• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Produksi ASI Di Klinik Wipa Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Produksi ASI Di Klinik Wipa Tahun 2015"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSUMSI SUSU KEDELAI TERHADAP

PRODUKSI AIR SUSU IBU DI KLINIK WIPA

145102077 YOHANA SIANTURI

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Produksi ASI Di Klinik Wipa

Tahun 2015 Abstrak

Latar belakang: Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. WHO menyatakan bahwa sekitar 15% dari total kasus kematian anak dibawah usia lima tahun di negara berkembang disebabkan oleh pemberian ASI tidak eksklusif. Adapun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI antara lain status gizi ibu. Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Kacang kedelai merupakan salah satu dari berbagai macam sumber protein yang baik bagi tubuh. Salah satu kandungannya adalah phytoestrogen yang bila dikonsumsi secara rutin oleh ibu yang menyusui akan membantu ibu mendapatkan ASI yang banyak dan berlimpah.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI di klinik Wipa Tahun 2015.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi-eksperimen yang bersifat two group posttest. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang yaitu 18 orang kelompok kontrol dan 18 orang kelompok intervensi. Pengambilan sampel adalah tehnik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Klinik Wipa Sei Sikambing Medan. Analisa data digunakan uji t-independen.

Hasil: Hasil uji statistik diperoleh berat badan bayi setelah 1 bulan dikontrol rata-rata 4127.78 gram dengan standar deviasi 386.242 gram sedangkan berat badan bayi setelah 1 bulan diintervensi memperoleh rata-rata berat badan 3716.67 gram dengan standar deviasi 355.213 gram. Didapat dari P = 0.963 maka asumsi kedua varian kelompok berbeda (equal variances not assumed).

Kesimpulan: dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa konsumsi susu kedelai secara teratur dan rutin pada ibu menyusui dapat meningkatkan produksi ASI. Jadi mengkonsumsi susu kedelai dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas.

(6)

The Effect of The Consumption

of Soy Milk to Breast Milk Production in The Clinic Wipa 2015 Abstract

Background : exclusive breastfeeding is the best investment for the health and intelligence of children. The benefits of exclusive breastfeeding in accordance with one of the objectives of the Millenium Development Goals of reducing child mortality and improving maternal health, WHO stated that approximately 15% of total deaths of children under the age of five in developing countries are caused by breastfeeding is not exclusive. As for one of the factors that may affect breast milk production among other maternal nutritional status. That the mother was successful in providing breast milk exclusively, the mother who is breastfeeding her baby should recieve additional food to avoid setbacks in the manufacture and production of breast milk. Soy bean is one of the various sources of protein for the body. One ingredient is a phytoestrogen that when consumed routinely by nursing mother help the mother get breast milk are numerous and plentiful.

Research objectives : to determine the effect of soy milk consumption to breast milk production in the clinic Wipa 2015.

Research methodology : this research uses quasi-experimental research design that is two group posttest. The number of samples in this study were 36 members, namely 18 control group and 18 intervention group. The sampling is done by using purposive sampling technique. This research is done in the clinic Wipa Sei Sikambing in Medan City. Data analysis used independent T-test.

Result : statistical test result obtained baby weight after one month average of 4127.78 grams controlled with a standard deviation of 386.242 grams while the baby weight 3716.67 grams with a standard deviation of 355.213 grams. Obtained from P = 0.963 then assuming both variants of different gropus (equal variances not assumed).

Conclusion : the result of this study can be proved that the consumption of soy milk regularly and routinely in nursing mothers can increase breast milk production. So, consuming soy milk can be used as an intervention in obstetric care, especially in the puerperal women.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah diberikan kepada saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) Di Klinik Wipa Tahun 2015. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Sarjana Sains Terapan pada program Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan karta tulis ilmiah ini penulis menghadapi banyak kesulitan tapi berkat bantuan dari berbagai pihak karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan yang berharga dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah. 3. Ibu Nur Afi Darti, SKp.M.Kep selaku penguji.

4. Bapak dr.Ichwanul Adenin, Sp.OG (K) selaku penguji

5. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep.Ns.M.Kep selaku Sekretaris Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(8)

7. Seluruh staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dalam masa pendidikan.

8. Teristimewa penulis sampaikan dengan rasa hormat dan sayang yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta T. Sianturi dan N.br Sirait yang telah yang telah memberikan dukungan materil dan moril serta semangat kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan maupun bantuan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2015 Peneliti

(9)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep ASI

(10)

B. Konsep Kacang Kedelai

1. Defenisi Kacang Kedelai ... 20

2. Manfaat Kacang Kedelai ... 21

3. Susu Kacang Kedelai ... 23

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 25

B. Hipotesa... 25

C. Defenisi Operasional ... 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Analisis Univariat ... 35

2.Analisis Bivariat ... 39

B. Pembahasan 1. Interpretasi Dan Diskusi Hasil ... 39

(11)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan...22 Tabel 2.2 Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai dengan Beberapa

Bahan Makanan Lain...22 Tabel 2.3 Informasi Gizi Susu Kedelai...23 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik data

demografi pada kelompok kontrol di klinik Wipa Tahun 2015 ...34 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik data

demografi pada kelompok intervensi di klinik Wipa Tahun 2015 ...35 Tabel 5.3 Distribusi produksi ASI berdasarkan berat badan bayi pada

kelompok kontrol di klinik Wipa tahun 2015

...36 Tabel 5.4 Distribusi produksi ASI berdasarkan berat badan bayi pada

kelompok intervensi di klinik Wipa tahun 2015

...37 Tabel 5.5 Pengaruh distribusi produksi ASI berdasarkan berat badan bayi

(13)

