• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S- I EKSTENSI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI SUMATERA UTARA

Skripsi Diajukan Oleh: YAYUK MASITOH

030523056

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara selama kurun waktu 1999-2009. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing.

Metode yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 4.1.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa: Variabel Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap Investasi di Sumatera Utara signifikan secara statistik pada α =5%.

(3)

Factors Analysis Influencing Investment In North Sumatera Abstract

Purpose of this research is to analyse determinant influencing Investment growth in North Sumatera during range of time 1999-2009. As for independent variable in this research is , Value Chain Of Money and Investor Variable.

Method applied in analysis to factors influencing Investor growth in North Sumatera is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 4.1.

Based on result of estimation indicates that: Investment variable, variable Value Chain Of Money, and Investor variable which are positive to Investment In North Sumatera and significant statistically at α =5%.

(4)

Kata Pengantar

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera

Utara” yang dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Ekonomi dari program Strata I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai

pihak baik dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs John Tafbu Ritonga M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs Rahmat Sumanjaya, MSi selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Bapak Drs Rujiman MSi selaku dosen penguji I

5. Bapak Paidi SE MSi selaku dosen penguji II

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(5)

penulis selama perkuliahan beserta seluruh staf/pegawai Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

yang telah banyak membantu dalam memberikan data yang berhubungan dengan

skirpsi ini.

8. Teristimewa kepada ibunda tercinta Purnama Dewi Sihombing atas

doa-doanya yang tak putus-putusnya kepada kami anak-anaknya dan teriring doa

kepada Ayahanda Yahya Batubara (Alm) semoga Allah selalu memberi

ampunannya.

9. Terkhusus buat suami tercinta Suhandi, dan anak-anakku yang kusayang

Muhammad Haidar Tsaqib dan Aruna Yandini Mernissi yang menjadi spirit dan

inspirasi dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini yang dibutuhkan sebagai pedoman di masa yang akan

datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Medan, Januari 2011

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 INVESTASI ... 8

A. Pengertian Investasi ... 8

B. Kebijakan Pemerintah Tentang Investasi ... 10

C. Keuntungan Dengan Adanya Investasi ... 11

D. Teori Investasi Luar Negeri. ... 12

2.2 NILAI TUKAR UANG (KURS) ... 16

A. Pengertian Nilai Tukar ... 16

B. Teori Nilai Tukar ... 17

2.3 EKSPORT ... 20

A. Pengertian Eksport ... 20

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eksport ... 22

C. Eksport Sebagai Penerimaan Devisa ... 23

2.4 INFLASI ... 24

A. Pengertian Inflasi ... 24

B. Jenis- Jenis Inflasi ... 26

C. Teori Inflasi ... 31

D. Efek Inflasi ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 37

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 41

3.8 Defenisi Variabel Operasional ... 43

BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian ... 45

(7)

C. Pertumbuhan Ekonomi ... 49

4.1. Perkembangann Investasi di Sumatera Utara ... 52

4.2. Perkembangan Nilai tukar Rupiah di Sumatera Utara ... 55

4.3. Perkembangan Eksport di Sumatera Utara ... 59

4.4. Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara ... 61

4.5. Hasil Analisa ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 74

(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

4.1 Luas Daerah Propinsi Sumatera Utara Menurut Kab/Kota

Tahun 2009………..46

4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor di

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Inflationary Gap... 27

2.2 Demand Pull Imflation ... 28

2.3 Cost Push Inflation ... 30

4.1 Kurva uji t-statistik variabel Tingkat Nilai Uang ... 66

4.2 Kurva uji t-statistik variabel Tingkat Nilai Mata Uang Hasil Estimasi Pada Tahun 1995 ... 69

(10)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara selama kurun waktu 1999-2009. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing.

Metode yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 4.1.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa: Variabel Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap Investasi di Sumatera Utara signifikan secara statistik pada α =5%.

(11)

Factors Analysis Influencing Investment In North Sumatera Abstract

Purpose of this research is to analyse determinant influencing Investment growth in North Sumatera during range of time 1999-2009. As for independent variable in this research is , Value Chain Of Money and Investor Variable.

Method applied in analysis to factors influencing Investor growth in North Sumatera is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 4.1.

Based on result of estimation indicates that: Investment variable, variable Value Chain Of Money, and Investor variable which are positive to Investment In North Sumatera and significant statistically at α =5%.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan teori ekonomi secara sederhana investasi berarti pembelian

(dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak

dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi).

Investasi juga adalah suatu komponen dari PDB (Produk Domestik Bruto) dengan

rumus PDB = C + I + G + NX. Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan

tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada

pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga

yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal

tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.

Dalam teori pertumbuhan ekonomi, Menurut Rostow, sebuah negara perlu

mencapai tingkat investasi sebesar 15-20 persen sebagai prakondisi untuk lepas

landas. Namun masalahnya, tingkat tabungan domestik khususnya tabungan

pemerintah di negara berkembang tidak cukup untuk membiayai kebutuhan

investasi sebanyak itu. Itu sebabnya diperlukan bantuan modal asing untuk

(13)

Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan

ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan

timbal balik tersebut terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi

pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan

yang bisa ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap kenaikan PDB serta

meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga kecenderungan untuk

investasi lebih besar. Dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari

pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan

semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan

demikian, pertumbuhan merupakan fungsi investasi.

Di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, program investasi

merupakan salah satu agenda ekonomi pemerintah yang diharapkan dapat memicu

pertumbuhan ekonomi. Dengan bertumbuhnya investasi maka akan terbuka

peluang lapangan usaha yang lebih luas sehingga mampu menyerap tenaga kerja

dan pada akhirnya akan mengurangi angka pengangguran. Sementara itu investasi

terkait erat dengan faktor-faktor penentu lainnya. Pertumbuhan investasi di suatu

negara tergantung kebijakan perekonomian suatu negara serta didukung sarana

dan prasarana lainnya.

Perkembangan situasi politik, penegakan hukum serta regulasi yang dapat

menciptakan iklim usaha yang kondusif juga sangat berpengaruh pada investasi.

Faktor ketidakpastian juga berpengaruh dengan variable indikator seperti tingkat

suku bunga dan inflasi serta kepercayaan masyarakat yang mempengaruhi

(14)

Propinsi Sumatera Utara, sebagai salah satu propinsi terbesar di Indonesia

merupakan salah satu daerah potensial untuk investasi. Secara umum gambaran

propinsi ini yaitu terletak pada 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur,

yang pada tahun 2006 memiliki 25 Kabupaten dan 7 kota, dan terdiri dari 328

kecamatan. Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa

dan 382 kelurahan.

Luas daratan Propinsi Sumatera Utara 71.680 km2. Sumatera Utara

tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi

primadona perekonomian di propinsi ini. Perkebunan tersebut dikelola oleh

perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat,

teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan

tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu,

dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan

memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia.

Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai

penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk

Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh

Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut

telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai

prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar

kabupaten di Sumatera Utara maupun antara Sumatera Utara dengan provinsi

lainnya. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk

(15)

Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri,

pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial

kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi

pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah

Pembangunan.

Sumatera Utara merupakan propinsi yang keempat terbesar jumlah

penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk

Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta

jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar

11,85 juta jiwa.

Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2

dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km2, sedangkan laju

pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000

adalah 1,20 persen per tahun. Dengan kondisi geografis dan sumber daya alam

yang ada menunjukkan Sumatera Utara merupakan daerah yang potensial untuk

menarik investasi.

Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Nasional

(BKPMN) dapat dilihat persetujuan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Sumatera Utara. Dari seluruh

propinsi penyumbang nilai persetujuan PMDN dan PMA di seluruh Indonesia,

propinsi Sumatera Utara memberikan kontribusi yang signifikan yakni dengan

menempati posisi ketiga dalam persetujuan PMDN yaitu sebesar Rp10,08 miliar

(16)

Sementara untuk persetujuan PMA propinsi Sumatera Utara juga

menempati peringkat ke 3 dengan total nilai sebesar US$1,47 juta atau dengan

pangsa sebesar 11,1%.

Tingginya nilai persetujuan di propinsi Sumatera Utara baik untuk PMDN

dan PMA yang tidak diikuti oleh realisasi masih menunjukkan potensi Sumut

yang cukup besar belum dioptimalkan dengan baik. Hal ini terlihat dari data

realisasi investasi PMDN dan PMA propinsi Sumatera Utara selama tahun 2006

hingga posisi bulan Oktober tahun 2006 belum menunjukkan perkembangan yang

cukup menggembirakan. Selama periode tersebut, Sumut hanya menempati posisi

ke- 9 dalam realisasi PMDN dengan jumlah proyek 4 senilai Rp202,7 miliar atau

dengan kontribusi sebesar 1,5%. Posisi serupa terjadi pada realisasi PMA dengan

jumlah proyek sebanyak 6 buah senilai US$87,7 juta dengan pangsa sebesar 2,0%.

Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka penulis ingin menganalisa

faktor-faktor yang mempengaruhi n investasi di Sumatera Utara yang dituangkan

dalam skripsi ini yang berjudul” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Investasi di Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terlebih dahulu merumuskan

permasalahan sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan. Adapun perumusan

masalah yang dibuat adalah:

1. Apakah berpengaruh tingkat suku bunga terhadap perlambatan investasi di

Sumatera Utara

(17)

3. Apakah berpengaruh pendapatan perkapita masyarakat terhadap perlambatan

inve stasi di Sumatera Utara

4. Apakah berpengaruh kondisi perkembangan ekonomi terhadap perlambatan

investasi di Sumatera Utara

1.3Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek

penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Bedasarkan perumusan

masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap investasi di

Sumatera Utara

2. Inflasi berpengaruh positif terhadap investasi di Sumatera Utara

3. Pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap investasi di Sumatera

Utara

4. Pengaruh kondisi perkembangan ekonomi (dummy/variable boneka)

mempunyai pengaruh positif terhadap investasi di Sumatera Utara.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendapatkan gambaran

tentang kondisi investasi di Sumatera Utara. Sedangkan secara khusus tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bunga berdampak

(18)

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi berdampak terhadap

perlambatan investasi di Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita

berdampak terhadap perlambatan investasi

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi perkembangan ekonomi

berdampak terhadap perlambatan investasi di Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama departemen

ekonomi pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi stake holder dan pengambil

kebijakan di masa yang akan datang

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti selanjutnya

(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS I. INVESTASI

A. Pengertian Investasi

Investasi Merupakan usaha yang dilakukan pihak asing dalam rangka

menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk menciptakan suatu

produksi.

Investasi terbagi atas :

1. Investasi Langsung (Foreign Direct Investment)

Investasi yang bersifat langsung dilakukan oleh pihak asing atau dapat

juga dikatakan sebagai investasi perusahaan secara penuh, dimana pengelolaan

baik manajemen ataupun sebagian tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jem's

penanaman modal asing ini biasanya dilakukan oleh perusahaan raksasa yang

bergabung dalam Multi National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan

mengendalikan berbagai kegiatan produktif dilebih dari satu negara

Investasi meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik dan biasanya

menggunakan tekhnik-tekhnik produksi negara asal investor, jasa manajerial,

pemasaran dan iklan yang ditentukan oleh Investasi tersebut

Investasi adalah berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal

secara de facto dan de jure melakukan pengawasan atas assets (aktiva) yang

ditanam di negara dimana penanam modal menginvestasikan modalnya. Dengan

cara investasi itu, investasi asing langsung dapat mengambil beberapa bentuk,

diantaranya pembentukan suatu cabang perusahaan dinegara pengimpor modal,

(20)

mayoritas, pembentukan suatu perusahaan dinegara pengimpor modal dimana

biaya pembentukan peruasahan tersebut sepenuhnya dibiayai oleh perusahaan

asing, atau mendirikan asset tetap di negara lain oleh perusahaan

Menurut analisis neoklasik Tradisional, Investasi merupakan hal yang

sangat positif, karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang

dihimpun dan dalam negeri dan juga menambah devisa serta membantu

pembentukan modal domestik bruto.

Investasi secara langsung dapat diartikan sebagai dana-dana investasi yang

langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat,

fasilitas produksi seperti membeli lahan, membuka pabrik, membeli mesin-mesin,

membeli bahan baku, dan sebagainya. Yang bertindak sebagai kreditur disini

adalah perusahaan-perusahaan swasta asing yang hendak memperluas usahanya

hingga kenegara-negara berkembang.

2. Joint Ventura

Joint Ventura merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua

atau lebih pihak yang merupakan badan hukum dimana masing-masing pihak

memasukkan sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan

berdasarkan proporsi modal tersebut. Jadi joint ventura merupakan kerjasama

antara pemilik modal asing dengan modal nasional. Tentang pengelolaan

perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan memperhatikan

ketentuan-ketentuan yang. diterapkan oleh pemcrintali. investor asing bisa saja

hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolan

(21)

B. Kebijakan Pemerintah Tentang Investasi

Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia sesuai

dengan semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan

terutama untuk pembangunan di bidang ekonomi, sesuai dengan kebutuhan dana

unluk pembangunan lersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik

dana investor asing dengan memberikan berbagai kemudahan melalui berbagai

kebijaksanaan. Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang

Penanaman Modal asing adaiah Undang-Undang No. 1 1967. Penanaman Modal

Asing yang dimaksud sesuai dengan undang-undang ini adaiah hanya Penanaman

Modal Asing yang meliputi Penanaman Modal Asing secara langsung yang

dilakukan menurut ketentuan undang-undang yang digunakan untuk menjalankan

perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik Modal secara

langsung menanggung resiko atas Investasi tersebut.

a. Undang-undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau

peminjaman modal melainkan hanya mengatur tentang Investasi.

b. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan-perusahaan

tersebut dijalankan dengan modal asing sebelumnya.

c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tapi juga kekuasan

dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang

segala sesualunya memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan

sesuai mana kebutuhannya tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum

yang berlaku di Indonesia

(22)

Penanaman Modal Asing dalam undang-undang ini juga adalah alat

pembayaran luar negeri yang udah merupakan bagian dari devisa Indonesia, yang

dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk membiayai perusahaan di

Indonesia. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan barn milik

orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah

Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh kekayaan devisa Indonesia.

Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini diperkenankan

untuk ditransfer tetapi harus digunakan kembali untuk membiayai kembali

perusahaan di Indonesia.

C. Keuntungan Dengan Adanya Invetasi

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya Invetasi,

antara lain :

a. Produksi beberapa produk kebutuban rakyat dengan tujuan untuk ekspor

(dengan penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia)

akan meningkat kuantitas dan kualitasnya.

b. Bila produksi mengalami kegagalan, maka seluruh resiko akan ditanggung

oleh penanam modal dalam investasi langsung (investor asing).

c. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kescmpatan kerja. dan

dapat membiasakan diri dengan tekhnologi modern.

d. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan nasional yang

sejenis, sehingga akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama

(23)

e. Devisa negara akan meningkat sehingga dana untuk pembangunan

juga meningkat.

f. Mendorong perusahaan lokai untuk bennvestasi lebih banyak pada industri

pendukung atau dengan bekerja sama dengan perusahaan asing.

g. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembaii pada pengembangan

atau modemisasi indusri terkait.

h. Kemungkinan terjadinya pelarian modal berkurang.

D. Teori Investasi Luar Negeri

Teori investasi luar negeri iangsung pada dasarnya berusaha mencari

jawaban atas pertanyaan mengapa perusahaan melakukan investasi luar negeri

Iangsung sebagai suatu bentuk keterlibatan internasional (Panglaykim, 1984:3).

Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori mengenai investasi luar negeri,

antara lain :

. Stephen Hymer

Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer

mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan

keunggulan khas perusahaan dan ketidaksempurnaan pasar dalam usaha

menjelaskan motivasi yang mendasari .perusahaan dalam melakukan suatu

investasi.

Menurut pendekatan ini. pengembalian investasi yang lebih tinggi di luar

negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian

investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan

(24)

Sehi-ubungan dengan pengembalian investasi yang lebih tinggi dan" perusaiiaan yang

lebih tinggi, penisahaan hams mampu menghasilkan pengembalian yang lebih

tinggi daripada perusahaan yang sudah ada atau yang potensial dinegara tuan

rumah agar dapat menutup kerugian ketidak unggulan operasi perusahaan tersebut

di luar negeri.

Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan

timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahan yang ada

pada negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena

adanya akses kesumber modal yang lebih mudah dan lebih besar, adanya pasar

bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan memliki keahlian seperri

keahlian manajemen, ketrampilan pemasaran dan sebagainya.

2. R. Vernon

Vemon mengemukakan suatu teori investasi luar negeri dimana teori ini

lebih dikenal dengan nama teori Product cycle dalam produksi internasional,

model ini terdiri atas beberapa taliap.

Tahapan pertama yaitu tahapan inovasi, yaitu produk masih belum

distandarisasi dan dipasarkan didalam negeri. Perusahaan mempunyai keuntungan

tekhnologi yang bersifat sementara untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia

berusah didekat pasar. Pada waktu permintaan meningkat, suatu tingkat

standarisasi diberlakukan dan dipasarkan didalam negeri.

Tahapan kedua, yakni perusahaan mulai memikirkan kemungkinan

mencari pasar-pasar bam dinegara-ncgara yang relatif inaju dan ekspor pun mulai

(25)

pada skaia ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran.

Strategi-strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multi national

corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.

Pada tahapan terakhir, produk sudah distandarisasi sehingga riset dan

ketrampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan

setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak

kenegara-negara yang sedang berkembang dimana ongkos tenaga kerja masih

lebih rendah. Produk-produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan

diimpor kembali kenegara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh

karena itu, lokasi produksi akan lebih direnrukan oleh pebedaan biaya dan jarak

pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat

mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovatimya.

3. Kiyoshi Kojima

Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komperatif suatu negara

dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi

luar negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber-sumber alam dan

keungulan tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus

investasi luar negeri.

4. S. Hircsh

Menurut Hirsch, investasi luar negeri langsung akan dipilih bila

penghasilan yang diharapkan datang dari keunggulan tertentu yang dimiliki oleh

suatu pemsaliaan lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk mclakukan

(26)

Atau biaya-biaya produksi dan pengawasan di luar negeri tersebut lebili

rendah daripada biaya-biaya produksi dalam negeri ditambah biaya-biaya

pemasaran ekspor.Bila afiliasi di luar negeri telah terbentuk, maka diferensiasi

biaya pemasaran menurun dan ekspor barang-barang lain seperti intermediate

goods dalam negeri dapat terlaksana.

Hircsh berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan

spesialisasi berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi

penghasilan atau pembentukan pabrik-pabrik baru di lokasi-lokasi dengan biaya

serendah-rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar

termasuk pasar di dalam negeri dari lokasi tersebut.

5. J.H. Dunning

Dunning mengajukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan

serba eklektik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan

teori-teori perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional.

Dunning berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui

perdagangan dan investasi) antar negara mengakibatkan perusahaan-perusahaan

akan lebih memilih untuk berproduksi diluar negeri yang memiliki ketersediaan

sumber tertentu tapi tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain.

Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat

mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif,

sifat-sifat didalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan

keberadaan persaingan di dalam negeri, kendala-kendala perdagangan baik tarif

(27)

sosial dan ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan

partisipasi nasional dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan

II. NILAI TUKAR (KURS) A. Pengertian Nilai Tukar

Secara sederliana, nilai tukar dapat diartikan sebagai perbandingan nilai

antar mata uang. Kurs menunjukkan harga suatu mata uang, jika dipertukarkan

dengan mata uang lain. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah per USD sebesar Rp

9900,-/USD berarti untuk membeli 1 USD dibutuhkan Rp 9900,- , sebaliknya

untuk memperoleh Rp 1 dibutuhkan 0,00043 USD (Sri Handaru, 2007:5)

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu men gal

ami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga-harga barang ekspor dan

impor Apabila harga suatu mata uang semakin mahal terhadap mata uang lain

maka mata uang itu dikatakan berapresiasi, dan sebaliknnya jika harga mata uang

tersebut turun terhadap mata uang lain, mata uang tersebut terdepresiasi. Untuk

lebih jelasnya:

• Apresiasi yaitu peristiwa mengnatnya nilai tukar mata uang secara

otomatis. akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas

mata uang yang bersangkutan pada sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari

periibahan kurs adalah harga produk negara itu bagi luar negeri semakin mahal,

sedangkan harga impor bagi penduduk domestik lebih murah.

• Depresiasi yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara

otomatis. akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan pennintaan atas mata uang

(28)

Sebagai akibat dari periibahan kurs adalah harga produk negara itu bagi

luar negeri menjadi lebih murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik

menjadi lebih mahal.

B. Teori Nilai Tukar

Ada beberapa teori ekonomi yang membahas tentang nilai tukar uang

(Dominic, 1997:43), yaitu:

1. Pendekatan Perdagangan Elastisitas Terhadap Pembentukan Kurs

Pendekatan perdagangan elastisitas terhadap pembentukan kurs yakni nilai

tukar dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa

yang terjadi diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini, kurs.

ekuilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari

suatu negara Jika nilai impor negara tersebut lebih besar dari pada nilai ekspornya,

maka nilai mata uangnya akan mengalami penurunan sehingga membuat harga

komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi importir atau pihak asing dan

produk impor akan menjadi lebih mahal bagi pasar domestik.

Akibatnya ekspor akan kembali mengalami peningkatan sedangkan

impornya terus turun sampai akhirnya nilai perdagangan interaasional benar-benar

sejmbang. Adapun cara lain yang dapat ditempuh untuk menyeimbangkan

perdagangan internasional dan memperbaiki nilai tukar mata uangnya adalah

dengan menerapkan kebijakan-kebijakan domestik tertentu yang bertujuan untuk

(29)

sumber daya domestik untuk menghasilkan produk ekspor dan subtitusi impor

sehingga memungkinkan bcrfungsinya pendekatan elastisitas.

2. Teori Par Has Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory I'PI')

Teori paritas daya beli merumuskan bahwa nilai tukar antara dua jenis

mata uang adalah identik dengan rasio dan tingkat harga umum dan kedua negara

yang bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan

diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valas.

Menurut teori ini, pasar valas berada dalam kondisi keseimbangan apabila semua

deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang

sama (Krugman,2002:66)

3. Pendekatan Moneter (Monetary Approach)

Pendekatan moneter merumuskan bahwa nilai tukar tercipta dalam proses

penyamaan total permintaan dan penawaran mata uang nasiona! dimasing-inasing

negara. Penawaran uang disuatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau

diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang

bersangkutan. .Namun sebaliknya permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat

pendapatan nil negara tersebut, suku bunga ekuilibrium terbentuk pada titik

perpotongan antara kurva pennintaan dan kurva penawaran uang yang ada disuatu

(30)

4. Pendekatan Keseimbangan Portofolio (Portofolio Balance Approach)

Pendekatan ini merumuskan bahwa kiirs sesungguhnya terbentuk dalam

proses dan penyeimbangan total pennintaan dan penawaran asset-asset fmansial,

diinana asuinsi yang dipergunakan dalam pcndekatan ini adalah :

• Obligasi domestik dan luar negeri sebagai subtitusi yang tidak sempurna

• Memperhitungkan arti penting perdagangan (sektor riil)

Menurut pendekatan ini, kenaikan penawaran uang di negara domestik akan

menyebabkan terjadinya kemerosotan dinegara bersangkutan sehingga akan

membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya menjadi mata uang

domestik dan obligasi luar negeri dengan sendirinya menimbulkan depresiasi atas

mata uang domestik,

Selanjurnya depresiasi itu akan merangsang peningkatan ekspor negara

domestik dan sekaligus menurunkan impornya, sehingga akan menciptakan

surplus perdagangan bagi negara tersebut yang segera .disusul dengan apresiasi

mata uangnya. Dimana apresiasi ini akan meredam sebagian depresiasi yangtelah

terjadi sebelumnya.

III. EKSPORT

A. Pengertian Eksport

Perdagangan antar negara mempakan suatu hal yang tidak dapat dihindari,

karena tidak ada satu negarapun yang mampu untuk memenuhi sendiri

kebuluhanya, baik itu negara superpower seperti Amerika Serikat, maupun negara

yang sering dianggap masih primitif yang mungkin tidak pemah kita dcngar

(31)

transaksi jual beli antar negara akan tetap terjadi. walaupun antara pelaku

transaksi tersebut dipisahkan oleh berbagai perbedaan baik itu yang bersifat

ekonomi maupun non ekonomi.

Akibat dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumber

daya yang dimiliki terbatas maka tidak ada negara yang dapat melepaskan din dari

ketergantungan ekonominya pada negara lain, maka untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri perlu dilakukan suatu kerjasama dalam bidang perdagangan dengan

negara lain. Kerjasama ini dikenal dengan nama perdagangan luar negeri, dimana

aktivitas perdagangan ini meliputi dua bagian yaitu 'ekspor' (jual) dan 'impor'

(beli).

Pada dasarnya ekspor dapat didefinisikan sebagai arus keluar sejumlah

barang dan jasa dari suatu negara ke pasar interaasional. Ekspor terjadi terutama

karena kebutuhan akan barang/jasa tertentu sudah tercukupi didalam negeri atau

karena produksi barang/jasa tadi bisa kompetitif baik dari segi harga maupun

inutu dari produk sejenis di pasaran . Kemajuan teklmologi dalam bidang

komunikasi dan transportasi, telah memudahkan terjadinya interaksi dan

komunikasi manusia , khususnya dalam hubungan ekonomi internasional, dimana

dengan arus informasi telah mernungkinkan setiap bangsa untuk lebih mengenal

dan, memahami bangsa lain khususnya dalam bidang ekonomi, sehingga setiap

bangsa dapat memenuhi kebutuhan ekonominya yang lebih berdaya guna dan

akan lebih mud ah mengetahui dalam komoditi apa negara tersebut memiliki

keunggulan dibandingkan dengan komoditi serupa dari negara lain, dan juga

memudahkan negara tersebut untuk memasarkan komoditi unggulan tersebut

(32)

Ada tiga hal yang menjadi dasar yang memungkinkan adanya perdagangan

komoditi dalam pasaran internasional, yaitu

a. Bila komoditi tersebut memiliki keunggulan mutlak antara keunggulan

komperatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produksi

komoditi yang sama dinegara lain. Asas ini lebih ditekankan pada masalah

produksi, tingkat produktivitasnya dan efisiensi dari komoditi yang

bersangkutan, suatu produk yang biaya produksinya relatif lebih rendah

dibandingkan dengan negara lain dapat dikatakan memiliki potensi untuk

diekspor kenegara lain yang biaya produksinya untuk komoditi yang sama

lebih mahal atau lebih tinggi

b. Bila komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di

luar negeri. Komoditi yang memiliki potensi ekspor dipandang dari sudut

selera konsumen ini adalah komoditi yang mutu, desain, ketepatan waktu

penyerahan, pengaturan packing dan standarisasi produknya sesuai dan

memenuhi selera konsumen.

c. Bila komoditi tersebut diperlukan untuk diekspor dalam rangka

pengamanan cadangan strategis nasional. Misalnya apabila pada suatu saat

kita kekurangan bahan pangan seperti beras, maka untuk menutupi

kekurangan tersebut kita justru akan melakukan ekspor beras yang

bermutu tinggi dan berharga mahal dan pada waktu yang sama kita kan

mengimpor beras dengan mutu yang lebih rendah tapi dengan jumlah yang

lebih besar namun dengan nilai yang setaraf dengan nilai beras yang kita

(33)

Ketiga asas ini dianggap sebagai asas utama dalam menetukan

kebijaksanaan ekspor. dan setiap upaya yang mendorong ekspor

haruslah memperhatikan ketiga asas ini.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eksport

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor antara lain :

1. Harga Internasional

Dimana makin besar selisih antara harga dipasar Internasional dengan harga

domestik akan menyebabkan daya saing produk tersebut bertambah sehingga

akhirnya jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah.

2. Nilai tukar uang (exchange rate)

Makin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara maka harga ekspor negara itu

dipasar Internasional menjadi mahal. Sebaliknya makin rendah nilai Tukar mata

uang suatu negara maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi

lebih murah.

3. Quota ekspor dan Impor

Merupakan kebijakan perdagangan Internasional berupa pembatasan jumlah suatu

komoditi ekspor.

4. Kebijakan tarif dan non tarif

Tarif merupakan salah satu kebijakan yang digunakan suatu negara untuk

melindungi produsen dalam negeri. Sedangkan kebijakan non tarif bertujuan

(34)

C. Ekspor Sebagai Penerimaan Devisa

Bank Indonesia merupakan bank sentral yang bertanggung jawab atas

pengaturan dan administrasi sistem perbankan di Indonesia dan juga bertanggung

jawab atas pengaturan lalu lintas devisa. Seinua mata uang negara-negara Baral

dan asia bebas dipertukarjan (freely convertihel) di Indonesia dan IMF juga telah

menyatakan bahwa rupiali sebagai mata uang yang sepenuhnya dapat

dipertukarkan dengan mata uang asing.

Namun sebagai mata uang yang masih terolong mata uang lemah, rupiali

tidak dapat kita gunakan untuk keperluan -keperluan yang mendasar dalam

perdagangan luar negeri, untuk itu dibutuhkan valuta asing sebagai alat

pembayaran luar negeri. Adapun keberadaan valuta asing dibutuhkan untuk :

1. Mengimpor barang komsumsi, bahan baku industri dan sektor produksi lainnya,

peralatan dan perlengkapan modal, perlengkapan pertahanan, keamanan dan

sebagainya.

2. Melunasi jasa pihak asing seperti jasa perbankan, asuransi. pelayaran.

penerbangan dan sektor jasa lainnya.

3. membayar utang luar negeri

Dan ekspor merupakan siimber devisa negara, baik itu ekspor nonmigas

maupun nonmigas. Sehingga bila ekspor suatu negara meningkat maka cadangan

devisanya akan turut naik dan hal ini akan lebih menjamin perekonomiannya

hingga jangka waktu tertentu.

Pada saat ini posisi cadangan devisa Indonesia tidakiah terlalu baik, hal ini

lebih disebabkan oleh utang luar negeri yang meniinipuk dimana selain hams

(35)

Belum lagi untuk pembangunan proyek-proyek industri maupun proyek

prasarana seperti jalan, jembatan, landasan udara, terminal, dermaga dan lainnya

telah dipergunakan devisa yang sangat besar dari tahun ketahun. Untuk itu

pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan penerimaanya. Adapim

penerimaan pemerintah terdiri atas :

• Penerimaan dalam negeri, terdiri atas penerimaan minyak bumi dan

gas alam (migas) serta penerimaan diluar migas.

• Penerimaan pembangunan, yang terdiri dari banruan program dan bantuan

proyek.

Karena penerimaan dalam negeri memegang peranan penting dalm

pembangunan, pemerintah selalu berusaha meningkatkan penerimaan dalam

negeri melalui berbagai kebijakan yang dapat mendorong ekspor.

IV. INFLASI A. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan atau proses dimana harga barang-barang

mengalami kenaikan secara umuin dan berlangsung terus-menerus. Dari

pengertian tersebut terdapat tiga syarat yang hams dipenuhi agar dapat dikatakan

telah terjadi inflasi :

1) Kenaikan Harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada

harga periode sebelumnya.

2) Bersifat Turun- Naik

Kenaikan harga suatu komoditas belum tentu menimbulkan inflasi, jika

(36)

3) Berlangsung Terus-Menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum tentu menimbulkan inflasi

jika terjadi hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam

rentang waktu minimal bulanan, sebab dalam sebulan akan terlihat apakali

kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih

panjang adalah rriwulanan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan bahwa

inflasi tahun ini adalah 12%. berarti akumulasi inflasi adalah 12% per tahun.

Inflasi triwulanan rata-rata 3% (12% : 4), sedangkan inflasi bulanan sekitar

1% (12% : 12).

Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengukur

laju inflasi selama satu periode tertentu, diantaranya adalah :

a. Indeks Harga konsumen (Consumers Price Index]

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat

harga barang dan jasa yang hams dibeli konsumen dalam satu peiode tertentu.

Angka IHK diperoleh dengan menghilung harga barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa

tersebut diberi bobol berdasarkan lingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang

dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Prinsip perhitungan

inflasi berdasarkan IHK adalah sebagai berikut (Manurung, 2001:245):

(IHK- IHK-i)

(37)

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Whosale Price Index)

Indeks harga perdagangan besar atau yang lebih dikenal dengan indeks

harga produsen melihat inflasi dari sisi produsen dan lebih menitikberatkan pada

sejumlah barang di tingkat perdagangan besar. mi berarti bahwa harga bahan

mentah, bahan baku dan bahan setengah jadi inasuk dalam perhitungan. Ukuran

yang dipakai dalam menghitung IHP adalah penjualan. Prinsip perhitungannya

adalah sebagai berikut:

(IHPB-IHPB-i)

Inflasi = ————————— x 100% IHPB-1

c. GNP Deflator

Deflator GNP mencakiip jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam

perhitungan GNP. Deflator GNP diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas

dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas harga konstan) dan dengan demikian

dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari seluruh komponen GNP (konsumsi,

investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto).

GNP nominal

Deflator GNP = —————————— x 100% GNP riil

B. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis (Boediono, 2001:156), yaitu :

Menurut sifatnya

Berdasarkan sifatnya, inflasi dapat dibedakan atas :

(1) Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)

(2) Inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun)

(38)

(4) Hiperinflasi (diatas 100% setahun)

Menurut Penyebabnya

(1) Demand Pit// Inflation

Demand pull inflation atau inflasi karena tarikan permintaan adalah inflasi

yang terjadi karena kelebihan permintaan agregat, sedangkan produksi telah

berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh (full employment). Apabila

kenaikan permintaan tersebut menyebabkan keseimbangan GNP berada di

atas/melebihi GNP p'ada kesempatan kerja penuh, maka akan terdapat inflationary

gap. Inflationary gap inilah yang dapat menimbulkan inflasi. Secara grafik dapat

digambarkan sebagai berikut (Nopirin, 1994:178):

Keterangan gambar

Kenaikan pengeluaran total dari C + I. menjadi C' + I' akan menyebabkan

keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (Yn:). Jarak A - B

(39)

Keterangan gambar:

Bermula dengan harga P1 dan output Q, kenaikan permintaan total dari

AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi

oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik

menjadi QFE Selanjutnya, kenaikan AD2 menjadi AD} menyebabkan harga naik

menjadi P4 sedangkan output tctap pada QH-.Kenaikan harga ini disebabkan oleh

adanya mfhtionan1 gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang

(40)

(2) Costl Push Inflation

Cost Push inflation atau inflasi karena dorongan biaya ditandai dengan

kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini timbul karena adanya

penumnan penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya

produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberap faktor di

antaranya :

1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah.

2. Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat

menggunakan kekuasaannya di pasar unruk menentukan harga (yang lebih

tinggi).

3. Kenaikan harga bahan baku industri.

Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan

menurunkan produksi. Jika proses ini berjalan terus, maka timbullah cost push

(41)

Keterangan gambar:

Bermula pada harga P1 dan produksi QFE;. Terjadi kenaikan biaya

produksi sehingga kurva penawaran total bergeser dari AS menjadi AS1, sehingga

harga naik menjadi P2 tetapi produksi turun menjadi Q1 Kurva AS2 bergeser

menjadi AS3, harga naik menjadi P3dan produksi turun menjadi Ch-

Menurut Asalnya

Menurut asalnya inflasi dapat dibedakan atas :

(1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Domestic inflation terjadi karena adanya defisit anggaran belanja yang

(42)

(2) Inflasi yang berasl dari luar negeri (imported inflation}

Imported inflation terjadi karena kenaikan harga di luar negeri, sehingga

dapat menyebabkan : (a) secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena

sebagian barang-barang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor., (b) secara

tidak langsiing menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari

berbagai barang yang menggunakan bahan mentah yang harus diimpor, (3) secara

tidak langsiing menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri, karena

kemiingkinan kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan

pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga

impor tersebut.

C. Teori Inflasi

Ada beberapa teori di dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang

inflasi, antara lain :

/. Teori Kuantitas Uang

Versi Irving Fisher (Transaction Equation) P . T = M . V Dimana:

M = Jumlah uang beredar (Penawaran uang)

V = Kecepatan perputaran uang

P = Harga-harga umum

(43)

Menurut teori ini inflasi disebabkan oleh :

• Jumlah uang yang beredar

Inflasi hanya bisa terjadi bila ada penambahan jumlah uang beredar dalam

masyarakat (uang giral dan uang kartal). Penambahan jumlah uang yang beredar

ini merupakan sum her utama penyebab inflasi karena volume uang yang beredar

lebih besar dari kesanggupan output untuk menyerapnya . Bila jumlah uang yang

beredar tidak ditambah maka inflasi akan berhenti secara otomatis apapun yang

menjadi penyebab timbulnya inflasi tersebut.

• Adanya perkiraan masyarakat akan kenaikan harga (Expectation)

Laju inflasi ditentukan oleh laju pertumbuhan jumlah uang beredar dan

oleh psikologi (harapan masyarakat) mengenai kenaikan harga-harga dimasa

mendatang.

2. Teori Keynes

Keynes menyoroti faktor inflasi meleui pendekatan teori ekonomi makro.

Menurut teori ini, inflasi akan terjadi bila masyarakat ingin hidup diluar batas

kemampuan ekonominya. Terjadinya inflasi melalui proses, adanya sekelompok

masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih

besar daripada kemampuan kelompok ini. Proses perebutan ini akhirnya

diwujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan

masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup

disediakan oleh kapasitas yang tersedia.

Hal ini akan menimbulkan inflationary gaps, yang timbul akibat akibat

(44)

nyata diwujudkan dalam kenaikan permintaan dipasar, dengan demikan akan

mengakibatkan naiknya harga-harga barang

3. Teori Slnikturalis

Teori ini dikembangkan dan struktur perekonomian negara-negara berkembang,

dimana infiasi dikaikan dengan faktor struktur perekonomian dan faktor struktur

perekonomian Iianya berubah secara bertahap dan dalam jangka panjang. Menurut

teori ini ada dua faktor yang menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan

infiasi dalam negara berkembang, yaitu :

• Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu ekspor berkembang secara

lamban dibandingkan dengan sektor lain dalam perkonomian. Hal ini

disebabkan rendahnya harga-harga barang komoditi negara berkembang

sehingga nilai ekspomya lebih kecil dan pada nilai impor. Akibatnya

negara tersebut terpaksa mengambil kebijakan yang menekankan

pemakaian barang produksi dalam negeri yang sebelumnya diimpor

sehingga onkos produksi meningkat. Ongkos produksi yang tinggi akan

mengakibatkan harga yang lebih tinggi, dengan demikian terjadi infilasi

dalam perkonomian yang berkepanjangan.

