SRI SUHARSINI
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP
NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh SRI SUHARSINI
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan ke-mampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperde-ngarkan melalui teknik diskusi siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Ne-geri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data hasil observasi dari setiap siklus menjadi dasar atau bahan perbaikan pada siklus berikutnya.
SRI SUHARSINI
ii
dengan persentase 15.63% siswa yang belum mencapai KKM 27 orang dengan persentase 84.37%. Siklus I nilai rata-rata siswa 70.83 yang sudah mencapai KKM 12 orang dengan persentase 37.50 siswa yang belum mencapai KKM 20 orang dengan persentase 62.50%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa 84.38 siswa yang sudah mencapai KKM 29 orang dengan persentase 90.62% siswa yang belum mencapai KKM 3 orang dengan persentase 9.38%. Hasil yang diperoleh mengalami peningkatan dari prasiklus ke siklus I meningkat 21.87% dan dari pra-siklus ke pra-siklus II meningkat 74.99 %.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP
NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
SRI SUHARSINI
Penelitian Tindakan Kelas
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. …………
Sekretaris : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd.…………
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. …………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP : 19600315 198503 1 003
Judul PTK : PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG
DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Nama Mahasiswa :
Sri Suharsini
No. Pokok Mahasiswa : 1013116019
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. NIP 19590722 198603 1 003 NIP 19510614 198103 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
vi
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini nama mahasiswa : Sri Suharsini
NPM : 1013116019
program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa
1. penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang Diperdengarkan Melalui Teknik Diskusi Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Ga-dingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013”adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain de-ngan cara yang tidak sesuai dede-ngan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiaris
2. hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Uni-versitas Lampung.
Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidak-benaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, dan saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai hukum yang berlaku.
Gadingrejo, 05 November 2012 Pembuat pernyataan
Mahasiswa,
vii MOTO
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika
orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.
vii MOTO
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika
orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.
ix
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena berkat karuniaNya sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkat-an Kemampu“Peningkat-an Menemuk“Peningkat-an Hal-hal y“Peningkat-ang Menarik dalam Dongeng y“Peningkat-ang
Diper-dengarkan Melalui Teknik Diskusi Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1
Ga-dingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini saya sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas segala bantuan keilmuan, dukungan dan pemikirannya kepada yang terhormat
1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, dan selaku dosen pembimbing I;
2. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd., dosen pembimbing II; 3. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd., dosen pembahas;
4. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pen-didikan Universitas Lampung;
5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;
6. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pringsewu dan staf yang telah memberi kesempatan belajar bagi penulis di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
x
8. Drs. Alamsyah, selaku Kepala SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu;
9. Vita Artanti, S.Pd., teman sejawat sebagai pengamat (observer dan kolaborator) dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini
10. seluruh dewan guru, karyawan beserta staf tata usaha SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu;
11. siswa-siswi kelas VII 9 (sembilan) SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013;
12. semua kawan-kawanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung 13. seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung;
14. suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat.
Penulis menyadari penelitian tindakan kelas ini masih jauh dari kesempurnaan, tak ada gading yang tak retak. Semoga penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi kita dan sebagai sumbangsih penulis dalam keilmuan pendidikan pada pen-didikan Bahasa dan Seni. Amin.
Bandarlampung, 05 November 2012 Penulis
xi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Sri Suharsini, dilahirkan di Gunung Kidul Yogyakarta pada tanggal 18 April 1965, putri kelima dari Bapak Suradiman dan Ibu Tugiyem. Menikah dengan Jan Evradus Sudarno, S. Pd., M.Pd., pada 22 Juni 1992, dikaru-niai tiga orang anak laki-laki; Albert Agustinus Sudarno, lahir pada tanggal 9 Agustus 1993, Bagas Epafras Sudarno, lahir pada tanggal 3 Agustus 1994, dan Julian Kevin Sudarno, lahir pada tanggal 4 Juli 1996.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) lulus 1977 pada SD BOPKRI I Wonosari Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus 1981 pada SMP Negeri 1Wonosari Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah Pendidikan Guru (SPG) lulus 1984 pada Sekolah Pendidikan Guru Negeri Wonosari Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Diploma II/Akta II lulus 1986 pada Pendidikan Seni Tari IKIP Yogyakarta.
xii DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
HALAMAN JUDUL iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN PTK iv
PERNYATAAN vi
1.1 Latar Belakang Masalah ...…………...………. 1
1.2 Rumusan Masalah ...…. 4
1.3 Tujuan Penelitian ...……...………..……. 5
1.4 Manfaat Penelitian ……… 5
BAB II LANDASAN TEORI 6 2.1 Mendengarkan ……… 6
2.1.1 Pengertian Mendengarkan ….……….………... 6
2.1.2 Tujuan Mendengarkan ………..………. 7
2.2 Dongeng ……… 7
2.2.1 Pengertian Dongeng ………. 8
2.2.2 Mendengarkan Dongeng ……….. 9
2.2.3 Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng ………….…. 10
2.3 Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran ……… 10
2.3.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ….……… 12
2.3.2 Teknik Diskusi ……….. 16
2.3.3 Pengertian Teknik Diskusi ……….. 17
2.3.4 Tujuan Teknik Diskusi ………. 19
2.3.5 Penerapan Teknik Diskusi ………. 20
2.3.6 Kelebihan Teknik Diskusi ………. 21
2.3.7 Kekurangan Teknik Diskusi ………. 22
xiii
Halaman
3.1 Rancangan Penelitian ……… 24
3.2 Setting Penelitian ……….. 25
3.2.1 Tempat Penelitian ……….. 25
3.2.2 Waktu Penelitian ………... 25
3.3 Subjek Penelitian ... 25
3.4 Prosedur Penelitian ……… 26
3.4.1 Perencanaan (Planning) ……… 26
3.4.2 Pelaksanaan (Acting) ……… 26
3.4.2.1 Prasiklus ……… 27
3.4.2.2 Siklus I ………... 27
3.4.2.3 Siklus II ………. 29
3.4.3 Observasi (Observating) ……… 32
3.4.4 Refleksi (Reflecting) ……….. 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ……… 32
3.5.1 Penjelasan Indikator Penilaian Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng Melalui Teknik Diskusi ……… 34 3.5.2 Langkah-langkah Analisis Data ……… 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 4.1 Hasil penelitian ………. 42
4.2 Pelaksanaan Siklus 1 ………. 42
4.2.1 Tahap Perencanaan ……….. 42
4.2.2 Tahap Pelaksanaan ……… 43
4.2.3 Observasi Tindakan ………... 43
4.2.4 Refleksi ………. 44
4.3 Pelaksanaan Siklus II ………. 46
4.3.1 Tahap Perencanaan ……….. 46
4.3.2 Tahap Pelaksanaan ……… 47
4.3.3 Observasi Tindakan ……….. 48
4.3.4 Refleksi ………. 48
4.4 Hasil Belajar Siswa ……… 51
4.5 Pembahasan ……… 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ……….. 58
5.2 Saran ………. 59
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Indikator dan Deskriptor Penilaian Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang diperdengarkan Melalui Teknik Diskusi Siswa ……….……...
33
3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru ………... 36 3.3 Instrumen Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) ……….
38
3.4 Instrumen Penilaian Observasi Siswa ………. 38 3.5 Tolok ukur penilaian kemampuan siswa dalam menemukan
hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi ……….…….
41
4.1 Hasil Observasi Tindakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Aktivitas Siswa dalam belajar pada siklus I ……….
44
4.2 Hasil Observasi Tindakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Aktivitas Siswa dalam belajar pada siklus II ………
48
4.3 Data Ketuntasan Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang Diperdengarkan Melalui Teknik Diskusi ………
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Histogram Hasil belajar siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II ……….
51
4.2 Histogram nilai rata-rata siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II ………..
52
4.3 Histogram siswa yang telah tuntas pada prasiklus, siklus I dan siklus II ………..
53
4.4 Histogram siswa yang belum tuntas pada prasiklus, siklus I dan siklus II ………...
53
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Silabus ……….. 62
2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 63
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ……….…….. 68
3. a. Dongeng ”Si Janda dan Ketela Pohon” ……… 73
b. Dongeng ” Sidang Belawan” ……… 75
4. Instrumen Penelitian ………. 79
5. a. Lembar Kerja Siswa Siklus I ……… 81
b. Lembar Kerja Siswa Siklus II ……….…….. 89
6. Data Hasil Belajar Siswa ……….. 97
7. Surat Keterangan Kepala Sekolah ……… 103
8. a. Kesediaan Sebagai Teman Sejawat ……….…….. 104
b. Surat Pernyataan Teman Sejawat ……….. 105
9. a. Lembar Penilaian Teman Sejawat (Siklus I) ………. 106
b. Lembar Penilaian Teman Sejawat (Siklus II) …………...… 111
10 a. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) pada Siklus I …. 116 b. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) pada Siklus II … 120 11. Photo Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ………. 124
12. Surat Keterangan Melaksanakan PKM/PPL ………. 127
13. Daftar hadir seminar proposal ………... 128
14. a. Kartu Usulan Dosen Penguji Utama ………. 129
b. Kartu Usulan Dosen Pembimbing I ……….. 130
c. Kartu Usulan Dosen Pembimbing II ………. 131
d. Kartu Matrik ……….. 132
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan pada berbagai kesibukan
mendengarkan. Apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini, sejalan dengan
per-kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dituntut untuk mampu
mendengarkan berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik melalui berbagai
media, seperti radio, televisi, telepon, dan internet, maupun melalui tatap muka
se-cara langsung. Berbagai lembaga, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta,
sering mendatangkan para pakar yang sesuai dengan bidang informasi yang
dibu-tuhkannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui kegiatan rapat,
ce-ramah, seminar, diskusi, debat, simposium, dan sebagainya. Kegiatan semacam
itu, peserta dituntut untuk memiliki keterampilan mendengarkan yang memadai.
Jika diperinci, minimal ada empat peran mendengarkan dalam kehidupan, yaitu
sebagai landasan belajar bahasa, penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan
menulis, pelancar komunikasi, dan penambah informasi. Apabila dibandingkan
dengan aktivitas berbahasa yang lain, aktivitas mendengarkan selalu melebihi
ke-giatan berbicara, membaca, dan menulis (hasil penelitian Paul T. Rankin:
mende-ngarkan: 42%; berbicara: 25%; membaca: 15%; menulis: 11% ). Hal itu
2
Mengingat betapa pentingnya peran mendengarkan dalam kehidupan manusia
ma-ka pembelajaran mendengarma-kan sebagai bagian dari pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SMP/MTs sudah selayaknya mendapat perhatian yang sama
dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Pembelajaran
mende-ngarkan perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh sebagaimana pembelajaran
keterampilan berbahasa yang lain. Agar dapat melaksanakan pembelajaran
men-dengarkan dengan baik, guru dituntut memiliki keterampilan menmen-dengarkan yang
memadai dan dapat mengelola pembelajaran mendengarkan secara efektif.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan
membe-kali siswa untuk mengembangkan bahasa di samping aspek penalaran dan hafalan
sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk bahasa
dan sastra. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara
total-itas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor
(kete-rampilan). Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak
sis-wa untuk mendengarkan, menyajikan teknik yang dapat dilihat, memberi
kesem-patan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehingga terjadi
dialog kreatif yang menunjukkan proses pembelajaran yang interaktif.
Hasil survei awal yang dilakukan oleh teman sejawat (observer dan kolaborator)
ditunjukkan bahwa kualitas pembelajaran menemukan hal-hal yang menarik dari
dongeng yang diperdengarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
kelas VII semester I SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013 masih
rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa kelas VII dalam tes
semes-3
ter 1 yang hanya mencapai nilai 63.75. Standar ketuntasan minimal belajar atau
kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran bahasa dan sastra
Indo-nesia pada siswa kelas VII semester I SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran
2012/2013 adalah 70. Indikator yang telah ditentukan tercapai, yaitu 75% siswa
memeroleh nilai sesuai atau melebihi KKM.
Kemampuan mendengarkan merupakan keterampilan pertamakali yang digunakan
siswa dalam proses pembelajaran sebelum kemampuan yang lain, seperti
memba-ca, berbicara, dan menulis. Dengan demikian kemampuan mendengarkan adalah
keterampilan terpenting sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti
membaca, berbicara, dan menulis dan mempunyai peran yang sangat penting
da-lam menerima berbagai informasi secara cepat dan tepat. Guru membacakan
do-ngeng bagi siswa dalam kelas dan guru menugaskan siswa untuk menemukan
hal-hal yang menarik dalam dongeng merupakan kegiatan pembelajaran untuk
me-ningkatkan keterampilan siswa dalam mendengarkan. Mengatasi rendahnya
kuali-tas pembelajaran siswa dalam menguasai kompetensi dasar 5.1 tentang
menemu-kan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarmenemu-kan, maka perlu
dicari-kan pemecahannya. Hasil belajar siswa pada kompetensi dasar ini dipengaruhi
o-leh keterampilan siswa dalam mendengarkan dan teknik pembelajaran yang
digu-nakan oleh guru. Hasil survei awal yang dilakukan oleh teman sejawat (observer
dan kolaborator) ditunjukkan bahwa teknik pembelajaran yang digunakan guru
a-dalah teknik ceramah, sehingga memengaruhi hasil belajarnya yang rendah.
Peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini, mencoba menggunakan teknik
4
teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal
menarik dari dongeng yang diperdengarkan.
Kelebihan teknik diskusi menurut Armai Arief, disebutkan antara lain, (a) suasana
kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada
ma-salah yang sedang didiskusikan, (b) dapat menaikan prestasi kepribadian individu,
seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan
sebagai-nya, (c) kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka
mengi-kuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan, (d) siswa dilatih
belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu
musyawarah, (e) membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik,
(f) tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh
pra-sangka dan sempit. Seseorang menggunakan teknik diskusi dapat
mempertim-bangkan alasan-alasan atau pikiran-pikiran orang lain (Armai Arief, 2002).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu diadakan penelitian tindakan
kelas terhadap kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng
yang diperdengarkan dengan mendengarkan dongeng dalam mencapai tujuan di
kelas VII SMP semester 1 Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Penulis
perlu melakukan penelitian tentang: “Peningkatan kemampuan menemukan
hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi
sis-wa kelas VII semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
5
”Bagaimanakah pembelajaran melalui mendengarkan dongeng dapat
meningkat-kan kemampuan menemumeningkat-kan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang
diperde-ngarkan melalui teknik diskusi siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 1
Gading-rejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2012/2013?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan diadakan
peneli-tian tindakan kelas sebagai berikut
“Meningkatkan kemampuan menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng
yang diperdengarkan melalui teknik diskusi siswa kelas VII semester 1 SMP
Ne-geri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013”.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Siswa mampu menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang
diperde-ngarkan melalui teknik diskusi dengan baik.
b. Membantu guru dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya
keterampilan menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang
diperde-ngarkan melalui teknik diskusi.
c. Secara keilmuan dapat menambah khasanah perbendaharaan ilmu pengetahuan,
serta dapat mendorong peneliti untuk meneliti hal serupa dengan kajian yang
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Mendengarkan
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
seba-gai berikut: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap kemampuan
tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga kemampuan lainnya dengan cara
yang beraneka rona, salah satunya adalah mendengarkan.
2.1.1 Pengertian Mendengarkan
Mendengarkan adalah proses aktif menerima rangsangan (stimulus) suara dengan
telinga. Melalui penangkapan makna dan pemahamannya selanjutnya si penerima
rangsangan melakukan aksi sesuai makna yang ditangkapnya.
Kemampuan mendengarkan merupakan salah satu kemampuan berbahasa pertama
ketika manusia memperoleh bahasa. Mendengarkan sangat diperlukan dalam
ke-hidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat
se-bagai sarana berinterkasi dan komunikasi. Kemampuan mendengarkan merupakan
keterampilan pertamakali yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran
sebe-lum kemampuan yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis. Dengan
de-mikian kemampuan mendengarkan adalah keterampilan terpenting sebelum
7
Mendengar menurut Suratno adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi
o-leh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan sadar
akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan
men-dengar yang dilakukan dengan sengaja penuh perhatian terhadap apa yang
dide-ngar (Suratno, 2006:1-2).
2.1.2 Tujuan Mendengarkan
Tujuan mendengarkan adalah, (1) mendengar untuk kesenangan: orang
mende-ngarkan sandiwara radio; mendemende-ngarkan musik dan sebagainya, (2)
mendengar-kan untuk mendapatmendengar-kan informasi memiliki fungsi antara lain: untuk
mendapat-kan fakta dan detail informasi; untuk mendapatmendapat-kan arahan dan instruksi dari
pim-pinan; mencoba memahami sudut pandangan orang lain; mencari solusi untuk
me-nyelesaikan konflik dalam tim dan memecahkan problem, (3) mendengarkan
un-tuk membantu mendengarkan keluh-kesah teman atau kerabat (Abidin, 2006:
241).
2.2. Dongeng
Dongeng adalah cerita fiksi atau cerita khayalan yang banyak mengandung pesan
moral dan biasanya diceritakan turun-temurun dari satu generasi ke generasi
beri-kutnya secara lisan. Dalam dongeng terdapat unsur-unsur intrinsik. Unsur
intrin-sik adalah unsur pembangun karya sastra. Unsur intrinintrin-sik dongeng adalah sebagai
berikut, (a) tema, yaitu ide dasar, ide pokok, atau gagasan yang menjiwai
keselu-ruhan cerita. Misalnya tema penindasan dalam cerita “Bawang Merah dan
Bawang Putih”, (b) amanat, yaitu pesan atau nasihat yang ingin disampaikan
8
akan membawa celaka, (c) tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh dalam
cerita dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah
tokoh yang paling banyak diceritakan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang porsi
penceritaannya lebih sedikit. Misalnya, tokoh dongeng “Situ Bagendit” adalah
Nyi Bagendit, (d) watak adalah karakter atau sifat tokoh. Watak-watak tokoh
da-pat dikenali melalui perkataan, perbuatan, pikiran, dan reaksi tokoh, (e) latar atau
setting adalah tempat dan waktu kejadian. Latar dibedakan menjadi latar tempat,
misalnya di kantor, di sawah, dan di bukit; latar waktu, misalnya senja hari, siang
hari, zaman perang, dan musim hujan, (f) alur (plot) merupakan susunan peristiwa
atau kejadian yang membentuk sebuah cerita. Alur meliputi beberapa tahap, yaitu
pengantar, penampilan masalah, puncak ketegangan (klimaks), ketegangan
menu-run (antiklimaks), penyelesaian, dan perwatakan, serta amanat.
2.2.1 Pengertian Dongeng
Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang
keja-dian pada zaman dahulu yang bersifat aneh-aneh atau ajaib. Dongeng memiliki
beberapa fungsi dalam kehidupan, antara lain sebagai alat pendidikan dan sebagai
hiburan. Cerita-cerita dongeng banyak memuat pelajaran moral yang dapat
diam-bil hikmahnya.
Dongeng adalah cerita tentang sesuatu hal yang tidak pernah terjadi dan juga tidak
mungkin terjadi (fantastis belaka). Cerita fantastis ini seringkali berhubungan
de-ngan kepercayaan kuno, keajaiban alam, atau kehidupan binatang, sering juga
9
Supaya kita dapat menceritakan kembali isi dongeng yang kita dengarkan dan
me-ngungkapkan hal-hal menarik dari dongeng, kita akan melakukan aktivitas
beri-kut: (1) mendengarkan dongeng, (2) menceritakan kembali isi dongeng secara
li-san, (3) menilai kemampuan menceritakan kembali isi dongeng secara lili-san, dan
(4) mengungkapkan hal-hal menarik dari dongeng.
2.2.2 Mendengarkan Dongeng
Mendengarkan dongeng memiliki banyak manfaat bagi anak. Mendengarkan
do-ngeng dapat mengembangkan daya pikir dan imajinasi, kemampuan berbicara,
serta daya sosialisasi karena melalui dongeng anak dapat belajar mengetahui
ke-lebihan orang lain sehingga mereka jadi lebih sportif. Mendengarkan dongeng,
pembaca dapat mengingat tokoh dalam dongeng dan akan selalu diingat oleh anak
bahkan hingga mereka beranjak dewasa, baik yang dianggap tokoh yang baik
ma-upun yang jahat.
Berdasarkan isinya, dongeng terdiri atas 5 macam, (1) fabel yaitu dongeng yang
berisi tentang dunia binatang, contohnya dongeng ”Kancil dengan Buaya” dan
do-ngeng ”Kancil Mencuri Mentimun”, (2) legenda yaitu dodo-ngeng yang berhubungan
dengan keajaiban alam, biasanya berisi tentang kejadian suatu tempat, contohnya
dongeng ”Rawa Pening” dan dongeng ”Terjadinya Danau Toba”, (3) mite yaitu
dongeng tentang dewa-dewa dan makhluk halus. Isi ceritanya tentang
kepercaya-an kepercaya-animisme, contohnya dongeng ”Nyi Roro Kidul”, (4) sage yaitu dongeng ykepercaya-ang
banyak mengandung unsur sejarah. Karena diceritakan dari mulut ke mulut, lama
kelamaan terdapat tambahan cerita yang bersifat khayal, contohnya dongeng
pen-10
didikan atau cerita pendek dan sederhana yang mengandung ibarat atau hikmah
sebagai pedoman hidup, contohnya dongeng ”Si Malin Kundang”.
2.2.3 Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng
Hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng terletak pada perubahan nasib
pelaku-nya, konflik yang terjadi, dan amanat yang dapat diambil sebagai suatu nilai didik.
Dongeng biasanya menghibur dan mengandung nilai pendidikan. Misalnya, pada
dongeng ”Si Malin Kundang”, kita akan terhibur dengan kesuksesan Malin
Kun-dang yang bisa menjadi saudagar kaya raya, hidup mewah di kapal, dan
memu-nyai istri yang cantik. Selain mengandung hiburan, cerita ”Si Malin Kundang”
ju-ga menju-gandung pendidikan moral, yaitu jika sudah menjadi orang yang berhasil
janganlah menyia-nyiakan orang tua karena akan menjadi anak yang durhaka.
2.3 Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan pengertian
yang sama; artinya, orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian
yang sama dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan istilah
meto-de meto-dengan pengertian yang sama meto-dengan penmeto-dekatan; meto-demikian pula meto-dengan istilah
teknik dan metode. Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang
berbeda, walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan.
Pende-katan mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan
dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar
teore-tis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain
11
bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada
lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan
(Ra-melan, 1982:34).
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup
pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan
diajar-kan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya.
Pe-milihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan
a-gar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu
di-dasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode
ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain, pendekatan
me-rupakan dasar penentu metode yang digunakan. Metode mencakup pemilihan dan
penentuan bahan ajar, penyusunan serta kemungkinan pengadaan remedi dan
pe-ngembangan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini, setelah guru menetapkan tujuan
yang hendak dicapai kemudian ia mulai memilih bahan ajar yang sesuai dengan
bahan ajar tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar yang telah dipilih
itu, yang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan
serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut disusun
me-nurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah berlanjut pada yang lebih
sukar. Di samping itu, guru merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan
remedi serta mengembangkan bahan ajar tersebut.
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah
disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang
12
agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Guru
perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat
sis-wa, dan kondisi-kondisi yang lain dalam menentukan teknik pembelajaran ini.
Teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan demikian dapat
bervaria-si. Metode yang sama dalam pembelajaran dapat digunakan teknik pembelajaran
yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut. Dari uraian di atas
dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh
gu-ru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memeroleh hasil yang
op-timal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan
metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain,
pende-katan menjadi dasar penentuan teknik pembelajaran. Dari suatu pendepende-katan dapat
diterapkan teknik pembelajaran yang berbeda-beda pula.
2.3.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut Sanjaya
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses
keterli-batan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005:109).
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut Nurhadi
merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh
13
proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan dalam
kehidup-annya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2004:13).
Pada dasarnya pembelajaran kontekstual, ketika guru menyampaikan konsep
pem-belajaran berusaha memberikan sesuatu yang nyata bukan sesuatu yang abstrak
sesuai dengan lingkungan sekitar anak sehingga pengetahuan yang diperoleh anak
dengan pembelajaran di kelas merupakan pengetahuan yang dimiliki dan
diba-ngun sendiri, ada keterkaitan dengan penerapan kehidupan sehari-hari yang bisa
dijadikan bekal untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan berdasarkan
pe-ngetahuan yang telah dibangun dan dimilikinya. Komponen utama pembelajaran
kontekstual di kelas antara lain ada tujuh sebagai berikut: (a) konstruktivisme
(constructivism), (b) menemukan (inquiry), (c) bertanya (questioning), (d)
masya-rakat belajar (learning community), (e) pemodelan (modelling), (f) refleksi
(reflec-tion), (g) penilaian sebenarnya (authentic assement). (Nurhadi, 2004:31). Adapun
uraian dari ketujuh komponen tersebut dapat dilihat pada paparan di bawah ini.
a. Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme yaitu suatu kegiatan siswa membangun pengetahuan sedikit demi
sedikit dari pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa belajar bukan
ha-nya menghafal tetapi melalui mengalami sehingga akan bermakna.
“Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman” (Sanjaya, 2005:118).
Pembel-ajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong siswa agar bisa mengkonstruksi
14
b. Menemukan (inquiry)
Menemukan (inquiry) merupakan suatu kegiatan dimana siswa berusaha
menemu-kan sendiri pengetahuan bumenemu-kan hasil mengingat-ingat fakta-fakta. “Inkuiri adalah
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
ber-pikir secara sistematis” (Sanjaya, 2009:265).
c. Bertanya (questioning)
Bertanya yaitu kegiatan bertanya dalam pembelajaran bisa guru dengan siswa,
sis-wa dengan guru, sissis-wa dengan sissis-wa bahkan sissis-wa dengan orang lain (nara
sum-ber) sebagai upaya guru dalam membimbing siswa, menggali informasi dan
meni-lai sejauh mana kemampuan yang telah diperoleh siswa (Sanjaya, 2009:266).
Pembelajaran yang produktif dalam suatu kegiatan bertanya akan sangat berguna
untuk 1) menggali informasi tentang kemamapuan siswa dalam penguasaan
ma-teri pelajaran; 2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; 3) merangsang
ke-ingintahuan siswa terhadap sesuatu; 4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang
diinginkan; 5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
Proses pembelajaran dan dalam setiap tahapan kegiatan, bertanya hampir selalu
digunakan. Kemampuan guru untuk mengembangkan teknik bertanya sangat
di-perlukan, oleh karena itu dengan teknik bertanya guru bisa mengetahui sejauh
ma-na kemampuan yang diperoleh siswa dan guru dapat membimbing siswa untuk
menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
d. Masyarakat Belajar (learning community)
Masyarakat Belajar yaitu suatu kegiatan siswa memperoleh hasil belajar dari hasil
pe-15
nerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran
melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggo-tanya bersifat heterogen, dilihat dari kemampuan dan kecepatan berpikirnya. Hasil
belajar dapat diperoleh dari hasil berbagi (sharing) dengan orang lain, antar
te-man, antar kelompok. Bagi yang sudah tahu, memberi tahu pada yang belum tahu,
yang pernah memiliki pengalaman, membagi pengalamannya pada orang lain.
Ke-beradaan masyarakat belajar diharapkan siswa mampu berinteraksi dengan teman
satu kelompok maupun lain kelompok. Siswa yang belum tahu atau belum paham
tidak malu untuk bertanya kepada temannya yang sudah tahu atau paham
me-ngenai materi yang diajarkan (Sanjaya, 2009:267).
e. Pemodelan (modelling)
Pemodelan bisa diartikan suatu contoh nyata yang ditunjukkan guru atau orang
lain bisa asli atau tiruan dan bisa berbentuk demonstrasi, pemberian contoh
ten-tang konsep-konsep. Yang dimaksud modelling adalah proses pembelajaran
de-ngan memeragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
f. Refleksi (reflection)
Refleksi yaitu berpikir kembali apa yang telah dilakukan dan apa yang akan
diper-oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Refleksi menurut Sanjaya adalah proses
penerapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
meng-urutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilalui-nya (Sanjaya, 2009:268). Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan
CTL setiap proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswanya
16
g. Penilaian Otentik (authentic assement)
Penilaian yaitu suatu kegiatan pengumpulan data dari berbagai sumber yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Ketujuh komponen tersebut
bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran sesuai dengan materi yang dibahas.
“Pe-nilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkem-bangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai
teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara
tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar
dikuasai dan dicapai” (Majid, 2007:186).
2.3.2 Teknik Diskusi
Penulis memilih teknik diskusi, yang merupakan salah satu dari teknik pembel
-ajaran bahasa Indonesia dalam pembel-ajaran menemukan hal-hal menarik dalam
dongeng. Penulis memilih teknik diskusi dalam penelitian tindakan kelas ini kare
-na teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa menemukan hal-hal
yang menarik dalam dongeng. Dalam kelas, pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning), penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Penerapan pembelajaran de
-ngan teknik diskusi dalam kelas juga dilakukan pengelompokkan kedalam kelom
-pok kecil, yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa atau lebih. Berdiskusi dalam kelom
-pok besar atau kelom-pok kecil, siswa membangun (konstruktivisme) pengetahuan
sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa bel
-ajar bukan hanya menghafal tetapi melalui mengalami sehingga akan bermakna.
17
(inquiry) suatu pengetahuan dari hasil diskusi, dan siswa berusaha menemukan
sendiri pengetahuan bukan hasil mengingat-ingat fakta-fakta. Bertanya (question
-ing) dalam pembelajaran menggunakan teknik diskusi, antara guru dengan siswa,
siswa dengan guru, siswa dengan siswa bahkan siswa dengan orang lain (nara
sumber) sebagai upaya guru dalam membimbing siswa, menggali informasi dan
menilai sejauh mana kemampuan yang telah diperoleh siswa. Membacakan do
-ngeng bagi siswa dalam kelas, kemudian siswa mendengarkan dan mendiskusikan
bersama kelompoknya adalah merupakan proses pembelajaran dengan meme
-ragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa yaitu pembelajaran
pemodelan (modelling). Pembelajaran dengan teknik diskusi siswa diharapkan
mampu untuk melakukan refleksi (reflection) yaitu berpikir kembali apa yang te
-lah dilakukan dan apa yang akan diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajar
-annya. Penilaian dalam proses pembelajaran menggunakan teknik diskusi, guru
dapat mengumpulkan data dari berbagai sumber yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa.
2.3.3 Pengertian Teknik Diskusi
Diskusi merupakan kegiatan yang banyak manfaatnya, baik menambah
penge-tahuan, mendapat penghargaan orang lain, maupun sebagai alat tukar-menukar
in-formasi. Dengan demikian, diskusi pada hakikatnya memberikan peluang bagi
sis-wa untuk menambah sis-wasis-wasan dan ilmu pengetahuan. Ketika terjadi diskusi,
pe-serta diskusi berbicara dan menyampaikan pendapat sehingga ada tuntutan
ke-mampuan dan keterampilan dalam menyampaikan pendapat. Cara menyampaikan
pendapat secara baik berarti menyampaikan pendapat dalam konteks yang masuk
18
menyampaikan pendapat dalam diskusi harus analitis, yang artinya dapat
menge-mukakan pendapat secara sistematik dan teratur. Untuk itu, diperlukan
pendalam-an masalah dpendalam-an pembiasapendalam-an untuk mengemukakpendalam-an pendapat secara lpendalam-angsung dpendalam-an
tidak berbelit-belit. Berdasarkan hal tersebut, diskusi adalah kegiatan yang
dilak-sanakan oleh beberapa orang untuk mencapai kesepakatan bersama. Semua
ang-gota dalam pelaksanaan diskusi memberikan sumbangan pemikiran atas masalah
yang dibahas. Sumbangan demi sumbangan ditampung yang akhimya
menghasil-kan satu kesimpulan dan kesepakatan bersama.
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru di sekolah ketika mempelajari materi pelajaran dengan
memperde-batkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan
objektif. Di dalam diskusi terjadi saling tukar menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif
se-bagai pendengar saja. Teknik diskusi dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa
dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya dalam
me-mecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan dirinya dan lingkungan
seki-tarnya. Adapun teknik diskusi dalam pembelajaran yaitu melaksanakan diskusi
dalam menguasai pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang disajikan oleh
gu-ru untuk mencapai kesepakatan bersama atas dasar hasil sumbang saran setiap
anggota diskusi. Teknik diskusi adalah satu dari alat yang paling berharga dalam
daftar strategi yang dimiliki pengajar, seringkali pengajar dari kelas besar merasa
bahwa ia harus menggunakan teknik ceramah karena diskusi tidak mungkin
digu-nakan. Sebenarnya diskusi bisa digunakan dalam semua kelas besar maupun kecil.
te-19
tapi kelas besar bukan penghalang bagi kemampuan pengajar mendorong
partisi-pasi serta berpikir siswa (Roestiyah, 2008:5).
Perlunya pengembangan teknik diskusi dalam pembelajaran mendengar bagi para
siswa baik pada pendidikan dasar maupun menengah. Hal ini dikaitkan pada
kele-bihan dan kekurangan teknik diskusi itu sendiri dalam pembelajaran. Dalam
dis-kusi terjadi proses pemikiran yang rasional kemudian diungkapkan dalam
rang-kaian kalimat yang tersusun rapi agar dapat diterima oleh peserta diskusi lainnya
(Roestiyah, 2008:6).
2.3.4 Tujuan Teknik Diskusi
Adapun tujuan teknik diskusi menurut Parera dapat diklasifikasikan dalam tiga
bagian yang dapat dilihat pada paparan di bawah ini.
1. Tujuan dan kebutuhan logis
Diskusi menjadi tempat konsultasi untuk menambah pengetahuan, mendapat
informasi, meluaskan pengalaman, dan membuka pandangan. Di samping itu,
ia menjadi koordinasi karena adanya kontak komunikasi.
2. Tujuan dan kebutuhan manusiawi
Ia menjadi tempat untuk mendapatkan pengakuan atau penghargaan,
menam-pilkan kelompok atau individu, menyatakan partisipasi, memberikan dan
men-dapat informasi serta menunjukkan interaksi.
3. Tujuan dan kebutuhan diskusi itu sendiri
Ia menjadi tempat tukar-menukar informasi, tempat mempertajam pengertian
pendapat, ia menjadi tempat konsultasi dan penggugahan pendapat, ia menjadi
20
motivasi dan keyakinan atau penyesuaian, mengembangkan kerja sama dan
meramalkan partisipasi (Parera, 1991:184).
2.3.5 Penerapan Teknik Diskusi
Secara lebih terperinci langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam
mem-persiapkan penerapan teknik diskusi tersebut ada 4 langkah antara lain
a. para siswa dengan bimbingan guru mempersiapkan alat atau sarana untuk
me-laksanakan diskusi;
b. salah satu teknik penerapan diskusi adalah dengan cara “panel”. ditunjuk
bebe-rapa anak untuk menjadi panelis, memperagakan proses tukar pendapat di
de-pan sehingga anak-anak lain menyaksikan dan terde-pancing untuk
mengemuka-kan pendapat mereka. dan seterusnya;
c. untuk lebih meningkatkan semangat para siswa, topik yang didiskusikan
sebe-lum tampil ditentukan dengan cara diundi terlebih dahulu, para siswa diminta
berdiskusi sesama temannya, walaupun demikian saat tampil di depan menjadi
tanggung jawab masing-masing secara individual;
d. pada akhir pertemuan guru dibantu para siswa memberi kesimpulan atas
ja-waban berbagai pertanyaan yang ada pada intinya kesimpulan juga
mengako-modasi jawaban-jawaban dari siswa yang dianggap benar.
Faktor kecerdasan anak dalam proses diskusi bukan hanya yang dapat meme
-ngaruhi anak dalam berbicara. Tidak kalah pentingnya adalah faktor mental anak
(keberanian) anak dalam mengemukakan pendapatnya. Tepatnya adalah faktor
21
berani mengemukakan pendapat, berani menyanggah pendapat orang lain, dan ju
-ga berani men-gakui kebenaran pendapat orang lain jika memang benar.
2.3.6 Kelebihan Teknik Diskusi
Kelebihan teknik diskusi menurut Roestiyah (2008:5) antara lain
1. memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembel-ajaran, misalnya: dalam pertukaran pendapat siswa berperan sebagai peserta
diskusi, berperan sebagai pemimpin diskusi, dan sebagai perumus hasil
dis-kusi (lebih-lebih jika kelompok disdis-kusi tersebut kecil jumlahnya);
2. melatih siswa untuk mengutarakan pendapatnya secara runtut dengan
meng-gunakan bahasa baku, sekaligus melatih siswa menghargai pendapat teman
dengan kesadaran bahwa diskusi adalah pengkajian kebenaran dan adanya
perbedaan sudut pandang adalah suatu kewajaran;
3. diskusi memberi kemungkinan perluasaan informasi, bahkan penambahan
informasi baru bagi pesertanya (siswa);
4. diskusi memberi kesempatan kerjasama, siswa yang cenderung cerdas dapat
membantu siswa yang cenderung lambat belajar;
5. diskusi melatih siswa untuk berpikir mandiri dan sekaligus meningkatkan
taraf kepercayaan dirinya;
6. situasi pembelajaran dengan berdiskusi melatih siswa untuk hidup secara
demokratis di masyarakatnya;
7. situasi diskusi memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal diri
sendiri, mencari kemungkinan-kemungkinan yang terbaik dalam pemecahan
22
hidup tertentu, dan sekaligus meningkatkan keterampilan siswa dalam
mem-buat keputusan-keputusan dalam hidupnya;
8. situasi diskusi memberi keleluasaan guru untuk membimbing belajar siswa
(secara bervariasi), misalnya: memandu perumusan masalah yang
didiskusi-kan, menyiapkan sumber belajar, pengelompokan anggota diskusi,
pembina-an teknis berdiskusi, dpembina-an guru dapat mengambil jarak dengpembina-an kegiatpembina-an siswa
dalam rangka mengamati diskusi siswa secara evaluatif atau membuat
peni-laian proses.
2.3.7 Kekurangan Teknik Diskusi
Kekurangan teknik diskusi menurut Roestiyah (2008:6) antara lain
1. dalam situasi diskusi sulit menjamin tercapainya tujuan yang telah
ditentu-kan dalam waktu yang telah direncanaditentu-kan pula; situasi dapat berkembang
bertele-tele, penuh perbedaan pendapat, bahkan jika koordinasi serta
kepe-mimpinan diskusi tersebut lemah atau jelek situasinya dapat berkembang
menjadi penuh konflik yang menyesatkan pencapaian tujuan pembelajaran;
2. kegiatan diskusi ini akan membawa hasil sebagaimana diharapkan jika para
peserta diskusi menguasai kemampuan yang memadai untuk diskusi dan
se-kaligus bersedia bersiap diri secara pantas sebelum masuk ke situasi diskusi;
3. selain penguasaan bahan diskusi, peserta diskusi juga perlu menguasai
ke-terampilan teknis dalam berdiskusi; hal ini perlu dipalajarinya oleh peserta
diskusi pada waktu sebelum dan didalam siatuasi diskusi;
4. proses serta hasil diskusi akan kurang memadai (semu) jika pemimpin
dis-kusi kurang hasil dalam menciptakan situasi disdis-kusi yang mendorong setiap
23
diajukan peserta lain dan kurang berhasil memandu kelompok untuk aktif
dalam analisis sintesis (selama berdiskusi) agar semakin dapat menggali
ke-benaran yang luas, mendalam, dan sistematis, perlu diakui bahwa sulit untuk
menemukan seorang pemimpin diskusi yang berbobot (lebih-lebih diantara
para siswa);
5. dalam situasi diskusi dapat terjadi gejala tingkah laku peserta yang
domi-natif, di pihak lain dapat terjadi ada peserta yang berperan sebagai penonton,
dan ada pula peserta yang perhatiannya pindah objek-objek lain diluar tema
diskusi;
6. kegiatan diskusi membutuhkan fasilitas tertentu, misalnya: banyak ruangan
untuk masing-masing kelompok diskusi, mebeler yang memadai serta dapat
diatur secara luwes (mudah dipindah-pindah = bersifat mobil), dukungan
sumber relevan serta jumlahnya mencukupi kebutuhan dan kondisi yang
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tin
-dakan kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang dila
-kukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan langkah-langkah (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan atau tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi tindakan secara kola
-boratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru
se-hingga hasil belajar siswa meningkat (Kusumah, 2011: 9).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu, perencanaan,
tin-dakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan ke empat komponen tersebut
dipan-dang sebagai sebuah siklus. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam PTK ini
a-da 2 siklus, a-dapat digambarkan sebagai berikut.
25
Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang akan berlangsung
secara terus-menerus. Apabila pembelajaran menemukan hal-hal menarik dari
do-ngeng yang diperdengarkan dengan menggunakan teknik diskusi belum
mening-kat pada siklus pertama, penulis akan merencanakan tindakan siklus kedua, dan
seterusnya sampai tercapai hasil KKM 70 yang diharapkan. Dengan demikian,
jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu
rom-bongan belajar yang terdiri atas 10 ruang kelas VII, 10 ruang kelas VIII, dan 10
ruang kelas IX.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 terhitung
dari bulan September sampai dengan November 2012 (tiga bulan). Penelitian
tin-dakan kelas dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan
berlangsung sampai indikator yang telah ditentukan tercapai, yaitu 75% siswa
me-meroleh nilai sesuai atau melebihi KKM mata pelajaran bahasa Indonesia pada
SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013 yaitu
70 (tujuh puluh).
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini dilaksanakan pada kelas VII 9 (sembilan) semester
26
tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 32 siswa, yang terdiri atas 14
siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan daur ulang
atau siklus. Tiap siklus terdiri atas empat kegiatan inti, yaitu: perencanaan,
pelak-sanaan atau tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama penelitian
didahu-lukan dengan menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa
perenca-naan perbaikan (perenungan). Lalu dilanjutkan dengan tindakan yang telah
diren-canakan sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan pada siklus-siklus
se-lanjutnya.
3.4.1 Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang
ter-diri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa
(LKS), menyusun tes hasil belajar ulangan harian (UH), pekerjaan rumah (PR),
dan membuat lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.
3.4.2 Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan dilakukan pada proses pembelajaran secara terstruktur
se-suai dengan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), memberikan
lem-bar kerja siswa (LKS) dengan menerapkan teknik diskusi.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam uraian
27
3.4.2.1 Prasiklus
Penyampaian materi pembelajaran pada prasiklus adalah sebagai berikut.
1. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang hendak di
-capai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Guru menjelaskan sekilas tentang dongeng.
3. Guru membacakan dongeng “Janda dan Ketela Pohon” yang ditampilkan dan
siswa mendengarkan.
4. Siswa secara sendiri-sendiri mengidentifikasi hal-hal menarik dari dongeng.
5. Siswa merangkai ide-ide menarik dari dongeng menjadi hal menarik.
6. Siswa saling mengoreksi hasil kerjanya.
7. Guru melakukan refleksi.
Berdasarkan hasil kajian dan hasil tes tertulis pada prasiklus, guru merumuskan
keunggulan dan kelemahan yang ada pada prasiklus yang akan dijadikan bahan
pertimbangan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran pada siklus I.
3.4.2.2 Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 16 Oktober 2012 pada siswa kelas
VII 9 (Sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/
2013.
Penyampaian materi pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut.
1. Guru menentukan teknik pembelajaran dalam kelas yaitu menggunakan teknik
diskusi. Guru membentuk 5 kelompok berdasarkan jenis kelamin yang terdiri
dari 2 kelompok siswa putra dan 3 kelompok siswi putri.
28
a. memberikan informasi tentang pengertian dongeng, macam dongeng
ber-dasarkan isinya serta hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng
b. membagikan lembar kerja siswa berisi tugas yang harus dikerjakan siswa
c. menginformasikan kepada siswa cara mengerjakan lembar kerja siswa
d. menginformasikan kepada siswa bahwa guru akan membacakan dongeng
sebanyak dua kali
e. menginformasikan kepada siswa bahwa lembar kerja siswa diserahkan
ke-pada guru bila selesai mengerjakannya sesuai waktu yang disepakati
f. menginformasikan kepada siswa bahwa lembar kerja siswa akan dikoreksi
oleh guru dan hasilnya diumumkan pada pertemuan berikutnya
g. membacakan dongeng “Janda dan Ketela Pohon” bagi siswa dalam kelas,
kemudian siswa mendengarkan dan mendiskusikan bersama kelompoknya.
h. dalam diskusi mereka menuliskan hasil diskusinya berupa menuliskan
pokok-pokok isi dongeng yang disajikan secara lisan, menemukan
sekurang-kurangnya 3 ide menarik yang terdapat dalam dongeng,
membe-rikan alasan yang tepat dari apa yang siswa temukan dalam dongeng yang
diperdengarkan dan menemukan relevansi isi dongeng dengan kehidupan
sehari-hari
i. hasil diskusi kelompok ditulis pada masing-masing lembar kerja siswa
yang telah dibagikan
j. siswa menyerahkan lembar kerja siswa setelah selesai mengerjakannya
se-suai waktu yang disepakati.
29
a. indikator hasil belajar kemampuan siswa menemukan hal-hal yang
mena-rik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi tercapai
yaitu 75% atau lebih dari 75 % siswa memeroleh nilai sesuai KKM yaitu
70 (tujuh puluh) atau melebihi 70 (tujuh puluh)
b. indikator hasil perhitungan nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
pelaksanaan pembelajaran oleh guru, dan aktivitas siswa dalam belajar
ter-capai yaitu 75% atau melebihi 75%.
4. Apabila teknik diskusi yang ditentukan oleh guru terutama dalam pembagian
kelompok berdasarkan jenis kelamin memberikan hasil belajar kurang
maksi-mal maka guru harus memperbaiki kondisi kelompok berdasarkan rangking
prestasi kelas.
5. Guru melakukan refleksi. Apabila hasil belajar siswa menemukan hal-hal yang
menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi belum
mencapai 75% siswa memeroleh nilai sesuai KKM yaitu 70 (tujuh puluh) dan
hasil perhitungan nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan
pembelajaran oleh guru, dan aktivitas siswa dalam belajar belum mencapai
75% maka direkomendasikan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Hasil kajian dan hasil belajar pada siklus I, guru merumuskan keunggulan dan
kelemahan yang ada pada siklus I yang akan direkomendasikan dalam
pelaksana-an strategi pembelajarpelaksana-an pada siklus II.
3.4.2.3 Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 18 Oktober 2012 pada siswa kelas
VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013.
30
1. Guru tetap menggunakan teknik diskusi dalam pembelajaran di kelas. Guru
memperbaiki kondisi kelompok menjadi 8 kelompok berdasarkan rangking
prestasi kelas.
2. Pada pelaksanaannya, guru
a. membagikan hasil belajar siswa pada siklus I
b. siswa ditugaskan untuk memperbaiki hasil belajarnya pada siklus I
c. memberikan informasi tentang pengertian dongeng, macam dongeng
berdasarkan isinya serta hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng
d. membagikan lembar kerja siswa berisi tugas yang harus dikerjakan siswa
e. menginformasikan kepada siswa cara mengerjakan lembar kerja siswa
secara mendetail
f. menginformasikan kepada siswa bahwa guru akan membacakan dongeng
sebanyak dua kali dan dongeng yang akan dibacakan adalah dongeng
“Sidang Belawan”
g. menginformasikan kepada siswa bahwa lembar kerja siswa diserahkan
kepada guru bila selesai mengerjakannya sesuai waktu yang disepakati
h. menginformasikan kepada siswa bahwa lembar kerja siswa akan dikoreksi
oleh guru dan hasilnya diumumkan pada pertemuan berikutnya
i. membacakan dongeng “Sidang Belawan” bagi siswa dalam kelas,
kemu-dian siswa mendengarkan dan mendiskusikan bersama kelompoknya.
j. dalam diskusi mereka menuliskan hasil diskusinya berupa menuliskan
pokok-pokok isi dongeng yang disajikan secara lisan, menemukan
se-kurang-kurangnya 3 ide menarik yang terdapat dalam dongeng,
31
diperdengarkan dan menemukan relevansi isi dongeng dengan kehidupan
sehari-hari
k. hasil diskusi kelompok ditulis pada masing-masing lembar kerja siswa
yang telah dibagikan
l. siswa menyerahkan lembar kerja siswa setelah selesai mengerjakannya
se-suai waktu yang disepakati.
3. Indikator kinerja pelaksanaan penelitian tindakan kelas berhenti sampai
a. indikator hasil belajar kemampuan siswa menemukan hal-hal yang
mena-rik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi tercapai
yaitu 75% atau lebih dari 75% siswa memeroleh nilai sesuai KKM yaitu
70 (tujuh puluh) atau melebihi 70 (tujuh puluh)
b. indikator hasil perhitungan nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
pelaksanaan pembelajaran oleh guru, dan aktivitas siswa dalam belajar
tercapai yaitu 75% atau melebihi 75%.
4. Guru melakukan refleksi. Apabila hasil belajar kemampuan siswa menemukan
hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik
dis-kusi tercapai yaitu 75% atau lebih dari 75% siswa memeroleh nilai sesuai
KKM yaitu 70 (tujuh puluh) atau melebihi 70 (tujuh puluh) dan hasil
per-hitungan nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan
pembel-ajaran oleh guru, dan aktivitas siswa dalam belajar tercapai yaitu 75% atau
melebihi 75% maka siklus dihentikan.
Setelah terlaksananya siklus II ternyata hasilnya sesuai dengan target yang
32
3.4.3 Observasi (Observating)
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas, interaksi dan kemajuan belajar siswa
selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan
pe-laksanaan tindakan. Pengamatan bertujuan untuk mengamati apakah ada hal-hal
yang harus segera diperbaiki agar tindakan yang dilakukan mencapai tujuan yang
diinginkan.
3.4.4 Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi yaitu mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan, kelemahan, dan kekurangan dari proses pembelajaran yang
dilakukan diperbaiki dengan rencana selanjutnya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dilakukan selama kegiatan penelitian ini berlangsung
de-ngan tes tertulis. Tes tertulis ini digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai
siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa menemukan
hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi
pada siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo
Kabu-paten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013. Penilaian dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang
diper-dengarkan melalui teknik diskusi.
Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.
1. Menugaskan siswa menulis hal-hal yang menarik dalam dongeng yang
di-perdengarkan melalui teknik diskusi
33
3. Guru mengevaliasi pekerjaan siswa secara keseluruhan dengan
menggu-nakan indicator penilaian yang sudah ditentukan.
Indikator penilaian kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam
dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi yang disesuaikan dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Indikator uji kemampuan siswa
menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui
teknik diskusi sebagai berikut.
Tabel 3.1 Indikator dan Deskriptor Penilaian Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang diperdengarkan Melalui Teknik
Diskusi
No. Indikator Deskriptor Skor Skor
Maks
1. Kelengkapan isi/ungkapan
Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, watak, alur dan latar dalam sebuah cerita.
6 6
Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, watak dan alur dalam sebuah cerita.
5
Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, dan watak dalam sebuah cerita.
4
Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, dan tokoh dalam sebuah cerita.
3
Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema dan amanat dalam sebuah cerita.
2
Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema saja dalam sebuah cerita. sekurang-kurangnya tiga hal yang menarik dalam dongeng
3 3
34
No. Indikator Deskriptor Skor Skor
Maks
hanya dua hal yang menarik dalam dongeng
Peserta didik dapat menemukan hanya satu hal yang menarik dalam dongeng
1
Peserta didik tidak dapat menemukan ide yang menarik dalam dongeng
0
3. Ketepatan mengemukakan alasan
Peserta didik dapat mengemukakan alasannya dengan tepat
3 3
Peserta didik dapat mengemukakan alasannya dengan kurang tepat
2
Peserta didik tidak dapat
mengemukakan alasannya dengan
Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari
3 3
Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya dua relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari
2
Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya satu relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari
1
Peserta didik tidak dapat
menemukan relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari
0
Jumlah skor 15
3.5.1 Penjelasan Indikator Penilaian Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang diperdengarkan Melalui Teknik Diskusi
1. Indikator Kelengkapan Isi/Ungkapan Dongeng
Kelengkapan isi/ungkapan dongeng adalah yang meliputi tema, amanat, tokoh,
35
dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, watak dan latar dalam sebuah cerita,
maka peserta didik memeroleh skor 5. Apabila peserta didik dapat menemukan isi
dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, dan watak dalam sebuah cerita, maka
peserta didik memeroleh skor 4. Apabila peserta didik dapat menemukan isi
dongeng yang meliputi tema, amanat, dan tokoh dalam sebuah cerita, maka
peserta didik memeroleh skor 3. Apabila peserta didik dapat menemukan isi
do-ngeng yang meliputi tema dan amanat dalam sebuah cerita, maka peserta didik
memeroleh skor 2. Apabila peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang
me-liputi tema saja dalam sebuah cerita, maka peserta didik memeroleh skor 1.
2. Indikator Menemukan Hal-hal Menarik dalam Dongeng
Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga hal yang menarik dalam
dongeng. Apabila peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga hal
yang menarik dalam dongeng maka peserta didik memeroleh skor 3. Apabila
pe-serta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya dua hal yang menarik dalam
dongeng maka peserta didik memeroleh skor 2. Apabila peserta didik dapat
mene-mukan sekurang-kurangnya satu hal yang menarik dalam dongeng maka peserta
didik memeroleh skor 1. Apabila peserta didik tidak dapat menemukan ide yang
menarik dalam dongeng maka peserta didik memeroleh skor 0.
3. Indikator Ketepatan Mengemukakan Alasan
Peserta didik dapat mengemukakan alasannya dengan tepat. Apabila peserta didik
dapat mengemukakan alasannya dengan tepat maka peserta didik memeroleh skor