DAFTAR SKEMA

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3 : Lembar Kuisioner Pada Kelompok Kontrol

Lampiran 4 : Lembar Kuisioner Pada Kelompok Intervensi Lampiran 5 : Lembar Observasi Pada Kelompok Kontrol Lampiran 6 : Lembar Observasi Pada Kelompok Intervensi Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 8 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 9 : Balasan Surat Izin Penelitian

(15)

Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Produksi ASI Di Klinik Wipa

Tahun 2015 Abstrak

Latar belakang: Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. WHO menyatakan bahwa sekitar 15% dari total kasus kematian anak dibawah usia lima tahun di negara berkembang disebabkan oleh pemberian ASI tidak eksklusif. Adapun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI antara lain status gizi ibu. Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Kacang kedelai merupakan salah satu dari berbagai macam sumber protein yang baik bagi tubuh. Salah satu kandungannya adalah phytoestrogen yang bila dikonsumsi secara rutin oleh ibu yang menyusui akan membantu ibu mendapatkan ASI yang banyak dan berlimpah.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI di klinik Wipa Tahun 2015.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi-eksperimen yang bersifat two group posttest. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang yaitu 18 orang kelompok kontrol dan 18 orang kelompok intervensi. Pengambilan sampel adalah tehnik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Klinik Wipa Sei Sikambing Medan. Analisa data digunakan uji t-independen.

Hasil: Hasil uji statistik diperoleh berat badan bayi setelah 1 bulan dikontrol rata-rata 4127.78 gram dengan standar deviasi 386.242 gram sedangkan berat badan bayi setelah 1 bulan diintervensi memperoleh rata-rata berat badan 3716.67 gram dengan standar deviasi 355.213 gram. Didapat dari P = 0.963 maka asumsi kedua varian kelompok berbeda (equal variances not assumed).

Kesimpulan: dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa konsumsi susu kedelai secara teratur dan rutin pada ibu menyusui dapat meningkatkan produksi ASI. Jadi mengkonsumsi susu kedelai dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas.

(16)

The Effect of The Consumption

of Soy Milk to Breast Milk Production in The Clinic Wipa 2015 Abstract

Background : exclusive breastfeeding is the best investment for the health and intelligence of children. The benefits of exclusive breastfeeding in accordance with one of the objectives of the Millenium Development Goals of reducing child mortality and improving maternal health, WHO stated that approximately 15% of total deaths of children under the age of five in developing countries are caused by breastfeeding is not exclusive. As for one of the factors that may affect breast milk production among other maternal nutritional status. That the mother was successful in providing breast milk exclusively, the mother who is breastfeeding her baby should recieve additional food to avoid setbacks in the manufacture and production of breast milk. Soy bean is one of the various sources of protein for the body. One ingredient is a phytoestrogen that when consumed routinely by nursing mother help the mother get breast milk are numerous and plentiful.

Research objectives : to determine the effect of soy milk consumption to breast milk production in the clinic Wipa 2015.

Research methodology : this research uses quasi-experimental research design that is two group posttest. The number of samples in this study were 36 members, namely 18 control group and 18 intervention group. The sampling is done by using purposive sampling technique. This research is done in the clinic Wipa Sei Sikambing in Medan City. Data analysis used independent T-test.

Result : statistical test result obtained baby weight after one month average of 4127.78 grams controlled with a standard deviation of 386.242 grams while the baby weight 3716.67 grams with a standard deviation of 355.213 grams. Obtained from P = 0.963 then assuming both variants of different gropus (equal variances not assumed).

Conclusion : the result of this study can be proved that the consumption of soy milk regularly and routinely in nursing mothers can increase breast milk production. So, consuming soy milk can be used as an intervention in obstetric care, especially in the puerperal women.

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes, 2007). Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu, WHO (2009) menyatakan bahwa sekitar 15% dari total kasus kematian anak dibawah usia lima tahun di Negara berkembang disebabkan oleh pemberian ASI tidak eksklusif. Berbagai masalah gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan (Baker, et al, 2004).

Inisiasi Menyusui Dini maupun ASI Eksklusif yaitu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997, cakupan ASI eksklusif (pemberian air susu ibu kepada bayi sampai dengan usia 4 bulan) di Indonesia baru mencapai 52% dari yang ditetapkan sebesar 80% pada tahun 2005. Meskipun pencapaian tersebut lebih baik dari Brazil, yaitu 42% pada tahun 1996, tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Cuba yang telah mencapai 72% pada tahun 1996 (Maryunani, 2012 : 3 - 4).

Menurut data SDKI tahun 2002 -2003, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 4 bulan hanya 55%, dan sampai usia 6 bulan sebesar 39,5%, padahal target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%, bayi diberi ASI eksklusif sampai 6 bulan (Maryunani. 2012 hlm. 4).

(18)

hanya 8,3%, 4-36% pada satu jam pertama bayi baru lahir, 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama (Maryunani, 2012 hlm. 4).

Dalam penelitian Wahyuni (2013) mengatakan bahwa setelah mengkonsumsi jantung pisang batu rata-rata peningkatan produksi ASI menjadi 9,75 kali dengan standard deviasi sedangkan yang tidak mengkonsumsi jantung pisang batu rata-rata frekuensi menyusui adalah 5,7 kali dengan standard deviasi. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan sebelum dan sesudah intervensi. Desain penelitian menggunakan one group before and after intervention design, atau pre and post design, dengan jumlah populasi adalah 60 ibu post partum <40 hari yang

menyusui padasetiap BPS di Wilayah Puskesmas Srikuncoro Kabupaten Bengkulu Tengah. Pengambilan sampel menggunakan tehnik random sampling 33% dari jumlah populasi, maka diperoleh jumlah sampel 20 orang

(Wahyuni et al, 2012).

Produksi Air Susu Ibu (ASI) dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi kelenjar payudara, adapun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI antara lain status gizi ibu (Maryunani, 2012).

(19)

Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati nya, mempunyai potensi yang sangat besar untuk menyediakan obat alami, mengingat banyak tumbuhan obat yang tumbuh dengan baik. Sejak dulu, bangsa Indonesia telah mengenal tanaman obat dan memanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit (Murtiana, 2011).

Salah satu jenis keanekaragaman hayati tersebut adalah susu kedelai yang terbuat dari kacang kedelai. Dipilihnya susu kedelai untuk dapat meningkatkan produksi ASI karena kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi hampir menyamai kadar protein susu skim kering (Soetjiningsih, 1997).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI (Air Susu Ibu) ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI di klinik Wipa

2. Tujuan Khusus

(20)

b. Menguji perbedaan produksi ASI pada ibu menyusui berdasarkan berat badan bayi saat lahir dan berat badan bayi setelah 1 bulan kontrol di Klinik Wipa.

c. Menguji perbedaan produksi ASI pada ibu menyusui berdasarkan berat badan bayi saat lahir dan berat badan bayi setelah 1 bulan intervensi di Klinik Wipa.

d. Menguji perbedaan berat badan bayi setelah sebulan penelitian terhadap kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Klinik Wipa. D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah dan memperluas pengetahuan peneliti mengenai pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI dan dapat digunakan dalam penelitians selanjutnya.

b. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi, pengembangan ilmu asuhan kebidanan nifas bahwa kacang kedelai dapat dapat mempengaruhi produksi ASI.

c. Bagi Masyarakat (Ibu Menyusui)

Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI, sehingga masyarakat khususnya ibu menyusui dapat memanfaatkan susu kedelai untuk upaya meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

d. Bagi Tenaga Kesehatan

(21)
(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep ASI 1. Definisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik untuk bayi. (Bahiyatun.2013. hlm. 29).

2. Manfaat ASI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui.

2.1. Manfaat ASI bagi bayi: 2..1.1 Kesehatan

(23)

2.1.2 Kecerdasan

Manfaat bagi kecerdasan bayi karena dalam ASI terkandung DHA terbaik, selain laktosa yang berfungsi untuk proses meilinisasi otak. Seperti diketahui, meilinisasi otak adalah salah satu proses pematangan otak agar bisa berfungsi optimal. Saat ibu memberikan ASI, terjadi pula proses stimulasi yang merangsang terbentuknya networking antar jaringan otak hingga menjadi lebih banyak dan

terjalin sempurna. Ini terjadi melalui suara, tatapan mata, detak jantung, elusan, pancaran, dan rasa ASI (Maryunani. 2012 hlm. 104-105).

2.1.3 Emosi

Pada saat disusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Hal ini akan merangsang terbentuknya “Emotional Intellegence/EI”. Selain itu, ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada buah hatinya. Doa dan harapan yang didengungkan ditelinga bayi/anak selama proses menyusui pun akan mengasah kecerdasan spiritual anak (Maryunani. 2012 hlm. 105).

2.2.Manfaat ASI untuk Ibu :

2.2.1. ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu

(24)

perut. Dengan demikian, memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil. Demikian juga halnya dengan aktivitas bangun malam untuk menyusui bayi yang haus dan mengganti popok basahnya, setara dengan olahraga.

Berbagai kegiatan seperti menggendong, memberi makan, dan mengajak bermain juga merupakan kegiatan yang dapat menurutkan berat badan. (Maryunani. 2012).

2.2.2. Mengurangi resiko anemia

Pada saat memberikan ASI, otomatis resiko perdarahan pasca-bersalin berkurang. Naiknya kadar hormon oksitosin selama menyusui akan menyebabkan semua otot polos mengalami kontraksi. Kondisi inilah yang mengakibatkan uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan.

Perlu diketahui perdarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu penyebab anemia. Dengan demikian memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim yang berarti mengurangi resiko perdarahan (Maryunani. 2012).

2.2.3. Mencegah kanker

(25)

estrogen mengalami penurunan. Sementara tanpa

aktivitas menyusui kadar hormon estrogen tetap tinggi dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron (Maryunani. 2012).

2.2.4. Manfaat ekonomis

Dengan menyusui ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu/suplemen bagi bayi. Cukup dengan ASI eksklusif kebutuhan bayi selama 6 bulan terpenuhi dengan sempurna. Selain itu ibu tidak perlu repot untuk mensterilkan peralatan bayi seperti dot, cangkir, gelas atau sendok untuk memberikan susu kepada bayi (Maryunani. 2012).

3. Fisiologi Laktasi

(26)

4. Produksi ASI

ASI dibedakan menjadi 3 stadium, yaitu 4.1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan. Kolostrum

berwarna kekuning-kuningan banyak mengandung protein, anti bodi, immunoglobulin.

4.2. ASI Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari 4 sampai hari ke-10. Air susu transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur, dimana kadar protein semakin rendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.

4.3. ASI Matur

ASI matur merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat, ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. ASI matur disekresi pada hari yang ke-10 dan seterusnya, berwarna putih kekuning-kuningan karena mengandung casineat, riboflaum, dan karotin (Maryunani. 2012). 5. Volume ASI

(27)

pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dan jumlah akan terus bertambah sehingga mencapai 400-450 ml pada waktu mencapai usia minggu kedua. Dalam keadaan produksi ASI telah normal volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15- 25 menit (Hubertin, 2004).

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI. Sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak dilihat dari ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting, sebelum disusukan payudara terasa tegang, jika ASI cukup, setelah bayi menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam, bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari, bayi BAB 3-4 kali dalam satu hari, bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam, ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu, urin bayi biasanya kuning pucat (Soetjiningsih, 1997).

Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu : 5.1. Memerah ASI dengan pompa

(28)

Pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang berbentuk suntikan, lebih banyak berbentuk squeeze and bulb. Bentuk squeeze and bulb tidak dianjurkan banyak ahli ASI. Karena pompa

seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/rata (Rahayu, 2008).

5.2. Memerah ASI dengan tangan

Memerah ASI dengan tangan disebut juga dengan teknik Marmet. Dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar masing-masing payudara 15 menit. Cara ini sering disebut juga dengan back to nature karena caranya sederhana dan tidak membutuhkan biaya (Rahayu, 2008).

Caranya, tempatkan tangan ibu di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur

untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari disekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan.

(29)

disterilkan di bawah payudara yang diperas, kemudian diukur menggunakan gelas ukur (Rahayu, 2008).

6. Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula (Maryunani, 2013).

6.1.Karbohidrat (Laktosa)

Laktosa adalah merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI

yang berperan penting sebagai sumber energi. Laktosa merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam ASI murni. Sebagai sumber penghasil energi, sebagai penghasil karbohidrat utama, meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh, merangsang tumbuhnya laktobasilus bifidus yang berfungsi menghambat pertumbuhan mikro organisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan (Maryunani, 2013).

6.2.Lemak

(30)

asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA (Maryunani, 2013).

6.3.Protein

Protein memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi. Komponen dasar dari tubuh bayi adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Protein dalam susu adalah whey dan casein (Maryunani, 2013).

6.4.Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organik yang terdapat di dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih, 1997).

6.5.Vitamin

(31)

yang cukup dan mudah diserap karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi pada kelenjar payudara. Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan dan produksi ASI antara lain:

7.1.Faktor makanan ibu

Dalam penelitian Arifin (2006) mengatakan ibu yang kekurangan gizi akan mengakibatkan menurunnya jumlah ASI dan akhirnya berhenti. Hal ini menyebabkan pada masa kehamilan jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui.

7.2.Faktor isapan mulut bayi

Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan

(32)

7.3.Frekuensi penyusuan

Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan 5 kaliper hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukan bahwa frekuensi penyusuan 10 lebih kurang 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara (Arifin, 2004).

7.4.Riwayat penyakit

Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI (Elly, 2007).

7.5.Faktor psikologis

(33)

7.6.Berat badan lahir

Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat terat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan inti yang besar dibanding bayi yang mendapat susu formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI (Elly, 2007).

7.7.Perawatan payudara

Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka puting tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi (Soetjiningsih, 1999).

(34)

penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar (Arifin, 2004).

7.8.Jenis persalinan

Pada persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan setelah bayi lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan (Saifudin, 2001). Sedangkan pada persalinan tindakan sectio ceasar sering kali sulit menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat menyusui bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi di bagian perut membuat proses menyusui sedikit terhambat (Sinsin, 2004).

7.9.Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Arifin, 2004).

7.10. Konsumsi rokok

(35)

7.11. Konsumsi Alkohol

Menurut Matheson (1989), meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Elly, 2007).

7.12. Cara menyusui yang tidak tepat

Teknik menyusui yang kurang tepat, tidak dapat mengosongkan payudara dengan benar yang akhirnya akan menurunkan produksi ASI (Hubertin, 2003).

7.13. Rawat gabung

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui, maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi rahim. Disamping itu akan timbul refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI (Soeningsih, 2006).

7.14. Pil Kontrasepsi

(36)

hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi (Elly, 2007).

B. Konsep Susu Kedelai 1. Defenisi Susu Kedelai

Kacang kedelai adalah tanaman dataran rendah dan daerah pertumbuhan sampai 500m dpl. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada iklim panas dengan curah hujan 200 mm per bulan. Biji protein merupakan pangan sumber protein nabati. Tiap 100 gram biji mengandung protein 43,9 gram. Disamping itu, biji kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin (Bartelsi. 2008. hlm. 2008).

Berikut klasifikasi ilmiah tanaman kacang kedelai : Kerajaan : Plantae

Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Subsuku : Faboideae

Genus : Glycine (L). Merr.

(37)

2. Manfaat Kacang Kedelai

Kedelai merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat, mengingat kandungan gizinya cukup lengkap. Pemanfaatan kedelai secara umum ada dua, yaitu pemanfaatan secara langsung dikonsumsi atau dibuat olahan terlebih dahulu (Bartelsi. 2008).

Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok manfaat utama yaitu : olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi : susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas, cat cair, tinta cetak, dan tekstil (Bartelsi. 2008).

Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan.Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan pembuatan minyak goreng, margarin, dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain : margarin, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi (Bartelsi. 2008).

(38)

Kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi hampir menyamai kadar protein susu skim kering (Bartelsi. 2008).

Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai (Bartelsi. 2008).

Kedelai dapat diolah menjadi tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling dan cetakan.

Tabel 2.1 Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan

Komponen Kadar (%)

Protein 35 - 45%

Lemak 18 – 32 %

Karbohidrat 12 – 30 %

Air 7

Tabel 2.1 Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan Sumber : Mocha Bartelsi. 2008. hlm. 31

(39)

Tabel 2.2 Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai dengan Beberapa Bahan Makanan Lain

Komponen Kadar (%)

Susu Skim Kering 36.00

Kedelai 35.00

Kacang Hijau 22.00

Daging 19.00

Ikan Segar 17.00

Telur Ayam 13.00

Jagung 9.20

Beras 6.80

Tepung Singkong 1.10

Sumber : Mocha Bartelsi. 2008. hlm. 32 3. Susu Kacang Kedelai

Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hampir sama dengan susu sapi. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama karena kandungan proteinya. Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air.

(40)

Berikut informasi gizi untuk 100 ml susu kedelai Tabel 2.3 Informasi Gizi Susu Kedelai

Informasi Gizi per 100 ml Energi 226 kj 54 kal

Lemak 1,99 g

Lemak Jenuh 0,241 g

Lemak Tak Jenuh Ganda 0,793 g Lemak Tak Jenuh Tunggal 0,396 g

Kolesterol 0 mg

Protein 4,64 g

Karbohidrat 5,1 g

Serat 1,3 g

Gula 0,52 g

Sodium 57 mg

Kalium 128 mg

(41)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan independen dimana variabel independennya adalah susu kedelai dan variabel dependennya adalah produksi air susu ibu (ASI).

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Produksi ASI

B. Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternative (Ha) yaitu ada pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI.

Produksi ASI - BAK ≥ 6 x/ hari - ≥ 10 x/hari menyusui

(42)

C. Definisi Operasional

Kuesioner Wawancara 1= 19-24 2= 25-29

Kuesioner Wawancara 1 = Tidak 2 = Ya

Nominal

3 Aterm Kehamilan yang cukup bulan 37-42 minggu

Kuesioner Wawancara 1= Tidak 2 = Ya

Kuesioner Wawancara 1= Tidak 2= Ya

Kuesioner Wawancara 1= Tidak 2= Ya

Kuesioner Wawancara 1= Tidak 2= Ya

Cheklist 2= Mengkonsumsi

susu kedelai 1= Tidak mengkonsmsi kedelai

(43)

kepada ibu

(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian quasi-eksperimen yang bersifat two group posttest. Penelitian ini menggunakan dua kelompok penelitian yaitu: kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dimana kelompok intervensi diberikan perlakuan (X), kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Setelah diberi perlakuan (X) dilakukan evaluasi/observasi (posttest) pada kedua kelompok.

Kelompok Intervensi Posttest

X 1 02

Y 0 02

Skema 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

X : Kelompok Intervensi Y : Kelompok Kontrol

02 : Produksi ASI pada ibu yang tidak mengkonsumsi susu kedelai 02 : Produksi ASI pada ibu yang mengkonsumsi susu kedelai

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(45)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III di klinik Wipa. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan tehnik purposive sampling dimana kriteria respondennya ibu : 1) ibu yang bersalin normal, 2) bayi

aterm, 3) ibu tidak menderita penyakit, 4) bayi sehat, 5) ibu bersedia hanya memberikan ASI pada bayinya sampai usia enam bulan 6) ibu bersedia menjadi responden.

Sampel penelitian ini berjumlah 36 yaitu 18 orang pada kelompok kontrol, dan 18 orang pada kelompok intervensi.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan di klinik Wipa jalan Sei Kambing karena tempat tersebut sudah terdaftar menjadi Bidan Delima yang sudah menerapkan IMD (Inisiasi Menyususi Dini) pada ibu nifas dan juga di tempat tersebut jumlah pasien melahirkan atau melakukan ANC memadai sehingga mudah mendapatkan sampel penelitian.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah bayi lahir sampai sidang hasil penelitian Juli 2015.

E. Etika Penelitian

(46)

yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. 3). Tidak mencantumkan nama (anonymity) responden pada lembar observasi, dan hanya menuliskan kode, 4). Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti (confidentiality).

F. Alat Pengumpulan data

Alat pengumpulan data berupa kuisioner yaitu data demografi berupa data responden terdiri dari usia ibu, usia bayi, berat bayi dan lembar observasi untuk mengobservasi produksi ASI berdasarkan tanda kecukupan ASI pada bayi. G. Validitas dan Realibilitas

Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah hanya kuisioner yang berisi data demografi dan lembar observasi kecukupan ASI sehingga tidak perlu lagi di uji validitas dan realibilitasnya. Sedangkan untuk timbangan yang digunakan adalah dengan merk yang sama yaitu merk GEA untuk setiap bayi dan sebelum digunakan timbangan ditera terlebih dahulu.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan surat

permohonan izin melaksanakan penelitian di klinik Wipa Jalan Sei Kambing. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada ibu hamil trimester III sesuai kriteria penelitian. Peneliti menemui responden di tempat penelitian dan meminta persetujuan responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent.

(47)

bekerja, serumah dengan suami/keluarga melalui wawancara. Lalu peneliti menjelaskan manfaat dari konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI. Pertama peneliti mendata seluruh nama ibu yang sudah bersedia menjadi responden,

kemudian membagikan susu kedelai kepada setiap ibu masing-masing 250 ml untuk diminum 1 kali sehari (sore) selama bulan Februari, kemudian peneliti meminta agar ibu teratur mengkonsumsi susu kedelai tersebut dan tidak mengkonsumsi susu lain selain dari yang peneliti berikan. Lalu peneliti meminta kepada suami dari ibu untuk selalu mengontrol pemberian susu kedelai tersebut. Begitu selanjutnya sampai ibu akan melahirkan (inpartu).

Setelah ibu melahirkan, peneliti datang kesetiap rumah responden untuk mulai mengobservasi berat badan bayi baru lahir, terhitung hari pertama sampai hari ke 29. Proses penimbangan bayi dilakukan dengan keadaan bayi tidak memakai baju, menggunakan timbangan dengan merk yang sama yaitu merk GEA yang ditera terlebih dahulu sebelum digunakan. Peneliti melakukan penimbangan bayi satu kali satu minggu selama satu bulan. Setiap hasil akan peneliti catat dalam lembar observasi dengan harapan konsumsi susu kedelai tersebut dapat mempengaruhi produksi ASI yang dapat dilihat dari frekuensi BAK dan menyusui yang dicatat setiap hari selama 1 bulan oleh suami responden.

I. Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing (Memeriksa)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

(48)

b. Coding (Pengkodean)

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang tersedia atas beberapa kategori. Pemberian kategori ini sangat penting bila pengolahan data dan analisa data menggunakan komputer. c. Tabulating (Pengolahan Tabel)

Tabulating adalah proses untuk mempermudah menganalisis terlebih

dahulu semua jawaban yang terkumpul kedalam tabel. d. Cleaning atau Entry (Memasukkan dalam tabel)

Entry adalah kegiatan memasukkan semua data yang telah diolah dan

memeriksakan kembali data yang telah diolah kedalam tabel.

Setelah data terkumpul, kemudian data diolah secara komputerisasi dengan analisa data sebagai berikut :

1. Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yakni melihat produksi air susu ibu (ASI) berdasarkan tanda kecukupan air susu ibu (ASI) terhadap bayi pada ibu yang mengkonsumsi susu kedelai dan ibu yang tidak mengkonsumsi susu kedelai. Data yang bersifat kategori dicari frekuensi dengan proporsinya, yaitu variabel : umur responden, persalinan normal, aterm, bayi sehat, serumah dengan suami/keluarga, bekerja, frekuensi BAK bayi per hari, frekuensi ibu menyusui.

Sedangkan data numerik dicari mean, median, dan standar deviasinya yaitu variabel: berat badan bayi. Data yang telah dikumpulkan diolah secara komputerisasi

(49)

Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh mengkonsumsi susu kedelai terhadap produksi air susu ibu (ASI) pada ibu menyusui. Analisis data yang digunakan adalah Uji T-independent bertujuan untuk membandingkan produksi air susu ibu (ASI) pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Taraf signifikan 95% (α = 0,05).

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh mengkonsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI yang dilakukan di klinik Wipa dengan jumlah 36 responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kolompok intervensi yang masing-masing kelompok terdiri dari 18 responden.

1. Analisis Univariat

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik data demografi pada kelompok kontrol di klinik Wipa

tahun 2015 ( n = 18 )

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia :

Persalinan normal 18 100.0

Aterm 18 100.0

Bayi sehat 18 100.0

Serumah dengan

suami/keluarga 18 100.0

Pekerja

(51)

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik data demografi pada kelompok intervensi di klinik Wipa

tahun 2015 ( n = 18 )

Karakteristik Freekuensi Persentase (%) Usia:

Persalinan Normal 18 100.0

Aterm 18 100.0

Bayi sehat 18 100.0

Serumah dengan

suami/keluarga 18 100.0

Pekerja

(52)

Tabel 5.3

Distribusi produksi ASI berdasarkan berat badan bayi pada kelompok kontrol di klinik Wipa

tahun 2015 ( n = 18)

Variabel Mean SD SE Perbedaan Nilai P

Mean SD

berat badan saat lahir 3011.11 308.486 72.711

705.556 169.679 0.001 berat badan setelah

dikontrol 1 bulan 3716.67 355.213 83.725

(53)

Tabel 5.4

Distribusi produksi ASI berdasarkan berat badan bayi pada kelompok intervensi di klinik Wipa

tahun 2015 ( n = 18 )

Variabel Mean SD SE Perbedaan Nilai P

Mean SD

berat badan saat lahir 2950.00 341,709 80.541

1177.778 359.011 0,001 berat badan setelah

intervensi 1 bulan 4127.78 386.242 91.038

(54)

2. Analisis Bivariat

5.5 Tabel

Pengaruh distribusi produksi ASI berdasarkan berat badan bayi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

di klinik Wipa tahun 2015 ( n = 18 )

Berat badan bayi setelah 1

bulan

Variabel Mean SD SE P-Value N

Kelompok kontrol 3716.67 386.242 91.038

0.002

18 Kelompok intervensi 4127.78 355.213 83.725 18

Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh berat badan bayi setelah 1 bulan dikontrol rata-rata 3716.67 gram dengan standar deviasi 386.242 gram sedangkan berat badan bayi setelah 1 bulan diintervensi memperoleh rata-rata berat badan 4127.78 gram dengan standar deviasi 355.213 gram. Didapat dari p = 0.963 maka asumsi kedua varian kelompok berbeda (equal variances not assumed). Selanjutnya p-value = 0.002, maka dapat disimpulkan ada perbedaan produksi ASI pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi terhadap berat badan bayi setelah 1 bulan.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang membandingkan hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan dengan pengaruh mengkonsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI.

1. Interpretasi dan diskusi hasil

a. Produksi ASI berdasarkan berat badan bayi pada kelompok kontrol.

(55)

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Nursalam (2008) yang menyatakan bahwa pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700-1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan. Karena pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, ASI diproses dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu agar diperoleh ASI berkualitas, menu makanan ibu menyusui harus memerhatikan kebutuhan nutrisi yang tepat (Widodo.2009.hlm.45).

b. Produksi ASI berdasarkan berat badan bayi pada kelompok intervensi

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa dari 18 responden pada kelompok intervensi memperoleh berat badan rata-rata 1177,778 gram dengan standar deviasi 359,001 gram, meskipun kenaikan berat badan bayi pada kelompok inervensi masih dalam kategori normal sebagaimana dinyatakan oleh Nursalam (2008) sebelumnya, dengan begitu terdapat perbedaan dengan hasil pada kelompok kontrol.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa kacang kedelai merupakan salah satu dari berbagai macam sumber protein yang baik bagi tubuh. Salah satu kandungannya adalah phytoestrogen yang bila dikonsumsi secara rutin oleh ibu yang menyusui akan membantu ibu untuk mendapatkan ASI yang banyak dan berlimpah ( Nurzaga, 2014 ).

(56)

c. Perbedaan produksi ASI berdasarkan berat badan bayi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

Perbandingan rata-rata berat badan bayi kelompok kontrol dan intervensi. Didapatkan bahwa berat badan bayi kedua kelompok tersebut ada pengaruh dengan mengkonsumsi susu kedelai atau tidak mengkonsumsi susu kedelai. Hal ini bukan berarti bahwa tidak mengkonsumsi susu kedelai bagi ibu menyusui lebih baik daripada mengkonsumsi susu kedelai selama menyusui.

Ternyata susu kedelai juga baik untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan nutrisinya secara baik supaya bisa menghasilkan ASI berkualitas sehingga bayinya bisa tumbuh sehat dan tepat sesuai tahap perkembangan usianya. Selain susu kedelai mampu membuat kulit tetap awet muda ternyata nutrisi didalamnya juga mampu merangsang produksi ASI menjadi lebih berkualitas (Nurzaga, 2014).

(57)

2. Keterbatasan Penelitian a. Sampel

Pemilihan responden yakni sebagaimana kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, namun ada beberapa responden yang gugur disebabkan ibu (responden) kembali kerumahnya dan tidak tinggal bersama ibunya lagi, ibu kembali ke aktifitas kerjanya, bayi tidak pandai menghisap karena puting susu ibu pendek.

Responden pada penelitian ini diperoleh 18 orang dengan analisis uji Uji T-independent. Jumlah responden seharusnya 25 responden, namun responden

yang ditemukan hanya 18 responden karena tidak memenuhi kriteria. b. Desain penelitian

(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI di klinik Wipa tahun 2015 dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut :

1. Karakteristik responden pada kelompok kontrol diperoleh bahwa bahwa mayoritas responden berusia 25-29 tahun sebanyak 10 orang (55,6%), persalinan normal, aterm, bayi sehat, serumah dengan suami/keluarga sebanyak seluruh responden (100%), responden yang bekerja sebanyak 11 orang (61,1%). Sedangkan pada kelompok intervensi mayoritas responden berusia 25-29 tahun sebanyak 10 orang (55,6%), persalinan normal, aterm, bayi sehat, serumah dengan suami/keluarga sebanyak seluruh responden (100%), responden yang bekerja sebanyak 10 orang (55,6%).

(59)

3. Distribusi produksi ASI berdasarkan berat badan bayi terhadap kelompok intervensi di klinik Wipa diperoleh bahwa diperoleh berat badan bayi saat lahir rata-rata 2950,00 gram dengan standar deviasi 341,709 gram. Berat badan bayi setelah diintervensi 1 bulan memperoleh berat badan rata-rata 4127,78 gram dengan standar deviasi 386,242 gram. Perbedaan berat badan saat lahir dan setelah 1 bulan di intervensi memperoleh berat badan rata-rata 1177,778 gram dengan standar deviasi 359,011 gram. Hasil uji statistik didapat nilai P adalah 0.001, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan produksi ASI pada ibu menyusui terhadap berat badan bayi saat lahir dengan berat badan bayi setelah berusia 1 bulan.

4. Hasil uji statistik didapatkan nilai dari p = 0.963 maka asumsi kedua varian kelompok berbeda (equal variances not assumed). Selanjutnya didapat nilai p-value = 0.002, maka dapat disimpulkan ada perbedaan produksi ASI pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi terhadap berat badan bayi setelah 1 bulan.

B. Saran

1. Bagi pelayanan kebidanan

Diharapkan untuk mengembangkan ilmu asuhan kebidanan nifas terutama mengenai susu kacang kedelai dapat mempengaruhi produksi ASI.

