Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rhea Tiara Dinata
Tempat/Tanggal Lahir : Tapaktuan. 19 Juli 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl.dr.Mansyur gg. Kemuning No.5 Medan Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. TK Dharma Wanita Aceh Selatan 1998-1999
2. SD Negeri 01 Tapaktuan, Aceh Selatan 1999-2005
3. SMP Negeri 01 Tapaktuan, Aceh Selatan 2005-2008
4. SMA Negeri Unggul Aceh Selatan 2008-2011
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2011-sekarang
Lampiran 5. Gambar Hasil Penelitian
Gambar Reaksi Uji Biokimia
Gambar Koloni Klebsiella spp pada media EMB
Lampiran 6. Reaksi biokimia pada sampel buah pepaya potongan K od e Sam pe l
Uji IMViC Uji TSI Fermentasi
P rod uks i Indol e Met h yl R ed V oge s-P P ros k au er S immon s’ C itr at e U rea s e M ot ilit as sl an t/ but t G as H2 S Glu k os a L ak tos a M al tos a M an it ol Sukr os a Spesies Bakteri
P1 - - + - + - a/a + - + + + + + Klebsiella spp
P2 + + - - - + a/a + - + - - + + Klebsiella spp
P3 - + - - - - a/a - - + + + + + Klebsiella spp
P4 - + - - + + a/a - - + + + + + Klebsiella spp
P5 - - + + - + a/a + - + - + + + Klebsiella spp
P6 + - + + - - a/a + - + + + + + Klebsiella spp
P7 + + - - + + al/a + - + + + + + Escherichia coli
P8 + - + + - - a/a + - + + + + + Klebsiella spp
P9 + + - - + + al/a + - + + + + + Escherichia coli
P10 - - - + + + al/a + - + + + + + Escherichia coli
P11 + - - + + + al/a + - + + + + + Escherichia coli
P12 - - - + + - a/a - - + + + + + Klebsiella spp
P13 - + + + + + a/a + - + + + + + Klebsiella spp
P14 + + - + + + al/a + + + + + + + Proteus spp
P15 + + - + + - al/a + - + + + + + Escherichia coli
Lampiran 7. MPN untuk seri 3 tabung menurut Formula Thomas Jumlah Tabung (+) Gas
pada Penanaman
MPN (koliform/
100ml)
Jumlah Tabung (+) Gas pada Penanaman
MPN (koliform/
100ml) 10 ml 1 ml 0,1 ml 10 ml 1 ml 0,1 ml
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Husein, Karyomanggolo, W. T, Musa, Dahlan, A, Boediarso, Aswitha, Oesman, Ismet, N 2008, ‘Desain penelitian’ in Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan, Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, Sagung Seto, Jakarta, p. 99.
Arisman, 2009, Keracunan makanan: buku ajar ilmu gizi, EGC, Jakarta, p.93 Brooks, Geo F, Butel, Janet S & Morse, Stephen A. 2008. Mikrobiologi
kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg, 23rd ed. Jakarta : EGC p.255-257. BPOM, 2008. Pengujian MikrobiologiEdisi Maret, Jakarta . pp.1-12.
BPOM, 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Jakarta. pp 7
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi 2, Cetakan I. Bumi Aksara, Jakarta.
Fauci, Longo et al. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th ed. United States of America.
Greenwood, David, et al (eds), 2002, Medical Microbiology: A Guide to Microbial Infections, 16th ed, UK, Churchill Livingstone, p 251-259.
Gultie, A., Sahile, S., 2013, Microbial Spectrum of Fruit in Gondar town Markets, North Western Ethiopia, pp.1 viewed 03 Mei 2014.
