• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SDN LIMUSNUNGGAL 01 KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SDN LIMUSNUNGGAL 01 KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam

Disusun oleh :

CICIH SUKAESIH

NIM : 809011000289

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Diojaftpn ftfpada fafutttasltmutArsrafr tan 1(jgunan untuLmenerrufii syarat-syarat

mencapai gefar Sarjma {Penditiforn Istam

Oleh:

CICIH

SUKAESIH

NIM

: 809011000289

JURUSAN

PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

FAKULTAS

TARBIYAH

DAN

KEGURUAN

Uil\{ SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

t433Ht20t2M

(3)

Skripsi berjudul Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar pendidikan

Agama Islam Siswa di SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor

disusun oleh Cicih Sukaesih, NIM. 809011000289, Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah

sesuai ketentuan yang di tetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 2I Mei 2012

Yang n:rengesahkan,

(4)

Pendidikan Agama Islam Siswa

di

SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor disusun oleh Cicih Sukaesih, NIM. 809011000289,

Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tahun

2012 di hadapan dewan penguji. Karen itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

J akarta, 24 Novemb er 2012

Panitia Uj ian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal

Bahrissalim. M.Ag

NIP: 1 9680307 1998031002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiuddin Shidiq. M.Ag NIP: 1967032820003 1001

Penguji I

Nurlena MA.. Ph.D

NIP: 1 959 1020198603200 1

Penguji II

Drs. RusydiJamil" M.Ag NIP: 1962123 1 1995031005

3

-|t

-

eoi

2-b

-

i'L

-L0

tL

3

^lZ-J-6v

L& -htlz

Tanda Tangan

Mengetahui

(5)

STIRAT

PERI'{YATAAI{ KARYA

SENDIRI

yang bertsnda tangan di

Nama

Tempa#Tanggal Lahir

NIM

Jurusan/Prodi

Judul Skripsi

bawah ini:

: CICIH SUKAESIH

: Bogor, 6 November 1960

:809011000289

: Pendidikan Agama Islam

: PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA

DI SDN LIMUSNI-INGGAL 01

KECAMATAN CILEI.INGSI

KABUPATEN BOGOR

: Dra. Shofiah MS., M.Ag Dosen Pembimbing

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis ata apayang saya tulis.

Pemyataan ini dibuat sebagais alah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.

Jakarta Mei 2012

MahasiswaYbs.

CICIH SUKAESIH

(6)

ABSTRAK

Cicih Sukaesih 809011000289

Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

Peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam peningkatan motivasi belajar anak. Orang tua berada dalam garis depan pendidikan yang berhadapan secara langsung dengan anak melalui proses internalisasi sikap dan prilaku belajar anak sebagai wahana pemberian motivasi dan perhatian bagi perkembangan pendidikan anak sehari-hari di lingkungan keluarga. Perhatian orang tua berhubungan dengan bagaimana cara mereka dalam mendidik anaknya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka kurang perhatian terhadap cara belajar anaknya, tidak memperhatikan terhadap kepentingan dan kebutuhan anak terhadap sumber belajar, tidak mengatur disiplin waktu belajarnya, atau belum menyediakan berbagai fasilitas belajar seperti ruang belajar dan perlengkapannya dapat menyebabkan motivasi belajar anak kurang atau tidak ada sama sekali.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perhatian orang tua terhadap motivasi belajar pendidikan agama Islam. Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara sabagai sumber datanya. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor yang berjumlah 20 orang yang diambil menggunakan sampel random sampling. Data hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif menggunakan koefisien korelasi

Product moment. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya rhitung = 0,731 dengan

rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,423 dan rtabel pada taraf signifikansi 1%

sebesar 0,537. Hal ini menunjukkan bahwa rhitung > rtabel ( 0,731 > 0,423). Dengan

demikian ditafsirkan bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi positif yang signifikan. Keadaan ini menolak H0 pada taraf signifikansi 5% dan Ha

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang postif antara perhatian orang tua terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa dengan korelasi yang tinggi atau kuat karena berada dikisaran antara 0,71 – 0,90 pada indeks korelasi Product moment.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, juga nikmat iman, Islam dan Ihsan kepada penulis. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat-sahabat beliau, dan semoga kita sebagai umatnya mendapat syafaatnya pada hari kiamat nanti. Dan karena izin dari allah lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan baik dari segi moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta

2. Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta 3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Ibu Dra. Hj. Sofiah, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, evaluasi dan saran kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Pimpinan dan seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, yang telah membantu penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

(8)

iii

7. Kepala Sekolah SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor beserta rekan-rekan guru yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

8. Keluargaku terutama suami dan anak-anakku yang selalu memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materil sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga budi baik tersebut dan bantuan-bantuan yang tak ternilai harganya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaika. Amien yaa robbal alamiin.

Penulis juga mneyadari bawha penulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amien.

Jakarta, April 2012

(9)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A. Landasan Teoritis ... 8

1. Hakekat Perhatian Orang tua ... 8

a. Pengertian Perhatian ... 8

b. Pengertian Orang tua ... 9

c. Macam-macam Perhatian Orang tua ... 11

d. Peran Orang tua dalam Keluarga Terhadap anak ... 14

2. Hakekat Motivasi Belajar ... 17

a. Pengertian Motivasi ... 17

b. Cara Menggerakkan Motivasi Belajar ... 20

3. Hakekat Pendidikan Agama Islam ... 22

a. Pengertian Pendidikan agama Islam ... 22

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 27

B. Kerangka Berfikir... 29

C. Pengujian Hipotesis ... 30

(10)

v

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian... 32

C. Populasi dan Sampel ... 33

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Tehnik Analisis Data ... 37

G. Hipotesis Statistik ... 38

H. Prosedur Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

1. Keadaan Sekolah SDN Limusnunggal 01 ... 40

2. Keadaan Guru SDN Limusnunggal 01 ... 41

3. Keadaan Siswa SDN Limusnunggal 01 ... 42

4. Fasilitas Sekolah ... 43

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

1. Pengujian Validitas Data Penelitian ... 43

2. Pengujian Reliabilitas Data Penelitian ... 45

3. Deskripsi Data ... 46

4. Analisis Data ... 62

5. Interpretasi Data Hasil Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kegiatan Penelitian

Tabel 3.2 : Kisi-kisi instrument penelitian Tabel 3.3 : Interpretasi “r” Product Moment Tabel 4.1 : Keadaan Guru SDN Limusnunggal 01 Tabel 4.2 : Keadaan Siswa SDN Limusnunggal 01 Tabel 4.3 : Keadaan Fasilitas Belajar

Tabel 4.4 : Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Perhatian Orang tua (X)

Tabel 4.5 : Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Prestasi Siswa (Y)

Tabel 4.6 : Koefisien Reliabilitas

Tabel 4.7 : Orang tua menegur jika tidak menjalankan shalat lima waktu Tabel 4.8 : Orang tua mengajarkan anak untuk berkata jujur dan bersikap

sopan

Tabel 4.9 : Orang tua menyempatkan diri untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an.

Tabel 4.10 : Orang tua membimbing dalam mengerjakan tugas dari sekolah Tabel 4.11 : Orang tua menyempatkan diri untuk mengajarkan pelajaran

agama yang anak tidak mengerti.

Tabel 4.12 : Orang tua menegur jika anak pergi tidak berpamitan

Tabel 4.13 : Orang tua menyediakan tempat belajar yang menyenangkan Tabel 4.14 : Orang tua memberikan hadiah jika mendapatkan nilai yang

bagus

Tabel 4.15 : Orang tua memperhatikan keperluan sekolah yang anak butuhkan

Tabel 4.16 : Orang tua memberikan contoh hidup disiplin Tabel 4.17 : Orang tua menyiapkan sarapan pagi setiap hari

(12)

vii

Tabel 4.19 : Orang tua mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan teman Tabel 4.20 : Orang tua menegur jika pulang terlambat dari sekolah

Tabel 4.21 : Orang tua membelikan buku-buku agama yang anak butuhkan Tabel 4.22 : Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu Tabel 4.23 : Jika tidak mengerjakan tugas akan dihukum guru

Tabel 4.24 : Bertanya untuk pelajaran yang belum dimengerti

Tabel 4.25 : Senang dengan pelajaran agama Islam karena memberikan pengajaran yang berbeda tiap pertemuan

Tabel 4.26 : Mengulang pelajaran di rumah Tabel 4.27 : Selalu berkata jujur dalam segala hal Tabel 4.28 : Selalu aktif dalam pembelajaran di kelas

Tabel 4.29 : Berusaha menjawab pertanyaan jika ada teman yang tidak bisa Tabel 4.30 : Berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang

memuaskan

Tabel 4.31 : Senang ketika dapat menjawab soal dari guru dengan benar Tabel 4.32 : Senang jika sekolah mengadakan hari besar keagamaan Tabel 4.33 : Meskipun tidak ada PR tetap belajar di rumah

Tabel 4.34 : Meskipun tidak ada guru tetap belajar

Tabel 4.35 : Selalu mengikuti kegiatan keagamaan karena dapat menambah pengetahuan keagamaan

Tabel 4.36 : Menyukai hafalan al-Qur’an surat-surat pendek

Tabel 4.37 : Hasil Skor Angket Perhatian Orang tua dan Motivasi Belajar PAI Tabel 4.38 : Tabel Perhitungan untuk mencari Angka Indeks Korelasi antara

Variabel X (Mean Perhatian orang tua) dan variabel Y (Mean Motivasi belajar PAI

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen penelitian variabel X (Perhatian orang tua) Lampiran 2 : Instrumen penelitian variabel Y (Motivasi belajar PAI)

Lampiran 3 : Analisis item uji coba validitas variabel X (Perhatian orang tua) Lampiran 4 : Analisis item uji coba validitas variabel Y (Motivasi belajar PAI) Lampiran 5 : Analisis item uji coba reliabilitas variabel X (Perhatian orang

tua)

lampiran 6 : Analisis item uji coba reliabilitas variabel Y (Motivasi belajar PAI)

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam di sekolah dapat dipahami sebagai suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam mata pelajaran dan diberi nama Pendidikan Agama Islam disingkat PAI.

Dalam kurikulum nasional, mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib di sekolah umum sejak taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Kurikulum PAI dirancang secara khusus sesuai dengan situasi, kondisi dan perjenjangan pendidikan siswa. Misi utama PAI adalah membina kepribadian siswa secara utuh dengan harapan kelak mereka akan menjadi ilmuwan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, mampu mengabdikan ilmunya utnuk kesejahteraan umat manusia. Sebagai konsekwensinya, sudah sepatutnya materi pelajaran PAI disampaikan melalui proses pendidikan yang dilaksanakan secara utuh, menyeluruh dan berkesinambungan, karena akan membentuk karakter yang baik yang bisa dipertahankan sampai akhir hayat.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 13 butir a menyatakan bahwa “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik seagama. Upaya pendidikan mesti dilakukan oleh lembaga keluarga, lembaga sekolah, dan lembaga masyarakat secara terintegrasi”.1

Pendidikan telah mulai dilaksanakan sejak manusia hadir di muka bumi ini dalam bentuk pemberian warisan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dari para orang tua dalam rangka mempersiapkan anak-anaknya menghadapi kehidupan. Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab

1

(15)

utama atas perawatan dan perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga. Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih sayang dan pengertian.

Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik. Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan kualitas kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang demikian sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni kualitas sumberdaya manusia yang meliputi: kreatifitas yang kuat, produktifitas yang tinggi, kepribadian yang tangguh, kesadaran sosial yang besar, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir, pengenalan di antara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan kedamaian. Anak-anak akan berkembang ke arah kedewasaan dengan wajar di dalam lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik di sengaja maupun tidak di sengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan selanjutnya.

(16)

Pendidikan awal yang perlu ditanamkan oleh orang tua kepada anak adalah pendidikan iman dan takwa yang merupakan fundamen mutlak yang wajib memperoleh tempat pertama sebagai mana yang diajarkan Lukman kepada anaknya, yaitu :

Pertama, menanamkan sifat keimanan kepada Allah SWT secara murni, iman yang tidak berbau musyrik.

Kedua, menanamkan rasa sikap berbuat baik terhadap orang tua dan bersikap hormat

Ketiga, menanamkan rasa kewajiban memuliakan Allah SWT dan kesadaran bahwa Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar atas perbuatan manusia.

Keempat ; Menanamkan sikap kewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT dan pelajaran lainnya, terutama dalam melaksanakan ibadah solat yang lima waktu.

Harun Nasution (1995) yang dikutip oleh Syahidin dalam buku Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an menegaskan bahwa:

Pendidikan agama Islam di sekolah umum bertujuan untuk membentuk manusia, yaitu manusia yang patuh kepada Allah dalam menjalankan ibadah dengan menekankan pembinaan kepribadian muslim, yakni pembinaan akhlakul karimah, meski mata pelajaran tidak diganti dengan mata pelajaran akhlak atau etika. Pendidikan agama Islam yaitu menghasilkan siswa yang berjiwa agama, bukan siswa yang hanya berpengetahuan saja. Untuk itu rumusan tujuan pendidikan agama Islam dimanapun berada harus sesuai dengan tujuan diturunkannya agama dan sesuai dengan tujuan hidup manusia yakni memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.2

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 19 yang berbunyi:

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

(Q.S. Ali Imran: 19)

2

(17)

Dan dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Yunus (10: 63-64):

Orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa, bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Q.S. Yunus: 63-64)

Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) 0 – 12 tahun. Seorang anak yang pada masa itu tidak mendapat didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama.

Seyogyanya agama masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan pertumbuhan pribadinya, yaitu sejak lahir, bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan. Si anak mulai mengenal Tuhan melalui orang tua dan lingkungan keluarganya. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan orang tua, sangat mempengaruhi perkembangan agama pada anak. Sebelum anak dapat bicara, dia telah melihat dan mendengar kata-kata, yang barangkali belum mempunyai arti apa-apa baginya, namun pertumbuhan agama telah mulai ketika itu. Kata Allah akan mempunyai arti sendiri bagi anak,sesuai dengan pengamatannya terhadap orang tuanya ketika mengucapkannya.

(18)

tersebut. Sebab ilmu mempunyai nilai yang sangat tinggi dan orang menemukan kenikmatan dengannya. Dan orang yang berfikir tentang ilmu akan menemukan jalan yang membawa petunjuk dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Melihat begitu pentingnya orang tua terhadap motivasi belajar siswa, maka penulis ingin mengetahui lebih dalam lagi antara keduanya dengan meneliti, apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak.

2. Bentuk perhatian yang dijalankan oleh orang tua, dalam meningkatkan motivasi belajar anak.

3. Tingkat motivasi belajar pendidikan Agama Islam siswa kelas VI di SDN Limusnunggal 01

4. Hubungan antara perhatian orang tua terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam pembahasan ini, penulis membatasi permasalahan pada pengaruh perhatian orang tua terhadap motivasi belajar pendidikan Agama Islam siswa. Apabila diuraikan menjadi beberapa hal berikut ini:

1. Perhatian orang tua terhadap pendidikan.

2. Tingkat motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa.

(19)

Yang dimaksud dengan perhatian orang tua dalam penelitian ini adalah perhatian orang tua baik ayah maupun ibu terhadap pendidikan anak di rumah. Pendidikan dalam penelitian ini adalah penanaman nilai-nilai Agama ke dalam diri anak, yang menyangkut di dalamnya Aqidah, Ibadah dan Akhlak yang kemudian ditanamkan dalam sikap dan perilaku hidupnya sehari-hari. Tingkat motivasi belajar adalah tingkat prestasi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perhatian orang tua terhadap pendidikan anak?

2. Bagaimana tingkat motivasi belajar pendidikan Agama Islam siswa kelas VI SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua

terhadap motivasi belajar Pendiidkan Agama Islam siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan dari penelitian tentang ”Perhatian Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa” (Studi kasus pada siswa kelas VI SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor) adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang perhatian yang dijalankan oleh orang tua terhadap pendidikan anak.

2. Untuk mengetahui tentang tingkat motivasi belajar pendidikan Agama Islam siswa kelas VI SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.

(20)

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini mempunyai dua kegunaan utama yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan teoritis yaitu :

a. Memberikan ilmu pengetahuan, terutama bagi kemajuan pendidikan anak, pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI).

b. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam Karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah.

c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

d. Sebagai pengembang disiplin ilmu kearah berbagai spesifikasi e. Mendapatkan data dan fakta yang sahih mengenai pengaruh orang

tua terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor.

2. Kegunaan praktis yaitu :

a. Bagi pengelola Pendidikan Dasar: memberikan masukan di dalam memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.

b. Bagi siswa:

1) Memberi pengetahuan bahwa perhatian orang tua sangat membantu dalam meningkatkan motivasi belajar di sekolah. 2) Memberikan pengetahuan bahwa bantuan orang tua, guru sangat

mendukung dalam memperbesar motivsi belajar

(21)

8 A. Landasan Teoritis

1. Hakekat Perhatian Orang tua a. Pengertian Perhatian

Sebelum batasan tentang perhatian dan orang tua dikemukakan, maka perlu kiranya dibicarakan tentang makna perhatian dan orang tua itu sendiri. Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dam luar diri individu. Dengan perhatian dapat digunakan untuk meramalkan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Perhatian akan memberikan warna dan corak bahkan arah tingkah laku seseorang. Dengan perhatian, seseorang akan mendapatkan gambaran kemungkinan rangsangan yang akan timbul sebagai respon terhadap masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya.

Tidak mudah bagi kita untuk merumuskan pengertian perhatian. Ketidakmudahan itu disebabkan antara lain oleh beberapa hal yaitu penggunaan perhatian yang kurang tepat oleh masyarakat. Seringkali orang menyamakan perhatian dengan motif, motivasi maupun empati.

Perhatian secara bahasa dapat diartikan dengan minat, apa yang disukai dan disenangi. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun Pusat Bahasa Depdiknas, “perhatian adalah memperhatikan apa yang diperhatikan”.1

1

(22)

Sedangkan menurut Walgito menjelaskan bahwa “perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujuakn pada sesuatu atau sekumpulan obyek”.2

Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah suatu kegiatan yang merupakan sikap mental dan sosial, diarahkan dengan intensif, baik perkataan maupun perbuatan.

b. Pengertian Orang Tua

Yang disebut sebagai orang tua adalah ayah dan ibu. Orang tua dalam sebuah keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa karena keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Perlu diingat juga bahwa sebuah bangsa dan negara terbentuk dari kumpulan keluarga, sehingga menjadi keniscayaanlah ketika ingin membentuk bangsa dan negara yang beradab, dari keluargalah semua bermula.

Orang tua adalah seorang yang dewasa yang mempunyai tanggung jawab atas putra-putrinya dan ia sebagai panutan serta tauladan dalam bertingkah laku. Suatu kesalahan besar apabila orang tua tidak memberikan perhatian kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, sebab anak yang tumbuh tanpa perhatian orang tua akan menjadi anak yang jauh dari kasih sayang. Tidak lazim apabila orang tua membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang tanpa

2

(23)

ada dukungan dan moivasi walaupun secara materiil anak tidak membutuhkan namun dalam jiwa ia selalu mengharapkan kehadiran pendorong dan pemberi semangat. Tidak sedikit orang tua yang meninggalkan kesenangan pribadinya untuk membahagiakan atau menyenangkan anak-anaknya, bahkan terkadang seorang ibu rela mengorbankan dirinya demi kepentingan anaknya.

Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.3

Berkenaan dengan hal tersebut, menurut John Locke bahwasanya ”manusia terlahir dalam keadaan bersih bagaikan secarik kertas kosong yang belum ditulisi apa-apa”.4 Kendatipun teori John Locke ini berbeda dalam implikasinya dengan konsep fitrah dalam Al-Quran, akan tetapi dari satu sisi memiliki kesamaan, yaitu bahwa manusia itu dapat dikembangkan baik ke arah positif maupun ke arah negatif.

لاق،لاق َُْع ها َيضَر َرْيَرُ ْيِبا ْنَع

دْلَْم ّك َمَّسَ ْيَّع ها ىَّص ها لُْسَر

ناَدَُِي ُاََباف َرْطفْلا ىَّع ُدلُْي

َسَِّمُيْا ناَرِّ ُيْا

.

(

ا ر

يق ي لا

)

Dari Abu Hurairah r.a berkata, telah bersabda Rasulullah SAW:

“Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fithrah beragama

(perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tualah yang menjadikan ia (anak tersebut) beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi“ (HR. Imam Baihaqi).

Orang tua akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:

3

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h. 67

4

(24)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Q.S. At Tahrim: 6)

Pada ayat di atas mengandung makna, bahwa yang sangat berperan penting dalam mewujudkan anak yang beriman dan bertakwa adalah orang tua. Karena orang tua menjadi pelindung bagi anak-anaknya agar terhindar dari perbuatan dosa.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa perhatian orang tua adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu abjek yang dilakukan oleh ayah dan ibu atau wali terhadap anaknya dalam suatu aktivitas.

c. Macam-macam Perhatian Orang Tua

Macam-macam perhatian dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang yang pada prinsipnya meliputi :

1) Perhatian yang konsentratif. Dalam hal ini perhatian terpusat pada suatu obyek yang terbatas.

2) Perhatian yang statis, yaitu dengan suatu perangsangan saja sudah dapat menimbulkan perhatian dalam waktu yang cukup lama, tercurah kepada suatu obyek/kesibukan saja.

3) Perhatian yang pasif dalam hal ini (di luar kehendak kita). Kita tertarik kepada suatu obyek. 5

Selain itu menurut Bimo Walgito macam-macam perhatian antara lain:

1) Perhatian spontan

Bagi anak kecil mencurahkan perhatiannya terhadap hal-hal yang disukai. Sebab anak kecil belum memiliki kesadaran atau keinsyafan akan kebutuhan terhadap agamanya. Anak kecil

5

(25)

menjalankan perintah orang tua atau guru bukan karena kesadaran, tetapi hanya karena memenuhi kesenangan.

2) Perhatian tidak spontan

Bagi anak yang sudah besar (dewasa) sudah memiliki perhatian dengan sengaja. Sebab mereka telah sadar atau insyaf. Selain memperhatikan hal-hal yang disukai, harus memperhatikan pula hal-hal yang tidak disukai atau kurang disukai.

3) Perhatian yang sempit

Perhatian yang sempit yaitu dimana orang tua hanya mampu memberikan perhatian sedikit terhadap keadaan anak.

4) Perhatian yang luas Yaitu perhatian dimana orang tua dapat memberikan perhatian menyeluruh kepada anak.6 (Bimo Walgito, 1986: 69)

Selain itu, ada beberapa tipe perhatian yang mungkin dimiliki seseorang, antara lain:7

1) Tipe terpusat (fixerend), yaitu orang yang mudah memusatkan perhatiannya.

2) Tipe tersebar (fluctuerend), yaitu orang yang mudah mengalihkan perhatiannya dari suatu obyek lainnya. Perhatiannya mudah dibelokkan ke arah yang lain.

Menurut Slameto bahwa:

peran orang tua adalah membantu anak dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efesien karena pada hakekatnya kecakapan dan ketangkasan belajar anak itu berbeda secara individual. Di samping memberi petunjuk cara belajar, peran orang tua juga mengawasi dan

6

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling di Perguruan tinggi,....h.69, (http://www.scribd.com).

7

(26)

membimbing sewaktu mereka belajar di rumah maupun di sekolah.8

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh orang tua antara lain:

1) Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk mengontrol kegiatan anak.

2) Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap anak

3) Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang terkait dengan motivasi

4) Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, orang tua melakukan pembimbingan seperlunya

5) Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan dukungan terhadap keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu dengan benar.

6) Menggunakan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar selanjutnya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatian orang tua dalam mendidik anak di antaranya sebagai berikut:9

1) Konsep pendidikan anak dan tujuannya

2) Mencari informasi tentang pendiidkan anak sebanyak-banyaknya. 3) Memahami kiat mendidik anak secara praktis, sehingga setiap

gejala perkembangan anak dapat ditanggapi secara cepat.

4) Tanamkan nilai pada diri sendiri dulu sebelum ditransfer pada anak-anak. Karena anak-anak adalah peniru yang handal.

8

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), hal. 105.

9

(27)

5) Mengajarkan pada anak untuk mengenal dan menghafal Al-quran sejak sedini mungkin agar dasar agama tertanam kokoh dalam diri anak.

6) Ciptakan lingkungan yang kondusif yang mendukung keberhasilan penanaman nilai kepada anak.

Maka dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua yang diberikan kepada anaknya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak khususnya pada minat belajar dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap anak. Perhatian itu ada yang tertuju pada satu obyek saja dan ada pula yang tertuju pada banyak objek atau dengan kata lain mampu memberikan perhatian pada banyak hal.

d. Peran Orang Tua dalam Keluarga Terhadap Anak

Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dalam proses perkembangan setiap anak. Anak-anak memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi orang tua. Menurut Megawangi, ”ada tiga kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi untuk terciptanya kepribadian yang baik, yaitu maternal bonding (kedekatan psikologis ibu dengan anak), rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental”.10

Maternal bonding adalah dasar yang sangat penting untuk membentuk karakter anak berkaitan dengan pembentukkan kepercayaan dalam diri anak kepada orang lain”.11

Menurut Erickson, dasar kepercayaan yang ditumbuhkan melalui hubungan ibu dan anak pada tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak akan menjadi bekal bagi kesuksesan anak dalam kehidupan sosialnya ketika ia dewasa”.12 Dengan kata lain, ikatan

10

Bunda Pathi, Mendidik anak Dengan Al-Quran…, h. 50.

11

Ibid, h. 51

12

(28)

emosional yang erat antara ibu dan anak di usia awal dapat membentuk kepribadian yang baik pada anak.

Sigmund Freud dengan konsep Father Image ( citra kebapaan) menyatakan bahwa ”perkembangan jiwa keagamaan anak dipengaruhi oleh citra anak terhadap bapaknya”.13

Jika seorang bapak menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik, maka anak cenderung mengindentifikasikan sikap dan tingkah laku sang bapak pada dirinya. Demikian pula sebaliknya, jika bapak menampilkan sikap buruk juga akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak.

Orang tua sebagai individu sekaligus anggota keluarga sangat berperan dalam pembentukkan pribadi anak, karena orang tua adalah panutan dan cermin yang pertama kali mereka lihat dan mereka tiru sebelum mereka berpaling kepada lingkungan sekitarnya. Anak bagi orang tua adalah amanat Allah SWT, dan tanggung jawabnya kepada Allah SWT untuk mendidiknya, mengisi fitrahnya dengan karimah, iman dan amal saleh.

Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut Zakiah Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut: 1) Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling

sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami utnuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

2) Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

3) Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

13

(29)

4) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim. 14

Keteladanan orang tua menjadi sangat penting dalam perkembangan jiwa anak. Jika orang tua selalu memberikan contoh dalam pelaksanaan ibadah, baik dalam bentuk perkataan, maupun perbuatan orang tua dalam kehidupan sehari-hari, maka kelak anak akan memiliki akhlak mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama.

Sifat teladan bagaikan magnet yang dapat menarik anak mengikuti apa yang mereka lihat sendiri. Tidak ada yang meragukan betapa efektifnya sikap tauladan orang tua dalam mendidik anak.

Disinilah peran penting orang tua, mereka dituntut mampu mamainkan peran edukatifnya dengan memberikan pendidikan terutama pendidikan keagamaan yang benar sekaligus sebagai figur identifikasi bagi anak-anaknya.

Dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali mendapatkan pendidikan mengenai agama, baik melalui contoh, perbuatan, perlakuan, kata-kata dan sebaginya. Segala yang anak lihat dan anak rasakan di dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya, akan menjadi contoh dan panutan bagi anak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Zakiah Daradjat yaitu ”kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang berkembang”.15

Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan yang dapat dilakukan orang tua dengan memberikan contoh misalnya membiasakan menjalankan ibadah shalat, berdoa, membaca Al-Quran, dan menjauhi hal-hal yang munkar. Demikian pula penanaman sifat jujur, menghargai waktu, disiplin, senang membaca, cinta kerja, cinta

14

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama…, h. 38.

15

(30)

ilmu pengetahuan, dan menghargai orang lain, sehingga hal tersebut dapat membentuk persepsi positif terhadap pengenalan, pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan akan agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangannya, dan menimbulkan kesadaran beragama dan menumbuhkan nilai-nilai agama terhadap anak dalam penerapan perilaku sehari-hari.

Selanjutnya bahwa setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat, sehingga masuk dan menjadi bagian dari pribadinya.

Peranan orang tua terhadap pembinaan ibadah anak dapat dilakukan dengan membiasakan dan melatih anak sejak dini untuk melaksanakan hal-hal yang baik, terpuji dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang kurang baik agar kelak anak terbiasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.

Latihan yang menyangkut ibadah, seperti shalat, doa, dan membaca Al-Quran, shalat berjamaah di rumah, di sekolah, di masjid, harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama kelamaan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Anak dibiasakan sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya anak akan terdorong untuk melakukannya tanpa suruhan dari luar, tapi dorongan dari dalam.16

Pembiasaan dan latihan jika dilakukan dengan berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan, kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.

Dari berbagai uraian tentang peran orang tua dalam keluarga diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam

16

(31)

mendidik anak antara lain dengan memberikan keteladanan atau contoh kepada anak dan memberikan pendidikan dengan pembiasaan dan latihan.

2. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Adapun menurut Mc. Donald “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory

goal reaction (motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.17

Menurut Yamin Matinis yang dikutip oleh Iskandar dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa “Motivasi berhubungan dengan arah perilaku, usaha, dan ketahanan perilaku”.18

Dalam psikologi didefinisikan “…motivasi mewakili proses -proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persepsi kegiatan-kegiatan sukarela (volunteer) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu”.19

Menurut Oemar Hamalik ada tiga fungsi motivasi:20

17

Pupuh Fathurrahman, M. Sabri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 19.

18

Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Gaung PErsada, 2009), h. 184.

19

Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Depdiknas), h. 86.

20

(32)

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

Jadi, motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.

(33)

1) Motivasi instrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaaan atau dorongan yang lain tapi atas dasar kemauan sendiri.

2) Motivasi ekstrinsik. Jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. 21

Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk belajar. Oleh karena itu seorang guru harus memahami pengertian, hakekat, dan sumber-sumber serta berbagai tehnik untuk memberikan motivasi kepada siswanya. Kompetensi guru dalam membangkitkan motivasi sangat dibutuhkan untuk mendorong siswa menyenangi belajar dan akhirnya mencapai keberhasilan yang maksimal.

b. Cara Menggerakkan Motivasi Belajar

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:22

1) Memberi angka

Siswa yang mendapat angka yang baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, dan sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang, menjadi pendorong agar belajar lebih baik.

2) Pujian

Memberikan pujian kepada siswa menimbulkan rasa puas dan senang.

3) Hadiah

21

Iskandar, Psikologi Pendidikan…., h. 187

22

(34)

Memberi hadiah kepada siswa yang berprestasi pada setiap akhir tahun mendorong siswa lebih semangat lagi dalam meningkatkan prestasi ke arah yang lebih baik lagi.

4) Kerja kelompok

Mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.

5) Persaingan

Baik dalam kelompok maupun persaingan, memberikan motif-motif sosial kepada siswa.

6) Tujuan dari level of inspiration

Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa. 7) Sarkasme

Adalah mengajak para siswa mendapat hasil belajar yang kurang dalam batas-batas tertentu. Sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya.

8) Penilaian

Penilaian secara kontinyu akan mendorong siswa-siswa belajar. Oleh karena setiap anak mempunyai kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik.

9) Karyawisata

Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna bagi siswa. Sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan.

10) Film pendidikan

(35)

Radio adalah alat penting untuk mendorong motivasi belajar siswa yang lebih penting lagi seorang guru mampu membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.

Menurut Ardan N. Frandism mengatakan bahwa hal yang mendorong siswa untuk belajar adalah sebagai berikut:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

2) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

4) Adanya keinginan ingin memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi.

5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman.

6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.23

Indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar 2) Adanya keinginan, semangat kebutuhan dalam belajar. 3) Memiliki harapan dan cita-cita masa depan.

4) Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar.

5) Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik. 24 Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan, dimana dalam ajaran Islam motivasi sama dengan disebut sebagai ”niat”. Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi yang akan mendorong semua orang untuk bekerja atau belajar atau melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya

23

Iskandar, Psikologi Pendidikan…., h. 188.

24

(36)

niat/motivasi guru berdasarkan gejala-gejala yang tampak pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.

3. Hakekat Pendidikan Agama Islam 1) Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas mengenai pendidikan Agama Islam akan dikemukakan terlebih dahulu pengertian pendidikan. Menurut Vaclan Havel mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah kemampuan untuk merasakan adanya jaringan hubungan yang tersembunyi (the hidden connection) antara berbagai fenomena. Ini berarti bahwa pendidikan memiliki fungsi normatif yang dimaksudkan untuk alih kepentingan nilai. Nilai perenial yang ditanamkan melalui pendidik atau proses belajar mengajar akan dapat memperkokoh jati diri individu.25

Menurut Ahmad D. Marimba “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.26

Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah:

1) Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar.

2) Ada pendidik, pembimbing, atau penolong 3) Ada yang dididik atau si terdidik.

4) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

5) Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan. 27

25

Rois Mahfud, Al Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 145

26

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press), h. 3

27

(37)

Kata Islam itu sendiri diambil dari kata dasar sa la ma atau sa li ma yang artinya selamat dan sejahtera, tidak cacat, tidak tercela. Dari akar kata salmon, silmu artinya damai patuh dan menyerahkan diri. Sedangkan kata agama menurut bahasa Al-Quran banyak digunakan kata din. Din berarti agama dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Fath ayat 28 sebagai berikut:

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.(Surat Al-Fath: 28) Islam adalah nama yang diberikan Allah sendiri sesuai dengan surat Ali-Imran ayat 19:

Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam…(Surat Ali Imran: 19)

Kedua kata din dan Islam jika digabung menjadi Dinul Islam

(38)

muka bumi dan akan disampaikan kepada manusia sampai akhir zaman.

Sebagai muslim dan muslimat kita bersyukur memeluk agama Islam. Tetapi kesyukuran itu harus diikuti dengan mempelajari agama Islam secara sistematis, baik dan benar serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya melalui pendidikan agama Islam di dalam keluarga dan di sekolah.

Pendidikan dalam Islam dikenal dengan beberapa istilah, yaitu

at-tarbiyah, at ta’lim, dan at ta’dib. Setiap istilah tersebut memiliki

makna tersendiri yang berbeda satu sama lain. At tarbiyah

diturunkan dari akar kata ar-rabb. Oleh sebagian ahli diartikan sebagai tuan, pemilik, memperbaiki, merawat, dan memperindah.

At-tarbiyah menurut Muhammad Jalaludin Al Qosim dalam Muhaimin dan Mudjib berarti proses penyampaian sesuatu sampai pada batas kesempurnaan yang dilakukan secara tahap demi tahap.28

At tarbiyah berarti upaya mempersiapkan individu untuk kehidupan yang benar, sempurna, kebahagiaan hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematik dalam berpikir, tajam, berperasaan, giat, dan berkreasi, toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis, dan bahasa lisan, dan terampil berkreativitas.

Term ta’lim merupakan bagian kecil dari tarbiyah al-aqliyah yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada domain kognitif.29

28

Rois Mahfud, Al Islam Pendidikan Agama Islam, h. 143.

29

(39)

Sedangkan istilah ta’dib menurut Daud berarti “pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia ke arah pengenalan dan pangkuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya”.30

Menurut ahmad Marimba,”Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan jasmani dan rohani berdaarkan hokum-hukum agama Islam menujub terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.”31

Menurut Abdul Rahman Nahlawi bahwa pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan kolektif’.32

Zakiah Darajat mengemukakan pendidikan agama Islam sebagai berikut:

Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.33

30

Rois Mahfud, Al Islam Pendidikan Agama Islam…., h. 144

31

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’rif,1989), h..23. (http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islam-menurut berbagai-pakar/)

32

Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah, dan di Masyarakat, (Terjemahan Drs. Herry Noer Ali), (Bandung : CV. Diponegoro,1989), h..27. (http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islam-menurut berbagai-pakar/)

33

(40)

Dalam pendidikan harus memiliki tujuan dimana tujuan pendidikan itu yang berada dalam konsep islam harus mengarah pada hakikat pendidikan yang meliputi aspek tujuan dan tugas hidup manusia, memperhatikan sifat dasar manusia, tuntutan masyarakat, dan dimensi-dimensi ideal Islam, sebagaimana sesuai dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Qashas (28) ayat 77 sebagai berikut:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu

melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat

baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat

baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di

(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang berbuat kerusakan. (Q.S Al-Qashas: 77)

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli didik Islam berbeda pendapat mengenai rumusan Pendidikan Agama Islam. Ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, ada pula yang menuntut pendidikan teori pada praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan lain-lain. Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat di kemukakan sebagai berikut: pendidikan agama Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati.

(41)

Menurut Muhaimin dan abdul Majid, perumusan tujuan pendidikan Islam itu harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspek seperti:

1) Tujuan dan tugas manusia, yakni mnausia bukan diciptakan secara kebetulan melainkan mempunyai tujuan dan tugas hidup tertentu. Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 19 yang berbunyi:

Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada

berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali

sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena

kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap

ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat

hisab-Nya. (Q.S Ali Imran: 19).

2) Memperhatikan sifat dasar manusia yaitu konsep penciptaan manusia dengan bermacam-macam fitrah, sebagaimana Allah SWT dalam firman-Nya berbunyi:

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;

maka barangsiapa yang ingin hendaklah ia beriman, dan

barangsiapa yang ingin biarlah ia kafir"…(Q.S Al Kahfi: 29). 3) Mempunyai kemampuan untuk beribadah, sebagimana dinyatakan

Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

(42)

4) Khalifah di bumi, sebagaimana dinyatakan Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi:

…Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di

muka bumi. (Q.S Al Baqarah: 30).

5) Tuntutan masyarakat, baik berupa pelestarian nilai budaya, pemenuhan kebutuhan hidup maupun antisipasi perkembangan tuntutan modern dan dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam hal ini terkandung nilai dalam mengelola kehidupan bagi kesejahteraan di dunia dan akhirat, keseimbangan dan keserasian keduanya.

Menurut Abuddin Nata, tujuan Pendidikan Islam itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksankaan tugas-tugas kemakmuran dan mengelola bumi sesuai dengan kehendak tuhan. 2) Mengarahkan manusia agar seluruh tugas kekhalifahannya di

muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.

3) Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.

4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semuanya dapat dipergunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.

5) Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.34

34

(43)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa arah pendidikan Islam dalam rangka menjadikan manusia sebagai khalifah yang mampu menjalankan tugas kehidupan di muka bumi, mampu beribadah sebagai hamba Allah, mampu berakhlak mulia, dan mampu mengembangkan segenap potensinya serta mampu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam bukan saja diarahkan menjadi manusia dalam bentuk mengamalkan ajaran beragama dan berakhlak mulia, akan tetapi juga mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya terutama aspek fisik, psikis, intelektual, kepribadian dan sosial yang sesuai dengan tuntutan kehidupan, kemajuan illmu dan budaya, perkembangan masyarakat serta harapan ajaran Islam itu sendiri, terutama dalam menjadikannya mampu menunaikan tugas sebagai khalifah dan insane yang mengabdi kepada Allah.

B. Kerangka Berpikir

Menjadi orang tua tidak berarti menjadi arif, serba tahu dan serba benar. Mencari dan menyayangi anak adalah suatu naluri tetapi bagaimana menyatakan rasa sayang dan cinta adalah suatu ketrampilan yang bisa dipelajari dan dilatih.

(44)

Setiap orang tua diharapkan mampu menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak dan seluruh anggota keluarga. Dari keluarga seharusnya anak memperoleh pendidikan, apa saja yang seharusnya boleh dilakukan dan apa saja yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Membiasakan anak hidup teratur, tertib, disiplin, sopan, santun baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan diluar keluarga. Semua ini diarahkan pula untuk menanamkan jiwa kemandirian dan sebagai modal untuk menumbuhkan profesionalisme, mencapai prestasi belajar di sekolah yang sangat diperlukan dalam masa depannya.

Bila pengaruh perhatian orang tua dilaksanakan di rumah secara efektif maka akan diperoleh motivasi belajar yang tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila pengaruh perhatian orang tua tidak dilaksanakan secara efektif di rumah, maka motivasi belajar siswa juga rendah.

C. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, jumlah jawaban yang empiris. Dalam penelitian biasanya hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian biasanya dirumuskan untuk menjawab rumusan masalah yang tidak mempergunakan sampel. Sedangkan hipotesis statistik adalah jawaban dan rumusan masalah yang mempergunakan sampel sebagai responden.

(45)
(46)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

[image:46.595.119.461.284.482.2]

Penelitian ini akan dilakukan di SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sedangkan waktu penelitian yaitu dari bulan Februari 2012 sampai bulan April 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Observasi

2 Penyebaran kuesioner 3 Pengumpulan data 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan Laporan

B. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan bersifat deskriptif, yaitu dimaksudkan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan atau masalah yang menyangakut keadaan pada waktu yang sedang berjalan atau terjadi pada situasi yang ada sekarang ini.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data pokok.1

1

(47)

Penelitian ini mengkaji dua variabel. Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai, berupa kuantitatif maupun kualitatif yang dapat berubah-ubah nilainya.2

Variabel terbagi atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab atau berubah/mempengaruhi suatu variabel lain. Sedangkan variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas).3

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat perhatian orang tua atau disebut variabel independen (variabel X), dan yang menjadi variabel terikat adalah motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa atau disebut variabel dependen (variabel Y).

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.4

Populasi penelitian adalah Seluruh siswa SDN Limusnunggal 01 dan orang tua siswa SDN Limusnunggal 01, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat khususnya Siswa kelas VI. Populasi terjangkau adalah 200 siswa-siswi kelas VI SDN Limusnunggal 01.

Sampel adalah suatu prosedur di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.5

Sedangkan sampel penelitian diambil dari siswa-siswi kelas VI A sampai dengan kelas VI E sebanyak 20 siswa secara cluster random

2

Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Peres, 2010), h. 110.

3

Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian,….h. 110.

4

Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian,….h. 144.

5

(48)

sampling. Dari total keseluruhan responden diambil sampel dari masing-masing kelas secara acak sederhana menggunakan cara lotre dengan gulungan kertas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sehubungan dengan variabel dalam penelitian ini, maka tehnik yang digunakan adalah:

1. Angket (kuisioner) sebagai tehnik pengumpulan data. Angket merupakan suatu cara atau tehnik penelitian yang menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung dan bersifat tertutup, yaitu berisi pernyataan-pernyataan tertutup dengan jawaban yang telah tersedia dalam bentuk tabel yang bertujuan mengarahkan jawaban responden kepada pembahasan masalah dan mempermudah analisis data penelitian. Metode angket ini digunakan karena sampel penelitian merupakan orang yang paling mengerti dirinya, jadi apa yang dikemukakan oleh responden adalah benar dan dapat dipercaya, sehingga dalam pengisian pernyataan dalam angket berdasarkan pengetahuan dan keyakinan masing-masing melalui pengalamannya. Angket ditujukan kepada siswa dan orang tua, dan data yang diambil adalah data tentang perhatian orang tua dan data tentang motivasi belajar siswa.

2. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dalam rangka memperoleh data sekolah, dan data-data faktual lainnya yang dapat mendukung penelitian, selain itu observasi dilakukan juga kepada siswa untuk memperoleh informasi tentang perilaku siswa dalam kesehariannya di lingkungan sekolah.

(49)

pada wawancara tidak berstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya membuat garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan.6

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau questioner, yang dibagikan pada siswa-siswi Kelas VI SDN Limusnungal 01, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat beserta orang tua siswa-siswi tersebut. Angket yang akan digunakan dalam pengambilan data terdiri dari dua angket yaitu angket perhatian orang tua dan angket motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa.

[image:49.595.141.517.369.627.2]

Tabel berikut akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penyebaran butir-butir item dari tiap-tiap variabel penelitian.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Indikator No. Item

1. Perhatian oran tua

1. Mengawasi 1, 2, 3, 4, 5 2. Meluangkan waktu 6, 7, 8, 9, 10 3. Menyediakan fasilitas

keagamaan

11, 12, 13, 14, 15

4. Memberi teladan 16, 17, 18, 19, 20

2. Motivasi Belajar PAI Siswa

1. Implementasi

Lingkungan Sekolah

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

2. Harapan 8, 9, 10, 11 3. Motivasi intrinsik 12, 13, 14, 15

Sebelum angket dibagikan secara keseluruhan, peneliti akan mengadakan uji coba terhadap 10 responden untuk mengetahui tingkat keterandalannya, karena alat ukur yang baik mempunyai aspek validitas dan aspek reliabilitas yang baik. Manurut Syofian Siregar untuk dapat dikatakan

6

(50)

instrumen penelitian yang baik, paling tidak memenuhi lima kriteria yaitu validitas, reliabilitas, snsitivitas, objektivitas dan fisibilitas.7

1. Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengukur validitas butir angket mengenai perhatian orang tua dan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa, maka validitas diukur dengan menggunakan korelasi

product moment dengan rumus sebagai berikut: r =

2 2 2 2 ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:

r xy = Koefisien Korelasi Product Moment

∑X = Jumlah skor dalam sebaran X

∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑X2

= Jumlah kuadrat seluruh skor X

∑Y2

= Jumlah kuadrat seluruh skor Y N = Jumlah responden

2. Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan pengujian reliabilitas yaitu untuk mengetahui ketetapan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama, dengan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut:

Keterangan :

r = koefisien reliabilitas

k = jumlah butir pernyataan valid

7

Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian,….h. 162.

(51)

Si2 = jumlah varians butir St2 = jumlah varians total

Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

Apabila α sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 maka

instrument yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliabel). Tetapi apabila α lebih kecil dari pada 0,70 maka instrument yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabil

Gambar

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Interpretasi “r” Product MomentTabel 3.3
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rancang Bangun Sistem Informasi Berbasis Web Pada Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan (AMKS) Mandastana Malang Menggunakan Arsitektur HMVC (Hierarchical, Model, sub bahasan

pemberdayaan masyarakat didalam bidang pembangunan sarana air bersih , dimana metode ini adalah merupakan paduan antara metode partisipatif dasar umum dengan.. metode

Sistem aplikasi yang akan di buat akan menyeleksi sekolah-sekolah yang telah masuk RSSN/RSKM (Rintisan Sekolah Standar Nasional/Rintisan Sekolah Kategori Mandiri)

Adalah fasilitas yang digunakan untuk pengamanan baik yang berfungsi sebagai alat bantu personil pengamanan bandara dalam melaksanakan pemeriksaan calon penumpang pesawat

Hasil penelitian menunjukkan analisis mekanisme pasar pada pasar tradisional Simpang-Baru Panam-Pekanbaru terhadap kepuasan konsumen pada umumnya berdasarkan

Dengan tujuan untuk mengetahui profil pelepasan dari tablet lepas lambat teofilin dengan menggunakan matriks kombinasi carrageenan dan berbagai konsentrasi kalsium sulfat.Hasil

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tugas khusus yang diberikan oleh perusahaan pada kerja praktek ini adalah merancang sistem informasi dalam gudang untuk memudahkan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prema Pradiksa (2011) yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada Bank Devisa Nasional yang