FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S- I EKSTENSI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI SUMATERA UTARA
Skripsi Diajukan Oleh: YAYUK MASITOH
030523056
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara selama kurun waktu 1999-2009. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing.
Metode yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 4.1.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa: Variabel Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap Investasi di Sumatera Utara signifikan secara statistik pada α =5%.
Factors Analysis Influencing Investment In North Sumatera Abstract
Purpose of this research is to analyse determinant influencing Investment growth in North Sumatera during range of time 1999-2009. As for independent variable in this research is , Value Chain Of Money and Investor Variable.
Method applied in analysis to factors influencing Investor growth in North Sumatera is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 4.1.
Based on result of estimation indicates that: Investment variable, variable Value Chain Of Money, and Investor variable which are positive to Investment In North Sumatera and significant statistically at α =5%.
Kata Pengantar
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera
Utara” yang dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Ekonomi dari program Strata I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai
pihak baik dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs John Tafbu Ritonga M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs Rahmat Sumanjaya, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Drs Rujiman MSi selaku dosen penguji I
5. Bapak Paidi SE MSi selaku dosen penguji II
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
penulis selama perkuliahan beserta seluruh staf/pegawai Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara
yang telah banyak membantu dalam memberikan data yang berhubungan dengan
skirpsi ini.
8. Teristimewa kepada ibunda tercinta Purnama Dewi Sihombing atas
doa-doanya yang tak putus-putusnya kepada kami anak-anaknya dan teriring doa
kepada Ayahanda Yahya Batubara (Alm) semoga Allah selalu memberi
ampunannya.
9. Terkhusus buat suami tercinta Suhandi, dan anak-anakku yang kusayang
Muhammad Haidar Tsaqib dan Aruna Yandini Mernissi yang menjadi spirit dan
inspirasi dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini yang dibutuhkan sebagai pedoman di masa yang akan
datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Medan, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Hipotesis ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 INVESTASI ... 8
A. Pengertian Investasi ... 8
B. Kebijakan Pemerintah Tentang Investasi ... 10
C. Keuntungan Dengan Adanya Investasi ... 11
D. Teori Investasi Luar Negeri. ... 12
2.2 NILAI TUKAR UANG (KURS) ... 16
A. Pengertian Nilai Tukar ... 16
B. Teori Nilai Tukar ... 17
2.3 EKSPORT ... 20
A. Pengertian Eksport ... 20
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eksport ... 22
C. Eksport Sebagai Penerimaan Devisa ... 23
2.4 INFLASI ... 24
A. Pengertian Inflasi ... 24
B. Jenis- Jenis Inflasi ... 26
C. Teori Inflasi ... 31
D. Efek Inflasi ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 37
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 41
3.8 Defenisi Variabel Operasional ... 43
BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian ... 45
C. Pertumbuhan Ekonomi ... 49
4.1. Perkembangann Investasi di Sumatera Utara ... 52
4.2. Perkembangan Nilai tukar Rupiah di Sumatera Utara ... 55
4.3. Perkembangan Eksport di Sumatera Utara ... 59
4.4. Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara ... 61
4.5. Hasil Analisa ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 74
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
4.1 Luas Daerah Propinsi Sumatera Utara Menurut Kab/Kota
Tahun 2009………..46
4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor di
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 Inflationary Gap... 27
2.2 Demand Pull Imflation ... 28
2.3 Cost Push Inflation ... 30
4.1 Kurva uji t-statistik variabel Tingkat Nilai Uang ... 66
4.2 Kurva uji t-statistik variabel Tingkat Nilai Mata Uang Hasil Estimasi Pada Tahun 1995 ... 69
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara selama kurun waktu 1999-2009. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing.
Metode yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 4.1.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa: Variabel Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap Investasi di Sumatera Utara signifikan secara statistik pada α =5%.
Factors Analysis Influencing Investment In North Sumatera Abstract
Purpose of this research is to analyse determinant influencing Investment growth in North Sumatera during range of time 1999-2009. As for independent variable in this research is , Value Chain Of Money and Investor Variable.
Method applied in analysis to factors influencing Investor growth in North Sumatera is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 4.1.
Based on result of estimation indicates that: Investment variable, variable Value Chain Of Money, and Investor variable which are positive to Investment In North Sumatera and significant statistically at α =5%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan teori ekonomi secara sederhana investasi berarti pembelian
(dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak
dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi).
Investasi juga adalah suatu komponen dari PDB (Produk Domestik Bruto) dengan
rumus PDB = C + I + G + NX. Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan
tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada
pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga
yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal
tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.
Dalam teori pertumbuhan ekonomi, Menurut Rostow, sebuah negara perlu
mencapai tingkat investasi sebesar 15-20 persen sebagai prakondisi untuk lepas
landas. Namun masalahnya, tingkat tabungan domestik khususnya tabungan
pemerintah di negara berkembang tidak cukup untuk membiayai kebutuhan
investasi sebanyak itu. Itu sebabnya diperlukan bantuan modal asing untuk
Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan
ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan
timbal balik tersebut terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan
yang bisa ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap kenaikan PDB serta
meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga kecenderungan untuk
investasi lebih besar. Dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari
pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan
semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan
demikian, pertumbuhan merupakan fungsi investasi.
Di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, program investasi
merupakan salah satu agenda ekonomi pemerintah yang diharapkan dapat memicu
pertumbuhan ekonomi. Dengan bertumbuhnya investasi maka akan terbuka
peluang lapangan usaha yang lebih luas sehingga mampu menyerap tenaga kerja
dan pada akhirnya akan mengurangi angka pengangguran. Sementara itu investasi
terkait erat dengan faktor-faktor penentu lainnya. Pertumbuhan investasi di suatu
negara tergantung kebijakan perekonomian suatu negara serta didukung sarana
dan prasarana lainnya.
Perkembangan situasi politik, penegakan hukum serta regulasi yang dapat
menciptakan iklim usaha yang kondusif juga sangat berpengaruh pada investasi.
Faktor ketidakpastian juga berpengaruh dengan variable indikator seperti tingkat
suku bunga dan inflasi serta kepercayaan masyarakat yang mempengaruhi
Propinsi Sumatera Utara, sebagai salah satu propinsi terbesar di Indonesia
merupakan salah satu daerah potensial untuk investasi. Secara umum gambaran
propinsi ini yaitu terletak pada 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur,
yang pada tahun 2006 memiliki 25 Kabupaten dan 7 kota, dan terdiri dari 328
kecamatan. Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa
dan 382 kelurahan.
