• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potential of Useful Plants of HCV (High Conservation Value) Area in Palm Plantation Areas at Kapuas Hulu District, West Kalimantan Province (Case Study at PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama and PT Persada Graha Mandiri).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potential of Useful Plants of HCV (High Conservation Value) Area in Palm Plantation Areas at Kapuas Hulu District, West Kalimantan Province (Case Study at PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama and PT Persada Graha Mandiri)."

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI TUMBUHAN BERGUNA PADA AREAL

HCV (

High Conservation Value

) DI PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT, KABUPATEN KAPUAS HULU,

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(Studi Kasus di PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama dan PT Persada Graha Mandiri)

NAYUNDA PRADMA WIDYANINGGAR

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

RINGKASAN

NAYUNDA PRADMA WIDYANINGGAR. E34070082. Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama dan PT Persada Graha Mandiri). Dibawah Bimbingan: (1) Siswoyo dan (2) Ervizal A.M. Zuhud.

Berdasarkan hasil kajian High Conservation Value (HCV) yang dilakukan oleh Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c) di PT Sawit Kapuas Kencana (PT SKK), PT Paramitra Internusa Pratama (PT PIP) dan PT Persada Graha Mandiri (PT PGM) di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, ditemukan jumlah jenis berturut-turut sebanyak 259, 225 dan 149 jenis tumbuhan. Namun data dan informasi mengenai potensi tumbuhan berguna belum diketahui. Dalam rangka mendukung upaya pelestarian dan pemanfaatannya, data dan informasi tentang potensi tumbuhan berguna sangat dibutuhkan, sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Perpustakaan Fakultas Kehutanan IPB dan perpustakaan LSI IPB pada bulan April sampai Juni 2011. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode observasi dan studi pustaka, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka. Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan jumlah jenis tumbuhan berguna sebanyak 355 jenis yang dikelompokkan kedalam 88 famili, dengan rincian: PT SKK (255 jenis dan 77 famili), PT PIP (208 jenis dan 65 famili) dan PT PGM (140 jenis dan 46 famili).

Jenis tumbuhan berguna yang ditemukan pada areal studi dapat dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegunaan, yaitu: obat (PT SKK: 100 jenis, PT PIP: 60 jenis dan PT PGM: 38 jenis), hias (PT SKK: 25 jenis, PT PIP: 22 jenis dan PT PGM: 9 jenis), aromatik (PT SKK: 12 jenis, PT PIP: 12 jenis dan PT PGM: 8 jenis), pangan (PT SKK: 62 jenis, PT PIP: 44 jenis dan PT PGM: 35 jenis), pakan ternak dan satwaliar (PT SKK: 21 jenis, PT PIP: 14 jenis dan PT PGM: 6 jenis), pestisida nabati (PT SKK: 4 jenis, PT PIP: 4 jenis dan PT PGM: 3 jenis), serat (PT SKK: 6 jenis, PT PIP: 5 jenis dan PT PGM: 1 jenis), pewarna dan tanin (PT SKK: 24 jenis, PT PIP: 17 jenis dan PT PGM: 13 jenis), bahan bangunan (PT SKK: 69 jenis, PT PIP: 58 jenis dan PT PGM: 35 jenis), upacara adat (PT SKK: 13 jenis, PT PIP: 11 jenis dan PT PGM: 10 jenis), tali, anyaman dan kerajinan (PT SKK: 21 jenis, PT PIP: 22 jenis dan PT PGM: 16 jenis), bahan bakar (PT SKK: 23 jenis, PT PIP: 17 jenis dan PT PGM: 16 jenis) dan tumbuhan lainnya (PT SKK: 21 jenis, PT PIP: 18 jenis dan PT PGM: 12 jenis).

(3)

SUMMARY

NAYUNDA PRADMA WIDYANINGGAR. E34070082. Potential of Useful Plants of HCV (High Conservation Value) Area in Palm Plantation Areas at Kapuas Hulu District, West Kalimantan Province (Case Study at PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama and PT Persada Graha Mandiri). Under Supervision of: (1) Siswoyo and (2) Ervizal A.M. Zuhud.

Based on the result of High Conservation Value (HCV) study, which performed by Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c) in PT Sawit Kapuas Kencana (PT SKK), PT Paramitra Internusa Pratama (PT PIP) and PT Persada Graha Mandiri (PT PGM), there has been found respectively 259, 225 and 149 plant species. Nevertheless, data and information about the potential of useful plants were unknown yet. In order to support its conservation and utilization efforts, all data and information about potential of useful plants was critically required, thus this research was required. The objective of this research was to identify the potential of useful plants in palm plantation area in Kapuas Hulu district, West Kalimantan province.

This research performed at Section of Plants Diversity Conservation, Department of Forest Resource Conservation and Ecotourism, Forestry Faculty of Bogor Agricultural University (BAU), library of Forestry Faculty and LSI library of BAU at April to June 2011. Collected data and information in this research included primary and secondary data. Primary data collected by observation and literature review, while secondary data collected by literature review. Result identification shows that 355 species of useful plants, which classified into 88 families, found in study area with detail: PT SKK (225 species and 77 families), PT PIP (208 species and 65 families) and PT PGM (140 species and 46 families).

Useful plants, in this research, was classified into 13 groups; those are: medicine (PT SKK: 100 species, PT PIP: 60 species and PT PGM: 38 species), ornament (PT SKK: 25 species, PT PIP: 22 species and PT PGM: 9 species), aromatic (PT SKK: 12 species, PT PIP: 12 species and PT PGM: 8 species), food (PT SKK: 62 species, PT PIP: 44 species and PT PGM: 35 species), feed (PT SKK: 21 species, PT PIP: 14 species and PT PGM: 6 species), herbal pesticide (PT SKK: 4 species, PT PIP: 4 species and PT PGM: 3 species), fibre (PT SKK: 6 species, PT PIP: 5 species and PT PGM: 1 species), colour and tannin (PT SKK: 24 species, PT PIP: 17 species and PT PGM: 13 species), construction material (PT SKK: 69 species, PT PIP: 58 species and PT PGM: 35 species), traditional custom material (PT SKK: 13 species, PT PIP: 11 species and PT PGM: 10 species), rope, plait and handicraft material (PT SKK: 21 species, PT PIP: 22 species and PT PGM: 16 species), fuel (PT SKK: 23 species, PT PIP: 17 species and PT PGM: 16 species) and others (PT SKK: 21 species, PT PIP: 18 species and PT PGM: 12 species).

(4)

POTENSI TUMBUHAN BERGUNA PADA AREAL

HCV (

High Conservation Value

) DI PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT, KABUPATEN KAPUAS HULU,

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(Studi Kasus di PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama dan PT Persada Graha Mandiri)

NAYUNDA PRADMA WIDYANINGGAR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(5)

Judul Penelitian : Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High

Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit,

Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat

(Studi Kasus di PT Sawit Kapuas Kencana, PT

Paramitra Internusa Pratama dan PT Persada Graha

Mandiri)

Nama Mahasiswa : Nayunda Pradma Widyaninggar

NRP : E34070082

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas : Kehutanan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Ir. Siswoyo, M.Si Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19590618 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 1984030 1 003

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa

Sawit, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat (Studi Kasus di

PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama dan PT

Persada Graha Mandiri)” adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai Karya Ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Nayunda Pradma W

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan anugerah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama dan PT Persada Graha Mandiri)” dapat diselesaikan.

Karya tulis ini merupakan hasil pemikiran yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya dan mudah-mudahan dapat dijadikan rujukan atau acuan adanya suatu perubahan dalam pengelolaan sumberdaya alam sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Disamping itu, dengan adanya pemanfaatan sumberdaya alam sebagai alternatif penunjang kebutuhan hidup manusia diharapkan dapat meningkatkan upaya efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi upaya pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit.

Bogor, Agustus 2011 Penulis

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah pada 09 Desember 1989 sebagai putri pasangan Drs. Bhakti Prasetiyo Utomo dan Dra. Rini Nurwulandini. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu; pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Kutoharjo 02 Rembang, lulus pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Rembang, lulus pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Rembang, lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) yang selanjutnya memilih bidang minat Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan.

Selama masa perkuliahan penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yaitu anggota Agriaswara IPB (2007-2010), anggota Kelompok Pemerhati Burung (KPB “Perenjak”) HIMAKOVA (2008-2011) dan anggota Organisasi Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (2007-2011). Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Wisata Alam (TWA) Kamojang-Cagar Alam (CA) Sancang, Jawa Barat (2009) dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Gunung Walat (2010). Selain itu, penulis juga telah melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur (2011). Kegiatan lapang HIMAKOVA yang diikuti penulis diantaranya, Eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia di Cagar Alam Rawa Danau di Kabupaten Serang, Provinsi Banten tahun 2008 dan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) Himokava IPB di Taman Nasional Manupeu Tanadaru (Sumba, Nusa Tenggara Timur) tahun 2009. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama dan PT Persada Graha Mandiri)” di bawah bimbingan Ir. Siswoyo, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu, bapak, mayang dan seluruh keluarga besar atas nasehat, doa, perhatian dan dorongan baik moril maupun spiritual serta segala-galanya, 2. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud,

MS. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, pengetahuan dan nasehat yang begitu berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

3. Bapak Soni Trison, S.Hut, M.Si selaku dosen penguji dari Fakultas Manajemen Hutan dan Bapak Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si sebagai Ketua Sidang, yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini,

4. Mbak Ellyn, Pak Santa, Umi dan Dzikri serta para staff di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah memberikan dorongan, semangat dan menyediakan tempat selama penelitian ini berlangsung, 5. Bapak dan ibu dosen di Fakultas Kehutanan yang telah memberikan

banyak ilmu kepada penulis,

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kehutanan dan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah banyak membantu dalam administrasi dan pelaksanaan penelitian,

7. Oman, Dinar, Neneng, Aci, Fela, Shinta, Anna, Nia, Nindi, Ii’, Gita, Icha, Ado, Ebel, Anbon, Anabella, Rona, Iqbal, keluarga besar Villa Cempaka dan HKRB yang telah memberikan segala bantuan, perhatian, semangat dan doanya selama ini,

8. Keluarga besar KSHE’44 (Koak), HIMAKOVA dan Fahutan ’44 atas tawa, canda, suka dan duka yang telah dilalui bersama,

(10)

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mencurahkan segala tenaga, waktu maupun pikirannya kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis, baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan, Amin.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL . ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN . ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Kerangka Pemikiran ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Kebun Kelapa Sawit ... 4

2.2 Tumbuhan Berguna ... 4

2.2.1 Definisi Tumbuhan Berguna ... 4

2.2.2 Potensi Tumbuhan Berguna di Indonesia ... 5

2.3 Budaya Suku Dayak ... 14

2.4 Tipe Ekosistem ... 16

2.4.1 Hutan Dataran Rendah ... 16

2.4.2 Hutan Kerangas ... 17

2.4.3 Hutan Rawa Gambut ... 17

2.4.4 Hutan Rawa Air Tawar ... 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.3 Metode Penelitian ... 19

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 PT Sawit Kapuas Kencana ... 26

(12)

4.2 PT Paramitra Internusa Pratama ... 28

4.3 PT Persada Graha Mandiri ... 30

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekayaan Jenis Tumbuhan Berguna ... 33

5.1.1 PT Sawit Kapuas Kencana ... 34

5.1.2 PT Paramitra Internusa Pratama ... 42

5.1.3 PT Persada Graha Mandiri ... 49

5.2 Pemanfaatan Tumbuhan ... 56

5.2.1 Kelompok Kegunaan ... 57

1. Tumbuhan Obat ... 57

2. Tumbuhan Hias ... 61

3. Tumbuhan Aromatik ... 63

4. Tumbuhan Penghasil Pangan ... 64

5. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak ... 65

6. Tumbuhan Penghasil Pestisida nabati ... 67

7. Tumbuhan Penghasil Serat... 68

8. Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin ... 69

9. Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan ... 70

10.Tumbuhan Untuk Upacara Adat ... 71

11.Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, dan Kerajinan .... 73

12.Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar ... 74

13.Kegunaan Lainnya ... 75

5.2.2 Keterkaitan Budaya Masyarakat Dayak terhadap Hutan dan Pembangunan Kebun Kelapa Sawit ... 76

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 79

6.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 85

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Metode pengumpulan data dan informasi ... 20

2. Klasifikasi kelompok kegunaan jenis tumbuhan ... 23

3. Klasifikasi kelompok penyakit dan macam penyakit/penggunaan ... 24

4. Rekapitulasi jenis tumbuhan berguna di areal studi ... 33

5. Sebaran jenis tumbuhan di PT Sawit Kapuas Kencana ... 35

6. Daftar jenis tumbuhan di areal ijin PT Sawit Kapuas Kencana berdasarkan status tumbuhannya ... 39

7. Sebaran jenis tumbuhan di PT Paramitra Internusa Pratama ... 42

8. Daftar jenis tumbuhan di areal ijin PT Paramitra Internusa Pratama berdasarkan status tumbuhan ... 46

9. Sebaran jenis tumbuhan di PT Persada Graha Mandiri ... 50

10. Daftar jenis tumbuhan di areal ijin PT Persada Graha Mandiri berdasarkan status tumbuhan ... 54

11. Klasifikasi kegunaan tumbuhan di areal studi ... 56

12. Beberapa jenis tumbuhan obat yang berada di areal studi ... 58

13. Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat pada areal studi berdasarkan kelompok penyakit atau penggunaannya ... 59

14. Beberapa jenis tumbuhan hias ... 62

15. Beberapa jenis tumbuhan aromatik ... 63

16. Beberapa jenis tumbuhan penghasil pangan ... 65

17. Beberapa jenis tumbuhan penghasil pakan ternak ... 66

18. Daftar jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati ... 67

19. Daftar jenis tumbuhan penghasil serat ... 68

20. Beberapa jenis tumbuhan penghasil pewarna dan tanin ... 70

21. Beberapa jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan ... 70

22. Beberapa jenis tumbuhan untuk upacara adat ... 72

23. Beberapa jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan ... 73

24. Beberapa jenis tumbuhan penghasil kayu bakar ... 75

25. Daftar jenis tumbuhan penghasil lainnya ... 76

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi dan perumusan strategi pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna pada areal perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ... 3

2. Persentase jumlah lima famili terbanyak di areal studi ... 34

3. Diagram jumlah enam famili terbanyak di areal ijin PT SKK ... 37

4. Kekayaan habitus tumbuhan berguna di PT SKK ... 38

5. Diagram jumlah enam famili terbanyak di areal ijin PT PIP ... 45

6. Kekayaan habitus tumbuhan berguna di PT PIP ... 45

7. Diagram jumlah enam famili terbanyak di areal ijin PT PGM ... 52

8. Kekayaan habitus tumbuhan berguna di PT PGM ... 53

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta lokasi areal ijin PT SKK ... 86

2. Peta lokasi areal ijin PT PIP ... 87

3. Peta lokasi areal ijin PT PGM ... 88

4. Daftar jenis tumbuhan berguna di areal studi ... 89

5. Rekapitulasi nama famili pada setiap areal studi ... 98

6. Daftar potensi jenis tumbuhan berguna pada areal studi ... 100

7. Lokasi pengamatan pada areal studi ... 140

8. Kekayaan jenis berdasarkan tipe ekosistem di PT SKK ... 146

9. Kekayaan jenis berdasarkan tipe ekosistem di PT PIP ... 152

10.Kekayaan jenis berdasarkan tipe ekosistem di PT PGM ... 158

11.Rekapitulasi jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan Etnis Dayak ... 162

12.Beberapa dokumentasi gambar jenis tumbuhan berguna ... 163

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, yang memiliki luas wilayah 29.842 km². Menurut Disbun (2009), daerah kabupaten ini memiliki luas areal perkebunan yang cukup luas yaitu 356.100 ha. Luasan tersebut merupakan jumlah luasan dari 23 perusahaan perkebunan yang terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu. Perusahaan-perusahaan tersebut, diantaranya PT Sawit Kapuas Kencana, PT Paramitra Internusa Pratama dan PT Persada Graha Mandiri.

Kajian High Conservation Value (HCV) telah dilakukan pada ketiga areal tersebut oleh Tim Terpadu (2010a), Tim Terpadu (2010b) dan Tim Terpadu (2010c). Hasil kajian HCV ini akan menjadi rujukan formal bagi ketiga perusahaan tersebut untuk menetapkan, mengelola dan memonitor areal-areal HCV, sebagai wujud nyata komitmen perusahaan untuk melakukan praktek pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang lestari. Hasil kajian HCV menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di PT Sawit Kapuas Kencana sebanyak 259 jenis, PT Paramitra Internusa Pratama sebanyak 225 jenis dan PT Persada Graha Mandiri sebanyak 149 jenis.

(17)

dari segi kuantitas maupun kualitasnya sehingga ancaman kepunahan akan semakin meningkat.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pihak pengelola dalam rangka upaya pelestarian dan pemanfaatannya untuk kesejahteraan masyarakat di areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

1.4 Kerangka Pemikiran

Keberhasilan dalam pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) Potensi tumbuhan berguna (tumbuhan obat, tumbuhan hias, tumbuhan aromatik, tumbuhan penghasil pangan, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan penghasil pestisida nabati, tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin, tumbuhan penghasil serat, tumbuhan penghasil kayu bakar, tumbuhan untuk upacara adat, tumbuhan penghasil bahan bangunan, tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman dan kerajinan serta tumbuhan penghasil lainnya), (2) Ketersediaan informasi tentang teknik budidaya tumbuhan dan (3) Budaya masyarakat setempat.

(18)

tumbuhan berguna pada areal studi di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi dan perumusan strategi pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

KONDISI SAAT INI

x Berdasarkan kajian HCV yang dilakukan oleh Tim Terpadu (2010a), Tim Terpadu (2010b) dan Tim Terpadu (2010c) diperoleh jumlah jenis tumbuhan di PT Sawit Kapuas Kencana sebanyak 259 jenis, PT Paramitra Internusa Pratama sebanyak 225 jenis dan PT Persada Graha Mandiri sebanyak 149 jenis.

x Potensi tumbuhan berguna belum diketahui.

x Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat belum dilakukan secara lestari dan data serta informasi tentang teknik budidaya jenis tumbuhan juga belum diketahui.

x Kesadaran masyarakat terhadap

ti l t i t b h ih

KONDISI AKAN DATANG

x Data dan informasi tentang potensi tumbuhan berguna tersedia.

x Pemanfaatan tumbuhan berguna dapat dilakukan secara lestari oleh masyarakat karena tersedianya data dan informasi tentang teknik budidaya tumbuhan berguna.

x Keberadaan tumbuhan dilindungi dan langka terjamin di masa yang akan datang.

x Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian tumbuhan.

Ancaman kelangkaan dan kepunahan tumbuhan berguna.

Upaya pelestarian dan pemanfaatan

Identifikasi budaya masyarakat Dayak Identifikasi potensi

tumbuhan berguna

Identifikasi teknik budidaya tumbuhan

Kekayaan jenis tumbuhan berguna

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Kebun Kelapa Sawit

Di dalam UU No. 18 Tahun 2004 Pasal 1 disebutkan bahwa Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat (Anonim 2009).

Menurut Badrun (1996), pembangunan atau pengembangan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk mencapai beberapa sasaran, antara lain:

a) Meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpendapatan rendah melalui keikutsertaannya sebagai pemilik kebun plasma dengan harapan mampu menerapkan teknologi yang sesuai, sehingga kebun tersebut berada pada tingkat produktivitas yang tinggi.

b) Sebagai upaya pendistribusian kekayaan nasional kepada masyarakat, melalui pendistribusian kredit untuk pembangunan kebun dan pendistribusian lahan melalui pemberian sertifikat tanah.

c) Sebagai upaya penyebaran pembangunan ke berbagai wilayah baru yang belum terjamah pembangunan teristimewa daerah terpencil dengan prasarana yang sangat tidak memadai sekaligus berperan sebagai pusat pertumbuhan. d) Memadukan perusahaan besar sebagai inti dari perkebunan rakyat, serta

sebagaiplasma untuk mentransfer teknologi dan pertumbuhan kelembagaan-kelembagaan baru di kalangan masyarakat yang lebih maju.

2.2 Tumbuhan Berguna

2.2.1 Definisi Tumbuhan Berguna

(20)

kebaikan atau keuntungan. Jadi, arti dari tumbuhan berguna adalah sesuatu yang hidup dan tumbuh serta berbatang, berakar, berdaun dan lain-lain (seperti rumput, pohon, bambu, dan lain-lain) yang memiliki manfaat bagi kesejahteraan manusia.

2.2.2 Potensi Tumbuhan Berguna di Indonesia

Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya akan jenis tumbuhan dan satwanya. Menurut Anonim (1994) dalam Frankistoro (2006), jumlah total jenis tumbuhan di Indonesia belum diketahui pasti, tetapi diperkirakan memiliki jenis tumbuhan berbunga sebanyak 27.500 jenis (11%), jenis lumut sebanyak 1.500 jenis (9%), tumbuhan paku sebanyak 1.500 jenis (13%) dan 19% tumbuhan Gymnospermae, sedangkan menurut Sastrapradja et al. (1977), jenis tumbuhan yang telah diketahui potensi dan manfaatnya untuk bahan pangan, sandang, papan dan industri hanya sekitar 6.000 jenis. Keadaan ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan kekayaan tumbuhan Indonesia.

Lemmens dan Soetjipto (1999) membagi jenis pemanfaatan tumbuhan berdasarkan komoditas untuk berbagai keperluan yang meliputi pemanfaatan secara primer dan sekunder, seperti kacang-kacangan, buah-buahan, pewarna, pakan, kayu, rotan, bambu, sayur-sayuran, sumber karbohidrat, sereal, tumbuhan obat dan tanaman hias.

2.2.2.1 Tumbuhan Obat

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Surat Keputusan Mentri Kesehatan No.149/SK/Menkes/IV/1978 dalam Kartikawati (2004), definisi tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian dari tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu, sebagai bahan pemula bahan baku obat atau tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat.

(21)

adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi :

a. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

b. Tumbuhan obat modern, yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat sebagai obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

c. Tumbuhan obat potensial, yaitu jenis tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau medis dan penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit untuk ditelusuri.

2.2.2.2 Tumbuhan Hias

Tumbuhan dan tanaman memiliki definisi yang berbeda. Pada Tumbuhan berarti segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun dan sebagainya (seperti rumput, pohon, bambu dan sebagainya), sedangkan tanaman adalah tumbuhan yang sudah dibudidayakan.

(22)

2.2.2.3 Tumbuhan Aromatik

Tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan aroma karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati yaitu sebagai pengharum, baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum pada sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun pada produk rumah tangga lainnya. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari bagian-bagian tumbuhan (Agusta 2000 dalam Arafah 2005).

Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri antara lain dari famili Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon zizinioides); Lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii); Zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber officinale); Piperaceae, misalnya sirih (Piper betle); Santalaceae, misalnya cendana (Santalum album); Anonaceae, misalnya kenanga (Canangium odoratum) dan sebagainya. Minyak atsiri bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar atau umbi (rhizoma), yang merupakan bahan baku untuk produk farmasi dan kosmetik alamiah disamping digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients).

2.2.2.4 Tumbuhan Penghasil Pangan

Tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, segala sesuatu yang hidup dan berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh makhluk hidup. Menurut Lembaga Biologi Nasional-LIPI (1997) dalam

Frankistoro (2006), tumbuhan pangan ini meliputi, karbohidrat (contohnya ubi-ubian, talas, sagu dan nasi), protein (contohnya kecipir dan kacang-kacangan), vitamin (contohnya pisang, rambutan dan markisa), dan lemak (contohnya kemiri, tengkawang dan alpukat).

2.2.2.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak

(23)

tumbuhan liar seperti yang terdapat pada padang rumput, contohnya yaitu alang-alang. Pakan yang diberikan kepada ternak berkaki empat terdiri atas bermacam-macam jenis rumput dan dedaunan yang lain (Sastrapradja, Afriastini dan Sutarno 1983).

2.2.2.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati

Menurut Astutik (2010), pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan dan dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.

Salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida nabati. Prinsip penggunaan pestisida nabati tersebut hanya untuk mengurangi, bukan untuk meninggalkan pemakaian pestisida kimia, karena efektivitasnya juga masih di bawah pestisida kimia.

Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Lebih dari 1.500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.

(24)

Menurut Asdyanasari (2009), tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:

1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak dan srikaya.

2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah daun wangi dan selasih.

3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi dengan cara meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun.

4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi).

5. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih.

Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :

(25)

2. Menghambat pergantian kulit, 3. Mengganggu komunikasi serangga, 4. Menyebabkan serangga menolak makan, 5. Menghambat reproduksi serangga betina, 6. Mengurangi nafsu makan,

7. Memblokir kemampuan makan serangga, 8. Mengusir serangga,

9. Menghambat perkembangan patogen penyakit.

2.2.2.7 Tumbuhan Penghasil Serat

Indonesia sebagai negara dengan kekayaan hayati yang tinggi memiliki peluang yang besar untuk mengeksplorasi pemanfaatan bahan serat alam sebagai penguat material komposit. Karena sifat kekuatan serat alam ini bervariasi, maka pemanfaatannya akan bervariasi mulai dari bahan komposit untuk penggunaan yang ringan dan tidak terlalu memerlukan kekuatan tinggi sampai bahan komposit untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan dan ketangguhan tinggi. Menurut Vendy (2010), sepanjang kebudayaan manusia penggunaan serat alam sebagai salah satu material pendukung kehidupan, mulai dari serat ijuk sebagai bahan bangunan, serat nanas atau tumbuhan kayu sebagai bahan sandang dan serat alam yang dapat digunakan untuk membuat tambang. Seiring dengan perkembangan teknologi bahan, peran serat-serat alam mulai tergantikan oleh jenis bahan serat sintetik seperti serat gelas atau serat karbon. Seiring dengan inovasi yang dilakukan dalam bidang material, serat alam kembali “dilirik” oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penguat komposit.

(26)

Tumbuhan rami (Boehmeria nivea, L. Gaud) merupakan salah satu tumbuhan penghasil serat alam yang dapat menjadi sumber bahan baku produk tekstil seperti halnya kapas karena memiliki kemiripan dengan kapas, bedanya kapas merupakan serat pendek, sedangkan rami adalah serat panjang. Dibanding dengan kapas, serat rami lebih kuat, mudah menyerap keringat dan tidak mudah kena bakteri atau jamur. Selain diambil serat dari kulit batangnya, semua bagian tanaman rami dapat dimanfaatkan. Akar tanaman (rhizome) dapat digunakan sebagai bahan tanaman (bibit) untuk pengembangan rami, daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan kulit batang dan kayunya dapat digunakan untuk bahan baku pulp maupun kompos. Prospek pengembangan pasar untuk serat rami sangat baik karena harga jual yang relatif tinggi. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan rami karena memiliki lahan yang relatif luas dan iklim yang cocok untuk tumbuhan rami. Rami sangat cocok dikembangkan di Indonesia bagian barat yang beriklim basah karena jenis tumbuhan ini memerlukan curah hujan sepanjang tahun (Anonim 2010).

2.2.2.8 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna dan Tanin

Pewarna nabati adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan, bahan-bahan ini diekstrak dengan jalan fermentasi, direbus atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Suatu zat dapat dikatakan berwarna apabila zat tersebut dapat menyerap cahaya yang dapat dilihat manusia yang panjang gelombangnya 400-800 nm. Sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan, seperti warna biru dari

Indigofera spp. dan Haemetoxylon campechianum L., warna kuning dari Crocus sativa L., warna coklat dari Peltophorum pterocarpum, warna merah dari Rubia cardifolia L., dan warna hitam dari Macaranga tanarius (L.), sedangkan untuk warna hijau biasanya diperoleh dari campuran pewarna nabati yang berwarna biru dan kuning (Lemmens dan Soetjipto 1999).

(27)

Menurut Lemmens dan Soetjipto (1999), tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain terutama daun, buah, dan puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tanin berupa kulit samak yang banyak manfaatnya, selain samak kulit juga dapat menyamak jala, tali dan layar. Tanin juga digunakan sebagai perekat, bahan pewarna dan mordan.

2.2.2.9 Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan

Haygreen dan Bowyer (1989) dalam Purnawan (2006) mengemukakan bahan bangunan kayu merupakan salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, kayu dapat dipotong dan dibentuk dengan mudah, digunakan dan mudah dipasang. Pada saat yang sama, kayu adalah salah satu bahan yang sangat kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding-dinding yang berlapis-lapis rumit. Unsur-unsur penyusunan kayu tergabung dalam jumlah senyawa organik, yaitu: selulosa, hemiselulosa dan lignin.

2.2.2.10 Tumbuhan untuk Upacara Adat

Diantara pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang tumbuhan, ada yang bersifat spiritual, magis dan ritual. Demikian pula tentang pemanfaatannya, salah satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara. Indonesia yang terdiri kurang lebih 350 etnis dapat memberikan gambaran pemanfaatan tumbuhan di masing-masing tempat yang khususnya dipakai dalam berbagai upacara. Dalam upacara-upacara adat yang dilakukan, terutama yang berkenaan dengan upacara-upacara daur hidup, tumbuhan banyak dipakai (Kartikawati dan Wahyono 1992).

(28)

(Dysoxyllum densiflorum) dan cendana (Santalum album). Majegau dulu banyak dijumpai di hutan namun sekarang sudah banyak ditebang. Dari segi pemanfaatannya, kedua jenis tersebut termasuk ke dalam jenis utama untuk upacara ngaben.

2.2.2.11 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, dan Kerajinan

Tanaman yang termasuk dalam kelompok sumber bahan sandang, tali temali dan anyaman antara lain: kapas (Gossypium hirsutum), kenaf (Hibiscus cannabinus), rosella (Hibiscus sabdariffa), yute (Corchorus capsularis dan C. olitoris), rami (Boehmeria nivea), abaca (Musa textilis), dan agave atau sisal (Agave sisalana dan A. cantula) (Isdijoso 1992). Widjaya, Mahyar, dan Utama (1989) dalam Frankistoro (2006) mengemukakan bahwa diantara jenis tumbuhan penghasil bahan kerajinan, rotan merupakan bahan baku utama kerajinan anyaman di Indonesia. Hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan banyak dijumpai di daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Karena di pulau-pulau tersebut merupakan pusat tempat rotan tumbuh. Tumbuhan kedua yang berpotensi tinggi adalah bambu. Hasil kerajinan bambu umumnya berasal dari Bali, Jawa dan Sulawesi; sedangkan untuk di daerah Sumatera dan Kalimantan produksinya lebih sedikit. Selanjutnya yaitu pandan, merupakan bahan baku yang juga berpotensi, hanya saja hasil kerajinannya tidak begitu tinggi apabila dibandingkan dengan rotan dan bambu. Tumbuhan ini biasanya hanya dibuat di dataran-dataran rendah dimana banyak tumbuhan pandan yang cocok sebagai bahan baku anyaman.

2.2.2.12 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Kepentingan internasional kayu sebagai pemanas rumah dan bahan bakar untuk memasak harus diakui. Secara menyeluruh di dunia, penggunaan kayu untuk bahan bakar merupakan penggunaan tunggal terbesar dari kayu dan masih tetap demikian hingga sekarang. Diperkirakan bahwa 45% kayu yang dikonsumsi di dunia digunakan untuk pemanasan rumah dan memasak (Heygreen dan Bowyer 1989 dalam Purnawan 2006).

Sutarno (1996) mengemukakan jenis pohon yang ditujukan untuk pemenuhan kayu bakar, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(29)

b) Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat,

c) Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya, d) Tahan penyakit dan hama,

e) Waktu pengelolaannya singkat,

f) Tahan terhadap kekeringan dan toleran terhadap iklim yang lain, g) Pertumbuhan tajuk baik, siap tumbuh pertunasan yang baru, h) Memiliki manfaat lain yang menguntungkan pertanian,

i) Menghasilkan percabangan dengan diameter yang cukup kecil untuk dipotong dengan peralatan tangan dan mudah pengangkutannya,

j) Menghasilkan kayu yang mudah dibelah, k) Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan,

l) Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar.

2.3 Budaya Suku Dayak yang Berkaitan dengan Pemanfaatan Tumbuhan

Suku Dayak merupakan suku asli yang menetap dan tinggal di pulau Kalimantan, salah satu wilayah penyebarannya yaitu di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Menurut Arman (1989), salah satu faktor permasalahan dalam pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna pada beberapa areal perkebunan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat adalah kurangnya kesadaran masyarakat di sekitar kawasan khususnya Suku Dayak terhadap pentingnya pelestarian tumbuhan berguna yang terdapat di areal perkebunan tersebut. Salah satu kegiatan suku Dayak yang dapat mengganggu kelestarian tumbuhan berguna adalah budaya kegiatan berladang.

(30)

Soedjito (1999), memperkirakan sistem perladangan yang dilakukan orang Dayak sudah dimulai dua abad yang lalu.

Dalam konteks pengelolaan sumberdaya hutan berwawasan kearifan tradisional, pada dasarnya di kalangan orang Dayak memiliki cara-cara tertentu dalam memperlakukan kawasan hutan. Menurut Bamba (1996), orang Dayak memandang alam tidak sebagai aset atau kekayaan, melainkan sebagai rumah bersama. Konsep rumah bersama ini terlihat dalam setiap upacara yang mendahului kegiatan tertentu yang berkaitan dengan memanfaatkan hutan, dimana selalu terdapat unsur permisi atau minta izin dari penghuni hutan yang akan digarap. Suara burung atau binatang tertentu menjadi sarana komunikasi antara manusia dengan penghuni alam.

Berbagai kepercayaan sebagaimana yang digambarkan tersebut, menandakan bahwa orang Dayak memiliki persentuhan yang mendalam terhadap mitos, yaitu suatu kejadian yang dipandang suci atau peristiwa yang dialami langsung oleh para leluhur, meskipun waktu terjadinya peristiwa itu tidak dapat dipastikan secara historis, namun sejarah kejadian itu bagi orang Dayak berfungsi sebagai norma kehidupan. Pemikiran seperti itu melahirkan suatu persepsi mereka tentang kearifan pengelolaan sumberdaya hutan (Widjono 1995).

Dalam berladang, Suku Dayak umumnya yang mejadi prioritas utama bukan produktivitas tetapi adanya kekayaan tanaman yang ditanam. Hal ini dapat dipahami karena suku Dayak bersifat subsisten. Kekayaan ini diberlakukan dalam semua jenis usaha pertanian termasuk juga dalam usaha kebun karet. Dalam kegiatan berladang yang ditanam tidak hanya tanaman padi, tetapi juga ditanam berbagai jenis sayur-mayur yang umurnya relatif pendek dibandingkan dengan umur padi.

(31)

berladang itu dilakukan hingga selesai panen, sebagian bekas ladang itu mereka tanam kembali dengan pohon karet, sedangkan bagian lain dibiarkan tumbuh menjadi hutan kembali agar suatu saat dapat dibuka menjadi ladang.

Secara tradisional sistem dan pola pengelolaan sumberdaya hutan di Kalimantan masih dapat kita temukan, dimana masing-masing memiliki karakteristik yang belum tentu dapat diduplikasi di tempat lain, misalnya di Kalimatan Barat kita kenal adanya sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang disebut dengan istilah tembawang, sedangkan di Kalimantan Timur dikenal dengan istilah Simpukng Munan dan ragam simpukng lainnya. Sistem pengelolaan sumberdaya hutan oleh orang Dayak tersebut secara ekonomis terbukti mampu memberikan konstribusi untuk pendapatan keluarga sekaligus melestarikan sumberdaya hutan.

2.4 Tipe Ekosistem

Menurut Soemarwoto (1983) dalam Indriyanto (2008), ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem (sistem ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat dikatakan sebagai unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling mempengaruhi (Odum 1993).

Menurut Odum (1993), ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

2.4.1 Hutan Dataran Rendah

(32)

rata-rata temperatur 25°C dengan perbedaan temperatur yang kecil sepanjang tahun, rata-rata kelembapan udara 80%.

Hutan dataran rendah merupakan ekosistem yang memiliki kekayaan jenis dan tingkat endemisitas tertinggi dibandingkan dengan tipe ekosistem lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuswanda dan Antoko (2008) mengenai kekayaan hutan dataran rendah, yang menyebutkan bahwa sebagian besar jenis tumbuhan endemis Sumatera ditemukan di hutan-hutan dataran rendah dengan ketinggian tempat dibawah 500 m dpl.

2.4.2 Hutan Kerangas

Kissinger (2002) menyatakan bahwa hutan kerangas merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang berada pada tanah miskin hara, mosaik-mosaik kanopi hutan yang memiliki warna hijau kelabu dengan permukaan yang seragam, dan bila dibandingkan dengan hutan dataran rendah maka pohon-pohonnya relatif lebih rendah dan berukuran kecil, sedikit memiliki liana dan rotan serta memiliki jumlah vegetasi tingkat pohon yang lebih sedikit. Komposisi floristik hutan kerangas bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi biasanya terdapat jenis tertentu yang secara konsisten selalu ada dan mencirikan tipe hutan ini terutama dengan tipe tanah podosol (Riswan 1987 dalam Kissinger 2002).

Hutan kerangas merupakan bentuk tipe hutan yang menggambarkan suatu komunitas tumbuhan yang tumbuh pada kondisi habitat yang relatif stabil dan serba terbatas. Didalamnya terkandung suatu mekanisme proses pertumbuhan dan perkembangan suatu organism yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang khusus (Kissinger 2002).

2.4.3 Hutan Rawa Gambut

(33)

Menurut Santoso 1996 dalam Indriyanto (2008), ekosistem hutan gambut merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang cukup unik karena tumbuh di atas tumpukan bahan organik yang melimpah. Daerah gambut pada umumnya mengalami genangan air tawar secara periodik dan lahannya memiliki topografi bergelombang kecil sehingga menciptakan bagian-bagian cekungan tergenang air tawar.

2.4.4 Hutan Rawa Air Tawar

Beberapa ciri dari tipe ekosistem hutan rawa air tawar adalah ekosistem hutan yang tidak terpengaruh oleh iklim, terdapat pada daerah dengan kondisi tanah yang selalu tergenang air tawar, pada daerah yang terletak di belakang hutan payau (mangrove) dengan jenis tanah alluvial dan kondisi aerasinya buruk (Arief 1994). Jenis tumbuhan sungkai (Peronema canescens Jack.) merupakan salah satu jenis khas yang terdapat di tipe ekosistem hutan rawa air tawar. Jenis ini ditemukan di kawasan Sempadan Sungai Putat. Karakteristik jenis tumbuhan ini dapat tumbuh di tanah alluvial, hidup di hutan jati, hutan sekunder, kebun, ladang, dan di hutan rakyat pada ketinggian tempat 25-300 m dpl.

Indriyanto (2008) menambahkan bahwa beberapa jenis tumbuhan yang biasa ditemukan pada ekosistem hutan rawa air tawar adalah Palaquium leiocarpum, Shorea uliginosa, Campnosperma macrophylla, Garcinia spp.,

(34)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Perpustakaan Fakultas Kehutanan IPB dan perpustakaan LSI IPB serta pengambilan dokumentasi gambar dilakukan di Kebun Raya Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: laptop merk

LenovoideaPadS10-2 dengan program Microsoft Excel dan Microsoft Word serta perlengkapannya, buku panduan lapang tumbuhan berguna Indonesia, kamera digital dan alat tulis-menulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: dokumen hasil penelitian dan dokumen analisis vegetasi yang telah dilakukan pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, yaitu di PT Sawit Kapuas Kencana (PT SKK), PT Paramitra Internusa Pratama (PT PIP) dan PT Persada Graha Mandiri (PT PGM).

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis Data yang Dikumpulkan

(35)

Tabel 1 Metode pengumpulan data dan informasi

No Data dan Informasi yang dikumpulkan Metode Pengumpulan Data

1. Jenis tumbuhan di areal studi: a. Nama lokal

b. Nama Ilmiah c. Nama famili d. Habitus

Studi pustaka (Data diolah dari Laporan Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c)

2. Jenis tumbuhan berguna di areal studi: a. Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan b. Habitus

c. Habitat

d. Status tumbuhan e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan g. Budidaya tumbuhan

Studi pustaka

3. Kekayaan jenis tumbuhan berguna di areal studi: a. Kawasan yang dilindungi

b. Tipe ekosistem c. Famili d. Habitus

e. Status tumbuhan

Studi pustaka

4. Budaya Suku Dayak yang berkaitan dengan pemanfaatan tumbuhan

Studi pustaka

5. Dokumentasi gambar atau foto jenis tumbuhan Observasi lapang 6. Kondisi umum lokasi penelitian:

a. Letak geografis b. Luas areal c. Batas wilayah d. Topografi e. Iklim

f. Kondisi sosial ekonomi masyarakat

Studi pustaka

Sumber : Purwanti dan Walujo (1992) dalam Kartikawati (2004)

3.3.2.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari pustaka dan literatur serta foto atau gambar dari jenis yang terdapat pada areal studi. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai pustaka dengan rincian sebagai berikut:

1. Tim Terpadu. 2010a. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di Areal Ijin PT Paramitra Internusa Pratama, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT Paramitra Internusa Pratama dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

(36)

Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT Persada Graha Mandiri dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

3. Tim Terpadu. 2010c. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di Areal Ijin PT Sawit Kapuas Kencana, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT Sawit Kapuas Kencana dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

4. Bamba. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Alam: Menurut Budaya Dayak dan Tantangan yang Dihadapi, dalam Kalimantan Review, Nomor 15 Tahun V, Maret-April 1996, Pontianak.

5. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-IV. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan RI, Jakarta.

6. [IKAPI] Ikatan Penerbit Indonesia. 1990. Mengenal Tanaman Langka Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.

7. Rudjiman, Andriyanti DT, Indriyanto, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I dan Saraswati R. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V. Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta.

8. Sangat HM, EAM Zuhud, dan EK Damayanti. 2000. Etnofitomedika Indonesia I. Laboratorium Konservasi Tumbuhan Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

9. Verheij EWM, Coronel RE, editor. 1992. PROSEA No. 2: Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation. Bogor.

10.Zuhud EAM, Siswoyo, Hikmat A, Sandra E, Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI-X. Kerjasama Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta.

11.Zuhud EAM, Ekarelawan. Dan S Riswan. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Kekayaan Plasma Nutfah Tumbuhan Obat dalam

(37)

3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh dari studi literatur kemudian diolah baik secara manual maupun komputerisasi untuk memperoleh data tentang nama jenis lokal dan ilmiah, famili, habitus, bagian yang dimanfaatkan, kegunaan, budidaya dan ekologi. Secara lengkap hasil identifikasi disusun berdasarkan famili dan jenis tumbuhan berguna dilanjutkan dengan analisis kekayaan jenis dan pemanfaatan jenis tumbuhan berguna.

Dalam pengolahan data diperlukan adanya proses penyuntingan dan pengkodean data yang dilakukan melalui program Microsoft Excel dan Microsoft Word. Keduanya memiliki fungsi untuk memudahkan di dalam pengklasifikasian data lebih lanjut.

x Penyuntingan Data

Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk menyunting kembali catatan guna mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya. Data yang disunting merupakan data-data yang diperoleh dari studi pustaka.

x Pengkodean Data

Pengkodean data dilakukan untuk klasifikasi terhadap data-data yang diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau informasi tertentu. Tujuan dari kegiatan pengkodean data ini yaitu untuk mempermudah penyusunan hasil penelitian.

3.3.3.1 Pengolahan Data

A. Identifikasi Tumbuhan Berguna

Identifikasi jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan cek silang melalui program Microsoft Excel (penyuntingan dan pengkodean data) yang kemudian dicocokkan dengan berbagai buku atau literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi: nama lokal, nama ilmiah, famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi jenis tumbuhan berguna yaitu, Heyne (1987), Zuhud et al. (1994), Zuhud et al. (2003), Rudjiman

(38)

B. Identifikasi Teknik Budidaya

Identifikasi teknik budidaya dilakukan melalui cek silang data yang diperoleh dari hasil identifikasi tumbuhan berguna. Data tersebut kemudian diklasifikasikan lebih lanjut kedalam teknik budidayanya. Cek silang diperoleh melalui berbagai buku atau literatur tentang teknik budidaya jenis tumbuhan. Literatur yang digunakan antara lain Rudjiman et al. (2003), Zuhud et al. (1994), dan Zuhud et al. (2003).

C. Identifikasi Karakteristik Budaya Masyarakat Dayak

Identifikasi dilakukan dengan melakukan penelusuran berbagai buku atau literatur mengenai karakteristik budaya masyarakat Dayak pada areal studi. Buku dan literatur yang digunakan yaitu, Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c), Sangat

et al. (2000) dan Bamba (1996).

3.3.3.2 Analisis Data

Hasil identifikasi tumbuhan yang telah diperoleh kemudian disusun berdasarkan jenis dan familinya untuk dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Setiap jenis tumbuhan dianalisis mengenai kekayaan jenis dan pemanfaatan jenis tumbuhan berguna.

A. Pengklasifikasian Kelompok Kegunaan

Tumbuhan memiliki berbagai manfaat atau kegunaan. Agar mempermudah dalam penyajiannya, perlu dilakukan pengelompokkan berdasarkan kelompok kegunaan dalam menyaring dari tiap-tiap kegunaan jenis tumbuhan (Tabel 2). Tabel 2 Klasifikasi kelompok kegunaan jenis tumbuhan

No. Kelompok Kegunaan

1. Tumbuhan obat 2. Tumbuhan hias 3. Tumbuhan aromatik 4. Tumbuhan penghasil pangan 5. Tumbuhan penghasil pakan ternak 6. Tumbuhan penghasil pestisida nabati 7. Tumbuhan penghasil serat

8. Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin 9. Tumbuhan penghasil bahan bangunan 10. Tumbuhan keperluan upacara adat

11. Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman dan kerajinan 12. Tumbuhan penghasil kayu bakar

(39)

Perkembangan pengembangan tumbuhan obat kini semakin maju. Banyak dari satu jenis tumbuhan yang multifungsi. Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan kelompok penyakit atau kegunaannya (Tabel 3).

Tabel 3 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaan

No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan

1. Gangguan Peredaran Darah Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah.

2. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana (KB), membatasi kelahiran, menjarangi kehamilan, pencegahan kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB. 3. Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol,

keracunan makanan, penawar racun dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan.

4. Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka.

5. Penyakit diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula dan penyakit lainnya yang penggunaan dengan penyakit diabetes.

6. Penyakit gangguan urat syaraf Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia) dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf.

7. Penyakit gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi.

8. Penyakit ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal.

9. Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung.

10. Penyakit Kanker/Tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tumor dan kanker.

11. Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), rajasinga/sifilis, sakit kelamin dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin.

12. Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita. 13. Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar,

campak, borok, kudis, gatal, bengkak, luka bernanah, kutu air dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit.

(40)

No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan

15. Penyakit Malaria Malaria, demam malaria dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit malaria. 16. Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mata.

17. Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut.

18. Penyakit Otot dan Persendian Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian.

19. Penyakit Telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, sakit telinga, telinga berair dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit telinga.

20. Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit tulang.

21. Penyakit Saluran Pembuangan Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, keringat malam, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit pada saluran pembuangan.

22. Penyakit Saluran Pencernaan Maag, kembung, masuk angin, sakit perut dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit saluran pencernaan.

23. Penyakit Saluran Pernafasan/THT Asma, batuk, influenza, pilek, sesak nafas, sakit tenggorokan dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit saluran pernafasan. 24. Perawatan Kehamilan dan Persalinan Keguguran, perawatan sebelum/sesudah

melahirkan, penyubur kandungan dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan perawatan kehamilan dan persalinan.

25. Perawatan Organ Tubuh Wanita Kegemukan, memperbesar payudara, mengencangkan vagina, pelangsing, peluruh lemak dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan perawatan organ tubuh wanita.

26. Perawatan Rambut, Muka Kulit Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan perawatan rambut, muka dan kulit.

27. Sakit kepala dan demam Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam pada anak-anak, demam pada orang dewasa dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam.

28. Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafasu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan dengan tonikum.

29. Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.

(41)

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 PT Sawit Kapuas Kencana

4.1.1 Sejarah Kawasan

PT Sawit Kapuas Kencana (PT SKK) telah mendapatkan ijin lokasi pengembangan perkebunan kelapa sawit tahun 2007, melalui Surat Bupati Kapuas Hulu No.525/1063/BAPPEDA/PE-A tanggal 30 Agustus 2007 tentang Pengarahan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit seluas 22.000 ha. Selanjutnya berdasarkan Surat Bupati Kapuas Hulu No. 525/1322/BAPPEDA/PE-A tanggal 06 Nopember 2007 tentang Penambahan Pengarahan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit seluas 27.000 ha. PT SKK telah melakukan Studi Analisis Dampak Lingkungan Hidup Perkebunan Kelapa Sawit dan telah mendapat persetujuan pada tahun 2008.

4.1.2 Letak dan Batas Wilayah

Perkebunan PT SKK terletak di Desa Seridan dan Laja Sadang (Kecamatan Empanang), serta Desa Kantuk Asam, Kantuk Bunut, Merakai Panjang dan Sungai Mawang (Kecamatan Puring Kencana), Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Areal ijin lokasi PT SKK secara geografis terletak di koordinat 111°37’12,59” BT sampai 111°49’37,31”; dan 1°0’8,02” LU sampai 1°0”54,65 LU kemudian 111°37’39,39” BT sampai 111°49’14,7”; dan 0°51’4,51” LU

sampai 0°51’8,36” LU. Sedangkan untuk batas wilayahnya yaitu:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kawasan Hutan Lindung Bukit Patuk dan Bukit Tuga, Kawasan Budidaya Pertanian Desa Sungai Mawang dan Perbatasan Negara Malaysia,

b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kawasan perbatasan Negara Malaysia, Hutan Lindung Bukit Patau dan Perkebunan PT Sentra Karya Manungga, c) Sebelah Selatan berbatasan HL Bukit Melapi, HL Bukit Tuga, dan HL Bukit

(42)

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kawasan Hutan Lindung Bukit Melapi dan Bukit Tutup, PT Anugerah Borneo Perkasa dan hutan produksi.

4.1.3 Iklim

Curah hujan rata-rata PT SKK di Kabupaten Kapuas Hulu tahun 1998-2007 sebesar 3.959,3 mm/tahun, dengan rata-rata jumlah hari hujan adalah 265,3 hari hujan per tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson dalam Tim Terpadu (2010a), tipe iklim di areal ijin lokasi PT SKK termasuk ke dalam tipe A (sangat basah). Sedangkan menurut Koppen dalam Tim Terpadu (2010a), termasuk tipe iklim Af (daerah hujan tropika) dengan suhu bulanan terendah 21,9oC, suhu rata-rata tahunan 26,9oC dengan kisaran 24,3oC sampai 31,7 oC, intensitas penyinaran matahari rata-rata per bulan 67,2%/hari. Sedangkan kelembaban rata-rata tahunan 85,8% dengan kisaran 82,10 – 89,10%. Kecepatan angin rata-rata per tahun 2,6 knot/jam, dan kecepatan angin terbesar 4,9 knot/jam yang disertai hujan lebat.

4.1.4 Topografi Lahan

Kondisi topografi areal PT SKK di Kabupaten Kapuas Hulu, sebagian besar merupakan lahan berelombang 4.699,00 ha, agak curam 3.796,59 dan datar 3.694,37 ha. Ketinggian tempat berkisar antara 25-300 m dpl. Areal ijin ini dikelilingi oleh 5 bukit, yaitu bukit Melapi, Bukit Tuga, Bukit Besar, Bukit Patuk dan Bukit Perapu.

4.1.5 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Keadaan penduduk yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Empanang dan Puring Kencana Tahun 2006 berjumlah 5.289 jiwa. Sedangkan untuk mata pencaharian utama penduduk di wilayah tersebut adalah bertani, terutama areal ijin lokasi karet, berladang dan perikanan. Rata-rata luas areal ijin lokasi karet yang dimiliki yaitu seluas 1 ha. Areal tersebut menghasilkan karet rata-rata 5-10 kg/hari karet basah, dengan harga antara Rp. 42.000 – Rp. 84.000/hari.

(43)

petani, buruh bangunan dan hanya sebagian kecil saja yang menjadi pegawai kantor kecamatan atau Perangkat Desa dan guru (pegawai negeri/swasta).

4.2 PT Paramitra Internusa Pratama

4.2.1 Sejarah Kawasan

PT Paramitra Internusa Pratama (PT PIP) pada saat ini sudah melakukan kegiatan operasional di lapangan dan sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari Kabupaten Kapuas Hulu No: 525/993/BANG-I-A Tanggal 4 Agustus 2006, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 20.000 ha.

4.2.2 Letak dan Batas Wilayah

Perkebunan PT PIP terletak di Kelurahan Desa Sentabai, Kecamatan Silat Hilir, serta Desa Nanga Seberuang dan Tua Abang, Kecamatan Semitau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Areal ijin lokasi PT PIP secara geografis terletak di koordinat 111°42’52,41”–111°54’1,52” BT dan 0°34’29,03”

– 0°32’21,82” LU. Sedangkan untuk batas wilayahnya yaitu: a) Sebelah Utara berbatasan dengan Areal Hutan Produksi,

b) Sebelah Timur berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain dan Sungai Kapuas, c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Kapuas dan PT Persada Graha

Mandiri,

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain.

4.2.3 Iklim

Secara umum iklim di areal dan sekitar areal ijin PT PIP menurut Schmidt dan Fergusson dalam Tim Terpadu (2010b), termasuk dalam tipe iklim A yaitu iklim tropika basah tanpa bulan kering yang nyata dengan vegetasi alami hutan hujan tropis dengan rata-rata curah hujan tahunan 4.059 mm dan rata-rata jumlah hari hujan tahunan 274 hari.

1) Curah Hujan dan Hari Hujan

(44)

56 mm pada bulan Juni 2004. Secara agronomis curah hujan ini masih sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

2) Suhu Udara

Suhu udara rata-rata berkisar antara 26,6 - 27,5˚C. Suhu udara maksimum berkisar antara 31,1 – 34,0˚C dan suhu udara minimum adalah sekitar 21,9 -23,8˚C. Pada tahun 2006 suhu rata-rata adalah 27,2˚C, suhu minimum tercatat pada bulan Agustus (22,6˚C) dan suhu maksimum rata-rata tercatat pada bulan Juli (33,3˚C).

3) Kelembaban Udara

Kelembaban udara di areal studi tergolong lembab sepanjang tahun. Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan 83,4%. Kelembaban relatif rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 87,0% dan terendah pada bulan Agustus adalah 81,0%.

4) Intensitas Penyinaran Matahari

Lama penyinaran surya rata-rata bulanan adalah 79,8% (9,6 jam/hari) dengan kisaran 67,5% (8,1 jam /hari) hingga 86,3% (10,4 jam/hari).

4.2.4 Topografi dan Kelerengan

Areal ijin PT PIP berada pada ketinggian tempat 18 sampai 498 mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT Paramitra Internusa Pratama bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar berada pada kelas lereng datar sampai sangat curam (0 - >40%)

4.2.5 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Areal perusahaan PT PIP masuk wilayah administrasi Desa Tua Abang, Nanga Seberuang dan Sentabai. Di sekitar wilayah perkebunan kelapa sawit masih terdapat suku asli, yaitu Suku Dayak Tanju dengan komposisi sebesar +90% dari seluruh penduduk di ketiga desa tersebut. Suku Melayu hanya dijumpai di Desa Sentabai, Kecamatan Silat Hilir. Jumlah penduduk yang terdapat di Desa Sentabai sebanyak 1218 jiwa, Desa Tua Abang sekitar 920 jiwa dan Desa Nanga Seberuang sekitar 1141 jiwa, totalnya yaitu sebanyak 3279 jiwa.

(45)

Abang umumnya bermatapencaharian sebagai petani ladang berpindah dan penyadap karet (793 orang). Ladang padi yang sudah selesai dipanen akan di tanam dengan tanaman karet. Rata-rata jumlah hasil penyadapan karet anatara 5-6 kg/hari dengan rata-rata 14 hari kerja per bulan. Pada Desa Nanga Seberuang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani padi ladang berpindah, kebun karet dan nelayan.

4.3 PT Persada Graha Mandiri

4.3.1 Sejarah Kawasan

PT Persada Graha Mandiri (PT PGM) pada saat ini sudah melakukan kegiatan operasional di lapangan dan sudah memperoleh Surat Perijinan lokasi pengusahaan dari Kabupaten Kapuas Hulu No: 525/992/BANG-I-A Tanggal 4 Agustus 2006, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 19.750 ha.

4.3.2 Letak dan Batas Batas Wilayah

Perkebunan PT PGM terletak di Kelurahan Desa Pulau Bergerak, Desa Baru, Desa Perigi dan Putat, Kecamatan Silat Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Areal ijin PT PGM secara geografis terletak di koordinat 111°42’52.41”–111°54’1.52” BT dan 0°34’29.03”–0°32’21.82” LU. Sedangkan untuk batas wilayah yaitu:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Perkebunan PT Paramitra Internusa Pratama, b)Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Kapuas dan Perkebunan PT

Anugerah Makmur Sejati,

c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Kapuas dan Areal Penggunaan Lain (APL),

d)Sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan PT Pembangunan Sintang Jaya.

4.3.3 Iklim

Gambar

Tabel 1  Metode pengumpulan data dan informasi
Tabel 3
Gambar 2 Persentase jumlah lima famili terbanyak di areal studi
Tabel 5 Sebaran jenis tumbuhan di PT Sawit Kapuas Kencana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyimak kuliah dari dosen, bertanya jawab, mengerjakan tugas, dan berdiskusi Mencari beberapa rumusan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan

Analisis interaksi obat potensial pada pasien dengan cara menghitung presentase kejadian interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksi, level keparahan, onset

48,10% dan Pembimbng/Instruktur menjawab sebesar 53,30%. Ketiga WHUGDSDW UHOHYDQVL antara tingkat keterampilan mahasiswa dalam memenuhi harapan lembaga mitra. Hal

Dimana pencairan kearah bawah lebih cepat oleh produksi tofografi daerah rendah “diamict” supraglacial pada prosese sedimentasi ulang secara umum diakibatkan oleh aliran dari

Penciptaan sebuah karya seni yang menarik dan unik membutuhkan pemahaman dan pengetahuan tentang perkembangan trend jaman sekarang yang terjadi dilingkup masyarakat,

Seiring dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat terhadap madrasah, terlebih lagi calon siswa dari kalangan menengah keatas mulai menunjukkan peningkatan yang

17.Dari antara ‘Schema Driven Theory’ dan ‘Behavior Driven Theory’, mana yang paling akurat untuk digunakan dalam konteks assessment center. Jelaskan

Kepada Jemaat yang baru pertama kali mengikuti ibadah dalam Persekutuan GPIB Jemaat “Immanuel” Depok dan memerlukan pelayanan khusus, dapat menghubungi Presbiter