HUBUNGAN PANJANG LENGAN PANJANG TUNGKAI DAN POWER TUNGKAI DENGAN PRESTASI BELAJAR
LOMPAT JANGKIT SISWA KELAS VIII.C SMPN 1 WAY LIMA PESAWARAN
Oleh ;
Arief Maulana Syamsu
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
HUBUNGAN PANJANG LENGAN PANJANG TUNGKAI DAN POWER TUNGKAI DENGAN PRESTASI BELAJAR
LOMPAT JANGKIT SISWA KELAS VIII.C SMPN 1 WAY LIMA PESAWARAN
Oleh
Arief Maulana Syamsu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, manakah yang lebih berhubungan antara kondisi fisik atau kekuatan tungkai, manakah yang lebih efektif antara panjang lengan panjang tungkai dan power tungkai dengan prestasi belajar lompat jangkit, apakah ada hubungan antara panjang lengan dengan prestasi belajar lompat jangkit, apakah ada hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi belajar lompat jangkit, dan apakah ada hubungan antara power tungkai dengan prestasi belajar lompat jangkit.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN.1 Way Lima
Pesawaran. Sampel penelitian diambil dari siswa kelas VIII.C . Sampel berjumlah 27 siswa.
Instrument penelitian menggunakan leg dynaometer dan meteran. Pengumpulan data dilakukan dengan metode korelasional.
Hasil penelitian besarnya hubungan antara panjang lengan dengan hasil belajar lompat jangkit sebesar 0,7962. Besarnya hubungan antara panjang tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit sebesar 0,7319. Dan besarnya hubungan antara power tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit sebesar 0,9191. Dengan begitu
panjang lengan panjang tungkai dan power tungkai memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar lompat jangkit siswa kelas VIII.C SMPN.1 Way Lima Pesawaran dan power tungkai merupakan variable yang paling berpengaruh.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
SANWACANA ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
xiv
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Batasan Istilah ... 10
G. Mafaat Penelitian ... 11
H. Ruang Lingkup Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Belajar ... 13
1. Pengertian Belajar ... 13
2. Tujuan Belajar ... 14
3. Teori Belajar ... 16
4. Belajar Keterampilan Motorik ... 17
B. Deskripsi Teoritik ... 20
C. Kerangka Pikir ... 28
D. Hipotesis ... 29
III. METODE PENELITIAN ... 31
A. Metode Penelitian ... 31
B. Metode Penelitian dan Objek Penelitian ... 31
xv
F. Analisis Data ... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil ... 40
B. Hasil Penelitian ... 41
C. Pembahasan ... 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah
perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode
dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang olahraga yang semakin
maju dan dapat mempengaruhi perkembangan dan daya pikir siswa, begitu
pula dalam memberikan materi pelajaran semakin memilih dan menentukan
metode yang tepat harus juga memperhatikan faktor yang mempengaruhi
siswa, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam.
Olahraga adalah salah satu cara untuk mengembangkan dan meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani. Hal ini dikarenakan olahraga menggunakan
seluruh aktifitas gerak tubuh. Usaha untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam
bidang olahraga, hendaknya mulai dari olahraga pendidikan melalui jalur
pendidikan di sekolah sedini mungkin. Disamping itu seseorang juga harus
memiliki potensi dasar tubuh yang baik, baik fisik maupun mentalnya, sesuai
dengan cabang olahraga yang ditekuninya. Untuk meraih prestasi optimal
dalam bidang olahraga, ada tiga faktor yaitu enviroment (personal/ lingkungan
adalah sikap dan dukungan dari keluarga, orang-orang terdekat, masyarakat,
pemerintah dan lingkungan. Bakat adalah genetik bawaan yang merupakan
faktor keturunan. Pelatihan yaitu pengorganisasian keolahragaan, program
latihan, pelaksanaan latihan dan sebagainya, berkenaan dengan itu pendidikan
dalam dunia olahraga tidak lepas dari prestasi dan latihan, prestasi merupakan
tujuan yang ingin dicapai setinggi-tingginya, dan latihan merupakan hal yang
menentukan dalam meraih prestasi yang diharapkan.
Peranan guru diantaranya adalah memilih dan menentukan metode melatih atau
metode belajar yang tepat dan efektif agar siswa dapat mengerti dan
memahami materi pelajaran yang disajikan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membentuk
dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan anak didik, karena itu
pendidikan jasmani erat kaitannya dengan usaha-usaha pendidikan yang
terencana dalam rangka membantu perkembangan dan kemampuan anak didik
dalam intelektual keterampilan dan sikap.
Teori dan metodologi latihan juga didukung oleh banyak disiplin ilmu, seperti
yang dikatakan oleh (Harsono,1988:99) bahwa, “Riset dalam berbagai bidang
pun turut mendukung pengayaan dalam teori dan metodologi latihan. Demikian
pula, berbagai disiplin dan sub disiplin ilmu yang erat hubungannya dengan
olahraga telah dilibatkan untuk mendukung teori tersebut”.
Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak
dikenal oleh bangsa-bangsa primitif pada jaman prasejarah untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, mempertahankan diri dari
serangan-serangan binatang buas dan mengamankan diri terhadap keganasan alam.
Gerakan dalam lompat jangkit mengandung unsur kesederhanaan dan komplek,
kemudahan dan kesulitan dalam mempelajarinya dan akan mempunyai dampak
yang berbeda tergantung masing-masing siswanya.
Atletik adalah salah satu Cabang olahraga yang paling kompleks, karena
banyak nomor yang di pertandingkan dalam cabang ini, seperti berlari,
berjalan, melompat dan melempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat
dalam cabang olahraga atletik merupakan gerak dasar bagi cabang olahraga
lainnya, karena hampir semua cabang olahraga memerlukan kekuatan,
kecepatan, kelenturan, dan daya tahan oleh karena itu tidaklah berlebihan
sejarah mengemukakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga.
Cabang olahraga atletik mengandung nilai-nilai edukatif yang memegang
peranan penting dalam mengembangkan kondisi fisik serta dapat
mengembangkan sikap percaya diri, disiplin, kerjasama, sportif, dan berani.
Sehingga untuk menunjang tujuan pembelajaran, sesuai dengan tujuan
kurikulum tingkat satuan pembelajaran atletik adalah salah satu cabang
olahraga yang wajib diajarkan dari SD sampai SMA.
Cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang ada dalam
program pendidikan jasmani yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Dalam
kurikulum pendidikan jasmani dijelaskan bahwa melalui proses belajar
dan juga untuk mendidik watak kedisiplinan dan kesehatan. Dalam proses
pembelajaran atletik khususnya lompat jauh gaya jongkok terdapat faktor yang
dapat menentukan hasil pembelajaran tersebut. Faktor-faktornya antara lain
faktor bawaan atau faktor internal yang dimiliki oleh individu itu sendiri
seperti minat, motivasi, intelejensi, dan bakat.
Strategi maupun metode belajarpun ditingkatkan untuk pemahaman siswa
dalam materi pembelajaran. Dimana sistem dan model pendidikan yang
kurang optimal dapat menyebabkan pelajar sulit memahami konsep-konsep
pelajaran yang wajib dipahami. Agar tidak terjadi hal demikian, maka perlu
dikembangkan suatu model pendidikan yang secara optimal dapat
meningkatkan minat, aktivitas dan kreativitas pelajar. Adapun salah satu
upaya peningkatan kemampuan siswa terhadap materi ataupun praktek yaitu
melalui media alat bantu pembelajaran.
Selain faktor tersebut ada faktor eksternal atau faktor dari luar seperti pelatih,
guru, waktu latihan, dan penggunaaan alat Belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Harsono (1988:119) sebagai berikut ”konsekuensi yang logis dari
sistem pembelajaran dengan kualitas yang tinggi biasanya adalah prestasi yang
tinggi pula ”.
Untuk dapat berprestasi dalam nomor lompat jangkit, seorang atlet atau siswa
harus menguasai teknik dasar lompatan yang baik dan disarankan memiliki
panjang tungkai yang ideal dan power tungkai yang terlatih, karena panjang
lengan, panjang tungkai dan power tungkai merupakan faktor-faktor yang
Bila ditinjau dari ilmu beomekanika, prestasi lompat jangkit ditentukan oleh
sejumlah parameter yang berkaitan erat dengan kemampuan biomotor, yaitu
kecepatan lari sprint, kekuatan, koordinasi antara lengan dan kaki, dan irama.
Tehnik lompat jangkit terdiri tahap: Awalan, hop, step, jump, dan Mendarat.
Dari tahap tersebut kecepatan awalan dan kekuatan saat take off merupakan
tahap yang paling dominan, karena akan membentuk sikap take off yang tepat, dan juga mempengaruhi ketinggian saat melayang untuk mencapai jauhnya
jarak capai lompatan.
Kualitas teknik awalan menjelang tolakan, kualitas teknik menolak serta saat
melayang, dan kualitas teknik pendaratan merupakan komponen atau profil
teknik yang mempengaruhi hasil lompatan. Proses melompat hingga saat
berlangsung mendaratan hanya berlangsung beberapa puluh detik saja.
Unsur teknik awalan dan take off erat kaitannya dengan biomotor kecepatan dan kekuatan yang dimiliki oleh pelompat. Artinya, semakin kuat kecepatan
dan kekuatan yang dimiliki, maka kemampuan awalan dan take offnya pun
akan menghasilkan lompatan yang semakin jangkit. Hal tersebut seperti yang
dikatakan Jarver ( 1982:12 ) bahwa, jauhnya lompatan tergantung pada
kecepatan lari, kekuatan dan percepatan pada saat take off (memindahkan kecepatan horizontal ke gerakan bersudut/ vertical). Untuk bisa mengusai
tehnik dengan baik, bantuan pelatih dan guru sangatlah mutlak sekali. Pelatih
dan guru harus mampu menguraikan, mengusai gerakan tehnik lompat jangkit
yang dilaksanakan dalam urutan teknik yang mulus, berkesinambungan dan
baik. Dengan demikian ia dapat menganalisis kesalahan gerak dan faktor
sebagai penunjang untuk menganalisis gerakanan yang diterapkan oleh
prinsip-prinsip beomekanika.
Koordinasi dan bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan diperolah dari
proses belajar yaitu dengan memahi gerakan dan melakukan gerakan
berulang-ulang yang disertai kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerak yang
dilakukan.Untuk mencapai tingkat gerak tertentu, lamanya waktu yang
diperoleh oleh setiap individu berbeda-beda, ada yang memerlukan waktu
cukup lama, padahal dalam satu pembelajaran sama.
Pembelajaran hasil lompat jangkit siswa SMPN I di bidang olahraga
merupakan sasaran penting untuk sekolah sebagai prestasi non akademik,
maupun bidang akademik bagi siswanya. Untuk itu diperlukan pola latihan
yang berkesinambungan, agar tercapai peningkatkan prestasi olahraga. Faktor
kelengkapan yang harus dimiliki untuk meningkatkan prestasi olahraga adalah
pengembangan fisik, pengembagan teknik, dan kematangan tehnik. Hal
terpenting dari faktor di atas dalam meningkatkan hasil prestasi belajar
olahraga siswa adalah pengembangan fisik. Kondisi fisik adalah satu kesatuan
utuh dari komponen kesegaran jasmani, kondisi fisik adalah salah satu
prasyarat yang sangat diperlukan dalam hasil prestatasi belajar. Hasil
pembejaran siswa di bidang olahraga merupakan sasaran penting untuk sekolah
sebagai hasil belajar siswa non akademik, maupun akademik bagi siswanya.
Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara
efektif dan efisien. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas .
Dalam memperoleh hasil lompat jangkit yang maksimal dibutuhkan
lompat jangkit. Fase dalam lompat jangkit diantaranya fase awalan (hop), step,
jump, dan fase pendaratan. Fase awalan adalah melakukan lari sebelum lompat
merupakan salah satu faktor pendukung dalam mencapai hasil lompat jangkit.
Awalan dalam lompat jangkit merupakan gerakan lari yang dimulai dari
keadaan awalan berdiri dan kemudian berlari dengan kecepatan yang semakin
meningkat dari titik awal berdiri sampai dengan batas tolakan untuk
memberikan daya dan dorongan semaksimal mungkin sebelum mengalihkan
kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertikal melalui tolakan pada papan
tumpuan di depan bak lompatan.Setelah diadakan pengenalan dan observasi
serta pengamatan sementara siswa SMPN 1 Way Lima, diketahui bahwa
cabang pada olahraga atletik di Sekolah terutama pada cabang lompat jangkit
sampai saat ini belum mampu menunjukkan hasil belajar yang memuaskan.
SMPN 1 Way Lima yang berada di Kabupaten Pesawaran memiliki beberapa
fasilitas olahraga diantaranya lapangan basket, lapangan futsal, lapangan bola
voli serta lapangan atletik lompat jauh/jangkit meskipun kenyataannya fasilitas
tersebut sudah mulai rusak. Prestasi siswanya di bidang olahraga masih minim,
tetapi ada beberapa siswa yang berprestasi di bidang olahraga. Contohnya saja
Muarobin, siswa kelas VIII.C ini mendapatkan juara pertama tolak peluru
O2SN tingkat SMP Se-Kabupaten pesawaran, namun sayang ia gagal melaju
ke tingkat nasional.
Sampel yang saya teliti adalah kelas VIII.C SMPN 1 Way yang berjumlah 27
siswa, yaitu 16 putra dan 11 putri. Awal penelitian saya melakukan free test
terhadap sampel/siswa, ternyata banyak siswa yang belum menguasai dan
melakukan lompatan dengan benar. Kemudian saya memberikan pembelajaran
lompat jangkit yang benar secara seksama kepada siswa hingga siswa
menguasai teknik lompat jangkit yang benar.
Perhatian saya fokuskan terhadap latihan fisik yang menunjang power tungkai,
karena panjang lengan dan tungkai tidak dapat serta merta berubah. Latihan
yang diberikan diantaranya frog jump, lompat dengan satu kaki bergantian,
sprint. Setelah beberapa pertemuan kemudian melakukan pengambilan data.
Berdasarkan uraian tersebut Maka penulis mengadakan penelitian tentang
”Hubungan Antara Panjang lengan, Panjang Tungkai, Dan Power Tungkai
Dengan Prestasi Belajar Lompat Jangkit Siswa VIII.C SMPN 1 Way Lima.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut :
1. Belum maksimalnya prestasi belajar lompat jangkit siswa kelas VIII.C SMP
Negeri 1 Waylima.
2. Masih kurangnya pengetahuan tentang faktor yang menunjang prestasi
belajar lompat jangkit.
3. Belum diketahui dengan pasti adakah hubungan yang signifikan antara
panjang lengan, panjang tungkai dan power tungai terhadap prestasi belajar
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk
memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan identifikasi
penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi pada: hubungan panjang lengan,
panjang tungkai dan power tungai terhadap prestasi belajar lompat jangkit
siswa kelas VIII.C SMP Negeri 1 Waylima.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka
penelitian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara panjang lengan dengan prestasi
belajar lompat jangkit?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan
prestasi belajar lompat jangkit?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kekuatan tungkai dengan
prestasi belajar lompat jangkit?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui berapa besar hubungan panjang lengan, panjang tungkai
dan power tungai dengan prestasi belajar lompat jangkit siswa kelas VIII.C
2. Untuk mengetahui Manakah yang lebih berpengaruh terhadap prestasi
belajar lompat jangkit siswa kelas VIII.C SMP Negeri 1 Waylima.
F. Batasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian tentang istilah dalam penelitian
ini, maka perlu dijelaskan mengenai beberapa istilah, agar para pembaca dapat
memahami dengan jelas sehingga tidak timbul salah pengertian, istilah-istilah
tersebut, yaitu :
Hubungan, menurut (Poerwadarminta,1985:27), adalah suatu hal yang saling
terkait antara satu dengan yang lain.
1. Power,menurut (Harsono,1988 : 220), adalah “kemampuan otot untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”.
2. Lengan, menurut (Suparman,1989:26), menyatakan bahwa, skeleton
catremitas superior libarae (rangka gerak atas bebas), terdiri dari brachium
(lengan atas), antebrachium (lengan bawah) dan manus (tangan), Brachium
terdiri dari satu tulang disebut humerus, rangkanya disebut skeleton brachi.
3. Panjang lengan, menurut (Suparman,1989:27) ukuran panjang lengan
dimulai dari pangkal bahu sampai pergelangan tangan.
4. Tungkai, menurut (Suparman,1989:29) ukuran panjang tungkai dimulai dari
pangkal paha sampai pergelangan ujung kaki.
5. Siswa, menurut (Kamus Bahasa Indonesia, 2002:460), adalah seseorang
yang mengikuti kegiatan dilingkungan sekolah.
6. Lompat Jangkit, menurut (Yudha, 1999:9), merupakan salah satu nomor
maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor lompat
adalah kekuatan, kecepatan dan koordinasi gerakan secara keseluruhan.
7. Prestasi, menurut ((Poerwadarminta,1985:180), adalah hasil yang dicapai
dalam penelitian ini maksudnya adalah jauhnya lompat jangkit para siswa
atau sampel.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu sarana untuk mengkaji ulang mengenai peranan ilmu
dasar- dasar kepelatihan, dalam hubungan antara komponen kondisi fisik
terutama komponen power.
2. Bagi Siswa/ Atlet
Sebagai pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar lompat jangkit.
3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dan kajian dalam
pengembangan ilmu kepelatihan, khususnya untuk panjang lengan, panjang
tungkai dan power otot tungkai.
4. Pelatih Atletik
Sebagai rujukan dalam menerapkan teknik untuk memenangkan suatu
perlombaan.
H. Ruang lingkup penelitian
1. Objek penelitiannya adalah hubungan panjang lengan, panjang tungkai dan
2. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII.C SMP Negeri 1 Way Lima
Pesawaran.
3. Dalam Penelitian ini untuk mengukur panjang lengan dan panjang tungkai
yaitu menggunakan meteran dan tes power otot tungkai, Adapun test yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Pada dasarnya belajar mengandung arti luas. Namun, secara prinsip belajar itu
adalah perubahan dalam diri seseorang. Artinya, bahwa perbuatan belajar
mengandung semacam perubahan diri seseorang yang melakukan perbuatan
belajar itu.
Menurut Skinner (1950:22), belajar ialah tingkah laku ketika subjek belajar
responnya meningkat dan bila terjadi hal kebalikannya, angka respon menurun
karena itu belajar resminya didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam
kemungkinan/peluang terjadi respon, sedangkan menurut (Brooks, 1994)
belajar adalah pembaharuan dalam bidang pendidikan harus dimulai dari ”
bagaimana anak belajar ” dan ” bagaimana cara guru mengajar ”, bukan dari
ketentuan-ketentuan hasil.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulan bahwa belajar adalah tingkah
2. Tujuan Belajar
Menurut Peter Kline dalam Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, (2000:22), belajar akan efektif, jika dilakukan dalam suasana menyenangkan (fun and enjoy). Maka, perlu diciptakan suasana dan sistem (kondisi) belajar yang kondusip, disamping faktor lain yang akan menetukan prestasi belajarsiswa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor pengajar.
Oleh sebab itu mengajar, yang diartikan sebagai suatu usaha menciptakan
sistem lingkungan, harus memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang
fun and enjoy . sistem lingkungan belajar itu sendiri dipengaruhi berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi.
Komponen-komponen itu antara lain tujuan pembelajaran, bahan kajian yang diajarkan,
guru dan siswa yang memainkan peranan serta hubungan sosial tertentu, jenis
kegiatan yang dikembangkan, metode pembelajaran, serta media pembelajaran
yang dipilih. Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling
mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki
profil yang utuh dan komplek. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar
diperutukkan untuk tujuan-tujuan yang dengan kata lain untuk mencapai tujuan
belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula.
Dari uraian di atas, secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis :
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Ilmu pengetahuan dan
kemampuan berpikir adalah bagian yang tidak dapt dipisahkan. Dengan
mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
berpikir akan memperkaya pengetahuan.
Tujuan inilah mempunyai kecenderungan lebih besar perkembangannya di
dalam kegiatan belajar dalam hal ini peran guru sebagai pengajar lebih
menonjol. Adapun jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk
kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi),
pemberian tugas-tugas bacaan dengan cara demikian anak didik akan
diberikan pengetahuan sehingga akan menambah pengetahuannya dan
sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir
dalam rangka memperkaya pengetahuannya.
2. Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
keterampilan. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua ketermapilan
jasmani dan keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah
keterampilan yang dapat dilihat sehingga akan menitik beratkan pada
keterampilan gerak anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Termasuk dalam hal ini masalh-masalah teknik dan pengulangan.
Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berusan
dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung
pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut soal penghayatan, dan
keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan
merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal
Keterampilan ini memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih
kemampuan. Misalnya dengan cara mengungkapkan perasaan melalui
tulisan bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua
memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian
keterampilan atau menuruti kaidah tertentu dan bukan semata –mata
menghapal atau meniru cara berinteraksi dengan metode role playing.
3. Pembentukan Sikap
Dalam menumbuhkan sikap dan mental, perilaku dan pribadi anak anak
didik guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini
dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berfikir dengan
tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat,
didengar, ditiru semua perilkunya oleh para siswanya. Dalam proses
observasi mungkin juga menirukan itu diharapkan terjadi proses
internalisasi sehingga menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri
siswa untuk kemudian diamalkan.
3. Teori Belajar
Seorang guru perlu mengetahui teori belajar sehingga dapat mempertahankan
bagaimana seharusnya siswa belajar. Adapun teori yang perlu diketahui antara
lain teori conditioning dan teori conectionism. Menurut Pavlov (1990:1), teori
conditioning menekankan bahwa proses belajar mengajar diperoleh dari hasil latihan atau kebiasaan mereaksi terhadap syarat atau ransangan tertentu yang
Pengertian belajar menurut teori ini adalah perubahan yang terjadi karena
syarat-syarat (conditioning) yang kemudian menimbulkan reaksi (respon). Adapun kelemahan teori ini adalah menganggap bahwa belajar hanya
disebakan oleh latihan atau kebiasaan tanpa menghiraukan peranan pribadi
dalam memilih dan juga menetukan perbuatan dan reaksi apapun yang akan
dilakukan.
Belajar merupakan proses aktif untuk mendapatkan pengetahuan atau
pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia yang
bersangkutan. Menurut Oemar Hamalik (2003:328), belajar adalah suatu
proses dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara
siswa dengan lingkunga. Menurut Gagne (dalam Hidayat dkk 1990 : 2 ),
belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode
tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi
menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses
memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar
dan pengajar.
4. Belajar Keterampilan Motorik
Pendidikan jasmani adalah terjemahan dari ”physical education” merupakan bagian integral dari sistem pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari
program pendidikan. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan
seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang
rangka memperoleh/ meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani
pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak serta nilai-nilai dan sikap
positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
(Syaripuddin, Mahadi, 1993:4) dan Rijsdorop (1971), mengatakan bahwa
pendidikan jasmani adalalah pergaulan pedagogik dalam bidang gerak dan
kebugaran.
Tujuan pendidikan jasmani adalah membantu siswa untuk perbaikan derajat
kesehatan dan kesegaran jasmani melalui pengertian, pengembangan sikap
positif, dan keterampilan gerak dasar serta berbagai aktivitas jasmani, agar
dapat:
1. Memacu pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat
badan secara harmonis.
2. Mengembangkan kesehatan dan kesegaran jasmani, keterampilan gerak dan
cabang olahraga.
3. Mengerti akan pentingnya kesehatan, kesegaran jasmani dan olahraga
terhadap perkembangan jasmani dan mental.
4. Mengerti peraturan dan dapat mewasiti pertandingan cabang-cabang
olahraga.
5. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam
6. Menumbuhkan sikap positif dan mampu mengisi waktu luang. (Syarifuddin,
Mahadi, 1993:4).
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui penyediaan
pengalaman belajar kepada peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermain,
dan atau olahraga yang direncanakan secara sistematis, dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan guna merangsang perkembangan fisik,
keterampilan berfikir, emosional, sosial, dan moril. Pembekalan pengalaman
belajar itu diarahkan untuk membena dan sekaligus untuk membentuk gaya
hidup sehat dan aktivitas sepanjang hayat.
Salah satu dari tujuan pendidikan jasmani disekolah adalah mengembangkan
keterampilan gerak. Dalam perkembangannya melalui suatu pembinaan yang
sistematis dan teratur. Proses pembelajaran harus sejalan dengan kematangan
siswa dalam usia maupun fisik perlu dibedakan antara setiap umur yaitu dari
masa balita, anak-anak, masa remaja, dewasa dan tua.
Dengan demikian tahap perkembangan anak dalam hal ini usia SMp kelas
VIII.C merupakan proses belajar gerak dasar, bila kemampuan gerak dasar
umum telah dikuasai maka untuk mempelajari gerak kelanjutannya akan lebih
mudah untuk diarahkan guna mempelajari keterampilan yang lebih tinggi
dalam hal ini mempelajari bentuk-bentuk gerakan suatu cabang olahraga.
Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang berlangsung seumur hidup,
pendidikan jasmani sangat erat kaitannya dengan gerak manusia, prestasi yang
aktivitas atletik yaitu lompat jauh gaya jongkok adalah akibat dari pendidikan
jasmani.
B. Deskripsi Teoritik
1. Panjang Lengan
Lengan termasuk anggota rangka gerak atas (Sceleton ekstremitas Superior),
selanjutnya (Suparman, 1989:26), menyatakan bahwa, “Sceleton ekstremitas
superior terbagi menjadi dua yaitu, gelang dan rangka anggota gerak atas bahu.
Cingulum ekstremitas superior (gelang bahu) terdiri dari dua pasang tulang
yaitu, os clavicula (tulang selangka) dan os scapula (tulang belikat), sedangkan
skeleton ekstremitas superior libarae (rangka gerak atas bebas), terdiri dari
brachium (lengan atas), antebrachium (lengan bawah) dan manus (tangan),
Brachium terdiri dari satu tulang disebut humerus, rangkanya disebut skeleton
brachi. Gerakan badan dihasilkan melalui system pengungkit, yang dihasilkan
oleh kontraksi otot, selanjutnya (Soedarminto,1993;47) menyatakan bahwa ;
Pengungkit adalah suatu alat mekanik yang dimaksudkan untuk menghasilkan
gerak berputar pada sumbunya, pengungkit terdiri dari sumbu putar, tangan
bebaban dan tangan gaya, tangan beban merupakan jarak antara sumbu putar
dan titik pangkal gaya. Berdasarkan pada titik putar, tangan beban dan tangan
gaya terdapat tiga jenis pengungkit yang ditandai oleh letaknya sumbu putar,
tangan beban dan tangan gaya.
Keuntungan mekanis dari pengungkit dinyatakan oleh perbandingan antara
moment gaya. Selanjutnya (Soedarminta,1993:48) menyatakan bahwa,”
Besarnya moment gaya sama dengan gaya dikalikan jarak dari sumbu putar”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa panjang lengan akan memberikan
keuntungan yang lebih besar dalam mencapai prestasi lompat jangkit.
2. Panjang Tungkai
Seorang olahragawan yang memiliki proporsi badan tinggi
biasanya diikuti dengan ukuran tungkai yang panjang, meskipun hal itu
tidak selalu demikian. Ukuran tungkai yang panjang tidak selalu
memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan
kelincahan masih dibutuhkan komponen pendukung lain yang diperlukan
untuk membantu dalam mencapai jangkauan langkah yang panjang.
Tungkai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tulang anggota
gerak bawan atau extremitas inferior yang terdiri dari proximal ke distal
atau dari seluruh kaki dari pangkal paha kebawah. Sebagai tulang anggota
gerak bawah, tungkai juga mempunyai peranan yang penting dalam rangka
melakukan berbagai macam gerak.
Menurut Amari (1996: 175) panjang tungkai adalah ukuran
panjang tungkai seseorang mulai dari alas kaki sampai dengan trochantor
mayor, kira-kira pada bagian tulang yang terlebar di sebelah luar paha dan
tulang paha yang bergerak.
Komponen yang dibutuhkan mendukung jangkauan langkah yang
panjang di antaranya adalah kemampuan biomotor, teknik, koordinasi,
serta proporsi fisik yang bagus di dalamnya, sehingga semakin panjang
tungkainya akan dapat diikuti dengan jangkauan langkah yang semakin
panjang sehingga waktu yang diperlukan untuk menempuh suatu jarak
Panjang Tungkai16
tertentu dalam lari akan semakin pendek, dengan kata lain waktu
tempuhnya mejadi lebih cepat dan energi yang dikeluarkan akan semakin
sedikit. Untuk analisis ini diperlukan data tentang kekuatan otot dan
pengukuran panjang tungkai. Dari hasil pengukuran panjang tungkai
ternyata mempunyai peranan penting terhadap keberhasilan para
pelompat jauh.
Dengan demikian panjang tungkai yang penulis maksudkan adalah
jarak antara pangkal paha sampai dengan pangkal kaki seseorang. Istilah
ini selanjutnya akan dipergunakan dalam penulisan ini, mengingat istilah
panjang tungkai sudah merupakan istilah umum yang dipakai dalam
3. Power dan Kekuatan
Power itu penting dan diperlukan oleh atlet cabang olahraga yang menuntut
unsur kekuatan dan kecepatan gerak. Menurut (Harsono,1988:200), “Power
terutama penting untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet harus
mengerahkan tenaga yang eksplosif.”
Sesuai dengan pendapat di atas, power adalah kemampuan otot untuk
mengatasi suatu tahanan dengan kontraksi yang sangat cepat, dengan kata lain
power adalah gabungan dari kekuatan dan kecepatan. Kekuatan adalah
kemampuan otot untuk menerima beban saat bekerja, selanjutnya (Suharno,
1978:21) menyebutkan bahwa kekuatan terbagi beberapa macam, yaitu ;
1. Kekuatan maksimal, yaitu kemampuan otot dalam kontraksi maksimal
serta dapat melawan atau menahan beban yang maksimal.
2. Kekuatan daya ledak, yaitu otot atau sekelompok otot untuk mengatasi
tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh,
contohnya ; melompat, melempar, menendang, spike.
3. Power endurance yaitu lamanya otot atau sekelompok otot untuk menahan
beban yang tinggi intensitasnya, kekuatan otot yang dikombinasikan dengan
kecepatan disebut juga daya ledak (eksplosive power).
4. Kekuatan Otot Tungkai
Setiap jenis keterampilan dalam olaharaga dilakukan oleh sekelompok otot
tertentu. Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting untuk
meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena kekuatan merupakan
daya penggerak setiap aktifitas fisik. Disamping itu kekuatan memegang
peranan penting melindungi atlet dari kemungkinan cedera.
Dalam melakukan lomppatan kekuatan otot tungkai mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap keberhasilan tumpuan.
Otot-otot Tungkai :
1) Otot-otot tungkai atas meliputi:
M. abduktor maldanus,M. abduktor brevis, M. abduktor longus. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut M. abduktor femoralis dan berfungsi menyelenggarakan gerakan abduksi dari femur,M. rektus femuralis, M. vastus lateralis eksternal, M. vastus medialis internal, M. vastus inter medial, Biseps femoris, berfungsi membengkokkan paha dan meluruskan tungkai bawah, M. semi membranosus, berfungsi tungkai bawah, M. semi tendinosus (seperti urat), berfungsi membengkokkan urat bawah serta memutar ke dalam, M. sartorius, berfungsi eksorotasi femur, memutar keluar waktu lutut fleksi, serta membantu gerakan fleksi femur dan
membengkokkan keluar.
2) Otot-otot tungkai bawah meliputi:
talangus longus, berfungsi meluruskan jari telunjuk ke jari tengah, jari manis dan kelingking jari, Otot ekstensi jempol, berfungsi dapat meluruskan ibu jari kaki, Tendo achilles, berfungsi meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (M. popliteus), M. falangus longus, berfungsi membengkokkan empu kaki, M. tibialis posterior, berfungsi membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki disebelah ke dalam.
3). Rangka Tungkai
Menurut Soedarminto (1992: 60-61) tungkai terdiri dari tungkai atas dan
tungkai bawah. Tungkai atas terdiri atas pangkal paha sampai lutut,
sedangkan tungkai
bawah terdiri atas lutut sampai kaki. Tulang tungkai terdiri atas: Tulang
pangkal paha, Tulang paha, Tulang kering, Tulang betis, Tulang tempurung
lutut, Tulang pangkal kaki, Tulang telapak kaki, Tulang ruas jari kaki
(Syaifudin, 1997: 31)
5. Atletik
Cabang olahraga atletik merupakan salah satu unsur penting dari olahraga,
karena atletik memiliki bentuk kegiatan yang beragam, maka atletik dapat
digunakan sebagai alat pembinaan bagi setiap cabang olahraga, karena luasnya
lingkup ketangkasan / skills dan mutu yang dituntut atletik, maka atletik
merupakan olahraga dasar yang paling baik, sebagai tambahan peranan
olahraga atletik sangat menentukan dalam upaya pengembangan kondisi
jasmani, dan sering kali menyediakan landasan dasar bagi usaha-usaha
Atletik merupakan cabang olahraga yang paling tua, dari cabang olahraga yang
lain, karena gerakan-gerakan atletik terdapat dalam kehidupan sehari-hari yaitu
lari, jalan, lompat dan lempar merupakan gerakan yang dilakukan orang sejak
jaman purba, baik untuk mempertahankan hidup maupun digunakan sebagai
alat untuk membela dirinya.
Atletik mempunyai peranan penting di dalam peningkatan kondisi fisik,
sehingga sering digunakan sebagai dasar pokok dalam rangka peningkatan
prestasi maksimal bagi cabang olahraga lainnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat (U. Jonath, E. Haag R. Krempel,1988 : 1), yang dikutip oleh (Yudha,
2000 : 5), yaitu:
Latihan atletik merupakan sarana yang baik sekali di dalam meningkatkan
kemampuan tubuh untuk berprestasi secara umum. Dengan latihan atletik dapat
dikembangkan dengan baik serta disempurnakan peredaran darah dan sistem
syaraf maupun sifat-sifat dasar fisik seperti : tenaga, kecepatan, stamina,
kemudahan gerak, kecekatan dan ketangkasan.
Menurut (Aip Syaifudin,1978:69) mengatakan bahwa “Atletik adalah salah
satu cabang yang dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi atas
nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar”.
Atletik juga merupakan olahraga yang banyak pilihannya yang meliputi banyak
events yang berlainan satu sama lain, baik metoda pelaksanaannya, maupun
6. Lompat Jangkit
Tahap dalam lompat jangkit :Awalan, jingkat, langkah, dan lompat. Dalam
tahap awalan pelompat melakukan lari percepatan sampai pada kecepatan yang
terkontrol dalam tahap jingkat, pelompat melakukan gerakan cepat dan datar
menjangkau 35% jarak keseluruhan. Dalam tahap langkah, pelompat
menjangkau 3O% jarak keseluruhan langkah. Ini adalah bagian yang paling
kritis dari lompat jangkit. Lama waktu harus sama dengan tahap jingkat.
Dalam tahap lompat, pelompat bertolak dengan kaki berlawanan dan
menjangkau 35% jarak keseluruhan.
Dalam tahap ini panjang lari awalan beragam antara 10 langkah ( pemula ) dan
20 langkah ( elit ). Tekhnik larinya mirip seperti lari sprint, frekwensi langkah
ditingkatkan pada bagian akhir awalan. Kecepatan ditingkatkan terus menerus
selama lari awalan, hentakan kaki mengkais bebas di dorong ke posisi
horisontal.
Arah tolakan ke depan bukan ke atas, kaki bebas ditarik ke belakang. Kaki
penolak ditarik ke depan atas kemudian diluruskan ke depan guna
mempersiapkan untuk pendaratan, badan dipertahankan agar tetap tegak.
Tahap ini hentakan kaki adalah gerakan mengkais, tungkai penompang harus
lurus saat bertolak. Gunakan ayunan lengan ganda bila mungkin posisi badan
tegak. Teknik gantung atau sail bisa digunakan, kedua tungkai hampir lurus
7. Prestasi Belajar
Adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan
belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan dan diantara keduanya
mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh sebab itu, sebelum mengulas lebih
dalam tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita telusuri kata tersebut satu
persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi belajar itu. Menurut
Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. (Djamarah. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994:2). Sedangkan
menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar (2005:2) bahwa prestasi adalah apa yang
telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
C. Kerangka Pikir
Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad M. Sc. Ed. Anggapan dasar atau
postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyidik dapat merumuskan
postulat yang berbeda-beda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan
sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa anggapan dasar adalah suatu
Judul penelitian :Hubungan panjang lengan, panjang tungkai dan power
tungkai dengan prestasi belajar lompat jangkit siswa kelas VIII.1 SMP Negeri
1 Waylima tahun pelajaran 2012/2013
Anggapan dasar yang dirumuskan yaitu :
1. Prestasi lompat jangkit di SMP Negeri 1 Waylima kurang.
2. Pengetahuan tentang faktor prestasi lompat jangkit di SMP Negeri 1
Waylima masih kurang.
3. Latar belakang guru penjaskes SMP berbeda-beda (pendidikan dan pengalaman mengajarnya).
D. Hipotesis
Dijelaskan (Sutrisno Hadi,1987:257) bahwa “ Hipotesis adalah pernyataan
yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya,
jika hipotesis telah dibuktikan kebenarannya namanya bukan lagi hipotesis
melainkan suatu tessa “.
Selanjutnya menurut (Suharsimi Arikunto,1992:62), bahwa “ Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap suatu masalah penelitian oleh karena itu suatu
hipotesis perlu di uji guina mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung
oleh data yang menunjukan kebenarannya atau tidak “.
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara yang harus di uji
lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Sudjana (1992:219) mengartikan
hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ha1 ρ≠ 0 : Ada hubungan antara panjang lengan dengan prestasi belajar
lompat jangkit
Ho1 ρ = 0 : Tidak ada hubungan antara panjang lengan dengan prestasi belajar
lompat jangkit
Ha2 ρ≠ 0 : Ada hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi belajar
lompat jangkit
Ho2 ρ = 0 : Tidak ada hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi
belajar lompat jangkit
Ha3 ρ≠ 0 : Ada hubungan antara power tungkai dengan prestasi belajar
lompat jangkit
Ho3 ρ = 0 : Tidak ada hubungan antara power tungkai dengan prestasi belajar
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk pemecahan
masalah dengan teknik dan alat tertentu sehingga diperoleh hasil yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Menurut (Kartini Kartono,1980:16) menyatakan : “
Metodologi merupakan ajaran-ajaran mengenai metode-metode yang
dipergunakan di dalam proses penelitian”.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi.
Metode penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa asumsi dan
hipotesis diajukan oleh peneliti benar-benar terbukti dan
dipertanggungjawabkan sesuai dengan data yang ada.
B. Metode Penelitian dan Objek Penelitian 1. Populasi penelitian
Populasi merupakan sumber data yang sangat penting, karena tanpa
kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin
terlaksana. Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 106), populasi adalah
ini adalah merupakan siswa putri yang tergabung di kelas VIII di SMPN 1
Way Lima.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik
diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat
diambil antara 10-15%. Karena siswa yang mengikuti pembelajaran lompat
jauh gaya jongkok terdapat 27 siswa, tidak lebih dari 100, maka sampel
diambil semua populasi yaitu 27 siswa.
3. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2002: 96).
Variabel dalam penelitian ini menggunakan 3 (Tiga) variabel bebas dan
1 (satu) variabel terikat.
4. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel
lainnya, dalam penelitian ini ada 3 (Tiga), yaitu:
1. Panjang Lengan (X1)
2. Panjang Tungkai (X2)
3. Power Tungkai (X3)
5. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergatung pada variabel
C. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau fasilitas
yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan one-shot-model yaitu pendekatan yang
menggunakan satu kali pengumpulan data.
1. Instrumen pengukuran panjang lengan dan panjang tungkai
1) Meteran
2) Blangko pengukuran panjang lengan dan tungkai
3) Alat tulis
2. Instrumen pengukuran kekuatan otot tungkai
1) Leg Dynamometer
2) Blangko pengukuran otot tungkai,
3) Alat tulis
3. Instrumen pengukuran lompat jangkit
Peralatan yang digunakan adalah :
1) Kapur/balok (garis)
2) Meteran
3) Blangko pengukuran lompat jangkit
4) Alat tulis
4. Instrumen hasil lompat jangkit
Peralatan yang digunakan adalah :
1) meteran
3) Alat tulis
D. Teknik Pengambilan Data
1. Instrumen tes kekuatan otot tungkai
Instrumen penelitian merupakan alat atau cara yang digunakan untuk
mengambil data penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengambil
data penelitian diantaranya:
Kekuatan otot tungkai bawah
Untuk mengukur kekuatan otot tungkai digunakan suatu alat yang disebut
Leg Dynamometer. Alat yang digunakan antara lain: 1. Leg Dynamometer
2. Blangko dan
3. Alat tulis
Pelaksanaan Leg Dynamometer :
Orang yang dites berdiri di atas alat leg dynamometer dan lutut di tekuk membentuk sudut 130-140 derajat,tubuh tetap tegak lurus dan pandangan
lurus ke depan.Panjang rantai diukur sedemikian rupa sesuai dengan orang
yang di tes dengan posisi berdiri.Tongkat pegangan di genggam dengan
posisi tangan menghadap belakang. Tarik tongkat pegangan sekuat mungkin
dan meluruskan lutut perlahan-lahan. Baca angka ada skala maksimum
tercapainya tarikan dalam satuan kilogram (kg). Pengukuran di ambil
2. Instrumen tes lompat jangkit
Cooper, (1970:321) menjelaskan kecepatan awalan merupakan gerakan yang
tinggi,yang akan membawa tubuh kearah horizontal untuk memperoleh hasil
yang optimal.
Peralatan yang digunakan dalam lompat jauh gaya jongkok adalah :
1. Meteran
2. Cangkul dan bendera
3. Alat-alat pencatat hasil
Pelaksanaanya :
Siswa melakukan lompat jangkit sesuai dengan urutanya, diberi kesempatan 2
kali dan diambil nilai yang paling baik.
2. Instrumen panjang lengan dan tungkai
a. Pengukuran Panjang Lengan
Menurut (Moeslim, 1999:29), tes pengukuran dilakukan dengan cara siswa
berdiri tegak, kedua kaki rapat, kemudian di ukur dengan meteran mulai
pangkal lengan sampai pergelangan tangan, dengan demikian dapat diketahui
berapa panjang lengan masing-masing siswa.
b. Pengukuran Panjang tungkai
Tes pengukuran dilakukan dengan cara siswa berdiri tegak, kedua kaki rapat,
dengan demikian dapat diketahui berapa panjang tungkai masing-masing
siswa.
E. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lapangan olahraga SMP Negeri 1 Way Lima
Pesawaran.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan saat jam pelajaran olahraga kelas VIII.C ,
dilapangan olahraga SMP Negeri 1 Way Lima.
F. Analisis Data
Analisis data atau pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam
suatu penelitian. Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan
dua jenis analisis, yaitu analisis statistik dan analisis non statistik.
Pada dasarnya statistik mempunyai dua pengertian yang luas dan yang sempit.
Dalam pengertian yang luas statistik merupakan cara-cara ilmiah yang
dipersiapkan untuk mengumpulkan, mengajukan, dan menganalisis, data yang
berwujud angka. Sedangkan dalam pengertian yang sempit statistik merupakan
cara yang digunakan untuk menunjukkan semua kenyataan yang berwujud
angka.
Data yang di nilai adalah data variabel bebas : panjang lengan (X
1), panjang ungkai (X
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi ganda ( multiple corelation ). Menurut Suharsi Arikunto (2002), untuk
menguji hipotesis antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y digunakan statistik
melalui korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
=
Keterangan :
r xy = Koefesien korelasi
N = Jumlah sampel
X = Skor variabel X
Y = Skor variabel Y
∑X = Jumlah skor variabel X
∑Y = Jumlah skor variabel Y
∑X2
= Jumlah kuadrat skor variabel X
∑Y2
= Jumlah kuadrat skor variabel Y
Untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y digunakan statistik melalui
korelasi product moment dengan rumus :
y =
Keterangan :
xy
r
2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N 1 xr
2
2
2
= Koefesien korelasi
N = Jumlah sampel
X1 = Skor variabel X1
Y = Skor variabel Y
∑X1 = Jumlah skor variabel X1
∑Y = Jumlah skor variabel Y
∑X2
= Jumlah kuadrat skor variabel X1
∑Y2
= Jumlah kuadrat skor variabel Y
Untuk menguji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan statistik melalui
korelasi product moment dengan rumus :
y =
Keterangan :
= Koefesien korelasi
N = Jumlah sampel
X2 = Skor variabel X2
Y = Skor variabel Y
∑X2 = Jumlah skor variabel X2
∑Y = Jumlah skor variabel Y
1
x y r
2
X
r
2
2
2
∑X2
= Jumlah kuadrat skor variabel X2
∑Y2
= Jumlah kuadrat skor variabel Y
Menurut Riduwan (2005:98), harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil tes
dikonsultasikan dengan Tabel r product moment. Interprestasi tersebut adalah
[image:47.595.140.429.279.539.2]sebagai berikut:
Tabel 1: Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.
Interval Koefisien Korelasi
Interpretasi Hubungan
0,80 – 1,00 Sangat kuat
0,60 – 0,79 Kuat
0,40 – 0,59 Cukup kuat
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara panjang lengan dengan hasil
belajar lompat jangkit siswa kelas VIII.C SMPN 1 Way Lima Pesawaran.
2. Terdapat hubungan yang signifikan panjang tungkai dan dengan hasil
belajar lompat jangkit siswa kelas VIII.C SMPN 1 Way Lima Pesawaran.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan hasil
belajar lompat jangkit siswa kelas VIII.C SMPN 1 Way Lima Pesawaran.
4. Variable kekuatan tungkai memiliki hubungan yang paling besar dengan
prestasi belajar lompat jangkit
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut :
1. Bagi SMPN 1 Way Lima Pesawaran agar terus melatih siswanya dan
manemukan bakat siswa, serta memperbaiki srana dan prasarana olahraga
di sekolah, sehingga terjadi peningkatan prestasi belajar di bidang lompat
2. Bagi para Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan hasil
belajar lompat jangkit maka perlu memberikan latihan untuk
meningkatkan power tungai siswa.
3. Bagi Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, agar lebih memperhatikan
dunia pendidikan jasmani, termasuk kurikulum penjas yang baik, dan
menambah atau memperbaiki fasilitas olahraga di sekolah.
4. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti kembali permasalahan ini,
disarankan agar penelitian ini dapat dijadikan bahan bahan pembanding
Tabel Hasil Pengabilan Data Lompat Jangkit
No
No Induk
NAMA SISWA P. L P. T Pw. T
Hasil Lompat
1 5512 ADE IRAWAN 70 89 126 850
2 5521 AHMAD AGUNG P 67 72 80 670
3 5524 ALDO R 68 83 89 705
4 5535 ARIF FADIL AFWA 65 80 75 683
5 5538 ASYIYANI 62 67 69 605
6 5734 BAYU RISWANDI 68 87 88 700
7 5542 CHANDRA S 66 85 80 654
8 5722 DAVID SYUHRONI 64 83 77 680
9 5548 HENDI AGUSTIN 69 90 110 756
10 5723 HILDA UTAMI 61 65 42 584
11 5574 MIRZA 64 75 121 830
12 5584 NAINIL AUTHOR 60 67 52 525
13 5585 NURAINI 59 65 66 502
14 5634 PANDI JULIAN 65 89 76 580
15 5725 POMALA BELDO 64 79 79 645
16 5648 RENI ANTIKA 60 70 68 520
17 5650 RIA FEBRIANTI 61 67 54 536
18 5652 RIZKI RAMADHAN 67 75 77 695
19 5657 ROBIN 73 92 143 855
21 5669 SUNARDI 70 89 100 715
22 5696 SUSANTI 63 70 34 460
23 5684 VIERO NISA 61 73 60 515
24 5687 YAHYA AHMAD 63 79 98 718
25 5699 YOGA ANDRE W 62 80 64 675
26 5726 YULIANTI 62 67 55 527
27 5735
ZURRIYATUNNIS
A
Tabel Data Panjang lengan
NO Nama Siswa X Y X 2 Y 2 X . Y
1 ADE IRAWAN 70 850 4900 722500 59500
2 AHMAD AGUNG P 67 670 4489 448900 44890
3 ALDO R 68 705 4624 497025 47940
4 ARIF FADIL AFWA 65 683 4225 466489 44395
5 ASYIYANI 62 605 3844 366025 37510
6 BAYU RISWANDI 68 700 4624 490000 47600
7 CHANDRA S 66 654 4356 427716 43164
8 DAVID SYUHRONI 64 680 4096 462400 43520
9 HENDI AGUSTIN 69 756 4761 571536 52164
10 HILDA UTAMI 61 584 3721 341056 35624
11 MIRZA 64 830 4096 688900 53120
12 NAINIL AUTHOR 60 525 3600 275625 31500
13 NURAINI 59 502 3481 252004 29618
14 PANDI JULIAN 65 580 4225 336400 37700
15 POMALA BELDO 64 645 4096 416025 41280
16 RENI ANTIKA 60 520 3600 270400 31200
17 RIA FEBRIANTI 61 536 3721 287296 32696
18 RIZKI RAMADHAN 67 695 4489 483025 46565
19 ROBIN 73 855 5329 731025 62415
20 SRI ULFA DEWI 64 537 4096 288369 34368
22 SUSANTI 63 460 3969 211600 28980
23 VIERO NISA 61 515 3721 265225 31415
24 YAHYA AHMAD 63 718 3969 515524 45234
25 YOGA ANDRE W 62 675 3844 455625 41850
26 YULIANTI 62 527 3844 277729 32674
27 ZURRIYATUNNISA 58 495 3364 245025 28710
∑ 1736 17217 111984 11304669 1115682
2 2
2
2
Tabel Data Panjang Tungkai
NO NAMA SISWA X Y X 2 Y 2 X . Y
1 ADE IRAWAN 89 850 7921 722500 75650
2 AHMAD AGUNG P 72 670 5184 448900 48240
3 ALDO RATMAWAN 83 705 6889 497025 58515
4 ARIF FADIL AFWA 80 683 6400 466489 54640
5 ASYIYANI 67 605 4489 366025 40535
6 BAYU RISWANDI 87 700 7569 490000 60900
7 CHANDRA S 85 654 7225 427716 55590
8 DAVID SYUHRONI 83 680 6889 462400 56440
9 HENDI AGUSTIN 90 756 8100 571536 68040
10 HILDA UTAMI 65 584 4225 341056 37960
11 MIRZA 75 830 5625 688900 62250
12 NAINIL AUTHOR 67 525 4489 275625 35175
13 NURAINI 65 502 4225 252004 32630
14 PANDI JULIANSYAH 89 580 7921 336400 51620
15 POMALA BELDO 79 645 6241 416025 50955
16 RENI ANTIKA 70 520 4900 270400 36400
17 RIA FEBRIANTI 67 536 4489 287296 35912
18 RIZKI RAMADHAN 75 695 5625 483025 52125
19 ROBIN 92 855 8464 731025 78660
20 SRI ULFA DEWI 76 537 5776 288369 40812
22 SUSANTI 70 460 4900 211600 32200
23 VIERO NISA 73 515 5329 265225 37595
24 YAHYA AHMAD 79 718 6241 515524 56722
25 YOGA ANDRE W 80 675 6400 455625 54000
26 YULIANTI 67 527 4489 277729 35309
27 ZURRIYATUNNISA 64 495 4096 245025 31680
∑ 2078 17217 162022 11304669 1344190
2 2
2
2
Tabel Data Kekuatan Tungkai (X dan Y) Setelah dirubah Ke T Skor
X SD ZSKOR TSKOR
126 26.65165 121.2723 1262.723
80 385.5193 79.79249 847.9249
89 392.9027 88.77348 937.7348
75 400.7928 74.81287 798.1287
69 409.0666 68.83132 738.3132
88 417.8168 87.78938 927.8938
80 427.3366 79.81279 848.1279
77 437.4615 76.82398 818.2398
110 448.3089 109.7546 1147.546
42 460.34 41.90876 469.0876
121 472.4984 120.7439 1257.439
52 486.7704 51.89317 568.9317
66 501.4353 65.86838 708.6838
76 517.7894 75.85322 808.5322
79 536.0603 78.85263 838.5263
68 556.4801 67.8778 728.778
54 579.1468 53.90676 589.0676
77 604.383 76.8726 818.726
143 634.057 142.7745 1477.745
47 670.8012 46.92993 519.2993
34 761.7994 33.95537 389.5537
60 820.6988 59.92689 649.2689
98 898.5672 97.89094 1028.909
64 1009.866 63.93663 689.3663
55 1168.859 54.95295 599.5295
44 1435.427 43.96935 489.6935
T skor Kekuatan tungkai
Y SD ZSKOR TSKOR
850 111.9687 842.4086 8474.086
670 3193.947 669.7902 6747.902
705 3255.099 704.7834 7097.834
683 3320.169 682.7943 6877.943
605 3389.131 604.8215 6098.215
700 3461.863 699.7978 7047.978
654 3540.411 653.8153 6588.153
680 3624.101 679.8124 6848.124
756 3714.309 755.7965 7607.965
584 3812.458 583.8468 5888.468
830 3916.62 829.7881 8347.881
525 4033.137 524.8698 5298.698
502 4156.082 501.8792 5068.792
580 4290.531 579.8648 5848.648
645 4440.605 644.8547 6498.547
520 4609.102 519.8872 5248.872
536 4795.04 535.8882 5408.882
695 5005.926 694.8612 6998.612
855 5252.871 854.8372 8598.372
715 5880.702 714.8784 7198.784
460 6294.598 459.9269 4649.269
515 6790.198 514.9242 5199.242
718 7430.274 717.9034 7229.034
675 8326.036 674.9189 6799.189
527 9645.227 526.9454 5319.454
495 11824.24 494.9581 4999.581
X2 Y2 XY
1594470.336 71810132.83 10700426.47
718976.5967 45534185.21 5721714.211
879346.5709 50379249.87 6655886.163
637009.4359 47306098.2 5489483.667
545106.4301 37188224.74 4502392.745
860986.9291 49673993.43 6539775.154
719321.0014 43403756.75 5587596.421
669516.444 46896797.84 5603407.653
1316862.591 57881125.78 8730491.925
220043.2055 34674057.5 2762207.588
1581153.202 69687114.28 10496952.12
323683.3187 28076203.5 3014597.606
502232.6977 25692653.67 3592170.76
653724.3536 34206685.6 4728820.512
703126.3311 42231119.55 5449202.891
531117.4222 27550655.15 3825262.467
347000.6302 29256006.42 3186197.21
670312.2194 48980564.97 5729945.132
2183729.346 73932006.53 12706198.97
269671.81 29365905.79 2814099.672
151752.0761 21615704.23 1811139.97
421550.1249 27032112.73 3375705.926
1058654.502 52258927.99 7438020.527
475225.8305 46228975 4687131.643
359435.568 28296586.77 3189169.13
239799.6955 24995813.86 2448262.354
Tabel data kekuatan tungkai setelah di T skor
NO NAMA SISWA X Y X 2 Y 2 X . Y
1 ADE IRAWAN 1262,72 8474,08 1594470,33 71810132,83 10700426,47
2 AHMAD AGUNG P 847,92 6747,90 718976,59 45534185,21 5721714,21
3 ALDO RATMAWAN 937,73 7097,83 879346,57 50379249,87 6655886,16
4 ARIF FADIL AFWA 798,12 6877,94 637009,43 47306098,2 5489483,66
5 ASYIYANI 738,31 6098,21 545106,43 37188224,74 4502392,74
6 BAYU RISWANDI 927,89 7047,97 860986,92 49673993,43 6539775,15
7 CHANDRA S 848,12 6588,15 719321 43403756,75 5587596,42
8 DAVID SYUHRONI 818,23 6848,12 669516,44 46896797,84 5603407,65
9 HENDI AGUSTIN 1147,54 7607,96 1316862,59 57881125,78 8730491,92
10 HILDA UTAMI 469,08 5888,46 220043,20 467405755 2762207,58
11 MIRZA 1257,43 8347,88 1581153,20 69687114,28 10496952,12
12 NAINIL AUTHOR 568,93 5298,69 323683,31 28076203,5 3014597,60
13 NURAINI 708,68 5068,79 502232,69 25692653,67 3592170,76
14 PANDI J 808,53 5848,64 653724,35 34206685,6 4728820,51
15 POMALA BELDO 88,52 6498,54 703126,33 4231119,55 5449202,89
16 RENI ANTIKA 728,77 5248,87 531117,42 27550655,15 3825262,46
17 RIA FEBRIANTI 589,06 5408,88 347000,63 29256006,42 3186197,21
18 RIZKI RAMADHAN 818,72 6998,61 670312,21 48980564,97 5729945,13
19 ROBIN 1477,74 8598,37 2183729,4 73932006,53 12706198,97
20 SRI ULFA DEWI 519,29 5419,03 269671,81 29365905,79 2814099,67
21 SUNARDI 1048,59 7198,78 1099547,04 51822493,36 7548593,86
22 SUSANTI 389,55 4649,26 151752,07 21615704,23 1811139,97
23 VIERO NISA 649,26 5199,4 421550,12 27032112,73 3375705,92
24 YAHYA AHMAD 1028,90 7229,03 1058654,50 52258927,99 7438020,52
25 YOGA ANDRE W 689,36 6799,18 475225,83 46228975 4687131,64
27 ZURRIYATUNNISA 489,69 499,58 239799,69 24995813,86 2448262,35
∑ 22006,36 173407,6 19733355,71 1145977152 148334852,8
2 2
2
2
Gambar 1 : Peneliti memberi arahan
Gambar 3 : Peneliti memimpin pemanasan koordinasi
[image:67.595.115.514.420.684.2]Gambar 6 : Pengembilan data power tungkai dengan alat leg dynamometer
[image:69.595.114.514.418.688.2]Gambar 9 : Pengembilan data lompat jangkit
[image:71.595.113.515.432.700.2]Gambar 11 : Pengembilan data lompat jangkit
[image:72.595.115.515.420.688.2]Gambar 13 : Pengembilan data lompat jangkit
[image:73.595.116.508.472.754.2]Gambar 15 : Pencatatan data
[image:74.595.114.508.439.742.2]