Luas daratan Propinsi Sumatera Utara 71.680 km2. Sumatera Utara
tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi
primadona perekonomian di propinsi ini. Perkebunan tersebut dikelola oleh
perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat,
teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan
tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu,
dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan
memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia.
Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai
penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk
Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh
Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut
telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai
prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar
kabupaten di Sumatera Utara maupun antara Sumatera Utara dengan provinsi
lainnya. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk
Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri,
pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial
kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi
pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah
Pembangunan.
Sumatera Utara merupakan propinsi yang keempat terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk
Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta
jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar
11,85 juta jiwa.
Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2
dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km2, sedangkan laju
pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000
adalah 1,20 persen per tahun. Dengan kondisi geografis dan sumber daya alam
yang ada menunjukkan Sumatera Utara merupakan daerah yang potensial untuk
menarik investasi.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Nasional
(BKPMN) dapat dilihat persetujuan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Sumatera Utara. Dari seluruh
propinsi penyumbang nilai persetujuan PMDN dan PMA di seluruh Indonesia,
propinsi Sumatera Utara memberikan kontribusi yang signifikan yakni dengan
menempati posisi ketiga dalam persetujuan PMDN yaitu sebesar Rp10,08 miliar
Sementara untuk persetujuan PMA propinsi Sumatera Utara juga
menempati peringkat ke 3 dengan total nilai sebesar US$1,47 juta atau dengan
pangsa sebesar 11,1%.
Tingginya nilai persetujuan di propinsi Sumatera Utara baik untuk PMDN
dan PMA yang tidak diikuti oleh realisasi masih menunjukkan potensi Sumut
yang cukup besar belum dioptimalkan dengan baik. Hal ini terlihat dari data
realisasi investasi PMDN dan PMA propinsi Sumatera Utara selama tahun 2006
hingga posisi bulan Oktober tahun 2006 belum menunjukkan perkembangan yang
cukup menggembirakan. Selama periode tersebut, Sumut hanya menempati posisi
ke- 9 dalam realisasi PMDN dengan jumlah proyek 4 senilai Rp202,7 miliar atau
dengan kontribusi sebesar 1,5%. Posisi serupa terjadi pada realisasi PMA dengan
jumlah proyek sebanyak 6 buah senilai US$87,7 juta dengan pangsa sebesar 2,0%.
Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka penulis ingin menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi n investasi di Sumatera Utara yang dituangkan
dalam skripsi ini yang berjudul” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Investasi di Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terlebih dahulu merumuskan
permasalahan sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan. Adapun perumusan
masalah yang dibuat adalah:
1. Apakah berpengaruh tingkat suku bunga terhadap perlambatan investasi di
Sumatera Utara
3. Apakah berpengaruh pendapatan perkapita masyarakat terhadap perlambatan
inve stasi di Sumatera Utara
4. Apakah berpengaruh kondisi perkembangan ekonomi terhadap perlambatan
investasi di Sumatera Utara
1.3Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek
penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Bedasarkan perumusan
masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
1. Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap investasi di
Sumatera Utara
2. Inflasi berpengaruh positif terhadap investasi di Sumatera Utara
3. Pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap investasi di Sumatera
Utara
4. Pengaruh kondisi perkembangan ekonomi (dummy/variable boneka)
mempunyai pengaruh positif terhadap investasi di Sumatera Utara.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang kondisi investasi di Sumatera Utara. Sedangkan secara khusus tujuan dari
penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bunga berdampak
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi berdampak terhadap
perlambatan investasi di Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita
berdampak terhadap perlambatan investasi
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi perkembangan ekonomi
berdampak terhadap perlambatan investasi di Sumatera Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama departemen
ekonomi pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
2. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi stake holder dan pengambil
kebijakan di masa yang akan datang
3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti selanjutnya
BAB II
URAIAN TEORITIS I. INVESTASI
A. Pengertian Investasi
Investasi Merupakan usaha yang dilakukan pihak asing dalam rangka
menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk menciptakan suatu
produksi.
Investasi terbagi atas :
1. Investasi Langsung (Foreign Direct Investment)
Investasi yang bersifat langsung dilakukan oleh pihak asing atau dapat
juga dikatakan sebagai investasi perusahaan secara penuh, dimana pengelolaan
baik manajemen ataupun sebagian tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jem's
penanaman modal asing ini biasanya dilakukan oleh perusahaan raksasa yang
bergabung dalam Multi National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan
mengendalikan berbagai kegiatan produktif dilebih dari satu negara
Investasi meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik dan biasanya
menggunakan tekhnik-tekhnik produksi negara asal investor, jasa manajerial,
pemasaran dan iklan yang ditentukan oleh Investasi tersebut
Investasi adalah berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal
secara de facto dan de jure melakukan pengawasan atas assets (aktiva) yang
ditanam di negara dimana penanam modal menginvestasikan modalnya. Dengan
cara investasi itu, investasi asing langsung dapat mengambil beberapa bentuk,
diantaranya pembentukan suatu cabang perusahaan dinegara pengimpor modal,
mayoritas, pembentukan suatu perusahaan dinegara pengimpor modal dimana
biaya pembentukan peruasahan tersebut sepenuhnya dibiayai oleh perusahaan
asing, atau mendirikan asset tetap di negara lain oleh perusahaan
Menurut analisis neoklasik Tradisional, Investasi merupakan hal yang
sangat positif, karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang
dihimpun dan dalam negeri dan juga menambah devisa serta membantu
pembentukan modal domestik bruto.
Investasi secara langsung dapat diartikan sebagai dana-dana investasi yang
langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat,
fasilitas produksi seperti membeli lahan, membuka pabrik, membeli mesin-mesin,
membeli bahan baku, dan sebagainya. Yang bertindak sebagai kreditur disini
adalah perusahaan-perusahaan swasta asing yang hendak memperluas usahanya
hingga kenegara-negara berkembang.
2. Joint Ventura
Joint Ventura merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua
atau lebih pihak yang merupakan badan hukum dimana masing-masing pihak
memasukkan sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan
berdasarkan proporsi modal tersebut. Jadi joint ventura merupakan kerjasama
antara pemilik modal asing dengan modal nasional. Tentang pengelolaan
perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang. diterapkan oleh pemcrintali. investor asing bisa saja
hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolan
B. Kebijakan Pemerintah Tentang Investasi
Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia sesuai
dengan semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan
terutama untuk pembangunan di bidang ekonomi, sesuai dengan kebutuhan dana
unluk pembangunan lersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik
dana investor asing dengan memberikan berbagai kemudahan melalui berbagai
kebijaksanaan. Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang
Penanaman Modal asing adaiah Undang-Undang No. 1 1967. Penanaman Modal
Asing yang dimaksud sesuai dengan undang-undang ini adaiah hanya Penanaman
Modal Asing yang meliputi Penanaman Modal Asing secara langsung yang
dilakukan menurut ketentuan undang-undang yang digunakan untuk menjalankan
perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik Modal secara
langsung menanggung resiko atas Investasi tersebut.
a. Undang-undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau
peminjaman modal melainkan hanya mengatur tentang Investasi.
b. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan-perusahaan
tersebut dijalankan dengan modal asing sebelumnya.
c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tapi juga kekuasan
dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang
segala sesualunya memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan
sesuai mana kebutuhannya tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum
yang berlaku di Indonesia
Penanaman Modal Asing dalam undang-undang ini juga adalah alat
pembayaran luar negeri yang udah merupakan bagian dari devisa Indonesia, yang
dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk membiayai perusahaan di
Indonesia. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan barn milik
orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah
Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh kekayaan devisa Indonesia.
Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini diperkenankan
untuk ditransfer tetapi harus digunakan kembali untuk membiayai kembali
perusahaan di Indonesia.
C. Keuntungan Dengan Adanya Invetasi
Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya Invetasi,
antara lain :
a. Produksi beberapa produk kebutuban rakyat dengan tujuan untuk ekspor
(dengan penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia)
akan meningkat kuantitas dan kualitasnya.
b. Bila produksi mengalami kegagalan, maka seluruh resiko akan ditanggung
oleh penanam modal dalam investasi langsung (investor asing).
c. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kescmpatan kerja. dan
dapat membiasakan diri dengan tekhnologi modern.
d. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan nasional yang
sejenis, sehingga akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama
e. Devisa negara akan meningkat sehingga dana untuk pembangunan
juga meningkat.
f. Mendorong perusahaan lokai untuk bennvestasi lebih banyak pada industri
pendukung atau dengan bekerja sama dengan perusahaan asing.
g. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembaii pada pengembangan
atau modemisasi indusri terkait.
h. Kemungkinan terjadinya pelarian modal berkurang.
D. Teori Investasi Luar Negeri
Teori investasi luar negeri iangsung pada dasarnya berusaha mencari
jawaban atas pertanyaan mengapa perusahaan melakukan investasi luar negeri
Iangsung sebagai suatu bentuk keterlibatan internasional (Panglaykim, 1984:3).
Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori mengenai investasi luar negeri,
antara lain :
. Stephen Hymer
Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer
mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan
keunggulan khas perusahaan dan ketidaksempurnaan pasar dalam usaha
menjelaskan motivasi yang mendasari .perusahaan dalam melakukan suatu
investasi.
Menurut pendekatan ini. pengembalian investasi yang lebih tinggi di luar
negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian
investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan
Sehi-ubungan dengan pengembalian investasi yang lebih tinggi dan" perusaiiaan yang
lebih tinggi, penisahaan hams mampu menghasilkan pengembalian yang lebih
tinggi daripada perusahaan yang sudah ada atau yang potensial dinegara tuan
rumah agar dapat menutup kerugian ketidak unggulan operasi perusahaan tersebut
di luar negeri.
Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan
timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahan yang ada
pada negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena
adanya akses kesumber modal yang lebih mudah dan lebih besar, adanya pasar
bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan memliki keahlian seperri
keahlian manajemen, ketrampilan pemasaran dan sebagainya.
2. R. Vernon
Vemon mengemukakan suatu teori investasi luar negeri dimana teori ini
lebih dikenal dengan nama teori Product cycle dalam produksi internasional,
model ini terdiri atas beberapa taliap.
Tahapan pertama yaitu tahapan inovasi, yaitu produk masih belum
distandarisasi dan dipasarkan didalam negeri. Perusahaan mempunyai keuntungan
tekhnologi yang bersifat sementara untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia
berusah didekat pasar. Pada waktu permintaan meningkat, suatu tingkat
standarisasi diberlakukan dan dipasarkan didalam negeri.
Tahapan kedua, yakni perusahaan mulai memikirkan kemungkinan
mencari pasar-pasar bam dinegara-ncgara yang relatif inaju dan ekspor pun mulai
pada skaia ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran.
Strategi-strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multi national
corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.
Pada tahapan terakhir, produk sudah distandarisasi sehingga riset dan
ketrampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan
setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak
kenegara-negara yang sedang berkembang dimana ongkos tenaga kerja masih
lebih rendah. Produk-produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan
diimpor kembali kenegara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh
karena itu, lokasi produksi akan lebih direnrukan oleh pebedaan biaya dan jarak
pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat
mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovatimya.
3. Kiyoshi Kojima
Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komperatif suatu negara
dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi
luar negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber-sumber alam dan
keungulan tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus
investasi luar negeri.
4. S. Hircsh
Menurut Hirsch, investasi luar negeri langsung akan dipilih bila
penghasilan yang diharapkan datang dari keunggulan tertentu yang dimiliki oleh
suatu pemsaliaan lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk mclakukan
Atau biaya-biaya produksi dan pengawasan di luar negeri tersebut lebili
rendah daripada biaya-biaya produksi dalam negeri ditambah biaya-biaya
pemasaran ekspor.Bila afiliasi di luar negeri telah terbentuk, maka diferensiasi
biaya pemasaran menurun dan ekspor barang-barang lain seperti intermediate
goods dalam negeri dapat terlaksana.
Hircsh berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan
spesialisasi berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi
penghasilan atau pembentukan pabrik-pabrik baru di lokasi-lokasi dengan biaya
serendah-rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar
termasuk pasar di dalam negeri dari lokasi tersebut.
5. J.H. Dunning
Dunning mengajukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan
serba eklektik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan
teori-teori perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional.
Dunning berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui
perdagangan dan investasi) antar negara mengakibatkan perusahaan-perusahaan
akan lebih memilih untuk berproduksi diluar negeri yang memiliki ketersediaan
sumber tertentu tapi tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain.
Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat
mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif,
sifat-sifat didalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan
keberadaan persaingan di dalam negeri, kendala-kendala perdagangan baik tarif
sosial dan ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
partisipasi nasional dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan
II. NILAI TUKAR (KURS) A. Pengertian Nilai Tukar
Secara sederliana, nilai tukar dapat diartikan sebagai perbandingan nilai
antar mata uang. Kurs menunjukkan harga suatu mata uang, jika dipertukarkan
dengan mata uang lain. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah per USD sebesar Rp
9900,-/USD berarti untuk membeli 1 USD dibutuhkan Rp 9900,- , sebaliknya
untuk memperoleh Rp 1 dibutuhkan 0,00043 USD (Sri Handaru, 2007:5)
Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu men gal
ami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga-harga barang ekspor dan
impor Apabila harga suatu mata uang semakin mahal terhadap mata uang lain
maka mata uang itu dikatakan berapresiasi, dan sebaliknnya jika harga mata uang
tersebut turun terhadap mata uang lain, mata uang tersebut terdepresiasi. Untuk
lebih jelasnya:
• Apresiasi yaitu peristiwa mengnatnya nilai tukar mata uang secara
otomatis. akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas
mata uang yang bersangkutan pada sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari
periibahan kurs adalah harga produk negara itu bagi luar negeri semakin mahal,
sedangkan harga impor bagi penduduk domestik lebih murah.
• Depresiasi yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara
otomatis. akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan pennintaan atas mata uang
Sebagai akibat dari periibahan kurs adalah harga produk negara itu bagi
luar negeri menjadi lebih murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik
menjadi lebih mahal.
B. Teori Nilai Tukar
Ada beberapa teori ekonomi yang membahas tentang nilai tukar uang
(Dominic, 1997:43), yaitu:
1. Pendekatan Perdagangan Elastisitas Terhadap Pembentukan Kurs
Pendekatan perdagangan elastisitas terhadap pembentukan kurs yakni nilai
tukar dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa
yang terjadi diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini, kurs.
ekuilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari
suatu negara Jika nilai impor negara tersebut lebih besar dari pada nilai ekspornya,
maka nilai mata uangnya akan mengalami penurunan sehingga membuat harga
komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi importir atau pihak asing dan
produk impor akan menjadi lebih mahal bagi pasar domestik.
Akibatnya ekspor akan kembali mengalami peningkatan sedangkan
impornya terus turun sampai akhirnya nilai perdagangan interaasional benar-benar
sejmbang. Adapun cara lain yang dapat ditempuh untuk menyeimbangkan
perdagangan internasional dan memperbaiki nilai tukar mata uangnya adalah
dengan menerapkan kebijakan-kebijakan domestik tertentu yang bertujuan untuk
sumber daya domestik untuk menghasilkan produk ekspor dan subtitusi impor
sehingga memungkinkan bcrfungsinya pendekatan elastisitas.
2. Teori Par Has Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory I'PI')
Teori paritas daya beli merumuskan bahwa nilai tukar antara dua jenis
mata uang adalah identik dengan rasio dan tingkat harga umum dan kedua negara
yang bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan
diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valas.
Menurut teori ini, pasar valas berada dalam kondisi keseimbangan apabila semua
deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang
sama (Krugman,2002:66)
3. Pendekatan Moneter (Monetary Approach)
Pendekatan moneter merumuskan bahwa nilai tukar tercipta dalam proses
penyamaan total permintaan dan penawaran mata uang nasiona! dimasing-inasing
negara. Penawaran uang disuatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau
diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang
bersangkutan. .Namun sebaliknya permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat
pendapatan nil negara tersebut, suku bunga ekuilibrium terbentuk pada titik
perpotongan antara kurva pennintaan dan kurva penawaran uang yang ada disuatu
4. Pendekatan Keseimbangan Portofolio (Portofolio Balance Approach)
Pendekatan ini merumuskan bahwa kiirs sesungguhnya terbentuk dalam
proses dan penyeimbangan total pennintaan dan penawaran asset-asset fmansial,
diinana asuinsi yang dipergunakan dalam pcndekatan ini adalah :
• Obligasi domestik dan luar negeri sebagai subtitusi yang tidak sempurna
• Memperhitungkan arti penting perdagangan (sektor riil)
Menurut pendekatan ini, kenaikan penawaran uang di negara domestik akan
menyebabkan terjadinya kemerosotan dinegara bersangkutan sehingga akan
membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya menjadi mata uang
domestik dan obligasi luar negeri dengan sendirinya menimbulkan depresiasi atas
mata uang domestik,
Selanjurnya depresiasi itu akan merangsang peningkatan ekspor negara
domestik dan sekaligus menurunkan impornya, sehingga akan menciptakan
surplus perdagangan bagi negara tersebut yang segera .disusul dengan apresiasi
mata uangnya. Dimana apresiasi ini akan meredam sebagian depresiasi yangtelah
terjadi sebelumnya.
III. EKSPORT
A. Pengertian Eksport
Perdagangan antar negara mempakan suatu hal yang tidak dapat dihindari,
karena tidak ada satu negarapun yang mampu untuk memenuhi sendiri
kebuluhanya, baik itu negara superpower seperti Amerika Serikat, maupun negara
yang sering dianggap masih primitif yang mungkin tidak pemah kita dcngar
transaksi jual beli antar negara akan tetap terjadi. walaupun antara pelaku
transaksi tersebut dipisahkan oleh berbagai perbedaan baik itu yang bersifat
ekonomi maupun non ekonomi.
Akibat dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumber
daya yang dimiliki terbatas maka tidak ada negara yang dapat melepaskan din dari
ketergantungan ekonominya pada negara lain, maka untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri perlu dilakukan suatu kerjasama dalam bidang perdagangan dengan
negara lain. Kerjasama ini dikenal dengan nama perdagangan luar negeri, dimana
aktivitas perdagangan ini meliputi dua bagian yaitu 'ekspor' (jual) dan 'impor'
(beli).
Pada dasarnya ekspor dapat didefinisikan sebagai arus keluar sejumlah
barang dan jasa dari suatu negara ke pasar interaasional. Ekspor terjadi terutama
karena kebutuhan akan barang/jasa tertentu sudah tercukupi didalam negeri atau
karena produksi barang/jasa tadi bisa kompetitif baik dari segi harga maupun
inutu dari produk sejenis di pasaran . Kemajuan teklmologi dalam bidang
komunikasi dan transportasi, telah memudahkan terjadinya interaksi dan
komunikasi manusia , khususnya dalam hubungan ekonomi internasional, dimana
dengan arus informasi telah mernungkinkan setiap bangsa untuk lebih mengenal
dan, memahami bangsa lain khususnya dalam bidang ekonomi, sehingga setiap
bangsa dapat memenuhi kebutuhan ekonominya yang lebih berdaya guna dan
akan lebih mud ah mengetahui dalam komoditi apa negara tersebut memiliki
keunggulan dibandingkan dengan komoditi serupa dari negara lain, dan juga
memudahkan negara tersebut untuk memasarkan komoditi unggulan tersebut
Ada tiga hal yang menjadi dasar yang memungkinkan adanya perdagangan
komoditi dalam pasaran internasional, yaitu
a. Bila komoditi tersebut memiliki keunggulan mutlak antara keunggulan
komperatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produksi
komoditi yang sama dinegara lain. Asas ini lebih ditekankan pada masalah
produksi, tingkat produktivitasnya dan efisiensi dari komoditi yang
bersangkutan, suatu produk yang biaya produksinya relatif lebih rendah
dibandingkan dengan negara lain dapat dikatakan memiliki potensi untuk
diekspor kenegara lain yang biaya produksinya untuk komoditi yang sama
lebih mahal atau lebih tinggi
b. Bila komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di
luar negeri. Komoditi yang memiliki potensi ekspor dipandang dari sudut
selera konsumen ini adalah komoditi yang mutu, desain, ketepatan waktu
penyerahan, pengaturan packing dan standarisasi produknya sesuai dan
memenuhi selera konsumen.
c. Bila komoditi tersebut diperlukan untuk diekspor dalam rangka
pengamanan cadangan strategis nasional. Misalnya apabila pada suatu saat
kita kekurangan bahan pangan seperti beras, maka untuk menutupi
kekurangan tersebut kita justru akan melakukan ekspor beras yang
bermutu tinggi dan berharga mahal dan pada waktu yang sama kita kan
mengimpor beras dengan mutu yang lebih rendah tapi dengan jumlah yang
lebih besar namun dengan nilai yang setaraf dengan nilai beras yang kita
Ketiga asas ini dianggap sebagai asas utama dalam menetukan
kebijaksanaan ekspor. dan setiap upaya yang mendorong ekspor
haruslah memperhatikan ketiga asas ini.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eksport
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor antara lain :
1. Harga Internasional
Dimana makin besar selisih antara harga dipasar Internasional dengan harga
domestik akan menyebabkan daya saing produk tersebut bertambah sehingga
akhirnya jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah.
2. Nilai tukar uang (exchange rate)
Makin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara maka harga ekspor negara itu
dipasar Internasional menjadi mahal. Sebaliknya makin rendah nilai Tukar mata
uang suatu negara maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi
lebih murah.
3. Quota ekspor dan Impor
Merupakan kebijakan perdagangan Internasional berupa pembatasan jumlah suatu
komoditi ekspor.
4. Kebijakan tarif dan non tarif
Tarif merupakan salah satu kebijakan yang digunakan suatu negara untuk
melindungi produsen dalam negeri. Sedangkan kebijakan non tarif bertujuan
C. Ekspor Sebagai Penerimaan Devisa
Bank Indonesia merupakan bank sentral yang bertanggung jawab atas
pengaturan dan administrasi sistem perbankan di Indonesia dan juga bertanggung
jawab atas pengaturan lalu lintas devisa. Seinua mata uang negara-negara Baral
dan asia bebas dipertukarjan (freely convertihel) di Indonesia dan IMF juga telah
menyatakan bahwa rupiali sebagai mata uang yang sepenuhnya dapat
dipertukarkan dengan mata uang asing.
Namun sebagai mata uang yang masih terolong mata uang lemah, rupiali
tidak dapat kita gunakan untuk keperluan -keperluan yang mendasar dalam
perdagangan luar negeri, untuk itu dibutuhkan valuta asing sebagai alat
pembayaran luar negeri. Adapun keberadaan valuta asing dibutuhkan untuk :
1. Mengimpor barang komsumsi, bahan baku industri dan sektor produksi lainnya,
peralatan dan perlengkapan modal, perlengkapan pertahanan, keamanan dan
sebagainya.
2. Melunasi jasa pihak asing seperti jasa perbankan, asuransi. pelayaran.
penerbangan dan sektor jasa lainnya.
3. membayar utang luar negeri
Dan ekspor merupakan siimber devisa negara, baik itu ekspor nonmigas
maupun nonmigas. Sehingga bila ekspor suatu negara meningkat maka cadangan
devisanya akan turut naik dan hal ini akan lebih menjamin perekonomiannya
hingga jangka waktu tertentu.
Pada saat ini posisi cadangan devisa Indonesia tidakiah terlalu baik, hal ini
lebih disebabkan oleh utang luar negeri yang meniinipuk dimana selain hams
Belum lagi untuk pembangunan proyek-proyek industri maupun proyek
prasarana seperti jalan, jembatan, landasan udara, terminal, dermaga dan lainnya
telah dipergunakan devisa yang sangat besar dari tahun ketahun. Untuk itu
pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan penerimaanya. Adapim
penerimaan pemerintah terdiri atas :
• Penerimaan dalam negeri, terdiri atas penerimaan minyak bumi dan
gas alam (migas) serta penerimaan diluar migas.
• Penerimaan pembangunan, yang terdiri dari banruan program dan bantuan
proyek.
Karena penerimaan dalam negeri memegang peranan penting dalm
pembangunan, pemerintah selalu berusaha meningkatkan penerimaan dalam
negeri melalui berbagai kebijakan yang dapat mendorong ekspor.
IV. INFLASI A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan atau proses dimana harga barang-barang
mengalami kenaikan secara umuin dan berlangsung terus-menerus. Dari
pengertian tersebut terdapat tiga syarat yang hams dipenuhi agar dapat dikatakan
telah terjadi inflasi :
1) Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada
harga periode sebelumnya.
2) Bersifat Turun- Naik
Kenaikan harga suatu komoditas belum tentu menimbulkan inflasi, jika
3) Berlangsung Terus-Menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum tentu menimbulkan inflasi
jika terjadi hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam
rentang waktu minimal bulanan, sebab dalam sebulan akan terlihat apakali
kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih
panjang adalah rriwulanan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan bahwa
inflasi tahun ini adalah 12%. berarti akumulasi inflasi adalah 12% per tahun.
Inflasi triwulanan rata-rata 3% (12% : 4), sedangkan inflasi bulanan sekitar
1% (12% : 12).
Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengukur
laju inflasi selama satu periode tertentu, diantaranya adalah :
a. Indeks Harga konsumen (Consumers Price Index]
Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat
harga barang dan jasa yang hams dibeli konsumen dalam satu peiode tertentu.
Angka IHK diperoleh dengan menghilung harga barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa
tersebut diberi bobol berdasarkan lingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang
dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Prinsip perhitungan
inflasi berdasarkan IHK adalah sebagai berikut (Manurung, 2001:245):
(IHK- IHK-i)
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Whosale Price Index)
Indeks harga perdagangan besar atau yang lebih dikenal dengan indeks
harga produsen melihat inflasi dari sisi produsen dan lebih menitikberatkan pada
sejumlah barang di tingkat perdagangan besar. mi berarti bahwa harga bahan
mentah, bahan baku dan bahan setengah jadi inasuk dalam perhitungan. Ukuran
yang dipakai dalam menghitung IHP adalah penjualan. Prinsip perhitungannya
adalah sebagai berikut:
(IHPB-IHPB-i)
Inflasi = ————————— x 100% IHPB-1
c. GNP Deflator
Deflator GNP mencakiip jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
perhitungan GNP. Deflator GNP diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas
dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas harga konstan) dan dengan demikian
dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari seluruh komponen GNP (konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto).
GNP nominal
Deflator GNP = —————————— x 100% GNP riil
B. Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis (Boediono, 2001:156), yaitu :
• Menurut sifatnya
Berdasarkan sifatnya, inflasi dapat dibedakan atas :
(1) Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
(2) Inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun)
(4) Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
• Menurut Penyebabnya
(1) Demand Pit// Inflation
Demand pull inflation atau inflasi karena tarikan permintaan adalah inflasi
yang terjadi karena kelebihan permintaan agregat, sedangkan produksi telah
berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh (full employment). Apabila
kenaikan permintaan tersebut menyebabkan keseimbangan GNP berada di
atas/melebihi GNP p'ada kesempatan kerja penuh, maka akan terdapat inflationary
gap. Inflationary gap inilah yang dapat menimbulkan inflasi. Secara grafik dapat
digambarkan sebagai berikut (Nopirin, 1994:178):
Keterangan gambar
Kenaikan pengeluaran total dari C + I. menjadi C' + I' akan menyebabkan
keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (Yn:). Jarak A - B
Keterangan gambar:
Bermula dengan harga P1 dan output Q, kenaikan permintaan total dari
AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi
oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik
menjadi QFE Selanjutnya, kenaikan AD2 menjadi AD} menyebabkan harga naik
menjadi P4 sedangkan output tctap pada QH-.Kenaikan harga ini disebabkan oleh
adanya mfhtionan1 gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang
(2) Costl Push Inflation
Cost Push inflation atau inflasi karena dorongan biaya ditandai dengan
kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini timbul karena adanya
penumnan penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya
produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberap faktor di
antaranya :
1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah.
2. Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaannya di pasar unruk menentukan harga (yang lebih
tinggi).
3. Kenaikan harga bahan baku industri.
Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan
menurunkan produksi. Jika proses ini berjalan terus, maka timbullah cost push
Keterangan gambar:
Bermula pada harga P1 dan produksi QFE;. Terjadi kenaikan biaya
produksi sehingga kurva penawaran total bergeser dari AS menjadi AS1, sehingga
harga naik menjadi P2 tetapi produksi turun menjadi Q1 Kurva AS2 bergeser
menjadi AS3, harga naik menjadi P3dan produksi turun menjadi Ch-
• Menurut Asalnya
Menurut asalnya inflasi dapat dibedakan atas :
(1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Domestic inflation terjadi karena adanya defisit anggaran belanja yang
(2) Inflasi yang berasl dari luar negeri (imported inflation}
Imported inflation terjadi karena kenaikan harga di luar negeri, sehingga
dapat menyebabkan : (a) secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena
sebagian barang-barang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor., (b) secara
tidak langsiing menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari
berbagai barang yang menggunakan bahan mentah yang harus diimpor, (3) secara
tidak langsiing menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri, karena
kemiingkinan kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan
pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga
impor tersebut.
C. Teori Inflasi
Ada beberapa teori di dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang
inflasi, antara lain :
/. Teori Kuantitas Uang
Versi Irving Fisher (Transaction Equation) P . T = M . V Dimana:
M = Jumlah uang beredar (Penawaran uang)
V = Kecepatan perputaran uang
P = Harga-harga umum
Menurut teori ini inflasi disebabkan oleh :
• Jumlah uang yang beredar
Inflasi hanya bisa terjadi bila ada penambahan jumlah uang beredar dalam
masyarakat (uang giral dan uang kartal). Penambahan jumlah uang yang beredar
ini merupakan sum her utama penyebab inflasi karena volume uang yang beredar
lebih besar dari kesanggupan output untuk menyerapnya . Bila jumlah uang yang
beredar tidak ditambah maka inflasi akan berhenti secara otomatis apapun yang
menjadi penyebab timbulnya inflasi tersebut.
• Adanya perkiraan masyarakat akan kenaikan harga (Expectation)
Laju inflasi ditentukan oleh laju pertumbuhan jumlah uang beredar dan
oleh psikologi (harapan masyarakat) mengenai kenaikan harga-harga dimasa
mendatang.
2. Teori Keynes
Keynes menyoroti faktor inflasi meleui pendekatan teori ekonomi makro.
Menurut teori ini, inflasi akan terjadi bila masyarakat ingin hidup diluar batas
kemampuan ekonominya. Terjadinya inflasi melalui proses, adanya sekelompok
masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih
besar daripada kemampuan kelompok ini. Proses perebutan ini akhirnya
diwujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan
masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup
disediakan oleh kapasitas yang tersedia.
Hal ini akan menimbulkan inflationary gaps, yang timbul akibat akibat
nyata diwujudkan dalam kenaikan permintaan dipasar, dengan demikan akan
mengakibatkan naiknya harga-harga barang
3. Teori Slnikturalis
Teori ini dikembangkan dan struktur perekonomian negara-negara berkembang,
dimana infiasi dikaikan dengan faktor struktur perekonomian dan faktor struktur
perekonomian Iianya berubah secara bertahap dan dalam jangka panjang. Menurut
teori ini ada dua faktor yang menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan
infiasi dalam negara berkembang, yaitu :
• Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu ekspor berkembang secara
lamban dibandingkan dengan sektor lain dalam perkonomian. Hal ini
disebabkan rendahnya harga-harga barang komoditi negara berkembang
sehingga nilai ekspomya lebih kecil dan pada nilai impor. Akibatnya
negara tersebut terpaksa mengambil kebijakan yang menekankan
pemakaian barang produksi dalam negeri yang sebelumnya diimpor
sehingga onkos produksi meningkat. Ongkos produksi yang tinggi akan
mengakibatkan harga yang lebih tinggi, dengan demikian terjadi infilasi
dalam perkonomian yang berkepanjangan.
• Ketidakelastisan dari produksi bahan makanan dalam negeri,
mengakibatkan pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat
pertumbuhan penduduk dan pendapatan. sehingga harga barang makanan
ini meningkat melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Dan pada
akhirnya kenaikan harga bahan makan ini akan menyebabkan terjadinya
D. Efek Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan , alokasi faktor produksi
serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity
effect, sedang efek terhadap alokasi faktor produksi dan produk nasional
masing-masing disebut dengan efficiency effect dan output effect.
a) Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi
ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh
pendapatan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Misalnya seseorang yang
memperoleh pendapatan tetap Rp 3.600.000,00 per tahun, sedang laju inflasi
sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan nil sebesar laju
inflasi tersebut, yakni Rp 360.000,00.
Contoh lain yang dirugikan akibat adanya inflasi, adalah orang/pihak yang
memberikan pinjaman uang dengan bunga yang lebih rendah dari laju inflasi.
Misalnya, dia memberi pinjaman Rp 100.000,00 dengan bunga 10% per tahun.
Apabila laju inflasi sebesar 15% per tahun, maka sebenarnya nilai nil
pinjamannya menjadi lebih rendah (Nopirin, 2004:181).
Sebaliknya pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi
adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang
lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan (tidak dalam
bentuk uang) yang nilainya naik dengan persentase lebih besar daripada laju
b) Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam
barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi pennintaan akan barang tertentu
mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong
kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang tersebut pada
gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.
Memang tidak ada jaminan bahwa alokasi faktor produksi itu lebih efisien
dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun, kebanyakan ahli ekonomi berpendapat
bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
c) Efek terhadap Output (Output Effects)
Inflasi dapat menyebabkan kenaikan produksi, alasannya bahwa dalam
keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kanikan upah
sehingga keuntungan pengusaha naik. Peningkatan keuntungan ini akan
mendorong kenaikan produksi. Namun, apabila laju inflasi cukup tinggi (hyper
inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya., yakni penurunan output.
Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang nil turun dengan drastis,
masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter
yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan output.
Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan
inflasi dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment atau tidak. Apabila
produksi barang ikut naik, maka kenaikan produksi ini sedikit banyak dapat
menekan laju inflasi. Tetapi apabila kondisi perekonomian berada dalam full
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulan data dan informasi empiris guna memecahkan permasalahan
dan menguji hipotesis penelitian.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat suku
bunga, tingkat inflasi, pendapatan perkapita masyarakat dan perkembangan
ekonomi (dummy/variable boneka) berdampak terhadap terjadinya
perlambatan investasi di Sumatera Utara.
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang akan digunakan adalah data kuantitatif sekunder dan
sumber data dalam bentuk data berkala (time series) dalam kurun waktu 17 tahun
yakni 1990 sampai 2006 yang bersumber dari Bank Indonesia (BI) Cabang Medan
3.3Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian
kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui
kabar, laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topic
yang diteliti.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan
pencatatan langsung berupa data time series yaitu dari tahun1990 sampai 2006
(17 tahun).
3.4 Pengolahan Data
Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah
data dalam skripsi ini.
3.5Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah
model ekonometrik. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadran
terkecil biasa (Ordinary Least Square). Data yang digunakan dianalisis
secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistic yaitu persamaan
regresi linear berganda.
Fungsi persamaannya adalah sebagai berikut:
Y= f (X1,X2,X3,X4)………(1)
Dengan spesifikasi model sebagai berikut:
Y =α +β1X1+β2X2 + β3X3 + β4X4 +µ…………(2)
Dimana :
Y = Investasi di Sumatera Utara ( juta rupiah)
α = Intercept/ konstanta
X1 = Tingkat Suku Bunga (%)
X2 = Inflasi (%)
X3 = Pendapatan Per Kapita Masyarakat (juta rupiah)
X4 = Kondisi Perkembangan Ekonomi (dummy/variable
boneka)
µ = Term of Error
Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
∂Y artinya jika X1 (tingkat suku bunga) menguat maka Y (Investasi)
di Sumatera Utara akan mengalami penurunan, ceteris paribus
∂Y artinya X2 (tingkat inflasi) meningkat maka Y (Investasi di
Sumatera Utara ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.
∂Y artinya jika X3 (pendapatan perkapita masyarakat) meningkat
maka Y (Investasi di Sumatera Utara) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.
∂Y artinya jika X4 (kondisi perkembangan ekonomi) meningkat maka
Y (Investasi di Sumatera Utara ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.
3.6Test of Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa
besar kemampuan variable independent secara bersama mampu
3.6.2 Uji t-statistik
Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan
untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi
signifikan atau tidak terhadap variable dependen dengan
menganggap variable lainnya konstan. Uji ini digunakan hipotesis
sebagai berikut:
Ho:Hi = b
Ha: bi≠b
Dimana bi adalah koefisien variable independent ke-i nilai
parameter hipotetis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada
pengaruh variable Xi terhadap Y. Bila nilai t-hitung >t-tabel maka
pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini bearti bahwa
variable independent yang diuji berpengaruh secara nyata
(signifikan) terhadap variable dependen. Nilai t- hitung diperoleh
dengan rumus:
t-hitung = (bi-b)
Sbi
Dimana:
bi = koefisien variable independent ke-i
b = nilai hipotesis nol
3.6.3 Uji F-statistik
Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara
bersama-sama terhadap variable dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa
berikut:
Ho:bi-b2 = bk ………..bk (tidak ada pengaruh)
Ha:b2 = 0 ……….i = 1 (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan
F-tabel. Jika F-hitung . F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variable
independent secara bersama-sama mempengaruhi variable dependen. Nilai
F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:
F-hitung = R
Dimana:
R = Koefisien Determinasi
k = Jumlah variable independent
n = jumlah sample
3.7Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity
Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada
hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variable
dapat dilihat dari R-Square, F-hitung, t-hitung serta standar error.
Adanya multikolinearity ditandai dengan:
• standar error tidak terhingga
• tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α =
10%, α = 1%
• terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori
• R-square sangat tinggi
3.7.2 Autokorelasi ( Serial Correlation)
Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara
anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau
ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi
tidak terdapat di dalamnya distribusi atau ganguan µi
dilambangkan dengan
E (µi : µ2) = i ≠ j
Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi,
yaitu
1. Dengan menggunakan atau memplot grafik
2. Dengan D-W Test (Uji Durbin Watson)
Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:
D-hitung =
∑
……….Bentuk hipotesisinya adalah sebagai berikut:
Ho:p = 0, artinya tidak ada autokorelasi
Dengan jumlah sample tertentu dan jumlah variable independent
tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam table distribusi
Durbin-Watson.
3.8Defenisi Operasional
1. Investasi adalah penggunaan daripada kekayaan masyarakat Indonesia,
termasuk hak-hak yang dimiliki oleh negara maupun swasta baik lokal
atau asing maupun nasional swasta asing yang berdomisili di Indonesia
yang disisihkan guna menjalankan sesuatu usaha baik secara langsung
maupun tidak langsung.
2. Suku bunga adalah persentase balas jasa yang diberikan oleh pihak bank
kepada debitur atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam
kepada bank yang bersangkutan yang besarnya dinyaakan dengan
persentase.
3. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kecenderungan kenaikan
harga-harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus
menerus dan dalam jangka waktu yang lama, yang besarnya dinyatakan
dalam persentase (%).
4. Pendapatan perkapita adalah pendapatan regional yang dibagi dengan
jumlah penduduk yang tinggal di daerah Sumatera Utara
5. Kondisi perkembangan ekonomi (dummy/variable boneka) adalah suatu
dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian , yaitu melihat bagaimana
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sumatera Utara
A. Kondisi Daerah • Kondisi Geografis
Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat' Indonesia, terletak pada
garis 1°- 4° LU dan 98°-100° BT dengan luas 71.680 km2 atau terbesar ke 7 dari
luas RI. Letak propinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan
intemasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3
propinsi dengan batas-batas sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan propinsi Daerah Istimewa Aceh
• Sebelah selatan berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat dan propinsi
Riau
• Sebelah barat berbatasan dengan Sainudera Hindia
• Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka
Bila dilihat dari segi pengembangan wilayah daerah, Sumatera Utara dibagi
atas tiga wilayah pengembangan yaitu wilayah pengembangan Pantai Timur
dengan luas sekitar 24,948 Km2 atau 34,8 % dari selumh luas Sumatera Utara.
Wilayah pengembangan Pantai Barat dengan luas lira-kira 26.413Km2 atau sekitar
28,35 % dari luas Sumatera Utara, dan wilayah pengembangan Dataran tinggi
Tabel 4.1
Luas Daerah Propinsi Sumatera Utara Mcnurut Kab/Kota Tahun 2009
Kabupaten/Kota Luas (Km2)
Sumatera Utara 71.680
Kondisi Iklim dan Topografi
Propinsi Sumatera Utara mempunyai iklim tropis basah yang
dip«igaruhi oldl angin pasat dan angin muson dengan curah hujan rata-rata
berkisar antara 1,43-5,05 milimeter setiap tahun. Suhu udara beragam antara
12,2°-33°celcius.Daerah Sumatera Utara merupakan wilayah dataran dengan
topografi beragam yairu dataran rendah, bergelombang, berbukit, berpegunungan,
dan wilayali kepulauan.
Daerah Sumatera Utara terletak pada ketinggian antara 0-2,15m di atas
pennukaan laut. Wilayah ini juga memiliki perairan umum berupa danau dan
sungai. Sebagian kawasan Sumatera Utara mempunyai kawasan yang rawan
bencana alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, erosi, dan tanah
longsor.
Kondisi Demografi
Sumatera Utara merupakan propinsi ke-4 terbesar jumlah penduduknya di
Indonesia. Jumlah penduduk Sumatera Utara (tidak termasuk penduduk yang
tidak bertempat tinggal tetap) meningkat dari tahun 2003 hingga taliun 2007, dan
pada tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami penurunan karena berbagai faktor,
seperti banyaknya penduduk yang yang melakukan emigrasi baik keluar daerah
Sumatera Utara di Indonesia maupun ke luar negeri, sebagai akibat dan terjadinya
krisis ekonomi di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Tahun 2006 jumlah
penduduk di Sumatera Utara mencapai 18.754.100 jiwa, terdiri dari laki-laki
5.856.200 jiwa dan perempuan sekitar 5.903.900 jiwa. Pada tahun 2007 hingga
terasanya pengaruh otonomi daerah yang menyebabkan tingkat emigrasi menurun.
Berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut pada tahun 2000, jumlah
penduduk di Sumatera Utara yang beragama Islam 65,54%, Protestan 26,6%,
Katolik 4,78%, Budha 3,32%, Hindu 0,19%. Pada tahun 2007, Warga Negara
Asing (WNA) yang bertempat tinggal di Sumatera Utara trecatat sebanyak 231
orang. Warga negara asing ini berasal dari berbagai negara tapi yang terbanyak
berasal dari Cina Taiwan yaitu sebanyak 33 orang, dan kemudian disusul oleh
warga negara Inggris yaitu sebanyak 26 orang.
B. Potensi wilayah
Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan cukup
luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan
industri. Laut, danau, sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan
sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energi untuk
pengembanganindustri, perdagangandanlain-lain. Dalam wilayah Sumatera Utara
terkandung bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir, kuarsa,
kaolin, diatome, emas, batubara, minyak dan gas bumi.
Kegiatan perekonomian terpenting di Sumatera Utara adalah pada sektor
pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan,
tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang
berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang yang menunjang
sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang' keburuhan,dalam
negeri dan ekspor yang meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar,