Dian Oktaviani
ABSTRAK
RESPONS AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN SORGUM PERTAMA
Oleh
DIAN OKTAVIANI
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)merupakan tanaman serealia yang berasal dari Afrika. Sorgum memiliki kemampuan untuk dapat tumbuh kembali setelah
dipotong (ratoon). Upaya yang dilakukan adalah dengan aplikasi bahan organik yang dapat memperbaiki kondisi tanah. Bahan kering tanaman merupakan
indikator pertumbuhan tanaman yaitu meliputi semua bahan tanaman yang secara
kasar berasal dari hasil fotosintesis dan serapan unsur hara. Tujuan penelitian ini
adalah untuk : (1) mengetahui respons akumulasi bahan kering tanaman sorgum
ratoon I akibat aplikasi bahan organik dengan berbagai dosis pada tanaman sorgum I, (2) mengetahui respons akumulasi bahan kering pada tiga varietas
sorgum ratoon I, (3) mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas dalam akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon I.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Dian Oktaviani
Lampung pada bulan September sampai dengan Desember 2013. Perlakuan
dalam penelitian disusun secara faktorial dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik dari pupuk kandang sapi
(B) yang terdiri atas 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2), dan 15 ton/ha (b3). Sedangkan anak
petak adalah varietas tanaman sorgum (G) yang terdiri dari varietas Numbu (g1),
Keller (g2), dan Wray (g3). Petak percobaan yang digunakan pada penelitian ini
berukuran 4 m x 4 m. Data dianalisis dengan analisis ragam setelah dilakukan Uji
Homogenitas ragam antar perlakuan dengan Uji Bartlet dan aditivitas data dengan
Uji Tukey. Perbedaan nilai tengah antarperlakuan ditentukan dengan
menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Dosis bahan organik 0, 5, 10 dan 15 ton/ha
tidak mempengaruhi akumulasi bahan kering tanaman sorgum, kecuali pada
jumlah biji 8 mst. Sebagian bahan kering diakumulasikan pada batang, biji, akar,
daun, dan malai. Varietas Numbu memiliki akumulasi bahan kering yang paling
besar dibandingkan Varietas Wray dan Keller. Pengaruh bahan organik terhadap
bobot kering tanaman sorgum tergantung pada varietas, pada dosis bahan organik 15
ton/ha Varietas Numbu memiliki bobot akar kering dan bobot malai kering tertinggi
dibandingkan dengan Varietas Keller dan Wray.
RESPONS AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN SORGUM PERTAMA
Oleh
DIAN OKTAVIANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RESPONS AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN SORGUM PERTAMA
(Skripsi)
Oleh
DIAN OKTAVIANI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 Oktober 1991. Penulis
adalah anak ketiga dari tiga bersaudara yang merupakan buah hati pasangan
Bapak Abdul Rahman, S.Sos. dan Ibu Nurlela.
Penulis memulai pendidikan formal di TK Al-Kautsar dan menyelesaikannya
pada tahun 1998. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Al-Kautsar
dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Penulis menyelesaikan Sekolah
Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung dan
menyelesaikannya pada tahun 2010.
Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Kegiatan penulis
dalam bidang akademik adalah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten
Tanggamus Kecamatan Semaka Pekon Karang Rejo pada tahun 2013. Penulis
melaksanakan Praktik Umum di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lampung pada tahun 2013.
Penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Teknologi Benih tahun
mahasiswa, penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Lembaga Studi
MOTO
“Untuk menjadi lebih baik belajarlah dari kegagalan bukan dari kesuksesan”
PERSEMBAHAN
Teriring doa dan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:
Kedua orang tuaku tersayang yang tidak pernah lelah mendoakan untuk keberhasilan ku, memberikan kasih sayang yang penuh cinta, nasehat serta
semangat yang tidak pernah putus.
Ayukku Dewi Kemala Sari, S.S.T. dan kakakku
Arief Nurmansyah, M.Pd. yang selalu memberikan ku semangat, dukungan dan doanya untuk keberhasilan ku.
Para pendidik yang ku hormati
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sepenuhnya menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dengan setulus hati penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku pembimbing I dan selaku
Ketua Jurusan Agroteknologi yang telah meluangkan waktu, pikiran, saran,
bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai.
2. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, pikiran, saran, bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhamad Kamal, M.Sc., selaku penguji bukan pembimbing
atas kritik, saran, dan bimbingan yang diberikan dalam memperbaiki dan
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S., selaku Pembimbing Akademik (PA).
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku ketua bidang budidaya pertanian.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
7. Bapak Sumarko, bapak Jumari, bapak Walyono, bapak Untung, dan segenap
8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang tidak pernah lelah mendoakan,
memberikan kasih sayang, nasehat dan dukungan yang tidak pernah putus.
9. Ayuk Dewi, kak Arief dan seluruh keluarga besarku atas bantuan, dukungan,
semangat serta doanya pada saat penelitian hingga skripsi ini selesai.
10. Teman-teman yang selalu membantuku Candra Susiyanti, Susi Susanti,
Yulinda Simatupang, Mustika Adzania, Rahmah Catur P., Dwi Rosalia, Arisha
Azima, Dian Saputra terima kasih sudah menjadi teman yang selalu ada.
11. Teman-teman seperjuangan “team sorgum” Desi Anggraeni, Sherly A. P.,
Rizkyta P. P., Galih D. C., Novri, Bangun F., Iyut P. N., Adila U., Immas N.
terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya.
12. Sahabat-sahabatku Heni Apriani, Aria Safitri, Dwi Gery Febrian, Corie
Maharani, Lestari Oktavia, Fita Andriani, Nurul Husna, Dian Okta Anggraini,
Putri Diandra H. terima kasih atas persahabatan yang indah ini.
13. Seluruh teman-teman AGT kelas D 2010 dan seluruh angkatan Agroteknologi
2010 untuk segala dukungannya, kebersamaan dan kekompakannya.
14. Teman-teman KKN Karang Rejo Cety, Dani, Wynda, Sisi, kak Bery, kak
Ryan, kak Nanda, Ucha, Jane, Anggi, dan kak Galeh terimakasih atas semangat
dan kenangan indahnya.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, Juli 2014
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 5
1.3 Kerangka Pemikiran ... 5
1.4 Hipotesis ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Botani Tanaman Sorgum ... 10
2.2 Morfologi Tanaman Sorgum ... 10
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum ... 12
2.4 Varietas Sorgum ... 13
2.5 Bahan Organik ... 14
III. BAHAN DAN METODE ... 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
3.2 Bahan dan Alat ... 16
iii
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 19
3.4.1 Pemotongan Batang ... 19
3.4.2 Perbaikan Petak Percobaan ... 20
3.4.3 Pemupukan ... 20
3.4.4 Penjarangan ... 20
3.4.5 Pemeliharaan ... 21
3.5 Variabel yang diamati ... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4.1 Hasil Penelitian ... 24
4.1.1 Bobot daun kering ... 26
4.1.2 Bobot batang kering ... 27
4.1.3 Bobot akar kering ... 28
4.1.4 Bobot malai kering ... 30
4.1.5 Bobot biji kering ... 32
4.1.6 Jumlah biji ... 35
4.1.7 Klorofil ... 36
4.1.8 Bobot brangkasan kering ... 37
4.1.9 Indeks panen ... 38
4.1.10 Pola akumulasi bahan kering ... 38
4.2 Pembahasan ... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
5.1 Kesimpulan ... 52
5.2 Saran ... 52
PUSTAKA ACUAN ... 53
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kombinasi perlakuan bahan organik dan varietas sorgum dalam
percobaan. ... 18
2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama), varietas sorgum dan interaksinya terhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman
sorgum. ... 24
3. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama), varietas sorgum dan interaksinyaterhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman
sorgum. ... 25
4. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap bobot daun kering tanaman
sorgum pada umur 5, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 26
5. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap bobot batang kering tanaman
sorgum pada umur 5, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 27
6. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap bobot akar kering tanaman
sorgum pada umur 5, 7, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 28
7. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap bobot akar kering tanaman
sorgum pada 8 mst. ... 29
8. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap bobot malai kering tanaman
v 9. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum
pertama) dan varietas terhadap bobot malai kering tanaman
sorgum pada umur 7 mst. ... 31
10.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap bobot malai kering tanaman
sorgum pada umur 10 mst. ... 32
11.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap bobot biji kering tanaman
sorgum pada umur 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 33
12.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap jumlah biji tanaman sorgum
pada umur 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 35
13.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap klorofil tanaman sorgum pada
umur 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 36
14.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap bobot brangkasan kering
tanaman sorgum. ... 37
15.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) dan varietas terhadap indeks panen tanaman
sorgum. ... 38
16.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 59
17.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 5 mst. ... 59
18.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 60
19.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 7 mst. ... 60
20.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 61
21.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 8 mst. ... 61
22.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 62
23.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada
vi 24.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 10 mst. .... 63
25.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 10 mst. ... 63
26.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. .... 64
27.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 11 mst. ... 64
28.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 12 mst. .... 65
29.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 12 mst. ... 65
30.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 66
31.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada
umur 5 mst. ... 66
32.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 67
33.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada
umur 7 mst. ... 67
34.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 68
35.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada
umur 8 mst. ... 68
36.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 69
37.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada
umur 9 mst. ... 69
38.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur
10 mst. ... 70
39.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada
umur 10 mst. ... 70
40.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur
11 mst. ... 71
41.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada
vii 42.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur
12 mst. ... 72
43.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada
umur 12 mst. ... 72
44.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 73
45.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada
umur 5 mst. ... 73
46.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 74
47.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada
umur 7 mst. ... 74
48.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 75
49.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada
umur 8 mst. ... 75
50.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 76
51.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada
umur 9 mst. ... 76
52.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 10 mst. ... 77
53.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada
Umur 10 mst. ... 77
54.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 78
55.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada
umur 11 mst. ... 78
56.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 79
57.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada
umur 12 mst. ... 79
58.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 80
59.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 7 mst. ... 80
viii 61.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 8 mst. ... 81
62.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 82
63.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 9 mst. ... 82
64.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur
10 mst. ... 83
65.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 10 mst. ... 83
66.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur
11 mst. ... 84
67.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 11 mst. ... 84
68.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur
12 mst. ... 85
69.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 12 mst. ... 85
70.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 86
71.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada
umur 8 mst. ... 86
72.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 87
73.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada
umur 9 mst. ... 87
74.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 10 mst. ... 88
75.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada
umur 10 mst. ... 88
76.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 89
77.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada
umur 11 mst. ... 89
ix 79.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada
umur 12 mst. ... 90
80.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 91
81.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada
umur 8 mst. ... 91
82.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 92
83.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur
9 mst. ... 92
84.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 10 mst. ... 93
85.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur
10 mst. ... 93
86.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 94
87.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur
11 mst. ... 94
88.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 95
89.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur
12 mst. ... 95
90.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 96
91.Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur
7 mst. ... 96
92.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 97
93.Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur
8 mst. ... 97
94.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 98
95.Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur
9 mst. ... 98
96.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 10 mst. ... 99
97. Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur
x
98. Data klorofil tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 100
99. Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 100
100.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 101
101.Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 101
102.Data bobot brangkasan kering tanaman sorgum. ... 102
103.Analisis ragam bobot brangkasan kering tanaman sorgum. ... 102
104.Data indeks panen tanaman sorgum. ... 103
105.Analisis ragam indeks panen tanaman sorgum. ... 103
106.Data analisis tanah sebelum dilakukan penelitian. ... 104
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata Petak Percobaan ... 18
2. Tata letak tanaman per satuan percobaan ... 19
3. Bobot biji kering tanaman sorgum akibat perbedaan dosis
bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) ... 34
4. Bobot biji kering tanaman sorgum pada varietas yang
berbeda ... 34
5. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 5 mst akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada
tanaman sorgum pertama) ... 39
6. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 7 mst akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada
tanaman sorgum pertama) ... 40
7. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 8 mst akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada
tanaman sorgum pertama) ... 41
8. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 9 mst akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada
tanaman sorgum pertama) ... 41
9. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 10 mst akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada tanaman
sorgum pertama) ... 42
10. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 11 mst akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada tanaman
xii 11. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 12 mst
akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada tanaman
sorgum pertama) ... 43
12. Lahan pertanaman sorgum ratoon I pada umur 3 mst ... 105 13. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 2 mst ... 105 14. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 3 mst ... 105 15. Pengambilan sampel tanaman sorgum ratoon I pada umur
5 mst ... 106
16. Pengambilan sampel tanaman sorgum ratoon I ... 106 17. Sampel tanaman sorgum ratoon I pada umur 5 mst ... 106 18. Memisahkan batang, daun, dan akar sampel tanaman sorgum
ratoon I ... 107 19. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 6 mst ... 107 20. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 7 mst ... 107 21. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 10 mst ... 108 22. Memimbang akar, batang, dan daun sampel tanaman sorgum
ratoon I ... 108 23. Malai tanaman sorgum ratoon I ... 109 24. Malai dan biji tanaman sorgum ratoon I ... 109 25. Biji tanaman sorgum ratoon I pada perlakuan bahan organik
0 ton/ha ... 110
26. Biji tanaman sorgum ratoon I pada perlakuan bahan organik
5 ton/ha ... 110
27. Biji tanaman sorgum ratoon I pada perlakuan bahan organik
10 ton/ha ... 111
28. Biji tanaman sorgum ratoon I pada perlakuan bahan organik
1
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang dan Masalah
Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi
yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan, dapat berproduksi pada
lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/penyakit. Biji sorgum
dapat digunakan sebagai bahan baku di industri pangan seperti industri gula,
industri minuman monosodium glutamat (MSG),dan asam amino. Dengan kata
lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri dan
pangan (Sirappa, 2003).
Sorgum (Sorghum bicolor (L). Moench) merupakan komoditas bahan pangan alternatif yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Usaha
peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan terutama makanan pokok sejalan dengan laju pembangunan dan
pertambahan penduduk. Usaha ini tidak terbatas hanya pada tanaman pangan
utama (padi) tetapi juga penganekaraman (diversifikasi) dengan mengembangkan
2
Upaya lain dalam diversifikasi pangan untuk peningkatan produksi sorgum adalah
melalui pemanfaatan sistem ratoon. Ratoon adalah tunas-tunas yang tumbuh setelah pemotongan batang. Menurut Chauchan et al. (1985) dalam Puspitasari (2012), beberapa keuntungan dengan cara ini di antaranya adalah umurnya relatif
lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena
penghematan dalam pengolahan tanah, penggunaan benih, kemurnian genetik
lebih terpelihara dan hasil panen tidak berbeda jauh dengan tanaman utama.
Bahan kering tanaman merupakan parameter yang baik digunakan sebagai
indikator pertumbuhan tanaman yaitu meliputi semua bahan tanaman yang secara
kasar berasal dari hasil fotosintesis dan serapan unsur hara. Bahan kering
tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang
terjadi dalam pertumbuhan tanaman. Sehingga parameter ini merupakan indikator
pertumbuhan yang paling baik dalam mendapatkan penampilan keseluruhan
tanaman atau organ tertentu pada setiap periode pertumbuhan (Sitompul dan
Guritno, 1995).
Bahan kering yang dihasilkan akan didistribusikan ke organ-organ tanaman
sorgum. Distribusi bahan kering merupakan pembagian hasil fotosintesis yang
diakumulasikan pada organ-organ tanaman baik dalam bentuk struktur vegetatif
maupun generatif (Gardner et al., 1991). Fotosintat yang dihasilkan akan ditranslokasikan pada berbagai organ vegetatif seperti daun, batang, dan akar
sebagai cadangan makanan pada saat tanaman memasuki fase generatif. Sebagian
fotosintat digunakan untuk pembentukan organ generatif seperti malai dan
sebagian lagi ditranslokasikan ke biji. Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa
3
vegetatifnya. Pertumbuhan vegetatif yang baik memungkinkan tanaman dapat
melakukan fotosintesis secara optimal sehingga fotosintat yang dihasilkan
meningkat. Selanjutnya fotosintat digunakan untuk pembentukan malai dan
pengisian biji yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot malai kering, bobot
biji per tanaman, dan hasil per petak (Turmudi, 2010).
Tanaman sorgum akan tumbuh dengan baik apabila suplai unsur hara cukup dan
seimbang. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemupukan yang dapat
memperbaiki kondisi tanah dengan cara penambahan pupuk organik dalam tanah.
Salah satu pupuk organik yang dapat diberikan alah pupuk kandang yang berasal
dari kotoran sapi. Komposisi dari kotoran sapi berkisar antara 20 – 25 % bahan
kering dan terkandung didalamnya 0,36 – 0,60 % nitrogen 0,20 – 0,35 % P2O5 dan
0,10 – 0,15 % K2O (Lingga dan Marsono, 2000).
Pemberian pupuk kandang sapi dapat memperbaiki sifat fisik tanah, seperti yang
dikemukakan oleh Foth (1988) bahwa pemberian pupuk kandang ke dalam tanah
akan meningkatkan daya pegang air, memperbaiki struktur tanah, dan melepaskan
unsur hara yang mudah diserap tanaman. Ketersediaan air dan unsur hara pada
tanaman sorgum sangat penting dalam proses pembelahan sel.
Pemberian pupuk organik perlu dilakukan dengan tujuan untuk memelihara
kesuburan tanah dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Pupuk organik
adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia, seperti
pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, baik yang berbentuk cair, maupun
padat. Manfaat utama pupuk organik adalah untuk memperbaiki kesuburan kimia,
4
(Hakim et al., 1986). Adimihardja et. al. (2000), melaporkan pemberian beberapa jenis pupuk kandang sapi, kambing dan ayam dengan takaran 5 ton/ha pada tanah
ultisol Jambi nyata meningkatkan kadar C-organik tanah, serta hasil jagung dan
kedelai.
Bahan organik dapat berperan menyimpan dan melepaskan unsur hara bagi
tanaman. Handayanto (1996) dalam Martajaya (2003) menyatakan bahwa
dekomposisi bahan organik mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap kesuburan tanah. Pengaruh langsung disebabkan karena pelepasan unsur
hara melalui mineralisasi, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah
menyebabkan akumulasi bahan organik tanah, yang pada gilirannya juga akan
meningkatkan penyediaan unsur hara tanaman. Pemakaian kotoran hewan selalu
memperhatikan pengaruh baik pada hasil tanaman untuk beberapa tahun.
Pengaruh yang menguntungkan didistribusikan dalam waktu yang lebih lama
daripada hal yang sama pada pupuk kimia (Foth, 1998).
Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini dapat di rumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan respons akumulasi bahan kering tanaman sorgum
ratoon I akibat aplikasi bahan organik dengan berbagai dosis pada tanaman sorgum pertama.
2. Apakah terdapat perbedaan respons akumulasi bahan kering pada tiga varietas
sorgum ratoon I.
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas
5
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui respons akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon I akibat aplikasi bahan organik dengan berbagai dosis pada tanaman sorgum pertama.
2. Mengetahui respons akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgum
ratoon I.
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas dalam
akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon I.
1.3 Kerangka Pemikiran
Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
ratoon tanaman sorgum. Berbagai genotipe yang ditanam menghasilkan
pertumbuhan dan produksi yang berbeda. Faktor lingkungan seperti curah hujan
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil sorgum. Salah musim berdampak
buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena untuk awal
masa vegetatifnya, tanaman ini memerlukan penyebaran hari hujan yang merata
(Septiani, 2009).
Setiap genotipe yang ditanam memiliki keunggulan masing-masing, dalam
memanfaatkan faktor lingkungan seperti cahaya, air, dan unsur hara sehingga
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ratoon tersebut. Perbedaan antar genotipe terlihat dari tinggi tanaman, hijaunya daun, tidak serempaknya
6
Perbedaan genetik antarvarietas menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan hasil
tanaman sorgum yang diperoleh. Dilihat dari pontensi produksi biji Varietas
Numbu, Keller dan Wray memiliki perbedaan berturut-turut yaitu 4000-5000,
1960, dan 1426 kg/ha (Purnomohadi, 2006). Faktor genetik dari antarvarietas
menimbulkan perbedaan respon terhadap faktor lingkungan. Bahan tanam yang
mempunyai susunan genetik yang berbeda ditanam pada kondisi lingkungan yang
sama, maka keragaman tanaman yang muncul dapat dihubungkan dengan
perbedaan susunan genetik (Sitompul dan Guritno, 1995).
Tanaman akan memberikan reaksi ( tanggapan) terhadap perubahan lingkungan
dengan tingkat tanggapan yang tergantung pada jenis tanaman dan tingkat
perubahan lingkungan tersebut (Sitompul dan Guritno, 1995). Perubahan
lingkungan yang terjadi yaitu dengan memberi pupuk kandang sapi dosis yang
berbeda-beda yaitu 0, 5, 10, dan 15 ton/ha yang akan memberikan respon yang
berbeda. Menurut Hamim dan Sunyoto (2011), tanaman sorgum yang diberi
pupuk berbeda-beda dosisnya akan mengalami respon yang berbeda, dan sangat
mungkin setiap genotipe berbeda pula dalam tanggapannya yang dimunculkan
dalam fenotip tanaman.
Pemberian bahan organik dapat menambah tersedianya bahan makanan (unsur
hara) bagi tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah, memperbaiki sifat fisik
dan kimia tanah serta mendorong kehidupan jasad renik di dalam tanah. Tanaman
akan berproduksi maksimal apabila kondisi tanah dan tempat tumbuhnya ideal,
yaitu secara fisik dan kimia. Dari segi kimia tanah harus mampu menyediakan
7
Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik bagi tanaman.
Walaupun pupuk kandang memiliki kandungan unsur hara yang lebih rendah
dibandingkan dengan pupuk buatan tetapi pupuk kandang dapat mempertinggi
humus, memperbaiki struktur tanah, dan mendorong kehidupan jasad renik tanah.
Menurut Sumadi (2008) dalam Hamim dan Sunyoto (2011), tanaman sorgum
termasuk tanaman siklus C4 yang mempunyai efisiensi dua kali lipat dalam
memproduksi bahan organik dan dalam pemanfaatan N juga lebih efisien dua kali
lipat. Kandungan N yang cukup tinggi pada kotoran sapi mengakibatkan
pemberian bahan organik berpengaruh responsif pada tanaman sorgum. Hal ini
sesuai dengan pendapat Lingga (1997) bahwa unsur nitrogen bagi tanaman
berfungsi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya
batang, cabang dan daun. Unsur tersebut kemudian dibawa ke daun dan di sana
terjadi peristiwa fotosintesis, kemudian hasilnya dibawa keseluruh bagian
tanaman yang akan berpengaruh pada bobot kering tanaman sorgum.
Proses produksi bahan kering bervariasi tergantung pada genotipe dan kondisi
lingkungan yang memberikan kombinasi terbaik. Pemahaman tentang perbedaan
produksi bahan kering antarkultivar dan kondisi lingkungan sangat penting dalam
upaya mengembangkan kultivar berdaya hasil tinggi. Sarief (1986) dalam Safitri
(2010) menyatakan bahwa tersedianya unsur hara yang cukup saat pertumbuhan
maka proses fotosintesis akan lebih aktif, sehingga pemanjangan, pembelahan,
dan diferensiasi sel akan lebih baik pula. Jadi semakin banyak unsur hara yang
8
Fotosintat ditranslokasikan dan diakumulasikan dalam berbagai organ tanaman
selama pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Daun berfungsi sebagai sumber
(source) utama dan polong/ biji bertindak sebagai organ “sink” fotosintat yang
utama. Kapasitas dan aktivitas fotosintesis (source) dan kompetisi antar “sink”
akan mempengaruhi hasil tanaman. Egli (1999) dalam Purnamawati (2010)
menyatakan bahwa hasil (potential yield) tanaman ditentukan oleh kemampuan tanaman mengakumulasikan bahan kering dan pembagian bahan kering tersebut
ke bagian yang akan dipanen.
Adanya pertumbuhan vegetatif ini dapat mempengaruhi pembagian fotosintat
yang pada akhirnya berakibat mengurangi banyaknya bahan kering yang disimpan
dalam biji. Sebaliknya apabila kegiatan fotosintesis dapat tetap dipertahankan
tinggi selama periode pengisian biji maka akan sangat menguntungkan karena
kebutuhan biji akan dapat terpenuhi. Remobilisasi fotosintat yang tersimpan
dalam daun dan batang dapat menjadi sumber lain untuk memenuhi kebutuhan
biji selama periode pengisian biji. Akan tetapi remobilisasi juga dapat
mengakibatkan laju fotosintesis daun terganggu yang selanjutnya akan
menurunkan laju serapan hara akar dan memicu senesens (Purnamawati, 2010).
Hasil fotosintesis akan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman untuk
pembentukan organ tanaman dan sebagian akan tersimpan sebagai bahan kering
(Jumin, 1991). Hasil bahan kering tanaman hampir 90 % dibentuk dari
fotosintesis. Pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, dan secara
9
1.4 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diambil hipotesis sebagai
berikut:
1. Terdapat perbedaan respons akumulasi bahan kering akibat aplikasi bahan
organik dengan berbagai dosis pada tanaman sorgum ratoon I.
2. Terdapat perbedaan respons akumulasi bahan kering pada tiga varietas
sorgum ratoon I.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas dalam
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Sorgum
Berdasarkan klasifikasi botaninya Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, class Liliopsida, ordo Cyperales,
family Poaceae, genus Sorghum, spesies Sorghum bicolor (L.) Moench. Sorgum adalah jenis serealia yang di Indonesia belum banyak dimanfaatkan
kegunaannya. Tanaman sorgum masih demikian kurang perkembangannya,
padahal hasilnya dapat merupakan bahan pangan pengganti beras atau untuk
diekspor (Kartasapoetra, 1994). Sorgum memiliki potensi yang cukup besar untuk
dapat dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini toleransi terhadap kekeringan dan
genangan, memiliki adaptasi yang luas dan dapat tumbuh baik di lahan yang
kurang subur (Syam et al., 1996).
2.2 Morfologi Tanaman Sorgum
Secara umum, biji sorgum dapat dikenali dengan bentuknya yang bulat lonjong
atau bulat telur, dan terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu kulit luar (8%), lembaga
(10%), dan endosperma (82%). Ukuran bijinya kira-kira adalah 4.0 x 2.5 x 3.5
mm, dan berat bijinya berkisar antara 8 - 50 mg dengan rata-rata 28 mg.
11
berukuran kecil (8-10 mg), sedang (12-24 mg), dan besar (25-35 mg). Kulit
bijinya ada yang berwarna putih, merah, atau coklat (Suprapto et al., 1987). Daun sorgum biasanya terdapat secara berselang dalam dua baris pada sisi-sisi
batang yang berlawanan dan masing-masing terdiri atas suatu pelepah dan
helaian. Ukuran daun meningkat dari bawah (pertama ketika mulai tumbuh) ke
atas umumnya sampai daun ketiga atau keempat kemudian menurun sampai daun
bendera jumlah daun pada saat dewasa berkorelasi dengan panjang periode
vegetatif tetapi, umumnya berkisar antara 7-18 helai daun atau lebih (Leonard et al., 1963).
Rismunandar (1989) mendeskripsikan batang tanaman sorgum tegak, lurus
berbentuk silindres, beruas-ruas dan berbuku-buku. Setiap ruas mempunyai alur 5
yang letaknya berseling seling. Batangnya padat, walaupun bagian tengah dapat
menjadi seperti bunga karang, dengan ruang-ruang dalam empulur. Menurut
Martin (1970), banyaknya cabang anakan yang berkembang tergantung pada
faktor genetik, jarak tanam, kelembapan tanah, kesuburan tanah, fotoperiode,
vigor tanaman dan waktu.
Sistem perakaran sorgum terdiri dari akar-akar primer dan sekunder yang
panjangnya hampir dua kali panjang akar jagung pada tahap pertumbuhan yang
sama sehingga merupakan faktor utama penyebab toleransi sorgum terhadap
12
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum
Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan
terhadap kekeringan, produksi tinggi, serta lebih tahan terhadap hama dan
penyakit dibanding tanaman pangan lain seperti jagung dan gandum. Sorgum
memiliki kandungan nutrisi yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai sumber
bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Biji sorgum memiliki kandungan
karbohidrat tinggi dan sering digunakan sebagai bahan baku industri bir, pati, gula
cair atau sirup, etanol, lem, cat, kertas dan industri lainnya. Tanaman sorgum
telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa
Tengah, Jawa Timur, Maluku, NTB, dan NTT (Yanuwar, 2002).
Tanaman sorgum dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis dari dataran
rendah hingga dataran tinggi yang mencapai ketinggian 1500 m dpl
(Rismunandar, 1989). Apabila tanaman sorgum ditanam pada daerah yang
berketinggian >500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan
memiliki umur yang panjang. Rukmana dan Oesman (2001) menambahkan
bahwa tanaman sorgum memerlukan suhu optimal berkisar 23-30oC, dengan
kelembapan udara 20 % dan suhu tanah 25oC. Sorgum dapat bertahan pada
kondisi panas lebih baik dibandingkan tanaman lainnya seperti jagung, namun
suhu yang terlalu tinggi dapat menurunkan produksi biji.
Curah hujan yang diperlukan berkisar 375-425 mm/musim tanam dan tanaman
sorgum dapat beradaptasi dengan baik pada tanah yang sering tergenang air pada
13
menambahkan tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada tanah yang
sedikit masam (pH 5) hingga sedikit basa (pH 7,5).
2.4 Varietas Sorgum
Menurut Undang-Undang No.29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman pasal 1 ayat 3, varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas,
adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh
bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi
karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis
atau spesies yang sama oleh sekurang - kurangnya satu sifat yang menentukan dan
apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
Varietas Numbu merupakan varietas sorgum yang berumur 100 – 105 hari dengan
tinggi tanaman ± 187 cm. Biji sorgum varietas numbu berwarna krem dengan
bentuk biji bulat lonjong. Kelebihan dari sorgum varietas ini adalah mudah
dirontokkan, tahan terhadap bercak dan karat daun. Bobot biji sorgum varietas ini
mencapai 36 – 37 gr dengan potensi hasil panen 4 – 5 ton/ha. Selain itu, kadar
protein dari varietas numbu ini sebesar 9,12 % dengan kadar lemak 3,94 % dan
karbohidrat sebesar 84,58 % (DIY Agricenter, 2008).
Dajue dan Guangwei (2000) dalam Purnomohadi (2006) melaporkan hasil
penelitiannya tentang beberapa varietas sorgum manis (Wray, Keller, dan Rio)
di Beijing menghasilkan hijauan segar berturut-turut 106, 107, dan 82 t/ha.
14
Kadar serat kasar ketiga varietas sorgum manis berbeda baik pada 50 HST
maupun 100 HST. Varietas Rio menghasilkan kadar serat kasar lebih tinggi
daripada Wray dan Keller.
Dari hasil penelitian Purnomohadi (2006), varietas Keller dan Wray mempunyai
potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman penghasil hijauan pakan. Selain itu
varietas Keller dan Wray mempunyai pertumbuhan vegetatif yang lebih panjang,
komposisi kimiawi yang dihasilkan lebih baik kualitasnya untuk hijauan pakan.
2.5 Bahan Organik
Bahan organik adalah salah satu unsur pembentuk tanah. Bahan organik yang
telah terdekomposisi dapat memperkaya bahan makanan untuk tanaman. Upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan serta
kualitas hasil tanaman sorgum adalah dengan memberikan suplai hara yang cukup
dan seimbang melalui pemupukan yang dapat memperbaiki kondisi tanah dengan
cara penambahan pupuk organik dalam tanah. Salah satu pupuk organik yang
dapat diberikan adalah pupuk kandang yang berasal dari kandang ternak berupa
kotorannya (Safitri, 2010).
Pupuk kandang dapat menambah kandungan bahan organik atau humus yang
memperbaiki sifat fisika tanah terutama struktur tanah, daya mengikat air dan
porositas tanah. Pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah yaitu
dalam memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah dan melindungi tanah dari
15
Kandungan bahan organik disuatu tanah dapat turun apabila tanah tersebut
ditanami terus-menerus. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan
atas (top soil) setebal 20 cm yaitu 15-20%. Apabila kandungan bahan organik kurang dari 15% berbahaya sekali karena dapat menurunkan produksi tanaman,
oleh karena itu penambahan bahan organik ke dalam tanah sangat diperlukan
untuk meningkatkan produksi tanaman karena bahan organik dapat memperbaiki
sifak fisik, kimia, dan biologi tanah yang berpengaruh terhadap kesuburan fisik.
Sumber bahan organik yang berbeda akan berbeda pula yang disumbangkan ke
tanah (Hakim et al., 1986).
Seiring dengan perkembangan teknologi diketahui bahwa didalam kotoran ternak
(pupuk kandang) tersebut terdapat zat-zat hara (makanan) yang penting untuk
tanaman. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang yang penting untuk
tanaman antara lain unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Ketiga jenis
unsur ini sangat penting diberikan karena masing-masing memiliki fungsi yang
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung mulai bulan September sampai dengan Desember 2013. Lahan
percobaan terletak pada ketinggian 135 m dpl, dengan jenis tanah latosol dan
sebagian podsolik merah kuning (PMK). Iklim di sekitar kebun percobaan
termasuk tipe B (Schmith Ferguson, 1951) dengan curah hujan rata-rata 1786 mm/
tahun (BPTP Lampung, 2013).
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 benih varietas sorgum
( Numbu, Keller, dan Wray) yang digunakan merupakan jenis sorgum manis yang
berasal dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Sulusuban,
Lampung Tengah. Benih ini merupakan benih introduksi yang diteliti oleh Prof.
Dr. Soeranto Hoeman dan dibawa ke Lampung oleh Dr. Soengkono (Sungkono et al., 2010). Varietas Numbu memiliki tinggi tanaman ± 187 cm, panen ± 100-105 hari, potensi hasil 4,0-5,0 t/ha. Varietas Keller memiliki diameter batang 1,17 cm,
17
memiliki diameter batang 1,73 cm, tinggi tanaman 231,16 cm, umur sorgum 4 -
4,5 bulan. Sorgum manis yang digunakan memiliki kadar nira 67-76% dan kadar
gula brix hasil ekstraksi 5,8-13,7%, bahan organik (pupuk kandang sapi), Urea,
SP-36 , KCl. Alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit,
carter, meteran, tali raffia, pompa air, kertas koran, kertas label, timbangan
elektrik, streples, oven, plastik, karung, buku tulis, alat tulis, seed counter, klorofilmeter, dan kamera.
3.3 Metode penelitian
Perlakuan dalam penelitian disusun secara faktorial dengan Rancangan Petak
Terbagi (Split Plot Design) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik dari pupuk
kandang sapi (B) yang terdiri atas 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2), dan 15 ton/ha (b3).
Sedangkan anak petak adalah varietas tanaman sorgum (G) yang terdiri dari
varietas Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3). Petak percobaan yang
digunakan pada penelitian ini berukuran 4 m x 4 m dan jarak tanam yang
digunakan pada penelitian ini adalah 20 cm x 80 cm, sehingga jumlah tanaman
62.500 tanaman per ha.
Data dianalisis dengan analisis ragam setelah dilakukan Uji Homogenitas ragam
antarperlakuan dengan Uji Bartlet dan aditivitas data dengan Uji Tukey.
Perbedaan nilai tengah antarperlakuan ditentukan dengan menggunakan uji Beda
18
Tabel 1. Kombinasi perlakuan bahan organik dan varietas sorgum dalam percobaan
No. Kombinasi Perlakuan Dosis Bahan Organik
19
4 m
4 m
Gambar 2. Tata letak tanaman per satuan percobaan
3.4 Pelaksanaan penelitian
3.4.1 Pemotongan Batang
Pemotongan batang dilakukan pada saat pemanenan tanaman sorgum pertama
dengan cara memotong batang sorgum 10-15 cm di atas permukaan tanah dengan
menggunakan sabit. Selanjutnya batang sorgum yang telah dipotong dibiarkan
sehingga tunas tanaman sorgum tumbuh (ratoon) dari pangkal batang. Tunas-tunas yang tumbuh disebut Ratoon.
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 80 cm
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 20 cm
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
20
3.4.2 Perbaikan Petak Percobaan
Perbaikan petak percobaan dilakukan setelah pemotongan batang, sehingga batas
antarpetakan terlihat jelas. Perbaikan petakan meliputi perataan tanah,
pembumbunan, dan membuat saluran drainase. Masing-masing petak berukuran
4 m x 4 m dan jarak tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 cm x
80 cm dan jarak antarpetak satu meter.
1.4.3 Pemupukan
Perlakuan bahan organik (pupuk kandang sapi) sudah diaplikasikan pada awal
pertanaman sorgum pertama sehingga pada tanaman ratoon ini tidak dilakukan penambahan bahan organik. Pupuk kimia yang digunakan adalah Urea, SP 36 dan
KCl masing-masing dengan dosis 100, 100, 150 kg/ha dan dilakukan sebanyak
dua kali yaitu pemupukan pertama dengan perbandingan ½ : 1: 1 pada 3 mst,
sedangkan pemupukan kedua dengan perbandingan ½ : 0 :0 pada 7 mst dengan
sistem larikan terputus. Pupuk diberikan dalam lubang ± 10 cm dan ditutup
dengan tanah. Pemupukan bertujuan untuk membantu menyediakan unsur hara
dalam tanah.
3.4.4 Penjarangan
Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah pemotongan batang tanaman sorgum
pertama, kemudian dipelihara satu tanaman sorgum yang terbaik dengan jarak
21
3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman ratoon meliputi penyiangan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma agar tidak
menganggu tanaman sorgum dan dilakukan secara manual. Penyiangan dilakukan
pada saat awal pertanaman pada umur 3 mst dan pada saat pemberian pupuk.
Penyiraman dilakukan 2 minggu sekali untuk mendukung pertumbuhan tanaman
sorgum.
3.5 Variabel yang diamati
Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel sebanyak 2 tanaman per petak yang
dipilih secara acak. Variabel-variabel yang diamati adalah ;
1. Bobot daun kering
Bobot daun kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot daun kering
ditentukan dengan cara mengeringkan daun dalam oven selama tiga hari
dengan suhu 80oC. Sampel diambil sejak 5 minggu setelah tanam (mst)
dengan interval seminggu sekali.
2. Bobot batang kering
Bobot batang kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot batang kering
ditentukan dengan cara mengeringkan batang dalam oven selama tiga hari
dengan suhu 80oC. Sampel diambil sejak 5 minggu setelah tanam (mst)
dengan interval seminggu sekali.
3. Bobot akar kering
Bobot akar kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot akar kering ditentukan
22
80oC. Sampel diambil sejak 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval
seminggu sekali.
4. Bobot malai kering
Bobot malai kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot malai kering
ditentukan dengan cara mengeringkan malai dalam oven selama tiga hari
dengan suhu 80oC. Sampel diambil sejak 7 minggu setelah tanam (mst)
dengan interval seminggu sekali.
5. Bobot biji kering
Bobot biji kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot biji kering ditentukan
dengan cara mengeringkan biji dalam oven selama tiga hari dengan suhu 80oC.
Sampel diambil sejak 8 minggu setelah tanam (mst) dengan interval seminggu
sekali.
6. Jumlah biji
Jumlah biji ditentukan dengan cara menghitung biji menggunakan seed counter. Sampel diambil mulai 8 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengambilan sampel setiap minggu.
7. Klorofil
Klorofil diukur dalam satuan unit dan ditentukan dengan cara menggunakan
klorofilmeter. Sampel diukur sejak 7 minggu setelah tanam (mst) dengan interval seminggu sekali.
8. Bobot brangkasan kering
Bobot brangkasan kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot brangkasan
kering ditentukan dengan cara mengeringkan daun, batang, dan akar dalam
oven selama tiga hari dengan suhu 80oC. Sampel diambil pada 12 minggu
23
9. Indeks panen
Indeks panen diperoleh dari hasil tanaman dibagi dengan berta kering total
tanaman. Indeks panen merupakan kemampuan tanaman untuk
mendistribusikan bahan kering ke biji. Indeks panen diukur dalam satuan
persen (%). Lalu dihitung dengan cara:
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dosis bahan organik 0, 5, 10 dan 15 ton/ha tidak mempengaruhi akumulasi
bahan kering tanaman sorgum, kecuali pada jumlah biji 8 mst. Sebagian bahan
kering diakumulasikan pada batang, biji, akar, daun, dan malai.
2. Varietas Numbu memiliki akumulasi bahan kering yang paling besar
dibandingkan Varietas Wray dan Keller.
3. Pengaruh bahan organik terhadap bobot kering tanaman sorgum tergantung pada
varietas, pada dosis bahan organik 15 ton/ha Varietas Numbu memiliki bobot akar
kering dan bobot malai kering tertinggi dibandingkan dengan Varietas Keller
dan Wray.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menggunakan bahan organik
53
PUSTAKA ACUAN
Adimihardja, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis dan Takaran Pupuk Kandang terhadap Produktivitas Tanah Ultisol Terdegradasi di Desa Batin, Jambi. Hal 303-319 dalam Pros.Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Buku II. Lido Bogor 6-8 Desember 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.
Agustina, K., D. Sopandie, Trikoesoemaningtyas, dan D. Wirnas. 2010. Tanggap Fisiologi Akar Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap Cekaman Aluminium dan Defisiensi Fosfor di dalam Rhizotron. Jurnal Agronomi Indonesia. Volume 38 No. 2. Hlm 88-94.
Beti, Y. A., A. Ispandi dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi Balai Penelitian Tanaman.Malang No. 5. Malang.
BPTP Lampung, 2013. Sekilas Kebun Percobaan Natar BPTP Lampung. http://www.lampung.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2013. Pukul 15.30 WIB.
Chauchan J.S, B.S. Vergara dan S.S. Lopez. 1985. Rice Ratooning. IRRI Research Paper Series. Number 102 . February 1985. IRRI: Philippines.
Dajue L. dan Guangwei S., 2000. Sweet Sorghum A Fine Forage Crop For The Beijing Region, China. Paper Presented In FAO E-Conference On Tropical Silage, 1 Sept−15 Dec 1999 In FAO, 2000. Vol. 161: 123−124.
Dermawan, R. 2011. Respon Genotipe Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] Terhadap Pemupukan P Pada Berbagai Taraf Kejenuhan Aluminium Di Tanah Masam. Disertasi. Sekolah pascasarjana IPB. Bogor.
54
Foth, D. H. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Gardner, F. P., R. B. Pearce., R. Roger and I. Mitchel. 1992. Physiologi of Plant. Lowa State University Press. Diterjemahkan oleh Tohari,S. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Goldsworthy, P.R. dan N. M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G. Nugroho, M. A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Barley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterbitkan untuk BKS-PTN/UNSAID WUAE Project. Universitas Lapmung Press. Bandar Lampung. 450 hlm.
Hamim, H. dan Sunyoto. 2011. Penampilan Agronomi Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor L.) Pada Pingkat Pemupukan Nitrogen Berbeda. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hoeman, S. 2007. Peluang dan potensi pengembangan sorgum. Makalah pada
Workshop ―Peluang dan tantangan sorgum sebagai bahan baku
bioetanol‖. Dirjen Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. 10 hal.
House, LR. 1985. A guide to Sorghum Breeding. 2nd Ed. International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India. 206p.
Kamal, M. 2011. Kanjian Sinergi Pemanfaatan Cahaya dan Nitrogen dalam Produksi Tanaman Pangan. Pidato ilmiah pengukuhan guru besar ilmu tanaman pada 23 Februari 2011. Penerbit Universitas Lampung.
Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Leonard, W. H. & Martin, J. H. 1963. Cereal Crops. The Macmillan Company, USA, Pp679-735.
55
Martajaya, M. 2003. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis (Zea mays Saccharata Stury) Yang Dipupuk Beberapa Macam Pupuk Organik Pada Saat Yang Berbeda Terhadap Anorganik. Tesis. Pascasarjana Unibraw. Malang.
Mudjisihono R. dan H.S. Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. Jakarta:Penebar Swadaya
Mutiah, Z. 2013. Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Di Tanah Masam, Jasinga. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Novemprirenta, Y. C., S. Indriyani, Y. Prayogo. 2013. Respon Beberapa Galur Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia sorghi Schw.). Jurnal Biotropika. Edisi 1 No 2. Hlm 57-61.
Poerwanto, R. 2003. Peran Manajemen Budidaya Tanaman Dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-buahan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 13 September 2003
Purnamawati, H., R.Poerwanto, I. Lubis, Yudiwanti, S.A. Rais, dan
A.G.Manshuri. 2010. Akumulasi dan Distribusi Bahan Kering pada Beberapa Kultivar Kacang Tanah. Jurnal Agronomi Indonesia Volume 38 No. 2. Hlm 100 - 106.
Purnomohadi, M. 2006. Potensi Penggunaan Beberapa Varietas Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.)Moench) Sebagai Tanaman Pakan. Berk. Penel. Hayati: Vol.12 No.41–4. Surabya. Hlm 41-44.
Puspitasari, G., D. Kastono, S. Waluyo. 2012. Pertumbuhan Dan Hasil Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Tanam Baru Dan Ratoon Pada Jarak Tanam Berbeda. Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 1 No.4. Yogyakarta.
Rauf, A. W., Syamsuddin, T., S. R. Sihombing, 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Loka Pengkajian Teknologi Petanian Koya Barat. Irian Jaya.
56
Safitri, R., N. Akhir, I. Suliansyah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor ( L.) Moench). J. Jerami Volume 3 No. 2. Hlm 107-119.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Third Edition. Wadsworth Publishing Company, Belmont, California. 540p.
Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika (Terjemahan). Penerbit ITB. Bandung.
Septiani, R. 2009. Evaluasi Pertumbuahan Dan Hasil Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor L.) Ratoon I. Di Bandar Lampung. Skripsi Mahasiswa. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Setiawan, A.I. 2005. Memanfaatkan kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 82 hlm.
Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorghum Di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Vol.22 No.4. Jakarta. Hlm. 133-140.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Subeni, 2000. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Enam Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embryo.
Sucitpo, 2010. Efektifitas Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Sorghum Manis [Sorghum bicolor (L.) Moench].
Jurnal Embryo, Vol. 7 No.2. Hlm 67-74.
Sungkono. 2004. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Genotipe Padi Gogo Tahan Naungan Pada Dua Lokasi Berbeda. Tesis Pascasarjana. Universitas Lampung. Lampung. 60 hlm.
57
Suseno, S. 2013. Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Sistem Tumpangsari dengan Tanaman Ubukayu (Manihot esculenta CRANTZ). Skripsi. Universitas lampung. Lampung. Hal 35.
Syahruddin, A. dan Nuraini. 1999. Pemberian Pupuk Kandang Memperbaiki Swat Fisika Dan Kimia Tanah. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Bogor.
Syam, M., Hermanto dan A. Musaddad. 1996. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Tarigan, Dewi H., T. Irmansyah, E. Purba. 2013. Pengaruh Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum
(Sorghum bicolor [L.] Moench). Jurnal Online Agroekoteknologi, Vol.2, No.1:86-94.
Thomas J. C., K. W. Brown and W. R. Jordan. 1976. ‘Stomata response to leaf water potential as affected by preconditioning water stree in the
field’, Agron. J., 68: 706-708.
Turmudi, E. 2010. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor) Terhadap Frekuensi Dan Dosis Pupuk Nitrogen. Jurnal Ilmiah Pertania Biofarm, Volume 13, No. 9. Pekalongan. Hlm 11-24.
Yanuwar, W. 2002. Aktivitas Antioksidan Dan Imunomodulator Serealia Non -Beras. Institut Pertanian Bogor.
Yuliasari, R. 2013. Distribusi Bahan Kering Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) Yang Ditumpangsarikan