DINAMIKA KEBUN CAMPURAN :
Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering
Secara Berkelanjutan di Desa Karacak
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
KUSHARTATI BUDININGSIH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Dinamika Kebun Campuran :
Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering Secara Berkelanjutan di
Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah karya saya sendiri
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Bogor, September 2008
Kushartati Budiningsih
ABSTRACT
Kushartati Budiningsih. Dynamics of Mixed Garden : A Case Study of Sustainable Land Use on Dry Land in Karacak Village, Leuwiliang Subdistrict, Bogor District. Under the Supervision of NURHENI WIJAYANTO and SAHARUDDIN.
This research aims to explain why mixed garden still be managed by local community in Karacak. The study presents a qualitative analysis, applied to better understanding the dynamics of mixed garden that related to life of local community and strategy applied by the community in adaptation to environmental changes.
This case study shows that mixed garden have been changed on physical changes and management changes. These changes are influenced by population, technology, market pressure, and policy.
Mixed garden is not only a livelihood source but also a real life of local community. The mixed garden means that an sustainable land use on dry land which is occured through selection and adaptation process within interaction of human and their environment.
RINGKASAN
Agroforestri merupakan sebuah konsep umum dalam sistem pengelolaan
lahan yang mengkombinasikan antara pohon dan tanaman pertanian. Sistem
agroforestri merupakan sebuah sistem yang dinamis (Huxley 1999). Perubahan
waktu yang diiikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat dapat mengubah
struktur dan komposisi vegetasi agroforestri. Perubahan yang bersifat ekstrim
bahkan dapat mengganti sistem agroforestri menjadi bentuk penggunaan lahan
lainnya.
Kecenderungan perubahan sistem agroforestri yang ada di Indonesia
berdasarkan hasil-hasil penelitian antara lain terjadinya perubahan komoditi
unggulan karena perkembangan pasar (pelak di Jambi, kebun campuran di
Cibitung Bogor), monokulturisasi kebun dengan jenis-jenis tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi (talun kebun di Bandung Selatan), berkurangnya
keragaman jenis karena komersialisasi pertanian (pekarangan di DAS Citarum),
terjadi proses penyeleksian jenis-jenis komersil dan introduksi jenis tanaman baru
karena penetrasi ekonomi pasar (sistem agroforestri di Baduy), dan perubahan
kawasan sistem agroforestri menjadi areal pemukiman (talun kebun di Bandung
Selatan, kebun campuran di DAS Ciliwung hulu). Namun demikian nampak
bahwa di tempat lain sistem agroforestri masih tetap ada dengan kedinamisannya.
Salah satu sistem agroforestri yang masih tetap dikelola hingga saat ini adalah
kebun campuran di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Fokus penelitian ini adalah menjelaskan tentang kebun campuran sebagai
cara hidup komunitas lokal yang senantiasa berhubungan dengan lingkungannya
dan dinamika kebun campuran sebagai bentuk hubungan timbal balik antara
sistem sosial dan sistem biofisik. Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui bentuk
perubahan kebun campuran yang umum terjadi di Karacak, (2) mengetahui faktor
lingkungan yang mempengaruhi terjadinya dinamika kebun campuran dan (3)
mengetahui strategi petani untuk tetap hidup harmonis dengan kebun
Kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Rambo
(1981) yang menjelaskan tentang interaksi antara manusia dengan lingkungannya
sebagai hubungan timbal balik antara sistem sosial dan lingkungan (sistem
biofisik). Selain teori Rambo, konsep lain yang digunakan adalah konsep adaptasi
Bennet (1967) untuk menjelaskan tentang manusia beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Teori ini memandang
adaptasi sebagai perilaku repsonsif masyarakat terhadap perubahan-perubahan
lingkungan agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada.
Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena di Desa
Karacak hingga saat ini masih tampak kebun campuran dikelola oleh penduduk
local. Penelitian berlangsung selama 5 bulan yang dimulai bulan Januari 2008
hingga bulan Mei 2008. Pendekatan penelitian yang diterapkan adalah studi
kasus. Pada tahap eksplorasi dilakukan penggalian informasi dari 40 orang
responden untuk mendapatkan gambaran umum tentang kebun campuran
menyangkut luas pemilikan lahan dan kebun, jenis tanaman dalam kebun, dan
pengelolaan kebun. Tiga orang informan dipilih untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang dinamika kebun campuran yang meliputi perubahan yang
terjadi pada kebun campuran, faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kebun
campuran dan strategi penduduk untuk mempertahankan kebun campuran sebagai
cara hidup mereka di lahan kering.
Perubahan mendasar terjadi pada kebun campuran di Karacak. Perubahan
tersebut berupa perubahan fisik dan perubahan pengelolaan kebun. Perubahan
fisik kebun yang terjadi adalah tegakan kebun ditumbuhi dengan jenis-jenis
komersil dimana didominasi dengan jenis manggis. Perubahan fisik lainnya
adalah menurunnya luas pemilikan kebun campuran per rumah tangga. Perubahan
pengelolaan menyangkut perubahan teknik budidaya. Teknik budidaya yang
berkembang saat ini tidak lain merupakan upaya intensifikasi kebun yang meliputi
adanya pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pemupukan,
penyiangan dan pemanenan.
Intervensi ekonomi yang hadir dalam wujud fluktuasi harga, akses pasar dan
mendasar pada kebun campuran. Kebijakan juga berkontribusi terhadap dinamika
kebun campuran. Kebijakan pembentukan BPPC tahun 1990 berpengaruh
terhadap minat pemilik kebun yang berkurang bahkan hilang untuk
mempertahankan tanaman cengkeh saat itu. Kebijakan pemberantasan illegal
logging menyebabkan permintaan kayu dari hutan-hutan rakyat termasuk dari
kebun campuran meningkat sehingga terjadi penebangan yang intensif terhadap
pepohonan bukan hanya pohon penghasil kayu namun juga pohon penghasil
buah-buahan. Inovasi teknologi yang dibawa pihak dari luar desa memberikan pengaruh
terhadap upaya intensifikasi terhadap kebun. Tekanan penduduk berupa
meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi dinamika kebun campuran.
Modal sosial berupa liliuran, budaya komunitas lokal dalam bekerjasama untuk
menyelesaikan pekerjaan di sawah dan di kebun secara bergiliran. Disamping itu
liliuran juga merupakan wadah transfer informasi yang berkontribusi terhadap
dinamika kebun campuran dalam sebuah komunitas.
Kebun campuran di Karacak tetap bertahan hingga saat ini bukan hanya
karena perannya sebagai sumber matapencaharian bagi komunitas lokal namun
lebih jauh sebagai cara hidup mereka dengan lingkungannya yang senantiasa
berusaha untuk menjaga keharmonisan hubungan diantara keduanya melalui
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
DINAMIKA KEBUN CAMPURAN :
Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering
Secara Berkelanjutan di Desa Karacak
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
KUSHARTATI BUDININGSIH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magiste Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Dinamika Kebun Campuran : Studi Kasus Praktek Pemanfaatan
Lahan Kering Secara Berkelanjutan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Nama : Kushartati Budiningsih
NIM : E051060391
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr.Ir.Nurheni Wijayanto MS Dr.Ir. Saharuddin MSi
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Prof.Dr.Ir.Iman Wahyudi MS Prof.Dr.Ir.Khairil A.Notodiputro MS
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia-Nya hingga saya dapat merampungkan tesis ini. Pada kesempatan ini saya
bermaksud menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
saya dalam penyusunan tesis ini.
Ucapan terima kasih pertama saya haturkan kepada yang terhormat
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto MS selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Saharuddin
MSi selaku pembimbing anggota. Beliau-beliau telah mengarahkan dan
meluangkan waktunya untuk membimbing saya selama ini. Ucapan terima kasih
juga saya sampaikan kepada yang terhormat Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo MS yang
telah bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian tesis saya . Melalui saran-saran
yang diajukan beliau telah memberikan saran-saran untuk perbaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada warga Desa Karacak yang
telah membantu saya selama melakukan penelitian di lapangan. Tanpa
mengurangi rasa hormat , saya tidak dapat menyebutkan satu-per satu akan tetapi
keterbukaan yang telah terjalin selama penelitian sangat berharga bagi saya untuk
dapat menyusun tesis ini dalam rangka mencari kebenaran.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada suami saya tercinta Mohammad
Sidiq yang senantiasa membantu dan memberikan semangat kepada saya dalam
menjalani studi ini serta bagi kedua anak saya Farras Nawwaf Shiddiq dan Farhah
Najihah yang memberikan semangat dengan senyuman dan tangisan.. Ucapan
terima kasih dan penghargaan yang tulus saya sampaikan kepada ayahanda saya
H.R.M. Widjoyo Kusumo Hadiprodjo dan ibunda saya Hj. Siti Harmijati yang
selalu berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaan anak-anaknya.
