• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI PROPINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI PROPINSI LAMPUNG"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI PROPINSI LAMPUNG

Oleh

Rama Naldo Sanjaya

Menghasilkan laba adalah tujuan utama dari semua perusahaan. Begitu pula

dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di Propinsi Lampung yang

memiliki tujuan yang sama. Selain laba hal yang penting yang harus dimiliki oleh

suatu perusahaan yaitu efisiensi usaha atau penggunaan dana. Efisiensi dalam

usaha dapat diukur dengan menggunakan analisis profitabilitas.

Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui tingkat

kesehatan profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di

Propinsi Lampung priode 2010-2013. Alat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis profitabilitas.

Profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di Propinsi

Lampung periode 2010-2013 secara keseluruhan dapat dinyatakan belum sehat

(2)

Return On Equity (ROE) dalam keadaan sangat sehat, dan Operation Current Ratio (OCR) dalam keadaan sangat sehat, sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.

(3)

TINJAUAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI PROPINSI LAMPUNG

Oleh

Rama Naldo Sanjaya

Laporan Akhir

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar AHLI MADYA (A.Md) Keuangan Perbankan

Pada

Program Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Maret 1992, penulis

merupakan anak kedua dari pasangan bapak Nurhasan Alimuduin dan Ibu Nani

Juraida.

Penulis memulai pendidikan formal memasuki :

TK Amarta Tani Bandar Lampung pada tahun 1998 - 1999

SDN 3 Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 1999 - 2005

MTsN 1 Pahoman Bandar Lampung pada tahun 2005 - 2008

PONPES Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tanggerang pada tahun 2008 -

2011

Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Pada Perguruan Tinggi Program

Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung (UNILA).

Pada tanggal 21 Januari 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(7)

MOTO

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi kembali berdiri setiap kita terjatuh”

“Sesuatu yang hebat bisa dicapai tanpa semangat yang besar”

(8)

PERSEMBAHAN

Seperti Mentari yang tampa pamrih selalu tulus bersinar di kala pagi seperti kasih yang tiada henti memberikan damai bagi insan Illahi seperti rindu yang selalu mengebu walau menyiksa naluri hati seperti

itulah terimakasihku pada mu Allahu Rabbi, dan Kedua Orang Tua ku…..

Atas nikmat hidup dan lantunan doa hingga ku mampu menuliskan bait kata dalam laporan ini…….

Terimakasih Ayahanda dan Ibunda tercinta

Tiap tetes peluh, tiap gores luka, tiap detik perjuangan untuk anak lelaki kecilmu ini menjadi saksi penuh cinta dihadapannya atas hak mu

akan surga.

Serta ku ucapkan terimakasih untuk sahabat-sahabatku dan untuk seseorang yang saat ini ada di dalam hatiku yang kelak akan menjadi

(9)
(10)

BAB III GAMBARAN UMUM ... 30

3.1 Sejarah BPR ... 30

3.2 Struktur Organisasi BPR ... 32

3.3 Bentuk Hukum BPR ... 34

3.4 Kepemilikan BPR ... 34

3.5 Pembinaan dan Pengawasan BPR ... 35

3.6 Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR ... 36

3.7 Perkembangan BPR di Lampung ... 37

BAB IV PEMBAHASAN ... 40

4.1 Hasil Penelitian ... 40

4.1.1 Return On Asset (ROA) ... 40

4.1.2 Return On Equity (ROE) ... 43

4.1.3 Rasio Biaya Operasional (OCR) ... 46

4.1.4 Net Profit Margin Ratio (NPM) ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Laba Bersih Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Konvensional Propinsi Lampung Periode 2010-2013 ... 4

2. Rekap data jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat

Konvensional di wilayah Propinsi Lampung ... 38

3. Rekap data jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat

Syariah di wilayah Propinsi Lampung ... 39

4. Hasil perhitungan Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional

Propinsi Lampung Periode 2010-2013 ... 42

5. Hasil perhitungan Return On Equity (ROE)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional

Propinsi Lampung Periode 2010-2013 ... 45

6. Hasil perhitungan Rasio Biaya Operasional (OCR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional

Propinsi Lampung Periode 2010-2013 ... 48

7. Hasil perhitungan Net Profit Margin Ratio (NPM)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1998 bahwa yang dimaksud dengan

perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencangkup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Perbankan Indonesia menjalankan Fungsinya berasaskan demokrasi

ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan

Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta

bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Pada umumnya Bank adalah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya

didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan

uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Menurut UU Negara Republik Indonesia No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 yang

dimaksud Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Di samping itu, denagan kemajuan perekonomian dan semakin

(14)

produk dan layanan yang sifatnya memberikan kepuasan dan

kemudahan-kemudahan untuk para nasabahnya, misalnya menyediakan mekanisme dan alat

pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, serta memberikan

pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga dan penawaran jasa-jasa

keuangan lainnya.

Tentu saja keberadaannya sangat mempermudah dan memperlancar seluruh

aktivitas ekonomi masyarakat dan menempatkan bank menjadi sebuah lembaga

keuangan yang sangat strategis. Demikian halnya dengan Bank Perkreditan

Rakyat yang menjadi salah satu jenis Bank menurut UU No.7 tahun 1992.

Ditengah-tengah persaingan bank dalam mempertahankan eksistensi dan

kepercayaan dari masyarakat yang menjadi konsumennya dan sebagai ujung

tombak perbankan di pedesaan, kinerja Bank Perkreditan Rakyat mampu terus

bertahan dan menjadi pilihan masyarakat.

Bank Perkreditan Rakyat atau yang selanjutnya disebut BPR menurut

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 kemudian diganti Undang-Undang-Undang-Undang No.10 Tahun 1998

adalah lembaga keuangan yang bergerak di bidang keuangan yang melaksanakan

kegiatan usaha perbankan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai lembaga keuangan merupakan lembaga

kepercayaan, karena merupakan lembaga perantara keuangan

(financialintermediary), antara pihak yang kelebihan dana yang mempercayakan pengelolaan dananya kepada BPR untuk menyalurkannya kepada pihak yang

(15)

3

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu lembaga perbankan juga

mempunyai peranan yang cukup penting dalam menunjang perekonomian

Indonesia. Salah satu peran BPR adalah membantu masyarakat yang sulit

memiliki akses peminjaman dana ke bank umum, sehingga masyarakat tidak perlu

meminjam uang kepada rentenir.

BPR juga berperan serta dalam menunjang perkembangan Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) di Indonesia yang menjadi salah satu sektor usaha terbesar

yang ada di Indonesia yang membantu pemerintah dalam penciptaan lapangan

pekerjaan. Peran BPR di sini adalah membantu perkembangan UKMM melalui

peminjaman modal yang dihimpun dari dana masyarakat.

Sebagaimana halnya dengan badan usaha yang berorientasi pada profit, BPR juga

berupaya menawarkan berbagai produk dan jasa semenarik mungkin untuk

menarik nasabah dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dalam

pelaksanaanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) selalu berusaha untuk membangun

kepercayaan nasabah melalui peningkatan produk, pelayanan, dan kinerja Bank.

Kinerja bank dinilai sebagai salah satu faktor yang penting bagi perbankan untuk

melihat baik atau tidaknya kinerja bank tersebut. Selain itu penilaian kinerja juga

dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar profitabilitas atau keuntungan

bank dengan membandingkan hasil laba pada tahun tertentu dengan laba

tahun-tahun sebelum dan sesudahnya atau membandingkan kinerja profitabilitas

(16)

Laba atau profit merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan dan

dijadikan tolak ukur dalam mengukur kinerja perusahaan. Secara umum laba

dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan para investor dan kreditor dalam

penanaman modalnya walaupun hal tersebut bukan satu-satunya faktor yang

mendasari dalam berinvestasi. Selain itu laba atau profit juga merupakan salah

satu indikator penting dalam menilai kesehatan bank, yaitu penilaian dari segi

Profitabilitasnya.

Tabel 1. Perkembangan Laba Bersih Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung Periode 2010-2013.

(Dalam Milyaran Rupiah)

Tahun Laba Bersih Persentase Perkembangan Laba

2010 6.326.393 -

2011 7.104.458 12,30% 2012 9.284.024 30,68% 2013 9.737.719 4,89%

Rata-rata 8.113.148 15,95%

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Lampung 2014

Tabel 1 menunjukkan bahwa laba Bank Perkreditan Rakyat Konvensional (BPR)

di Propinsi Lampung pada tahun 2011 mengalami kenaikan laba sebesar 12,30%,

pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 30,68%, kemudian mengalami

penurunan di tahun 2013 sebesar 4,89%, dengan rata-rata perkembangan laba

sebesar 15,95%.

Namun selain itu yang lebih penting lagi yang harus dimiliki oleh Bank

Perkreditan Rakyat Konvensional (BPR) di Propinsi Lampung, yaitu bagaimana

perusahaan tersebut dapat melakukan efisiensi penggunaan dana. Sebab laba yang

(17)

5

dan efisien. Efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam menjalankan

operasinya salah satunya dapat ditentukan oleh kemampuan keuangan perusahaan

memperolah profitabilitas. Menurut Lukman Denda Wijaya (2003: 118).

Mengingat begitu pentingnya penilaian terhadap profitabilitas Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) seperti yang sudah dijelaskan di paragraf sebelumnya, maka penulis

melakukan penelitian terhadap Bank Perkreditan Rakyat (BPR di Propinsi

Lampung, dengan mengambil obyek penelitian pada BPR konvensional yang

terdapat dalam direktori Bank Indonesia. Oleh sebab, itu judul dari penulisan ini

adalah “TINJAUAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI PROPINSI LAMPUNG”’

1.2. Rumusan Masalah

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba.

Tingkat profitabilitas sangat penting bagi bank dalam mempertahankan

kinerjanya. Tingkat profitabilitas yang sehat menjadi salah satu tolak ukur

kepercayaan masyarakat untuk menginvestasikan dananya ke bank yang

bersangkutan. Tingkat profitabilitas yang sehat dapat diukur dengan menggunakan

ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), OCR (Operation Current Ratio), dan NPM (Net Profit Margin) (menurut Kasmir:2008). Semakin tinggi persentase ROA, ROE, dan NPM menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan

berada dalam kategori sehat. Sedangkan OCR, semakin tinggi persentasenya

menunjukkan semakin tidak efektifnya kinerja suatu bank.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka permasalah yang diangkat dalam penelitian

(18)

“Apakah Profitabilitas Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di Propinsi Lampung Periode 2010-2013 dalam Katagori Sehat menurut standar Bank Indonesia”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Propinsi Lampung periode 2010-2013

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan laporan akhir ini adalah:

1. Bagi perusahaan :

Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Propinsi Lampung dalam proses

pengambilan keputusan. Khususnya mengenai tingkat profitabilitas bank.

2. Bagi penulis :

a. untuk mengkaji ilmu pengetahuan diperoleh selama kuliah dan

pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

b. Sebagai sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan wawasan

pengetahuan.

3. Bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya :

a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan panduan dalam

melanjutkan penelitian ini dimasa yang akan datang.

(19)

7

1.5. Metodelogi Penulisan

Metode yang penulis lakukan untuk menulis laporan kahir ini adalah metode

pengumpulan data sekunder selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung terhitung sejak tanggal

21 Januari 2014 – 26 Maret 2014.

Hasil perolehan data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif

(dengan menginterpretasi data skunder) untuk mengukur kinerja profitabilitas

keuangan Bank BPR Konvensional di Propinsi Lampung. Hal ini dimaksud untuk

membuktikan hubungan antara teori dengan fakta impiris.

Penelitian sekunder dilakukan penulis dengan mendokumenkan data dari Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Lampung. Pengumpulan data dan informasi yang

terkait dengan tulisan ini juga dilakukan dengan metode penelitian

keperpustakaan, yaitu cara untuk mendapatkan data sebagai landasan teoritis yang

bersumber dari buku-buku, ketetapan dan Surat Edaran Bank Indonesia, literatur,

dan pengetahuan umum yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.

Penilaian kinerja profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat Konvensional di Propinsi

Lampung selama periode 2010-2013.

1.6. Alat Analisis 1.6.1 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemaampuan

(20)

ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan

sebagainya (Syafri, 2008;304).

Menurut Kasmir:2008, Tingkat profitabilitas yang sehat dapat diukur dengan

menggunakan ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), OCR (Operation Current Ratio), dan NPM (Net Profit Margin).

1. Return On Assets (ROA)

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menajemen perusahaan

dalam memeroleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu

perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan

tersebut semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dan penggunaan asset

(Kasmir:2008).

Rumus :

Laba Bersih

ROA = X 100 %

Total Aktiva

2. Return On Equity (ROE)

Rasio ini merupakan perbandingsn antara laba bersih suatu perusahaan dengan

modal sendir (Kasmir:2008). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai .

Rumus :

Laba Bersih

ROE = X 100 %

(21)

9

3. Operation Current Ratio ( OCR )

Rasio ini merupakan untuk mengukur kemampuan bank dan mengukur tingkat

efisiensi dalam melakukan kegiatan operasioanalnya (Kasmir:2008).

Rumus :

Biaya Oprasioanal

OCR = X 100 %

Pendapatan Oprasioanal

4. Net Profit Margin Ratio (NPM)

Rasio ini mencerminkan kentungan bersih dalam rupiah, juga memberikan

informasi tentang kemampuan menghasilkan laba dari penjualan dan efisiensi

operasi perusahaan (Kasmir:2008).

Rumus :

Laba Bersih

NPM = X 100 %

(22)

II. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Bank

Berbagai definisi mengenai bank telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan

ahli. Berikut ini beberapa pengertian bank antara lain :

1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan,

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank

Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran.Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip

Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.”

2. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 adalah

sebagai berikut :

“bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana

(23)

11

3. Bank secara sederhana menurut Kasmir (2002:11) adalah :

“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah dengan menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke

masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.”

4. Abdullah (2005) mendefinisikan bank sebaga berikut :

“Bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi

intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana

dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang

kekurangan dana.”

5. Dalam id.wikipedia.org bank adalah

“sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan

kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan

menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.”

Dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa bank merupakan lembaga

yang menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan dan menyalurkannya

kembali dalam bentuk pinjaman berupa kredit dan bekerja atas dasar kepercayaan

yang diperoleh dari mayarakat.

2.2. Fungsi Bank

Menurut Susilo, Triandoro dan Santoso (2006:9) secara umum fungsi utama bank

adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

(24)

Secara spesifik fungsi utama bank adalah:

1. Agent of Trust

2. Agent of Development

3. Agent of Service

Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau

menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,

uangnya akan digunakan dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada

saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada

debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan

pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjamannya dengan baik, debitur

akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo dan

debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta

kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of Development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak

dapat dipisahkan.Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling

(25)

13

sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa

penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya

kegiatan perekonomian di sektor riil.

Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan

investasi, distribusi, serta konsumsi dan jasa, mengingat bahwa

kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang,

kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut tidak lain adalah kegiatan

pembangunan perekonomian masyarakat.

c. Agent of Service

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.

Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian

masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman

uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian

tagihan.

2.3. Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia terdapat beberapa jenis perbankan yang

diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Namun kegiatan utama atau pokok bank

sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya. Adapun jenis bank

(26)

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan

adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah.

Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini bahwa

kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank

umum.

Di samping kedua jenis bank tersebut dalam praktiknya masih terdapat satu lagi

jenis bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Sentral. Bank Sentral tidak bersifat

komersial seperti halnya Bank Umum dan BPR, dan di Indonesia fungsi Bank

Sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Sentral diatur oleh

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Tugas-tuga Bank Sentral antara lain :

1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

(27)

15

2.4. Pengertian BPR

Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan

bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk

melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum

BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

BPR hanya beroprasi dibatasi dalam wilayah tertentu saja, BPR juga dilarang

dalam melakukan kliring dan transaksi valuta asing. Bank Perkreditan Rakyat

diharuskan menyetor modal relatif lebih kecil dibandingkan bank umum, yaitu

sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tanggal 12mei

1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat, dikatakan bahwa modal disetor untuk

mendirikan BPR ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar :

1. Dua milyar rupiah untuk BPR yang didirikan di DKI Jakarta, dan

Kabupaten/Kotamadya Tanggerang, Bogor, Bekasi, Dan Karawang.

2. Satu milyar rupiah untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota propinsi

di luar wilayah pada angka (1).

3. Lima ratus juta rupiah untuk BPR yang didirikan di luar wilayah yang

disebutkan pada angka (1) dan (2).

Syarat Pendirian Bank Perkreditan Rakyat menurut Peraturan Bank Indonesia

tanggal 9 Agustus 2004 dan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia

(28)

1. Warga Negara Indoensia.

2. Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya adalah WNI.

3. ,Dua pihak atau lebih sebagaimana yang dimaksud di atas.

2.5. Asas, Fungsi, Tujuan, dan Sasaran BPR

Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi

Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri

positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli).

Fungsi BPR sendiri sudah sangat jelas yaitu sebagai badan usaha yang bertugas

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

BPR memiliki sasaran yaitu melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan,

pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum

dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan

layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,

(29)

17

2.6. Usaha BPR

Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan

tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread

effect dan pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan dan/ atau bentuk lainnya yang

dipersemnbahkan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.

4. Menepatkan dananya dalam bentuk Serifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain.

Sertifikat Bank Indonesia adalah sertifikat yang ditawarkan oleh bank

indonesia apabila BPR mengalami over liquiditas.

2.7. Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan BPR

Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak dapat

dilakukan oleh BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah:

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran.

2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang

valuta asing (dengan izin Bank Indonesia).

(30)

4. Melakukan usaha perasuransian.

5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud

dalam usaha BPR.

2.8. Alokasi Kredit BPR

Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

BPR, yaitu :

1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai

dengan perjanjian.

2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank

Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian

jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR

kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk

kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR

tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal

yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank

Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian

jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR

kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih

dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota

(31)

19

yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan

keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota

dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat

BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal

yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

2.9. Perijinan BPR

Dalam mendirikan BPR ada beberapa ketentuan dan perijinan yang harus

dipenuhi yaitu:

1. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali

apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan

undang-undang tersendiri.

2. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar

pertimbangan Bank Indonesia.

3. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang

susunan organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang

perbankan, kelayakan rencana kerja, hal-hal lain yang ditetapkan Menteri

Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia, dan

memenuhi persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat BPR di

kecamatan. BPR dapat pula didirikan di ibukota kabupaten atau

kotamadya sepanjang di ibukota kabupaten dan Kotamadya belum terdapat

(32)

4. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi,

ibukota kabupaten, dan kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin

Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.

Persyaratan dan tatacarapembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri

Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.

5. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi,

ibukota Kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah

kantor cabang BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia. Persyaratan

dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan

setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.

6. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR

dilarang rnelakukan kegiatan usaha dalam valuta asing (transaksi valas).

2.10. Perbedaan BPR Konvensional dan Syariah

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpana hanya dalam bentuk

deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainya yang dipersembahkan

dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR, sedangkan sesui dengan

UU Bank Syariah No.7 tahun 1992 Bank Perkreditan Rakyat Syariah adalah

lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersembahkan dengan itu dan

menyalurkan dana usaha BPR. Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah.

Adapun beberapa perbedaan antara Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan

(33)

21

1. Untuk akad, BPRS memiliki akad yang sesuai dengan syariat Islam

dimana segala macam bentuk perjanjian atau perikatan dibuat di awal

transaksi.

2. Untuk prinsip, merupakn landasan awal terjadinya akad yang berbasis

syariah.

3. Untuk pola operasi, dimana dalam BPRS tidak menggunakan sistem,

bunga sebagai pijakan peminjaman, melaikan menggunakan sistem bagi

hasil sebagai dasarnya, sedangkan BPR Konvensional menggunakan

sistem bunga untuk pendapatan, hal ini dapat dibuktikan dengan pesatnya

hasil yang diperolah pada pola bagi hasil yang sudah diperhitungkan

dengan baik.

4. Untuk sistem pengawasan, BPRS mempunyai Dewan Syariah Nasional

dan Dwan Pengawas Nasional yang langsung diaudit oleh tenaga-tenaga

profesional dibawah Bank Indonesia dan Islamic Bank.

5. Untuk hubungan, antara nasabah dan pegawai memeliki kesamaan hak

berbeda dengan BPR Konvensional.

2.11. Laporan Keuangan

Secara umum setiap perusahaan baik itu bank maupun non bank pada suatu

periode tertentu akan melaporkan kegiatan keuangannya. Infoemasi tentang proses

keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas dan informasi lainya yang

berkaitan dengan kegiatan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan

(34)

Menurut SFAC No.1 FASB 1978 (Statements of Financial Accounting Concepts)

tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat

kepada investor, kreditor, dan pemakai laninnya baik yang sekarang maupun yang

potensial dalam pembuatan investasi, kredit, dan keputusan sejenis secara

rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi dalam menilai jumlah,

waktu, ketidakpastian penerimaan kas dari dividen dan bunga di masa yang akan

datang. Hal ini mengandung makna bahwa investor menginginkan informasi

tentang hasil dan risiko atas investasi yang dilakukan.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akutansi yang dapat

digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas

suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau

aktivitas perusahaan tersebut. Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk

mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari bank karena

masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda disesuaikan dengan sifat dan

kepentingan masing-masing. Munawir berpendapat bahwa pihak- pihak yang

berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu

perusahaan adalah :

1. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan

perusahaannya, karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan akan

dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannnya

dan kesuksesan manajer dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan.

2. Manajer atau pemimpin perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan

(35)

23

lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat.

3. Para investor, mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan

dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk

mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau

kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.

4. Para kreditur dan bankers, sebelum mengambil keputusan untuk memberi

atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui

terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

5. Pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh

perusahaan juga sangat diperlukan oleh BPS. Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Tenaga Kerja sebagai dasar perncanaan pemerintah.

Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan informasi tentang

kekayaan suatu perusahaan yang dapat menunjukan tingkat laba dan biaya

yang terjadi pada perusahaan (Munawir, 2002).

Laporan keuangan terdiri dari atas :

1. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah aporan atas kegiatan-kegiatan perusahaan pada waktu

periode akuntansi tertentu. Laporan laa rugi menunjukan pendapatan, biaya,

bunga, pajak, dan lain-lain.

(36)

Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukan posisi aktiva dan passive.

Aktiva terdiri dari aktiva lancer, aktiva tidak lancer dan aktiva tetap.

Sedangkan passive terdiri atas kewajiban dan modal.

3. Laporan Equitas

Laporan Equitas adalah laporan yang menunjukan perubahan modal setiap

periode, yang terdiri modal sendiri, modal disekitar, dan laba ditaha.

2.12. Tujuan Laporan Keuangan

Setiap orang yang berkepentingan terhadap perusahaan mempunyai kebutuhan

informasi yang berbeda-beda pula. Laporan keuangan ini harus disusun

sedemukian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan semua pihak yang

berkepentingan.

Tujuan laporan keuangan yaitu (Munawir, 2002: 78) :

1. Memberikan informasi yang terpercaya tentang kekayaan dan kewajiban

perusahaan.

2. Memberikan informasi yang akurat tentang perubahan kekayaan bersih

perusahaan yang berasal dari aktivitas perusahaan.

3. Memberikan infoemasi yang dapat membantu perkiraan perusahaan untuk

memperoleh laba.

4. Memberikan infoemasi-infoemasi lain yang berhubungan dengan

(37)

25

2.13. Analisis Laporan Keuangan

Perusahaaan yang berhasil sangat bergantung pada kemampuan manajemen

perencanaan, karena yang kita sadari bahwa kondisi yang akan datang tidak dapat

diketahui secara pasti sehingga perencanaan yang yang baik dan matang

sekalipun dapat mengalami kegagalan.

Maka dalam hal ini peran supervisor sangat dibutuhkan untu mengawasi dan

memantau perubahan-perubahan yang terjadi. Untuk mengatasi kondisi tersebut

daat dlakukan melalui mekanisme pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu dari

laporan keuangan setiap bulan guna mengetahui dengan cepat masalah-masalah

sebelum berkembang dan terlewati.

Analisis laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut

posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai sebagai salah satu alat dalam mengambil

keputusan ekonomi.

Data keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila

data tersebut dibandingkan untuk tiga periode atau lebih sehingga dapat diperoleh

(38)

Gambar 1. Mekanisme dalam menentukan tingkat profitabilitas

2.14. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas meruakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, oleh

karena itu rasio keuangan dapat memberikan jawaban akhir tentang keefektifan

dengan merujuk pada beberapa indikator yang berbeda-beda yang dapat digukan

untk meningkatkan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan. Tingkat

profitabilitas suatu perusahaan menunjukan apakah perusahaan tersebut telah

beroperasi dengan baik atau belum.

Sartono (2001:119) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dngan penjualan, total aktiva

maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan

sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini. LAPORAN KEUANGAN

PROFITABILITAS

Rasio Biaya Operasional (OCR)

Return On Equity (ROE) Return On Asset (ROA)

(39)

27

John (2005) berpendapat bahwa rasio profitabilitas merupakan perbandingan

antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk

memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total

aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakain

tinggi efisiensi perusahan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.

Greuning (2005;29) berpendapat bahwa profitabilitas adalah suatu indikasi atas

bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal

rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata. Berdasarkan beberapa pengertian dari

para ahli sebeluya maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Terdapat beberapa cara untuk

mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.

Rasio Profitabilitas terdiri dari (Kasmir:2008) :

1. Return On Assets (ROA)

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menajemen perusahaan

dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu

perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan

tersebut semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dan penggunaan asset.

Rumus :

Laba Sebelum Pajak

ROA = X 100 %

(40)

Perhitungan Return On Assets (ROA) dihasilkan dari penjumlahan laba sebelum pajak dibagi dengan total aktiva, kemudian dilaki dengan 100 %.

Semakin besar ROA suatu Bank, maka makin besar tingkat keuntungan

Bankdan semakin baik pula posisi keuangan Bank dari segi penggunaan asset.

2. Return On Equity (ROE)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih suatu perusahaan dengan

modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai.

Rumus :

Laba Setelah Pajak

ROE = X 100 %

Modal

Perhitungan Return On Equity (ROE) dihaslkan dari penjumlahan laba setelah pajak dibagi dengan modal, kemudian dilaki dengan 100 %.

3. Rasio Biaya Oprasional (OCR)

Rasio ini merupakan untuk mengukur kemampuan bank dan mengukur tingkat

efisiensi dalam melakukan kegiatan operasioanalnya.

Rumus :

Biaya Oprasioanal

OCR = X 100 %

(41)

29

Perhitungan Rasio Biaya Oprasional (OCR) dihaslkan dari penjumlahan biaya

oprasional dibagi dengan pendapatan oprasional, kemudian dilaki dengan 100

%.

4. Net Profit Margin Ratio (NPM)

Rasio ini mencerminkan kentungan bersih dalam rupiah, juga memberikan

informasi tentang kemampuan menghasilkan laba dari penjualan dan efisiensi

operasi perusahaan.

Rumus :

Laba Bersih

NPM = X 100 %

Pendapatan Oprasioanal

(42)

III. GAMBARAN UMUM

3.1. Sejarah BPR

sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berawal sejak zaman

penjajahan Belanda. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia dimulai sejak

abad 19 dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang

dibangun dengan tujuan membantu petani, pegawai, buruh, agar dapat melepaskan

diri dari jeratan para rentenir yang membebani dengan bunga yang tinggi.

Pada masa pemerintahan koloni Belanda, BPR dikenal oleh masyarakat dengan

istilah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa, yang saaat

itu hanya ada di Jawa dan Bali. Tahun 1929 berdiri badan yang menangani kredit

dipedasaan yaitu, Badan Kredit Desa (BKD) yang berdiri di Jawa dan Bali,

sementara untuk pengawasan dan pembinaan, Pemerintah Kolonial Belanda

membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan Rakyat, dengan nama lembaga yaitu

Instansi Kas Pusat (IKP).

Setelah Indonesia merdeka , Pemerintah mendorong pendirian bank-bank pasar

yang terutama sangat terkenal karna di dirikan di lingkungan pasar dan bertujuan

untuk memberikan pe3layanan jasa keuangan kepada pedagang pasar. Bank-bank

pasar terssebut kemudian berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan menjadi Bank

(43)

31

Bank-bank yang didirikan antara 1950-197 didaftarkan sebagai Perseroan

Terbatas (PT), CV, KOPERASI, MASKAPAI ANDIL INDONESIA, YAYASAN

dan PERKUMPULAN. Pada masa tersebut terdiri beberapa lembaga keuangan

yang didirikan oleh Pemerintah Daerah, Bank Karya Produksi Desa (BKPD) DI

Jawa Barat, Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit usaha

Rakyat Kecil (KURK) di Jawa Timur, Lumbung Pitih Negeri (LPN) di Sumatera

Barat, dan Lembaga Pengkreditan Desa (LPD) di Bali.

Pada tanggal 27 oktober 1988 pemerintah menetapkan kebijakan diregulasi

perbankan yang dikenal sebagai Pakto 88, sebagai kelanjutan dari Pakto 88,

Pemerintah mengeluarkan beberapa paket perbankan yang merupakan

penyempurnaan dari paket sebelumnya. Sejalan dengan itu, pemerintah

menyempurnakan UU No.14 Th.1967.

Tentang pokok-pokok perbankan, dengan mengeluarkan undang-undang No.7

TH.1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut di sempurnakan lebih lanjut

dalam UU No.10 Th 1998. Dalm UU ini secara tegas ditetapkan bahwa jenis bank

di Indonesia adalah Bank Umum dan BPR.

Bank adalah badan usaha yang menghipun dana dari mmasyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan/atau bentuk –bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup orang banyak.

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konfensional dan berdasarkan prinsp syariah yang dalam kegiatannya

(44)

BPR adalah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konfensional dan berdasarkan prinsp syariah yang dalam kegiatannya

yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sekitar tahun 1987-1988, terjadi urbanisasi besar-besaran hal itu diakibatkan

perkembangat perekonomian di ibu Kota Jakarta sangat pesat, sedangkan di

daerah sangatlah lambat dan hampir tidak berkembang. Dari kondisi tersebut, PT.

NUSAMBA mempunyai niat membantu Pemerintah dan masyarakan dalam upaya

pemerataan ekonomi dengan cara mendirikan bank pada awal februari tahun 1990,

BPR Nusamba di dirikan serentak di pulau Jawa dan Bali sebanyak 20 kantor

pusat. Pada akhir tahun 2005 terdapat 38 kantor pelayanan dan pada tahun 2006

bertambah menjadi 70 kantor pelayanan, sedangkan target tahun 2007-2008 adlah

lebih dari 100 kantor pelayanan.

3.2. Struktur Organisasi Bank Perkreditan Rakyat

Struktur Organisasi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengacu pada SK Direksi

bank Indonesia No.26/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan

(45)

33

Gambar 2. Struktur Organisasi BPR atau BPR Syariah

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan lembaga tertinggi pada

organisasi internal Bank Perkreditan Rakyat (BPR). RUPS merumuskan kebijakan

strategis yang akan diambil oleh bank. Dewan Komisaris mewakili pemilik Bank

untuk melakukan pengawasan terhadap organisional oprasional bank, agar sesuai

dengan keputusan RUPS dan rambu-rambu Undang-Undang dan Ketentuan yang

berlaku.

Pada BPR atau BPR Syariah yang memiliki aset lebih besar atau sama dengan 10

Milyar Rupiah, ketentuan Bank Indonesia mewajibkan pertanggungjawaban

(46)

Dewan Pengawas Syariah merupakan eksekutif tertinggi bagi BPR Syariah, hal

ini berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia No.32/35/KEP/DIR dan

No.32/36/KEP/DIR masing-masing tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank

Perkreditan Rakyat dan Bannk Perkreditan Rakyat Syariah. Jumlah Direksi BPR

dan BPR Syariah sekurang-kurangnya 2 (dua) orang. Pada BPR dengan volume

usaha yang besar, Direksi BPR dibantu oleh Kepala Bagian Oprasional.

3.3. Bentuk Hukum BPR

Bentuk hukum BPR dapat berupa Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik

Daaerah), Koperasi Perseroan Terbatas ,dan bentuk lain yang ditetapkan

Pemerintah.

3.4. Kepemilikan BPR

1. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia,

badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia,

pemerintah hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara

Indonesia, dan pemerintah daerah.

2. BPR yang membentuk hukum koperasi, kepemilikan diatur berdasarkan

ketentuan dalam UU tentang perkoperasian yang berlaku.

3. BPR yang berbentuk perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan

dalam bentuk saham atas nama.

(47)

35

5. Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat

ijin Mentri Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank

Indonesia. Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, dan akuisisi

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

3.5. Pembinaan dan Pengawasan BPR

Fungsi Bank Indonesia sebagai pembinaan dan pengawasan bank pada umumnya

terdapat dalam UU Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992 Bab V Pembinaan dan

Pengawasan Pasal 29, 30, 31, 32, 33,34, 35, 36, dan 37.

Pengawasan Bank Indonesia terhadap BPR meliputi:

1. Pemberian bantuan dan llayanan perbankan kepada lapisan masyarakat

yang rendah yang tidak terjangkau bantuan dan layanan bank umum, yaitu

dengan memberikan pinjaman kepada pedagang dan pengusaha kecil di

desa daan di passar agar tidaak terjerat rentenir.

2. Membantu pemerintah dalam ikut mendidik masyarak guna memahami

pola nasional dengan adanya akselerasi pembangunan.

3. Penciptaan pemertaan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

Dalam melakukan pengawassan akan terjadi beberapa kesalahan, yaitu:

1. Organisasi dan sisitem manajemen, termasuk di dalamnya perencanaan

yang ditetapkan.

(48)

3. Mengalami masalah likuiditas

4. Belum melaksanakan fungsi BPR sebagaimana mestinya.

3.6 Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR, KUD dan BRI

1. BPR yang terdapat di desa sebagai pengganti Bank Desa, kedudukannya

ditingkatkan ke kecamatan dan diadakan penggabungan Bank desa yang

ada dan kegiatannya siarahkan kepada layanan kebutuhan kredit kecil

untuk pengusaha, pengrajin, pedagang kecil, atau kepada mereka yang

tinggal dan berusaha di desa tersebut tetapi tidak atau belum menjadi

anggota KUD dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

2. KUD bekerja sebagai lembaga perkreditan kecil di desa yang memberikan

pinjaman kepada petani, peternak, dan nelayan yang menjadi anggotanya.

Dana untuk pemberian kredit berasal dari dana yang dihimpun dari

anggota KUD dan kredit yang disalurkan oleh BRI dan BI.

3. BPR yang ditetapkan di daerah perkotaan adalah Bank Pasar, Bank

Pegawai atau bank sejenis yang melayani kebutuhan kredit pengusaha dan

pedagang di pasar dan di kampung. Sumber pembiayaan kredit ini adlah

berasal dari dana masyarakat yang dihimpun dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan

(49)

37

4. BRI melayani langsung kredit yang relatif besar atau kredit yang

dipinjamkan kepada pengusaha menengan di pedesaan dan di perkotaan.

3.7. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Propinsi Lampung

Bank Perkreditan Rakyat Di Propinsi Lampung seluruhnya telah mempunyai unit

oprasional yang terdiri dari :

1. Seksi Kas / Teller

2. Seksi Pembukuan / Akunting

3. Seksi Dana

4. Seksi Marketing / Kredit / Pembiayaan

Pemilik BPR di Propinsi Lampung Terdiri dari badan usaha dan perorangan yang

memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Pada jajaran pengurus (Dewan

Komisariat dan Direksi) sebagian besar terdiri dari mantan praktisi bank umum

swasta, pensiunan bank pemerintah, dan mantan pegawai BPR. Di bidang

(50)

Tabel 2. Rekap data jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat Konvensional di wilayah Propinsi Lampung.

No. KABUPATEN

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Lampung 2014

Kator Pusat 25

Kantor Cabang 30

Kantor Kas 9

Jumlah Kantor 64

Dari tabel tersebut maka jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat konvensional di

(51)

39

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Lampung 2014

Kator Pusat 8

Kantor Cabang 4

Kantor Kas 3

Jumlah Kantor 15

Dari tabel tersebut maka jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat Syariah di

wilayah Propinsi Lampung adalah sebanyak 15 kantor. Dengan demikian jumlah

keseluruhan Kantor Bank Perkreditan Rakyat di wilayah Propinsi Lampung

sebanyak 79 kantor dengan rincian 64 kantor BPR Konvensional dan 15 kantor

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa profitabilitas pada

PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung selama

periode analisis yaitu tahun 2010-2013 dapat dinyatakan belum sehat secara

keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan Net Profit Margin Ratio (NPM) yang menunjukkan hasil yang kurang baik yaitu dengan rata-rata NPM sebesar 64,58%. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Profit Margin Ratio (NPM) dihasilkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung selama

periode analisis, dengan rata-rata NPM sebesar 64,58% masuk dalam katagori

peringkat keempat yaitu kurang sehat karena 51 % ≤ NPM < 66 %

(persentase NPM berkisar antara 51% sampai 66% maka bank masuk dalam

kategori kurang sehat).

Namun hasil perhitungan ROA berada dalam katagori sangat sehat dengan

rata-rata ROA sebesar 1,58%, dan hasil perhitungan ROE dengan jumlah

rata-rata ROE sebesar 15,44% masuk dalam katagori peringkat pertama yaitu

(53)

55

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung selama

periode analisis, dengan rata-rata OCR sebesar 70,80% masuk dalam katagori

peringkat pertama yaitu sangat sehat karena OCR< 94%.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan penulis mencoba memberikan saran yang

diharapkan dapat dipertimbangkan untuk lebih meningkatkan kinerja Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung adalah sebagai

berikut :

1. Perlu adanya penghematan dalam penggunaan biaya operasi agar dari

pendapatan operasional dapat diperoleh laba bersih yang semakin

meningkat tiap tahunnya.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung lebih

meningkatkan pendapatan dengan cara menekan pengeluaran biaya

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2002. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta : Rajawali Pers

Lukmasn Dendawijaya, 2005. Manajemen Keuangan, Edisi 10, Jakarta : PT Indeks

Lukman Syamsuddin, 2010. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta : Rajawali

Pers

Malayu SPhasibuan, 2008. Dasar-dDasar Perbankan, Jakarta : Bumi Aksara

Munawir, Slamet, Drs., 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta :

Liberty

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Laba Bersih Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Propinsi Lampung Periode 2010-2013
Gambar 1. Mekanisme dalam menentukan tingkat profitabilitas
Gambar 2. Struktur Organisasi BPR atau BPR Syariah
Tabel 2. Rekap data jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Marlina Marianna Siahaan : Pengaruh Kredit yang Disalurkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Jumlah Kantor BPR..., 2005...

Rokibah Lubis: Peranan Sistem Informasi Akuntansi pada PT.. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah

AKTIVITAS PENGELOLAAN TABUNGAN PURO NAGARI PADA PT. BANK PERKREDITAN

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa : Terdapat perbedaan antara bank perkreditan rakyat konvensional dengan bank perkreditan rakyat syariah ditinjau dari Current

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ada di Provinsi Jawa Timur, dengan

Perbankan yang segmen pasarnya lebih banyak UKM (Usaha Kecil dan Menengah) adalah bank perkreditan rakyat (BPR). Dalam menjalankan usaha bank perkreditan rakyat

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai pengaruh tingkat efisiensi terhadap kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Tegal dan dapat

BANK PERKREDITAN RAKYAT BPR PRABUMEGAH KENCANA PALEMBANG “ 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam