• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Asuhan keperawatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Asuhan keperawatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2011"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONDISI KERJA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PEMERINTAH ACEH

TESIS

OLEH

MULYATINA 097032088/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF WORK CONDITION ON THE NURSES’S CARE IN THE IN-PATIENT WARDS OF MOTHER AND CHILD

HOSPITAL THE GOVERNMENT OF ACEH

T H E S I S

BY

MULYATINA 097032088/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

THE INFLUENCE OF WORK CONDITION ON THE NURSING CARE DONE BY NURSES IMPLEMENTING IN THE IN-PATIENT

WARDS ROOM OF MOTHER AND CHILD HOSPITAL THE GOVERNMENT OF ACEH

T H E S I S

BY

MULYATINA 097032088/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

PENGARUH KONDISI KERJA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PEMERINTAH ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MULYATINA 097032088/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(5)

Judul Tesis : PENGARUH KONDISI KERJA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

PEMERINTAH ACEH Nama Mahasiswa : Mulyatina

Nomor Induk Mahasiswa : 097032088

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

( Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si )

Anggota

( Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.Ns )

Ketua Program Studi

( Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si )

Dekan

( Dr. Drs. Surya Utama, M.S )

(6)

Telah diuji

Pada Tanggal : 18 Agustus 2011

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si Anggota : 1. Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.Ns

(7)

SURAT PERNYATAAN

PENGARUH KONDISI KERJA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PEMERINTAH ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2011

(8)

ABSTRAK

Hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pemerintah Aceh menunjukkan, asuhan keperawatan masih belum dilakukan secara optimal: hanya 50% perawat yang melakukan pengkajian, 65% menuliskan diagnosa keperawatan, 30% melakukan perencanaan dan implementasi, 10% melakukan evaluasi. Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja tersebut adalah kondisi kerja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kondisi kerja terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat pelaksana pada RSIA Pemerintah Aceh tahun 2011. Jenis penelitian adalah survey eksplanatori, dengan populasi penelitian semua perawat (54 orang) RSIA Pemerintah Aceh. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dianalisis dengan uji regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap asuhan keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh adalah faktor kebisingan.

Kondisi kerja merupakan faktor terpenting demi kenyamanan perawat dan klien sehingga perlu menjadi perhatian khusus dari pihak stakeholder Rumah Sakit Ibu dan Anak pemerintah Aceh.

(9)

ABSTRACT

The result of preliminary survey conducted at Mother and Child Hospital, the Government of Aceh showed that nursing care has not been optimally done yet: only 50% of the nurses did the research, 65% of them wrote the nursing diagnose, 30% did the planning and implementation, and 10% did the evaluation. One of the factors which influence the performance was work condition.

The purpose of this explanatory study with cross-sectional design was to analyze the influence of work condition on the nursing care conducted by the working nurses at Mother and Child Hospital, the Government of Aceh in, 2011. The population of this study was all of the 54 nurses working at Mother and Child Hospital, the Government of Aceh. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were then analyzed through multiple regression test.

The result of this study showed that factor which had influence on the nursing care at Mother and Child Hospital, the Government of Aceh was the noise.

Work condition was the most important factor for the comfort of nurses and clients that it needed to be paid special attention by the stakeholder of Mother and Child Hospital, the Government of Aceh.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas

segala kasih karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Asuhan keperawatan Perawat Pelaksana di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2011”.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik

tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Manyarakat

Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si, selaku sekretaris program studi S2 Ilmu

Kesehatan masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

utara.

5. Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si selaku ketua pembimbing satu yang penuh

perhatian, kesabaran dan ketelitian memberikan bimbingan dan arahan hingga

(11)

6. Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.Ns selaku komisi pembimbing dua yang telah

meluangkan waktu, pikiran serta pengarahan terus menerus sejak penyusunan

proposal hingga menyesaikan tesis ini.

7. Dr. Muslich Lufti, M.B. A, I.D.S selaku pembanding satu yang telah memberikan

masukan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Masnelly Lubis, S.Kp, M.A.R.S selaku pembanding dua yang telah bersedia

untuk menguji dan menyempurnakan tesis ini.

9. Dr. Rusdi Andit, S.PA selaku Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah

Aceh.

10.Kedua orang tua saya A. Wahid, Ibunda Cut Manyak dan Bapak Mertua Nyak

Teungoh, Ibunda Mertua Cut Mariah serta seluruh keuarga tercinta atas

pengorbanan dan kasih sayangnya.

11.Suami tercinta T. Heri Suhadi, S.P dan anak-anakku tersayang Cut Khusnul

Khatima, Cut Intan Kurniawati dan Cut Ainul Aini yang telah memberikan saya

motivasi, dukungan serta do’anya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

12.Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk berkonsultasi

(12)

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, September 2011

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Mulyatina yang dilahirkan di Kecamatan Meureudu di

Kabupaten Pidie pada tanggal dua puluh lima bulan desember tahun seribu sembilan

ratus tujuh puluh lima. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara, telah

berkeluarga dan mempunyai tiga orang anak yaitu satu putri dan dua putra, beralamat

di Jalan Setia Budi Pasar I Lorong Mahoni No. 12 Medan.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di MIN Beuracan Meuredu

Kabupaten Pidie Tahun 1987, Tahun 1990 penulis menamatkan Sekolah Menengah

Pertama di MTsN Meuredu Kabupaten Pidie, Tahun 1993 penulis menamatkan

Sekolah SMA Negeri Trienggadeng Kabupaten Pidie, dan Tahun 1996 penulis

menamatkan Sekolah Akademi Keperawatan Teungku Fakina Banda Aceh, dan

Tahun 1997 bekerja sebagai Pengajar di Akademi Keperawatan Teungku Fakina

Banda Aceh, Tahun 2002 menamatkan Pendidikan PSIK-UNSYIAH , Tahun 2002

sampai 2008 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas

Kesehatan Pidie, Tahun 2008 pindah kerja ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Hipotesis ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN ... 12

2.1. Konsep Dasar Kondisi Kerja ... 12

2.1.1. Kondisi Kerja ... 12

2.1.2. Jenis Kondisi Kerja ... 13

2.1.3. Faktor-Faktor Lingkungan Kerja ... 16

2.1.4. Kondisi Psikologis dari Lingkungan Kerja ... 18

2.2. Lama Waktu Kerja ... 20

2.3. Deskripsi Kerja Keperawatan ... 21

2.4. Definisi Perawat ... 24

2.5. Asuhan Keperawatan ... 32

2.6. Landasan Teori ... 35

2.7. Kerangka Konsep ... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Jenis Penelitian ... 39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.3. Populasi dan Sampel ... 40

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 42

(15)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

4.2. Univariat ... 49

4.3. Gambaran Kondisi Kerja ... 53

4.4. Kondisi Psikologis ... 57

4.5. Analisis Bivariat ... 57

4.6. Analisis Multivariat ... 63

BAB 5. PEMBAHASAN ... 69

5.1. Pengaruh Suhu terhadap Asuhan Keperawatan ... 69

5.2. Pengaruh Pencahayaan terhadap Asuhan Keperawatan ... 71

5.3. Pengaruh Kebisingan terhadap Asuhan Keperawatan ... 73

5.4. Pengaruh Perasaan Pribadi terhadap Asuhan Keperawatan ... 75

5.5. Pengaruh Kepentingan terhadap Asuhan Keperawatan ... 76

5.6. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan ... 78

5.7. Faktor yang Memengaruhi Asuhan Keperawatan ... 79

5.8. Keterbatasan Penelitian ... 82

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1. Kesimpulan ... 83

6.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Kondisi Jumlah Perawat, Jumlah Tempat Tidur, dan BOR Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Oktober Sampai dengan

Desember Tahun 2010 ... 5

1.2 Topoksi Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh ... 7

3.1 Variabel Pengukuran ... 43

3.3 Variabel Pengukuran ... 46

4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

di RSIA Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 49

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pelaksanaan Asuhan

Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 50

4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja

Keperawatan Tahun 2011 ... 52

4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Asuhan

Keperawatan Tahun 2011 ... 53

4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencahayaan

Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 54

4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suhu di RSIA

Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 54

4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebisingan di RSIA

Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 55 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gerak di RSIA

Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 55

4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Polusi di RSIA

(17)

4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keindahan di RSIA

Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 56

4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh

Tahun 2011 ... 57

4.12 Distribusi Frekuensi Responden Pencahayaan dan Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 57

4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suhu dan Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 58

4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebisingan dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 59

4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gerakan dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 60

4.16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Polusi dan Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh Tahun 2011 ... 60

4.17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keindahan

dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh

Tahun 2011 ... 61

4.18. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perasaan Pribadi dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh

Tahun 2011 ... 62

4.19. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepentingan Status dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh

Tahun 2011 ... 63

4.20. Uji Normalitas Lingkungan Fisik di RSIA Pemerintah Aceh

Tahun 2011 ... 64

4.21. Uji Normalitas Lingkungan Psikologis di RSIA Pemerintah Aceh

Tahun 2011 ... 65

4.22. Uji Normalitas Asuhasn Keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh

(18)

4.23. Uji Multikolonieritas Data Coefficients di RSIA Pemerintah Aceh

Tahun 2011 ... 66

4.24. Uji Autokorelasi Model Summary di RSIA Pemerintah Aceh

Tahun 2011 ... 66

(19)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Teori ... 37

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kusioner Penelitian ... 89

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 94

3. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 98

4. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 143

(21)

ABSTRAK

Hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pemerintah Aceh menunjukkan, asuhan keperawatan masih belum dilakukan secara optimal: hanya 50% perawat yang melakukan pengkajian, 65% menuliskan diagnosa keperawatan, 30% melakukan perencanaan dan implementasi, 10% melakukan evaluasi. Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja tersebut adalah kondisi kerja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kondisi kerja terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat pelaksana pada RSIA Pemerintah Aceh tahun 2011. Jenis penelitian adalah survey eksplanatori, dengan populasi penelitian semua perawat (54 orang) RSIA Pemerintah Aceh. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dianalisis dengan uji regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap asuhan keperawatan di RSIA Pemerintah Aceh adalah faktor kebisingan.

Kondisi kerja merupakan faktor terpenting demi kenyamanan perawat dan klien sehingga perlu menjadi perhatian khusus dari pihak stakeholder Rumah Sakit Ibu dan Anak pemerintah Aceh.

(22)

ABSTRACT

The result of preliminary survey conducted at Mother and Child Hospital, the Government of Aceh showed that nursing care has not been optimally done yet: only 50% of the nurses did the research, 65% of them wrote the nursing diagnose, 30% did the planning and implementation, and 10% did the evaluation. One of the factors which influence the performance was work condition.

The purpose of this explanatory study with cross-sectional design was to analyze the influence of work condition on the nursing care conducted by the working nurses at Mother and Child Hospital, the Government of Aceh in, 2011. The population of this study was all of the 54 nurses working at Mother and Child Hospital, the Government of Aceh. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were then analyzed through multiple regression test.

The result of this study showed that factor which had influence on the nursing care at Mother and Child Hospital, the Government of Aceh was the noise.

Work condition was the most important factor for the comfort of nurses and clients that it needed to be paid special attention by the stakeholder of Mother and Child Hospital, the Government of Aceh.

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi luhur bidang kesehatan.

Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Committee on Nursing adalah

gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/merawat (care), suatu gabungan

humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi

dan ilmu sosial. Hal ini dipertegas lagi dalam WHO Expert Committee on Nursing

Practice yang menyatakan bahwa keperawatan adalah ilmu dan seni sekaligus.

Disebutkan bahwa pelayanan keperawatan bertugas membantu individu, keluarga dan

kelompok untuk mencapai potensi optimalnya di bidang fisik, mental dan sosial,

dalam ruang lingkup kehidupan dan pekerjaannya.

Tenaga keperawatan merupakan salah satu sumber daya manusia bidang

kesehatan yang melalui ilmunya akan mendukung tercapainya tujuan pembangunan

bidang kesehatan (Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 2006). Sebagai tenaga

professional, tenaga keperawatan harus mampu memenuhi hak pasien untuk

diprioritaskan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, oleh

karena itu tenaga keperawatan harus meningkatkan kualitas pelayanan yang

menjamin kelangsungan pelayanan kesehatan, kenyamanan dan keamanan pasien

(24)

Pelayanan keperawatan merupakan bagian terbesar dari pelayanan di rumah

Sakit, oleh karena itu jumlah tenaga keperawatan yang memadai merupakan salah

satu faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan pelayanan keperawatan. Untuk

mengetahui jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan, perhitungan dapat

dilakukan dengan menghitung beban kerja menggunakan rumus-rumus yang ada,

dapat diketahui jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan (Ilyas, 2005).