Saya menyadari bahwa sebagai sarjana kehutanan saya memiliki
keterbatasan dalam melakukan analisa sosial sebagaimana sarjana kehutanan pada
umumnya. Oleh karena itu saya menjadi tertarik untuk mencoba membenahi
keterbatasan saya tersebut dengan menyusun tesis ini dalam kerangka analisa
sosial. Meski demikian saya berharap tesis ini bermanfaat dan menjadi amalan
sholeh, amin.
Bogor, September 2008
DINAMIKA KEBUN CAMPURAN :
Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering
Secara Berkelanjutan di Desa Karacak
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
KUSHARTATI BUDININGSIH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Dinamika Kebun Campuran :
Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering Secara Berkelanjutan di
Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah karya saya sendiri
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Bogor, September 2008
Kushartati Budiningsih
ABSTRACT
Kushartati Budiningsih. Dynamics of Mixed Garden : A Case Study of Sustainable Land Use on Dry Land in Karacak Village, Leuwiliang Subdistrict, Bogor District. Under the Supervision of NURHENI WIJAYANTO and SAHARUDDIN.
This research aims to explain why mixed garden still be managed by local community in Karacak. The study presents a qualitative analysis, applied to better understanding the dynamics of mixed garden that related to life of local community and strategy applied by the community in adaptation to environmental changes.
This case study shows that mixed garden have been changed on physical changes and management changes. These changes are influenced by population, technology, market pressure, and policy.
Mixed garden is not only a livelihood source but also a real life of local community. The mixed garden means that an sustainable land use on dry land which is occured through selection and adaptation process within interaction of human and their environment.
RINGKASAN
Agroforestri merupakan sebuah konsep umum dalam sistem pengelolaan
lahan yang mengkombinasikan antara pohon dan tanaman pertanian. Sistem
agroforestri merupakan sebuah sistem yang dinamis (Huxley 1999). Perubahan
waktu yang diiikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat dapat mengubah
struktur dan komposisi vegetasi agroforestri. Perubahan yang bersifat ekstrim
bahkan dapat mengganti sistem agroforestri menjadi bentuk penggunaan lahan
lainnya.
Kecenderungan perubahan sistem agroforestri yang ada di Indonesia
berdasarkan hasil-hasil penelitian antara lain terjadinya perubahan komoditi
unggulan karena perkembangan pasar (pelak di Jambi, kebun campuran di
Cibitung Bogor), monokulturisasi kebun dengan jenis-jenis tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi (talun kebun di Bandung Selatan), berkurangnya
keragaman jenis karena komersialisasi pertanian (pekarangan di DAS Citarum),
terjadi proses penyeleksian jenis-jenis komersil dan introduksi jenis tanaman baru
karena penetrasi ekonomi pasar (sistem agroforestri di Baduy), dan perubahan
kawasan sistem agroforestri menjadi areal pemukiman (talun kebun di Bandung
Selatan, kebun campuran di DAS Ciliwung hulu). Namun demikian nampak
bahwa di tempat lain sistem agroforestri masih tetap ada dengan kedinamisannya.
Salah satu sistem agroforestri yang masih tetap dikelola hingga saat ini adalah
kebun campuran di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Fokus penelitian ini adalah menjelaskan tentang kebun campuran sebagai
cara hidup komunitas lokal yang senantiasa berhubungan dengan lingkungannya
dan dinamika kebun campuran sebagai bentuk hubungan timbal balik antara
sistem sosial dan sistem biofisik. Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui bentuk
perubahan kebun campuran yang umum terjadi di Karacak, (2) mengetahui faktor
lingkungan yang mempengaruhi terjadinya dinamika kebun campuran dan (3)
mengetahui strategi petani untuk tetap hidup harmonis dengan kebun
Kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Rambo
(1981) yang menjelaskan tentang interaksi antara manusia dengan lingkungannya
sebagai hubungan timbal balik antara sistem sosial dan lingkungan (sistem
biofisik). Selain teori Rambo, konsep lain yang digunakan adalah konsep adaptasi
Bennet (1967) untuk menjelaskan tentang manusia beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Teori ini memandang
adaptasi sebagai perilaku repsonsif masyarakat terhadap perubahan-perubahan
lingkungan agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada.
Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena di Desa
Karacak hingga saat ini masih tampak kebun campuran dikelola oleh penduduk
local. Penelitian berlangsung selama 5 bulan yang dimulai bulan Januari 2008
hingga bulan Mei 2008. Pendekatan penelitian yang diterapkan adalah studi
kasus. Pada tahap eksplorasi dilakukan penggalian informasi dari 40 orang
responden untuk mendapatkan gambaran umum tentang kebun campuran
menyangkut luas pemilikan lahan dan kebun, jenis tanaman dalam kebun, dan
pengelolaan kebun. Tiga orang informan dipilih untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang dinamika kebun campuran yang meliputi perubahan yang
terjadi pada kebun campuran, faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kebun
campuran dan strategi penduduk untuk mempertahankan kebun campuran sebagai
cara hidup mereka di lahan kering.
Perubahan mendasar terjadi pada kebun campuran di Karacak. Perubahan
tersebut berupa perubahan fisik dan perubahan pengelolaan kebun. Perubahan
fisik kebun yang terjadi adalah tegakan kebun ditumbuhi dengan jenis-jenis
komersil dimana didominasi dengan jenis manggis. Perubahan fisik lainnya
adalah menurunnya luas pemilikan kebun campuran per rumah tangga. Perubahan
pengelolaan menyangkut perubahan teknik budidaya. Teknik budidaya yang
berkembang saat ini tidak lain merupakan upaya intensifikasi kebun yang meliputi
adanya pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pemupukan,
penyiangan dan pemanenan.
Intervensi ekonomi yang hadir dalam wujud fluktuasi harga, akses pasar dan
mendasar pada kebun campuran. Kebijakan juga berkontribusi terhadap dinamika
kebun campuran. Kebijakan pembentukan BPPC tahun 1990 berpengaruh
terhadap minat pemilik kebun yang berkurang bahkan hilang untuk
mempertahankan tanaman cengkeh saat itu. Kebijakan pemberantasan illegal
logging menyebabkan permintaan kayu dari hutan-hutan rakyat termasuk dari
kebun campuran meningkat sehingga terjadi penebangan yang intensif terhadap
pepohonan bukan hanya pohon penghasil kayu namun juga pohon penghasil
buah-buahan. Inovasi teknologi yang dibawa pihak dari luar desa memberikan pengaruh
terhadap upaya intensifikasi terhadap kebun. Tekanan penduduk berupa
meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi dinamika kebun campuran.
Modal sosial berupa liliuran, budaya komunitas lokal dalam bekerjasama untuk
menyelesaikan pekerjaan di sawah dan di kebun secara bergiliran. Disamping itu
liliuran juga merupakan wadah transfer informasi yang berkontribusi terhadap
dinamika kebun campuran dalam sebuah komunitas.
Kebun campuran di Karacak tetap bertahan hingga saat ini bukan hanya
karena perannya sebagai sumber matapencaharian bagi komunitas lokal namun
lebih jauh sebagai cara hidup mereka dengan lingkungannya yang senantiasa
berusaha untuk menjaga keharmonisan hubungan diantara keduanya melalui
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
DINAMIKA KEBUN CAMPURAN :
Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering
Secara Berkelanjutan di Desa Karacak
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
KUSHARTATI BUDININGSIH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magiste Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Dinamika Kebun Campuran : Studi Kasus Praktek Pemanfaatan
Lahan Kering Secara Berkelanjutan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Nama : Kushartati Budiningsih
NIM : E051060391
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr.Ir.Nurheni Wijayanto MS Dr.Ir. Saharuddin MSi
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Prof.Dr.Ir.Iman Wahyudi MS Prof.Dr.Ir.Khairil A.Notodiputro MS
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia-Nya hingga saya dapat merampungkan tesis ini. Pada kesempatan ini saya
bermaksud menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
saya dalam penyusunan tesis ini.
Ucapan terima kasih pertama saya haturkan kepada yang terhormat
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto MS selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Saharuddin
MSi selaku pembimbing anggota. Beliau-beliau telah mengarahkan dan
meluangkan waktunya untuk membimbing saya selama ini. Ucapan terima kasih
juga saya sampaikan kepada yang terhormat Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo MS yang
telah bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian tesis saya . Melalui saran-saran
yang diajukan beliau telah memberikan saran-saran untuk perbaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada warga Desa Karacak yang
telah membantu saya selama melakukan penelitian di lapangan. Tanpa
mengurangi rasa hormat , saya tidak dapat menyebutkan satu-per satu akan tetapi
keterbukaan yang telah terjalin selama penelitian sangat berharga bagi saya untuk
dapat menyusun tesis ini dalam rangka mencari kebenaran.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada suami saya tercinta Mohammad
Sidiq yang senantiasa membantu dan memberikan semangat kepada saya dalam
menjalani studi ini serta bagi kedua anak saya Farras Nawwaf Shiddiq dan Farhah
Najihah yang memberikan semangat dengan senyuman dan tangisan.. Ucapan
terima kasih dan penghargaan yang tulus saya sampaikan kepada ayahanda saya
H.R.M. Widjoyo Kusumo Hadiprodjo dan ibunda saya Hj. Siti Harmijati yang
selalu berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaan anak-anaknya.
Saya menyadari bahwa sebagai sarjana kehutanan saya memiliki
keterbatasan dalam melakukan analisa sosial sebagaimana sarjana kehutanan pada
umumnya. Oleh karena itu saya menjadi tertarik untuk mencoba membenahi
keterbatasan saya tersebut dengan menyusun tesis ini dalam kerangka analisa
sosial. Meski demikian saya berharap tesis ini bermanfaat dan menjadi amalan
sholeh, amin.
Bogor, September 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor Propinsi Bawa Barat pada tanggal 3 April 1973
dari ayah H.R.M.Widjojo Kusumo Hadiprodjo dan Hj.Siti Harmijati. Penulis
putri keenam dari tujuh bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan lulus pada
tahun 1997. Selama 2 tahun setelah lulus sarjana penulis sempat menekuni
bidang pendidikan sebagai tenaga edukatif di Universitas Winaya Mukti
Sumedang.
Sejak tahun 1999 hingga saat ini penulis bekerja di Balai Penelitian
Kehutanan Banjarbaru Kalimantan Selatan sebagai tenaga fungsional peneliti
kehutanan. Pada tahun 2006 penulis mendapatkan beasiswa dari Departemen
Kehutanan untuk melanjutkan studi ke tingkat pascasarjana. Pendidikan
pascasarjana penulis ditempuh pada tahun 2006 pada Program Pascasarjana
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Sistem Agroforestri. ... 4
Kebun Pepohonan ” Tree Garden ”. ... 5
Fungsi Agroforestri. ... 7
Dinamika Sistem Agroforestri ... 8
Konsep Adaptasi ... 11
METODE PENELITIAN ... 12
Kerangka Pemikiran... 12
Pendekatan Penelitian ... 15
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
Pengumpulan dan Analisis Data ... 16
KEADAAN UMUM WILAYAH ... 18
Letak Geografis dan Lingkungan Biofisik... 18
Pola Penggunaan Lahan ... 18
Jumlah Penduduk dan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 19
Kalender Musiman ... 20
Fasilitas Jalan dan Pasar... 21
Liliuran... 21
PROFIL SISTEM KEBUN CAMPURAN ... 23
Kasus 1 Kebun Campuran Mang Udin ... 23
Kasus 2 Kebun Campuran Mang Ibar... 33
TIPOLOGI DAN DINAMIKA KEBUN CAMPURAN ... 43
Tipologi Kebun ... 43
Komponen Kebun ... 44
Peranan Kebun ... 49
Komponen Kebun ... 44
Perspektif Histori Kebun Campuran ... 52
Dinamika Tegakan Kebun... 54
Perubahan Mendasar Dalam Kebun Campuran ... 56
Kebun Campuran : Cara Hidup Penduduk Lokal di Lahan Kering
Dataran Tinggi ... 60
Pertimbangan Kebun Campuran... 60
Jenis Manggis Diutamakan... 60
Proses Pemilikan Kebun dan Tipologi Kepemilikan... 62
Sistem Gadai Kebun... 63
Kebun Jaminan Hari Tua... 65
Kontribusi Kebun Campuran Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga... 65
Strategi Pengaturan Komponen Kebun Campuran... 67
Strategi Budidaya Kebun Campuran ... 69
Faktor-Faktor Pada Dinamika Kebun Campuran ... 71
Intervensi Pasar... 71
Kebijakan... 72
Aplikasi Riset Intensifikasi Manggis... 73
Tekanan Penduduk... 74
Modal Sosial... 75
DAMPAK PERUBAHAN KEBUN CAMPURAN ... 76
Aspek Ekonomi... 76
Aspek Sosial... 76
Aspek Ekologi... 77
KESIMPULAN ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kalender musim aktivitas pertanian penduduk Karacak... 21
2. Kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga
tahunan ... 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Dinamika kebun campuran sebagai hubungan timbal balik sistem
sosial dan sistem kebun campuran ... 14
2a. Tanaman kapol berumur 7 bulan... 44
2b. Kapol di bawah tegakan kebun ... 44
3. Pohon manggis tumbuh berdampingan dengan durian ... 46
4. Sebidang tanah milik desa... 53
5. Industri perkayuan pedesaan ” rentalan kayu” di Karacak ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta lokasi Desa Karacak ... 83
2. Perhitungan kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga
PENDAHULUAN Latar Belakang
Agroforestri merupakan sebuah konsep umum dalam sistem pengelolaan
lahan yang mengkombinasikan antara pohon dan tanaman pertanian. Beragam
sistem agroforestri telah lama hidup dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat di pedesaan. Beberapa contoh sistem agroforestri yang ada di
Indonesia seperti pelak di Jambi, repong di pesisir Krui Lampung, parak di
Maninjau, tembawang di Kalimantan Barat, agroforest karet di Jambi dan
Sumatera Selatan, kebun durian campuran di Gunung Palung Kalimantan Barat,
dan kebun pepohonan campuran di Bogor (ICRAF 2000) disamping itu masih
banyak lagi contoh sistem agroforestri lainnya.
Sistem agroforestri merupakan sebuah sistem yang dinamis (Huxley 1999).
Perubahan waktu yang diiikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat dapat
mengubah struktur dan komposisi vegetasi agroforestri. Perubahan yang bersifat
ekstrim bahkan dapat mengganti sistem agroforestri menjadi bentuk penggunaan
lahan lainnya.
Dinamika yang terjadi pada sistem agroforestri di suatu tempat akan berbeda
dengan dinamika yang terjadi pada sistem agroforestri di tempat lain. Hal itu
bergantung pada kondisi sistem agroforestri dan kekuatan stimulus dari
lingkungan yang senantiasa mempengaruhi sistem agroforestri.
Kecenderungan perubahan sistem agroforestri yang ada di Indonesia
berdasarkan hasil-hasil penelitian antara lain terjadinya perubahan komoditi
unggulan karena perkembangan pasar (pelak di Jambi, kebun campuran di
Cibitung Bogor), monokulturisasi kebun dengan jenis-jenis tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi (talun kebun di Bandung Selatan), berkurangnya
keragaman jenis karena komersialisasi pertanian (pekarangan di DAS Citarum),
terjadi proses penyeleksian jenis-jenis komersil dan introduksi jenis tanaman baru
karena penetrasi ekonomi pasar (sistem agroforestri di Baduy), dan perubahan
kawasan sistem agroforestri menjadi areal pemukiman (talun kebun di Bandung
Selatan, kebun campuran di DAS Ciliwung hulu). Namun demikian nampak
Sistem agroforestri berupa kebun campuran di Desa Karacak Kecamatan
Leuwiliang Kabupaten Bogor hingga saat ini masih bertahan. Hal ini menarik
untuk diteliti, mengapa kebun campuran ini tetap bertahan. Penelitian ini
menjadi penting karena menurut Wiersum (2004) bahwa penelitian tentang forest
garden (termasuk kebun campuran) masih sedikit. Padahal kebun campuran yang
struktur dan komposisinya dianalogkan dengan hutan alam merupakan bagian
penting dari sistem kehidupan di pedesaan.
Penelitian dinamika kebun campuran di Karacak ini bukan hanya
memberikan deskripsi tentang dinamika tegakan yang terjadi pada kebun
campuran namun juga akan mengungkap sisi lain tentang kebun campuran
sebagai cara hidup penduduk lokal dilihat dari titik pandang warga setempat yang
tercermin pada perilaku-perilaku yang diperlihatkannnya.
Perumusan Masalah
Penduduk Desa Karacak hingga saat ini masih mengelola kebun campuran.
Buah manggis, durian, cempedak dan lainnya yang berasal dari kebun campuran
di Karacak beredar di pusat perekonomian tingkat kecamatan bahkan khusus buah
manggis diekspor ke mancanegara. Pemandangan kebun campuran di desa ini
dari kejauhan menampakkan pegunungan yang hijau. Padahal Desa Karacak ini
hanya berjarak 5 km dengan pusat perekonomian Kecamatan Leuwiliang.
Aksesibilitas yang relatif mudah dapat membuka peluang terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di kebun campuran. Pertanyaan utama pada penelitian ini
adalah “ Mengapa kebun campuran di Karacak masih bertahan ?”. Pertanyaan
lain pada penelitian ini adalah (1) Perubahan seperti apakah yang umum terjadi
dalam kebun campuran di Karacak ?; (2) Bagaimana faktor lingkungan
mempengaruhi dinamika kebun campuran dan (3) Bagaimana strategi petani
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada
adalah untuk mendapatkan deskripsi tentang dinamika kebun campuran di
Karacak. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bentuk perubahan kebun campuran yang umum terjadi di
Karacak.
2. Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya dinamika
kebun campuran.
3. Mengetahui strategi petani untuk tetap mempertahankan kebun campurannya.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini berupa informasi ilmiah yang akan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang agroforestri dan akan berguna bagi
pengembangan penelitian sistem agroforestri. Hal ini juga penting bagi
pemerintah daerah setempat sebagai aktor yang berperan dalam pengendalian
penggunaan lahan yang efisien, adil dan berkelanjutan. Penggunaan lahan yang
berkelanjutan bukan hanya untuk saat ini namun juga untuk masa mendatang.
Praktek kebun campuran yang memiliki fungsi ekonomi, fungsi sosial dan fungsi
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri
Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara
global sejak tahun 1970-an (van Maydel 19850. Ada banyak pengertian dan
batasan agroforestri. ICRAF, International Centre for Research in Agroforestry,
memberi definisi tentang agroforestri sebagai suatu nama kolektif untuk sistem
dan penggunaan lahan, dimana tanaman keras berkayu (pepohonan, perdu, palem,
bambu, dsb) ditanam secara bersamaan dalam unit lahan yang sama dengan
tanaman pertanian dan/atau ternak, dengan tujuan tertentu, dalam bentuk
pengaturan ruang atau urutan waktu, dan didalamnya terdapat interaksi ekologi
dan ekonomi di antara berbagai komponen yang bersangkutan (Lundgren and
Raintree 1982 diacu Nair 1993). Whitten et al (1999) menyatakan bahwa
agroforestri, agroperhutanan atau wanatani merupakan sistem tata guna lahan
yang sesuai dengan praktek-praktek budaya dan kondisi lingkungan setempat,
yang tanaman semusim atau tahunan dapat dibudidayakan secara bersama-sama
atau rotasi, bahkan kadang-kadang dalam beberapa lapisan sehingga
memungkinkan produksi yang dilakukan terus menerus karena pengaruh
peningkatan kondisi tanah dan iklim mikro yang tersedia di hutan.
Agroforestri dipahami secara sederhana sebagai sebuah konsep umum
mengenai sistem pengelolaan lahan yang mengkombinasikan pohon dan tanaman
pertanian (agricultural crops). Berbagai teknik membangun agroforestri dalam
aplikasinya dapat dipilih yang mana pemilihan suatu teknik disesuaikan dengan
kondisi biofisik dan faktor sosial ekonomi.
Beragam teknik seperti alley cropping, taungya, dan lainnya akhirnya
melahirkan beragam bentuk sistem agroforestri. Beragam bentuk sistem
agroforestri yang ada oleh Nair (1991) yang diacu dalam Nair (1993)
dikelompokkan agar memudahkan untuk memahami, mengevaluasi dan
mengembangkan agroforest berdasarkan kriteria umum. Menurut Nair (1993),
praktek-praktek agroforestri dibagi menjadi 3 kategori utama berdasarkan
komponen agroforestri yaitu agrisilvicultural systems, silvopastural systems dan
agrosilvopastoral systems. Praktek-praktek agroforestri yang termasuk kategori
yang terdiri atas tanaman semusim, tanaman semak belukar, tanaman merambat
dan pohon. Berbeda dengan agrisilvicultural systems, silvopastural systems
memiliki karakter utama dengan komponen agroforestri adalah pohon, ternak dan
atau binatang. Kategori yang terakhir, agrosilvopastoral systems, memiliki
karakter utama komponen penyusunya adalah pohon, tanaman semusim dan
ternak atau binatang.
Singh (1995) secara rinci menyebutkan beberapa potensi pemanfaatan
agroforestri untuk petani pedesaan yaitu :
- memperbaiki tanah, melalui pencegahan erosi, siklus nutrien,
penambahan bahan organik, dan fiksasi nitrogen
- meningkatkan panenan karena perbaikan tanah dan perubahan
mikroklimat
- meningkatkan produksi ternak melalui perbaikan kualitas makanan
ternak, persediaan makanan ternak selama musim kering, dan
perubahan iklim
- pendapatan cash dari produk pohon seperti buah dan kayu
- memperkecil risiko melalui diversifikasi
- ketersediaan kayu bakar (dan menghemat waktu dan biaya untuk
pengumpulan kayu bakar)
- kayu untuk bangunan dan pagar batas
- batas demarkasi dan pagar hidup menggunakan pohon.
Kebun Pepohonan “Tree Garden”
Istilah kebun pepohonan, tree garden, digunakan Wiersum (1982) untuk
menunjukkan pada sistem agroforestri tajuk berlapis, multiple-storeyed
agroforestry system, yang didalamnya terdapat campuran beberapa pohon
buah-buahan dan pohon lainnya, terkadang juga ada tanaman pangan semusim. Terra
GJA (1953) dalam Wiersum (1982) mengungkap bahwa ada 3 tipe tree gardening
(penanaman pohon) yang ada di Jawa yaitu home garden (pekarangan), tree
garden (kebun atau talun) dan clumps of fruit. Karateristik untuk masing-masing
a) pekarangan (home garden) : kebun diberi pagar, terdapat di pekarangan rumah,
terdapat pohon penghasil buah dan kayu serta sayuran dan tanaman pangan
tahunan. Menurut sejarahnya pekarangan ini terkait dengan lahan basah untuk
tanaman padi (sawah) namun selanjutnya terkait dengan lahan kering.
Kebanyakan ditemukan di lahan milik individu yang memiliki latar belakang
budaya martiarkal. Secara khusus pekarangan terdapat di Jawa Tengah dan
dikelola oleh orang-orang Jawa.
b) kebun atau talun ( tree garden) : merupakan campuran pepohonan yang
terdapat di lahan milik komunal yang berada di sekitar desa yang padat dengan
pemukiman. Terkadang juga terletak agak jauh dari desa. Kebun atau talun
tidak dikelola dan menurut sejarahnya terlait dengan praktek perladangan
berpindah. Banyak ditemukan di lahan milik komunal dan memiliki budaya
yang bersifat partriarkal. Kebanyakan ditemukan di Jawa Barat yang dikelola
oleh orang-orang Sunda. Jika dibandingkan dengan pekarangan, kebun atau
talun kurang terawat dan nampaknya lebih menyerupai hutan alam
c) Rumpun pohon buah-buahan atau pohon kayu yang ditanam di lahan yang telah
digunakan untuk praktek perladangan berpindah. Penanaman rumpun pohon ini
menunjukkan hak milik utama terhadap pohon yang ada di lahan milik komunal.
Tree garden tumbuh dan berkembang lebih awal dibandingkan dengan
home garden. Hal itu dapat dipahami dari histori home garden muncul pada saat
kebun-kebun pada lahan komunal dibagi-bagi menjadi kebun-kebun milik
individual. Seseorang lalu membangun rumah di kebunnya, sebagian lahan kebun
yang tidak menjadi rumah menjadi pekarangan. Pada tree garden yang lain,
tanaman musiman diintroduksi dan tree garden dikelola lebih intensif. Perubahan
terjadi pada tree garden ini. Perubahan juga terjadi pada clumps of fruit yang
berubah menjadi tree garden. Perubahan-perubahan yang terjadi pada ketiga
sistem tersebut mendorong Wiersum (1982) membedakan tree gardening
menjadi : home garden (pekarangan), mixed garden (kebun campuran) dan forest
garden (talun, kebun). Berikut karakteristik untuk masing-masing tipe.
a) Pekarangan (home gardens): bentuk penggunaan lahan di lahan milik yang
pohon yang ditanamn bersamaan dengan tanaman semusim dan tanaman
tahunan dan seringkali dijumpai sedikit ternak.
b) Kebun campuran (mixed gardens): bentuk penggunaan lahan di lahan milik
yang terletak di luar desa yang didominasi dengan tanaman tahunan
kebanyakan pepohonan dan dibawahnya ditanami dengan tanaman tahunan.
c) Talun atau kebun (forest gardens): bentuk penggunaan lahan di lahan milik di
luar desa yang ditanami pepohonan atau pohon yang tumbuh sendiri dan
terkadang ditanami pula dengan tanaman pangan tahunan.
Beragam tipe tree gardening systems yang ada namun secara keseluruhan
sebenarnya memiliki persamaan karakter (Wiersum 1982) yaitu :
1. memiliki keragaman jenis yang tinggi yang kebanyakan terdapat tanaman
MPTS dari beragam tajuk (terkadang ada ternak misalnya ayam) yang
menjamin variasi produksi dalam tahunan
2. kebanyakan didominasi oleh pepohonan daripada tanaman pertanian
musiman yang menghasilkan nutrien sebagian besar tersimpan dalam
vegetasi sehingga mengurangi risiko pelindisan hara dan erosi.
3. kebun pepohonan merupakan bagian dari sistem pertanian keseluruhan,
dimana kebun pepohonan menyediakan produk tambahan dengan
kandungan gizi tinggi, tanaman obat-obatan dan rempah-rempah, kayu
bakar, pakan ternak dan kayu-kayu untuk konstruksi.
4. dalam kondisi normal, kebun pepohonan hanya menghasilkan produk
tambahan untuk keperluan subsisten dan jika memungkinkan saat ada
kelebihan hasil maka produk tersebut dijual.
5. praktek kebun pepohonan akan berbeda karena lingkungan lokal, kondisi
sosial ekonomi masyarakat, preferensi dan keterampilan individu yang
berbeda.
Fungsi Agroforestri
Soemarwoto (1984) dalam Iskandar (2001) menyatakan bahwa agroforestri
berstruktur menyerupai hutan alam sehingga memiliki fungsi ekologi seperti
dan ekonomi bagi masyarakat pedesaan. Fungsi ekologi yang melekat pada
agroforestri diantaranya menahan erosi tanah, mengatur sistem hidrologi,
konservasi plasma nutfah, memberikan efek positif pada iklim mikro.
Fungsi ekologi sistem agroforestri khususnya dalam konservasi tanah dan air
menurut Noorwijk et al (2004) tercipta karena adanya unsur pepohonan dan
vegetasi lainnya melalui mekanisme pepohonan yang berperan dalam intersepsi
air hujan, daya pukul air tanah, infiltrasi air dan serapan air. Fungsi ekologi
lainnya yang penting adalah adanya keragaman jenis yang dapat berperan sebagai
cadangan genetik untuk kebutuhan manusia di masa mendatang.
Fungsi sosial budaya dan ekonomi dari agroforestri adalah menopang
kehidupan baik kebutuhan hidup sehari-hari (subsistence) maupun untuk
menghasilkan produksi komersil yang dapat diperjualbelikan (Soemarwoto 1984
dalam Iskandar 2001). Sementara itu fungsi sosial yang diemban sistem
agroforestri antara lain berbagi hasil kebun dengan kerabat ataupun tetangga
( Parikesit et al 2004; Abdullah et al 2006).
Dinamika Sistem Agroforestri
Kebun campuran seperti ekosistem hutan senantiasa berubah dan
diperbaharui dengan adanya hubungan saling mempengaruhi antara faktor
manusia dan struktur kebun. Ini menjadikan kondisi struktur kebun bersifat
dinamis (Michon et al 1983). Hal ini menunjukkan bahwa dinamika kebun dapat
dilihat dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur kebun.
Michon et al 1983 menguraikan bagaimana faktor manusia mempengaruhi
kebun dimana menurutnya bahwa penduduk merupakan bagian dari ekosistem
agroforestri di pedesaan. Pengetahuan, pengalaman dan praktek-praktek yang
dilakukannya mengatur dan memodifikasi fungsi dan dinamika komponen yang
ada dalam sistem agroforestri tersebut. Terkait dengan kebun campuran maka
karakter pemilik kebun campuran turut berperan dalam proses dinamika kebun
campuran.
Faktor dari lingkungan yang tidak diharapkan terjadi telah membawa
perubahan pada dinamika kebun (village garden) di Cibitung Bogor yaitu tidak
yang turun, adanya pengembangan proyek resort holiday dan pembangunan
lapangan golf (Michon dan Mary 1994).
Kebutuhan tempat pemukiman dan lahan untuk pertanian yang intensif telah
menyebabkan perubahan yang cepat pada kebun tradisional di Cibitung. Fitur
hutan alam yang ada pada kebun secara gradual berubah menjadi kebun
pekarangan yang tidak kompleks (Michon dan Mary 1994).
Parikesit et al (2004) menyatakan dalam penelitiannya bahwa perluasan
sistem pertanian intensif mempengaruhi keberadaan kebon tatangkalan di DAS
Citarum. Disamping itu pertumbuhan penduduk menjadi salah satu penyebab
terjadi konversi kebon tatangkalan.
Faktor ekonomi pasar berkonsekuensi terhadap maksimisasi produksi dan
penggunaan input eksternal sehingga kebun pekarangan hilang (Kumar dan Nair
2004). Input eksternal dalam sistem pertanian tradisional ini merupakan
masuknya inovasi teknologi dalam sistem tersebut. Tekanan pasar, komersialisasi
dan adopsi teknologi mendorong perubahan dalam agroekosistem termasuk
pekarangan (Abdoellah et al 2001 dalam Abdoellah 2006). Faktor pasar ini juga
dikatakan oleh Abdoellah et al (2006) bahwa keperluan khusus, preferensi pemilik
dan pasar merupakan faktor utama yang memicu pembangunan pertanian intensif
dan menyebabkan meningkatnya komersialisasi pekarangan. Nautiyal et al
(1998) menyatakan bahwa pada sistem agroforestri di Garhwal Himalaya, India
perubahan yang terjadi pada penggunaan lahan didorong karena adanya interaksi
antara faktor ekologi, kebijakan dan faktor manusia.
Palte (1980) dalam Wiersum (1982) menyebutkan bahwa ada 11 faktor
sosial ekonomi yang mempengaruhi keberadaan sistem agroforestri yaitu (1)
metode pengelolaan dan atau keberhasilan pengenalan sistem agroforesti pada
petani, (2) situasi demografi, (3) ukuran lahan pertanian dan kepemilikan lahan,
(4) struktur kekuatan lokal, (5) kohesi desa (modal sosial), (6) keberadaaan
lembaga sosial, (7) pendapatan petani, (8) tekanan dan pemanfaatan tenaga kerja,
(9) produktivitas, (10) komersialisasi dan pasar, (11) ketersediaan modal dan
Faktor-faktor penyebab terjadinya dinamika pada pekarangan diantaranya
faktor sosial ekonomi ( Peyre et al 2006 ). Wiersum (2004) menyebutkan
faktor-faktor yang menyebabkan dinamika tersebut adalah peran pekarangan dalam
semua sistem pertanian, pendapatan petani dan akses pada pekerjaan di luar
pertanian.
Beberapa hasil penelitian tentang dinamika sistem agroforestri seperti yang
telah diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya dinamika sebuah sistem agroforestri yakni faktor
pengelola sistem agroforestri, pasar, kelembagaan, kebijakan, teknologi, dan
budaya. Penelitian dinamika agroforestry yang telah dilakukan selama ini
umumnya mengungkap perubahan keragaman jenis (Augusseau et al 2006; Peyre
et al 2006; Abdoellah et al 2006), homogenisasi struktur (Peyre et al 2006), alih
guna lahan ( Michon dan Mary 1994). Namun ukuran dari dinamika itu sendiri
belum ada suatu ukuran standar hanya menurut Perikesit et al (2004)
kecenderungan menurunnya kebon tatangkalan dapat didekati dengan indikator
penurunan luasan areal kebun.
Vandermeer et al (1998) dalam Parikesit et al (2004) memandang bahwa
dalam sistem multi-species (termasuk kebun campuran) dimensi manusia
membuat persoalan yang ada pada sistem tersebut menjadi lebih kompleks karena
indikatornya memiliki karakter yang lebih bersifat dinamik daripada biofisik. Hal
ini membuat istilah dinamika kebun campuran dipandang sebagai suatu perubahan
yang terjadi pada kebun campuran yang memiliki keterkaitan dengan unsur sosial.
Dinamika yang terjadi pada kebun campuran dan pada sistem-sistem
agroforestri lainnya merupakan sebuah kelaziman. Hal yang penting adalah
keberlanjutan fungsi sistem agroforestri tersebut. Awalnya konsep kelestarian
hanya dilihat dari prinsip stabilitas ekologi namun demikian konsep kelestarian
dari prinsip sosial ekonomi juga menjadi penting. Kelestarian fungsi sosial
ekonomi diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kondisi penghidupan saat ini
saja akan tetapi bagaimana sistem tersebut mampu menyesuaikan dengan
Konsep Adaptasi
Ada beberapa konsep adaptasi manusia dengan lingkungannya yang telah
dikembangkan oleh para ahli. Salah satu konsep adaptasi dikembangkan oleh
Bennett pada tahun 1976. Adaptasi merupakan suatu perilaku responsif manusia
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Perilaku responsif tersebut
memungkinkan mereka dapat menata sistem-sistem tertentu bagi tindakan atau
tingkah lakunya, agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang
ada. Perilaku tersebut di atas berkaitan dengan kebutuhan hidup, setelah
sebelumnya melewati keadaan-keadaan tertentu dan kemudian membangun suatu
strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi keadaan-keadaan selanjutnya
(Bennett 1976 dalam Golar 2007).
Konsep adaptasi Bennet memfokuskan pada cara-cara aktif dari pertalian
manusia dengan fenomena alam. Hal ini menunjuk pada mekanisme bagaimana
manusia memperoleh keinginannya atau menyesuaikan hidupnya terhadap
lingkungannya atau sebaliknya menyesuaikan lingkungan kepada tujuan-tujuan
hidupnya (Suharjito 2002). Perilaku adaptif dapat berupa inovatif, mencari
perubahan, memproduksi sesuatu yang baru atau konservatif dan tenggangrasa
(Bennett 1976 dalam Suharjito 2002).
Salah satu kunci konsep adaptasi yaitu konsep strategi adaptasi dari Bennett
(1976) digunakan oleh Suharjito (2002) untuk menjelaskan bagaimana
keluarga/rumahtangga mengembangkan sistem agroforestry kebun-talun, dalam
menghadapi tekanan penduduk dan intervensi ekonomi pasar. Dijelaskan bahwa
pasar telah mendorong keluarga/rumahtangga, yang sebelumnya subsisten, untuk
mengkonsumsi barang-barang pasar yang tidak diproduksi sendiri, sehingga
petani dipaksa untuk menghasilkan surplus produksi yang akan digunakan
membeli barang-barang tersebut. Di sisi yang lain, tekanan terhadap lahan
meningkat, baik karena jumlah atau rasio penduduk-lahan yang terus bertambah,
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
Kebun campuran merupakan salah satu sistem agroforestri yang terdiri dari
beragam jenis pohon dan tanaman semusim yang menciptakan suatu konfigurasi
tajuk yang berlapis-lapis dan membentuk suatu ekosistem yang efisien dalam
pemanfaatan ruang, unsur hara, air, energi dan waktu. Kebun campuran sebagai
sebuah sistem produksi menghasilkan sumber makanan bagi manusia maupun
ternak, sumber bahan bangunan dan sumber energi berupa kayu bakar.
Keragaman hasil dari kebun campuran ini menunjukkan produksi total relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan sistem budidaya tanaman monokultur.
Kebun campuran dan praktek-praktek agroforestri lainnya telah lama hidup
dan berkembang di pedesaan. Hal ini tidak terlepas dari kehidupan di pedesaan
yang berbasis pertanian. Kebun campuran merupakan strategi pertanian yang
cocok di daerah atas lahan kering. Hasil dari kebun campuran merupakan sumber
pendapatan bagi rumah tangga. Selain itu kebun campuran juga tidak dipungkiri
mampu berperan dalam konservasi tanah dan air. Peran ini muncul menurut
Noorwijk et al (2004) karena keberadaan unsur pepohonan dan vegetasi lainnya
melalui mekanisme intersepsi air hujan, mengurangi daya pukul air tanah,
infiltrasi air dan serapan air. Peran kebun campuran khususnya dan sistem
agroforestri umumnya dalam konservasi tanah dan air ini akan semakin baik
dengan semakin tingginya densitas tutupan kanopi tanaman. Selain peran
agroforestri dalam konservasi tanah dan air, agroforestri juga diakui berperan
dalam konservasi biologi dan iklim mikro.
Kebun campuran sebagai salah satu penggunaan lahan terbentuk melalui
proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu eksistensi
kebun campuran tidak terlepas dari campur tangan manusia. Hidup manusia itu
sendiri akan dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya termasuk kebun campuran.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan timbal balik antara kebun campuran
dengan manusia. Hubungan tersebut terjalin karena ada arus materi, energi, dan
informasi di antara keduanya. Manusia memanfaatkan tanaman yang tumbuh di
tanaman pertanian. Tindakan manusia itu sendiri dalam pengelolaan kebun
campurannya dipengaruhi oleh berbagai unsur atau faktor yang terdapat di dalam
dan di luar manusia itu sendiri seperti pasar, kebijakan, tekanan populasi,
pengetahuan , teknologi dan nilai-nilai serta unsur lainnya. Manusia yang terdiri
atau dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut akan melakukan tindakan terhadap
kebun campuran. Hal ini menunjukkan ada arus materi, energi dan informasi dari
manusia sebagai sistem sosial ke kebun campuran sebagai sistem biofisik.
Hubungan antara manusia dengan kebun campuran juga dikatakan oleh
Michon et al (1983) bahwa kebun yang menyerupai ekosistem hutan senantiasa
berubah dan diperbaharui dengan adanya hubungan saling mempengaruhi antara
faktor manusia dan faktor struktural (kebun). Manusia dapat mengatur dan
memodifikasi komponen yang ada dalam kebun melalui pengetahuan, pengalaman
dan praktek-praktek yang dilakukannya. Hal ini menjadikan kondisi struktur
kebun bersifat dinamis.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang mengulas mengenai dinamika
sistem agroforestri, pertambahan penduduk dapat menyebabkan terjadinya
konversi pada kebun campuran untuk memenuhi kebutuhan pemukiman (Michon
dan Mary 1994; Parikesit et al 2004). Jumlah penduduk meningkat juga
menyebabkan luas pemilikan lahan menjadi lebih sempit (Gouyon et al 1993).
Perkembangan ekonomi pasar juga mempengaruhi dinamika kebun campuran
melalui penyeleksian jenis dan introduksi tanaman baru dalam mengembangkan
pertanian yang intensif (Michon dan Mary 1994 ; Parikesit et al 2004). Faktor
pasar juga mendorong jenis-jenis yang dinilai tidak atau kurang menguntungkan
secara ekonomi dihilangkan diganti dengan jenis-jenis yang lebih komersil
(Michon et al dalam ICRAF 2000; Iskandar 2001). Faktor kebijakan juga
mempengaruhi dinamika kebun pepohonan campuran (Michon dan Mary 1994).
Perubahan dalam kebun campuran dalam konteks ilmu ekologi merupakan
sebuah kelaziman fenomena sebagai hasil interaksi antara manusia (sistem sosial)
dan lingkungan (sistem biofisik). Oleh karena itu perubahan fisik kebun
campuran sulit terhindarkan dari masa ke masa, dari satu generasi ke generasi
berikutnya karena adanya interaksi manusia dengan lingkungannya setiap saat
Dengan demikian suatu kebun campuran diduga akan mengalami
perubahan-perubahan fisik. Namun apakah dengan perubahan-perubahan fisik kebun campuran
berdampak terhadap perubahan fungsinya?
Dinamika kebun campuran sebagai hasil interaksi timbal balik antara
manusia (sistem sosial) dan kebun campuran (sistem biofisik), faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan strategi manusia dalam menghadapi tekanan lingkungan
terhadap kebun campuran merupakan lawas dari penelitian ini yang menjadi
kerangka pemikiran penelitian seperti pada Gambar 1. Kerangka pemikiran
penelitian ini mengadopsi suatu hubungan timbal balik antara sistem sosial
dengan sistem biofisik Rambo (1981).
Tanah
Bagaimana fungsi produksi, fungsi sosial dan fungsi ekologi kebun campuran ?
Pengelolaan kebun campuran lestari dan
[image:40.595.115.527.303.695.2]berkelanjutan Populasi Ekonomi /Pasar Kebijakan Sistem Sosial Nilai Tekno logi Pengetahuan Unsur lain Kayu Hama Penyakit Sistem Kebun Campuran Air Buah Tanaman Semusim Unsur lain Seleksi dan Adaptasi Arus energi, materi, informasi Arus energi, materi, informasi
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan studi kasus
sebagai suatu ikuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan
nyata masa kini (Yin 2002. Secara umum, studi kasus memberikan akses dan
peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail,
intensif, dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Studi kasus dapat
memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel, serta
proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. Selain itu,
studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna
sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian
yang lebih besar dan mendalam, dalam rangka pengembangan ilmu (Yin 1997;
Azis 2003).
Pendekatan studi kasus yang digunakan tidaklah kaku sifatnya, dan
sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan perkembangan fakta empiris yang tengah
dicermati. Hal ini tidak berarti terjadinya inkonsistensi, melainkan terhadap
fenomena sosial yang menjadi unit analisis, lebih dikedepankan dan diutamakan
aspek emik daripada etik-nya. Hal ini menyangkut prinsip dalam penelitian
kualitatif. Sebab, fenomena dan praktek-praktek sosial, sebagai sasaran ”buruan”
penelitian kualitatif tidak bersifat mekanistik, melainkan penuh dinamika dan
keunikan, dan karenanya tidak bisa diciptakan dalam otak dan menurut kehendak
peneliti semata (Bungin 2000).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten
Bogor. Luas desa ini mencapai 710,723 hektar. Kebun campuran berada di
wilayah perbukitan. Hasil kebun campuran yang terkenal dari desa ini dan
menjadi buah unggulan Kabupaten Bogor adalah buah manggis. Selain manggis
hasil lainnya yang juga sering dipasarkan adalah durian, cempedak, nangka,
melinjo, petai, pisang dan lainnya.
Penelitian dibagi ke dalam 3 tahapan yaitu tahap persiapan penelitian, tahap
adalah penyusunan rencana penelitian dan orientasi lapang dilakukan pada bulan
Desember 2007. Orientasi lapang, kegiatan untuk menentukan lokasi penelitian,
pendalaman masalah penelitian dilakukan pada bulan Januari 2008. Eksplorasi
dilakukan untuk mendapatkan dskripsi umum tentang kebun campuran dan
fenomena-fenomena yang terjadi di sana dilakukan pada bulan Pebruari 2008.
Pelaksanaan penelitian ditujukan untuk memperoleh bukti-bukti empiris di
lapangan melalui pengumpulan baik data primer maupun data sekunder Maret –
Mei 2008. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian dilakukan pada bulan
Juni-Juli 2008.
Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan untuk membahas dinamika kebun campuran
mengutamakan data kualitatif dan sebagai pelengkap digunakan data kuantitatif.
Data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan teknik pengambilan contoh
secara sengaja. Responden dipilih secara sengaja berdasarkan usia. Usia dijadikan
variabel untuk melihat apakah terdapat perbedaan luas pemilikan kebun antara
generasi tua dan muda. Kategori tua dan muda ini didasarkan pada persepsi
masyarakat lokal. Total jumlah responden yang dilibatkan sebanyak 40 orang.
Pengumpulan data kualitatif dilakukan terhadap 3 informan yang dipilih.
Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan
pengamatan lapang. Metode wawancara adalah cara-cara yang dipergunakan
kalau sesoerang untuk tujuan suatu tugas tertentu mencoba mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari responden dengan bercakap-cakap
berhadapan dengan orang itu (Koentjaraningrat 1977). Teknik wawancara
terencana dan wawancara tanpa recana, keduanya digunakan pada penelitian ini.
Pengumpulan data baik melalui teknik wawancara dan pengamatan lapang
dilakukan dengan memperhatikan pendekatan emik yang memungkinkan peneliti
memahami apa yang diungkapkan informan berdasarkan sudut pandang orang
Analisis data yang diterapkan pada penelitian ini adalah analisis data
kualitatif yang diarahkan untuk mendapatkan makna dari data yang diperoleh
melalui pijakan logika berpikir induktif abstraktif (Faisal 2003).
Tiga tahap analisis data kualitatif yang digunakan adalah :
1. tahap reduksi : memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan data
“kasar”, catatan-catatan tertulis di lapangan, dan selanjutnya menajamkan
menggolongkan, mengarahkan , membuang dan mengorganisasi data dengan
sedemikian rupa sehingga lebih memudahkan untuk memperoleh
kesimpulan-kesimpulan.
2. penyajian data : data hasil reduksi dapat disajikan dalam bentuk teks naratif,
matriks, grafik atau bagan.
3. penarikan kesimpulan : dalam hal ini mencakup juga verifikasi kesimpulan
yang dilakukan selama penelitian berlangsung dengan cara yang ditempuh :
berpikir ulang selama penulisan dan tinjauan ulang pada catatan-catatan
KEADAAN UMUM WILAYAH Letak Geografis dan Lingkungan Biofisik
Desa Karacak terletak di Kecamatan Leuwiliang, bagian barat dari
Kabupaten Bogor. Desa Karacak di bagian utara desa bersebelahan dengan Desa
Barengkok, di bagian timur bersebelahan dengan Desa Situ Iduk Kecamatan
Cibungbulan, di bagian selatan bersebelahan dengan Desa Karyasari dan di bagian
barat bersebelahan dengan Desa Pabangbon atau Desa Cibeber II. Kebun
campuran yang ada di Desa Karacak dominan berada di Kampung Cengal
Kampung cengal berada pada ketinggian 600 mpdl.
Curah hujan kawasan ini antara 4000 - 5000 mm per tahun. Temperatur
rata-rata relatif tetap sepanjang tahun, yakni: 37 o C Bentang wilayah mulai dari datar
hingga berbukit.
Pola Penggunaan Lahan
Hamparan areal usahatani menetap di Karacak terdiri dari dua bentuk yang
utama. Pertama, budidaya padi pada sawah irigasi setengah teknis yang berada di
bawah lereng-lereng meliputi 210,714 ha atau 29,6% dari luas desa. Kedua,
kebun pepohonan campuran yang umumnya terletak di lereng-lereng atau bukit,
meliputi 270,020 ha atau 37,9% dari luas desa. Kebun-kebun ini disebut
penduduk lokal dengan istilah kebon atau ada juga yang menyebutnya dengan
leuweung. Kebon menunjukkan lahan yang ditanami pepohonan dan terawat
sementara leuweung menunjukkan pada lahan yang ditanami pepohonan namun
tidak dirawat. Jenis manggis menjadi idola penduduk lokal saat ini sehingga
leuweung-leuweung ditanami manggis dan akhirnya leuweung menjadi kebun
yang terawat.
Komponen pepohonan yang terdapat di kebun campuran adalah pohon
penghasil buah dan pohon penghasil kayu. Selain itu kebun juga ditanami dengan
Jumlah Penduduk dan Sosial Ekonomi Masyarakat
Jumlah rumah tangga yang ada di Karacak 2497 KK dengan jumlah
penduduk 10.576 jiwa. Sebanyak 70% atau 6980 orang adalah warga berusia
produktif 15-60 tahun. Persentase jumlah angkatan kerja terdiri atas penduduk
yang bermata pencaharian petani (44%), buruh tani (3%), swasta (25%), PNS
(4%), pedagang (11%) selebihnya montir dan pengrajin. Tingkat pendidikan
warga sebanyak 10% pernah mengecap pendidikan di SD namun tidak lulus, 51%
mencapai tingkat SD, 22% mencapai tingkat SMP, 17% mencapai tingkat SMA,
1,5 % ada yang mencapai tingkat pendidikan tinggi.
Perekonomian masyarakat di Desa Karacak didukung sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, industri rumah tangga dan penjualan jasa. Hasil sawah,
padi, dimakan untuk kebutuhan sehari-hari yang tidak cukup untuk sepanjang
tahun. Hasil pertanian palawija dan sayur mayur kebanyakan merupakan hasil
usahatani para petani penggarap di lahan kebun milik orang lain.
Kebun campuran menjadi salah satu sumber penghidupan bagi penduduk
setempat. Hasil kebun berupa buah, kayu dan tanaman semusim ini dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan subsisten dan juga menjadi produk-produk komersil
yang diperdagangkan.
Ternak kambing dan domba, aset ekonomi, dijual untuk mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dalam kondisi khusus. Ketersediaan pakan ternak dipenuhi
dari kebun campuran berupa rerumputan, daun ketela pohon dan daun manii.
Para pemuda kebanyakan menjadi penjual jasa angkutan kendaraan roda 2
(tukang ojek) di Karacak atau bekerja pada sektor non pertanian di luar desa. Para
ibu berkontribusi dalam ekonomi rumah tangga melalui industri rumah tangga
pembuatan makanan ringan seperti singkong, pisang, melinjo dan talas belitung.
Semua bahan baku industri berasal dari kebun campuran. Sumber perekonomian
penduduk bisa juga diciptakan dari hasil penjualan jasa buruh tani melalui
Kalender Musiman
Aktivitas warga Karacak di bidang pertanian umumnya dipengaruhi oleh
kondisi cuaca baik untuk menanam padi, palawija, sayuran dan tanaman keras
(pohon). Kondisi cuaca yang cenderung berubah-rubah dalam beberapa tahun
belakangan ini mempengaruhi aktivitas pertanian pada umumnya.
Penduduk Karacak memproduksi padi belakangan ini cenderung tidak
bersamaan. Satu hamparan padi ada yang masih menghijau, bulir padi belum
keluar, namun pada hamparan lain padi sudah menguning siap untuk dipanen.
Padi yang diairi dengan sistem irigasi memang lebih teratur dalam memproduksi
padi karena air relatif tersedia sepanjang tahun. Padi ini dapat ditanam hingga 3
kali dalam 1 tahun. Namun padi sawah tadah hujan paling banyak bisa ditanam 2
kali dalam 1 tahun. Hal ini karena padi sawah tadah hujan bergantung pada air
hujan. Kondisi cuaca yang tidak menentu menyebabkan produksi padi juga tidak
menentu.
Aktivitas mengelola tanaman keras atau pohon juga bergantung pada kondisi
cuaca. Penanaman dilakukan pada awal-awal musim penghujan agar beberapa
saat setelah ditanam bibit mendapatkan cukup air dari hujan. Pemeliharaan
tanaman seperti penyiangan dilakukan tergantung kondisi gulma yang berada di
sekitar tanaman bisa dilakukan di musin penghujan atau musim kemarau.
Aktivitas pemanenan buah-buahan juga tergantung pada kondisi cuaca yang
terjadi hanya 1 kali dalam 1 tahun kecuali jeni melinjo yang berbuah 2 kali dalam
1 tahun yaitu pada periode bulan Januari- Pebruari dan Juli- Agustus . Cuaca
yang kondusif akan membantu proses pembungaan dan pembuahan berbagai jenis
buah dan biasanya terjadi panen raya dimana semua pohon buah berbuah secara
serentak dan jumlah produksi buah banyak. Cuaca kondusif dimaksud seperti
tidak terjadi angin puting saat pohon dalam proses pembungaan dan curah hujan
cukup, tidak berlebihan
Aktivitas pemanenan dari hasil kebun lainnya adalah penebangan kayu
untuk bahan konstruksi bangunan atau untuk kayu bakar, selain itu pengambilan
pakan ternak (merumput). Pemanenan kayu untuk konstruksi bangunan bisa
pengambilan kayu bakar biasanya dilakukan seminggu sekali. Kegiatan lainnya
adalah pengambilan pakan ternak yang dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali.
Aktivitas penduduk Karacak di bidang pertanian secara ringkas dipetakan dalam
[image:47.595.113.510.199.379.2]Tabel 1.
Tabel 1 Kalender musim aktivitas pertanian penduduk Karacak
Bulan ke- Aktivitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Menanam padi irigasi x x x
Memanen padi irigasi x x x
Menanam padi tadah hujan x x
Memanen padi tadah hujan x x
Menanam pohon x x x
Menyiangi pohon x x x x x x x x x x x x
Produksi palawija dan sayuran
x x x x x
Mengambil kayu bakar x x x x x x x x x x x x
Memanen buah x x x x x x x
Fasilitas jalan dan pasar
Lokasi Desa Karacak berjarak 5 km dari pusat kecamatan. Kondisi jalan
menuju pusat kecamatan sudah beraspal. Jarak yang relatif dekat dari Karacak ke
pusat kecamatan ini sejak dahulupun meski belum beraspal untuk pemasaran
hasil-hasil pertanian ke pasar kecamatan relatif tidak menjadi kendala.
Transportasi umum dari desa ke kecamatan bisa menggunakan angkutan desa dari
pagi hingga sore hari namun untuk kendaraan bermotor bisa beroperasi hingga
malam hari.
L i l i u r a n
Liliuran merupakan salah satu tradisi dalam kehidupan masyarakat Desa
Karacak yang telah hidup sejak kehidupan para orangtua mereka terdahulu.
Liliuran adalah aktivitas bekerjasama yang dilakukan sekelompok petani untuk
menyelesaikan pekerjaan yang terkait dengan bercocok tanam. Fokus pekerjaan
yang dapat diselesaikan dengan bekerjasama adalah seputar bercocok tanam padi
juga menjadi salah satu sumber penghidupan petani maka pekerjaan lain yang
dapat dimasukkan dalam liliuran adalah pekerjaan yang terkait dengan berkebun.
Liliuran dulu disebut dengan istilah ngerte maksudnya 1 kelompok
kerjasama terdiri dari 1 RT kira-kira terdiri dari 100 orang. Jumlah anggota yang
banyak ini dinilai tidak efisien akhirnya dibentuk kelompok diperkecil. Hal ini
diikuti dengan perubahan sebutan ngerte menjadi liliuran.
Tujuan pembentukan kelompok liliuran adalah menyelesaikan pekerjaan
bercocok tanam dan berkebun secara bersama-sama. Selain itu kelompok liliuran
juga wadah transfer informasi antar petani dan menjaga tali silaturrahim atau rasa
persaudaraan. Liliuran merupakan salah satu tradisi yang tidak lekang dimakan
waktu. Hal ini menunjukkan bahwa liliuran sebagai salah satu lembaga
tradisional yang telah melembaga secara kuat dalam kehidupan masyarakat
PROFIL KEBUN CAMPURAN Kasus 1
Kebun Campuran Mang Udin Biografi Mang Udin
Mang Udin adalah anak ketiga dari 9 bersaudara. Mang Udin lahir di
Kampung Cengal Desa Karacak 53 tahun yang lalu. Ayahnya, Pak Uhir, adalah
seorang petani yang juga lahir di Kampung Cengal Desa Karacak. Meski Pak Uhir
seorang petani namun Pak Uhir berkeinginan agar anak-anaknya dapat mengecap
pendidikan setinggi-tingginya. Mang Udin hanya menyelesaikan pendidikan di
tingkat menengah pertama kelas 2 karena keterbatasan ekonomi Pak Uhir,
Pendidikan tingkat dasar pada sekolah rakyat di Desa Karacak dijalani Mang Udin
hingga lulus. Pendidikan Mang Udin dilanjutkan di Pesantren, yang setingkat
dengan sekolah menengah pertama hingga kelas 2 melalui kenalan Pak Uhir.
Mang Udin sendiri merasa kurang bersemangat untuk belajar karena dorongan
orangtuanya dirasakan sangat kurang. Hal itu dirasakannya dalam perjalanan
mengenyam pendidikan,.
Mang Udin biasanya membantu orangtuanya baik di sawah maupun di
kebun setelah Mang Udin berhenti sekolah. Mang Udin ikut mencangkul di
sawah saat musim tanam tiba. Saat panen tiba Mang Udin juga ikut memikul
karung berisi padi ke rumah. Ketika tidak sibuk dengan pekerjaan di sawah,
Mang Udinpun membantu orangtuanya bekerja di kebun seperti membuat petakan,
menanam dan menyiangi. Pekerjaan di kebun ini dilakukan keluarga Mang Udin
setelah pekerjaan di sawah khususnya penanaman selesai.
, Pak Uhir memberikan lahan seluas 1500 m2 untuk digarap Mang Udin pada
tahun 1970 setelah melihat kesungguhan Mang Udin bekerja. Bapaknya
menyerahkan pengelolaan sawah dan kebun kepada Mang udin ketika Pak Uhir
mulai sakit-sakitan pada tahun 1975 dengan demikian Mang Udin menjadi tulang
punggung keluarga yang mencari uang untuk dapat menyekolahkan adik-adiknya.
Sebenarnya Mang Udin mempunyai seorang kakak laki-laki namun kakaknya itu