• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi karakter Morfologi dan Respon Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Mutan Argomulyo Pada Generasi M2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi karakter Morfologi dan Respon Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Mutan Argomulyo Pada Generasi M2"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KARAKTER MORFOLOGI DAN RESPON HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.Merril) MUTAN ARGOMULYO

PADA GENERASI M2

SKRIPSI

OLEH :

AZYUMA AZRA MOHARA 050307014/ BDP-PET

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Skripsi : Studi karakter Morfologi dan Respon Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Mutan Argomulyo Pada Generasi M2

Nama : Azyuma Azra Mohara

NIM : 050307014

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui oleh:

Ketua Departemen Budidaya Pertanian Ir. Edison Purba, MSc. Ph.D)

NIP: 131 570 441

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRACT

The objectives of the research is to observe changes in morphology and yield of soybean (Glycine max (L.) Merrill) mutants Argomulyo at M2 generation using gamma irradiation. This research was conducted in Tanjungsari, Medan, North Sumatra in July 2009 to October 2009, used Randomized Block Design non-factorial consists of population M2 without irradiation (R0), M2 population with 100 gray dose radiation (R1), M2 population with 150 gray dose radiation (R2), and M2 populations with 200 gray dose radiation (R3). From the analysis results obtained that the effects of radiation on the age of harvest showed an increase of R2 and R3 (respectively 115.667 and 116.000 on the day) and the R1 (114.167 days) compared to R0 (113.500 days), where at plant height, flower initiation, number of leaf chlorophyll, number of productive branches, number of pods, 100 seed weight and harvest index showed no significant difference. In the M2 population increased the number of productive branches (4.33 branches) compared to the M1 population (2.03 branches), the number of pods also occur an increase in M2 population (55.06 pods) than the M1 population (32.66 pods) and the morphology of seed color change to reddish-brown color (R1 on block 4 sample 1). The highest heritability value on harvest time character (0.733), while the other characters showed low heritability values (<0.1).

(4)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengamati perubahan morfologi dan respon hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) mutan Argomulyo pada generasi M2hasil irradiasi gamma. Penelitian ini dilaksanakan di Tanjungsari, Medan,

Sumatera Utara pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Oktober 2009 menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yang terdiri atas populasi M2 tanpa penyinaran (R0), populasi M2 dengan dosis radiasi 100 gray (R1), populasi M2 dengan dosis radiasi 150 gray (R2), dan populasi M2 dengan dosis 200 gray (R3). Dari hasil analisis diperoleh bahwa pengaruh radiasi pada umur panen menunjukkan peningkatan yaitu R2 dan R3 (masing-masing 115,667 hari dan 116,000 hari) dan pada R1 (114,167 hari) dibandingkan R0 (113,500 hari), sedangkan pada parameter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah klorofil daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi, berat 100 biji dan indeks panen tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata. Pada populasi M2 terjadi peningkatan jumlah cabang produktif (4,33 cabang) dibandingkan populasi M1 (2,03 cabang), pada jumlah polong berisi juga terjadi peningkatan pada populasi M2 (55,06 polong) dibanding populasi M1 (32,66 polong) dan pada morfologi warna biji terjadi perubahan warna menjadi coklat kemerahan (R1 pada ulangan 4 sampel 1). Pengujian nilai heritabilitas tertingggi pada karakter umur panen (0,733), sedang pada karakter lainnya nilai heritabilitas rendah ( < 0,1).

(5)

RIWAYAT HIDUP

Azyuma Azra Mohara dilahirkan di Padangsidempuan pada 12 September

1987 dari pasangan Ery Zulkifli Harahap (Alm) dengan Nazaria Anni Hasibuan.

Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.

Menamatkan pendidikan SD di SDN 26 Padangsidempuan 1999,

SMP Negeri 1 Padangsidempuan tahun 2002, SMA Negeri 4 Padangsidempuan tahun

2005. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan pada

Fakultas Pertanian program studi Pemuliaan Tanaman tahun 2005.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten laboratorium

mata Kuliah Pemuliaan Tanaman Khusus tahun 2009-2010, asisten laboratorium mata

Genetika Kwantitatif tahun 2009, asisten laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

tahun 2010, asisten laboratorium Genetika Populasi tahun 2010. Beberapa organisasi

intra kampus juga pernah penulis ikuti seperti Himpunan Mahasiswa Departemen

Budidaya Pertanian (HIMADITA).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kapada Allah SWT atas segala rahmad,

karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun

judul penelitian ini adalah ” Studi Karakter Morfologi dan Respon Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merril) Mutan Argomulyo Pada Generasi M2”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak

Prof. Dr. Ir. T. M. Hanafiah Oeliem, DAA selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu

Ir. Eva Sartini Bayu, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak

memberikan saran dan bimbingan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

orang tua tercinta, Ibunda Nazaria Anni Hasibuan atas kasih sayang, dukungan dan

do’anya.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pihak yang memerlukan.

Medan, Februari 2010

(7)

DAFTAR ISI

Tujuan Jangka Panjang ...4

Tujuan penelitian ...4

Pemuliaan Mutasi Dengan Radiasi Gamma ...9

Heritabilitas ...13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ...16

Bahan dan Alat ...16

Metode Penelitian ...17

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ...19

Persiapan Media Tanam ...19

(8)

Pengendalian Hama dan Penyakit ...20

Panen ...21

Pengamatan Parameter ...21

Tinggi Tanaman (cm) ...21

Umur Berbunga (hari)...21

Jumlah Klorofil Daun ...21

Umur Panen (hari) ...22

Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabanag) ...22

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) ...22

Bobot 100 Biji (g) ...22

Indeks Panen ...22

Nilai h² ...23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...24

Tinggi Tanaman (cm) ...24

Umur Berbunga (hari) ...25

Jumlah Klorofil Daun ...25

Umur Panen (hari) ...26

Jumlah Cabang Produktif (cabang) ...27

Jumlah Polong Berisi (polong) ...27

Berat 100 Biji (gram)...28

(9)

DAFTAR TABEL

1. Rataan Tinggi Tanaman stadia V1 s/d V9 dari beberapa taraf radiasi (cm) ...24

2. Perbandingan Tinggi Tanaman populasi M1 dengan populasi M2 ...24

3. Rataan Umur Berbunga dari beberapa taraf radiasi (hari) ...25

4. Rataan Jumlah Klorofil Daun dari beberapa taraf radiasi ...25

5. Rataan Umur Panen dari beberapa taraf radiasi (hari)...26

6. Rataan Jumlah Cabang Produktif dari beberapa taraf radiasi (cabang) ...27

7. Perbandingan Jumlah Cabang Produktif populasi M1 dengan populasi M2 ...27

8. Rataan Jumlah Polong Berisi dari beberapa taraf radiasi (polong) ...28

9. Perbandingan Jumlah Polong Berisi populasi M1 dengan populasi M2 ...28

10.Rataan Berat 100 Biji dari beberapa taraf radiasi (gram) ...29

11.Rataan Indeks Panen dari beberapa taraf radiasi ...29

12.Nilai duga Heritabilitas dari beberapa taraf radiasi ...30

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan Penelitian ...38

2. Jadwal Kegiatan ...39

3. Bagan Alir Penelitian ...40

4. Deskripsi Tanaman ...41

5. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V1 ...42

6. Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V1 ...42

7. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V2 ...42

8. Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V2 ...42

9. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V3 ...43

10.Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V3 ...43

11.Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V4 ...43

12.Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V4 ...43

13.Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V5 ...44

14.Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V5 ...44

15.Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V6 ...44

16.Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V6 ...44

17.Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V7 ...45

18.Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V7 ...45

19.Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V8 ...45

20.Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V8 ...45

21.Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V9 ...46

22.Daftar Sidik Ragam tinggi tanaman pada fase V9 ...46

(12)

24.Daftar Sidik Ragam umur berbunga (HST) ...46

25.Data pengamatan Umur Panen (HST) ...47

26.Daftar Sidik Ragam umur panen (HST) ...47

27.Data pengamatan Jumlah Klorofil Daun Fase V3 ...47

28.Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil Daun Fase V3 ...47

29.Data pengamatan Jumlah Klorofil Daun Fase R1 ...48

30.Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil Daun Fase R1 ...48

31.Data pengamatan Jumlah Cabang Produktif (Cabang) ...48

32.Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif (Cabang) ...48

33.Data pengamatan Jumlah Polong Berisi (Polong) ...49

34.Daftar Sidik Ragam Jumlah Polong Berisi (Polong) ...49

35.Data pengamatan Berat 100 biji (g) ...49

36.Daftar Sidik Ragam Berat 100 biji (g) ...49

37.Data pengamatan Indeks Panen ...50

38.Daftar Sidik Ragam Indeks Panen ...50

39.Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing parameter ...50

40.Perbandingan Tinggi Tanaman Populasi M1 dengan M2 ...50

41.Perbandingan Jumlah Cabang Produktif populasi M1 dengan populasi M2 ...50

42.Perbandingan Jumlah Polong Berisi populasi M1 dengan populasi M2 ...51

43.Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing dosis irradiasi ...51

44.Foto Tanaman Kedelai Stadia Kotiledon ...52

45.Tanaman Kedelai Stadia Tumbuh V4...52

46.Tanaman Kedelai Stadia Tumbuh V5...52

47.Tanaman Kedelai Stadia R6 ...53

(13)

49.Tanaman Kedelai di Lahan Percobaan ...55

(14)

ABSTRACT

The objectives of the research is to observe changes in morphology and yield of soybean (Glycine max (L.) Merrill) mutants Argomulyo at M2 generation using gamma irradiation. This research was conducted in Tanjungsari, Medan, North Sumatra in July 2009 to October 2009, used Randomized Block Design non-factorial consists of population M2 without irradiation (R0), M2 population with 100 gray dose radiation (R1), M2 population with 150 gray dose radiation (R2), and M2 populations with 200 gray dose radiation (R3). From the analysis results obtained that the effects of radiation on the age of harvest showed an increase of R2 and R3 (respectively 115.667 and 116.000 on the day) and the R1 (114.167 days) compared to R0 (113.500 days), where at plant height, flower initiation, number of leaf chlorophyll, number of productive branches, number of pods, 100 seed weight and harvest index showed no significant difference. In the M2 population increased the number of productive branches (4.33 branches) compared to the M1 population (2.03 branches), the number of pods also occur an increase in M2 population (55.06 pods) than the M1 population (32.66 pods) and the morphology of seed color change to reddish-brown color (R1 on block 4 sample 1). The highest heritability value on harvest time character (0.733), while the other characters showed low heritability values (<0.1).

(15)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengamati perubahan morfologi dan respon hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) mutan Argomulyo pada generasi M2hasil irradiasi gamma. Penelitian ini dilaksanakan di Tanjungsari, Medan,

Sumatera Utara pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Oktober 2009 menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yang terdiri atas populasi M2 tanpa penyinaran (R0), populasi M2 dengan dosis radiasi 100 gray (R1), populasi M2 dengan dosis radiasi 150 gray (R2), dan populasi M2 dengan dosis 200 gray (R3). Dari hasil analisis diperoleh bahwa pengaruh radiasi pada umur panen menunjukkan peningkatan yaitu R2 dan R3 (masing-masing 115,667 hari dan 116,000 hari) dan pada R1 (114,167 hari) dibandingkan R0 (113,500 hari), sedangkan pada parameter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah klorofil daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi, berat 100 biji dan indeks panen tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata. Pada populasi M2 terjadi peningkatan jumlah cabang produktif (4,33 cabang) dibandingkan populasi M1 (2,03 cabang), pada jumlah polong berisi juga terjadi peningkatan pada populasi M2 (55,06 polong) dibanding populasi M1 (32,66 polong) dan pada morfologi warna biji terjadi perubahan warna menjadi coklat kemerahan (R1 pada ulangan 4 sampel 1). Pengujian nilai heritabilitas tertingggi pada karakter umur panen (0,733), sedang pada karakter lainnya nilai heritabilitas rendah ( < 0,1).

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max) dikenal sebagai tanaman pangan dan tanaman sayuran. Tanaman kedelai diketahui telah dibudidayakan pada 3000 SM di bagian utara Cina.

Jenis liar dari tipe yang dibudidayakan ini tidak diketahui, tetapi diyakini berasal dari

suatu jenis kedelai merambat dari Asia Utara. Kedelai dibawa ke Amerika Utara pada

masa colonial, pada saat itu tidak merupakan tanaman utama, hingga perang dunia II

berakhir. Kedelai digunakan sebagai sumber masakan terpenting di beberapa Negara

Cina, Korea, Jepang, dan Manchuria (Splittstoesser, 1984).

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan

pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu,

diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri

belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas

dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan

pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam (Irwan, 2006).

Angka sementara produksi kedelai tahun 2007 sebesar 592,38 ribu ton biji

kering. Jika dibandingkan dengan produksi tahun 2006, terjadi penurunan sebanyak

155,23 ribu ton (20,76%) (Rahayu, 2008).

Indonesia memiliki lahan kering yang cukup luas dibandingkan dengan lahan

berpengairan dan cukup berpotensi bagi pengembangan tanaman palawija seperti

kedelai. Namun, kendala kekurangan air terutama pada musim kemarau sering

menyebabkan terjadinya cekaman kekeringan yang mengakibatkan rendahnya

(17)

kedelai yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangatlah diperlukan (Hamim dkk,

1996).

Seleksi untuk toleransi/ketahanan terhadap kekeringan sangat kompleks

karena adanya pengaruh interaksi antara genotipa dengan lingkungan yang

menimbulkan perbedaan tanggap terhadap kekeringan. Masalah kekeringan (drought

tolerance) dalam budidaya kedelai merupakan salah satu faktor pembatas utama

produksi sehingga diperlukan suatu varietas yang mempunyai kemampuan untuk

hidup dan berfungsi secara metabolis pada cekaman tersebut. Ketahanan suatu

tanaman terhadap kekeringan merupakan suatu fenomena yang kompleks baik dalam

fisiologi dan genetiknya. Gen-gen yang terinduksi pada keadaan cekaman dibagi atas dua

fungsional group : a) gen yang langsung melindungi tanaman terhadap cekaman

lingkungan; b) gen yang terlibat dengan regulasi dan signal transduksi sebagai respon

terhadap cekaman lingkungan (Gao, 2003).

Varietas kedelai secara genetik mempunyai kemampuan yang berbeda untuk

bertahan pada cekaman kekeringan. Disisi lain cekaman kekeringan yang terjadi

berbeda tingkat,lama dan stadia tumbuh pada setiap musim tanam. Untuk itu

perkaitan varietas unggul baru ditujukan untuk mengantisipasi berbagai saat cekaman

kekeringan yang terjadi. Di lapang, cekaman kekeringan selama periode pengisian

polong menurunkan hasil 55% (Soegiyatni dan Suyamto, 2000).

Untuk mengatasi rendahnya produksi tersebut, salah satu upaya yang perlu

dilakukan adalah menemukan varietas unggul. Untuk merakit varietas unggul

tersebut, ketersediaan sumber genetik yang mempunyai keragamanan tinggi sangat

dibutuhkan. Semakin tinggi keragaman genetik plasma nutfah, semakin tinggi

peluang untuk memperoleh varietas unggul baru yang mempunyai sifat yang

(18)

Perbaikan sifat genetik dan agronomik tanaman dapat dilakukan melalui

pemuliaan. Secara konvensional, perbaikan sifat dilakukan dengan persilangan antar

spesies, varietas, genera atau kerabat yang memiliki sifat yang diinginkan. Untuk

tanaman yang tidak dapat diperbaiki melalui persilangan, perbaikan sifat diupayakan

dengan cara lain, diantaranya mutasi induksi yang disebut pula mutasi buatan atau

imbas (Soedjono, 2003).

Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan

keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi

genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi

dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap

organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kultur

jaringan dan sebagainya. Apabila proses mutasi alami terjadi secara sangat lambat

maka percepatan, frekuensi dan spektrum mutasi tanaman dapat diinduksi dengan

perlakuan bahan mutagen tertentu. Pada umumnya bahan mutagen bersifat radioaktif

dan memiliki energy tinggi yang berasal dari hasil reaksi nuklir

Mutagen atau penyebeb mutasi dikelompokkan menjadi dua macam yaitu

mutagen fisis dan mutagen kimia. Mutasi fisis menimbulkan mutasi secara fisika yaitu

gelombang sinar yang disebut Radiasi. Mutasi kimia merupakan senyawa kimia yang

mudah terurai (Mugiono, 2001).

Pemuliaan mutasi kedelai dimulai pada tahun 1977. Sampai dengan tahun 1998

dengan memanfaatkan teknik mutasi radiasi telah dihasilkan 3 vareietas unggul

kedelai yaitu Muria dan Tengger, yang dirilis pada tahun 1987 dan varietas Meratus

yang dirilis pada tahun 1998. Dengan tersedianya berbagai varietas unggul kedelai

(19)

untuk memenuhi kebutuhan nasional yang saat ini masih jauh lebih besar

dibandingkan dengan kemampuan produksinya

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengamati apakah terjadi

perubahan morfologi dan respon hasil pada varietas kedelai Argomulyo hasil mutasi

induksi radiasi sinar gamma generasi M2.

Tujuan Jangka Panjang

Untuk mendapatkan varietas kedelai yang toleran terhadap cekaman kekeringan.

Tujuan Penelitian

Untuk mengamati perubahan morfologi dan respon hasil tanaman kedelai

mutan Argomulyo pada generasi M2 hasil irradiasi gamma.

Hipotesis Penelitian

Terjadi perubahan morfologi dan respon hasil kedelai mutan Argomulyo pada

generasi M2 hasil irradiasi gamma.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Leguminosae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.)

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang

lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar

cabang banyak terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang

mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian

dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).

Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi

kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua.

Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil, sedangkan

bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau

(21)

Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip

(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk

daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji.

Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok

untuk varietas kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata

antara 190-320 buah/m² (Irwan, 2006).

Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan mempunyai dua mahkota dan dua

kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh pada ketiak

daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada setiap ketiak daun

umumnya terdapat 3-15 kuntum bunga, namun, sebagian besar bunga rontok, hanya

beberapa bunga yang dapat membentuk polong (Andrianto dan Indarto, 2004).

Kultivar kedelai memiliki bunga bergerombol terdiri atas 3-15 bunga yang

tersusun pada ketiak daun. Karakteristik bunganya seperti famili legum lainnya, yaitu

corolla (mahkota bunga) terdiri atas 5 petal yang menutupi sebuah pistil dan 10

stamen (benang sari). 9 stamen berkembang membentuk seludang yang mengelilingi

putik, sedangkan stamen yang kesepuluh terpisah bebas (Poehlman and Sleper, 1995).

Polong kedelai muda berwarna hijau. Warna polong matang beragam antara

kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Jumlah polong tiap tanaman dan

ukuran biji ditentukan setiap secara genetik, namun jumlah nyata polong dan ukuran

nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian biji

(Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk, 1985).

Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai

(22)

g/100 biji), dan besar (> 13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada

varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur (Irwan, 2006).

Syarat Tumbuh

Iklim

Melihat kondisi iklim di negara kita, maka kedelai umumnya ditanam pada

musim mareng (musim kemarau), yakni setelah panen pada rendheng

(pada musim hujan). Banyaknya musim hujan sangat mempengaruhi aktivitas bakteri

tanah dalam menyediakan nitrogen namun ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan

selama 30 – 40 hari suhu didalam dan dipermukaan pada musim panas sekitar 350 –

390 C, dengan kelembaban sekitar 60 – 70% (Andrianto dan Indarto, 2004).

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20-25 ºC. Suhu 12-20 ºC adalah

suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat

menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta pembungaan

dan pertumbuhan biji. Pada suhu lebih tinggi dari 30 ºC, fotorespirasi cenderung

mengurangi hasil fotosintesa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya, terutama

pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100

- 200 mm / bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang

(23)

Tanah

Tanaman ini umumnyadapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, dan

menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik. Tanaman

ini peka terhadap kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8 – 7, namun

pada tanah dengan pH 4,5 kedelai masih dapat tumbuh baik, yaitu menambah kapur

2,4 ton per ha (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tanaman kedele dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan

aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman.

Tanaman kedele dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol

atad andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah

podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran

Pemuliaan Mutasi Dengan Radiasi Gamma

Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi

secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisma hidup yang

bersifat terwariskan (heritable). Mutasi dapat terjadi secara sepontan di alam

(spontaneous mutation) dan dapat juga terjadi melalui induksi (induced mutation).

Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami dan

mutasi hasil induksi. Keduanya dapat menimbulkan variasi genetik untuk dijadikan

dasar seleksi tanaman, baik seleksi secara alami (evolusi) maupun seleksi secara

(24)

Mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi adalah

gamet haploid. Adanya mutasi dapat ditentukan pada generasi M2 dan seterusnya.

Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin banyak pula

kerusakannya. Hubungan antara tinggi bibit dan kemampuan hidup tanaman M1

dengan frekuensi mutasi, membuktikan bahwa penilaian kuantitatif terhadap

kerusakan tanaman M1 dapat digunakan sebagai indikator dalam permasalahan

pengaruh dosis pada timbulnya mutasi (Mugiono, 2001).

Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan

keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi

genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi

dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap

organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kultur

jaringan dan sebagainya. Apabila proses mutasi alami terjadi secara sangat lambat

maka percepatan, frekuensi dan spektrum mutasi tanaman dapat diinduksi dengan

perlakuan bahan mutagen tertentu. Pada umumnya bahan mutagen bersifat radioaktif

dan memiliki energi tinggi yang berasal dari hasil reaksi nuklir

Tujuan pemuliaan mutasi adalah (1) untuk memperbaiki satu atau beberapa

karakter khusus dari suatu kultivar/galur, (2) untuk membentuk penanda morfologi

(warna, rambut, braktea, dan lain-lain) sebagai identitas pada galur-galur harapan, (3)

untuk membentuk galur mandul jantan yang berguna bagi pembentukan kultivar

hibrida, (4) untuk mendapatkan karakter khusus dalam genotipe yang telah

beradaptasi (Herawati dan Setiamihardja, 2000).

Macam dan tipe mutagen fisis adalah sebagai berikut :

(25)

Dihasilkan dari tabung sinar X, tegangannya relatif rendah dengan panjang

gelombang agak panjang yaitu (150 – 0,15 A0), disebut sinar lemah.

2. Sinar Gamma

Dipancarkan dari isotop radioaktif, panjang gelombang lebih pendek dari sinar

X, lebih kuat daya tembusnya, dikenal dengan sinar kuat.

3. Sinar Ultraviolet

Panjang gelombangnya terletak antara sinar X (50 – 0,15 A0) dan cahaya yang

terlihat (7.800 – 3.800 A0). Panjang gelombang yang paling efektif untuk

membuat mutasi adalah 2.000 A0.

4. Partikel Alfa

Berasal dari inti beberapa isotop yang tidak stabil bermuatan positif dengan

daya tembus rendah.

5. Partikel Beta

Berasal dari isotop yang tidak stabil, bermuatan negatif, dengan daya tembus

lebih besar daripada partikel alfa.

6. Neutron

Dipancarkan dari inti isotop radioaktif tertentu dengan daya tembus kuat dan

mempunyai arti penting dalam pemuliaan mutasi sebagai mutagen

(Mugiono, 2001).

Kerusakan fisiologis kemungkinan dapat disebabkan karena kerusakan

kromosom dan kerusakan sel di luar kromosom. Kedua kerusakan tersebut sukar

dibedakan karena keduanya terjadi pada generasi M1 sebagai akibat dari perlakuan

mutagen. Kerusakan tersebut merupakan gangguan fisiologis bagi pertumbuhan

tanaman. Besarnya kerusakan fisiologis tergantung pada besarnya dosis yang

(26)

yang timbul dan berakhir kematian (lethalitas). Kerusakan fisiologis hanya terjadi

pada generasi M1 sedangkan mutasi gen, mutasi kromosom dan mutasi sitoplasma

akan diturunkan pada generasi berikutnya (Mugiono, 2001).

Dosis radiasi yang tinggi mempengaruhi proses fisiologis tanaman yang

berkibat terganggunya proses fotosintesis sehingga unsur-unsur yang diperlukan

tanaman terhambat. Bila fotosintesis terganggu dan unsur-unsur yang diperlukan

terhambat makapembentukan buah akan terhambat pula dan umur panen menjadi

lama (Hartati, 2000).

Sinar gama (seringkali dinotasikan dengan huruf Yunaniγ) adalah

sebuah bentuk berenergi dari

tinggi yang diproduksi oleh transisi energi karena percepatan electron

Iradiasi adalah suatu pancaran energi yang berpindah melalui partikel-partikel

yang bergerak dalam ruang atau melalui gerak gelombang cahaya. Zat yang dapat

memancarkan iradiasi disebut zat radioaktif. Zat radioaktif adalah zat yang

mempunyai inti atom tidak stabil, sehingga zat tersebut mengalami transformasi

spontan menjadi zat dengan inti atom yang lebih stabil dengan mengeluarkan partikel

atau sifat sinar tertentu. Proses tranformasi spontan ini disebut peluruhan, sedangkan

proses pelepasan partikel atau sinar tertentu disebut iradiasi. Iradiasi yang terjadi

akibat peluruhan inti atom dapat berupa partikel alfa, beta, dan sinar gamma. Pada

umumnya sinar gamma yang digunakan untuk radiasi adalah hasil peluruhan inti atom

Cobalt-60. Cobalt-60 adalah sejenis metal yang mempunyai karateristik hampir sama

(27)

Heritabilitas

Kemajuan dalam proses seleksi yang bergantung pada evaluasi visual fenotipe

dapat menyebabkan kesalahan yang lebih besar, khususnya jika heritabilitas rendah.

Variasi genotipe suatu karakter sukar diperkirakan secara visual, misalnya untuk

jumlah daun, kekuatan tanaman dan komponen panen. Pada karakter yang

heritabilitasnya rendah, pertumbuhan gen berlangsung lambat kalaupun

penggabungan gen-gen tersebut dapat dicapai. Seleksi akan sangat efektif pada

tanaman yang heritabilitas tinggi. Tanaman yang heritabilitas tinggi akan mudah

terlihat dalam populasi (Welsh, 1991).

Heritabilitas persentase dari varians genotip yang dapat dimunculkan pada

suatu individu dari sekian banyak variasi yang diserap atau dikirimkan pada individu

tersebut (Palar dan Rialdi, 2003).

Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian pengaruh

genetik dari penampakan fenotipe yang dapat diwariskan dari tetua kepada

turunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik besar dan

variabilitas lingkungan kecil. Dengan makin besarnya komponen lingkungan,

heritabilitas makin kecil (Crowder, 1997).

Heritabilitas juga merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi pada

lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu karakter

lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas tinggi

menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan dalam mengendalikan suatu

sifat dibandingkan faktor lingkungan (Knight, 1979 dalam Suprapto dan Kairudin,

(28)

Heritabilitas dapat diduga dengan menggunakan cara perhitungan, antara lain

dengan perhitungan varian keturunan, dan dengan perhitungan komponen varian dari

analisis varian (Mangundidjojo,2003). Pengertian heritabilitas sangat penting dalam

pemuliaan dan seleksi karakter kuantitatif. Efektif atau tidaknya seleksi tanaman yang

berdaya hasil tinggi dari sekelompok populasi, tergantung dari:

1. Seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan oleh faktor genetik yang

nantinya diwariskan kepada turunannya.

2. Seberapa jauh pula keragaman hasil yang disebabkan oleh lingkungan tumbuh

tanaman.

Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai bagian keragaman genetik terhadap

keragaman total (keragaman fenotipe). Besarnya heritabilitas suatu karakter

kuantitatif dapat diduga melalui suatu desain persilangan dua galur murni.

(

σ

2p) = (

σ

2g) + (

σ

2e) (σ2p) = ragam fenotipe (σ2g) = ragam genetik (σ2e) = ragam lingkungan

Besarnya heritabilitas dapat digunakan untuk menduga kemajuan seleksi dalam suatu

program pemuliaan

Besarnya heritabilitas dapat digunakan untuk menduga kemajuan seleksi dalam suatu

program pemuliaan.

∆G : kemajuan seleksi yang diharapkan

K : suatu konstanta yang ditentukan oleh proporsi (%) h2 : konstanta

(29)

(Makmur, 1988).

Seleksi terhadap tanaman untuk produksi tinggi tidak efektif bila pengaruh

lingkungan begitu besar sehingga menutupi variasi genetik dimana keragaman sifat

kuantitatif yang diwariskan pada turunannya disebut heritabilitas. Heritabilitas dapat

didefenisikan sebagai proporsi keragaman yang disebkan oleh faktor genetik terhadap

keragaman penotip dan populasi. Keragaman atau varietas dari suatu populasi

(30)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Tanjungsari, Medan, Provinsi Sumatera Utara,

dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut, Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan Oktober 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai hasil mutasi

(M2) yaitu mutan Argomulyo merupakan turunan M1 yang ditanam secara Bulk,

sebagai objek yang diamati. Sebagai sumber radiasi digunakan sinar gamma dari

ionisasi Cobalt 60 melalui irradiator gamma chamber 4000A. Top soil, sebagai media

tanam. Pupuk kandang sebagai tambahan bahan organik Polibek ukuran 35 x 40 cm

sebagai tempat media tanam. Pupuk (Urea, KCl, TSP), insektisida Santoat 400 EC,

fungisida Dithane M-45, dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, pacak sampel, handsprayer

sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, timbangan analitik, gembor, meteran

untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, tali plastik, alat tulis, kalkulator,

kertas label dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial.

Populasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi, yaitu:

(31)

I1 = Populasi M2 dengan dosis radiasi 100 gray

I2 = Populasi M2 dengan dosis radiasi 150 gray

I3 = Populasi M2 dengan dosis radiasi 200 gray

Jumlah blok (ulangan) : 6 ulangan

Jumlah plot : 24 plot

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 30 cm

Jumlah tanaman/plot : 4 tanaman

Jumlah sampel/plot : 2 tanaman

Jumlah tanaman sampel : 48 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 96 tanaman

Model linier yang digunakan untuk rancangan acak kelompok non faktorial

adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + τij+ εij

i = 1,2,3,4,5,6 j = 1,2,3,4

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dan perlakuan ke-j

µ : Rataan umum

ρi : Pengaruh pada blok ke-i

τij : Pengaruh perlakuan pada blok ke-i dan perlakuan ke-j

εij : Pengaruh error pada blok ke-i dan perlakuan ke-j

Apabila efek perlakuan berbeda nyata pada analisis sidik ragam maka

(32)

Nilai heritabilitas dalam arti luas dihitung berdasaskan rumus:

e g

g p

g

h 2 2

2

2 2 2

σ σ

σ σ

σ

+ =

=

Dengan kriteria heritabilitas: h2 > 0,5 : tinggi

h2 0,2- 0,5 : sedang

h2 < 0,2 : rendah.

(33)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang

tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 70 cm x

50 cm.

Persiapan Media Tanam

Media digemburkan dengan menggunakan cangkul, lalu diisikan ke polibek

ditambahkan pupuk kandang. Kemudian polibek disusun sesuai bagan lahan

percobaan.

Penanaman

Penanaman dilakukan di polibek. Permukaan tanah pada polibek dibuat 2

lubang tanam dengan kedalaman + 2 cm. Kemudian dimasukkan 1 benih per lubang

tanam dan ditutup dengan tanah top soil.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai

yaitu 200 kg urea/ha ( 3,85 g /lubang tanam), 100 kg TSP/ha (1,925 g /lubang tanam),

dan 100 kg KCl/ha (1,925 g/lubang tanam). Pemupukan urea dilakukan dalam 2

tahap yakni pada saat penanaman sebanyak setengah dosis anjuran dan setengah dosis

lagi diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST) sedangkan

(34)

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman

dilakukan sore atau pagi hari.

Penjarangan

Penjarangan tanaman dilakukan ketika tanaman berumur 1 MST. Dan setiap

lubang tanam ditinggalkan sebanyak 1 tanaman yang tumbuh baik.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila dalam satu polibek tidak ada benih yang

tumbuh atau pertumbuhannya abnormal. Penyulaman dilakukan paling lama 2

minggu setelah tanam (MST).

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman, maka

dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan

cangkul dengan membersihkan gulma yang ada didalam maupun diluar polibek.

Penyiangan dilakuakan sesuai dengan kondisi dilapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida

Santoat 400 EC dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit

dilakukan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air.

(35)

Panen

Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman satu persatu secara manual.

Adapun kriteria panennya adalah ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning

kecoklatan.

Pengamatan Parameter

Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang hingga titik tumbuh

tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada saat stadia

vegetatif sampai stadia generatif awal (V1-R1). Pengukuran dilakukan per stadia

pertumbuhan tanaman.

Umur Berbunga (hari)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung umur tanaman pada saat tanaman

memasuki stadium reproduktif R1, yaitu membukanya bunga pertama kali pada salah

satu buku pada batang utama.

Jumlah Klorofil Daun

Jumlah klorofil daun diamati dengan menggunakan alat Clorophyll meter.

Daun yang akan diamati klorofilnya diambil pada bagian ujung, tengah dan pangkal

daun, kemudian diambil rata-ratanya. Jumlah Klorofil diambil pada fase Vegetatif

(V3) dan fase Generatif (R6).

(36)

Pengamatan umur panen dihitung ketika tanaman memasuki R8 yaitu polong

telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai dengan warna kecokelatan

pada polong.

Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabang)

Cabang produktif adalah cabang dimana terdapatnya polong. Jumlah cabang

produktif per tanaman dihitung pada saat berbunga penuh.

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)

Dihitung jumlah polong berisi pada tiap-tiap tanaman, yaitu polong yang

menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.

Bobot 100 Biji (gram)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing-masing

perlakuan pada tanaman sampel dengan menggunakan timbangn analitik.

Indeks Panen

Indeks panen di hitung menggunakan rumus:

Nilai h²

Heritabilitas dihitung untuk tiap parameter. Dilakukan pada akhir penelitian

dengan menggunakan rumus :

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari tinggi

tanaman pada fase V1 s/d V9 dapat dilihat pada lampiran 5 s/d 20. Hasil analisis

ragam tersebut menunjukkan bahwa dosis radiasi tidak berbeda nyata pada vase V1s/d

V9. Rataaan tinggi tanaman dari beberapa populasi M2 pada fase V1 s/d V9 dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman V1s/d V9 dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi.

Populasi M2

Tinggi Tanaman Pada Stadia Pertumbuhan Vegetatif (cm)

V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9

I0 10.550 12.517 14.325 14.958 17.592 20.608 26.800 30.983 34.942 I1 11.450 13.108 15.167 15.958 18.892 21.850 28.225 32.542 36.792

I2 10.617 12.683 14.542 15.633 18.267 20.917 26.308 30.167 34.692 I3 10.400 12.717 14.358 15.208 17.883 21.550 27.150 31.492 34.675

Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman pada V9 yang tertinggi

terdapat pada populasi I1 yaitu 36,792 cm dan yang terendah terdapat pada populasi I3

yaitu 34, 675.

Tabel 2. Perbandingan tinggi tanaman populasi M1 dengan populasi M2 Dosis Radiasi Rataan Tinggi Tanaman (cm)

(Gray) Populasi M1 Populasi M2

0 34.20 34.94

100 37.88 36.79

150 36.42 34.69

200 30.47 34.67

Rataan 34.74 35.27

Tabel 2 menunjukkan adanya penurunan tinggi tanaman 36,42 cm (populasi

(38)

sedangkan pada pemberian dosis radiasi 200 gray terjadi peningkatan tinggi tanaman

dari 30,47 cm (populasi M1) menjadi 34,67 cm (populasi M2).

Umur Berbunga

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari umur

berbunga (hari) dapat dilihat pada lampiran 23. Hasil analis ragam tersebut

menunjukkan bahwa dosis radiasi tidak berbeda nyata pada umur berbunga. Rataan

umur berbunga dari beberapa populasi M2 dapat dilihat pada table 3.

Tabel 3. Umur berbunga dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi.

Populasi M2 Umur Berbunga (hari)

I0 (0 gray) 32.333

I1 (100 gray) 33.333

I2 (150 gray) 32.833

I3 (200 gray) 32.667

Tabel 3. menunjukkan bahwa rataan umur berbunga tercepat terdapat pada

populasi I0 yaitu 32,333 hari dan yang terlama terdapat pada populasi I1 yaitu 33,333

hari.

Jumlah Klorofil Daun

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari jumlah

klorofil daun dapat dilihat pada lampiran 27 dan 29. Hasil analis ragam tersebut

menunjukkan bahwa dosis radiasi tidak berbeda nyata pada jumlah klorofil daun.

Rataan jumlah klorofil daun dari beberapa populasi M2 dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4. Jumlah klorofil daun dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi

Populasi M2 Jumlah Klorofil Daun

Stadia Vegetatif V3 Stadia Generatif R1

I0 (0 gray) 35.628 33.225

I1 (100 gray) 35.843 32.642

I2 (150 gray) 36.313 32.992

(39)

Tabel 4. menunjukkan bahwa rataan jumlah klorofil daun pada Stadia R1 yang

tertinggi terdapat pada populasi I0 yaitu 33,225 dan yang terendah terdapat pada

populasi I3 yaitu 31,392.

Umur Panen

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari parameter

umur panen dapat dilihat pada lampiran 25. Hasil analisis ragam tersebut

menunjukkan bahwa dosis radiasi berbeda nyata pada parameter umur panen. Rataan

umur panen dari beberapa populasi M2 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Umur panen dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi

Populasi M2 Umur Panen (hari)

I0 (0 gray) 113.500d

I1 (100 gray) 114.167c

I2 (150 gray) 115.667ab

I3 (200 gray) 116.000a

BNJ .05 0.47

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Rataan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Tabel 5. menunjukkan bahwa rataan umur panen tercepat terdapat pada

populasi I0 yaitu 113,500 hari dan yang terlama terdapat pada popilasi I3 yaitu

116,000 hari.

Histogram umur panen dari populasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi dapat dilihat pada gambar 1.

Jumlah Cabang Produkif (cabang)

I0 I1 I2 I3

(40)

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari jumlah

cabang produktif dapat dilihat pada lampiran 31. Hasil analis ragam tersebut

menunjukkan bahwa radiasi tidak berbeda nyata pada jumlah cabang produktif.

Rataan jumlah cabang produktif dari beberapa populasi M2 dapat dilihat pada table 6.

Tabel 6. Jumlah cabang produktif dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi.

Populasi M2 Jumlah Cabang Produktif (cabang)

I0 (0 gray) 4.000

I1 (100 gray) 4.250

I2 (150 gray) 4.167

I3 (200 gray) 4.917

Tabel 6. menunjukkan bahwa rataan jumlah cabang produktif tertinggi

terdapat pada populasi I3 yaitu 4,917 cabang dan yang terendah terdapat pada populasi

I0 yaitu 4,000 cabang.

Tabel 7. Perbandingan jumlah cabang produktif populasi M1 dengan populasi M2 Dosis Radiasi Jumlah Cabang Produktif (cabang)

(Gray) Populasi M1 Populasi M2

0 1.75 4.00

100 2.30 4.25

150 1.90 4.16

200 2.20 4.91

Rataan 2.03 4.33

Tabel 7 menunjukkan adanya peningkatan jumlah cabang produktif dari 2,03

cabang (populasi M1) menjadi 4,33 cabang (populasi M2).

Jumlah Polong Berisi (polong)

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari jumlah

polong berisi dapat dilihat pada lampiran 33. Hasil analis ragam tersebut

menunjukkan bahwa dosis radiasi tidak berbeda nyata pada jumlah polong berisi.

(41)

Tabel 8. Jumlah polong berisi dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi.

Populasi M2 Jumlah Polong Berisi (polong)

I0 (0 gray) 51.750

I1 (100 gray) 57.750

I2 (150 gray) 56.167

I3 (200 gray) 54.583

Tabel 8. menunjukkan bahwa rataan jumlah polong berisi tertinggi terdapat

pada populasi I1 yaitu 57,750 polong dan yang terendah terdapat pada populasi I0

yaitu 51,750 polong.

Tabel 9. Perbandingan jumlah polong berisi populasi M1 dengan populasi M2 Dosis Radiasi Jumlah Polong Berisi (polong)

(Gray) Populasi M1 Populasi M2

0 27.65 51.75

100 35.75 57.75

150 38.05 56.16

200 29.20 54.58

Rataan 32.66 55.06

Tabel 9 menunjukkan adanya peningkatan jumlah polong berisi dari 32,66

polong (populasi M1) menjadi 55,06 polong (populasi M2).

Bobot 100 Biji (gram)

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari bobot 100

biji dapat dilihat pada lampiran 35 . Hasil analis ragam tersebut menunjukkan bahwa

radiasi tidak berbeda nyata pada bobot 100 biji. Rataan bobot 100 biji dari beberapa

populasi M2 dapat dilihat pada table 10.

Tabel 10. Bobot 100 Biji dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi.

Populasi M2 Bobot 100 Biji (gram)

I0 (0 gray) 13.158

I1 (100 gray) 13.535

I2 (150 gray) 12.475

I3 (200 gray) 12.767

Tabel 10. menunjukkan bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi terdapat pada

populasi I1 yaitu 13,535 gram dan yang terendah terdapat pada populasi I2 yaitu

(42)

Indeks Panen

Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari indeks panen

dapat dilihat pada lampiran 37. Hasil analis ragam tersebut menunjukkan bahwa

radiasi tidak berbeda nyata pada indeks panen. Rataan indeks panen dari beberapa

populasi M2 dapat dilihat pada table 11.

Tabel 11. Indeks Panen dari beberapa popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi.

Populasi M2 Indeks Panen

I0 (0 gray) 51.620

I1 (100 gray) 46.763

I2 (150 gray) 46.398

I3 (200 gray) 44.800

Tabel 11. menunjukkan bahwa rataan indeks panen tertinggi terdapat pada

popilasi I0 yaitu 51,620 dan yang terendah terdapat pada populasi I3 yaitu 44,800.

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi.

Nilai duga heritabilitas (h2) dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai heritabilitas berkisar

antara 0,00-0,73. Berdasarkan kriteria heritabilitas diperoleh 1(satu) parameter yang

mempunyai heritabilitas tinggi, dan 7 (tujuh) parameter yang mempunyai heritabilitas

rendah.

Tabel 12. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing parameter

Parameter Nilai Duga Heritabilitas h2

Tinggi Tanaman (cm) 0.018r

Umur Berbunga (HST) 0.133r

Umur Panen (HST) 0.733t

Jumlah Klorofil Daun 0.044r

Jumlah Cabang Produktif 0.178r

Jumlah Polong Berisi 0.000r

Berat 100 Biji 0.093r

(43)

Tabel 13. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing dosis irradiasi

No. Karakter Nilai Duga h2 per Dosis Irradiasi

0 100 150 200

Tabel 13 menunjukkan nilai heritabilitas tertinggi dari berbagai dosis irradiasi

banyak ditemui pada dosis 150 gray yaitu 0,525 (tinggi tanaman); 0,989 (umur

panen); 0,880(jumlah cabang produktif); 0,608 (jumlah polong berisi) dan pada

jumlah cabang produktif diperoleh heritabilitas tertinggi pada tiap dosis radiasi yaitu

dosis 0, 100,150 dan 200 gray.

Pembahasan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dosis radiasi tidak berbeda nyata pada

parameter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah klorofil daun, jumlah cabang

produktif, jumlah polong berisi, bobot 100 biji, dan indeks panen. Hal ini mungkin

disebabkan beberapa faktor yaitu lingungan dan genetis. Hal ini sesuai dengan

literatur Mugiono (2001) yang menyatakan bahwa ada faktor yang dapat

mempengaruhi hasil radiasi yaitu faktor lingkungan (seperti : oksigen, kadar air,

penyimpanan setelah penyinaran, dan suhu) dan faktor biologis (seperti : volume inti

dan kromosom, genetis).

Dari hasil analisis diperoleh bahwa pengaruh radiasi pada umur panen

menunjukkan peningkatan yaitu R2 dan R3 (masing-masing 115,667 hari dan 116,000

(44)

makin tinggi dosis radiasi maka makin banyak terjadi mutasi dan makin tinggi pula

kerusakannya. Penelitian yang dilakukan Hartati (2000) menyatakan bahwa dosis

radiasi yang tinggi mempengaruhi proses fisiologis tanaman yang berkibat

terganggunya proses fotosintesis sehingga unsur-unsur yang diperlikan tanaman

terhambat. Bila fotosintesis terganggu dan unsur-unsur yang diperlukan terhambat

maka pembentukan buah akan terhambat pula dan umur panen menjadi lama.

Pada tabel 2 dan tabel 7 dapat dilihat adanya perubahan morfologi yaitu

penurunan tinggi tanaman 36,42 cm (populasi M1) menjadi 34,69 cm (populasi M2)

pada pemberian dosis radiasi 150 gray sedangkan pada pemberian dosis radiasi 200

gray terjadi peningkatan tinggi tanaman dari 34,47 cm (populasi M1) menjadi 36,47

cm (populasi M2), untuk parameter jumlah cabang produktif terjadi peningkatan

jumlah cabang produktif dari 2,03 cabang (populasi M1) menjadi 4,33 cabang

(populasi M2) dan diperoleh perubahan warna biji pada populasi M2 (lampiran 46)

warna biji berubah menjadi coklat kemerahan pada pemberian dosis 100 gray. Pada

respon hasil juga terjadi perubahan pada jumlah polong berisi (tabel 9) yaitu terjadi

peningkatan jumlah polong berisi dari 32,66 polong (populasi M1) menjadi 55,06

polong (populasi M2). Hal ini diduga karena sinar gamma dapat menyebabkan

perubahan yang bersifat genetis, fisiologis, dan morfologis.

Nilai heritabilitas (tabel 9) berkisar antara 0,000-0,733. dari data diperoleh

satu parameter mempunyai heritabilitas tinggi yaitu umur panen (0,733). Dan tujuh

parameter mempunyai nilai heritabilitas rendah yaitu tinggi tanaman (0,018), umur

berbunga (0,133), jumlah klorofil daun (0,044), jumlah cabang produktif (0,178),

jumlah polong berisi (0,000), bobot 100 biji (0,093), dan indeks panen (0,107).

Adanya pengelompokan nilai heritabilitas kepada tinggi, sedang dan rendah. Hal ini

(45)

dikatakan tinggi bila h² > 0,5 dikatakan sedang bila h² terletak antara 0,2-0,5

dan dikatakan rendah bila h² < 0,2.

Dari data nilai heritabilitas (tabel 9) didapat bahwa tujuh parameter

pengamatan mempunyai nilai heritabilitas rendah, yaitu pada parameter tinggi

tanaman, umur berbunga, jumlah klorofil daun, jumlah cabang produktif, jumlah

polong berisi, berat 100 biji, dan indeks panen. Nilai heritabilitas yang rendah ini

menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan faktor genetik.

Hal ini sesuai dengan literatur Hasyim (2005) yang menyatakan bahwa keragaman

atau varietas dari suatu populasi disebabkan oleh faktor genetik dan faktor

lingkungan. Crowder (1997) menyatakan bahwa heritabilitas tinggi menunjukkan

bahwa variabilitas genetik besar dan variabilitas lingkungan kecil. Dengan makin

besarnya komponen lingkungan, heritabilitas makin kecil.

Pada penelitian diperoleh satu heritabilitas tinggi yaitu pada parameter umur

panen. Hal ini disebabkan adanya pengaruh mutasi yang menyebabkan heritabilitas

tinggi, sedangkan pada tujuh parameter lainnya terdapat heritabilitas rendah. Welsh

(1991) menyatakan pada karakter yang heritabilitasnya rendah, pertumbuhan gen

berlangsung lambat kalaupun penggabungan gen-gen tersebut dapat dicapai. Seleksi

akan sangat efektif pada tanaman yang heritabilitas tinggi. Tanaman yang heritabilitas

tinggi akan mudah terlihat dalam populasi.

Dari data nilai heritabilitas dari masing-masing dosis irradiasi diperoleh bahwa

dosis 150 gray menunjukkan nilai heritabilitas yang tinggi pada parameter tinggi

tanaman, umur panen, jumlah cabang produktif, dan jumlah polong berisi. Hal ini

disebabkan oleh faktor genetik lebih berperan dibanding faktor lingkungan. Hal ini

(46)

menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan dalam mengendalikan suatu

sifat dibandingkan faktor lingkungan.

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa pada parameter jumlah cabang produktif

diperoleh nilai heritabilitas tinggi pada tiap pemberian dosis radiasi yaitu 0, 100, 150

dan 200 gray ( > 50% ). Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik

besar dan variabilitas lingkungan kecil. Mangoendidjojo (2003) menyatakan bahwa

heritabilitas dikatakan tinggi bila h² > 50% dikatakan sedang bila h² terletak antara

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil analisis diperoleh bahwa pengaruh radiasi pada umur panen

menunjukkan peningkatan yaitu R2 dan R3 (masing-masing 115,667 hari dan

116,000 hari) dan pada R1 (114,167 hari) dibandingkan R0 (113,500 hari).

2. Pada parameter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah klorofil daun, jumlah

cabang produktif, jumlah polong berisi, bobot 100 biji dan indeks panen tidak

menunjukkan perbedaaan yang nyata terhadap pemberian dosis radiasi.

3. Terjadi peningkatan jumlah cabang produktif dari 2,03 cabang (populasi M1)

menjadi 4,33 cabang (populasi M1), pada jumlah polong berisi juga terjadi

peningkatan yaitu dari 32,66 polong (populasi M1) menjadi 55,06 polong

(populasi M2) dan pada morfologi warna biji terjadi perubahan warna menjadi

coklat kemerahan ( R1 pada Lampiran 46).

4. Pengujian nilai heritabilitas tertingggi pada karakter umur panen (0,733),

sedangkan nilai heritabilitas rendah ( < 0,1), yaitu pada parameter tinggi

tanaman, umur berbunga, jumlah klorofil daun, jumlah cabang produktif,

jumlah polong berisi, berat 100 biji, dan indeks panen.

Saran

Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menanam benih kedelai M3 dari hasil

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T. T., dan N. Indarto, 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Kedelai. Penerbit Absolut, Yogyakarta.

Crowder. L.V., 1997. Genetika Tumbuhan, terjemehan Lilik Kusdiarti, UGM-Press, Yogyakarta.

Departemen Pertanian, 1996. Budidaya Tanaman palawija Pendukung Program Makan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Sorgum, Ubi Kayu, Sagu, Talas. Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura. Hal: 11.

Gao W. 2003. Wide-cross whole-genome radiation hybrid (WWRH) mapping and identification of cold-responsive genes usting oligo-gene microarray analysis in cotton. Dissertation. Texas A&M University

Hamim; D.Sopandie dan M. Jusuf. 1996. Beberapa Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Kedelai Toleran dan Peka Terhadap Cekaman Kekeringan. Hayati Vol. 3, No.1. hlm. 30-34.

Hartati, S. 2000. Penampilan Genotip Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Hasil Mutasi Buatan Pada Kondisi Stress

Air dan Kondisi Optimal. Agrosains Volume 2 No 2, 2000.

Hasyim, H. 2005. Ringkasan Bahan Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Herawati, T dan R. Setiamihardja, 2000. Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Program Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 Non Pemuliaan Dalam Ilmu

Dan Teknologi Pemuliaan. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Hidayat, O.O., 1985. dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Hal 78-80.

19 Mei 2009.

http://www.d-bes.net/warintek/nuklir/kedelai.pdf. 2009. Kedelai Varietas Unggul Baru Hasil Pemuliaan Mutasi Radiasi. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009.

(49)

Kering.

Indriani, F. C., Sudjindro, Arifin, N. S., dan Lita S., 2008. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kenaf (Hibisus cannabinus L.) dan Beberapa Species yang Sekerabat

Berdasarkan Analisis Isozim. Dikutip dari :

Irwan, A. W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Knight, R. 1979. Practical in Statistics and Quantitative Genetic. In R. Knight, (ed). A course manual in plant breeding, p. 213-225. dalam Suprapto dan N.Md.Kairudin. 2007. Varians Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max (L.) Merill) Pada Ultisol. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No.2. Hal 183-190.

Makmur. A., 1988. Pengantar Pemulian Tanaman.Bina Aksara, Jakarta.

Mangoendidjojo. W., 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Mugiono, 2001. Pemuliaan Tanaman Dengan Teknik Mutasi. Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta.

Palar, H dan A. Rialdi. 2003. Kamus Biologi. Penerbit Rineka Cipta.

Poehlman, J. M. and D. A. Sleper, 1995. Beerding Field Crops. Pamina Publishing Corporation, New Delhi.

Rahayu, H., 2008. Produksi Kedelai Tahun 2007 Turun 20,76%.

Rubatzky V.E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2. Prinsip Produksi dan Gizi. Jilid 2. Terjemahan Catur Herison. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hal : 262-263.

Sastrosupardi. A., 2004. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakaarta.

Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonimy. Tata McGraw Hill Poblishing Company Limited, New Delhi.

Sinaga R, 2000. Pemanfaatan Teknologi Iradiasi dalam Pengawetan Makanan.

Prosiding 2 Seminar Ilmiah Nasional dalam Rangka Lustrum IV Fakultas

Biologi Universitas Gadjah Mada, Penerbit MEDIKA, Yogyakarta, 2–7.

(50)

Splittstoesser, W. E. 1984. Vegetable Growing Handbook. Second Edition. Van Nosrtand Reinhold Company, New York.

Stansfield. W. D., 1991. Teori dan Soal-Soal Genetika, Edisi II, Terjemahan M, Afandi, Erlangga, Jakarta.

Steel R.G.D., dan J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik, Terjemahan Ir Bambang Sumantri, IPB-Press, Bogor.

Suyamto dan Soegiyatni.2002. Evaluasi Toleransi Galur-Galur Kedelai Terhadap Kekeringan : hlm 218-224. Prosiding Teknologi Inovatif Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Ketahanan Pangan. (Edts). M. Yusuf, J. Soejitno, Sudaryono, Darman M.A. A.A Rahmiana, Heryanto, Marwoto. I. Ketut Tastra, M. Muclish Adie dan Hermanto. Puslitbangtan.

(51)

Lampiran 1. Bagan Penelitian

BAGAN PENELITIAN

a

b

U

Keterangan :

a = Jarak antar blok (30 cm) b = Jarak antar plot (30 cm) R0 = Tanpa Radiasi

R1 = Radiasi sinar gamma 100 Gray

I

VI V IV III II

R0

R3 R1 R0 R2 R3

R3

R1 R0 R2 R0 R2

R1

R2 R3 R1 R3 R0

R2

(52)

No Jenis Kegiatan Minggu ke-

Disesuaikan Dengan Kondisi di Lapangan

Umur Berbunga Apabila Tanaman Sudah Mengeluarkan Bunga

Jumlah Klorofil Daun Dihitung Pada Fase Vegetatif (V5) dan Fase Generatif (R6)

Umur Panen Dihitung Setelah tanaman Kelihatan 95 % Matang

Jumlah Cabang Produktif per

Tanaman X

Jumlah Polong Berisi per

Tanaman X

Berat 100 Biji X

Indeks Panen X

Nilai Heritabilitas X

(53)

BAGAN ALIR PENELITIAN

Varietas Kedelai Toleran Cekaman Kekeringan

Biji Kedelai Argomulyo (M0)

Induksi Mutasi Sinar Gamma

Dengan dosis radiasi (0, 100, 150, 200 Gray)

Ditanam

Populasi M1

Populasi M2

(dilakukan pengamatan keragaman kuantitaif)

Populasi M3

(54)

Lampiran 4. Deskripsi Tanaman

ARGO MULYO

Dilepas tahun : 1998

Nomor galur : -

Asal : Introduksi dari Thailand, oleh PT Nestle Indonesia pada tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan 1

Ketahanan thd penyakit : Toleran karat daun

Keterangan : Sesuai untuk bahan baku Susu kedelai

Pemulia : Rodiah S., C. Ismail, Gatot Sunyoto, dan Sumarno

(55)

Lmapiran 5. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V1

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 7. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V2

Perlakuan

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam

(56)

Lampiran 9. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V3

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 11. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V4

Perlakuan

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam

(57)

Lampiran 13. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V5

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 15. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V6

Perlakuan

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam

(58)

Lampiran 17. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V7

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 19. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V8

Perlakuan

Lampiran 120. Daftar Sidik Ragam

(59)

Lampiran 20. Data pengamatan tinggi tanaman pada fase V9

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 23. Data pengamatan umur berbunga (HST)

Perlakuan

Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam

(60)

Lampiran 25. Data pengamatan Umur Panen (HST)

Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 27. Data pengamatan Jumlah Klorofil Daun Fase V3

Perlakuan

Lampiran 28. Daftar Sidik Ragam

(61)

Lampiran 29. Data pengamatan Jumlah Klorofil Daun Fase R1

Lampiran 30. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 31. Data pengamatan Jumlah Cabang Produktif (Cabang)

Perlakuan

Lampiran 32. Daftar Sidik Ragam

(62)

Lampiran 33. Data pengamatan Jumlah Polong Berisi (Polong)

Lampiran 34. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 35. Data pengamatan Berat 100 biji (g)

Perlakuan

Lampiran 36. Daftar Sidik Ragam

(63)

Lampiran 37. Data pengamatan Indeks Panen

Lampiran 38. Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ket F05

Lampiran 39. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing parameter

Parameter Nilai Duga Heritabilitas h2

Tinggi Tanaman (cm) 0.018r

Umur Berbunga (HST) 0.133r

Umur Panen (HST) 0.733t

Jumlah Klorofil Daun 0.044r

Jumlah Cabang Produktif 0.178r

Jumlah Polong Berisi 0.000r

Berat 100 Biji 0.093r

Indeks Panen 0.107r

Lampiran 40. Perbandingan tinggi tanaman populasi M1 dengan populasi M2 Dosis Radiasi Rataan Tinggi Tanaman (cm)

(Gray) Populasi M1 Populasi M2

0 34.20 34.94

100 37.88 36.79

150 36.42 34.69

200 30.47 34.67

Rataan 34.74 35.27

Lampiran 41. Perbandingan jumlah cabang produktif populasi M1 dengan populasi M2 Dosis Radiasi Jumlah Cabang Produktif (cabang)

(Gray) Populasi M1 Populasi M2

0 1.75 4.00

100 2.30 4.25

150 1.90 4.16

200 2.20 4.91

(64)

Lampiran 42. Perbandingan jumlah polong berisi populasi M1 dengan populasi M2 Dosis Radiasi Jumlah Polong Berisi (polong)

(Gray) Populasi M1 Populasi M2

0 27.65 51.75

100 35.75 57.75

150 38.05 56.16

200 29.20 54.58

Rataan 32.66 55.06

Lmapiran 43. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing dosis irradiasi

No. Karakter Nilai Duga h2 per Dosis Irradiasi

0 100 150 200

1 Tinggi Tanaman 0 0 0.525 0

2 Umur Berbunga 0.194 0 0.044 0

3 Umur Panen 0.314 0 0.989 0

4 Jumlah Klorofil Daun 0.280 0.246 0 0

5 Jumlah Cabang Produktif 0.890 0.917 0.880 0.690

6 Jumlah Polong Berisi 0.420 0.599 0.608 0.440

7 Bobot 100 Biji 0.526 0 0 0.400

(65)

Lampiran 44. Foto Tanaman Kedelai Pertumbuhan Kotiledon

Lampiran 45. Tanaman Kedelai Pertumbuhan Vegetatif V4

(66)

Lampiran 47. Foto Tanaman Kedelai Stadia R6

a. b.

c. d.

Keterangan Gambar :

a. Tanaman kedelai tanpa pemberian dosis radiasi

(67)

Lampiran 48. Foto Daun Kedelai

a. b.

c. d.

Keterangan Gambar :

a. Daun kedelai tanpa pemberian dosis radiasi

(68)
(69)

Lampiran 50. Foto Biji Kedelai

a. b.

c d.

Keterangan Gambar : R = Dosis radiasi B = Blok (ulangan) S = Sampel

a. Biji kedelai tanpa pemberian dosis radiasi

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman V1s/d V9 dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi
Tabel 4. Jumlah klorofil daun dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis radiasi
Tabel 5. menunjukkan bahwa rataan umur panen tercepat terdapat pada
Tabel 6. Jumlah cabang produktif dari popilasi M2 dengan beberapa taraf dosis    radiasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah untuk mengidentifikasi persoalan terkait persetujuan tindakan kedokteran adalah, bagaimana pemahaman dokter terhadap Persetujuan Tindakan Kedokteran

Kerjasama kami lakukan dengan pihak – pihak terkait yang dapat mendukung keberhasilan Program Sukses Tan ini, yaitu pemerintah daerah, warga di kecamatan terkait, dan juga

Hipotesis → du gaan sementara yang diajukan peneliti yang berupa pernyataan-pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya..

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda

PEKERJAAN : PENGADAAN KONSTRUKSI BANGUNAN AULA DAN ASRAMA DIKLAT RSUD TUGUREJO LOKASI : JL.TUGUREJO SEMARANG. SUMBER DANA : APBD TAHUN ANGGARAN

Selanjutnya Panitia Pengadaan Peralatan TI Pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Jawa Timur akan melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga dengan

[r]

Flood EViDENs utilizes LiDAR-derived elevation and information products as well as other elevation datasets, water level records by monitoring stations, flood simulation models,