Pelayanan keperawatan diberikan baik berupa asuhan keperawatan langsung

maupun tidak langsung, melalui kegiatan penyuluhan dan pendidikan oleh perawat

dalam institusi sarana kesehatan. Pelayanan/asuhan keperawatan bersifat

komprehensif, mencakup pelayanan bio-psikososio-spiritual. Pelayanan keperawatan

menangani masalah fisik (penyakitnya), sekaligus aspek psikologi, sosial dan

spiritual. Perawat menangani masalah penyakitnya secara fisik, sekaligus memenuhi

kebutuhan psikologisnya seperti keyakinan untuk sembuh, menumbuhkan rasa

optimistik dan percaya diri pasien, serta perasaan dihargai (Praptianingsih, 2007).

Perawat juga memenuhi aspek sosial pasien, seperti perasaan dibutuhkan,

merasa dicintai dan diperhatikan. Pemenuhan kebutuhan spiritual dilakukan dengan

memotivasi pasien untuk melakukan ibadah, membimbing pasien dan keluarganya

untuk menerima sakitnya dengan perasaan sabar, menyarankan pasien dan

keluarganya untuk berdoa agar lekas sembuh (Praptianingsih, 2007).

Perawat harus mampu untuk melakukan upaya promosi dan pemeliharaan

kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit. Keperawatan juga meliputi kegiatan

(25)

tingkat kesehatan fisik, mental dan sosial yang seluruhnya akan memengaruhi status

kesehatan, terjadinya penyakit, kecacatan dan kematian (Tjandara Yoga Aditania,

2006).

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu

bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada

perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,

mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti

perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia,

kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang

kesehatan yang senantiasa berkembang (PPNI, 2006).

Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam

melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori

keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat

suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata,

sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka

konseptual atau model keperawatan (PPNI, 2006).

Nursing Department di rumah sakit mempunyai beberapa tugas, seperti:

(1) memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik untuk kesembuhan ataupun

pemulihan status fisik dan mentalnya; (2) memberikan pelayanan lain bagi

kenyamanan dan keamanan pasien, seperti penataan tempat tidur dan lain-lain;

(26)

berkelanjutan; (5) melakukan berbagai penelitian/riset untuk senantiasa meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan; dan (6) berpartisipasi aktif dalam program pendidikan

bagi para calon perawat (PPNI, 2006).

Kondisi kerja mencakup lingkungan secara fisik dan sosial misalnya

hubungan dengan teman sekerja, hubungan atasan dengan bawahan dan rasa aman

bagi pekerja itu sendiri saat melakukan pekerjaan. Kondisi lingkungan fisik dapat

berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan

semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidak nyamanan seseorang

dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruang yang terlalu dingin. Panas bukan

hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di

samping itu, kebisingan juga mengambil andil tidak kecil dalam menimbulkan stress

kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain

(Briawansyah, 2007).

Institusi pelayanan kesehatan dengan jumlah perawat dan dokter yang

memadai menggunakan besarnya jumlah staf untuk menaikkan tingkat kompetisi

terhadap rumah sakit lain. jumlah perawat berhubungan dengan kondisi kesehatan

perawat (She-ward. et.al, 2005). Perawat yang, bekerja lembur terus menerus atau

bekerja tanpa dukungan yang memadai cenderung untuk banyak tidak masuk kerja

dan kondisi kesehatan yang buruk (PPNI, 2006).

Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2009 tentang tenaga Kesehatan,

menyebutkan bahwa standar petugas pada setiap ruangan untuk 1 shift minimal 4

(27)

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau

keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan wewenang untuk melakukan upaya kesehatan lebih lanjut.

Rumah Sakit Ibu dan Anak merupakan salah satu rumah sakit pemerintah

yang ada di Banda Aceh dan khususnya memberikan pelayanan kepada ibu dan anak.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Registrasi Medik Rumah Sakit Ibu dan Anak

(RSIA) Pemerintah Aceh (yang sekarang dikatagorikan sebagai Rumah sakit tipe B

khusus) di ruang rawat inap ibu, ruang rawat inap Anak, ruang VIP, ruang

NICU/PICU dan Ruang Kelas I.

Tabel 1.1 Kondisi Jumlah Perawat, Jumlah Tempat Tidur, dan BOR Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Oktober Sampai dengan Desember Tahun 2010

No Ruangan Jumlah Perawat

(orang)

Jumlah Tempat Tidur (unit)

BOR (%)

1 Ruang rawat ibu 13 22 85,7

2 Rawat inap Anak 12 12 82,2

3 Rawat Kelas I 13 12 92,0

4 VIP 12 10 87,3

5 NICU/PICU 16 8 81,3

Sumber : RSIA, Oktober sampai dengan Desember 2010

Berdasarkan data kunjungan tahun 2007 sebanyak 5.982 orang dengan

rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 16 orang, tahun 2008 sebanyak 10.177 orang

dengan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 28 orang, tahun 2009 sebanyak

11.139 orang dengan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 31 orang sedangkan

pada tahun 2010 mulai dari bulan Januari-Oktober sebanyak 9.477 orang dengan

(28)

tersebut membuat perawat sempat kewalahan untuk memberikan pelayanan. Karena

di RSIA setiap shift (regu) hanya terdapat 4 orang pagi, 2 orang sore, 2 orang

malam orang perawat dan perawat dan tidak ada dokter jaga disetiap.

Waktu kerja perawat dibagi dalam 3 (tiga) shift yaitu shift pagi (jam

08.00-14.00), shift sore (jam 14.00-20.00) dan shift malam (jam 20.00-08.00). Pada waktu

pagi dan sore jumlah kunjungannya banyak dibandingkan jumlah kunjungan pada

waktu malam. Namun jumlah tenaga perawat pada waktu pagi sudah mencukupi

dalam hal penanganan terhadap pasien yaitu 4 orang perawat pagi dan 2 orang

perawat pagi kepala ruangan/wakil kepala ruangan yang terdiri dari perawat jaga

dan perawat yang bekerja sesuai dengan hari kerja pada umumnya. Sedangkan pada

waktu sore dan shifl malam dengan jumlah kunjungan yang juga banyak akan tetapi

jumlah tenaga perawat hanya 2 orang.

Dengan pembagian jumlah perawat yang tidak proporsional tersebut sehingga

perawat merasa beban kerjanya tinggi karena waktu kerjanya terkadang berlebih,

apa lagi kalau ada perawat yang mengambil cuti tahunan dan cuti melahirkan hal ini

diakibatkan oleh karena banyaknya pasien yang masuk, belum lagi jika ada kejadian

luar biasa seperti keracunan massal sehingga dalam penanganannya memerlukan

waktu ekstra. Dengan kondisi yang seperti itu menyebabkan beban kerja perawat

yang masuk shift pagi bertambah, meskipun perawat shift sore sudah datang namun

masih kewalahan dalam menjalankan tugasnya sehingga perawat shift pagi yang

(29)

Tabel 1.2 Tupoksi Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerinah Aceh

RSIA Banda Aceh Jl. Prof.A. Majid Ibrahim

I No.3

Bidang Keperawatan Disahkan Oleh Direktur RSIA

dr. Rusdi Andid,Sp.A Pembina Tk.I NIP. 140 222 351 Uraian Tugas Perawat Pelaksana

di Ruang Rawat

No Terbit Ker: Tanggal : 7 April 2008

1. Nama Jabatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat

2. Uraian Umum Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan diruang rawat

3. Tugas pokok Melaksanakan pelayanan keperawatan diwilayah kerjanya

4. Persyaratan Jabatan

a. Berijazah pendidikan formal keperawatan/kebidanan dan semua jenjang pendidikan yang disahkan oleh pemerinatah yang berwenang

b. Kondisi fisik sehat jasmani dan rohani

5. Tanggung Jawab Dalam melaksanakan tugasnya Perawat Pelaksana bertanggung jawab kepada kepala Ruang/Wakil kepala ruang

6. Wewenang Meminta informasi dan petunjuk kepada kepala ruang/wakil kepala ruang

7. Hubungan Kerja 7.1 Kepala ruang /Waka Ruangan 7.2 Unit kerja terkait

7.3 Sesama profesi keperawatan dan tenaga pelayanan kesehatan lainnya

8. Kondisi Kerja 8.1 Dalam ruang tertutup dan terbuka 8.2 Bahaya keamanan dan stress

9. Bahan Kerja Laporan pelaksana kegiatan pelayanan kesehatan di RSIA Banda Aceh

10.Uraian Tugas 10.1 Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantiang dinas

10.2 Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan 10.3 Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan

ketentuan yang berlaku

10.4 Melaksanakan Askep melalui pendekatan proses keperawatan meliputi:

(30)

10.4.2 melakukan tindakan segera kepada pasien (panas tinggi, kolap, perdarahan, keracunan, henti jantung, henti nafas) sesuai protap yang berlaku, segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter

10.4.3 melaksanakan evaluasi dan tindakan keperawatan 10.4.4 memberikan penyuluhan kepada pasien

10.4.5 mengobservasi kondisi pasien, selajutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi

10.5 berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya peningkatan mutu dan Askep 10.6 mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala

ruang rawat

10.7 mengikuti pelatihan, seminar, symposium sesuai dengan program

10.8 melaksanakan system pencatatan dan pelaporan Askep yang tepat

menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi home care dan penyelesaian administrasi

Sumber : Bidang Keperawatan Rumah Sakit Ibu dan Anak

Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada perawat RSIA

pemerintah Aceh yang berjumlah 14 orang. Dari 14 orang tersebut yang telah

diwawancarai rata-rata mengalami kelebihan beban kerja, adapun hal-hal yang

dirasakan perawat yaitu selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat,

melakukan tindakan untuk selalu menyelamatkan pasien, seringnya melaksanakan

tugas delegasi dari dokter (memberikan obat-obatan secara intensif) dan

kadang-kadang kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah pasien.

Disamping itu kondisi kerja yang kurang menyenangkan seperti kebisingan,

ruangan panas, banyaknya keluarga pasien yang berkunjung serta tidak adanya

keharmonisan antara teman sejawat, kurang lengkapnya fasilitas seperti ruang

tindakan diyakini juga dapat mengganggu iklim kerja dan akan berdampak pada

[image:30.612.115.526.129.355.2]

menurunnya dalam memberikan tindakan keperawatan (caring) kepada klien. Beban

(31)

kerja perawat juga dapat dilihat dari Bed Occupacy Rate (BOR), bila BOR diatas 80%

kegiatan rawat inap sangat padat sedangkan bila BOR dibawah 50% berarti tempat

tidur yang tersedia belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Tingginya persentase

BOR dapat menyebabkan perawat harus bekerja lebih lama dari jadwal yang

ditentukan apalagi sumber daya perawat yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak

masih sangat terbatas yaitu jumlah tenaga perawat Pelaksana : Ners 5 orang, sarjana

keperawatan 4 orang, D4 Keperawatan 1 orang, D3 Keperawatam 38 orang dan SPK

7 orang.

Dari beberapa pasien yang sedang menjalani perawatan di RSIA pemerintah

Aceh yang diwawancarai langsung mengenai asuhan keperawatan diketahui bahwa

masih terdapat perawat yang kurang peduli dalam memberikan asuhan keperawatan

atau bahkan terkadang acuh terhadap kliennya, perawat yang ada diruangan setelah

memberikan asuhan keperawatan perawat langsung keluar dari ruang, hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kondisi kerja yang kurang

mendukung.

Hasil observasi awal di lapangan diketahui bahwa masih terdapat banyak

asuhan keperawatan yang tidak isi/dilakukan dengan optimal/sempurna, jika

dirincikan maka hanya 50% perawat yang melakukan pengkajian, 65% perawat

mampu diagnosa keperawatan, 30% melakukan perencanaan, 70% yang melakukan

implementasi sesuai perencanaan dan hanya 10% yang melakukan evaluasi

keperawatan.

(32)

bahwa beban kerja perawat sangat memberikan pengaruh terhadap pelayanan (asuhan

keperawatan) yang akan di berikan kepada pasien, terutama dalam pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien di ruang rawat inap dan pada akhirnya kondisi tersebut

secara umum memengaruhi mutu pelayanan di Rumah Sakit.

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja

terhadap asuhan keperawatan Perawat Pelaksana pada ruang rawat inap Rumah Sakit

Ibu dan Anak Pemerintah Aceh yang sekaligus menjadi judul dalam penyusunan

Tesis.

1.2. Permasalahan

Pada latar belakang peneliti di atas di jelaskan bahwa kondisi kerja adalah

lingkungan fisik kerja : Pencahayaan (Illumination), Suhu (Temperature), Kebisingan

(Noise), Gerakan (Motion), Polusi (Pollution), Keindahan (Aesthetic Factors), dan

kondisi psikologis dari lingkungan kerja : feeling of privacy, sebse of status and

impotance yang dapat memengaruhi asuhan keperawatan. Oleh sebab itu,

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kondisi kerja terhadap

asuhan keperawatan perawat pelaksana di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah

Aceh tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

(33)

kondisi psikologis dari lingkungan kerja : feeling of privacy, sebse of status and

impotance terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2011.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh kondisi kerja adalah lingkungan fisik kerja : Pencahayaan (Illumination), Suhu (Temperature), Kebisingan (Noise), Gerakan (Motion), Polusi (Pollution), Keindahan (Aesthetic Factors), dan kondisi psikologis dari lingkungan kerja : feeling of privacy, sebse of status and impotance terhadap asuhan keperawatan pada Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan perawat pelaksana.

2. Institusi Pendidikan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, khususnya Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan, sebagai bahan tinjauan keilmuan/pengembangan perpustakaan khususnya, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam menerapkan proses keperawatan dan penelitian-penelitian selanjutnya.

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Kondisi Kerja 2.1.1. Kondisi Kerja

Menurut Munandar (2006), kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik

kerja dan kodisi lama waktu kerja. Dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel tadi

dapat memengaruhi sikap dan prilaku pekerja faktor-faktor yang perlu di

pertimbangkan dalam kondisi kerja yang sesuai dengan situasi organisasi tertentu

termasuk bagaimana biasanya pekerjaan dilakukan, karakteristik tenaga kerja yang

terlibat dan aturan standar ektenal yang sesuai.

Menurut Stewart dan Stewart, 2003 kondisi kerja adalah Working condition

can be defined as series of conditions of the working environment in which become

the working place of the employee who works there. yang kurang lebih dapat

diartikan kondisi kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja

dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja

didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang baik

yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan

baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat

mempengar

(35)

Menurut Newstrom (2006) Work condition relates to the scheduling of

work-the length of work days and work-the time of day (or night) during which people work yang

kurang lebih berarti bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari

pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama

orang-orang bekerja. Oleh sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor

seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja,

harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga

dapat meningkatka

2.1.2 Jenis Kondisi Kerja

2.1.2.1 Kondisi Fisik dari lingkungan kerja.

Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu

diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara

yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karuyawan dapat melaksanakan tugas

tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja

karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang

sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada

tempat kerja tersebut.

Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (2006) adalah among

the more obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical

conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual

temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals and

(36)

presence (or absence) of art work, music, plants decorative

Menurut Handoko (2005), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang

terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara,

sirkulasi juadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan

lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.

Lingkungan kerja bagi karyawan akan mempunyai pengaruh yang tidak kecil

terhadap jalannya operasi perusahaan. Lingkungan kerja ini yang akan memengaruhi

para karyawan perusahaan sehingga dengan demikian baik langsung maupun tidak

langsung akan dapat memengaruhi produktivitas perusahaan.

items yang kira- kira

berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang lainnya dapat

mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk

didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan

macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, ciri-ciri

estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam

bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.

Kondisi lingkungan kerja dapat menimbulkan ketidaknyamanan seseorang

dalam menjalankan pekerjaannya misalnya udara dan kebisingan, karena beberapa

orang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Lingkungan kerja yang kurang

nyaman, misalnya panas, berisik, sirkulasi udara kurang, lingkungan kerja yang

kurang bersih, membuat perawat mudah lelah dan berpengaruh pada tindakan

(37)

Rancangan kantor memberikan pengaruh pada produktivitas juga, suatu

penelitian di Amerika Serikat tentang pengaruh kantor yang dirancang seperti

pemandangan alam kantornya terdiri dari ruangan yang luas, tidak ada

dinding-dinding yang membagi ruangan ke dalam kamar-kamar terpisah. Semua karyawan

dari pegawai rendah sampai menengah dikelompokkan ke dalam satuan-satuan kerja

fungsional, masing-masing dipisahkan dari satuan-satuan lainnya dengan

pohon-pohon (pendek) dan tanaman, kaca jendela yang rendah, lemari-lemari pendek dan

rak buku, kantor "pemandangan alam ini" dikatakan dapat melancarkan komunikasi

dan alur kerja. Disamping itu keterbukaan menunjang timbulnya keikatan dan

kerjasama kelompok serta mengurangi rintangan-rintangan psikologis antara

management dan karyawan.

Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor

maupun hubungan sosial dilingkungan pekerjaan. Sedang faktor berupa tipe

kepribadian, peristiwa atau pengalaman pribadi maupun sosial ekonomi keluarga di

mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Faktor kedua tidak secara langsung

berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan

pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau

penyebab tindakan keperawatan kurang optimal (Dwiyanti, 2006).

Kondisi kerja yang lingkungannya tidak baik sangat potensial untuk

menimbulkan stres kerja. Stres di lingkungan kerja tidak dapat dihindari, yang dapat

dilakukan adalah bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stres

(38)

2.1.3 Faktor-faktor lingkungan kerja

Faktor-faktor lingkungan kerja meliputi :

a. Pencahayaan (Illumination)

b.

Menurut Newstrom (2005), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi

para karyawan guna menbdapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya,

cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar

matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya

penerangan (cahaya) yang terang tetpai tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang

baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil

kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang

cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat,

banyak mengalami kesalajhan, dan pada akhirtnya menyebabkan kurang efisien

dalam melaksanbkan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.

Suhu (Temperature)

c.

Menurut Newstrom (2006), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat

menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab

cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja

akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun.

Kebisingan (Noise)

Menurut Newstrom (2006), bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak

disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah

(39)

pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan

terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul

kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.

d. Gerakan (Motion)

e.

Menurut Newstrom (2006), kondisi gerakan secara umum adalah getaran.

Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama

untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara

terus-menerus.

Polusi (Pollution)

f.

Menurut Newstrom (2006), pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat

pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai

pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan

perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di

beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi

tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang

memadai.

Keindahan (Aesthetic Factors)

Menurut Newstrom (2006), faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan

bau-bauan. Musik, warna dan bau-bauan yang menyenangkan dapat meningkatkan

(40)

2.1.4 Kondisi Psikologis dari Lingkungan Kerja

Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang

tersedia dan jenis-jenis dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja

dalam menciptakan macam-macam kondisi psikologi. Menurut Newstrom (2006)

Psychological conditions of the work environment that can affect work performance

include feelings of privacy or crowding, the status associated with the amount or

location of workspace, and the amount of control over the work environment.

Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja yang meliputi

perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah

lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja.

2.1.4.1 Faktor-faktor dari Kondisi Psikologis

a.

Faktor-faktor dari kondisi psikologis meliputi:

Feeling of privacy

b.

Menurut Newstrom (2006), privasi dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang

kerja. Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja, adapula yang didesain

untuk beberapa orang, sehingga penyelia untuk mengawasi interaksi antar karyawan.

Sense of status and impotance

Menurut Newstrom (2006), para karyawan tingkat bawah senang dengan desain

ruang yang terbuka karena memberi kesempatan kepada karyawan untuk

berkomunikasi secara informal. Sebaliknya para manajer merasa tidak puas dengan

desain ruang yang terbuka karena banyak gangguan suara dan privasi yang dimiliki

(41)

2.1.4.2 Kondisi Sementara dari Lingkungan Kerja

Menurut Newstrom (2006), “The temporal condition-the time structure of the

work day. Some of the more flexible work schedules have developed in an effort to

give workers a greater sense of control over the planning and timing of their work

days” Kondisi sementara meliputi stuktur waktu pada hari kerja.

a.

Mayoritas dari pekerja bekerja dengan jadwal 5-9 jam dimana pekerja akan diberi

waktu 1 jam untuk istirahat dan makan siang.Faktor-faktor dari kondisi sementara

meliputi:

Shift

b.

Menurut Newstrom (2006), dalam satu hari sistem kerja shift dapat dibagi

menjadi 3 yaitu shift pagi, shift psore, dan shift malam. Dan berdasarkan banyak

penelitian bahwa shift malam dianggap banyak menimbulkan masalah seperti stres

yang tinggi, ketidakpuasan kerja dan kinerja yang jelek.

Compressed work weeks

c.

Menurut Newstrom (2006), maksudnya adalah mengurangi jumlah hari kerja

dalam seminggu, tetapi menambah jumlah jam kerja perhari. Mengurangi hari kerja

dalam seminggu mempunyai dampak yang positif dari karyawan yaitu karyawan akan

merasa segar kembali pada waktu bekerja karena masa liburnya lebih lama dan juga

dapat mengurangi tingkat absensi dari karyawan.

Flextime

Menurut Newstrom (2006), adalah suatu jadwal kerja dimana karywan dapat

(42)

dapat memenuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh badan usaha. Bekerja

mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang

dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Kondisi kerja dipandang

mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kenyamanan, ketenangan, dan

keamanan kerja. Terciptanya kondisi kerja yang nyaman akan membantu para

karyawan untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja

bisa lebih meningkat. Kondisi kerja yang baik merupakan kondisi kerja yang bebas

dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya penerangan, maupun polusi seta

bebas dari gangguan yang bersifat psikologis maupun temporary seperti privasi yang

dimiliki karyawan tersebut maupunpengaturan jam kerja

2.2. Lama Waktu Kerja

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan peneliti yang

sesuai dengan situasi organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya pekerjaan itu

dilakukan. Shift kerja ternyata berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja

terutama shift kerja siang dan malam. Shift kerja ini nyata lebih menimbulkan

kelelahan dibandingkan dengan shift pagi, karena menyebabkan gangguan circadian

rhytthm (gangguan tidur) (Ida, 1997).

Menurut Wahyu (2004), dampak shift kerja ini bila ditinjau dari fisiologis

maka dampak shift kerja malam memengaruhi circadian rhythm atau irama tubuh.

Dimana manusia memiliki fungsi-fungsi vital tubuh yang sudah diatur sesuai dengan

(43)

berbeda maka akan menimbulkan gangguan-gangguan pada fungsi vital tubuh yang

bersangkutan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous,

merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses

berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja

karyawan mengalarni beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu

pelaksanaan kerja mereka, seperti: mudah marah dan agresip, tidak dapat relaks,

emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerjasama, perasaan tidak mau terlibat dan

kesulitan dalam masalah tidur.

2.3. Deskripsi kerja Keperawatan

Deskripsi kerja dapat di pertimbangkan sebagai berikut :

a. Job Oriented work activities (kegiatan kerja yang berorientasi pada pekerjaan),

mengangkat pasien dan peralatan, pengaturan dan pengoperasian peralatan,

penulisan, dan pemenuhan permintaan medis/dokter, pembuatan rencana

perawatan, pengamatan dan penilaian reaksi pasien terhadap terapi, pengiriman

informasi untuk dan dari pemberi perawatan lain, pengarahan kerja pegawai non

profesional, mempersiapkan pemberi perawatan utama untuk membantu pasien

dengan aktivitas kehidupan sehari-harinya setelah perlepasan, membantu pasien

untuk mencapai kemandirian maksimum dalam perawatan sendiri.

b. Employee oriented work behavior (perilaku kerja yang berorintasi pada pegawai),

pengkajian, memutuskan, berkomunikasi, pengajaran, demonstrasi,

(44)

c. Machines, tools and aids used ( mesin, alat dan bantuan yang dipakai) kursi roda,

kereta usungan, alat pengangkat pasien, mesin penghisap, alat pengontrol dan

pemompa cairan ke dalam pembuluh darah, pembalut gips, prostetis tangan dan

kaki, alat pembantu berjalan dan lain-lain.

d. Knowledge used (pengetahuan yang dipakai) : fisiologi dan anatomi normal,

neuromuscular-skelet pathophysiology, respon immune abnormal dan normal,

respon penyebab radang dan penyembuhan luka. farmakologi, teori peran, dinamis

kelompok, sosiologi profesi kesehatan.

e. Working conditions (kondisi kerja): lekas marah, cemas, depresi, bergantung dan

pasien yang terkadang sulit patuh, gelisah, marah dan membanjirnya kunjungan

anggota keluarga : tim rawat multidisipliner, bising, ruang tempat yang penuh dan

lain-lain.

f. Personal requirement (persyaratan pribadi) : kesabaran, optimisme, kehandalan

komunikasi, kemampuan untuk kerjasama secara kooperatif dengan orang yang

berbeda usia, pendidikan, sosial dan latar belakang budaya, kemampuan untuk

tetap tenang di bawah kondisi tekanan tinggi (stres) (Poernanto, 2008)

Kategori lain dari beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih

kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja berlebih secara fisik maupun mental, yaitu

harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres

pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih ialah desakan waktu, yaitu setiap

tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Pada

saat-saat tertentu, dalam hal tertentu waktu akhir (dead line) justru dapat

(45)

desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi

kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih

kuantitatif.

Beban kerja terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan di mana tenaga kerja

tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau untuk

mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit

disebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi

yang rendah untuk kerja.

Tenaga kerja akan merasa bahwa ia “tidak maju-maju" dan merasa tidak

berdaya untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya (Supardi, 2007) :

a. Overload

Overload dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Overload secara

kuantitatif, bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan.

Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam emosional yang tinggi.

Overload kualitatif, bila pekerjaan memiliki tingkat kesulitan atau kerumitan yang

tinggi. Overload pada pekerjaan merupakan hal paling utama karena over kapasitas

pasien dalam satu ruangan perawatan.

b. Pekerjaan yang sederhana

Pekerjaan yang tidak menantang dan kurang menarik bagi pekerja, pekerjaan

yang rutinitas sehingga menimbulkan kebosanan, ketidakpuasan dan sebagainya.

Perasaan bosan dan jenuh inilah yang membuat seorang pekerja tidak menyenangi

(46)

c. Pekerjaan berisiko tinggi

Pekerjaan yang berisiko tinggi dan berbahaya bisa mengancam bagi

keselamatan jiwanya. Kebutuhan akan rasa aman merupakan faktor utama didalam

diri seseorang. Bila seseorang merasa dirinya tidak aman, maka timbul reaksi-reaksi

kejiwaan seperti cemas, takut tanpa alasan dan sebagainya (Anoranga, 2006).

2.4. Definisi perawat

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan

bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta

pelayanan terhadap pasien. Perawat adalah seorang yang telah mampu menempuh

serta lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program

pendidikannya telah disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, sedangkan

keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

berbentuk pelayanan biopsiko, sosiokultural, dan spiritual yang komprehensif, baik

sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Keperawatan

berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan atau mental,

keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan

(47)

Keperawatan juga dapat dipahami sebagai pelayanan/asuhan profesional yang

bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada

standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai

tuntunan utama. Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan

intelektual, interpersonal, kemampuan teknis, dan moral. Hal ini dapat ditempuh

dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan lanjutan pada program

pendidikan Ners (Nursalam, 2007).

2.4.1. Perawat

Perawat adalah tenaga profesional di bidang kesehatan. Mereka bertanggung

jawab untuk merawat, melindungi, dan memulihkan orang yang luka atau pasien

penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat, dan

penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa. Mereka juga dapat terlibat

dalam riset medis dan merawat serta menjalankan beragam fungsi non-klinis yang

diperlukan (Yani, 2007).

Menurut pendapat Doheny (2003) ada beberapa elemen peran perawat

professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator,

collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.

Pada peran Care Giver, mereka diharapkan mampu (Doheny, 2003):

1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok

atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah

(48)

2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, mereka harus

memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien.

Mereka menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis,

mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis. Adapun tugas sebagai

Client Advocate (Pembela Klien) maksudnya antara lain:

1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan

informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi

lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien

yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak

petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama

kontak dengan klien, sehingga diharapkan mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan

termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan

kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

Hak-Hak Klien antara lain (Depkes RI, 2004) :

1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya

2. Hak atas informasi tentang penyakitnya

3. Hak atas privacy

4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

(49)

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :

1. Hak atas informasi yang benar

2. Hak untuk bekerja sesuai standart

3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien

4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok

5. Hak atas rahasia pribadi

6. Hak atas balas jasa

Konseling yaitu proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi

tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal

yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan

dukungan emosional dan intelektual (Depkes RI, 2004).

Adapun peran perawat dalam hal konseling antara lain (As’ad, 2005):

1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat

sakitnya.

2. Perubahan pola interaksi merupakan "Dasar" dalam merencanakan metode

untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.

3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau

keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan

pengalaman yang lalu.

(50)

2.4.2. Peran Pelaksana

Dikenal dengan istilah “Care Giver“, peran perawat dalam memberikan

asuhan keperawtan secara langsung atau ridak langsung kepada klien sebagai

individu keluarga dan masyarakat. Merode yang digunakan adalah pendekatan

pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini

perawat bertindak sebagai Coreforter Protector, dan Advocat, Communicator serta

Rahabilitator (PPNI, 2008).

1. Sebagai Comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman

pada klien

2. Protector dan advocate lebih terfokus pada kemampuan perawat melindungi

dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam

memperoleh asuhan kesehatan

3. Communicator perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan tim

kesehatan lainnya

4. Rehabilitator : Perawat mengembangkan fungsi organ/bagian tubuh agar

sembuh dan dapat berfungsi normal.

2.4.3. Peranan sebagai Pendidik

Perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung

jawabnya (PPNI, 2008).

a. Penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok atau

(51)

b. Desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara sesame perawat

atau tenaga kesehatan lain

2.4.4. Peran sebagai Pengelola

Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam

mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang berada di bawah

tanggung jawabnya sesuai dengan konsep yaitu (PPNI, 2008) :

a. Tingkat atas / top manajer

b. Tingkat menengah / middle manajer

c. Tingkat dasar / Supper pacial manajer

Dalam struktur RS di Indonesia di bedakan menjadi Robbins, 2001) :

a. Tingkat atas à Kepala bidang keperawatan

b. Tingkat menengah à Kepala seksi keperawatan

c. Tingkat dasar à Perawat yang menjabat kepala ruangan

Peranan perawat dalam pengelolaan pendidikan meliputi tanggung jawab

dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini menjaga kualitas pendidikan

keperawatan dengan menumbuh kembangkan iklim pendidikan akademik

professional.

2.4.5. Educater

Peranan ini dilakukan dalam membantu klien dan keluarga serta masyarakat

dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan

yang kita berikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan

(52)

2.4.6. Researche

Sebagai peneliti dibidang keperawatan diharapkan mampu mengidentifikasi

masalah Penelitian, menerapkan prinsip dan metode Penelitian serta memanfaatkan

hasil Penelitian untuk menigkatkan mutu asuhan pelayanan dan pendidikan

keperawatan. Tujuan dilakukan researche (Doheny, 2003) :

a. Jawaban terhadap pertanyaan

b. Solusi menyelesaikan masalah baik melalui produk tekhnologi dan metode

baru dalam keperawatan

c. Penemuan dan penafsiran fakta baru

d. Pengujian terhadap teori, kondisi, serta fakta baru

e. Perumusan teori baru

f. Mengembangkan IPTEK keperawatan

g. Pengembangan ruang lingkup praktek keperawatan

Langkah-langkah untuk mengembangkan kegiatan Penelitian :

a. Memodifikasi askep sejalan hasil keperawatan

b. Memperluas kesempatan kepada perawat

c. Apresiasi terhadap metodologi dan prosedur Penelitian

d. Meningkatkan pemanfaatan hasil Penelitian

e. Selalu didukung untuk melakukan Penelitian

2.4.7. Manager

Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayan,

(53)

dengan konsep managemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan.

Sebagai pengelola perawt berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan

keperawatan serta organisasi dan mengendalikan sistem yankes (Nitisemito, 2003).

2.4.8. Fungsi Perawat

Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya.

Fungsi tersebut dapat berubah di sesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam

menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan fungsi (PPNI, 2008):

a. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain dimana perawat

dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri

dengan kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis.

Pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan

aktualisasi diri.

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya pesan atau intruksi

dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal

ini biasanya di lakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari primer

keperawat pelaksana (PPNI, 2008).

c. Fungsi interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat ketergantungan diantara

tim satu dnegan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan

(54)

asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks (PPNI,

2008).

2.5. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh

perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan

melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan asuhan yang akan

dilaksanakan, melaksanakan asuhan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah

diberikan dengan berfokus pada pasien , berorientasi pada tujuan pada setiap tahap

saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Alimul, 2004).

Asuhan keperawatan merupakan suatu sistem dalam merencanakan pelayanan

Asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan, yaitu pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Alternatif lain dari proses keperawatan terdiri dari lima

tahab yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan , implementasi dan evaluasi

(Lismidar, dkk, 2005).

2.5.1.

Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri dari atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau

masalah klien. (Keliat, 2008). Data yang didapatkan bisa di kelompokkan menjadi

dua macam yaitu data subjektif, merupakan data yang didapatkan melalui wawancara

oleh perawat kepada pasien, keluarga atau orang – orang yang dekat dengan pasien

(55)

dan data objektif, merupakan data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat

melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat (Depkes, 2000).

2.5.2.

Adalah penilaian klinis tentang respon aktual dan potensial dari individu,

keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan.

(Carpenito,1995. dalam Keliat, 2008). Diagnosa keperawatan merupakan keputusan

klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (NANDA 1990, dalam

Hidayat, 2004).

Diagnosa Keperawatan

2.5.3.

Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang

dibutuhkan untuk mencegah,menurunkan atau mengurangi masalah- masalah pasien.

Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan

(Hidayat, 2004). Rencana asuhan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan

umum, tujuan khusus dan rencana asuhan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada

penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika

serangkaian tujuan khusus telah tercapai (Keliat, 2008).

Perencanaan

2.5.4.

Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (asuhan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam rencana asuhan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus

mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada

(56)

pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur asuhan, pemahaman tentang

hak-hak pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam

pelaksanaan rencana asuhan terdapat dua jenis asuhan, yaitu asuhan jenis mandiri dan

asuhan kolaborasi (Hidayat, 2004).

Asuhan keperawatan yang dilakukan merupakan salah satu bagian dari proses

keperawatan secara terapeutik. Ini dilakukan agar dapat membantu pasien mengatasi

masalahnya. Dalam pelaksanaannya perawat harus bekerja sama dengan anggota

keperawatan lain dan dengan pasien/keluarganya. Perawat harus selalu mengingat

prinsip-prinsip terapeutik setiap melakukan asuhan, menyebutkan ada prinsip 6 S

yang dikenal membantu perawat dalam melaksanakan prinsip terapeutik, yaitu ;

Senyum, salam, saga, sopan sentun, sabar, syukur.

Fokus tahapan pelaksanaan asuhan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan

implementasi dari perencanaan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan

emosional pasien. Pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional adalah bervariasi,

tergantung individu dan masalah yang spesifik. Asuhan yang diberikan harus bersifat

terapeutik yang ditujukan untuk mengurangi, mencegah dan mengatasi masalah

pasien (Nursalam, 2006).

Agar asuhan keperawatan yang telah direncanakan dapat berhasil, perawat

harus memiliki pengetahuan, hubungan interpersonal dan kemampuan yang baik.

Pengetahuan tentang pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kemampuan

komunikasi verbal dan non verbal, hubungan yang baik dengan pasien maupun mitra

(57)

akurat dan terapeutik (Kozier, et al, 2005).

2.5.5.

Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari asuhan keperawatan

pada klien.Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap asuhan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evalusi proses

atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan asuhan, evaluasi hasil atau

sumatif dilakuakan dengan membandingkan respon pasien pada tujuan khusus dan

umum yang telah ditentukan. (Keliat, 2008).

Evaluasi

2.6. Landasan Teori

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan

pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi

pemecahan masalah melalui pendekatan proses keperawatan, berpedoman pada

standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang

serta tanggung jawabnya (Potter, 2009).

Asuhan keperawatan terbagi menjadi 5 langkah yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dengan tidak di lakukannya

asuhan keperawatan yang benar maka pasien tidak mendapat asuhan keperawatan

untuk mengatasi masalah kesehatan dan mencegah masalah kesehatan yang baru

bahkan memperlambat proses kesembuhan dari pasien tersebut.

(58)

Gambar

Tabel 1.1  Kondisi Jumlah Perawat, Jumlah Tempat Tidur, dan BOR Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Oktober Sampai dengan
Tabel 1.2. Lanjutan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jalan Raya, Jalan Lingkungan, termasuk perawatannya (22001) Kecil.. 2.a Bidang Pekerjaan Sub

Jika Bapak / Ibu/ Kakak/ Adik/ Saudara/i mengeluhkan sesuatu akibat kerokan kulit dan kuku tersebut seperti rasa nyeri yang tidak dapat ditahan, atau terdapat bintik-bintik

This research contributes to three important things: (1) deeper understanding of the effect of concentrated ownership on the firm value and how the interaction effects between

yang menggunakan protocol TCP/IP, dimana protocol TCP/IP digunakan untuk meneruskan packet informasi (routing) dalam jaringan LAN,MAN,WAN dan internet, atau lebih

PEMBELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER DENGAN MODEL SAVI BERBANTUAN MULTIMEDIA 3D UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Dengan menggunakan jangka, lukislah dua buah lingkaran kongruen dengan titik pusat A dan B serta berjari-jari sama dengan tali busur AB.. Tentukan titik potong dari kedua

Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari