LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI
FARMASI RUMAH SAKIT
di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan
Studi Kasus
Ruptur buli intraperitoneal post explorasi laparatomy +Fractur
rami pubis bilateral + Fraktur femur bilateral
Disusun Oleh:
Nurul Laili Ramadhani, S.Farm. NIM 133202045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
RINGKASAN ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tujuan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Definisi ... 4
2.1.1 Buli ... 4
2.1.2 Pelvis ... .... 4
2.1.2.1 Pubis ... ... 5
2.1.3 Femur ... ... 5
2.1.4 Ruptur Buli ... .... 6
2.1.5 Fraktur ... ... 6
2.1.5.1 Fraktur Pelvis ... ... 7
2.1.5.2 Fraktur Femur ... .. 7
2.2 Etiologi ... 8
2.3 Patofisiologi ... 8
2.5 Diagnosa ... 10
2.5.1 Pemeriksaan Fisik ... 10
2.5.2 Pemeriksaan Penunjang ... 11
2.6 Penatalaksanaan ... 11
2.6.1 Penatalaksanaan Ruptur Buli ... .. 11
2.6.2 Penatalaksanaan Fraktur ... .. 12
2.7 Tinjauan Tentang Obat ... 14
2.7.1 Cefriaxon ... 14
2.7.2 Ketorolak ... 15
2.7.3 Ranitidin ... 15
2.7.4 Gentamisin ... 15
2.7.5 Metronidazole ... 16
2.7.6 Parasetamol ... 16
2.7.7 Asam Traneksamat ... 17
2.7.8 Plasbumin® ... 17
2.7.9 Novalgin® ... 18
BAB III PENATALAKSANAAN UMUM ... 19
3.1 Identitas Pasien ... 19
3.2 Riwayat penyakit dan pengobatan ... 19
3.2.1 Riwayat penyakit keluarga ... 20
3.2.2 Riwayat penyakit sosial ... 20
3.3 Ringkasan pada waktu pasien masuk
RSUPH.Adam Malik ... 20
3.4 Pemeriksaan ... 21
3.4.1 Hasil Pemeriksaan Fisik ... 21
3.4.2 Pemeriksaan Penunjang ... 22
3.5 Terapi ... 24
BAB IV PEMBAHASAN ... 26
3.6.1 Pembahasan Tanggal 21 April 2014 ... 27
3.6.1.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 27
3.6.1.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 28
3.6.1.3 Pengkajian Tepat Obat ... 29
3.6.1.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 31
3.6.1.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 33
3.6.1.6 Kesimpulan ... 34
a. Lembar PPOSR ... 34
b. Rekomendasi dokter ... 34
c. Rekomendasi perawat... 35
d. PIO ... 36
3.6.2 Pembahasan Tanggal 22 April 2014 ... 37
3.6.2.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 38
3.6.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 38
3.6.2.3 Pengkajian Tepat Obat ... 39
3.6.2.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 40
3.6.2.6 Kesimpulan ... 43
a. Lembar PPOSR ... 43
b. Rekomendasi dokter ... 43
c. Rekomendasi perawat... 44
d. PIO ... 44
3.6.3 Pembahasan Tanggal 23-26 April 2014 ... 45
3.6.3.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 45
3.6.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 46
3.6.3.3 Pengkajian Tepat Obat ... 46
3.6.3.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 47
3.6.3.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 49
3.6.3.6 Kesimpulan ... 50
a. Lembar PPOSR ... 50
b. Rekomendasi dokter ... 50
c. Rekomendasi perawat... 51
d. PIO ... 51
3.6.4 Pembahasan Tanggal 27-28 April 2014 ... 51
3.6.4.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 52
3.6.4.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 52
3.6.4.3 Pengkajian Tepat Obat ... 53
3.6.4.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 54
3.6.4.6 Kesimpulan ... 57
a. Lembar PPOSR ... 57
b. Rekomendasi dokter ... 57
c. Rekomendasi perawat... 58
d. PIO ... 58
3.6.5 Pembahasan Tanggal 29-30 April 2014... . 58
3.6.5.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 59
3.6.5.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 59
3.6.5.3 Pengkajian Tepat Obat ... 61
3.6.5.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 63
3.6.5.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 66
3.6.5.6 Kesimpulan ... 68
a. Lembar PPOSR ... 68
b. Rekomendasi untuk dokter ... 68
c. Rekomendasi untuk perawat ... 69
d. PIO ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... ….. ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pemeriksaan Fisik ... 21
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan patologi klinik... 23
Tabel 3.3 Daftar obat-obat yang digunakan pasien ... 24
Tabel 4.1 Daftar obat-obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 21 April 2014 ... 27
Tabel 4.2 Dosis obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 21 April 2014 ... 31
Tabel 4.3 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 21 April 2014 ... 34
Tabel 4.4Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien
pada Tanggal 21 April 2014 ... 36
Tabel 4.5Daftar obat-obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 22 April 2014 ... 37
Tabel 4.6 Dosis obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 22 April 2014 ... 41
Tabel 4.7 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 22 April 2014 ... 43
Tabel 4.8 Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien
pada Tanggal 22 April2014 ... 44
Tabel 4.9Daftar obat-obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 23-26 April 2014 ... 45
Tabel 4.10 Dosis obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 23-26 April 2014 ... 48
Tabel 4.11 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 23-26 April 2014 ... 50
Tabel 4.12 Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien
Tabel 4.13 Daftar obat-obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 27-28 April 2014 ... 52
Tabel 4.14 Dosis obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 27-28 April 2014 ... 55
Tabel 4.15 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 27-28 April 2014 ... 57
Tabel 4.16Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien
pada Tanggal 27-28 April 2014 ... 58
Tabel 4.17Daftar obat-obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 29-30 April 2014 ... 59
Tabel 4.18 Dosis obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 29-30 April 2014 ... 64
Tabel 4.19 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien
pada Tanggal 29-30 April 2014 ... 67
Tabel 4.20Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
RINGKASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu tujuan dari praktik farmasi di rumah sakit adalah melakukan
pelayanan farmasi klinis di rumah sakit yaitu dengan melakukan pemantauan
penggunaan obat. Pemantauan penggunaan obat ini berguna untuk memastikan
bahwa penggunaan obat tersebut tepat karena tanggung jawab apoteker dalam
pelayanan kefarmasian adalah pelayanan secara langsung kepada pasien
berkaitan dengan obat, untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan
menghindari kesalahan penggunan obat agar meningkatkan kualitas hidup
pasien (Siregar dan Amalia, 2004).
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang menyediakan obat yang bermutu
untuk pasien yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinis yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat (Depkes RI, 2004).
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit antara lain adalah visite
pasien dan pengkajian penggunaan obat. Visite ke pasien merupakan kegiatan
kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuannya adalah untuk pemilihan obat, menerapkan secara langsung
pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien dan bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain. Pengkajian penggunaan obat merupakan
untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan
terjangkau oleh pasien (Aslam, 2003).
Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan oleh apoteker
baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
visite adalah menilai rasionalitas obat dengan cara pemilihan obat, menilai
kemajuan pasien dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Pengkajian
penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
Dalam rangka menerapkan praktik farmasi klinis di rumah sakit, maka
mahasiswa calon apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk praktik kerja
profesi di rumah sakit. Praktik kerja profesi di rumah sakit menerapkan salah
satu praktik pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan pasien.
Adapun studi Pengkajian Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR)
dilaksanakan pada pasien yang dirawat di Instalasi Rindu B3 ruang
bedahorthopedi karena umumnya pasien bedah orthopedi menggunakan
golongan obat antibiotika dan analgetik. Studi kasus yang diambil dengan
diagnosis ruptur buli intraperitoneal, fraktur rami pubis bilateral danfraktur
1.2Tujuan
Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah:
a. memantau rasionalitas penggunaan obat pada pasien dengan diagnosis
ruptur buli intraperitoneal + fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur
bilateral.
b. memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien dan keluarga
pasien.
c. memberikan masukan dan pertimbangan kepada tenaga kesehatan lain di
rumah sakit dalam rangka peningkatan rasionalitas penggunaan obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Buli (Kandung Kemih, vesika Urinaria)
Buli disebut juga kandung kemih, vesika urinaria, urinary bladder.
Buli-buli bekerja sebagi penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah
pir. Letaknya di dalam panggul besar, dibelakang simfisis pubis (Pearce, 2009).
Buli-buli menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam menampung urine, buli-buli
mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang
lebih adalah 300-450 ml (Purnomo, 2009).
2.1.2 Pelvis
Pelvis adalah cincin tulang di bagian bawah tubuh. Terdiri dari tiga
bagian (ilium, iskium dan pubis) dan empat tulang (dua tulang inominata atau
tulang panggul, sakrum dan koksigis) (Stright, 2004).
Pelvis dibatasi oleh sakrum dan koksigis di posterior dan os inominata
di anterolateral. Saat dewasa, tulang inominata telah menyatu seluruhnya pada
asetabulum. Asetabulum adalah ronggga jeluk, berbentuk cawan yang dibentuk
oleh pertemuan tiga tulang pubis membentuk bagian depan, ilium bagian atas,
dan iskium bagian belakang. Asetabulum bersendi dengan femur dalam
Gambar 1. Tulang Pelvis
2.1.2.1Pubis
Tulang kemaluan (pubis) terdiri atas sebuah badan dan dua ramus.
Badannya berbentuk persegi empat dan di atasnya menjulang krista pubis.
Tulang pubis bersatu di depan pada simfisis pubis (Pearce, 2009).
2.1.3 Femur
Femur (tulang paha) adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu
bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini ia
menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa
2.1.4 Ruptur Buli (Trauma Buli-buli)
Ruptur buli disebut juga trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria
merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera,
bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di
dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami
cedera. Rudapaksa kandung kemih terbanyak karena kecelakan lalu lintas atau
kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai
buli-buli. Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan ruptur kandung kemih
(Sjamsuhidajat, 1998).
Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal dan
ekstraperitoneal. Ruptur buli ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen
fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Cedera
pada abdomen bawah sewaktu kandung kemih penuh menyebabkan ruptur buli
intraperitoneal (Sjamsuhidajat, 1998).
2.1.5 Fraktur
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang
bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya
suatu fraktur lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan
tenaga, keadaan tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang (Helmi, 2011).
Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan
sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur
sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun luar.
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi
seperti malunion, delayed union, nounion dan infeksi tulang (Bucholz, 2006).
2.1.5.1 Fraktur Pelvis
Tulang sakrum, ilium dan pubis yang membentuk tulang pelvis, yang
merupakan cincin tulang stabil dan menyatu pada orang dewasa. Fraktur pelvis
dapat disebabkan karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera
remuk (Smeltzer, 2001).
Fraktur pelvis menyebabkan terbukanya cincin pelvis dan dapat
mengakibatkan ketidakstabilan. Derajat ketidakstabilan tergantung dari cincin
bagian mana yang terputus. Ketidakstabilan secara mekanik dapat
mengakibatkan ketidakstabilan hemodinamik bila disertai dengan kerusakan
vaskuler dalam rongga pelvis.
2.1.5.2 Fraktur Femur
Fraktur femur adala rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Batang femur dapat mengalami
fraktur akibat trauma langsung, puntiran atau pukulan pada bagian depan yang
2.2 Etiologi
Trauma buli sering disebabkan rudapaksa dari luar, dan sering
didapatkan bersama dengan fraktur pelvis. Penyebab lain adalah trauma
iatrogenik (FK UI, 1995).
Penyebab fraktur adalah trauma. Mayoritas fraktur adalah akibat
kecelakaan lalu lintas. Trauma lainnya adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan
kerja dan kecelakaan/cedera olah raga (FK UI, 1995).
2.3 Patofisiologi
Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur felvis.
Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa juga terjadi akibat fragmen
tulang pelvis merobek dindingnya (Gambar B). Dalam keadaan penuh terisi
urine, buli-buli mudah robek sekali jika mendapatkan tekanan dari luar berupa
benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada bagian fundus
dan menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum (Gambar A)
(Purnomo, 2009).
Keterangan gambar : (A) Intraperitoneal, robeknya buli-buli pada daerah
fundus, menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum. (B)
ekstraperitoneal akibat fraktur tulang pelvis (Purnomo, 2009).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka
atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan
rasa nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi
neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara
luar(Sjamsuhidajat, 1998).
2.4 Manifestasi Klinik
Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga
tidak jarang penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai shok. Pada
abdomen bagian bawah tampak jelas atau hematom dan terdapat nyeri tekan
pada daerah supra publik ditempat hematom. Pada ruptur buli-buli
intraperitonial urine yang seriong masuk ke rongga peritonial sehingga
memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial. Lesi ekstra
peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga peritonial yang
2.5 Diagnosa
2.5.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik kandung kemih :
Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien
mengeluh nyeri pada bagian suprasimfisis, kencing bercampur darah atau
mungkin pasien tidak dapat buang air kecil. Gambaran klinis yang lain
tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli yang mengalami cedera yaitu
intra/ekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami cedera, serta penyulit
yang terjadi akibat trauma. Dalam hal ini mungkin didapatkan tanda fraktur
pelvis (Purnomo, 2009).
Pemeriksaan Fisik Fraktur :
1) Look : pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada paha
dengan deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan lunak
yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang yang keluar
dan apakah terdapatnya kerusakan pada jaringan beresiko meningkat respon
syok hipovolemik. Pada fase awal trauma kecelakaan lalu lintas darat yang
mengantarkan pada resiko tinggi infeksi.
Pada fraktur femur tertutup sering ditemukan kehilangan fungsi,deformitas,
pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot, kripitasi,
pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat terjadi setelah
2) Feel : adanya keluhan nyeri tekan dan adanya kripitasi
3) Move : daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan
memberika respon trauma pada jaringan lunak disekitar ujung fragmen
tulang yang patah (Muttaqin, 2011).
2.5.2 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah:
- Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma
- Scan tulang, temogram, scan CT / MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasikerusakan jaringan lunak.
- Hitung darah lengkap
Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple).Peningkatan jumlah SDP (sel darah putih)adalah respons
stress normal setelahtrauma.
- Kreatinin
Trauma otot meningkatkan bebankreatinin untuk klirens ginjal.
Pemeriksaan radiologik lain untuk menunjang diagnosis adalah
sistografi, yang dapat memberikan keterangan ada tidaknya ruptur kandung
kemih, dan lokasi ruptur apakah intraperitoneal atau ekstraperitoneal
2.6 Penatalaksanaan
3.4.1 Penatalaksanaan Ruptur Buli
1. Pada ruptur intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk
mencari robekan pada buli-buliserta kemungkinan cedera organ lain.
Rongga intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2lapis,
kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan
laparotomi. Dilepaskan kateter pada hari ke 7.
2. Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana dianjurkan untuk
memasang kateter 7-10 haritetapi dianjurkan juga untuk melakukan
penjahitan disertai pemasangan kateter sistostomi.
3. Untuk memastikan buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter
uretra/kateter sistostomi, terlebihdahulu dilakukan pemeriksaan sistografi
untuk melihat kemungkinan masih adanya ekstravasasi urin (Purnomo,
2009).
3.4.2 Penatalaksanaan Fraktur
Penatalaksanaan fraktur menurut standart pelayanan Adam Malik
adalah, pada pertolongan pertama, dilakukan pemasangan bidai pada anggota
gerak yang diduga patah untuk mengurangi pergerakan antar fragmen tulang
sehingga dapat mengurangi nyeri, perdarahan dan menghindari kerusakan
jaringan lebih lanjut. Pada patah tulang terbuka perlu tindakan dibridemen dan
Empat prinsip penanganan fraktur menurut ChairudinRasjad (1998)
adalah:
1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah
mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan
klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan : lokasi
fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai untuk pengobatan,
komplikasi yangmungkin terjadi selama pengobatan.
2. Reduction: tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang.
Dapat dicapai yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi
tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur
kemudian memanupulasi untuk mengembalikan kesegarisan normal/dengan
traksi mekanis.Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup
gagal/tidak memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal
yang digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna
fixation (orif) yaitu dengan pembedahan terbukakan mengimobilisasi fraktur
yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan skrup/pen kedalam fraktur
yang berfungsi untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara
bersamaan.
3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk
mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami fraktur) adalah
menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol
dan tahanan beban keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan
mencegah reposisi deformitas, mengurangi fraktur dan dislokasi,
mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi
nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik
tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan skeletal traksi.
4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimalmungkin.
2.7 Tinjauan Tentang Obat
2.7.1 Ceftriaxone
Ceftriaxon adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki
aktivitas bakterisid yang luas dengan cara menghambat sintesis dinding sel,
dan mempunyai masa kerja yang lebih panjang dari golongan sefalosporin lain.
Aktivitasnya anti kuman gram negatif kuat kecuali pseudomonas.
Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap
stafilokok jauh lebih rendah. Tidak aktif terhadap MRSA dan
MRSE.Digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap
amoksisilin dan sefalosporin generasi 1, juga terkombinasi dengan
aminoglikosida (gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat
aktiitasnya (Tjay, 2007).
Ceftriaxon diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan bawah, infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang
dan sendi, infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih, meningitis dan
2.7.2 Ketorolak
Injeksi ketorolac diindikasikan untuk terapi jangka pendek pada rasa
sakit sedang sampai berat, tidak dianjurkan pemakaian lebih dari 5
hari.Mekanisme kerja menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat
kerja cyclooxygenase (Tatro, 2003).
2.7.3 Ranitidin
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2. Obat ini
menempati reseptor histamin H2 secara selektif dipermukaan sel-sel parietal
sehingga sekresi asam lambung dan pepsin sangat dikurangi (Tjay, 2007).
Penggunaan ranitidin dapat digunakan untukpencegahan perdarahan GI
atas; pengobatan aspirasi pneumonia; stres ulkus; dan kerusakan lambung
NSAID. Digunakan sebagai bagian dari rejimen multi-obat untuk memberantas
Helicobacter pylori dalam pengobatan ulkus peptikum; pencegahan kerusakan
mukosa duodenum gastro yang mungkin terkait dengan OAINS jangka
panjang; untuk mengontrol perdarahan GI atas akut; pencegahan ulkus stres
(Tatro, 2003).
2.7.4 Gentamisin
Gentamisin adalahantibiotik golongan aminoglikosida yang diisolasi
dari Micromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap pseudomonas, proteus
dan stafilokok yang resisten terhadap penisilin dan metisilin (MRSA). Maka
juga sering kali dikombinasikan dengan suatu sefalosporin gen-3. Tidak aktif
terhadap mycobacterium, streptokok dan kuman anaerob (Tjay, 2007).
Aktivitas antibakteri gentamisin, tertuju pada basil gram-negatif yang
aerobik. Aktivitas terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif
dalam kondisi anaerobik rendah sekali. Ini dapat dijelaskan berdasarkan
kenyataan bahwa untuk transport aminoglikosida membutuhkan oksigen
(transport aktif) (Ganiswarna, 1995).
Gentamisin dapat digunakan untuk pengobatan infeksi tulang serius dan
infeksi sendi yang rentan disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Citrobacter,
Enterobacter, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Serratia, atau Pseudomonas
(McEvoy, 2011).
2.7.5 Metronidazol
Metronidazol merupakan senyawa nitro-imidazole yang memiliki
spektrum anti-protozoa dan antibakteri yang luas. Berkhasiat kuat terhadap
semua protozoa patogen anaerob lain seperti Trichomonas dan Giardia. Obat
ini juga aktif terhadap semua cicci dan basil anaerob gram positif dan negatif,
tetapi tidak aktif teradap kuman aerob. Metronidazole bersifat bakterisid
jaringan kuat (Tjay, 2007).
2.7.6 Parasetamol
Parasetamol merupakan metabolit dari fenasetin yang berkhasiat
sebagai analgetik dan antipiretik tapi tidak antiradang.Penggunaannya tidak
ketagihan. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang
paling aman (Tjay, 2007).
Daya antipiretik parasetamol didasarkan pada rangsangan pusat
penghantar kalor di hipotalamus, menimbulkan vasodilatasi perifer (di kulit)
sehingga terjadi pengeluaran panas yang disertai banyak keringat (Tjay, 2007).
2.7.7 Asam traneksamat
Asam traneksamat diindikasikan untuk obat antifibrinolitik yang
menghambat pemutusan benang fibrin, digunakan untuk profilaksis dan
pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolisis yang berlebihan. Dosis
0,5-1 g, 2-3x/hari. Efek samping asam traneksamat adalah mual, muntah, diare,
pusing dan rash (Ganiswara, 1995).
2.7.8 Plasbumin
Plasbumin adalah konsentrat protein plasma dari darah manusia. Ia
bekerja dengan meningkatkan volume plasma atau tingkat albumin serum.
Plasbumin digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk syok akibat
kehilangan darah dalam tubuh, luka bakar, kadar protein rendah karena operasi
atau gagal hati, dan sebagai obat tambahan dalam operasi (Hardjosaputra,
2008).
®
Albumin merupakan komponen protein yang terbesar dari plasma,
darah. Albumin berperan dalam transportasi obat-obatan yang tidak larut dalam
air (Marzuki, 2003). Albumin juga berfungsi dalam pengikatan obat. Kadar
pengikatan dengan protein sehingga memungkinkan obat lebih banyak bebas
dalam dsirkulasi dan dapat menyebabkan toksisitas obat(Kee, 1996).
2.7.9 Novalgin
Novalgin mengandung Na. Metamizole. Diindikasikan untuk nyeri
hebat yang berhubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, post operasi nyeri akut
BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. SN
No. RM : 00.59.80.34
Umur : 21 tahun0 bulan
Jenis Kelamin : Pria
Tanggal Lahir : 13 April 1993
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak
Alamat : Jl. X
Pekerjaan : Wiraswasta
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 55 kg
Ruangan : Rindu B-3 Bedah
Status Pasien : BPJS
Hari/Tanggal masuk : Jum’at / 18 April 2014
Hari/Tanggal Keluar : -
3.2 Riwayat penyakit dan pengobatan
3.2.1 Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam status pasien tidak dijelaskan riwayat penyakit di keluarga
3.2.2 Riwayat penyakit Sosial
Dalam status pasien tidak dijelaskan riwayat penyakit sosial pasien.
3.2.3 Riwaya Penyakit Sosial
Dalam status pasien tidak dijelaskan riwayat penyakit sosial pasien.
3.2.4 Riwayat Penggunaan Obat Terdahulu
Dalam surat rujukan dari RSUD Padang Sidempuan tertulis obat yang
digunakan disana adalah injeksi Cravit (1 g/12 jam) dan injeksi Tomit (1
ampul/8 jam).
3.3 Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk RSUP H.Adam Malik
Pasien masuk ke RSUP H. Adam Malik melalui IGD pada tanggal 18
April 2014 pukul 14.58, dengan keluhan utama nyeri perut dan tungkai tidak
bisa digerakkan (nyeri skala 6). Hal ini dialami pasien ± 4 hari selama di rawat
di RS karena pasien mengalami kecelakaan lalu lintas. Kedua kaki tidak bisa
digerakkan.Plaster (-), muntah (-). BAB (-) sejak 2 hari lalu, BAK (+),
hematuria (+) sejak 2 hari lalu. Pasien merupakan rujukan dari RSUD Padang
Sidempuan. Diagnosa dari rumah sakit tersebut adalah blunt abdomen ijury +
Fracture pelvix + closed (R) femur fracture + open (L) femur fracture.
Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik
yang lebih jauh, ternyata diagnose dokter adalah ruptur buli intraperitoneal +
3.4Pemeriksaan
3.4.1Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien pada saat awal masuk RSUP H. Adam malik:
Keadaan Umum :
-Kesadaran: Compos Mentis (CM)
-Tekanan Darah (TD) 110/70 mmHg
-Nadi: 84 x / menit
-Pernafasan: 22 x / menit
-Temperatur : 36,40
Pemeriksaan Fisik: : C
-Abdomen : nyeri tekan bagian bawah.
-Ekstremitas : Superior: dalam batas normal
Inferior: (L) open fracture femur + (R) closed fracture femur.
Tabel 3.1 Pemeriksaan fisik
Tanggal Sensorium TD
(mmHg)
HR (x/menit)
RR
(x/menit)
T
(°C)
21/04 Compos Mentis 110/70 80 19 37,8
22/04 Compos Mentis 110/70 80 19 38
23/04 Compos Mentis 120/80 75 20 37
24/04 Compos Mentis 120/80 83 20 37
25/04 Compos Mentis 120/80 83 20 36,5
26/04 Compos Mentis 120/80 85 18 36,7
28/04 Compos Mentis 110/70 80 20 36,6
29/04 Compos Mentis 110/70 80 20 36
30/04 Compos Mentis 120/80 75 20 37,6
3.4.2Pemeriksaan penunjang
Selama dirawat di RSUP H. Adam Malik, pasien telah menjalani
pemeriksaan yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pendukung untuk
menunjang tepatnya diagnosis berupa pemeriksaan laboratorium patologi
klinik yang meliputi hematologi, hati, ginjal, pemeriksaan radiologi, sistogram
• Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik
Uji laboratorium patologi kinik selama pasien dirawat di RSUP H. Adam
Malik:
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik
Jenis Pemeriksaan Satuan Nilai
Rujukan
Tanggal
18/04 19/04 21/04 22/04 29/04
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin g % 13,2-17,3 9,10 9,30 10,00 12.40
Eritrosit (RCB) 106/mm3 4,20-4,87 2,97 3,13 3,39 4,18
Leukosit (WBC) 106/mm3 4,5-11,0 17,07 16,09 11,78 11,94
Hematokrit % 43-49 24,8 26,60 28,50 36,10
Trombosit (PLT) 106/mm3 150-450 122 106 106 349
MCV fL 85-95 83,50 85,00 84,10 86,40
MCH Pg 28-32 30,60 29,70 29,50 29,70
MCC g% 33-35 36,70 35,00 35,10 34,30
RDW % 11,6-14,8 12,80 13,10 13,00 13,30
MPV fL 7,0-10,2 9,20 9,70 10,30 8,40
PDW fL 10,4 11,0 12,1 8,7
Neutrofil % 37-80 87,40 81,30 82,70 87,80
Limfosit % 20-40 5,70 9,40 7,40 5,60
Monosit % 2-8 6,90 9,00 7,20 5,70
Eosinofil % 1-6 0,00 0,30 2,70 0,80
Basofil % 0-1 0,000 0,000 0,000 0,100
Neutrofil Absolut 103/µl 2,7-6,5 6,18 4,95 8,10 9,61
Limfosit Absolut 103/µl 1,5-3,7 0,40 0,57 0,72 0,61
Monosit Absolut 103/µl 0,2-0,4 0,49 0,55 0,70 0,62
Eosinofil Absolut 103/µl 0-0,1 0,00 0,02 0,26 0,09
Basofil Absolut 103/µl 0-0,1 0,00 0,00 0,00 0,01
KIMIA KLINIK
HATI
Albumin g/dL 3,5-5,0 3,1 2,5 2,4
Metabolisme Karboidrat
Glukosa darah sewaktu
mg/dL < 200 107,20
GINJAL
Ureum mg/dL <50 136,10 24,00 22,10
Kreatinin mg/dL 0,70-1,20 3,48 0,69 0,72
ELEKTROLIT
Natrium (Na) mEq/L 135-155 136 137
Kalium (K) mEq/L 3,6-5,5 4,8 5,1
Klorida (Cl) mEq/L 96-106 106 98
Pasien selama dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan menerima
obat-obatan sesuai dengan daftar obat yang tercantum dalam FORNAS untuk pasien
BPJS. Obat-obat yang diberikan selama rawat inap, Penulis melakukan
pemantauan pada tanggal 21April 2014 sampai 30 April 2014. Obat-obat yang
digunakan pasien selama terapi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.4Daftar obat-obatan yang digunakan Pasien di RSUP H. Adam
Malik
Tgl. Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Route
Bentuk Kekuatan
Paracetamol
Tablet 500 mg/tablet 3x500 mg
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien masuk ke RS H. Adam Malik melalui IGD pada tanggal 18
April 2014 dengan keluhan utama nyeri perut + tungkai tidak bisa digerakkan
(nyeri skala 6). Hal ini dialami pasien ± 4 hari selama di rawat di RS lain
karena pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.Pasien merupakan rujukan dari
RSUD Padang Sidempuan. Diagnosa dari rumah sakit tersebut adalah blunt
abdomen ijury + fraktur pelvix + closed (R) femur fracture + open (L) femur
fracture. BAB (-) sejak 2 hari lalu, BAK (+), hematuria (+) sejak 2 hari lalu.
Pasien melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
patologi dan pemeriksaan radiologi, hasil diagnose dokter adalah ruptur buli
intraperitoneal + fractur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral. Pasien
menjalani operasi explorasi laparotomy + repair buli pada tanggal 19 April
2014 pukul 03.30 wib sampai 05.40 wib. Setelah melakukan operasi, pasien
dibawa ke ruang pemulihan dan selanjutnya pasien di bawa kebagian rawat
inap di Rindu B3 (RB3).
Penulis melakukan pemantauan terapi obat, mengedukasi pasien untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat dan komunikasi
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan kualitas pengobatan yang
4.1 Pembahasan Tanggal 21 April 2014
Berikut ini catatan rekomendasi tertulis yang ditulis dokter dalam
catatan terintegrasi dalam rekam medis pasien berupa format SOAP (Subjektif,
Objektif, Assessment, Planning) sebagai berikut:
Subjek(S) = demam : 37,8 °C. Skala nyeri 5.
Objektif (O) = TD : 110/70 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 19x/menit
Assessment (A) = Ruptur buli intraperitoneal post explorasi laparatomy +
repair buli H+2.
- Fractur rami pubis bilateral
- Fraktur femur bilateral
Planning (P) = Ditunjukan pada Tabel 4.1 di bawah ini
Tabel 4.1 Daftar Obat-Obat yang Digunakan pada Tanggal 21 April 2014
Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Rout
e Bentuk Kekuatan
4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien
Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi,
dokter mendiagnosa pasien menderita penyakit ruptur buli intraperitoneal +
fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral.
Pemeriksaan fisik diketahui adanya nyeri tekan bagian bawah perut,
hematuri (+), adanya (L) open fracture femur + (R) closed fracture femur di
bagian inferior. Pada pemeriksaan laboratorium kadar leukosit, neutrofil,
limfosit, monosit, eosinofil menunjukkan adanya infeksi. Pemeriksaan
pendukung lainnya adalah sistograf yang menunjukkan adanya ruptur buli
intraperitoneal.
4.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Pasien diberikan NaCl 0,9%. Cairan infus tersebut mengandung
elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian (terapi yang
penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh) (Dianne,
2005). Selain itu pemberian infus bertujuan sebagai media tempat penyuntikan
obat. Jadi, infus NaCl 0,9% merupakan tepat indikasi.
Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga
yang yang dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif
dan gram negative (Trissels, 2009). Maka penggunaan ceftriakson sudah tepat
Pemberian injeksi Ranitidin sudah tepat obat bekerja dengan
menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. Ranitidin
juga diberikan pada terapi menggunakan NSAID sebagai profilaksis untuk
mencegah ulser duodenal (MC.Evoy, 2005). Ranitidin tepat diberikan sebagai
obat untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID.
Pemberian injeksi Ketorolac sudah tepat indikasi, ketorolak sebagai
analgetik antiinflamasi non-steroid yang digunakan untuk mengatasi nyeri akut
sampai berat (Trissels, 2009).
Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari aktivator
plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh
karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi
perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan (Tjay, 2007). Injeksi asam
traneksamat sudah tepat indikasi untuk menghentikan pendarahan.
Parasetamol dianggap sebagai zat analgetik dan antipiretik yang paling
aman, juga untuk swamedikasi atau pengobatan mandiri (Tjay, 2007).
Pemberian Parasetamol pada pasien sudah tepat indikasi.
Novalgin®
4.3.3 Pengkajian Tepat Obat
mengandung natrium metamizole merupakan derivat dari
aminofenazone yang berkhasiat analgesik, antipiretik dan antiradang (Tjay,
2007). Novalgin tepat indikasi.
Pemberian IVFD NaCl 0,9% tepat obat untuk mengembalikan
pembawa untuk obat lain. Larutan NaCL 0,9% tidak berinteraksi dengan obat
yang diberikan. Jadi pemberian NaCl 0,9% sudah tepat obat.
Ceftriaxone adalah antibiotik golongan sefalosporin spectrum luas
terhadap bakteri gram positif dan negatif. Tes hasil laboratorium pasien pada
tanggal 19 April 2014 menunjukkan kadar leukosit, neutrofil dan limfosit
diatas normal, artinya pasien mengalami infeksi. Tapi penggunaan ceftriaxone
tidak tepat obat karena tidak disertai dengan uji kultur untuk mengetahui
antibiotik yang sensitif.
Pemberian Injeksi Ranitidin sudah tepat obat sebagai Anti Histamin
Penghambat Reseptor H2 (AH2) untuk mencegah hipersekresi asam lambung
serta mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID. Pasien
menggunakan obat NSAID, jadi pemberian ranitidin sudah tepat obat.
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek
terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Ketorolac
secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Pemberian
ketorolac pada pasien tepat obat karena pasien baru melakukan operasi pada
tanggal 19 April 2014.
Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat
penghancuran koagulan dari fibrin. Injeksi asam traneksamat tepat obat untuk
menghentikan pendarahan pendarahan setelah operasi.
Pemberian parasetamol sudah tepat obat karena suhu tubuh pasien
37,6°C yang menunjukkan bahwa pasien deman. Parasetamol merupakan
Novalgin® merupakan analgetik, antipiretik dan anti inflamasi.
Novalgin dapat digunakan sebagai analgetik. Namun dalam hal ini pasien
sudah mendapatkan ketorolak sebagai analgetik sehingga pemberian novalgin
tidak diperlukan. Jadi pemberian novalgin tidak tepat obat.
4.3.4 Pengkajian Tepat Dosis
Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya
penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu
melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis
meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan
interval dosis. Ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 21 April 2014
Jenis obat Sediaan Rejimen Dosis Rute
Pemb erian
Interval pemberian Lama
Pemberian
Bentuk Kekuatan
IVFD NaCl
i.v Karena digunakan
sebagai jalan obat maka tetap digunakan selama penggunaan obat iv lainnya
Sebelum pengguna-an obat i.v lainnya
Ceftriaxon Injeksi 1000 mg Dosis lazim
Perhitungan dosis Tanggal 21 April 2014
1. IVFD NaCl 0,9%
IVFD NaCl 0,9% berbentuk infus dengan kekuatan sediaan 500 mL/botol.
Dosis Infus NaCl 0,9% adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Dalam hal ini, infus
NaCl 0,9% hanya digunakan sebagai pelengkap elektrolit pasien dan jalan
obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang diberikan
dianggap tepat.
2. Ceftriaxon
Dosis lazim BB>50 kg yaitu 1000-2000 mg/hari(McEvoy, 2011).
Dosis 1 x pakai yang diberikan : 1000 mg
Dosis 1 hari yang diberikan : 1000 mg x 2 = 2000 mg (Tepat Dosis).
3. Ranitidin
Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam, maksimum 400
Dosis 1 x pakai yang diberikan : 50 mg
Dosis 1 hari yang diberikan : 50 mg x 2 = 100 mg (Tepat Dosis).
4. Ketorolak
Dosis lazim yaitu 30 mg tiap 6 jam, maksimal 120 mg/hari (McEvoy,
2011).
Dosis 1 x pakai yang diberikan : 30 mg
Dosis 1 hari yang diberikan : 30 x 3 = 90 mg (Tepat Dosis)
5. Asam traneksamat
Dosis lazim yaitu 0,5-1 g, 2-3 x/hari (Ganiswarna, 1995)
Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg
Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 2= 1000 mg (Tepat Dosis)
6. Paracetamol
Dosis lazim : 500 mg tiap 3-4 x/hari (Tjay, 2007).
Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg
Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 3= 1500 mg (Tepat Dosis)
7. Novalgin
Dosis lazim : 0,5-4 g, 3-4 dosis (Tjay, 2007). ®
Dosis 1 x pakai yang diberikan: 1 g
Dosis 1 hari yang diberikan: jika demam > 38°C, 1 ampul (Tepat Dosis)
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan
interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam
mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari IVFD RL,
Ceftriaxone, Ranitidin, ketorolac, asam traneksamat, paracetamol, dan
novalgin® yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3Efek Samping dan Interaksi Obat Tanggal 21 April 2014
Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat
IVFD NaCl 0,9%
Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat pada atau disekitar lokasi penyisipan atau terjadi sebagai hasil
kegagalan mekanis. Obat-Hasil lab:
Tidak ada obat yang berinteraksi
Obat-MakananMinuman :
Hindari penggunaan ketorolac, paracetamol,
novalgin (NSAID)
dengan alcohol karena akan meningkatkan efek samping (hepatotoksik) dari ketorolac
Obat-Obatan :
• Tidak ada interaksi yang terjadi antara obat ivfd NaCl, cefriaxon, ranitidine, ketorolac, paraceamol, novalgin,
Injeksi
Ceftriaxone
Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, sakit kepala, pusing, dan nyeri di tempat suntikan (Tatro, 2003).
Injeksi
Ranitidin
Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia, halusinasi, depresi, rash, mual, diare, konstipasi, agranulositosis (Tatro, 2003).
Injeksi
Ketorolak
Gangguan gastrointestinal, pendarahan, dan perforasi gastrointestinal, pendarahan pasca operasi, gagal ginjal akut, reaksi anafilaktoid, gagal hati (Tatro, 2003).
Injeksi Asam traneksamat
Gangguan gastrointestinal, sakit kepala, hipotensi, pusing
Paracetamol Reaksi alergi kulit, kerusakan ginjal (dosis besar &
Injeksi
Novalgin
Agranulositosis, pembengkakan pada wajah, gatal, rasa tertekan pada dada, takikardi, rasa dingin pada ekstremitas (Tatro, 2003).
®
asam traneksamat.
4.3.6 Kesimpulan
a. Lembar PPOSR (terlampir)
b. Rekomendasi Dokter
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau
meliputi pengkajian dan perencanaan.
Diagnosis : ruptur buli intraperitoneal post laparatomy + repair buli (H+2)
+ fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral.
Subjektif : demam : 37,8 °C. Skala nyeri 5.
Objektif (O) : TD : 110/70 mmHg, HR : 80x/menit, RR: 19x/menit.
Assessment:
Masalah 1. Pemberian injeksi cefriaxson belum dilakukan uji kultur, sehingga
belum diketahui antibiotic ini sensitive atau resisten terhadap
pasien.
Masalah 2. Penggunaan analgetik pada hari ini terlalu banyak diresepkan
yakni ketorolak, paracetamol dan novalgin®
Planning (P):
.
b. Mendiskusikan kepada dokter tentang pemilihan analgetik yang tepat
sesuai kebutuhan pasien. (Dokter ternyata menghentikan pemberian
paracetamol dan menggantikannya dengan injeksi novalgin).
c. Rekomendasi Perawat
- Pemberian antibiotik harus sesuai jadwal untuk mencegah resistensi.
- Agar obat disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.
d. Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien
Tabel 4.4Konseling, Informasidan Edukasi Pasien Tanggal 21 April 2014
No Nama Obat PIO
1 IVFD NaCl 0,9% Jika terjadi pembengkakan, gatal dan memerah pada tempat pemberian cairan intra vena, segera hubungi dokter atau perawat
2 Injeksi
Ceftriaxone
Merupakan obat antibiotic (anti kuman/anti bakteri) Jika terjadi reaksi efek samping seperti diare, mual dan muntah, sakit pada tempat suntikan, rash dan pruritus segera hubungi dokter (Tatro, 2003).
3 Injeksi Ketorolak Merupakan obat penghilang rasa nyeri
4 Injeksi Ranitidin Merupakan obat untuk lambung atau antasida.
jika terjadi reaksi efek samping seperti nyeri otot, pusing, dan reaksi kulit, segera hubungi dokter atau apoteker
5 Injeksi Asam
traneksamat
Sebagai obat anti pendarahan.Jika terjadi efek samping, segera laporkan ke dokter.
6 Parasetamol Jangan minum obat melebihi dosis yang di anjurkan. Selama
pengobatan jangan mengkonsumsi alkohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati
7 Injeksi Novalgin® Selama pengobatan jangan mengkonsumsi alkohol.
4.2 Pembahasan Tanggal 22 April 2014
Berikut ini catatan rekomendasi tertulis yang ditulis dokter dalam
catatan terintegrasi dalam rekam medis pasien berupa format SOAP (Subjektif,
Objektif, Assessment, Planning) sebagai berikut:
Subjek(S) = demam (+). Skala nyeri 5.
TD : 110/70 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 19x/menit
Assessment (A) = Ruptur buli intraperitoneal post expiorasi laparatomy +
repair buli H+3.
- Fraktur rami pubis bilateral
- Fraktur femur bilateral
Planning (P) = Ditunjukan pada Tabel 4.5 di bawah ini
Tabel 4.5 Daftar Obat-Obat yang Digunakan pada Tanggal 22 April 2014
Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Route
Bentuk Kekuatan
22 April
4.2.1 Pengkajian Tepat Pasien
Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti
dokter mendiagnosa pasien menderita penyakit ruptur buli intraperitoneal +
fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral sudah tepat pasien.
4.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Pasien diberikan NaCl 0,9%. Cairan infus tersebut mengandung
elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian (terapi yang
penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh) (Dianne,
2005). Selain itu pemberian infus bertujuan sebagai media tempat penyuntikan
obat. Jadi, infus NaCl 0,9% merupakan tepat indikasi.
Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga
yang yang dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif
dan gram negative (Trissels, 2009). Maka penggunaan ceftriakson sudah tepat
indikasi.
Pemberian injeksi Ranitidin sudah tepat indikasi, bekerja dengan
menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. . Ranitidin
juga diberikan pada terapi menggunakan NSAID sebagai profilaksis untuk
mencegah ulser duodenal (MC.Evoy, 2005). Ranitidin tepat diberikan sebagai
obat untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID.
Pemberian injeksi Ketorolak tepat indikasi, ketorolak sebagai analgetik
antiinflamasi non-steroid yang digunakan untuk mengatasi nyeri akut sampai
berat (Trissels, 2011).
Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat
penghancuran koagulan dari fibrin. Injeksi asam traneksamat tepat indikasi
melakukan operasi laparatomy + repair buli. Pemberian asam traneksamat tepat
indikasi.
Parasetamol dianggap sebagai zat analgetik dan antipiretik yang paling
aman, juga untuk swamedikasi atau pengobatan mandiri (Tjay, 2007).
Pemberian Parasetamol pada pasien sudah tepat indikasi.
4.2.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian IVFD NaCl 0,9% tepat obat untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pasien. Larutan NaCl 0,9% ini digunakan juga sebagai
pembawa untuk obat lain. Jadi pemberian NaCl 0,9% sudah tepat obat.
Ceftriaxone adalah antibiotik golongan sefalosporin spectrum luas
terhadap bakteri gram positif dan negatif. Tes hasil laboratorium pasien pada
tanggal 19 April 2014 menunjukkan kadar leukosit, neutrofil dan limfosit
diatas normal, artinya pasien mengalami infeksi. Tapi penggunaan ceftriaxone
tidak tepat obat karena tidak disertai dengan uji kultur untuk mengetahui
antibiotik yang sensitif.
Pemberian Injeksi Ranitidin sudah tepat obat sebagai Anti Histamin
Penghambat Reseptor H2 (AH2) untuk mencegah hipersekresi asam lambung.
Stress selama di rumah sakit dapat menyebabkan peningkatan asam lambung
serta untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID. Jadi
pemberian ranitidin sudah tepat obat.
Ketorolak diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek
terhadap nyeri akut sedang sampai berat (skala 4-8). Pemberian ketorolac pada
Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat
penghancuran koagulan dari fibrin. Injeksi asam traneksamat tepat obat untuk
menghentikan pendarahan pendarahan setelah operasi.
Pemberian parasetamol sudah tepat obat karena suhu tubuh pasien
37,6°C yang menunjukkan bahwa pasien deman. Parasetamol merupakan
analgetik, antipiretik dan anti inflamasi yang paling aman digunakan.
4.2.4 Pengkajian Tepat Dosis
Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya
penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu
melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis
meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan
interval dosis. Ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.6.
Jenis obat Sediaan Rejimen Dosis Rute
Pemb erian
Interval pemberian Lama
Pemberian
Tabel 4.6 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 22 April 2014
Perhitungan dosis Tanggal 22 April 2014
1. Ceftriaxon
Dosis lazim BB>50 kg yaitu 1000-2000 mg/hari (McEvoy, 2011).
Dosis 1 x pakai yang diberikan : 1000 mg
Dosis 1 hari yang diberikan : 1000 mg x 2 = 2000 mg (Tepat Dosis).
2. Ranitidin
Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam, maksimum 400 mg/hari
(McEvoy, 2011).
i.v Karena digunakan sebagai jalan obat maka tetap digunakan selama penggunaan obat iv lainnya
Sebelum pengguna-an obat i.v lainnya
Ceftriaxon Injeksi 1000 mg Dosis lazim
BB>50 kg 1 – 2 g/ hari
i.v 12 jam 7-14 hari
Ranitidin Injeksi 50 mg/
ampul
3. Ketorolak
Dosis lazim yaitu 30 mg tiap 6 jam, maksimal 120 mg/hari
(McEvoy,2011).
Dosis 1 x pakai yang diberikan : 30 mg
Dosis 1 hari yang diberikan : 30 x 3 = 90 mg (Tepat Dosis)
4. Asam traneksamat
Dosis lazim yaitu 0,5-1 g, 2-3 x/hari (Ganiswarna, 1995)
Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg
Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 2= 1000 mg (Tepat Dosis)
5. Paracetamol
Dosis lazim : 500 mg tiap 3-4 x/hari (Tjay, 2007).
Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg
Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 3= 1500 mg (Tepat Dosis)
4.2.5 Pengkajian Waspada Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan
interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam
mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari IVFD RL,
Ceftriaxone, Ranitidin, ketorolak, asam traneksamat, paracetamol, yang
Tabel 4.7Efek Samping dan Interaksi Obat Tanggal 22 April 2014
Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat
IVFD NaCl 0,9%
Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat pada atau disekitar lokasi penyisipan atau terjadi sebagai hasil
kegagalan mekanis. Obat-Hasil lab:
Tidak ada obat yang berinteraksi
Obat-MakananMinuman :
Hindari penggunaan ketorolac, paracetamol,
novalgin (NSAID)
dengan alcohol karena akan meningkatkan efek samping (hepatotoksik) dari ketorolac
Obat-Obatan :
• Tidak ada interaksi yang terjadi antara obat ivfd NaCl, cefriaxon, ranitidine, ketorolac, paraceamol, novalgin, asam traneksamat.
Injeksi
Ceftriaxone
Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, sakit kepala, pusing, dan nyeri di tempat suntikan(Tatro, 2003).
Injeksi
Ranitidin
Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia, halusinasi, depresi, rash, mual, diare, konstipasi, agranulositosis (Tatro, 2003)..
Injeksi
Ketorolak
Gangguan gastrointestinal, pendarahan, dan perforasi gastrointestinal, pendarahan pasca operasi, gagal ginjal akut, reaksi anafilaktoid, gagal hati (Tatro, 2003).
Injeksi Asam traneksamat
Gangguan gastrointestinal, sakit kepala, hipotensi, pusing.
Paracetamol Reaksi alergi kulit, kerusakan ginjal (dosis besar &
lama).
4.2.6 Kesimpulan
a. Lembar PPOSR (terlampir)
b. Rekomendasi Dokter
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau
meliputi pengkajian dan perencanaan.
Diagnosis : ruptur buli intraperitoneal post laparatomy + repair buli
(H+3) + frakture rami pubis bilateral + frakture femur bilateral.
Subjektif : demam : 37,6 °C, skala nyeri 5.
Assessment:
Masalah 1. Pemberian injeksi cefriaxson belum dilakukan uji kultur,
sehingga belum diketahui antibiotic ini sensitive atau resisten
terhadap pasien.
Planning (P):
1. Dilakukan uji kultur untuk menetapkan antibiotik yang tepat untuk pasien.
c. Rekomendasi Perawat
- Pemberian antibiotik harus sesuai jadwal untuk mencegah resistensi.
- Agar obat disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.
d. Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien
Tabel 4.8Konseling, Informasidan Edukasi Pasien Tanggal 22 April 2014
No Nama Obat PIO
1 IVFD NaCl
0,9 %
Jika terjadi pembengkakan, gatal dan memerah pada tempat pemberian cairan intra vena, segera hubungi dokter atau perawat.
2 Injeksi
Ceftriaxone
Merupakan obat antibiotic (anti kuman/anti bakteri)
Jika terjadi reaksi efek samping seperti diare, mual dan muntah, sakit pada tempat suntikan, rash dan pruritus segera hubungi dokter
3 Injeksi
Ketorolac
Merupakan obat penghilang rasa nyeri
Instruksikan agar tidak meminum alkohol, aspirin atau obat gol. AINS yang lain
4 Injeksi
Ranitidin
Merupakan obat untuk lambung atau antasida.
jika terjadi reaksi efek samping seperti nyeri otot, pusing, dan reaksi kulit, segera hubungi dokter.
5 Injeksi Asam
traneksamat
6 Parasetamol Jangan minum obat melebihi dosis yang di anjurkan. Selama pengobatan jangan mengkonsumsi alkohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati.
4.3 Pembahasan Tanggal 23-26 April 2014
Berikut ini catatan rekomendasi tertulis yang ditulis dokter dalam
catatan terintegrasi dalam rekam medis pasien berupa format SOAP (Subjektif,
Objektif, Assessment, Planning) sebagai berikut:
Subjek(S) = demam (-). Skala nyeri 3.
Objektif (O) = TD : 120/80 mmHg
HR : 83x/menit
RR : 20x/menit
Assessment (A) = Ruptur buli intraperitoneal post expiorasi laparatomy +
repair buli H+ (4-7)
- Fractur rami pubis bilateral
- Fraktur femur bilateral
Planning (P) = Ditunjukan pada Tabel 4.9 di bawah ini
Tabel 4.9 Daftar Obat-Obat yang Digunakan pada Tanggal 23-26 April 2014
Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Route
Bentuk Kekuatan
Paracetamol Tablet 500 mg/tablet 500 mg/8 jam PO
4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien
Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi,
dokter mendiagnosa pasien menderita penyakit ruptur buli intraperitoneal +
fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral sudah tepat pasien.
4.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Pasien diberikan NaCl 0,9%. Cairan infus tersebut mengandung
elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian (terapi yang
penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh) (Dianne,
2005). Selain itu pemberian infus bertujuan sebagai media tempat penyuntikan
obat. Jadi, infus NaCl 0,9% merupakan tepat indikasi.
Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga
yang yang dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif
dan gram negative (Trissels, 2009). Maka penggunaan ceftriakson sudah tepat
indikasi.
Pemberian injeksi Ranitidin sudah tepat indikasi, bekerja dengan
menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. . Ranitidin
mencegah ulser duodenal (MC.Evoy, 2005). Ranitidin tepat diberikan sebagai
obat untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID.
Parasetamol dianggap sebagai zat analgetik dan antipiretik yang paling
aman, juga untuk swamedikasi atau pengobatan mandiri (Tjay, 2007).
Pemberian Parasetamol pada pasien sudah tepat indikasi.
4.3.3 Pengkajian Tepat Obat
Pemberian IVFD NaCl 0,9% tepat obat untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pasien. Larutan NaCl 0,9% ini digunakan juga sebagai
pembawa untuk obat lain. Jadi pemberian NaCl 0,9% sudah tepat obat.
Ceftriaxone adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga
yang mempunyai aktifitas menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein yang selanjutnya akan
menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri
sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis
karena aktivitas enzim autolitik (autosilin dan murein hidrolase) saat dinding
sel bakteri terhambat (Trissels, 2011). Tes hasil laboratorium pasien pada
tanggal 22 April 2014 menunjukkan kadar leukosit, neutrofil dan limfosit tidak
normal, artinya pasien mengalami infeksi. Tapi penggunaan ceftriaxone tidak
tepat obat karena tidak disertai dengan uji kultur untuk mengetahui antibiotik
yang sensitif.
Pemberian Injeksi Ranitidin sudah tepat obat sebagai Anti Histamin
serta untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID.
Pasien menggunakan obat NSAID, jadi pemberian ranitidin sudah tepat obat.
Parasetamol merupakan analgetik, antipiretik dan anti inflamasi yang
paling aman digunakan. Pemberian parasetamol sudah tepat obat.
4.3.4 Pengkajian Tepat Dosis
Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya
penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu
melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis
meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan
interval dosis. Ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 23-26 April 2014
Perhitungan dosis Tanggal 23-26 April 2014
Jenis obat Sediaan Rejimen Dosis Rute
Pemb erian
Interval pemberian Lama
Pemberian
Bentuk Kekuatan
IVFD NaCl
i.v Karena digunakan
sebagai jalan obat maka tetap digunakan selama penggunaan obat iv lainnya
Sebelum pengguna-an obat i.v lainnya
Ceftriaxon Injeksi 1000 mg Dosis lazim
1. IVFD NaCl 0,9%
IVFD NaCl 0,9% berbentuk infus dengan kekuatan sediaan 500 mL/botol.
Dosis Infus NaCl 0,9% adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Dalam hal ini, infus RL
hanya digunakan sebagai pelengkap elektrolit pasien dan jalan obat
sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang diberikan
dianggap tepat.
2. Ceftriaxon
Dosis lazim BB>50 kg yaitu 1000-2000 mg/hari (McEvoy, 2011).
Dosis 1 x pakai yang diberikan : 1000 mg
Dosis 1 hari yang diberikan : 1000 mg x 2 = 2000 mg (Tepat Dosis).
3. Ranitidin
Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam, maksimum 400 mg/hari
(McEvoy, 2011).
Dosis 1 x pakai yang diberikan : 50 mg
Dosis 1 hari yang diberikan : 50 mg x 2 = 100 mg (Tepat Dosis).
4. Paracetamol
Dosis lazim : 500 mg tiap 3-4 x/hari (Tjay, 2007).
Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg
Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 3= 1500 mg (Tepat Dosis)
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan
interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam
mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari IVFD RL,
Ceftriaxone, Ranitidin, paracetamol, yang digunakan dapat dilihat pada Tabel
4.11.
Tabel 4.11Efek Samping dan Interaksi Obat Tanggal 23-26 April 2014
Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat
IVFD NaCl 0,9%
Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat pada atau disekitar lokasi penyisipan atau terjadi sebagai hasil kegagalan mekanis
Obat-Hasil lab:
Tidak ada obat yang berinteraksi
Obat-MakananMinuman :
Hindari penggunaan ketorolac, paracetamol, novalgin (NSAID) dengan alcohol karena akan meningkatkan efek samping (hepatotoksik) dari ketorolac
Obat-Obatan :
Injeksi
Ceftriaxone
Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, sakit kepala, pusing, dan nyeri di tempat suntikan.
Injeksi
Ranitidin
Paracetamol Reaksi alergi kulit, kerusakan ginjal
(dosis besar & lama)
•Tidak ada interaksi yang terjadi antara obat ivfd NaCl, cefriaxon, ranitidine, ketorolac, paraceamol, novalgin, asam traneksamat.
4.3.6 Kesimpulan
a. Lembar PPOSR (terlampir)
b. Rekomendasi Dokter
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau
meliputi pengkajian dan perencanaan.
Diagnosis : ruptur buli intraperitoneal post laparatomy + repair buli (H+
4-7) + fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral.
Subjektif : demam (-), skala nyeri 3.
Objektif (O) : TD : 120/80 mmHg, HR : 83x/menit, RR: 20x/menit.
Assessment:
Masalah 1. Cefriaxson injeksi, yang diberikan belum diuji kultur, sehingga
belum diketahui antibiotik ini sensitive atau resisten terhadap
pasien.
Planning (P):
1. Dilakukan uji kultur untuk menetapkan antibiotik yang tepat untuk
pasien.
c. Rekomendasi Perawat
- Pemberian antibiotik harus sesuai jadwal untuk mencegah resistensi.