari’ah sebagai
perubahan dari UU No. 7 tahun 1992 (Asytuti. 2011). UU ini membuka
kesempatan bagi siapa saja yang ingin mendirikan bank syari’ah maupun
mengkonversi diri ke bank syari’ah. Dengan tegas pasal 6 UU No. 10 tahun 1998
membolehkan bank umum yang melakukan kegiatan secara konvensional dapat
juga melakukan kegiatan bisnis berdasarkan syari’at Islam. Selanjutnya eksistensi
perbankan syari’ah diperkukuh lagi dengan UU No. 23 tahun 1999 kemudian
diubah ke UU No. 3 tahun 2004. Keberadaan perbankan syari’ah semakin
diperkuat lagi setelah dikeluarkannya UU No. 21 tahun 2008 yang bertujuan
memberi penjelasan mengenai UU lain yang terkait dengan aktivitas perbankan
syari’ah.
2.5 Teori Kendala Pengembangan Perbankan Syari’ah
Dibalik perkembangan perbankan syari’ah yang begitu pesat masih
terdapat kendala-kendala dalam pengembangannya. Kendala-kendala tersebut
diantaranya, Sumber Daya Manusia (Insani) yang berkualitas dan kompetitif (Anif
Muhammad (2006;92) ada beberapa permasalahan-permasalahan pengembangan
perbankan syari’ah di Indonesia, yaitu :
1. Kesiapan masyarakat Islam dalam menerima kehadiran bank berasaskan
syari’ah. Ada asumsi dasar selama ini keliru dipahami, yakni mayoritas
masyarakat Muslim sudah demikian jauhnya dirasuki virus riba dan
sekaligus sangat menghayati sekularisme, khususnya dalam aspek
keuangan. Akibatnya adalah, selalu saja ada dalih yang diangkat untuk
mengelak dari ajakan kembali ke ajaran Islam murni dan konsekuen. Hal
ini tidak saja terjadi pada masyarakat awam saja, tetapi juga terjadi di
kalangan mereka yang cukup memahami fiqh dan syari’at Islam. Dalam
tataran konsep dan semangat, mereka dengan antusiasme, tetapi pada
tataran praktis, mereka bersifat sebaliknya. Kendati demikian tidak ada
yang menolak kehadiran bank Islam, tetapi sangat sedikit yang mau
melakukan bisnis dengan bank Islam.
2. Adanya kenyataan empiris manajemen rata-rata lembaga keuangan atau
bank Islam. Terlepas dari ketidakpastian sebagain besar masyarakat
Muslim untuk berbisnis dengan pola syari’ah Islam, maka seyogiyanya
manejemen harus secara kritis mampu melakukan evaluasi perkembangan
usaha, termasuk dalam konteks kompetisi dengan lembaga konvensional.
3. Adanya anggapan sebagian masyarakat perihal kemurnian bank syari’ah
yang beroperasi saat ini. Dalam kemurnian ini, pengamat buku ini
1) Anggapan itu ada benarnya,tetapi ini menyagkut sistem makro
perbankan nasional yang memang tidak mudah direvisi semudah
membalikkan telapak tangan. Keberatan yang diajukan oleh sebagian
anggota masyarakat adalah perihal keterlibatan bank syari’ah dalam
transaksi dengan perbankan konvensional yang masih berdasarkan
riba.
2) Adanya indikasi bahwa manajemen beberapa BPRS baik itu terpaksa
maupun tidak,, melakukan transaksi yang sangat berbau riba. Hal ini
sudah menjadi rahasia umum, sehingga terasa sangat berat bagi
manajemen untuk mengajak masyarakat untuk menghindarkan dari
riba, sementara pihak yang mengajak tidak bersih dari riba.
4. Hambatan yuridis
Banyak yang mengklaim bahwa satu diantara faktor yang menghambat
laju pertumbuhan lembaga keuangan syari’ah adalah aspek yuridis.
Kendati UU No. 7 1992 sudah membuka peluang beroperasinya bank
berdasarkan syari’ah Islam, tetapi peluang tersebut masih mempunyai
hambatan yang terselubung. Namun patut disyukuri, bahwa pada
tahun-tahun lalu, sudah peluang jauh lebih besar lagi untuk kehadiran dan
kemajuan lembaga keuangan syari’ah.
2.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang sedikit lebihnya berkaitan dengan
1. Skripsi yang ditulis oleh Grand Abdul Hakim. F (2010) tentang
analisis kendala penerapan Bank Syari’ah di Lubuk Raja Oku
Sumatera Selatan (studi kasus Desa Battuwinangun). Jenis penilitian
adalah kualitatif -kuantitatif dan menggunakan pendekatan deskriptif
analisis. Dengan menggunakan sampel 130 kepala keluarga yang
berprofesi sebagai pengusaha perkebunan karet. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa para pengusaha perkebunan karet pada dasarnya
memiliki pandangan positif terhadap perbankan dengan sistem bagi
hasil. Namun belum adanya sosialisasi dan kerja sama dengan pihak
lembaga-lembaga keuangan syari’ah menjadi kendala utama penerapan
perbankan syari’ah di Desa ini.
2. Skripsi yang ditulis oleh Saiful Ramadhan (2014) dengan judul analisis
potensi menabung dan preferensi masyarakat Kota Padang Sidempuan
terhadap perbankan syari’ah. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dan data primer, sedangkan metode penarikan sampel yang
digunakan adalah quota sampling yang menghasilkan 100 responden
yang menjadi sampel dari penelitian ini. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa mayoritas masyarakat setuju, dengan penerapan sistem bagi
hasil bank syari’ah di Kota Padang Sidempuan sudah cukup baik
dalam beda hasil dengan bunga dan kesesuaian porsi bagi hasil yang
diberikan.
3. Penelitian (tesis) Muhaimin (2001) tentang eksistensi perbankan
operasional perbankan syari’ah di Nusa Tenggara Barat). Penelitian ini
meenggunakan metode kualitatif dan jenis data yang digunakan, yaitu
data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan teknik
observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Peneleitian ini
menyimpulkan, bahwa : Pertama, masih diperlukan beberapa hukum
dalam upaya pengembangan perbankan syari’ah di Indonesia,
diantaranya tentang perpajakan, penyelesaian sengketa, likuiditas,
instrumen moneter yang berkaitan dengan perbankan syari’ah, prinsip
kehati-hatian dan lain-lain. Kedua, faktor-faktor yang menyebabkan
bank syari’ah di Lombok kurang berkembang dikarenakan : aspek
internal, SDM yang kurang profesional dan amanah, dan aspek
eksternal yaitu masyarakat yang masih kurang memahami
prinsip-prinsip perbankan syari’ah. Respon masyarakat terhadap kehadiran
bank berkonsepkan bagi hasil secara moral cukup mendukung, namun
tidak diikuti tindakan yang nyata dengan menabunga di bank syari’ah.
2.7 Kerangka Teori dan Konseptual
Menurut Suparyanto (2009), kerangka teori atau kerangka berfikir atau
landasan teori adalah kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi tentang
konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang
akan dilaksanakan. Sedangkan kerangka konsep adalah abstraksi atau gambaran
yang dibangun dengan menggeneralisasi suatu pengertian.
Berkaitan dengan rumusan masalah penelitian ini, Penulis akan
dengan data-data yang diperoleh, kemudian mencari tahu kendala-kendala apa
sajakah yang masih dihadapi perbankan syari’ah di Kota ini. Dengan
mengidentifikasi dan analisa kendala-kendala yang dihadapi, maka dapat diambil
strategi atau kebijakan-kebijakan apa yang harus dilakukan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan atau meminimalisir kelemahan dan kekurangan yang
ada.
Strategi dalam mencapai tujuan organisasi dapat dirumuskan sebelumnya
dengan melakukan suatu analisis terhadap keseluruhan indikasi dalam organisasi
tersebut. Dengan melakukan analisis pemimpin dapat menemukan formula
strategi yang baik untuk mengarahkan organisasi (perusahaan) maju ke depan, dan
bukan hanya terpaku pada rutinitas organisasi saja. Selain itu, kegiatan analisis
organisasi juga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah.
Salah satu contoh analisis organisasi (perusahaan) yang relatif efisien
untuk digunakan adalah adalah analisis SWOT. Proses SWOT melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya.
Kemudian menerapkannya ke dalam matrix SWOT, dimana aplikasinya adalah
bagaimana cara mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk mengambil keuntungan
dari peluang yang ada, bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang
ada dan bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (wiki. 2012).
Dengan menggunakan analisa SWOT organisasi ataupun perusahaan akan
mampu mengembangkan kekuatan potensial dengan memamfaatkan peluang,
serta menekan kelemahan yang dapat menjadi ancaman. Menurut Fredy Rangkuti
(dalam Hifni Rohman) analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antra
unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur
eksternal yaitu peluang dan ancaman.
Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Pengembangan Lingkungan Internal :
Kekuatan/Potensi,Kelem ahan/Kendala
Lingkungan Eksternal : Peluang dan Ancaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sebagai agama yang syumul telah memberikan solusi atas
permasalahan-permasalahan perbankan konvensional saat ini, yang timbul akibat
penggunaan instrumen bunga. Dalam hukum Islam, bunga bank tersebut
diangggap riba, yang hukumnya adalah haram sebagaimana yang difirmankan
oleh Allah SWT di dalam Al-qur’anul Karim. Permasalahan ini dapat dicegah
dengan sistem perbankan Islam yang menerapkan konsep bagi hasil (profit and
loss sharing), dikarenakan Islam lebih mengutamakan keadilan dan ikatan
silaturrahim dari pada sekedar keuntungan.
Ditinjau dari segi kelembagaan, perbankan syari’ah pertama kali berdiri
pada tahun 1963 di tepi Sungai Nil, Mesir, dengan nama Myt-Ghamr yang
beroperasi tanpa bunga. Perintis usaha ini adalah Ahmad El Najjar, yang
permodalannya dibantu oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Kehadiran bank Islam di
Mesir tersebut, mengilhami diadakannya konfrensi negara Islam pertama di
Jeddah- Arab Saudi pada Desember 1973. Hasil nyata dari konfrensi itu adalah
kesepakatan dari 22 negara Islam untuk mendirikan Islamic Development Bank
(IDB). IDB resmi didirikan pada 20 Oktober 1975 dengan kantor pusat di Jeddah,
dengan kantor perwakilan di beberapa negara peserta, termasuk Indonesia. IDB
ini bertugas menyediakan dana untuk proyek pembangunan (perbankan syari’ah)
di negara anggota, dengan jasa keuangan berbasis fee dan profit sharing (Anif
Punto Utomo, dkk. 2014;24).
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam terhitung
lambat dalam mengikuti perkembangan perbankan syari’ah. Secara nasional,
Indonesia mulai menjalankan operasi perbankan syari’ah pada tanggal 1 Mei
1992, yang ditandai dengan beroperasinya PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
yang berdiri pada tahun 1991. Perkembangan perbankan syari’ah meningkat pesat
ketika terjadi krisis moneter tahun 1997-1998 yang menyebabkan turunnya kurs
Rupiah terhadap Dollar AS, yakni Rp. 17.000/USD. Krisis ini menjadi momentum
perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia dengan diberlakukannya
Undang-Undang (UU) No. 10 tahun 1998 menggantikan UU No. 7 tahun 1992. Dalam UU
No. 10 tahun 1998, diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha
yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syari’ah, dan memberi
peluang bagi bank-bank konvensional untuk membuka Unit Usaha Syari’ah
(UUS) atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi Bank Umum Syari’ah
(BUS). Setelah UU No. 10 tahun 1998, pemerintah memperbaiki dan
menyetujuinya, kemudian hadirlah UU No. 21 tahun 2008 yang memberikan
penjelasan mengenai sejumlah UU lain yang terkait dengan UU ini, serta
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk kinerja bank
syari’ah agar selalu sesuai dengan syari’ah Islam dan peraturan pemerintah, tidak
merugikan masyarakat dan tentunya dapat membantu perekonomian Indonesia ke
arah yang lebih baik lagi.
Pada akhir tahun 2008, industri perbankan nasional kembali dilanda oleh
krisis global yang juga terjadi di berbagai belahan dunia. Krisis ekonomi global