• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI Al-Falah Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI Al-Falah Jakarta Timur"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PEMBELAJARAN IPS

KELAS V MI AL-FALAH

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

ANI NURHANIPAH NIM. 809018300745

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan bumi

beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang

sempurna dan memposisikan sebagai kholifah di muka bumi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya dan mengajarkan kepada ummat

manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa

yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi dengan judul

"Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role Playing Pada

Pembelajaran IPS Kelas V MI Al-Falah Jakarta Timur” dapat diselesaikan dan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian

skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil selaku Ketua Jurusan Kependidikan

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta;

3. Fauzan, MA, selaku Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Kependidikan, beserta stafnya yang telah memberikan rekomendasi kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian;

4. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd sebagai pembimbing skripsi yang senantiasa

memberikan nasehat, saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian

(6)

ii

sulit bagi penulis untuk melangkah sampai sejauh ini, tiada kata yang pantas

penulis ucapkan selain terima kasih buat kalian semua.

Penulis menyadari, dalam skripsi ini masih banyak kekurangan.

Penulis memohon kepada semua pihak untuk memberikan saran dan nasehat

demi perbaikan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, semoga

jasa baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, Juli 2013

(7)

iii

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ………...iii

DAFTAR TABEL ………...v

DAFTAR BAGAN....………...vi

DAFTAR GRAFIK.………...vii

DAFTAR LAMPIRAN ………viii

ABSTRAK ………...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Hakikat Hasil Belajar………...8

B. Hakikat Metode Role Playing ...11

C. Hakikat Pendidikan IPS……….18

D. Penelitian yang Relevan……….22

E. Kerangka Berpikir………..23

F. Hipotesis Tindakan ………...24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian ……….25

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian.………...25

C. Peran Peneliti dalam Penelitian…..………27

(8)

iv

I. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi...32

J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis...32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah .………34

B. Deskripsi Hasil Penelitian….……..………...38

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……….………...56

B. Saran ……….………56

DAFTAR PUSTAKA...58

(9)

v

Halaman

TABEL 1 Kisi-kisi Observasi 31

TABEL 2 Kisi-kisiWawancara 31

TABEL 3 Data SaranadanPrasarana 38

TABEL 4 KeadaanMurid 39

TABEL 5 Keadaan guru/tatausaha/pesuruh 40

TABEL 6 HasilObservasiSiklus I 45

TABEL 7 HasilAnalisis N-Gain SiklusI 46

TABEL 8 HasilObservasiSiklus II 50

TABEL 9 Hasil Analisis N-Gain Siklus II 52

(10)

vi

Halaman

Kerangka Pikir ………24

(11)

vii

Halaman

Grafik 1. Hasil Persentase N-Gain Siklus I 47

Grafik 2. Hasil Persentase N-Gain Siklus II 53

(12)

viii

Lampiran 1 PedomanWawancara

Lampiran 2 PedomanObservasi

Lampiran 3 Pedoman Analisis N-Gain Siklus I/II

Lampiran 4 HasilWawancara

Lampiran 5 HasilObservasiSiklus I

Lampiran 6 HasilObservasiSiklus II

Lampiran 7 HasilAnalisis N-Gain Siklus I

(13)

ix

Role Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI Al-Falah Jakarta Timur.”

Penelitian ini berdasarkan permasalahan: Apakah Metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Kelas V MI Al-Falah? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode Role Playing (bermain peran) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V MI Al-Falah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan, penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan dua kali pertemuan. Pertemuan dari setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing (bermain peran) pada matapelajaran IPS di MI Al-Falah dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa mencapai 46% pada siklus ke II yang melebihi ketuntasan minimal 75% dan untuk hasil belajar siklus II diperoleh rata-rata N-Gain 0,77 (kategori tinggi) lebih besar dari hasil rata-rata N-N-Gain Siklus I yaitu 0,29. Peningkatan hasil tersebut didukung oleh penggunaan metode Role Playing dengan proses pembelajaran yang efektif.

Saran dalam penelitian ini adalah bagi sekolah untuk mendorong guru dalam proses belajar mengajar pembelajaran IPS di sekolah dengan menggunakan metode Role Playing, bagi guru sebagai alternatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan metode Role Playing, dan bagi siswa sebagai upaya peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS dengan metode Role Playing.

(14)

x

ANI NURHANIPAH, 2013. "Improving Student Learning Outcomes Methods Through Role Playing At Learning Social Class V MI Al-Falah East

Jakarta . "

This study is based on the problem: Is Role Playing method can improve student learning outcomes in social studies class V MI Al-Falah? Purpose of this study is to investigate the application of the method Role Playing in an effort to improve student learning outcomes in social studies class V MI Al-Falah .

This study uses action research method, the study was conducted in two cycles with two meetings. Meeting of each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. Objectives of this study were fifth grade students of Al-Falah Islamic elementary schools. Data was collected through testing and observation sheet teaching and learning activities.

Conclusions from this research is learning by using Role Playing in the IPS lesson in MI Al-Falah can improve student learning outcomes are characterized by increasing student mastery of 46% in the second cycle to the minimum completeness exceeds 75 % and for the second cycle of learning outcomes gained an average of 0.77 N-Gain (high category) greater of the average yield of N-Gain Cycle I is 0.29. Improved results are supported by the use of role playing with an effective learning process.

Suggestions in this study is for schools to support teachers in the process of learning social studies teaching and learning in schools by using role playing, for teachers as an alternative to determine the improvement of student learning outcomes in social studies learning with Role Playing methode, and for students as an effort to improve learning outcomes in learning Role Playing IPS method .

(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Dengan memperhatikan isi dari Undang-Undang No. 20 tahun 2003

tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas seorang guru memang berat, sebab

kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa

itu sendiri. Jika seorang seorang guru atau pendidik tidak berhasil

mengembangkan potensi perta didik maka negara itu tidak akan maju,

sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta

didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting

bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang

mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya

manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia saat ini

memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan

suatu usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan.

Peningkatan mutu atau kualitas pendidikan, tentunya berkaitan erat

dengan siswa, guru, sistem pendidikan, metode yang dilakukan, orang tua,

dan lingkungan. Lembaga pendidikan merupakan wadah para siswa untuk

menggali ilmu pengetahuan, salah satu faktor penting yang dapat

1

(16)

mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa adalah motivasi belajar yang ada

pada diri siswa. Adanya motivasi belajar yang kuat membuat siswa belajar

dengan tekun yang pada akhirnya terwujud dalam hasil belajar siswa tersebut.

Bagi seorang siswa, pendidikan sangatlah penting untuk masa depannya.

Namun demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan

dalam memahami dan mengerti tentang pelajaran yang mereka hadapi, atau

ada pula yang memang acuh tak acuh selama proses belajar berlangsung. Hal

ini merupakan ujian terpenting bagi seorang guru.

Oleh karena itulah hasil belajar hendaknya ditanamkan pada diri

siswa agar dengan demikian ia dengan senang hati akan mengikuti materi

pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Perlu ditanamkan pada diri

siswa bahwa dengan belajarlah akan mendapatkan pengetahuan yang baik,

siswa akan mempunyai bekal menjalani kehidupannya dikemudian hari.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar pada diri siswa dapat timbul

dari dirinya sendiri, lingkungan sekolah maupun dari lingkungan keluarga.

Dari lingkungan sekolah misalnya indikator dalam belajar, guru disamping

mengajar juga hendaknya menanamkan motivasi belajar kepada siswa yang

diajarkannya. Banyak siswa dalam pembelajaran yang kurang tertarik, tidak

termotivasi belajar, minat belajar rendah, malas dan sebagainya, hal ini

mengakibatkan hasil belajar siswa menurun. Oleh karena itulah sekolah

hendaknya mengkondisikan lingkungannya sedemikian rupa dengan demikian

siswa akan termotivasi untuk belajar dan hasil belajar memuaskan.

Dalam pendidikan terjadi proses belajar mengajar antara guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Berhasil tidaknya belajar mengajar

tentu melibatkan banyak faktor pendukung, akan tetapi yang terpenting adalah

bagaimana seorang pendidik (guru) dapat menjalankan tugas dan fungsinya

sebagai pengajar di kelas serta penguasaan materi pelajaran.

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.

Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang

maksimal, yang bisa membuahkan hasil belajar yang maksimal hanyalah

(17)

Selama ini kegiatan pembelajaran di sekolah cenderung masih

menggunakan metode ceramah, begitu juga dalam pembelajaran IPS. Hal ini

dapat mengakibatkan pembelajaran IPS menjadi pembelajaran yang

membosankan dan menjenuhkan. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya

media pendidikan yang di gunakan guru agar pembelajaran IPS menjadi

menarik bagi siswa dan dapat menumbuhkan motivasi dan perhatian siswa

untuk belajar.

Metode mengajar yang tepat sangat berperan dalam membantu siswa

untuk memahami materi yang disampaikan. Bahkan siswa akan semakin

bersemangat dan merasa senang untuk belajar bila metode mengajar guru

sangat menarik dan mudah dipahami. Sebaliknya bila metode yang digunakan

tidak menarik, sukar dimengerti justru membosankan bagi siswa.

Tiap usaha mengajar sebenamya ingin menumbuhkan,

mengembangkan dan menyempurnakan pola tingkah laku tertentu dalam diri

peserta didik, yang dimaksud pola tingkah laku adalah kerangka dasar dari

sejumlah kegiatan yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan

untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi nyata. Kegiatan itu bisa

berupa rohani, misalnya mengamati, menganalisa, menilai keadaan dengan

daya nalar. Bisa juga berupa kegiatan jasmani yang dilakukan dengan tenaga

dan keterampilan fisik.

Disamping menumbuhkan dan menyempurnakan pola tingkah laku,

pengajaran juga menambahkan kebiasaan kesiapsiagaan dalam diri untuk

menyiapkan atau melakukan yang sama atau serupa atas dasar yang lebih

mudah, tanpa mengatur/memboroskan tenaga. Kebiasaan akan timbul justru

apabila kegiatan manusia baik di bidang rohani maupun jasmani dilakukan

berulang kali dengan sadar dan penuh perhitungan.

Pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah, guru sering

menggunakan model pembelajaran ceramah, dimana siswa mendengarkan

guru yang memberi penjelasan tentang materi pembelajaran. Akan tetapi,

model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam

belajar karena siswa pasif mendengarkan dan bertanya sekali-sekali. Hal ini

(18)

pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi

mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.

Aktivitas dalam pembelajaran di kelas sangat penting. Apalagi

dikaitkan dengan motivasi siswa sehingga belajar seharusnya menyenangkan

bagi siswa, ini adalah dasar untuk menjadikan belajar sebagai kebutuhan.

Guru mengemban kewajiban agar siswa beraktivitas dalam proses

pembelajaran, bila aktivitasnya baik maka kemungkinan siswa bosan dan

jenuh menjadi berkurang.

aktivitas dalam kegiatan lisan atau oral adalah mengemukakan suatu fakta atau

prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi

saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua sisi,

yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru.

Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang siswa

dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau kekuatan

untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam menyerap pelajaran oleh

setiap siswa. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran di sekolah adalah

adanya perbedaan daya serap individual diantara anak yang satu dengan anak

yang lainnya walaupun dalam lingkungan dengan umur yang sama dan kelas

yang sama, yang pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar kurang

memuaskan.

Saat ini masih banyak dijumpai seorang guru dengan gaya mengajar

yang konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi seorang siswa itu

sendiri. Artinya seorang guru masih mendominasi dan tidak memberikan

akses bagi siswa untuk berkembang mandiri melalui penemuan dan proses

(19)

proses pembelajaran. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran

kurang bervariasi dan terkadang mengharuskan guru untuk mengulang materi

pembelajaran sebelumnya.

Metode mengajar yang tepat sangat berperan dalam membantu siswa

untuk memahami materi yang disampaikan. Bahkan siswa akan semakin

bersemangat dan merasa senang untuk belajar bila metode mengajar guru

sangat menarik dan mudah dipahami. Sebaliknya bila metode yang digunakan

tidak menarik, sukar dimengerti justru membosankan bagi siswa.

Dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial seringkali guru kurang memahami segi-segi perencanaan

pembelajaran maupun metode yang dipakai, sehingga terjadi kurang

maksimal dalam proses pembelajaran. Dalam penyampaian materi

pembelajaran harus memperhatikan metode atau model pembelajaran apa

yang akan digunakan.

Bermain peran (Role Playing) merupakan “salah satu model

pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang

berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship),

terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.”2 Pengalaman belajar

yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif.

dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta

didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan

cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama

para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap,

nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.

Dengan demikian perlu dipilihkan model pembelajaran sesuai dengan

materi ajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penguasaan

konsep belajar dapat membantu siswa untuk mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Berangkat dari hal tersebut penulis akan mengadakan

2

(20)

penelitian tentang "Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role

Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI Al-Falah”.

B. Identifikasi Masalah

Setelah latar belakang masalah diuraikan maka penulis mengambil

beberapa hal yang harus diperhatikan yang menjadi sumber masalah

diantaranya adalah:

1. Kurang maksimalnya guru dalam memahami segi-segi perencanaan

pembelajaran dan metode;

2. Guru kurang menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan;

3. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran IPS kurang

mendapatkan hasil yang maksimal;

4. Hasil belajar belum memuaskan

5. Kurangnya aktivitas dan motivasi siswa dalam pembelajaran

C.

Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas penulis membatasi yaitu: Peningkatan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode role

playing di MI Al-Falah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian yang ada maka rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah Metode Role Playing dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Kelas V MI

Al-Falah?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan

metode Bermain Peran (Role Playing)dalam upaya meningkatkan hasil belajar

(21)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai salah satu bentuk

pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang

pendidikan IPS sehingga metode Role Playing dapat dijadikan sebagai

landasan/pedoman berpikir bagi pengembangan ilmu pengetahuan

selanjutnya.

b. Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa

Diharapkan dari hasil penelitian ini siswa lebih termotivasi dalam

proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar yang

maksimal.

2. Bagi Guru

Dapat memberikan informasi pada guru tentang penerapan model

pembelajaran bermain peran (role playing) pada mata pelajaran IPS

dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Serta hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai motivasi bagi guru-guru yang lain untuk mau

melaksanakan model-model pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan

sumbangan pemikiran terutama berkaitan dengan upaya

(22)

8

A.Hakikat Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil Belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi

tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b)

pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita masing-masing jenis

hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam

kurikulum”.1

Gagne membagi lima kategori hasil belajar, “yakni (a) informasi

verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e)

keterampilan motoris”.2

Menurut Djamarah dan Zain, “hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior.”3

Perubahan perilaku tersebut tampak dalam penguasaan pada pola-pola tanggapan (respon) baru terhadap lingkungannya yang berupa keterampilan (skill), kebiasaan (habit), sikap atau pendirian (attitude), kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), emosi (emotion), apresiasi (appreciation), jasmani dan etika atau budi pekerti, serta hubungan sosial.4

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah

laku dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan

1

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001, hlm. 22

2

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2006, hlm. 11

3

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswin Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2006, hlm.11

4

(23)

psikomotorik. Memahami pengertian hasil belajar secara garis besar harus

bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli

mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan

yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan

satu titik persamaan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa hasil

belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,

menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar

mengajar. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu

dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau

raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil

belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi

dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,

adapun faktor-faktor itu digolongkan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri,

seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya.

Faktor internal disebut juga faktor pada organism (siswa). Muhibbin Syah menyebutkan bahwa “yang termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh

siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek

psiologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain kecerdasan (intelegensi), sikap, bakat, minat dan motivasi siswa”.5 b. Faktor Eksternal

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas

dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non

sosial.

5

(24)

1. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar

ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua,

praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi

keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun

buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

Contoh: kebiasaan yang diterapkan orangtua siswa dalam mengelola

keluarga (family management practices) yang keliru, seperti kelalaian

orangtua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak

lebih buruk lagi.

2. Lingkungan non sosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan non

sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal

keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu

belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.6

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

“Faktor pendekatan merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan

kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran”.7

Pemilihan metode dan media harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran. Untuk

memilih model pembelajaran tidak boleh sembarangan, banyak faktor

yang mempengaruhinya dan perlu pertimbangan.

Hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya sangat

erat kaitannya dan bersifat saling mendukung. Dalam faktor internal

terdapat faktor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung faktor

eksternal dan pendekatan belajar. Oleh karena itu lingkungan yang

merupakan bagian dari faktor eksternal dan metode belajar yang

6

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008, cet.ke-14, hlm.137-138

7

(25)

merupakan bagian dari pendekatan belajar perlu diperhatikan dengan

seksama dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar

yang akan dicapai dapat diperoleh dengan maksimal.

3. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playing adalah: Tes. Menurut Arikunto, Tes merupakan “suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih

resmi karena penuh dengan batasan-batasan”.8 Dalam penelitian ini

penilaian yang digunakan adalah test Formatif (pre test dan post test). “Test Formatif dari kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif, maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.

Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai

tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif

diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes

akhir”.9

a. Pre test dengan menggunakanTes Lisan (tanya jawab) sebelum

pembelajaran.

b. Post test dengan menggunakan Tes Lisan (tanya jawab) sesudah

diterapkannya metode Role Playing.

B. Hakikat Metode Role Playing (Bermain Peran) 1. Pengertian Metode

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos.

Meta berarti “melalui”dan “hodos” berarti “jalan” atau “cara”. Metode

adalah cara mendapatkan sesuatu.10

8

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm.33

9

Ibid, hlm.36

10

(26)

Metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk

mencapai tujuan.11 Selain itu adapula yang mengatakan bahwa metode

adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang

diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu tersebut.

Menurut Suryosubroto metode adalah cara, yang dalam fungsinya

merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya,

diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.12

Adalagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya

berarti jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada

posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji, dan menyusun data

yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistemasisasikannya

suatu pemikiran dengan pengertian yang terakhir ini, metode lebih

memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu

gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan. Dengan metode

serupa itu, ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang.

Fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi

jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari

ilmu pendidikan tersebut sedangkan dalam konteks lain metode dapat

merupakan sarana untuk menemukan, atau menguji, dan menyusun data

yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua

pendekatan ini segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi

mengantarkan pada suatu tujuan kepada objek sasaran tersebut.

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

metode mengajar, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor

perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:

a. Memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh

terhadap materi pelajaran.

b. Memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang

kreatif.

11

Hanafi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), cet. pertama, hlm. 195

12

(27)

c. Memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.

d. Memungkinkan siswa untuk selalu menguji kebenaran sesuatu.

e. Memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri)

terhadap suatu topik permasalahan.

f. Memungkinkan siswa mampu menyimak.

g. Memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri.

h. Memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.

2. Pengertian Metode Role Playing

Metode bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran

yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan

dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama

yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang

diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif,

dan menginterpretasikan suatu kejadian.

Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi

hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan

mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat

mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai

strategi pemecahan masalah.

Dengan mengutip pendapat dari Shaftel dalam E. Mulyasa mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi: (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilihperan; (3) menyusun tahap-tahap peran: (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap 1 ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.13

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan

pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada

13

(28)

umumnya dilakukan lebih dari satu orang, permainan tersebut

bergantung kepada apa yang diperankan.14

Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.15

Metode bermain peran yaitu suatu cara yang diterapkan dalam proses belajar mengajar dimana siswa diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menjelaskan sikap dan nilai-nilai serta memainkan tingkah laku(peran) tertentu sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan melalui metode bermain peran ini diharapkan nantinya siswa dapat: 1) membina nilai-nilai moral tertentu; 2) meningkatkan kesadaran dan penghayatan terhadap nilai-nilai; 3) untuk membina penghayatan siswa terhadap suatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realitas hidup.16

Permainan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh dan

mengembangkan dan memperhalus keterampilan motor kasar dan halus.

Permainan juga membantu anak-anak memahami tubuhnya: fungsinya dan

bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak bisa mengetahui

bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan

kepuasan.

Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi,

karena anak-anak mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan

(29)

perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, dan juga

memperhatikan peran orang lain. Melalui permainan anak-anak bisa

belajar mematuhi aturan, menghargai hak orang lain.

3. Bermain dan Kemampuan Intelektual

Menurut Sudrajad fungsi bermain terhadap kemampuan intelektual dapat dilihat pada beberapa hal berikut ini:

1. Merangsang perkembangan kognitif

Dengan bermain, sensori-motor (indera-pergerakan) anak-anak dapat mengenal permukaan lembut, kasar, atau kaku. Permainan fisik akan mengajarkan anak akan batas kemampuannya sendiri.

2. Membangun struktur kognitif.

Melalui permainan, anak-anak akan memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya dan lebih dalam.

3. Membangun kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokkan, mengurutkan. mengamati, membedakan, meramalkan, menentukan hubungan sebab-akibat, membandingkan, dan menarik kesimpulan.

4. Belajar memecahkan masalah.

Di dalam permainan anak-anak akan menemui berbagai masalah sehingga bermain akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah.

5. Mengembangkan rentang konsentrasi.

Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang memadai, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain peran (pura-pura menjadi dokter, ayah-anak-ibu, guru, dll.).

4. Bermain dan Perkembangan Bahasa

Dapat dikatakan bahwa “kegiatan bermain merupakan "laboratorium

bahasa" buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-anak bercakap-cakap satu

dengan yang lain, berargumentasi, menjelaskan, dan meyakinkan. Jumlah

kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka dapat

menemukan kata-kata baru”.

5. Bermain dan Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial yang terjadi melalui proses bermain adalah

(30)

a. Meningkatkan sikap sosial

Ketika bermain, anak-anak harus memerhatikan cara pandang teman

bermainnya, dan dengan demikian akan mengurangi sikap egosentrisnya.

Dalam permainan itu pula anak-anak dapat belajar bagaimana bersaing

dengan jujur, sportif, tahu akan haknya, dan peduli akan hak orang lain.

Anak-anak juga dapat belajar apa artinya sebuah tim dan semangat tim.

b. Belajar berkomunikasi.

Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus dapat mengerti dan

dimengerti oleh teman-temannya. Karena itu melalui permainan,

anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga

mendengarkan pendapat orang lain. Di sini pula anak belajar untuk

menghargai pendapat orang lain dan perbedaan pendapat.

c. Belajar mengorganisasi.

Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda dan karena

itu dalam permainan ini anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan

dengan penentuan siapa yang akan menjadi apa. Melalui permainan ini

anak-anak juga dapat belajar bagaimana menghargai harmoni dan mau

melakukan kompromi.

6. Bermain dan Perkembangan Emosi

Emosi akan selalu terkait di dalam bermain, entah itu senang,

sedih, marah, takut, dan cemas. Oleh karena itu, bermain merupakan suatu

tempat pelampiasan emosi dan juga relaksasi.

Menurut Zuhaerini dkk, bermain dan perkembangan emosi dapat digolongkan menjadi beberapa hal yaitu;

1. Kestabilan emosi

Adanya tawa, senyum, dan ekspresi kegembiraan lain mempunyai pengaruh jauh di luar wilayah bermain itu sendiri. Adanya kegembiraan/perasaan senang yang dirasakan bersama ini dapat mengarah pada kestabilan emosi anak-anak.

2. Rasa kompetensi dan percaya diri.

(31)

dengan teman-temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri yang realistis).

3. Menyalurkan keinginan.

Di dalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ikan. bukan cacing; anak-anak kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik. 5. Mengatasi konflik.

Di dalam bermain sangat mungkin akan timbul konflik antara satu anak dengan lainnya dan karena itu anak-anak bisa belajar memilih alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada.

6. Menyalurkan agresivitas secara aman.

Bermain memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi raksasa, misalnya, anak-anak dapat merasa mempunyai kekuatan dan dengan demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya yang intens yang mungkin ada tanpa merugikan siapa pun.

7. Kelebihan dan Kekurangan Role Playing a. Kelebihan Metode Role Playing

1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan

dalam situasi dan waktu yang berbeda.

3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada

waktu melakukan permainan.

4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.

Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling

untuk dilupakan.

5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi

dinamis dan penuh antusias.

6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa

serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial

(32)

7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan

dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya

dengan penghayatan siswa sendiri

8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa,

dan dapat menumbuhkan/membuka kesempatan bagi lapangan kerja.

b. Kelemahan Metode Role Playing

1. Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif

panjang/banyak.

2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru

maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.

3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk

memerlukan suatu adegan tertentu.

4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami

kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus

berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.

5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.17

C. Hakikat Pendidikan IPS 1. PengertianPendidikan IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang

diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan

kependidikan menengah. Bahkan pada sebagian Perguruan Tinggi ada juga

dikembangkan IPS ini sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran

utamanya adalah pengembangan aspek teoritis, seperti yang menjadi

penekanan pada social sciences.

Pendidikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin

ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang

17

(33)

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.”18

Pendidikan IPS adalah “seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.”19

Ilmu pengetahuan sosial merupakan sarana yang sangat bermanfaat

dalam membentuk diri supaya memiliki keterampilan-keterampilan sosial

(social skill) yang memadai. Tanpa keterampilan sosial, manusia akan gagal

dalam kehidupan sosialnya.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian IPS di atas dapat

dikemukakan bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang

kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis,

ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah, namun IPS bukan

merupakan penjumlahan, himpunan atau penumpukan, bahan-bahan ilmu

sosial.

Ilmu pengetahuan sosial yang merupakan terjemahan social studies

adalah disiplin ilmu yang mengkaji berbagai perilaku sosial dalam

masyarakat. Social studies adalah studies integrative dari disiplin ilmu-ilmu

sosial dan kemanusiaan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi

kewargaan khususnya lagi untuk membantu masyarakat (dewasa)

membangun kemampuan membuat keputusan yang sehat bagi masyarakat

luar dalam masyarakat yang plural dan demokratis.

Pengertian tersebut di atas nampak bahwa ilmu pengetahuan sosial

bertujuan mengembangkan tiga kemampuan dasar siswa dalam merespon

masalah-masalah sosial yang timbul di dalam masyarakat, yaitu pertama

berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan

apada pengembangan diri dan kepentingan masyarakat, dan yang ketiga

adalah berorientasi pada perkembangan pribadi siswa baik untuk

kepentingan diri, masyarakat maupun ilmu pengetahuan.

18

Sapriya, Pendidikan IPS, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 9

19

(34)

Dari beberapa pendapat tentang pengertian IPS di atas dapat

dikemukakan bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang

kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis,

ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara, dan sejarah, namun IPS bukan

merupakan penjumlahan, himpunan atau penumpukan, dan bahan-bahan

ilmu sosial.

2. Tujuan Pendidikan IPS

Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering

mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari

program pendidikan tersebut.

Tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik

menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. To

prepare students to be well functioning citizens in a democratic society.

Sedangkan tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil

keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

Di sisi lain, Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan

antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana

anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,

diharapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan

sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha mmebnatu peserta didik dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya

semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.

Mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan

lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi, juga merupakan salah satu tujuan dari

(35)

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya

dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya

tujuan tersebut. Dalam hal ini, kemampuan dan keterampilan guru dalam

memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi

pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan, agar pembelajaran IPS

benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan

keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga

negara yang baik.

Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama Ilmu Pengetahuan

Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka

terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental

positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari yang menimpa dirinya

maupun yang menimpa masyarakat.

Sedangkan tujuan pendidikan IPS di Sekolah Dasar (SD) adalah

untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa yang

berguna untuk kehidupan sehari-harinya. IPS sangat erat kaitannya dengan

persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam

pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia

(global society). IPS harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari

keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS memerankan peranan yang

signifikan dalam mengarahkan dan membimbing anak didik pada nilai-nilai

dan perilaku yang demokratis, memahami dirinya dalam konteks kehidupan

masa kini, memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat

global yang interdependen.

Sedangkan tujuan IPS dalam pendidikan nasional adalah berfungsi

untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri dan menjadi warga yang

(36)

Arah mata pelajaran IPS ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Tujuan mata pelajaran IPS ditetapkan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.20

3. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi sebagai wahana untuk membentuk

warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter mantap terhadap

kehidupan sosialnya. Pada hakekatnya manusia mempunyai cita-cita hidup

damai dan sejahtera di dunia dalam mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan

itu harus didukung dan dibina bersama-sama manusia lainnya atau dengan kata

lain dalam mewujudkan perlu adanya kerjasama antara manusia itu sendiri

berbeda dengan binatang, manusia tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya

bantuan dari manusia lain, karena hasrat untuk hidup kelompok dan hidup

bermasyarakat telah tumbuh dalam diri manusia. Dalam tersebut Ilmu

Pengetahuan Sosial tersebut sangat diperlukan demi kedamaian yang

dicita-citakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

D. Penelitian yang Relevan

Cahya Khaerani. Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Gerak Pada Tumbuhan. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep gerak pada tumbuhan. Penelitian ini

20

(37)

dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Tangerang pada bulan November 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar dan hasilnya diuji melalui statistik tes “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 6,61 sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan ada pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode role playing membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa.

E. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan oleh guru di kelas sebaiknya harus menciptakan suasana yang

menyenangkan agar siswa termotivasi dalam pembelajaran.

Kenyataan yang terjadi sering kali guru kurang kreatif dalam menciptakan

suasana pembelajaran, guru hanya menggunakan cara pembelajaran yang

masih konvensional. Sehingga dalam pembelajaran siswa kurang mampu

memahami materi, merasa jenuh, dan suasana kelas tidak kondusif karena

siswa kurang bersemangat untuk belajar. Maka dari itu perlunya upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil pembelajaran IPS di kelas, salah satunya adalah melalui

penggunaan metode pembelajaran. Karena fungsi metode dalam proses belajar

mengajar dapat membangkitkan keingintahuan atau membangkitkan motivasi

dan rangsangan dalam kegiatan belajar. Melalui pembelajaran yang efektif

diharapkan akan membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

Setelah pembahasan mengenai kajian pustaka yang telah penulis uraikan di

atas, maka penulis perlu mengemukakan kerangka berpikir untuk

(38)

Peningkatan Hasil Belajar

Bagan Kerangka Pikir

1. Guru kurang kreatif

2. Pemahaman siswa terhadap materi berkurang 3. Hasil belajar siswa menurun

P T K

Penggunaan Metode Role Playing

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara yang diberikan oleh peneliti

terhadap permasalahan yang diteliti, dimana kebenarannya masih harus diuji

secara empiris.

Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau

terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.21

Hipotesis penelitian atau biasa disebut sebagai hipotesis verbal dibentuk

berdasarkan kerangka berpikir yang disusun peneliti.22

Namun perlu dipahami bahwa pertanyaan diterima atau ditolaknya

hipotesis tidak dapat diidentikkan dengan keberhasilan atau kegagalan suatu

Penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah:

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mengembangkan model

pembelajaran metode Role Playing akan lebih efektif dalam meningkatkan

hasil belajar siswa.

21

S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, cet. ke-12, hlm. 38

22

(39)

25

A. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret s/d Mei semester genap tahun pelajaran

2012/2013.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V MI Al-Falah tahun pelajaran

2012/2013.

B.Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. ”Penelitian tindakan

kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.1

Model penelitian tindakan kelas ini mengandung empat komponen, yaitu : 1. Rencana (Planning)pada komponen ini, guru sebagai peneliti

merumuskan rencana tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa.

2. Tindakan (Action) pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan, berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.

1

(40)

3. Pengamatan (Observasi) pada komponen ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak. 4. Refleksi (Reflection) pada komponen ini, guru mengkaji dan

mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasarkan pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak perbaikan dan peningkatan yang meyakinkan.2

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap menurut Moh. Asrori adalah sebagai berikut:

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2

Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Wacana Prima, 2009, hlm.68-69

(41)

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran media gambar.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu siklus 1, 2, dan

seterusnya, dimana masing-masing siklus dikenakan perlakuan yang sama

(alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang

diawali dengan pre test dan post test diakhir masing-masing putaran.

Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan

dan dirasa sudah cukup.

C.Peran Peneliti dalam Penelitian

Peneliti berperan sebagai observer yang berkolaborasi dengan guru IPS

sebagai partner untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan peneliti dalam

proses pembelajaran menggunakan metode Role Playing. Sebagai kolabolator

yaitu membantu peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,

melakukan refleksi, serta melakukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan

pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu member penilaian terhadap

peneliti dalam melakukan proses pengajaran dengan menggunakan metode

Role Playing, mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan

menilai hasil belajar IPS siswa setelah diberikan pre test dan post test disetiap

siklus. Untuk mencapai hasil penelitian yang akurat dan sesuai dengan tujuan

penelitian, maka dibutuhkan solidaritas yang kuat antara peneliti dengan guru

(42)

D. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan

(pra penelitian) kemudian akan dilanjutkan dengan siklus I dan siklus

selanjutnya hingga mencapai indikator keberhasilan.

Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Pra penelitian

a. Observasi

Pada kegiatan ini peneliti mengamati terhadap proses pembelajaran di

kelas V MI Al-Falah. Waktu pelaksanaan observasi yakni 1 minggu sebelum

melakukan tindakan.

b. Wawancara

“Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas daripada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang

dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari awal”.3 Wawancara

dilakukan terhadap guru mata pelajaran dan siswa.

Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai proses

pembelajaran IPS, untuk mengetahui hasil belajar terhadap pelajaran IPS,

serta untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa

dalam proses pembelajaran IPS di kelas V MI Al-Falah.

Dari hasil wawancara tersebut didapatkan hasil bahwa sebagian besar

siswa merasa tertarik dan lebih memahami materi pelajaran yang

disampaikan dengan menggunakan metode pelajaran yang bervariasi.

3

Maifalinda Fatra dan A. Rozak, Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta,

(43)

2. Siklus PTK

1) Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan penerapan metode Role Playing.

b. Menyiapkan instrument (tes, lembar wawancara, dan lembar observasi).

c. Membuat soal tes Siklus I

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPS menggunakan metode Role

Playing, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes pada setiap Siklus.

3) Tahap Observasi

a. Kolabolator mengobservasi proses pembelajaran dengan metode Role

Playing.

b. Peneliti mengamati hasil belajar siswa selama proses pembelajaran

lewat aspek-aspek yang ingin diamati.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

4) Refleksi

Mengevaluasi proses pembelajaran Siklus I.

Berdasarkan hasil penelitian Siklus I apabila indikator keberhasilan

belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke Siklus II, dengan hasil

refleksi Siklus I sebagai acuannya. Siklus II dan siklus selanjutnya hingga

hasil penelitian mencapai indikator keberhasilan. Hasil refleksi dijadikan

landasan untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan siklus-siklus

berikutnya hingga indikator pencapaian dianggap tuntas.

3. Penulisan laporan penelitian

E. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran IPS

yang dilihat dari ketercapaian KKM. Indikator keberhasilan ketuntasan hasil

(44)

F. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data penelitian ini ada 2 macam, yaitu :

1. Data kualitatif: hasil observasi guru dalam proses pembelajaran, hasil

observasi siswa, hasil wawancara dengan guru mata pelajaran dan siswa,

catatan lapangan, serta dokumentasi.

2. Data kuantitatif: nilai tes siswa untuk mengukur hasil belajar siswa.

3. Sumber data diperoleh dari guru mata pelajaran dan siswa kelas V MI

Al-Falah.

G. Instrumen-instrumen Pengumpulan data yang digunakan 1. Instrumen tes

a. Lembar observasi, berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran.

Dalam penelitian ini aspek yang diukur adalah kegiatan siswa dan guru

dalam pembelajaran.

Kisi-kisi Observasi Tabel. 1

No. RumusanMasalah Kegiatan Indikator Sumber

(45)

Penilaian Pre Tes dan Post Tes

b. Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden.

Kisi-kisi Wawancara Tabel. 2

No. Rumusan Masalah Kegiatan Indikator No.

item

Penilaian Pre tes dan Post tes

(46)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan melakukan

observasi terhadap proses pembelajaran, melakukan wawancara, membuat

catatan lapangan, lembar observasi, dokumentasi, dan merekapitulasi nilai hasil

belajar yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus.

I. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (trustworthiness) Studi

Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih

dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yaitu orang-orang di luar sampel

(subjek) yang telah ditetapkan. Dalam hal ini di luar subjek yang sudah

ditetapkan. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah

instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya atau

tidak.

J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis 1. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.4

2. Interpretasi Hasil Analisis

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau

penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus

menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes, gain

menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah

pembelajaran yang dilakukan guru. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut,

menggunakan Normalized Gain.

4

(47)

G = skor post test – skor pre test

skor ideal – skor pre test

Dengan kategori:

g tinggi : nilai (g) > 0,70

g sedang : 0,70 > (g) > 0,3

(48)

34

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah 1. Profil Madrasah

a. Nama Madrasah : MI. Al-Falah

b. No. Statistik : 121231750044

c. Status Madrasah : Swasta (Terakreditasi B)

d. Alamat Madrasah : Jalan Raya Bekasi KM. 26 Kel.

Ujung Menteng Kec.Cakung Kota Jakarta Timur

e. NPWP : 02.181.979.2.006.00

f. Badan Penyelenggara : Yayasan

g. Nama Badan penyelenggara : YPI Al-Falah

h. Alamat Badan Penyelenggara : Jalan Raya Bekasi KM. 26 Kel.

Ujung Menteng Kec. Cakung Kota Jakarta Timur

i. No. Akte Pendirian : 412

j. No. Telp. Yayasan : 021-4601334

k. Kepemilikan Tanah

1. Luas Tanah : 2200 meter

2. Status Tanah : Wakaf

l. Nama Kepala Sekolah : Hj. Lilis Muslihah

m.Keadaan Gedung

1. Status Gedung : Milik

2. Bangunan Fisik : Permanen

(49)

2. Data Sarana Prasarana

Tabel. 3

No. Jenis Jumlah

Sarana dan

Prasarana

Rusak

Ringan

Rusak

Sedang

Rusak

Berat

1. Ruang Kelas 6 - 4 2

2. Ruang Guru 1 - - -

3. Ruang Tata Usaha 1 - - -

4. Papan Pengumuman 2 - - -

5. Papan Kelas 6 4 2 -

6. Meja Guru 13 - - -

7. Kursi Guru 13 - - -

8. Lemari Guru 13 - - -

9. Lemari Kelas 6 - - -

10. Meja Anak Didik 192 - - -

11. Kursi Anak Didik 192 - - -

12. Mading Madrasah 2 - - -

13. Tempat Ibadah 1 - - -

14. Kantin 1 - - -

(50)

16. WC Siswa 2 - - -

17. Lapangan Olahraga 1 - - -

18. Gudang 1 - - -

Jumlah 455 4 2 2

3. Keadaan Murid

Tabel. 4

Kelas

Murid

Jumlah Siswa

Ket

Laki-Laki Perempuan

I 12 15 27

II 17 16 33

III 18 20 38

IV 16 19 34

V 14 11 25

VI 13 17 30

Gambar

TABEL 1 Kisi-kisi Observasi
Grafik 1. Hasil Persentase N-Gain Siklus I
 Tabel. 1
 Tabel. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN ANGGARAN 2012 PEMERINTAH

(NaOH) dengan buffer natrium karbonat (Na 2 C0 3 ) sebagai penetral pH dalam proses. pembentukan metana (CH

The companies that have institutional ownership can monitor the company's management to reduce agency cost which can lead to too much debt on the company. Therefore, by

 Berdasarkan variabel Kualitas hidup masyarakat : Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,780 yang lebih besar dari 0,05 maka kesimpulannya variabel harga

[r]

[r]

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pedagogik Prodi Pendidikan Guru Sekolah

Untuk berperilaku penggunaan kondom bagi pekerja seks dibutuhkan juga fasilitas pendukung yang memadai dengan sistem pelayanan yang mudah diperoleh misalnya; pekerja seks yang