• Ketidakelastisan dari produksi bahan makanan dalam negeri,

mengakibatkan pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat

pertumbuhan penduduk dan pendapatan. sehingga harga barang makanan

ini meningkat melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Dan pada

akhirnya kenaikan harga bahan makan ini akan menyebabkan terjadinya

(45)

D. Efek Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan , alokasi faktor produksi

serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity

effect, sedang efek terhadap alokasi faktor produksi dan produk nasional

masing-masing disebut dengan efficiency effect dan output effect.

a) Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi

ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh

pendapatan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Misalnya seseorang yang

memperoleh pendapatan tetap Rp 3.600.000,00 per tahun, sedang laju inflasi

sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan nil sebesar laju

inflasi tersebut, yakni Rp 360.000,00.

Contoh lain yang dirugikan akibat adanya inflasi, adalah orang/pihak yang

memberikan pinjaman uang dengan bunga yang lebih rendah dari laju inflasi.

Misalnya, dia memberi pinjaman Rp 100.000,00 dengan bunga 10% per tahun.

Apabila laju inflasi sebesar 15% per tahun, maka sebenarnya nilai nil

pinjamannya menjadi lebih rendah (Nopirin, 2004:181).

Sebaliknya pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi

adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang

lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan (tidak dalam

bentuk uang) yang nilainya naik dengan persentase lebih besar daripada laju

(46)

b) Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.

Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam

barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi

beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi pennintaan akan barang tertentu

mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong

kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang tersebut pada

gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.

Memang tidak ada jaminan bahwa alokasi faktor produksi itu lebih efisien

dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun, kebanyakan ahli ekonomi berpendapat

bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

c) Efek terhadap Output (Output Effects)

Inflasi dapat menyebabkan kenaikan produksi, alasannya bahwa dalam

keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kanikan upah

sehingga keuntungan pengusaha naik. Peningkatan keuntungan ini akan

mendorong kenaikan produksi. Namun, apabila laju inflasi cukup tinggi (hyper

inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya., yakni penurunan output.

Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang nil turun dengan drastis,

masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter

yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan output.

Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan

(47)

inflasi dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment atau tidak. Apabila

produksi barang ikut naik, maka kenaikan produksi ini sedikit banyak dapat

menekan laju inflasi. Tetapi apabila kondisi perekonomian berada dalam full

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan

dalam pengumpulan data dan informasi empiris guna memecahkan permasalahan

dan menguji hipotesis penelitian.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat suku

bunga, tingkat inflasi, pendapatan perkapita masyarakat dan perkembangan

ekonomi (dummy/variable boneka) berdampak terhadap terjadinya

perlambatan investasi di Sumatera Utara.

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang akan digunakan adalah data kuantitatif sekunder dan

sumber data dalam bentuk data berkala (time series) dalam kurun waktu 17 tahun

yakni 1990 sampai 2006 yang bersumber dari Bank Indonesia (BI) Cabang Medan

3.3Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian

kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui

(49)

kabar, laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topic

yang diteliti.

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan

pencatatan langsung berupa data time series yaitu dari tahun1990 sampai 2006

(17 tahun).

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah

data dalam skripsi ini.

3.5Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah

model ekonometrik. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadran

terkecil biasa (Ordinary Least Square). Data yang digunakan dianalisis

secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistic yaitu persamaan

regresi linear berganda.

Fungsi persamaannya adalah sebagai berikut:

Y= f (X1,X2,X3,X4)………(1)

Dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y =α +β1X1+β2X2 + β3X3 + β4X4 +µ…………(2)

Dimana :

Y = Investasi di Sumatera Utara ( juta rupiah)

α = Intercept/ konstanta

(50)

X1 = Tingkat Suku Bunga (%)

X2 = Inflasi (%)

X3 = Pendapatan Per Kapita Masyarakat (juta rupiah)

X4 = Kondisi Perkembangan Ekonomi (dummy/variable

boneka)

µ = Term of Error

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

∂Y artinya jika X1 (tingkat suku bunga) menguat maka Y (Investasi)

di Sumatera Utara akan mengalami penurunan, ceteris paribus

∂Y artinya X2 (tingkat inflasi) meningkat maka Y (Investasi di

Sumatera Utara ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

∂Y artinya jika X3 (pendapatan perkapita masyarakat) meningkat

maka Y (Investasi di Sumatera Utara) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

∂Y artinya jika X4 (kondisi perkembangan ekonomi) meningkat maka

Y (Investasi di Sumatera Utara ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6Test of Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa

besar kemampuan variable independent secara bersama mampu

(51)

3.6.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan

untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi

signifikan atau tidak terhadap variable dependen dengan

menganggap variable lainnya konstan. Uji ini digunakan hipotesis

sebagai berikut:

Ho:Hi = b

Ha: bi≠b

Dimana bi adalah koefisien variable independent ke-i nilai

parameter hipotetis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada

pengaruh variable Xi terhadap Y. Bila nilai t-hitung >t-tabel maka

pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini bearti bahwa

variable independent yang diuji berpengaruh secara nyata

(signifikan) terhadap variable dependen. Nilai t- hitung diperoleh

dengan rumus:

t-hitung = (bi-b)

Sbi

Dimana:

bi = koefisien variable independent ke-i

b = nilai hipotesis nol

(52)

3.6.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara

bersama-sama terhadap variable dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa

berikut:

Ho:bi-b2 = bk ………..bk (tidak ada pengaruh)

Ha:b2 = 0 ……….i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan

F-tabel. Jika F-hitung . F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variable

independent secara bersama-sama mempengaruhi variable dependen. Nilai

F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung = R

Dimana:

R = Koefisien Determinasi

k = Jumlah variable independent

n = jumlah sample

3.7Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variable

(53)

dapat dilihat dari R-Square, F-hitung, t-hitung serta standar error.

Adanya multikolinearity ditandai dengan:

• standar error tidak terhingga

• tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α =

10%, α = 1%

• terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

• R-square sangat tinggi

3.7.2 Autokorelasi ( Serial Correlation)

Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara

anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau

ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi

tidak terdapat di dalamnya distribusi atau ganguan µi

dilambangkan dengan

E (µi : µ2) = i ≠ j

Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi,

yaitu

1. Dengan menggunakan atau memplot grafik

2. Dengan D-W Test (Uji Durbin Watson)

Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:

D-hitung =

……….

Bentuk hipotesisinya adalah sebagai berikut:

Ho:p = 0, artinya tidak ada autokorelasi

(54)

Dengan jumlah sample tertentu dan jumlah variable independent

tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam table distribusi

Durbin-Watson.

3.8Defenisi Operasional

1. Investasi adalah penggunaan daripada kekayaan masyarakat Indonesia,

termasuk hak-hak yang dimiliki oleh negara maupun swasta baik lokal

atau asing maupun nasional swasta asing yang berdomisili di Indonesia

yang disisihkan guna menjalankan sesuatu usaha baik secara langsung

maupun tidak langsung.

2. Suku bunga adalah persentase balas jasa yang diberikan oleh pihak bank

kepada debitur atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam

kepada bank yang bersangkutan yang besarnya dinyaakan dengan

persentase.

3. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kecenderungan kenaikan

harga-harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus

menerus dan dalam jangka waktu yang lama, yang besarnya dinyatakan

dalam persentase (%).

4. Pendapatan perkapita adalah pendapatan regional yang dibagi dengan

jumlah penduduk yang tinggal di daerah Sumatera Utara

5. Kondisi perkembangan ekonomi (dummy/variable boneka) adalah suatu

(55)

dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian , yaitu melihat bagaimana

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sumatera Utara

A. Kondisi Daerah • Kondisi Geografis

Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat' Indonesia, terletak pada

garis 1°- 4° LU dan 98°-100° BT dengan luas 71.680 km2 atau terbesar ke 7 dari

luas RI. Letak propinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan

intemasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3

propinsi dengan batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan propinsi Daerah Istimewa Aceh

• Sebelah selatan berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat dan propinsi

Riau

• Sebelah barat berbatasan dengan Sainudera Hindia

• Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka

Bila dilihat dari segi pengembangan wilayah daerah, Sumatera Utara dibagi

atas tiga wilayah pengembangan yaitu wilayah pengembangan Pantai Timur

dengan luas sekitar 24,948 Km2 atau 34,8 % dari selumh luas Sumatera Utara.

Wilayah pengembangan Pantai Barat dengan luas lira-kira 26.413Km2 atau sekitar

28,35 % dari luas Sumatera Utara, dan wilayah pengembangan Dataran tinggi

(57)

Tabel 4.1

Luas Daerah Propinsi Sumatera Utara Mcnurut Kab/Kota Tahun 2009

Kabupaten/Kota Luas (Km2)

Sumatera Utara 71.680

(58)

Kondisi Iklim dan Topografi

Propinsi Sumatera Utara mempunyai iklim tropis basah yang

dip«igaruhi oldl angin pasat dan angin muson dengan curah hujan rata-rata

berkisar antara 1,43-5,05 milimeter setiap tahun. Suhu udara beragam antara

12,2°-33°celcius.Daerah Sumatera Utara merupakan wilayah dataran dengan

topografi beragam yairu dataran rendah, bergelombang, berbukit, berpegunungan,

dan wilayali kepulauan.

Daerah Sumatera Utara terletak pada ketinggian antara 0-2,15m di atas

pennukaan laut. Wilayah ini juga memiliki perairan umum berupa danau dan

sungai. Sebagian kawasan Sumatera Utara mempunyai kawasan yang rawan

bencana alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, erosi, dan tanah

longsor.

Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan propinsi ke-4 terbesar jumlah penduduknya di

Indonesia. Jumlah penduduk Sumatera Utara (tidak termasuk penduduk yang

tidak bertempat tinggal tetap) meningkat dari tahun 2003 hingga taliun 2007, dan

pada tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami penurunan karena berbagai faktor,

seperti banyaknya penduduk yang yang melakukan emigrasi baik keluar daerah

Sumatera Utara di Indonesia maupun ke luar negeri, sebagai akibat dan terjadinya

krisis ekonomi di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Tahun 2006 jumlah

penduduk di Sumatera Utara mencapai 18.754.100 jiwa, terdiri dari laki-laki

5.856.200 jiwa dan perempuan sekitar 5.903.900 jiwa. Pada tahun 2007 hingga

(59)

terasanya pengaruh otonomi daerah yang menyebabkan tingkat emigrasi menurun.

Berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut pada tahun 2000, jumlah

penduduk di Sumatera Utara yang beragama Islam 65,54%, Protestan 26,6%,

Katolik 4,78%, Budha 3,32%, Hindu 0,19%. Pada tahun 2007, Warga Negara

Asing (WNA) yang bertempat tinggal di Sumatera Utara trecatat sebanyak 231

orang. Warga negara asing ini berasal dari berbagai negara tapi yang terbanyak

berasal dari Cina Taiwan yaitu sebanyak 33 orang, dan kemudian disusul oleh

warga negara Inggris yaitu sebanyak 26 orang.

B. Potensi wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan cukup

luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan

industri. Laut, danau, sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan

sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energi untuk

pengembanganindustri, perdagangandanlain-lain. Dalam wilayah Sumatera Utara

terkandung bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir, kuarsa,

kaolin, diatome, emas, batubara, minyak dan gas bumi.

Kegiatan perekonomian terpenting di Sumatera Utara adalah pada sektor

pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan,

tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang

berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang yang menunjang

sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang' keburuhan,dalam

negeri dan ekspor yang meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar,

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4. 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

KPMD versi UU Desa merupakan representasi dari warga desa yang selanjutnya dipilih dalam Musyawarah Desa dan ditetapkan oleh Desa setempat untuk melakukan tindakan

[r]

Menyusun sebuah rencana yang baik mestinya didukung oleh sejumlah data dan informasi yang memadai agar rencana yang disusun dapat memecahkan masalah yang ditemui atau

atau hak pada pandangan pertama yang artinya hak itu berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang lebih kuat. Setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan merupakan hak yang

Perkebunan Nusantara III Kebun Rantauprapat melalui manajemen perusahaan telah melaksanakan konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) melalui

Disarankan kepada manajemen RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun untuk: memberikan reward bagi perawat pelaksana yang telah melakukan kinerja dalam asuhan keperawatan dengan

Dari nilai koefisien determinasi atau R-Square yaitu sebesar 0,996 atau 99,6% yang berarti bahwa Pajak Hotel dan Pajak Restoran secara bersama-sama berpengaruh nyata pada