ABSTRAK
TINJAUAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI PROPINSI LAMPUNG
Oleh
Rama Naldo Sanjaya
Menghasilkan laba adalah tujuan utama dari semua perusahaan. Begitu pula
dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di Propinsi Lampung yang
memiliki tujuan yang sama. Selain laba hal yang penting yang harus dimiliki oleh
suatu perusahaan yaitu efisiensi usaha atau penggunaan dana. Efisiensi dalam
usaha dapat diukur dengan menggunakan analisis profitabilitas.
Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui tingkat
kesehatan profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di
Propinsi Lampung priode 2010-2013. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis profitabilitas.
Profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di Propinsi
Lampung periode 2010-2013 secara keseluruhan dapat dinyatakan belum sehat
Return On Equity (ROE) dalam keadaan sangat sehat, dan Operation Current Ratio (OCR) dalam keadaan sangat sehat, sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.
TINJAUAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI PROPINSI LAMPUNG
Oleh
Rama Naldo Sanjaya
Laporan Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar AHLI MADYA (A.Md) Keuangan Perbankan
Pada
Program Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Maret 1992, penulis
merupakan anak kedua dari pasangan bapak Nurhasan Alimuduin dan Ibu Nani
Juraida.
Penulis memulai pendidikan formal memasuki :
TK Amarta Tani Bandar Lampung pada tahun 1998 - 1999
SDN 3 Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 1999 - 2005
MTsN 1 Pahoman Bandar Lampung pada tahun 2005 - 2008
PONPES Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tanggerang pada tahun 2008 -
2011
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Pada Perguruan Tinggi Program
Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung (UNILA).
Pada tanggal 21 Januari 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
MOTO
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi kembali berdiri setiap kita terjatuh”
“Sesuatu yang hebat bisa dicapai tanpa semangat yang besar”
PERSEMBAHAN
Seperti Mentari yang tampa pamrih selalu tulus bersinar di kala pagi seperti kasih yang tiada henti memberikan damai bagi insan Illahi seperti rindu yang selalu mengebu walau menyiksa naluri hati seperti
itulah terimakasihku pada mu Allahu Rabbi, dan Kedua Orang Tua ku…..
Atas nikmat hidup dan lantunan doa hingga ku mampu menuliskan bait kata dalam laporan ini…….
Terimakasih Ayahanda dan Ibunda tercinta
Tiap tetes peluh, tiap gores luka, tiap detik perjuangan untuk anak lelaki kecilmu ini menjadi saksi penuh cinta dihadapannya atas hak mu
akan surga.
Serta ku ucapkan terimakasih untuk sahabat-sahabatku dan untuk seseorang yang saat ini ada di dalam hatiku yang kelak akan menjadi
BAB III GAMBARAN UMUM ... 30
3.1 Sejarah BPR ... 30
3.2 Struktur Organisasi BPR ... 32
3.3 Bentuk Hukum BPR ... 34
3.4 Kepemilikan BPR ... 34
3.5 Pembinaan dan Pengawasan BPR ... 35
3.6 Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR ... 36
3.7 Perkembangan BPR di Lampung ... 37
BAB IV PEMBAHASAN ... 40
4.1 Hasil Penelitian ... 40
4.1.1 Return On Asset (ROA) ... 40
4.1.2 Return On Equity (ROE) ... 43
4.1.3 Rasio Biaya Operasional (OCR) ... 46
4.1.4 Net Profit Margin Ratio (NPM) ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan Laba Bersih Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Konvensional Propinsi Lampung Periode 2010-2013 ... 4
2. Rekap data jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat
Konvensional di wilayah Propinsi Lampung ... 38
3. Rekap data jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat
Syariah di wilayah Propinsi Lampung ... 39
4. Hasil perhitungan Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional
Propinsi Lampung Periode 2010-2013 ... 42
5. Hasil perhitungan Return On Equity (ROE)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional
Propinsi Lampung Periode 2010-2013 ... 45
6. Hasil perhitungan Rasio Biaya Operasional (OCR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional
Propinsi Lampung Periode 2010-2013 ... 48
7. Hasil perhitungan Net Profit Margin Ratio (NPM)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1998 bahwa yang dimaksud dengan
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencangkup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Perbankan Indonesia menjalankan Fungsinya berasaskan demokrasi
ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Pada umumnya Bank adalah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan
uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Menurut UU Negara Republik Indonesia No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 yang
dimaksud Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Di samping itu, denagan kemajuan perekonomian dan semakin
produk dan layanan yang sifatnya memberikan kepuasan dan
kemudahan-kemudahan untuk para nasabahnya, misalnya menyediakan mekanisme dan alat
pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, serta memberikan
pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga dan penawaran jasa-jasa
keuangan lainnya.
Tentu saja keberadaannya sangat mempermudah dan memperlancar seluruh
aktivitas ekonomi masyarakat dan menempatkan bank menjadi sebuah lembaga
keuangan yang sangat strategis. Demikian halnya dengan Bank Perkreditan
Rakyat yang menjadi salah satu jenis Bank menurut UU No.7 tahun 1992.
Ditengah-tengah persaingan bank dalam mempertahankan eksistensi dan
kepercayaan dari masyarakat yang menjadi konsumennya dan sebagai ujung
tombak perbankan di pedesaan, kinerja Bank Perkreditan Rakyat mampu terus
bertahan dan menjadi pilihan masyarakat.
Bank Perkreditan Rakyat atau yang selanjutnya disebut BPR menurut
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 kemudian diganti Undang-Undang-Undang-Undang No.10 Tahun 1998
adalah lembaga keuangan yang bergerak di bidang keuangan yang melaksanakan
kegiatan usaha perbankan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai lembaga keuangan merupakan lembaga
kepercayaan, karena merupakan lembaga perantara keuangan
(financialintermediary), antara pihak yang kelebihan dana yang mempercayakan pengelolaan dananya kepada BPR untuk menyalurkannya kepada pihak yang
3
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu lembaga perbankan juga
mempunyai peranan yang cukup penting dalam menunjang perekonomian
Indonesia. Salah satu peran BPR adalah membantu masyarakat yang sulit
memiliki akses peminjaman dana ke bank umum, sehingga masyarakat tidak perlu
meminjam uang kepada rentenir.
BPR juga berperan serta dalam menunjang perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) di Indonesia yang menjadi salah satu sektor usaha terbesar
yang ada di Indonesia yang membantu pemerintah dalam penciptaan lapangan
pekerjaan. Peran BPR di sini adalah membantu perkembangan UKMM melalui
peminjaman modal yang dihimpun dari dana masyarakat.
Sebagaimana halnya dengan badan usaha yang berorientasi pada profit, BPR juga
berupaya menawarkan berbagai produk dan jasa semenarik mungkin untuk
menarik nasabah dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dalam
pelaksanaanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) selalu berusaha untuk membangun
kepercayaan nasabah melalui peningkatan produk, pelayanan, dan kinerja Bank.
Kinerja bank dinilai sebagai salah satu faktor yang penting bagi perbankan untuk
melihat baik atau tidaknya kinerja bank tersebut. Selain itu penilaian kinerja juga
dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar profitabilitas atau keuntungan
bank dengan membandingkan hasil laba pada tahun tertentu dengan laba
tahun-tahun sebelum dan sesudahnya atau membandingkan kinerja profitabilitas
Laba atau profit merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan dan
dijadikan tolak ukur dalam mengukur kinerja perusahaan. Secara umum laba
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan para investor dan kreditor dalam
penanaman modalnya walaupun hal tersebut bukan satu-satunya faktor yang
mendasari dalam berinvestasi. Selain itu laba atau profit juga merupakan salah
satu indikator penting dalam menilai kesehatan bank, yaitu penilaian dari segi
Profitabilitasnya.
Tabel 1. Perkembangan Laba Bersih Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung Periode 2010-2013.
(Dalam Milyaran Rupiah)
Tahun Laba Bersih Persentase Perkembangan Laba
2010 6.326.393 -
2011 7.104.458 12,30% 2012 9.284.024 30,68% 2013 9.737.719 4,89%
Rata-rata 8.113.148 15,95%
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Lampung 2014
Tabel 1 menunjukkan bahwa laba Bank Perkreditan Rakyat Konvensional (BPR)
di Propinsi Lampung pada tahun 2011 mengalami kenaikan laba sebesar 12,30%,
pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 30,68%, kemudian mengalami
penurunan di tahun 2013 sebesar 4,89%, dengan rata-rata perkembangan laba
sebesar 15,95%.
Namun selain itu yang lebih penting lagi yang harus dimiliki oleh Bank
Perkreditan Rakyat Konvensional (BPR) di Propinsi Lampung, yaitu bagaimana
perusahaan tersebut dapat melakukan efisiensi penggunaan dana. Sebab laba yang
5
dan efisien. Efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam menjalankan
operasinya salah satunya dapat ditentukan oleh kemampuan keuangan perusahaan
memperolah profitabilitas. Menurut Lukman Denda Wijaya (2003: 118).
Mengingat begitu pentingnya penilaian terhadap profitabilitas Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) seperti yang sudah dijelaskan di paragraf sebelumnya, maka penulis
melakukan penelitian terhadap Bank Perkreditan Rakyat (BPR di Propinsi
Lampung, dengan mengambil obyek penelitian pada BPR konvensional yang
terdapat dalam direktori Bank Indonesia. Oleh sebab, itu judul dari penulisan ini
adalah “TINJAUAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI PROPINSI LAMPUNG”’
1.2. Rumusan Masalah
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba.
Tingkat profitabilitas sangat penting bagi bank dalam mempertahankan
kinerjanya. Tingkat profitabilitas yang sehat menjadi salah satu tolak ukur
kepercayaan masyarakat untuk menginvestasikan dananya ke bank yang
bersangkutan. Tingkat profitabilitas yang sehat dapat diukur dengan menggunakan
ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), OCR (Operation Current Ratio), dan NPM (Net Profit Margin) (menurut Kasmir:2008). Semakin tinggi persentase ROA, ROE, dan NPM menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan
berada dalam kategori sehat. Sedangkan OCR, semakin tinggi persentasenya
menunjukkan semakin tidak efektifnya kinerja suatu bank.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka permasalah yang diangkat dalam penelitian
“Apakah Profitabilitas Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di Propinsi Lampung Periode 2010-2013 dalam Katagori Sehat menurut standar Bank Indonesia”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Propinsi Lampung periode 2010-2013
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan laporan akhir ini adalah:
1. Bagi perusahaan :
Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Propinsi Lampung dalam proses
pengambilan keputusan. Khususnya mengenai tingkat profitabilitas bank.
2. Bagi penulis :
a. untuk mengkaji ilmu pengetahuan diperoleh selama kuliah dan
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
b. Sebagai sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan wawasan
pengetahuan.
3. Bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya :
a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan panduan dalam
melanjutkan penelitian ini dimasa yang akan datang.
7
1.5. Metodelogi Penulisan
Metode yang penulis lakukan untuk menulis laporan kahir ini adalah metode
pengumpulan data sekunder selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung terhitung sejak tanggal
21 Januari 2014 – 26 Maret 2014.
Hasil perolehan data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
(dengan menginterpretasi data skunder) untuk mengukur kinerja profitabilitas
keuangan Bank BPR Konvensional di Propinsi Lampung. Hal ini dimaksud untuk
membuktikan hubungan antara teori dengan fakta impiris.
Penelitian sekunder dilakukan penulis dengan mendokumenkan data dari Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Lampung. Pengumpulan data dan informasi yang
terkait dengan tulisan ini juga dilakukan dengan metode penelitian
keperpustakaan, yaitu cara untuk mendapatkan data sebagai landasan teoritis yang
bersumber dari buku-buku, ketetapan dan Surat Edaran Bank Indonesia, literatur,
dan pengetahuan umum yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.
Penilaian kinerja profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat Konvensional di Propinsi
Lampung selama periode 2010-2013.
1.6. Alat Analisis 1.6.1 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemaampuan
ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya (Syafri, 2008;304).
Menurut Kasmir:2008, Tingkat profitabilitas yang sehat dapat diukur dengan
menggunakan ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), OCR (Operation Current Ratio), dan NPM (Net Profit Margin).
1. Return On Assets (ROA)
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menajemen perusahaan
dalam memeroleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan
tersebut semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dan penggunaan asset
(Kasmir:2008).
Rumus :
Laba Bersih
ROA = X 100 %
Total Aktiva
2. Return On Equity (ROE)
Rasio ini merupakan perbandingsn antara laba bersih suatu perusahaan dengan
modal sendir (Kasmir:2008). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai .
Rumus :
Laba Bersih
ROE = X 100 %
9
3. Operation Current Ratio ( OCR )
Rasio ini merupakan untuk mengukur kemampuan bank dan mengukur tingkat
efisiensi dalam melakukan kegiatan operasioanalnya (Kasmir:2008).
Rumus :
Biaya Oprasioanal
OCR = X 100 %
Pendapatan Oprasioanal
4. Net Profit Margin Ratio (NPM)
Rasio ini mencerminkan kentungan bersih dalam rupiah, juga memberikan
informasi tentang kemampuan menghasilkan laba dari penjualan dan efisiensi
operasi perusahaan (Kasmir:2008).
Rumus :
Laba Bersih
NPM = X 100 %
II. LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Bank
Berbagai definisi mengenai bank telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan
ahli. Berikut ini beberapa pengertian bank antara lain :
1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan,
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank
Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.”
2. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 adalah
sebagai berikut :
“bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana
11
3. Bank secara sederhana menurut Kasmir (2002:11) adalah :
“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah dengan menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.”
4. Abdullah (2005) mendefinisikan bank sebaga berikut :
“Bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi
intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana
dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang
kekurangan dana.”
5. Dalam id.wikipedia.org bank adalah
“sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan
kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.”
Dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa bank merupakan lembaga
yang menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan dan menyalurkannya
kembali dalam bentuk pinjaman berupa kredit dan bekerja atas dasar kepercayaan
yang diperoleh dari mayarakat.
2.2. Fungsi Bank
Menurut Susilo, Triandoro dan Santoso (2006:9) secara umum fungsi utama bank
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
Secara spesifik fungsi utama bank adalah:
1. Agent of Trust
2. Agent of Development
3. Agent of Service
Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan digunakan dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada
saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.
Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada
debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan
pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjamannya dengan baik, debitur
akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo dan
debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta
kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
b. Agent of Development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak
dapat dipisahkan.Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling
13
sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa
penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan
investasi, distribusi, serta konsumsi dan jasa, mengingat bahwa
kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang,
kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut tidak lain adalah kegiatan
pembangunan perekonomian masyarakat.
c. Agent of Service
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman
uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian
tagihan.
2.3. Jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia terdapat beberapa jenis perbankan yang
diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Namun kegiatan utama atau pokok bank
sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya. Adapun jenis bank
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah.
Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini bahwa
kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank
umum.
Di samping kedua jenis bank tersebut dalam praktiknya masih terdapat satu lagi
jenis bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Sentral. Bank Sentral tidak bersifat
komersial seperti halnya Bank Umum dan BPR, dan di Indonesia fungsi Bank
Sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Sentral diatur oleh
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Tugas-tuga Bank Sentral antara lain :
1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
15
2.4. Pengertian BPR
Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan
bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk
melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum
BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
BPR hanya beroprasi dibatasi dalam wilayah tertentu saja, BPR juga dilarang
dalam melakukan kliring dan transaksi valuta asing. Bank Perkreditan Rakyat
diharuskan menyetor modal relatif lebih kecil dibandingkan bank umum, yaitu
sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tanggal 12mei
1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat, dikatakan bahwa modal disetor untuk
mendirikan BPR ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar :
1. Dua milyar rupiah untuk BPR yang didirikan di DKI Jakarta, dan
Kabupaten/Kotamadya Tanggerang, Bogor, Bekasi, Dan Karawang.
2. Satu milyar rupiah untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota propinsi
di luar wilayah pada angka (1).
3. Lima ratus juta rupiah untuk BPR yang didirikan di luar wilayah yang
disebutkan pada angka (1) dan (2).
Syarat Pendirian Bank Perkreditan Rakyat menurut Peraturan Bank Indonesia
tanggal 9 Agustus 2004 dan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia
1. Warga Negara Indoensia.
2. Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya adalah WNI.
3. ,Dua pihak atau lebih sebagaimana yang dimaksud di atas.
2.5. Asas, Fungsi, Tujuan, dan Sasaran BPR
Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi
Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri
positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli).
Fungsi BPR sendiri sudah sangat jelas yaitu sebagai badan usaha yang bertugas
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
BPR memiliki sasaran yaitu melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan,
pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum
dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan
layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,
17
2.6. Usaha BPR
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread
effect dan pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan dan/ atau bentuk lainnya yang
dipersemnbahkan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.
4. Menepatkan dananya dalam bentuk Serifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain.
Sertifikat Bank Indonesia adalah sertifikat yang ditawarkan oleh bank
indonesia apabila BPR mengalami over liquiditas.
2.7. Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan BPR
Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak dapat
dilakukan oleh BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah:
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang
valuta asing (dengan izin Bank Indonesia).
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud
dalam usaha BPR.
2.8. Alokasi Kredit BPR
Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
BPR, yaitu :
1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai
dengan perjanjian.
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank
Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian
jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR
kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk
kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR
tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal
yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank
Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian
jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR
kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih
dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota
19
yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan
keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota
dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat
BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal
yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
2.9. Perijinan BPR
Dalam mendirikan BPR ada beberapa ketentuan dan perijinan yang harus
dipenuhi yaitu:
1. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali
apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan
undang-undang tersendiri.
2. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia.
3. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang
susunan organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang
perbankan, kelayakan rencana kerja, hal-hal lain yang ditetapkan Menteri
Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia, dan
memenuhi persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat BPR di
kecamatan. BPR dapat pula didirikan di ibukota kabupaten atau
kotamadya sepanjang di ibukota kabupaten dan Kotamadya belum terdapat
4. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi,
ibukota kabupaten, dan kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
Persyaratan dan tatacarapembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri
Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
5. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi,
ibukota Kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah
kantor cabang BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia. Persyaratan
dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan
setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
6. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR
dilarang rnelakukan kegiatan usaha dalam valuta asing (transaksi valas).
2.10. Perbedaan BPR Konvensional dan Syariah
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpana hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainya yang dipersembahkan
dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR, sedangkan sesui dengan
UU Bank Syariah No.7 tahun 1992 Bank Perkreditan Rakyat Syariah adalah
lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersembahkan dengan itu dan
menyalurkan dana usaha BPR. Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
Adapun beberapa perbedaan antara Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan
21
1. Untuk akad, BPRS memiliki akad yang sesuai dengan syariat Islam
dimana segala macam bentuk perjanjian atau perikatan dibuat di awal
transaksi.
2. Untuk prinsip, merupakn landasan awal terjadinya akad yang berbasis
syariah.
3. Untuk pola operasi, dimana dalam BPRS tidak menggunakan sistem,
bunga sebagai pijakan peminjaman, melaikan menggunakan sistem bagi
hasil sebagai dasarnya, sedangkan BPR Konvensional menggunakan
sistem bunga untuk pendapatan, hal ini dapat dibuktikan dengan pesatnya
hasil yang diperolah pada pola bagi hasil yang sudah diperhitungkan
dengan baik.
4. Untuk sistem pengawasan, BPRS mempunyai Dewan Syariah Nasional
dan Dwan Pengawas Nasional yang langsung diaudit oleh tenaga-tenaga
profesional dibawah Bank Indonesia dan Islamic Bank.
5. Untuk hubungan, antara nasabah dan pegawai memeliki kesamaan hak
berbeda dengan BPR Konvensional.
2.11. Laporan Keuangan
Secara umum setiap perusahaan baik itu bank maupun non bank pada suatu
periode tertentu akan melaporkan kegiatan keuangannya. Infoemasi tentang proses
keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas dan informasi lainya yang
berkaitan dengan kegiatan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan
Menurut SFAC No.1 FASB 1978 (Statements of Financial Accounting Concepts)
tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat
kepada investor, kreditor, dan pemakai laninnya baik yang sekarang maupun yang
potensial dalam pembuatan investasi, kredit, dan keputusan sejenis secara
rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi dalam menilai jumlah,
waktu, ketidakpastian penerimaan kas dari dividen dan bunga di masa yang akan
datang. Hal ini mengandung makna bahwa investor menginginkan informasi
tentang hasil dan risiko atas investasi yang dilakukan.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akutansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau
aktivitas perusahaan tersebut. Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk
mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari bank karena
masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda disesuaikan dengan sifat dan
kepentingan masing-masing. Munawir berpendapat bahwa pihak- pihak yang
berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu
perusahaan adalah :
1. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaannya, karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan akan
dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannnya
dan kesuksesan manajer dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan.
2. Manajer atau pemimpin perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan
23
lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat.
3. Para investor, mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan
dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk
mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau
kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.
4. Para kreditur dan bankers, sebelum mengambil keputusan untuk memberi
atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui
terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
5. Pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh
perusahaan juga sangat diperlukan oleh BPS. Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Tenaga Kerja sebagai dasar perncanaan pemerintah.
Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan informasi tentang
kekayaan suatu perusahaan yang dapat menunjukan tingkat laba dan biaya
yang terjadi pada perusahaan (Munawir, 2002).
Laporan keuangan terdiri dari atas :
1. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah aporan atas kegiatan-kegiatan perusahaan pada waktu
periode akuntansi tertentu. Laporan laa rugi menunjukan pendapatan, biaya,
bunga, pajak, dan lain-lain.
Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukan posisi aktiva dan passive.
Aktiva terdiri dari aktiva lancer, aktiva tidak lancer dan aktiva tetap.
Sedangkan passive terdiri atas kewajiban dan modal.
3. Laporan Equitas
Laporan Equitas adalah laporan yang menunjukan perubahan modal setiap
periode, yang terdiri modal sendiri, modal disekitar, dan laba ditaha.
2.12. Tujuan Laporan Keuangan
Setiap orang yang berkepentingan terhadap perusahaan mempunyai kebutuhan
informasi yang berbeda-beda pula. Laporan keuangan ini harus disusun
sedemukian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan semua pihak yang
berkepentingan.
Tujuan laporan keuangan yaitu (Munawir, 2002: 78) :
1. Memberikan informasi yang terpercaya tentang kekayaan dan kewajiban
perusahaan.
2. Memberikan informasi yang akurat tentang perubahan kekayaan bersih
perusahaan yang berasal dari aktivitas perusahaan.
3. Memberikan infoemasi yang dapat membantu perkiraan perusahaan untuk
memperoleh laba.
4. Memberikan infoemasi-infoemasi lain yang berhubungan dengan
25
2.13. Analisis Laporan Keuangan
Perusahaaan yang berhasil sangat bergantung pada kemampuan manajemen
perencanaan, karena yang kita sadari bahwa kondisi yang akan datang tidak dapat
diketahui secara pasti sehingga perencanaan yang yang baik dan matang
sekalipun dapat mengalami kegagalan.
Maka dalam hal ini peran supervisor sangat dibutuhkan untu mengawasi dan
memantau perubahan-perubahan yang terjadi. Untuk mengatasi kondisi tersebut
daat dlakukan melalui mekanisme pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu dari
laporan keuangan setiap bulan guna mengetahui dengan cepat masalah-masalah
sebelum berkembang dan terlewati.
Analisis laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai sebagai salah satu alat dalam mengambil
keputusan ekonomi.
Data keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila
data tersebut dibandingkan untuk tiga periode atau lebih sehingga dapat diperoleh
Gambar 1. Mekanisme dalam menentukan tingkat profitabilitas
2.14. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas meruakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, oleh
karena itu rasio keuangan dapat memberikan jawaban akhir tentang keefektifan
dengan merujuk pada beberapa indikator yang berbeda-beda yang dapat digukan
untk meningkatkan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan. Tingkat
profitabilitas suatu perusahaan menunjukan apakah perusahaan tersebut telah
beroperasi dengan baik atau belum.
Sartono (2001:119) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dngan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan
sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini. LAPORAN KEUANGAN
PROFITABILITAS
Rasio Biaya Operasional (OCR)
Return On Equity (ROE) Return On Asset (ROA)
27
John (2005) berpendapat bahwa rasio profitabilitas merupakan perbandingan
antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakain
tinggi efisiensi perusahan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.
Greuning (2005;29) berpendapat bahwa profitabilitas adalah suatu indikasi atas
bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal
rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata. Berdasarkan beberapa pengertian dari
para ahli sebeluya maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Terdapat beberapa cara untuk
mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.
Rasio Profitabilitas terdiri dari (Kasmir:2008) :
1. Return On Assets (ROA)
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menajemen perusahaan
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan
tersebut semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dan penggunaan asset.
Rumus :
Laba Sebelum Pajak
ROA = X 100 %
Perhitungan Return On Assets (ROA) dihasilkan dari penjumlahan laba sebelum pajak dibagi dengan total aktiva, kemudian dilaki dengan 100 %.
Semakin besar ROA suatu Bank, maka makin besar tingkat keuntungan
Bankdan semakin baik pula posisi keuangan Bank dari segi penggunaan asset.
2. Return On Equity (ROE)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih suatu perusahaan dengan
modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai.
Rumus :
Laba Setelah Pajak
ROE = X 100 %
Modal
Perhitungan Return On Equity (ROE) dihaslkan dari penjumlahan laba setelah pajak dibagi dengan modal, kemudian dilaki dengan 100 %.
3. Rasio Biaya Oprasional (OCR)
Rasio ini merupakan untuk mengukur kemampuan bank dan mengukur tingkat
efisiensi dalam melakukan kegiatan operasioanalnya.
Rumus :
Biaya Oprasioanal
OCR = X 100 %
29
Perhitungan Rasio Biaya Oprasional (OCR) dihaslkan dari penjumlahan biaya
oprasional dibagi dengan pendapatan oprasional, kemudian dilaki dengan 100
%.
4. Net Profit Margin Ratio (NPM)
Rasio ini mencerminkan kentungan bersih dalam rupiah, juga memberikan
informasi tentang kemampuan menghasilkan laba dari penjualan dan efisiensi
operasi perusahaan.
Rumus :
Laba Bersih
NPM = X 100 %
Pendapatan Oprasioanal
III. GAMBARAN UMUM
3.1. Sejarah BPR
sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berawal sejak zaman
penjajahan Belanda. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia dimulai sejak
abad 19 dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang
dibangun dengan tujuan membantu petani, pegawai, buruh, agar dapat melepaskan
diri dari jeratan para rentenir yang membebani dengan bunga yang tinggi.
Pada masa pemerintahan koloni Belanda, BPR dikenal oleh masyarakat dengan
istilah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa, yang saaat
itu hanya ada di Jawa dan Bali. Tahun 1929 berdiri badan yang menangani kredit
dipedasaan yaitu, Badan Kredit Desa (BKD) yang berdiri di Jawa dan Bali,
sementara untuk pengawasan dan pembinaan, Pemerintah Kolonial Belanda
membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan Rakyat, dengan nama lembaga yaitu
Instansi Kas Pusat (IKP).
Setelah Indonesia merdeka , Pemerintah mendorong pendirian bank-bank pasar
yang terutama sangat terkenal karna di dirikan di lingkungan pasar dan bertujuan
untuk memberikan pe3layanan jasa keuangan kepada pedagang pasar. Bank-bank
pasar terssebut kemudian berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan menjadi Bank
31
Bank-bank yang didirikan antara 1950-197 didaftarkan sebagai Perseroan
Terbatas (PT), CV, KOPERASI, MASKAPAI ANDIL INDONESIA, YAYASAN
dan PERKUMPULAN. Pada masa tersebut terdiri beberapa lembaga keuangan
yang didirikan oleh Pemerintah Daerah, Bank Karya Produksi Desa (BKPD) DI
Jawa Barat, Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit usaha
Rakyat Kecil (KURK) di Jawa Timur, Lumbung Pitih Negeri (LPN) di Sumatera
Barat, dan Lembaga Pengkreditan Desa (LPD) di Bali.
Pada tanggal 27 oktober 1988 pemerintah menetapkan kebijakan diregulasi
perbankan yang dikenal sebagai Pakto 88, sebagai kelanjutan dari Pakto 88,
Pemerintah mengeluarkan beberapa paket perbankan yang merupakan
penyempurnaan dari paket sebelumnya. Sejalan dengan itu, pemerintah
menyempurnakan UU No.14 Th.1967.
Tentang pokok-pokok perbankan, dengan mengeluarkan undang-undang No.7
TH.1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut di sempurnakan lebih lanjut
dalam UU No.10 Th 1998. Dalm UU ini secara tegas ditetapkan bahwa jenis bank
di Indonesia adalah Bank Umum dan BPR.
Bank adalah badan usaha yang menghipun dana dari mmasyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk –bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup orang banyak.
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konfensional dan berdasarkan prinsp syariah yang dalam kegiatannya
BPR adalah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konfensional dan berdasarkan prinsp syariah yang dalam kegiatannya
yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sekitar tahun 1987-1988, terjadi urbanisasi besar-besaran hal itu diakibatkan
perkembangat perekonomian di ibu Kota Jakarta sangat pesat, sedangkan di
daerah sangatlah lambat dan hampir tidak berkembang. Dari kondisi tersebut, PT.
NUSAMBA mempunyai niat membantu Pemerintah dan masyarakan dalam upaya
pemerataan ekonomi dengan cara mendirikan bank pada awal februari tahun 1990,
BPR Nusamba di dirikan serentak di pulau Jawa dan Bali sebanyak 20 kantor
pusat. Pada akhir tahun 2005 terdapat 38 kantor pelayanan dan pada tahun 2006
bertambah menjadi 70 kantor pelayanan, sedangkan target tahun 2007-2008 adlah
lebih dari 100 kantor pelayanan.
3.2. Struktur Organisasi Bank Perkreditan Rakyat
Struktur Organisasi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengacu pada SK Direksi
bank Indonesia No.26/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan
33
Gambar 2. Struktur Organisasi BPR atau BPR Syariah
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan lembaga tertinggi pada
organisasi internal Bank Perkreditan Rakyat (BPR). RUPS merumuskan kebijakan
strategis yang akan diambil oleh bank. Dewan Komisaris mewakili pemilik Bank
untuk melakukan pengawasan terhadap organisional oprasional bank, agar sesuai
dengan keputusan RUPS dan rambu-rambu Undang-Undang dan Ketentuan yang
berlaku.
Pada BPR atau BPR Syariah yang memiliki aset lebih besar atau sama dengan 10
Milyar Rupiah, ketentuan Bank Indonesia mewajibkan pertanggungjawaban
Dewan Pengawas Syariah merupakan eksekutif tertinggi bagi BPR Syariah, hal
ini berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia No.32/35/KEP/DIR dan
No.32/36/KEP/DIR masing-masing tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Perkreditan Rakyat dan Bannk Perkreditan Rakyat Syariah. Jumlah Direksi BPR
dan BPR Syariah sekurang-kurangnya 2 (dua) orang. Pada BPR dengan volume
usaha yang besar, Direksi BPR dibantu oleh Kepala Bagian Oprasional.
3.3. Bentuk Hukum BPR
Bentuk hukum BPR dapat berupa Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik
Daaerah), Koperasi Perseroan Terbatas ,dan bentuk lain yang ditetapkan
Pemerintah.
3.4. Kepemilikan BPR
1. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia,
badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia,
pemerintah hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara
Indonesia, dan pemerintah daerah.
2. BPR yang membentuk hukum koperasi, kepemilikan diatur berdasarkan
ketentuan dalam UU tentang perkoperasian yang berlaku.
3. BPR yang berbentuk perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan
dalam bentuk saham atas nama.
35
5. Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat
ijin Mentri Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank
Indonesia. Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, dan akuisisi
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
3.5. Pembinaan dan Pengawasan BPR
Fungsi Bank Indonesia sebagai pembinaan dan pengawasan bank pada umumnya
terdapat dalam UU Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992 Bab V Pembinaan dan
Pengawasan Pasal 29, 30, 31, 32, 33,34, 35, 36, dan 37.
Pengawasan Bank Indonesia terhadap BPR meliputi:
1. Pemberian bantuan dan llayanan perbankan kepada lapisan masyarakat
yang rendah yang tidak terjangkau bantuan dan layanan bank umum, yaitu
dengan memberikan pinjaman kepada pedagang dan pengusaha kecil di
desa daan di passar agar tidaak terjerat rentenir.
2. Membantu pemerintah dalam ikut mendidik masyarak guna memahami
pola nasional dengan adanya akselerasi pembangunan.
3. Penciptaan pemertaan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
Dalam melakukan pengawassan akan terjadi beberapa kesalahan, yaitu:
1. Organisasi dan sisitem manajemen, termasuk di dalamnya perencanaan
yang ditetapkan.
3. Mengalami masalah likuiditas
4. Belum melaksanakan fungsi BPR sebagaimana mestinya.
3.6 Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR, KUD dan BRI
1. BPR yang terdapat di desa sebagai pengganti Bank Desa, kedudukannya
ditingkatkan ke kecamatan dan diadakan penggabungan Bank desa yang
ada dan kegiatannya siarahkan kepada layanan kebutuhan kredit kecil
untuk pengusaha, pengrajin, pedagang kecil, atau kepada mereka yang
tinggal dan berusaha di desa tersebut tetapi tidak atau belum menjadi
anggota KUD dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
2. KUD bekerja sebagai lembaga perkreditan kecil di desa yang memberikan
pinjaman kepada petani, peternak, dan nelayan yang menjadi anggotanya.
Dana untuk pemberian kredit berasal dari dana yang dihimpun dari
anggota KUD dan kredit yang disalurkan oleh BRI dan BI.
3. BPR yang ditetapkan di daerah perkotaan adalah Bank Pasar, Bank
Pegawai atau bank sejenis yang melayani kebutuhan kredit pengusaha dan
pedagang di pasar dan di kampung. Sumber pembiayaan kredit ini adlah
berasal dari dana masyarakat yang dihimpun dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
37
4. BRI melayani langsung kredit yang relatif besar atau kredit yang
dipinjamkan kepada pengusaha menengan di pedesaan dan di perkotaan.
3.7. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Propinsi Lampung
Bank Perkreditan Rakyat Di Propinsi Lampung seluruhnya telah mempunyai unit
oprasional yang terdiri dari :
1. Seksi Kas / Teller
2. Seksi Pembukuan / Akunting
3. Seksi Dana
4. Seksi Marketing / Kredit / Pembiayaan
Pemilik BPR di Propinsi Lampung Terdiri dari badan usaha dan perorangan yang
memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Pada jajaran pengurus (Dewan
Komisariat dan Direksi) sebagian besar terdiri dari mantan praktisi bank umum
swasta, pensiunan bank pemerintah, dan mantan pegawai BPR. Di bidang
Tabel 2. Rekap data jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat Konvensional di wilayah Propinsi Lampung.
No. KABUPATEN
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Lampung 2014
Kator Pusat 25
Kantor Cabang 30
Kantor Kas 9
Jumlah Kantor 64
Dari tabel tersebut maka jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat konvensional di
39
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Lampung 2014
Kator Pusat 8
Kantor Cabang 4
Kantor Kas 3
Jumlah Kantor 15
Dari tabel tersebut maka jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat Syariah di
wilayah Propinsi Lampung adalah sebanyak 15 kantor. Dengan demikian jumlah
keseluruhan Kantor Bank Perkreditan Rakyat di wilayah Propinsi Lampung
sebanyak 79 kantor dengan rincian 64 kantor BPR Konvensional dan 15 kantor
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa profitabilitas pada
PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung selama
periode analisis yaitu tahun 2010-2013 dapat dinyatakan belum sehat secara
keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan Net Profit Margin Ratio (NPM) yang menunjukkan hasil yang kurang baik yaitu dengan rata-rata NPM sebesar 64,58%. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Profit Margin Ratio (NPM) dihasilkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung selama
periode analisis, dengan rata-rata NPM sebesar 64,58% masuk dalam katagori
peringkat keempat yaitu kurang sehat karena 51 % ≤ NPM < 66 %
(persentase NPM berkisar antara 51% sampai 66% maka bank masuk dalam
kategori kurang sehat).
Namun hasil perhitungan ROA berada dalam katagori sangat sehat dengan
rata-rata ROA sebesar 1,58%, dan hasil perhitungan ROE dengan jumlah
rata-rata ROE sebesar 15,44% masuk dalam katagori peringkat pertama yaitu
55
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung selama
periode analisis, dengan rata-rata OCR sebesar 70,80% masuk dalam katagori
peringkat pertama yaitu sangat sehat karena OCR< 94%.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan penulis mencoba memberikan saran yang
diharapkan dapat dipertimbangkan untuk lebih meningkatkan kinerja Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung adalah sebagai
berikut :
1. Perlu adanya penghematan dalam penggunaan biaya operasi agar dari
pendapatan operasional dapat diperoleh laba bersih yang semakin
meningkat tiap tahunnya.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung lebih
meningkatkan pendapatan dengan cara menekan pengeluaran biaya
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, 2002. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta : Rajawali Pers
Lukmasn Dendawijaya, 2005. Manajemen Keuangan, Edisi 10, Jakarta : PT Indeks
Lukman Syamsuddin, 2010. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta : Rajawali
Pers
Malayu SPhasibuan, 2008. Dasar-dDasar Perbankan, Jakarta : Bumi Aksara
Munawir, Slamet, Drs., 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta :
Liberty