• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

di

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Medan

Studi Kasus

Ruptur buli intraperitoneal post explorasi laparatomy +Fractur

rami pubis bilateral + Fraktur femur bilateral

Disusun Oleh:

Nurul Laili Ramadhani, S.Farm. NIM 133202045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RINGKASAN

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

RINGKASAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi ... 4

2.1.1 Buli ... 4

2.1.2 Pelvis ... .... 4

2.1.2.1 Pubis ... ... 5

2.1.3 Femur ... ... 5

2.1.4 Ruptur Buli ... .... 6

2.1.5 Fraktur ... ... 6

2.1.5.1 Fraktur Pelvis ... ... 7

2.1.5.2 Fraktur Femur ... .. 7

2.2 Etiologi ... 8

2.3 Patofisiologi ... 8

(4)

2.5 Diagnosa ... 10

2.5.1 Pemeriksaan Fisik ... 10

2.5.2 Pemeriksaan Penunjang ... 11

2.6 Penatalaksanaan ... 11

2.6.1 Penatalaksanaan Ruptur Buli ... .. 11

2.6.2 Penatalaksanaan Fraktur ... .. 12

2.7 Tinjauan Tentang Obat ... 14

2.7.1 Cefriaxon ... 14

2.7.2 Ketorolak ... 15

2.7.3 Ranitidin ... 15

2.7.4 Gentamisin ... 15

2.7.5 Metronidazole ... 16

2.7.6 Parasetamol ... 16

2.7.7 Asam Traneksamat ... 17

2.7.8 Plasbumin® ... 17

2.7.9 Novalgin® ... 18

BAB III PENATALAKSANAAN UMUM ... 19

3.1 Identitas Pasien ... 19

3.2 Riwayat penyakit dan pengobatan ... 19

3.2.1 Riwayat penyakit keluarga ... 20

3.2.2 Riwayat penyakit sosial ... 20

(5)

3.3 Ringkasan pada waktu pasien masuk

RSUPH.Adam Malik ... 20

3.4 Pemeriksaan ... 21

3.4.1 Hasil Pemeriksaan Fisik ... 21

3.4.2 Pemeriksaan Penunjang ... 22

3.5 Terapi ... 24

BAB IV PEMBAHASAN ... 26

3.6.1 Pembahasan Tanggal 21 April 2014 ... 27

3.6.1.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 27

3.6.1.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 28

3.6.1.3 Pengkajian Tepat Obat ... 29

3.6.1.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 31

3.6.1.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 33

3.6.1.6 Kesimpulan ... 34

a. Lembar PPOSR ... 34

b. Rekomendasi dokter ... 34

c. Rekomendasi perawat... 35

d. PIO ... 36

3.6.2 Pembahasan Tanggal 22 April 2014 ... 37

3.6.2.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 38

3.6.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 38

3.6.2.3 Pengkajian Tepat Obat ... 39

3.6.2.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 40

(6)

3.6.2.6 Kesimpulan ... 43

a. Lembar PPOSR ... 43

b. Rekomendasi dokter ... 43

c. Rekomendasi perawat... 44

d. PIO ... 44

3.6.3 Pembahasan Tanggal 23-26 April 2014 ... 45

3.6.3.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 45

3.6.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 46

3.6.3.3 Pengkajian Tepat Obat ... 46

3.6.3.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 47

3.6.3.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 49

3.6.3.6 Kesimpulan ... 50

a. Lembar PPOSR ... 50

b. Rekomendasi dokter ... 50

c. Rekomendasi perawat... 51

d. PIO ... 51

3.6.4 Pembahasan Tanggal 27-28 April 2014 ... 51

3.6.4.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 52

3.6.4.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 52

3.6.4.3 Pengkajian Tepat Obat ... 53

3.6.4.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 54

(7)

3.6.4.6 Kesimpulan ... 57

a. Lembar PPOSR ... 57

b. Rekomendasi dokter ... 57

c. Rekomendasi perawat... 58

d. PIO ... 58

3.6.5 Pembahasan Tanggal 29-30 April 2014... . 58

3.6.5.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 59

3.6.5.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 59

3.6.5.3 Pengkajian Tepat Obat ... 61

3.6.5.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 63

3.6.5.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 66

3.6.5.6 Kesimpulan ... 68

a. Lembar PPOSR ... 68

b. Rekomendasi untuk dokter ... 68

c. Rekomendasi untuk perawat ... 69

d. PIO ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... ….. ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pemeriksaan Fisik ... 21

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan patologi klinik... 23

Tabel 3.3 Daftar obat-obat yang digunakan pasien ... 24

Tabel 4.1 Daftar obat-obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 21 April 2014 ... 27

Tabel 4.2 Dosis obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 21 April 2014 ... 31

Tabel 4.3 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 21 April 2014 ... 34

Tabel 4.4Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien

pada Tanggal 21 April 2014 ... 36

Tabel 4.5Daftar obat-obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 22 April 2014 ... 37

Tabel 4.6 Dosis obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 22 April 2014 ... 41

Tabel 4.7 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 22 April 2014 ... 43

Tabel 4.8 Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien

pada Tanggal 22 April2014 ... 44

Tabel 4.9Daftar obat-obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 23-26 April 2014 ... 45

Tabel 4.10 Dosis obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 23-26 April 2014 ... 48

Tabel 4.11 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 23-26 April 2014 ... 50

Tabel 4.12 Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien

(9)

Tabel 4.13 Daftar obat-obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 27-28 April 2014 ... 52

Tabel 4.14 Dosis obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 27-28 April 2014 ... 55

Tabel 4.15 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 27-28 April 2014 ... 57

Tabel 4.16Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien

pada Tanggal 27-28 April 2014 ... 58

Tabel 4.17Daftar obat-obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 29-30 April 2014 ... 59

Tabel 4.18 Dosis obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 29-30 April 2014 ... 64

Tabel 4.19 Efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien

pada Tanggal 29-30 April 2014 ... 67

Tabel 4.20Pelayanan konseling, informasi dan edukasi pasien

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(11)

RINGKASAN

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu tujuan dari praktik farmasi di rumah sakit adalah melakukan

pelayanan farmasi klinis di rumah sakit yaitu dengan melakukan pemantauan

penggunaan obat. Pemantauan penggunaan obat ini berguna untuk memastikan

bahwa penggunaan obat tersebut tepat karena tanggung jawab apoteker dalam

pelayanan kefarmasian adalah pelayanan secara langsung kepada pasien

berkaitan dengan obat, untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan

menghindari kesalahan penggunan obat agar meningkatkan kualitas hidup

pasien (Siregar dan Amalia, 2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang menyediakan obat yang bermutu

untuk pasien yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang

bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinis yang terjangkau bagi semua

lapisan masyarakat (Depkes RI, 2004).

Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit antara lain adalah visite

pasien dan pengkajian penggunaan obat. Visite ke pasien merupakan kegiatan

kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan

lainnya. Tujuannya adalah untuk pemilihan obat, menerapkan secara langsung

pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien dan bekerja sama

dengan tenaga kesehatan lain. Pengkajian penggunaan obat merupakan

(13)

untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan

terjangkau oleh pasien (Aslam, 2003).

Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan oleh apoteker

baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga kesehatan lainnya. Tujuan

visite adalah menilai rasionalitas obat dengan cara pemilihan obat, menilai

kemajuan pasien dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Pengkajian

penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang

terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan

sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

Dalam rangka menerapkan praktik farmasi klinis di rumah sakit, maka

mahasiswa calon apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk praktik kerja

profesi di rumah sakit. Praktik kerja profesi di rumah sakit menerapkan salah

satu praktik pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk mengidentifikasi,

mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat dan masalah yang

berhubungan dengan kesehatan pasien.

Adapun studi Pengkajian Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR)

dilaksanakan pada pasien yang dirawat di Instalasi Rindu B3 ruang

bedahorthopedi karena umumnya pasien bedah orthopedi menggunakan

golongan obat antibiotika dan analgetik. Studi kasus yang diambil dengan

diagnosis ruptur buli intraperitoneal, fraktur rami pubis bilateral danfraktur

(14)

1.2Tujuan

Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah:

a. memantau rasionalitas penggunaan obat pada pasien dengan diagnosis

ruptur buli intraperitoneal + fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur

bilateral.

b. memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien dan keluarga

pasien.

c. memberikan masukan dan pertimbangan kepada tenaga kesehatan lain di

rumah sakit dalam rangka peningkatan rasionalitas penggunaan obat

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Buli (Kandung Kemih, vesika Urinaria)

Buli disebut juga kandung kemih, vesika urinaria, urinary bladder.

Buli-buli bekerja sebagi penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah

pir. Letaknya di dalam panggul besar, dibelakang simfisis pubis (Pearce, 2009).

Buli-buli menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya

melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam menampung urine, buli-buli

mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang

lebih adalah 300-450 ml (Purnomo, 2009).

2.1.2 Pelvis

Pelvis adalah cincin tulang di bagian bawah tubuh. Terdiri dari tiga

bagian (ilium, iskium dan pubis) dan empat tulang (dua tulang inominata atau

tulang panggul, sakrum dan koksigis) (Stright, 2004).

Pelvis dibatasi oleh sakrum dan koksigis di posterior dan os inominata

di anterolateral. Saat dewasa, tulang inominata telah menyatu seluruhnya pada

asetabulum. Asetabulum adalah ronggga jeluk, berbentuk cawan yang dibentuk

oleh pertemuan tiga tulang pubis membentuk bagian depan, ilium bagian atas,

dan iskium bagian belakang. Asetabulum bersendi dengan femur dalam

(16)

Gambar 1. Tulang Pelvis

2.1.2.1Pubis

Tulang kemaluan (pubis) terdiri atas sebuah badan dan dua ramus.

Badannya berbentuk persegi empat dan di atasnya menjulang krista pubis.

Tulang pubis bersatu di depan pada simfisis pubis (Pearce, 2009).

2.1.3 Femur

Femur (tulang paha) adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu

bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini ia

menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa

(17)

2.1.4 Ruptur Buli (Trauma Buli-buli)

Ruptur buli disebut juga trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria

merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera,

bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti

perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di

dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami

cedera. Rudapaksa kandung kemih terbanyak karena kecelakan lalu lintas atau

kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai

buli-buli. Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan ruptur kandung kemih

(Sjamsuhidajat, 1998).

Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal dan

ekstraperitoneal. Ruptur buli ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen

fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Cedera

pada abdomen bawah sewaktu kandung kemih penuh menyebabkan ruptur buli

intraperitoneal (Sjamsuhidajat, 1998).

2.1.5 Fraktur

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang

bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya

suatu fraktur lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan

tenaga, keadaan tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang (Helmi, 2011).

Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan

sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur

(18)

sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/dunia luar. Fraktur

terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui

luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun luar.

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi

seperti malunion, delayed union, nounion dan infeksi tulang (Bucholz, 2006).

2.1.5.1 Fraktur Pelvis

Tulang sakrum, ilium dan pubis yang membentuk tulang pelvis, yang

merupakan cincin tulang stabil dan menyatu pada orang dewasa. Fraktur pelvis

dapat disebabkan karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera

remuk (Smeltzer, 2001).

Fraktur pelvis menyebabkan terbukanya cincin pelvis dan dapat

mengakibatkan ketidakstabilan. Derajat ketidakstabilan tergantung dari cincin

bagian mana yang terputus. Ketidakstabilan secara mekanik dapat

mengakibatkan ketidakstabilan hemodinamik bila disertai dengan kerusakan

vaskuler dalam rongga pelvis.

2.1.5.2 Fraktur Femur

Fraktur femur adala rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi

tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Batang femur dapat mengalami

fraktur akibat trauma langsung, puntiran atau pukulan pada bagian depan yang

(19)

2.2 Etiologi

Trauma buli sering disebabkan rudapaksa dari luar, dan sering

didapatkan bersama dengan fraktur pelvis. Penyebab lain adalah trauma

iatrogenik (FK UI, 1995).

Penyebab fraktur adalah trauma. Mayoritas fraktur adalah akibat

kecelakaan lalu lintas. Trauma lainnya adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan

kerja dan kecelakaan/cedera olah raga (FK UI, 1995).

2.3 Patofisiologi

Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur felvis.

Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa juga terjadi akibat fragmen

tulang pelvis merobek dindingnya (Gambar B). Dalam keadaan penuh terisi

urine, buli-buli mudah robek sekali jika mendapatkan tekanan dari luar berupa

benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada bagian fundus

dan menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum (Gambar A)

(Purnomo, 2009).

(20)

Keterangan gambar : (A) Intraperitoneal, robeknya buli-buli pada daerah

fundus, menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum. (B)

ekstraperitoneal akibat fraktur tulang pelvis (Purnomo, 2009).

Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan

metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka

atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan

rasa nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi

neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik

terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang

kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara

luar(Sjamsuhidajat, 1998).

2.4 Manifestasi Klinik

Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga

tidak jarang penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai shok. Pada

abdomen bagian bawah tampak jelas atau hematom dan terdapat nyeri tekan

pada daerah supra publik ditempat hematom. Pada ruptur buli-buli

intraperitonial urine yang seriong masuk ke rongga peritonial sehingga

memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial. Lesi ekstra

peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga peritonial yang

(21)

2.5 Diagnosa

2.5.1 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik kandung kemih :

Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien

mengeluh nyeri pada bagian suprasimfisis, kencing bercampur darah atau

mungkin pasien tidak dapat buang air kecil. Gambaran klinis yang lain

tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli yang mengalami cedera yaitu

intra/ekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami cedera, serta penyulit

yang terjadi akibat trauma. Dalam hal ini mungkin didapatkan tanda fraktur

pelvis (Purnomo, 2009).

Pemeriksaan Fisik Fraktur :

1) Look : pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada paha

dengan deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan lunak

yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang yang keluar

dan apakah terdapatnya kerusakan pada jaringan beresiko meningkat respon

syok hipovolemik. Pada fase awal trauma kecelakaan lalu lintas darat yang

mengantarkan pada resiko tinggi infeksi.

Pada fraktur femur tertutup sering ditemukan kehilangan fungsi,deformitas,

pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot, kripitasi,

pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma

dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat terjadi setelah

(22)

2) Feel : adanya keluhan nyeri tekan dan adanya kripitasi

3) Move : daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan

memberika respon trauma pada jaringan lunak disekitar ujung fragmen

tulang yang patah (Muttaqin, 2011).

2.5.2 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang dilakukan

adalah:

- Pemeriksaan rontgen

Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma

- Scan tulang, temogram, scan CT / MRI

Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasikerusakan jaringan lunak.

- Hitung darah lengkap

Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multiple).Peningkatan jumlah SDP (sel darah putih)adalah respons

stress normal setelahtrauma.

- Kreatinin

Trauma otot meningkatkan bebankreatinin untuk klirens ginjal.

Pemeriksaan radiologik lain untuk menunjang diagnosis adalah

sistografi, yang dapat memberikan keterangan ada tidaknya ruptur kandung

kemih, dan lokasi ruptur apakah intraperitoneal atau ekstraperitoneal

(23)

2.6 Penatalaksanaan

3.4.1 Penatalaksanaan Ruptur Buli

1. Pada ruptur intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk

mencari robekan pada buli-buliserta kemungkinan cedera organ lain.

Rongga intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2lapis,

kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan

laparotomi. Dilepaskan kateter pada hari ke 7.

2. Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana dianjurkan untuk

memasang kateter 7-10 haritetapi dianjurkan juga untuk melakukan

penjahitan disertai pemasangan kateter sistostomi.

3. Untuk memastikan buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter

uretra/kateter sistostomi, terlebihdahulu dilakukan pemeriksaan sistografi

untuk melihat kemungkinan masih adanya ekstravasasi urin (Purnomo,

2009).

3.4.2 Penatalaksanaan Fraktur

Penatalaksanaan fraktur menurut standart pelayanan Adam Malik

adalah, pada pertolongan pertama, dilakukan pemasangan bidai pada anggota

gerak yang diduga patah untuk mengurangi pergerakan antar fragmen tulang

sehingga dapat mengurangi nyeri, perdarahan dan menghindari kerusakan

jaringan lebih lanjut. Pada patah tulang terbuka perlu tindakan dibridemen dan

(24)

Empat prinsip penanganan fraktur menurut ChairudinRasjad (1998)

adalah:

1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah

mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan

klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan : lokasi

fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai untuk pengobatan,

komplikasi yangmungkin terjadi selama pengobatan.

2. Reduction: tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang.

Dapat dicapai yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi

tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur

kemudian memanupulasi untuk mengembalikan kesegarisan normal/dengan

traksi mekanis.Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup

gagal/tidak memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal

yang digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan

tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna

fixation (orif) yaitu dengan pembedahan terbukakan mengimobilisasi fraktur

yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan skrup/pen kedalam fraktur

yang berfungsi untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara

bersamaan.

3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan

mencegah pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk

mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami fraktur) adalah

(25)

menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol

dan tahanan beban keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan

mencegah reposisi deformitas, mengurangi fraktur dan dislokasi,

mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi

nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik

tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan skeletal traksi.

4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimalmungkin.

2.7 Tinjauan Tentang Obat

2.7.1 Ceftriaxone

Ceftriaxon adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki

aktivitas bakterisid yang luas dengan cara menghambat sintesis dinding sel,

dan mempunyai masa kerja yang lebih panjang dari golongan sefalosporin lain.

Aktivitasnya anti kuman gram negatif kuat kecuali pseudomonas.

Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap

stafilokok jauh lebih rendah. Tidak aktif terhadap MRSA dan

MRSE.Digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap

amoksisilin dan sefalosporin generasi 1, juga terkombinasi dengan

aminoglikosida (gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat

aktiitasnya (Tjay, 2007).

Ceftriaxon diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh

infeksi saluran pernafasan bawah, infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang

dan sendi, infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih, meningitis dan

(26)

2.7.2 Ketorolak

Injeksi ketorolac diindikasikan untuk terapi jangka pendek pada rasa

sakit sedang sampai berat, tidak dianjurkan pemakaian lebih dari 5

hari.Mekanisme kerja menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat

kerja cyclooxygenase (Tatro, 2003).

2.7.3 Ranitidin

Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang

menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2. Obat ini

menempati reseptor histamin H2 secara selektif dipermukaan sel-sel parietal

sehingga sekresi asam lambung dan pepsin sangat dikurangi (Tjay, 2007).

Penggunaan ranitidin dapat digunakan untukpencegahan perdarahan GI

atas; pengobatan aspirasi pneumonia; stres ulkus; dan kerusakan lambung

NSAID. Digunakan sebagai bagian dari rejimen multi-obat untuk memberantas

Helicobacter pylori dalam pengobatan ulkus peptikum; pencegahan kerusakan

mukosa duodenum gastro yang mungkin terkait dengan OAINS jangka

panjang; untuk mengontrol perdarahan GI atas akut; pencegahan ulkus stres

(Tatro, 2003).

2.7.4 Gentamisin

Gentamisin adalahantibiotik golongan aminoglikosida yang diisolasi

dari Micromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap pseudomonas, proteus

dan stafilokok yang resisten terhadap penisilin dan metisilin (MRSA). Maka

(27)

juga sering kali dikombinasikan dengan suatu sefalosporin gen-3. Tidak aktif

terhadap mycobacterium, streptokok dan kuman anaerob (Tjay, 2007).

Aktivitas antibakteri gentamisin, tertuju pada basil gram-negatif yang

aerobik. Aktivitas terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif

dalam kondisi anaerobik rendah sekali. Ini dapat dijelaskan berdasarkan

kenyataan bahwa untuk transport aminoglikosida membutuhkan oksigen

(transport aktif) (Ganiswarna, 1995).

Gentamisin dapat digunakan untuk pengobatan infeksi tulang serius dan

infeksi sendi yang rentan disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Citrobacter,

Enterobacter, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Serratia, atau Pseudomonas

(McEvoy, 2011).

2.7.5 Metronidazol

Metronidazol merupakan senyawa nitro-imidazole yang memiliki

spektrum anti-protozoa dan antibakteri yang luas. Berkhasiat kuat terhadap

semua protozoa patogen anaerob lain seperti Trichomonas dan Giardia. Obat

ini juga aktif terhadap semua cicci dan basil anaerob gram positif dan negatif,

tetapi tidak aktif teradap kuman aerob. Metronidazole bersifat bakterisid

jaringan kuat (Tjay, 2007).

2.7.6 Parasetamol

Parasetamol merupakan metabolit dari fenasetin yang berkhasiat

sebagai analgetik dan antipiretik tapi tidak antiradang.Penggunaannya tidak

(28)

ketagihan. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang

paling aman (Tjay, 2007).

Daya antipiretik parasetamol didasarkan pada rangsangan pusat

penghantar kalor di hipotalamus, menimbulkan vasodilatasi perifer (di kulit)

sehingga terjadi pengeluaran panas yang disertai banyak keringat (Tjay, 2007).

2.7.7 Asam traneksamat

Asam traneksamat diindikasikan untuk obat antifibrinolitik yang

menghambat pemutusan benang fibrin, digunakan untuk profilaksis dan

pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolisis yang berlebihan. Dosis

0,5-1 g, 2-3x/hari. Efek samping asam traneksamat adalah mual, muntah, diare,

pusing dan rash (Ganiswara, 1995).

2.7.8 Plasbumin

Plasbumin adalah konsentrat protein plasma dari darah manusia. Ia

bekerja dengan meningkatkan volume plasma atau tingkat albumin serum.

Plasbumin digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk syok akibat

kehilangan darah dalam tubuh, luka bakar, kadar protein rendah karena operasi

atau gagal hati, dan sebagai obat tambahan dalam operasi (Hardjosaputra,

2008).

®

Albumin merupakan komponen protein yang terbesar dari plasma,

darah. Albumin berperan dalam transportasi obat-obatan yang tidak larut dalam

air (Marzuki, 2003). Albumin juga berfungsi dalam pengikatan obat. Kadar

(29)

pengikatan dengan protein sehingga memungkinkan obat lebih banyak bebas

dalam dsirkulasi dan dapat menyebabkan toksisitas obat(Kee, 1996).

2.7.9 Novalgin

Novalgin mengandung Na. Metamizole. Diindikasikan untuk nyeri

hebat yang berhubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, post operasi nyeri akut

(30)

BAB III

PENATALAKSANAAN UMUM

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. SN

No. RM : 00.59.80.34

Umur : 21 tahun0 bulan

Jenis Kelamin : Pria

Tanggal Lahir : 13 April 1993

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak

Alamat : Jl. X

Pekerjaan : Wiraswasta

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 55 kg

Ruangan : Rindu B-3 Bedah

Status Pasien : BPJS

Hari/Tanggal masuk : Jum’at / 18 April 2014

Hari/Tanggal Keluar : -

3.2 Riwayat penyakit dan pengobatan

3.2.1 Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam status pasien tidak dijelaskan riwayat penyakit di keluarga

(31)

3.2.2 Riwayat penyakit Sosial

Dalam status pasien tidak dijelaskan riwayat penyakit sosial pasien.

3.2.3 Riwaya Penyakit Sosial

Dalam status pasien tidak dijelaskan riwayat penyakit sosial pasien.

3.2.4 Riwayat Penggunaan Obat Terdahulu

Dalam surat rujukan dari RSUD Padang Sidempuan tertulis obat yang

digunakan disana adalah injeksi Cravit (1 g/12 jam) dan injeksi Tomit (1

ampul/8 jam).

3.3 Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk RSUP H.Adam Malik

Pasien masuk ke RSUP H. Adam Malik melalui IGD pada tanggal 18

April 2014 pukul 14.58, dengan keluhan utama nyeri perut dan tungkai tidak

bisa digerakkan (nyeri skala 6). Hal ini dialami pasien ± 4 hari selama di rawat

di RS karena pasien mengalami kecelakaan lalu lintas. Kedua kaki tidak bisa

digerakkan.Plaster (-), muntah (-). BAB (-) sejak 2 hari lalu, BAK (+),

hematuria (+) sejak 2 hari lalu. Pasien merupakan rujukan dari RSUD Padang

Sidempuan. Diagnosa dari rumah sakit tersebut adalah blunt abdomen ijury +

Fracture pelvix + closed (R) femur fracture + open (L) femur fracture.

Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik

yang lebih jauh, ternyata diagnose dokter adalah ruptur buli intraperitoneal +

(32)

3.4Pemeriksaan

3.4.1Hasil Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pasien pada saat awal masuk RSUP H. Adam malik:

Keadaan Umum :

-Kesadaran: Compos Mentis (CM)

-Tekanan Darah (TD) 110/70 mmHg

-Nadi: 84 x / menit

-Pernafasan: 22 x / menit

-Temperatur : 36,40

Pemeriksaan Fisik: : C

-Abdomen : nyeri tekan bagian bawah.

-Ekstremitas : Superior: dalam batas normal

Inferior: (L) open fracture femur + (R) closed fracture femur.

Tabel 3.1 Pemeriksaan fisik

Tanggal Sensorium TD

(mmHg)

HR (x/menit)

RR

(x/menit)

T

(°C)

21/04 Compos Mentis 110/70 80 19 37,8

22/04 Compos Mentis 110/70 80 19 38

23/04 Compos Mentis 120/80 75 20 37

24/04 Compos Mentis 120/80 83 20 37

25/04 Compos Mentis 120/80 83 20 36,5

26/04 Compos Mentis 120/80 85 18 36,7

(33)

28/04 Compos Mentis 110/70 80 20 36,6

29/04 Compos Mentis 110/70 80 20 36

30/04 Compos Mentis 120/80 75 20 37,6

3.4.2Pemeriksaan penunjang

Selama dirawat di RSUP H. Adam Malik, pasien telah menjalani

pemeriksaan yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pendukung untuk

menunjang tepatnya diagnosis berupa pemeriksaan laboratorium patologi

klinik yang meliputi hematologi, hati, ginjal, pemeriksaan radiologi, sistogram

(34)

Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik

Uji laboratorium patologi kinik selama pasien dirawat di RSUP H. Adam

Malik:

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik

Jenis Pemeriksaan Satuan Nilai

Rujukan

Tanggal

18/04 19/04 21/04 22/04 29/04

HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hemoglobin g % 13,2-17,3 9,10 9,30 10,00 12.40

Eritrosit (RCB) 106/mm3 4,20-4,87 2,97 3,13 3,39 4,18

Leukosit (WBC) 106/mm3 4,5-11,0 17,07 16,09 11,78 11,94

Hematokrit % 43-49 24,8 26,60 28,50 36,10

Trombosit (PLT) 106/mm3 150-450 122 106 106 349

MCV fL 85-95 83,50 85,00 84,10 86,40

MCH Pg 28-32 30,60 29,70 29,50 29,70

MCC g% 33-35 36,70 35,00 35,10 34,30

RDW % 11,6-14,8 12,80 13,10 13,00 13,30

MPV fL 7,0-10,2 9,20 9,70 10,30 8,40

(35)

PDW fL 10,4 11,0 12,1 8,7

Neutrofil % 37-80 87,40 81,30 82,70 87,80

Limfosit % 20-40 5,70 9,40 7,40 5,60

Monosit % 2-8 6,90 9,00 7,20 5,70

Eosinofil % 1-6 0,00 0,30 2,70 0,80

Basofil % 0-1 0,000 0,000 0,000 0,100

Neutrofil Absolut 103/µl 2,7-6,5 6,18 4,95 8,10 9,61

Limfosit Absolut 103/µl 1,5-3,7 0,40 0,57 0,72 0,61

Monosit Absolut 103/µl 0,2-0,4 0,49 0,55 0,70 0,62

Eosinofil Absolut 103/µl 0-0,1 0,00 0,02 0,26 0,09

Basofil Absolut 103/µl 0-0,1 0,00 0,00 0,00 0,01

KIMIA KLINIK

HATI

Albumin g/dL 3,5-5,0 3,1 2,5 2,4

Metabolisme Karboidrat

Glukosa darah sewaktu

mg/dL < 200 107,20

GINJAL

Ureum mg/dL <50 136,10 24,00 22,10

Kreatinin mg/dL 0,70-1,20 3,48 0,69 0,72

ELEKTROLIT

Natrium (Na) mEq/L 135-155 136 137

Kalium (K) mEq/L 3,6-5,5 4,8 5,1

Klorida (Cl) mEq/L 96-106 106 98

(36)

Pasien selama dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan menerima

obat-obatan sesuai dengan daftar obat yang tercantum dalam FORNAS untuk pasien

BPJS. Obat-obat yang diberikan selama rawat inap, Penulis melakukan

pemantauan pada tanggal 21April 2014 sampai 30 April 2014. Obat-obat yang

digunakan pasien selama terapi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4Daftar obat-obatan yang digunakan Pasien di RSUP H. Adam

Malik

Tgl. Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Route

Bentuk Kekuatan

(37)

Paracetamol

Tablet 500 mg/tablet 3x500 mg

(38)
(39)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien masuk ke RS H. Adam Malik melalui IGD pada tanggal 18

April 2014 dengan keluhan utama nyeri perut + tungkai tidak bisa digerakkan

(nyeri skala 6). Hal ini dialami pasien ± 4 hari selama di rawat di RS lain

karena pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.Pasien merupakan rujukan dari

RSUD Padang Sidempuan. Diagnosa dari rumah sakit tersebut adalah blunt

abdomen ijury + fraktur pelvix + closed (R) femur fracture + open (L) femur

fracture. BAB (-) sejak 2 hari lalu, BAK (+), hematuria (+) sejak 2 hari lalu.

Pasien melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium

patologi dan pemeriksaan radiologi, hasil diagnose dokter adalah ruptur buli

intraperitoneal + fractur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral. Pasien

menjalani operasi explorasi laparotomy + repair buli pada tanggal 19 April

2014 pukul 03.30 wib sampai 05.40 wib. Setelah melakukan operasi, pasien

dibawa ke ruang pemulihan dan selanjutnya pasien di bawa kebagian rawat

inap di Rindu B3 (RB3).

Penulis melakukan pemantauan terapi obat, mengedukasi pasien untuk

meningkatkan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat dan komunikasi

dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan kualitas pengobatan yang

(40)

4.1 Pembahasan Tanggal 21 April 2014

Berikut ini catatan rekomendasi tertulis yang ditulis dokter dalam

catatan terintegrasi dalam rekam medis pasien berupa format SOAP (Subjektif,

Objektif, Assessment, Planning) sebagai berikut:

Subjek(S) = demam : 37,8 °C. Skala nyeri 5.

Objektif (O) = TD : 110/70 mmHg

HR : 80x/menit

RR : 19x/menit

Assessment (A) = Ruptur buli intraperitoneal post explorasi laparatomy +

repair buli H+2.

- Fractur rami pubis bilateral

- Fraktur femur bilateral

Planning (P) = Ditunjukan pada Tabel 4.1 di bawah ini

Tabel 4.1 Daftar Obat-Obat yang Digunakan pada Tanggal 21 April 2014

Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Rout

e Bentuk Kekuatan

(41)

4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien

Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi,

dokter mendiagnosa pasien menderita penyakit ruptur buli intraperitoneal +

fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral.

Pemeriksaan fisik diketahui adanya nyeri tekan bagian bawah perut,

hematuri (+), adanya (L) open fracture femur + (R) closed fracture femur di

bagian inferior. Pada pemeriksaan laboratorium kadar leukosit, neutrofil,

limfosit, monosit, eosinofil menunjukkan adanya infeksi. Pemeriksaan

pendukung lainnya adalah sistograf yang menunjukkan adanya ruptur buli

intraperitoneal.

4.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi

Pasien diberikan NaCl 0,9%. Cairan infus tersebut mengandung

elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian (terapi yang

penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh) (Dianne,

2005). Selain itu pemberian infus bertujuan sebagai media tempat penyuntikan

obat. Jadi, infus NaCl 0,9% merupakan tepat indikasi.

Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga

yang yang dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif

dan gram negative (Trissels, 2009). Maka penggunaan ceftriakson sudah tepat

(42)

Pemberian injeksi Ranitidin sudah tepat obat bekerja dengan

menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. Ranitidin

juga diberikan pada terapi menggunakan NSAID sebagai profilaksis untuk

mencegah ulser duodenal (MC.Evoy, 2005). Ranitidin tepat diberikan sebagai

obat untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID.

Pemberian injeksi Ketorolac sudah tepat indikasi, ketorolak sebagai

analgetik antiinflamasi non-steroid yang digunakan untuk mengatasi nyeri akut

sampai berat (Trissels, 2009).

Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari aktivator

plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan

menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh

karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi

perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan (Tjay, 2007). Injeksi asam

traneksamat sudah tepat indikasi untuk menghentikan pendarahan.

Parasetamol dianggap sebagai zat analgetik dan antipiretik yang paling

aman, juga untuk swamedikasi atau pengobatan mandiri (Tjay, 2007).

Pemberian Parasetamol pada pasien sudah tepat indikasi.

Novalgin®

4.3.3 Pengkajian Tepat Obat

mengandung natrium metamizole merupakan derivat dari

aminofenazone yang berkhasiat analgesik, antipiretik dan antiradang (Tjay,

2007). Novalgin tepat indikasi.

Pemberian IVFD NaCl 0,9% tepat obat untuk mengembalikan

(43)

pembawa untuk obat lain. Larutan NaCL 0,9% tidak berinteraksi dengan obat

yang diberikan. Jadi pemberian NaCl 0,9% sudah tepat obat.

Ceftriaxone adalah antibiotik golongan sefalosporin spectrum luas

terhadap bakteri gram positif dan negatif. Tes hasil laboratorium pasien pada

tanggal 19 April 2014 menunjukkan kadar leukosit, neutrofil dan limfosit

diatas normal, artinya pasien mengalami infeksi. Tapi penggunaan ceftriaxone

tidak tepat obat karena tidak disertai dengan uji kultur untuk mengetahui

antibiotik yang sensitif.

Pemberian Injeksi Ranitidin sudah tepat obat sebagai Anti Histamin

Penghambat Reseptor H2 (AH2) untuk mencegah hipersekresi asam lambung

serta mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID. Pasien

menggunakan obat NSAID, jadi pemberian ranitidin sudah tepat obat.

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek

terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Ketorolac

secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Pemberian

ketorolac pada pasien tepat obat karena pasien baru melakukan operasi pada

tanggal 19 April 2014.

Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat

penghancuran koagulan dari fibrin. Injeksi asam traneksamat tepat obat untuk

menghentikan pendarahan pendarahan setelah operasi.

Pemberian parasetamol sudah tepat obat karena suhu tubuh pasien

37,6°C yang menunjukkan bahwa pasien deman. Parasetamol merupakan

(44)

Novalgin® merupakan analgetik, antipiretik dan anti inflamasi.

Novalgin dapat digunakan sebagai analgetik. Namun dalam hal ini pasien

sudah mendapatkan ketorolak sebagai analgetik sehingga pemberian novalgin

tidak diperlukan. Jadi pemberian novalgin tidak tepat obat.

4.3.4 Pengkajian Tepat Dosis

Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya

penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu

melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis

meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan

interval dosis. Ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 21 April 2014

Jenis obat Sediaan Rejimen Dosis Rute

Pemb erian

Interval pemberian Lama

Pemberian

Bentuk Kekuatan

IVFD NaCl

i.v Karena digunakan

sebagai jalan obat maka tetap digunakan selama penggunaan obat iv lainnya

Sebelum pengguna-an obat i.v lainnya

Ceftriaxon Injeksi 1000 mg Dosis lazim

(45)

Perhitungan dosis Tanggal 21 April 2014

1. IVFD NaCl 0,9%

IVFD NaCl 0,9% berbentuk infus dengan kekuatan sediaan 500 mL/botol.

Dosis Infus NaCl 0,9% adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Dalam hal ini, infus

NaCl 0,9% hanya digunakan sebagai pelengkap elektrolit pasien dan jalan

obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang diberikan

dianggap tepat.

2. Ceftriaxon

Dosis lazim BB>50 kg yaitu 1000-2000 mg/hari(McEvoy, 2011).

Dosis 1 x pakai yang diberikan : 1000 mg

Dosis 1 hari yang diberikan : 1000 mg x 2 = 2000 mg (Tepat Dosis).

3. Ranitidin

Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam, maksimum 400

(46)

Dosis 1 x pakai yang diberikan : 50 mg

Dosis 1 hari yang diberikan : 50 mg x 2 = 100 mg (Tepat Dosis).

4. Ketorolak

Dosis lazim yaitu 30 mg tiap 6 jam, maksimal 120 mg/hari (McEvoy,

2011).

Dosis 1 x pakai yang diberikan : 30 mg

Dosis 1 hari yang diberikan : 30 x 3 = 90 mg (Tepat Dosis)

5. Asam traneksamat

Dosis lazim yaitu 0,5-1 g, 2-3 x/hari (Ganiswarna, 1995)

Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg

Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 2= 1000 mg (Tepat Dosis)

6. Paracetamol

Dosis lazim : 500 mg tiap 3-4 x/hari (Tjay, 2007).

Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg

Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 3= 1500 mg (Tepat Dosis)

7. Novalgin

Dosis lazim : 0,5-4 g, 3-4 dosis (Tjay, 2007). ®

Dosis 1 x pakai yang diberikan: 1 g

Dosis 1 hari yang diberikan: jika demam > 38°C, 1 ampul (Tepat Dosis)

(47)

Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak

diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan

interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam

mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari IVFD RL,

Ceftriaxone, Ranitidin, ketorolac, asam traneksamat, paracetamol, dan

novalgin® yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3Efek Samping dan Interaksi Obat Tanggal 21 April 2014

Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat

IVFD NaCl 0,9%

Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat pada atau disekitar lokasi penyisipan atau terjadi sebagai hasil

kegagalan mekanis. Obat-Hasil lab:

Tidak ada obat yang berinteraksi

Obat-MakananMinuman :

Hindari penggunaan ketorolac, paracetamol,

novalgin (NSAID)

dengan alcohol karena akan meningkatkan efek samping (hepatotoksik) dari ketorolac

Obat-Obatan :

• Tidak ada interaksi yang terjadi antara obat ivfd NaCl, cefriaxon, ranitidine, ketorolac, paraceamol, novalgin,

Injeksi

Ceftriaxone

Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, sakit kepala, pusing, dan nyeri di tempat suntikan (Tatro, 2003).

Injeksi

Ranitidin

Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia, halusinasi, depresi, rash, mual, diare, konstipasi, agranulositosis (Tatro, 2003).

Injeksi

Ketorolak

Gangguan gastrointestinal, pendarahan, dan perforasi gastrointestinal, pendarahan pasca operasi, gagal ginjal akut, reaksi anafilaktoid, gagal hati (Tatro, 2003).

Injeksi Asam traneksamat

Gangguan gastrointestinal, sakit kepala, hipotensi, pusing

Paracetamol Reaksi alergi kulit, kerusakan ginjal (dosis besar &

(48)

Injeksi

Novalgin

Agranulositosis, pembengkakan pada wajah, gatal, rasa tertekan pada dada, takikardi, rasa dingin pada ekstremitas (Tatro, 2003).

®

asam traneksamat.

4.3.6 Kesimpulan

a. Lembar PPOSR (terlampir)

b. Rekomendasi Dokter

Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau

meliputi pengkajian dan perencanaan.

Diagnosis : ruptur buli intraperitoneal post laparatomy + repair buli (H+2)

+ fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral.

Subjektif : demam : 37,8 °C. Skala nyeri 5.

Objektif (O) : TD : 110/70 mmHg, HR : 80x/menit, RR: 19x/menit.

Assessment:

Masalah 1. Pemberian injeksi cefriaxson belum dilakukan uji kultur, sehingga

belum diketahui antibiotic ini sensitive atau resisten terhadap

pasien.

Masalah 2. Penggunaan analgetik pada hari ini terlalu banyak diresepkan

yakni ketorolak, paracetamol dan novalgin®

Planning (P):

.

(49)

b. Mendiskusikan kepada dokter tentang pemilihan analgetik yang tepat

sesuai kebutuhan pasien. (Dokter ternyata menghentikan pemberian

paracetamol dan menggantikannya dengan injeksi novalgin).

c. Rekomendasi Perawat

- Pemberian antibiotik harus sesuai jadwal untuk mencegah resistensi.

- Agar obat disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.

d. Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien

Tabel 4.4Konseling, Informasidan Edukasi Pasien Tanggal 21 April 2014

No Nama Obat PIO

1 IVFD NaCl 0,9% Jika terjadi pembengkakan, gatal dan memerah pada tempat pemberian cairan intra vena, segera hubungi dokter atau perawat

2 Injeksi

Ceftriaxone

Merupakan obat antibiotic (anti kuman/anti bakteri) Jika terjadi reaksi efek samping seperti diare, mual dan muntah, sakit pada tempat suntikan, rash dan pruritus segera hubungi dokter (Tatro, 2003).

3 Injeksi Ketorolak Merupakan obat penghilang rasa nyeri

(50)

4 Injeksi Ranitidin Merupakan obat untuk lambung atau antasida.

jika terjadi reaksi efek samping seperti nyeri otot, pusing, dan reaksi kulit, segera hubungi dokter atau apoteker

5 Injeksi Asam

traneksamat

Sebagai obat anti pendarahan.Jika terjadi efek samping, segera laporkan ke dokter.

6 Parasetamol Jangan minum obat melebihi dosis yang di anjurkan. Selama

pengobatan jangan mengkonsumsi alkohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati

7 Injeksi Novalgin® Selama pengobatan jangan mengkonsumsi alkohol.

4.2 Pembahasan Tanggal 22 April 2014

Berikut ini catatan rekomendasi tertulis yang ditulis dokter dalam

catatan terintegrasi dalam rekam medis pasien berupa format SOAP (Subjektif,

Objektif, Assessment, Planning) sebagai berikut:

Subjek(S) = demam (+). Skala nyeri 5.

(51)

TD : 110/70 mmHg

HR : 80x/menit

RR : 19x/menit

Assessment (A) = Ruptur buli intraperitoneal post expiorasi laparatomy +

repair buli H+3.

- Fraktur rami pubis bilateral

- Fraktur femur bilateral

Planning (P) = Ditunjukan pada Tabel 4.5 di bawah ini

Tabel 4.5 Daftar Obat-Obat yang Digunakan pada Tanggal 22 April 2014

Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Route

Bentuk Kekuatan

22 April

4.2.1 Pengkajian Tepat Pasien

Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti

(52)

dokter mendiagnosa pasien menderita penyakit ruptur buli intraperitoneal +

fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral sudah tepat pasien.

4.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi

Pasien diberikan NaCl 0,9%. Cairan infus tersebut mengandung

elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian (terapi yang

penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh) (Dianne,

2005). Selain itu pemberian infus bertujuan sebagai media tempat penyuntikan

obat. Jadi, infus NaCl 0,9% merupakan tepat indikasi.

Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga

yang yang dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif

dan gram negative (Trissels, 2009). Maka penggunaan ceftriakson sudah tepat

indikasi.

Pemberian injeksi Ranitidin sudah tepat indikasi, bekerja dengan

menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. . Ranitidin

juga diberikan pada terapi menggunakan NSAID sebagai profilaksis untuk

mencegah ulser duodenal (MC.Evoy, 2005). Ranitidin tepat diberikan sebagai

obat untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID.

Pemberian injeksi Ketorolak tepat indikasi, ketorolak sebagai analgetik

antiinflamasi non-steroid yang digunakan untuk mengatasi nyeri akut sampai

berat (Trissels, 2011).

Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat

penghancuran koagulan dari fibrin. Injeksi asam traneksamat tepat indikasi

(53)

melakukan operasi laparatomy + repair buli. Pemberian asam traneksamat tepat

indikasi.

Parasetamol dianggap sebagai zat analgetik dan antipiretik yang paling

aman, juga untuk swamedikasi atau pengobatan mandiri (Tjay, 2007).

Pemberian Parasetamol pada pasien sudah tepat indikasi.

4.2.3 Pengkajian Tepat Obat

Pemberian IVFD NaCl 0,9% tepat obat untuk mengembalikan

keseimbangan elektrolit pasien. Larutan NaCl 0,9% ini digunakan juga sebagai

pembawa untuk obat lain. Jadi pemberian NaCl 0,9% sudah tepat obat.

Ceftriaxone adalah antibiotik golongan sefalosporin spectrum luas

terhadap bakteri gram positif dan negatif. Tes hasil laboratorium pasien pada

tanggal 19 April 2014 menunjukkan kadar leukosit, neutrofil dan limfosit

diatas normal, artinya pasien mengalami infeksi. Tapi penggunaan ceftriaxone

tidak tepat obat karena tidak disertai dengan uji kultur untuk mengetahui

antibiotik yang sensitif.

Pemberian Injeksi Ranitidin sudah tepat obat sebagai Anti Histamin

Penghambat Reseptor H2 (AH2) untuk mencegah hipersekresi asam lambung.

Stress selama di rumah sakit dapat menyebabkan peningkatan asam lambung

serta untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID. Jadi

pemberian ranitidin sudah tepat obat.

Ketorolak diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek

terhadap nyeri akut sedang sampai berat (skala 4-8). Pemberian ketorolac pada

(54)

Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat

penghancuran koagulan dari fibrin. Injeksi asam traneksamat tepat obat untuk

menghentikan pendarahan pendarahan setelah operasi.

Pemberian parasetamol sudah tepat obat karena suhu tubuh pasien

37,6°C yang menunjukkan bahwa pasien deman. Parasetamol merupakan

analgetik, antipiretik dan anti inflamasi yang paling aman digunakan.

4.2.4 Pengkajian Tepat Dosis

Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya

penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu

melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis

meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan

interval dosis. Ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.6.

Jenis obat Sediaan Rejimen Dosis Rute

Pemb erian

Interval pemberian Lama

Pemberian

(55)

Tabel 4.6 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 22 April 2014

Perhitungan dosis Tanggal 22 April 2014

1. Ceftriaxon

Dosis lazim BB>50 kg yaitu 1000-2000 mg/hari (McEvoy, 2011).

Dosis 1 x pakai yang diberikan : 1000 mg

Dosis 1 hari yang diberikan : 1000 mg x 2 = 2000 mg (Tepat Dosis).

2. Ranitidin

Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam, maksimum 400 mg/hari

(McEvoy, 2011).

i.v Karena digunakan sebagai jalan obat maka tetap digunakan selama penggunaan obat iv lainnya

Sebelum pengguna-an obat i.v lainnya

Ceftriaxon Injeksi 1000 mg Dosis lazim

BB>50 kg 1 – 2 g/ hari

i.v 12 jam 7-14 hari

Ranitidin Injeksi 50 mg/

ampul

(56)

3. Ketorolak

Dosis lazim yaitu 30 mg tiap 6 jam, maksimal 120 mg/hari

(McEvoy,2011).

Dosis 1 x pakai yang diberikan : 30 mg

Dosis 1 hari yang diberikan : 30 x 3 = 90 mg (Tepat Dosis)

4. Asam traneksamat

Dosis lazim yaitu 0,5-1 g, 2-3 x/hari (Ganiswarna, 1995)

Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg

Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 2= 1000 mg (Tepat Dosis)

5. Paracetamol

Dosis lazim : 500 mg tiap 3-4 x/hari (Tjay, 2007).

Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg

Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 3= 1500 mg (Tepat Dosis)

4.2.5 Pengkajian Waspada Efek Samping

Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak

diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan

interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam

mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari IVFD RL,

Ceftriaxone, Ranitidin, ketorolak, asam traneksamat, paracetamol, yang

(57)

Tabel 4.7Efek Samping dan Interaksi Obat Tanggal 22 April 2014

Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat

IVFD NaCl 0,9%

Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat pada atau disekitar lokasi penyisipan atau terjadi sebagai hasil

kegagalan mekanis. Obat-Hasil lab:

Tidak ada obat yang berinteraksi

Obat-MakananMinuman :

Hindari penggunaan ketorolac, paracetamol,

novalgin (NSAID)

dengan alcohol karena akan meningkatkan efek samping (hepatotoksik) dari ketorolac

Obat-Obatan :

• Tidak ada interaksi yang terjadi antara obat ivfd NaCl, cefriaxon, ranitidine, ketorolac, paraceamol, novalgin, asam traneksamat.

Injeksi

Ceftriaxone

Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, sakit kepala, pusing, dan nyeri di tempat suntikan(Tatro, 2003).

Injeksi

Ranitidin

Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia, halusinasi, depresi, rash, mual, diare, konstipasi, agranulositosis (Tatro, 2003)..

Injeksi

Ketorolak

Gangguan gastrointestinal, pendarahan, dan perforasi gastrointestinal, pendarahan pasca operasi, gagal ginjal akut, reaksi anafilaktoid, gagal hati (Tatro, 2003).

Injeksi Asam traneksamat

Gangguan gastrointestinal, sakit kepala, hipotensi, pusing.

Paracetamol Reaksi alergi kulit, kerusakan ginjal (dosis besar &

lama).

4.2.6 Kesimpulan

a. Lembar PPOSR (terlampir)

b. Rekomendasi Dokter

Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau

meliputi pengkajian dan perencanaan.

Diagnosis : ruptur buli intraperitoneal post laparatomy + repair buli

(H+3) + frakture rami pubis bilateral + frakture femur bilateral.

Subjektif : demam : 37,6 °C, skala nyeri 5.

(58)

Assessment:

Masalah 1. Pemberian injeksi cefriaxson belum dilakukan uji kultur,

sehingga belum diketahui antibiotic ini sensitive atau resisten

terhadap pasien.

Planning (P):

1. Dilakukan uji kultur untuk menetapkan antibiotik yang tepat untuk pasien.

c. Rekomendasi Perawat

- Pemberian antibiotik harus sesuai jadwal untuk mencegah resistensi.

- Agar obat disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.

d. Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien

Tabel 4.8Konseling, Informasidan Edukasi Pasien Tanggal 22 April 2014

No Nama Obat PIO

1 IVFD NaCl

0,9 %

Jika terjadi pembengkakan, gatal dan memerah pada tempat pemberian cairan intra vena, segera hubungi dokter atau perawat.

2 Injeksi

Ceftriaxone

Merupakan obat antibiotic (anti kuman/anti bakteri)

Jika terjadi reaksi efek samping seperti diare, mual dan muntah, sakit pada tempat suntikan, rash dan pruritus segera hubungi dokter

3 Injeksi

Ketorolac

Merupakan obat penghilang rasa nyeri

Instruksikan agar tidak meminum alkohol, aspirin atau obat gol. AINS yang lain

4 Injeksi

Ranitidin

Merupakan obat untuk lambung atau antasida.

jika terjadi reaksi efek samping seperti nyeri otot, pusing, dan reaksi kulit, segera hubungi dokter.

5 Injeksi Asam

traneksamat

(59)

6 Parasetamol Jangan minum obat melebihi dosis yang di anjurkan. Selama pengobatan jangan mengkonsumsi alkohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati.

4.3 Pembahasan Tanggal 23-26 April 2014

Berikut ini catatan rekomendasi tertulis yang ditulis dokter dalam

catatan terintegrasi dalam rekam medis pasien berupa format SOAP (Subjektif,

Objektif, Assessment, Planning) sebagai berikut:

Subjek(S) = demam (-). Skala nyeri 3.

Objektif (O) = TD : 120/80 mmHg

HR : 83x/menit

RR : 20x/menit

Assessment (A) = Ruptur buli intraperitoneal post expiorasi laparatomy +

repair buli H+ (4-7)

- Fractur rami pubis bilateral

- Fraktur femur bilateral

Planning (P) = Ditunjukan pada Tabel 4.9 di bawah ini

Tabel 4.9 Daftar Obat-Obat yang Digunakan pada Tanggal 23-26 April 2014

Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Sehari Route

Bentuk Kekuatan

(60)

Paracetamol Tablet 500 mg/tablet 500 mg/8 jam PO

4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien

Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi,

dokter mendiagnosa pasien menderita penyakit ruptur buli intraperitoneal +

fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral sudah tepat pasien.

4.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi

Pasien diberikan NaCl 0,9%. Cairan infus tersebut mengandung

elektrolit yang merupakan bahan utama dalam terapi penggantian (terapi yang

penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh) (Dianne,

2005). Selain itu pemberian infus bertujuan sebagai media tempat penyuntikan

obat. Jadi, infus NaCl 0,9% merupakan tepat indikasi.

Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga

yang yang dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif

dan gram negative (Trissels, 2009). Maka penggunaan ceftriakson sudah tepat

indikasi.

Pemberian injeksi Ranitidin sudah tepat indikasi, bekerja dengan

menghambat reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. . Ranitidin

(61)

mencegah ulser duodenal (MC.Evoy, 2005). Ranitidin tepat diberikan sebagai

obat untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID.

Parasetamol dianggap sebagai zat analgetik dan antipiretik yang paling

aman, juga untuk swamedikasi atau pengobatan mandiri (Tjay, 2007).

Pemberian Parasetamol pada pasien sudah tepat indikasi.

4.3.3 Pengkajian Tepat Obat

Pemberian IVFD NaCl 0,9% tepat obat untuk mengembalikan

keseimbangan elektrolit pasien. Larutan NaCl 0,9% ini digunakan juga sebagai

pembawa untuk obat lain. Jadi pemberian NaCl 0,9% sudah tepat obat.

Ceftriaxone adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga

yang mempunyai aktifitas menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan

berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein yang selanjutnya akan

menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri

sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis

karena aktivitas enzim autolitik (autosilin dan murein hidrolase) saat dinding

sel bakteri terhambat (Trissels, 2011). Tes hasil laboratorium pasien pada

tanggal 22 April 2014 menunjukkan kadar leukosit, neutrofil dan limfosit tidak

normal, artinya pasien mengalami infeksi. Tapi penggunaan ceftriaxone tidak

tepat obat karena tidak disertai dengan uji kultur untuk mengetahui antibiotik

yang sensitif.

Pemberian Injeksi Ranitidin sudah tepat obat sebagai Anti Histamin

(62)

serta untuk mencegah gangguan lambung akibat pemakaian obat NSAID.

Pasien menggunakan obat NSAID, jadi pemberian ranitidin sudah tepat obat.

Parasetamol merupakan analgetik, antipiretik dan anti inflamasi yang

paling aman digunakan. Pemberian parasetamol sudah tepat obat.

4.3.4 Pengkajian Tepat Dosis

Sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menjamin tercapainya

penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu

melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Ketepatan dosis

meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan

interval dosis. Ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal 23-26 April 2014

Perhitungan dosis Tanggal 23-26 April 2014

Jenis obat Sediaan Rejimen Dosis Rute

Pemb erian

Interval pemberian Lama

Pemberian

Bentuk Kekuatan

IVFD NaCl

i.v Karena digunakan

sebagai jalan obat maka tetap digunakan selama penggunaan obat iv lainnya

Sebelum pengguna-an obat i.v lainnya

Ceftriaxon Injeksi 1000 mg Dosis lazim

(63)

1. IVFD NaCl 0,9%

IVFD NaCl 0,9% berbentuk infus dengan kekuatan sediaan 500 mL/botol.

Dosis Infus NaCl 0,9% adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Dalam hal ini, infus RL

hanya digunakan sebagai pelengkap elektrolit pasien dan jalan obat

sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang diberikan

dianggap tepat.

2. Ceftriaxon

Dosis lazim BB>50 kg yaitu 1000-2000 mg/hari (McEvoy, 2011).

Dosis 1 x pakai yang diberikan : 1000 mg

Dosis 1 hari yang diberikan : 1000 mg x 2 = 2000 mg (Tepat Dosis).

3. Ranitidin

Dosis lazim untuk dewasa 50 mg setiap 6-8 jam, maksimum 400 mg/hari

(McEvoy, 2011).

Dosis 1 x pakai yang diberikan : 50 mg

Dosis 1 hari yang diberikan : 50 mg x 2 = 100 mg (Tepat Dosis).

4. Paracetamol

Dosis lazim : 500 mg tiap 3-4 x/hari (Tjay, 2007).

Dosis 1 x pakai yang diberikan: 500 mg

Dosis 1 hari yang diberikan: 500 mg x 3= 1500 mg (Tepat Dosis)

(64)

Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak

diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan

interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam

mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari IVFD RL,

Ceftriaxone, Ranitidin, paracetamol, yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

4.11.

Tabel 4.11Efek Samping dan Interaksi Obat Tanggal 23-26 April 2014

Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat

IVFD NaCl 0,9%

Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat pada atau disekitar lokasi penyisipan atau terjadi sebagai hasil kegagalan mekanis

Obat-Hasil lab:

Tidak ada obat yang berinteraksi

Obat-MakananMinuman :

Hindari penggunaan ketorolac, paracetamol, novalgin (NSAID) dengan alcohol karena akan meningkatkan efek samping (hepatotoksik) dari ketorolac

Obat-Obatan :

Injeksi

Ceftriaxone

Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, sakit kepala, pusing, dan nyeri di tempat suntikan.

Injeksi

Ranitidin

(65)

Paracetamol Reaksi alergi kulit, kerusakan ginjal

(dosis besar & lama)

•Tidak ada interaksi yang terjadi antara obat ivfd NaCl, cefriaxon, ranitidine, ketorolac, paraceamol, novalgin, asam traneksamat.

4.3.6 Kesimpulan

a. Lembar PPOSR (terlampir)

b. Rekomendasi Dokter

Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau

meliputi pengkajian dan perencanaan.

Diagnosis : ruptur buli intraperitoneal post laparatomy + repair buli (H+

4-7) + fraktur rami pubis bilateral + fraktur femur bilateral.

Subjektif : demam (-), skala nyeri 3.

Objektif (O) : TD : 120/80 mmHg, HR : 83x/menit, RR: 20x/menit.

Assessment:

Masalah 1. Cefriaxson injeksi, yang diberikan belum diuji kultur, sehingga

belum diketahui antibiotik ini sensitive atau resisten terhadap

pasien.

Planning (P):

1. Dilakukan uji kultur untuk menetapkan antibiotik yang tepat untuk

pasien.

c. Rekomendasi Perawat

- Pemberian antibiotik harus sesuai jadwal untuk mencegah resistensi.

Gambar

Gambar 1. Tulang Pelvis
Gambar 2. Ruptur buli-buli.
Tabel 3.1 Pemeriksaan fisik Tanggal
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik Jenis Pemeriksaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Diperoleh 53 Jenis Tumbuhan Obat yang terdiri dari 25 Ordo dan 33 Famili dari informasi 2 battra, Diperoleh 43 jenis ramuan dari 34 jenis

Petunjuk: Anda diminta memberikan tanggapan yang terdapat pada kuesioner berikut, sesuai keadaan, pendapat atau perasaan diri sendiri dengan memberikan.. tanda

Tujuan utama dari semua metode sistem development adalah memberikan suatu sistem yang dapat memenuhi harapan dari para pemakai, akan tetapi sering kali di dalam melakukan

Split screen system digunakan untuk dapat melakukan navigasi, dimana pada layar monitor dibagi menjadi dua bagian untuk memvisualisasikan file-file pada media penyimpanan disk,

Program aplikasi ini dapat memproses transaksi penjualan, pembelian, retur penjualan, retur pembelian, pembayaran hutang, pembayaran piutang, pembuatan laporan keuangan

Keunggulan VAWT ( Vertikal Axis Wind Turbine ) tipe drag terhadap HAWT ( Horizontal Axis Wind Turbine ) yaitu, bentuk sudu yang sederhana, rendah noise, kerja pada

A study of 230 teachers and 573 junior and senior high school students in the province of Lampung, Indonesia was conducted for allegedly weak knowledge of teachers

menabung di perbankan syariah pada BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan mengolah data primer melalui