2. Bagi masyarakat (ibu menyusui)

(60)

3. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kepada ibu yang menyusui bahwa mengkonsumsi susu kedelai baik untuk produksi ASI.

4. Bagi peneliti selanjutnya

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, Jakarta: EGC Bartelsi, M. (2008). Manfaat Kedelai dan Pengolahannya, Klaten: Sahabat Cadwell., Cindy, T. 2011. Buku Saku Manajemen Laktasi, Jakarta: EGC Hubertin, S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif, Jakarta: EGC

Maryunani, A. (2012).Inisisai Menyusui Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi, Jakarta: Trans Info Media

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: RinekaCipta Nurzaga. (2014). Manfaat Susu Kedelai Untuk Ibu Menyusui dalam

www.bundakamil.com/manfaat-susu-kedelai-untuk-ibu-menyusui/diakses tanggal 16 Maret 2015

Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: EGC Syarifudin., Theresia., Jomima. (2009). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat

Untuk Mahasiswa Kebidanan, Jakarta: Trans Info Media

Wahyuni., Sri Sumiati., Nurlani. (2013). Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Batu Terhadap Peningkatan Produksi ASI dalam e.journal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/download/3052/3021 diakses pada tanggal 16 Januari2015

(62)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Salam sejahtera Dengan Hormat,

Nama saya Yohana Koresi Sianturi, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian berjudul Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) di Klinik Wipa Tahun 2015.

Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes, 2007). Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu, WHO (2009) menyatakan bahwa sekitar 15% dari total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang disebabkan oleh pemberian ASI tidak eksklusif. Berbagai masalah gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan.

Kacang kedelai adalah tanaman dataran rendah dan daerah pertumbuhan sampai 500m dpl. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada iklim panas dengan curah hujan 200 mm per bulan. Biji protein merupakan pangan sumber protein nabati. Tiap 100 gram biji mengandung protein 43,9 gram. Disamping itu, biji kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.

(63)

Saya akan melakukan pengumpulan data terstruktur kepada ibu tentang: a. Data demografi seperti usia ibu, paritas, pendidikan terakhir.

Wawancara akan dilakukan sekitar 5 menit.

b. Pengisian kuesioner yang berisi tentang observasi produksi ASI berdasarkan tanda kecukupan ASI pada bayi.

Partisipasi Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya:

Nama : Yohana Koresi Sianturi Alamat : Jln. Pancing no 321 Medan No. HP : 081375117166

Terimakasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini.Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, Maret 2015 Peneliti

(64)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telp / HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai Terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) di Klinik Wipa, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untukdapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Maret 2015

(65)

INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH SUSU KEDELAI TERHADAP PRODUKSI AIR SUSU IBU

PADA KELOMPOK KONTROL DI KLINIK WIPA

KUESIONER

No. Responden :

Tanggal :

A. Kuesioner Demografis

Petunjuk: jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan ibu dan ditulis pada tempat yang disediakan

(66)

INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH SUSU KEDELAI TERHADAP PRODUKSI AIR SUSU IBU

PADA KELOMPOK INTERVENSI DI KLINIK WIPA

KUESIONER

No. Responden :

Tanggal :

B. Kuesioner Demografis

Petunjuk: jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan ibu dan ditulis pada tempat yang disediakan

(67)

LEMBARAN OBSERVASI RESPONDEN YANG TIDAK DIBERIKAN SUSU KEDELAI

(KELOMPOK KONTROL) No. Responden :

BB Bayi Lahir (gram) : BB Bayi Sekarang (gram) :

(68)
(69)

LEMBARAN OBSERVASI RESPONDEN YANG DIBERIKAN SUSU KEDELAI

(KELOMPOK INTERVENSI) No. Responden :

BB Bayi Lahir (gram) : BB Bayi Sekarang (gram) :

(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yohana Sianturi

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 07 Desember 1992

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Karya Bakti No.3 Kapten Sumarsono, Medan

Riwayat Pendidikan :

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan Komponen Kadar (%)
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai dengan Beberapa Bahan Makanan Lain
Tabel 2.3 Informasi Gizi Susu Kedelai Informasi Gizi per 100 ml
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik data demografi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013 dengan

Jadi, solusi yang didapat melalui pendekatan pemrograman kuadratik untuk jumlah produksi susu kedelai selama satu bulan yaitu jumlah produksi susu kedelai rasa original (

didapatkan nilai p-Value 0.00 yang artinya pemberian jus susu kacang kedelai dan melon efektif dalam meningkatkan produksi ASI dan berat badan bayi pada ibu

Fasilitasi alih teknologi berupa Mesin Penggiling dan Pemeras Kedelai sangat terbukti meningkatkan efisiensi tenaga kerja dalam proses produksi susu kedelai

Dalam penelitian ini digunakan susu sapi sebanyak 9 liter. Susu kedelai 9 liter masing-masing dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing terdiri dari 3 liter susu sapid dan 3 liter

Diketahui distribusi frekuensi pada ibu menyusui sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah pepaya di Klinik Pratama Hanum Tahun 2022, dimana dari 10 responden terdapat 8 responden 80% yang

Dengan nilai p=0,000 dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu postpartum 9 Winarsi, Sangsoko & Purwanto, 2016 Penelitian ini eksperimen double-blind dengan

1 PENGARUH KONSUMSI SUSU KEDELAI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA Devi Ervina1, Rufaida Nur Fitriana2,