Jealani. 2009. Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Bandung: penerbit Pustaka populer Obor. Hal. 111-112
Kalie MB. 2006. Bertanam Pepaya. Jakarta : Penebar Swadaya
Makosim, S., Harsojo & Rahmawati, 2009. Cemaran bakteri dan pewarna sintesis pada pepaya (Carica papaya L.) dan semangka (Citrullus vulgaris schard) poton. Jakarta : PATPI Cabang Jakarta
Marbun, R.A.H, 2011, Deteksi Salmonella enteric I Serotype Typhi pada Bakso Yang Dijajakan di Area Kampus Universitas Sumatera Utara pada Tahun 2011, viewed 17 April 2014
Martiasih, M. 2014. Aktivitas antibakteri ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes
http://e-journal.uajy.ac.id/4840/1/jurnal.pdf
Menkes RI 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003, viewed 12 April 2014,
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20109 8%20ttg%20Persyaratan%20Hygiene%20Sanitasi%20Rumah%20Makan%2 0Dan%20Restoran.pdf
Mugampoza, D., Buarugaba, G.W.B., Nyonyintono, A. & Nakitto, P., 2013.
Occurance os Escherichia coli and Salmonella spp. in street-vended foods and general hygienic and trading practices in Nakawa Division, Uganda. American Journal of Food and Nutrition, 3(3), pp.167-75.
Mukhopadhyay, R., Mitra, A., Roy, R. & Guha, A.K., 2002. An evaluation of street-vended sliced papaya (Carica papaya) for bakteria and indicator microorganisms of public health significance. Elsevier Science Ltd, 19, pp.663-67.
Murray, Patrick R, Rosenthal, Ken S, & Pfaller, Michael A 2002, Medical microbiology, 5th ed, Elsevier Mosby, Pennsylvania, p. 323-325.
Notoatmodjo, Soekidjo 2005, Metodologi penelitian kesehatan. Adi Mahasatya, Jakarta, p. 138.
Oranusi, S. & Olorunfemi, O.J., 2011. Microbiological safety evaluation of street vended ready-to-eat fruits sold in Ota, Ogun State, Nigeria. International Journal of Research in Biological Sciences, 1(3), pp.27-32.
Primadi, M.d.O. & TIM, 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Raouf, U.M.A., Beuchat, L.R. & Ammar, M.S., 1993. Survival and Growth of Escherichia coli 0157:H7 on. APPLIED AND ENVIRONMENTAL MICROBIOLOGY, 59(7), pp.1999-2006.
Setiaji, A. 2009. Efektifitas ekstrak daun pepaya Carica papaya L. untuk pencegahan dan pengobatan ikan lele dumbo Clarias sp yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilia, viewed 15 April 2014,
http://repository.ipb.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/11421/C09ase. pdf?sequence=2
Siregar, N. 2012. Uji Most Probable Number (MPN) Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl. A. H. Nasution (Asrama Haji), Medan, viewed 17 April 2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37951/5/Chapter%20I.pdf Soemarno, 2000, Isolasi dan identifikasi bakteri klinik, Akademi Analisis
Kesehatan, Yogyakarta, p. 105.
Supardi, Imam & Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Bandung: Penerbit Alumni, 184-185
Suprapti, M.L. 2005. Teknologi Pengolahan Pangan Aneka Olahan papaya Mentah. Yogyakarta : Kanisius.
Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003.
Bakteriologi Medik. Malang: Bayumedia Publishing, 203-206.
Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2014.
Penuntun Praktikum Mikrobiologi Basic Biomedical Science. Medan: USU Press.
Widiyanti , Ni Luh Putu Manik & Ni Putu Ristiati. 2004. Analisi Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan, 3 (1):64-73
Wijaya, Awi Muliadi 2011, Data 10 Penyakit Terbanyak di Rumah Sakit di Indonesia, viewed 12 Maret 2014
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
1.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
1.2 Definisi Operasional
1.2.1 Buah pepaya potongan adalah buah pepaya yang telah dipotong-potong oleh penjual dan dijajakan secara terbuka di kawasan Universitas Sumatera Utara dan langsung diperiksa segera setelah buah pepaya dibeli. 1.2.2 Uji laboratorium adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya
bakteri dalam sampel. Uji dapat dilakukan dengan kultur dan reaksi biokimia.
• Hasil positif jika terdapat pertumbuhan bakteri pada media kultur dan uji reaksi biokimia menunjukkan identifikasi dari bakteri koliform. • Hasil negatif jika tidak ada pertumbuhan bakteri pada media kultur
dan uji reaksi biokimia tidak menunjukkan identifikasi dari bakteri koliform.
• Bakteri koliform adalah suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap makanan,air, susu, dan produk-produk susu.
BUAH PEPAYA POTONGAN
UJI
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan uji laboratorium yang dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui ada-tidaknya kontaminasi bakteri koliform pada buah pepaya potongan yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara. Tujuan utama metode ini adalah untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Data disajikan apa adanya dan peneliti tidak menganalisis mengapa fenomena itu dapat terjadi (Alatas, 2008).
4.2 Waktu dan tempat penelitian
4.2.1 Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014.
4.2.2 Tempat pengumpulan data dilakukan di sepanjang Jl. Dr. Mansyur, Jl.Universitas, Jl. Dr. Sofyan, Jl. Tri Darma, dan area dalam kampus Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini disebabkan karena :
1. Tingginya konsumsi buah pepaya potongan pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara
2. Belum ada penelitian tentang deteksi bakteri koliform pada buah pepaya potongan ini di kawasan Universitas Sumatera Utara.
4.3 Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah buah pepaya potongan yang dijajakan di area kampus Universitas Sumatera Utara dan menggunakan metode total sampling.
4.4 Metode pengumpulan data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi secara langsung dengan mengambil sampel buah pepaya potongan dan melakukan uji laboratorium sehingga diperoleh data jumlah buah pepaya potongan yang terkontaminasi bakteri koliform.
4.4.1 Teknik pengambilan sampel
a. Persiapkan berbagai alat, seperti tabung plastik steril sebagai tempat sampel, yakni buah pepaya potongan.
b. Persiapkan catatan pada formulir pemeriksaan tentang lokasi tempat pengambilan sampel dan tanggal pengambilan.
c. Buah pepaya dibeli satu potong tanpa memberikan perlakuan khusus pada sampel guna menghindari pemberian sampel yang berbeda dari yang biasa dijajakan.
d. Sampel dimasukkan ke dalam tabung plastik steril dan diberi kode penanda.
e. Sampel dikirim segera ke Laboratorium Mikrobiologi dengan secepatnya, maksimal 24 jam.
4.4.2 Alat dan bahan yang digunakan 4.4.2.1. Alat
e. Ose
f. Lampu spritus/Bunsen g. Autoclave
h. Inkubator suhu 37˚ C i. Rak tabung reaksi j. Cawan petri k. Spidol l. Blender
4.4.2.2 Media dan reagensia yang diperlukan a. Lactose Broth (LB)
b. Briliant Green Lactose Broth (BGLB) 2 % c. Agar darah
d. Agar MacConkey e. Agar Nutrient
f. Agar Simmon’s Citrate
g. Agar Eosin Methylen Blue h. Reagensia kovac’s
i. Reagensia methyl red j. Larutan α-naphtol 5% k. Larutan KOH 40%
4.4.3 Cara Pemeriksaan Laboratorium 4.4.3.1 Uji biokimia
a. Uji Indol
1. Biakan diambil dengan menggunakan ose steril lalu ditanam pada tabung berisi medium cair yang kaya akan triptofan.
2. Lalu diinkubasikan selama 24 jam.
5. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin merah pada permukaan biakan.
b. Uji Methyl Red
1. Bakteri diinokulasikan pada medium MR/VP kemudian diinkubasikan pada suhu 35⁰C selama 48-72 jam.
2. Kemudian diteteskan 5 tetes reagensia methyl red ke dalam medium.
3. Hasil dinyatakn positif bila terlihat warna merah pada media. c. Uji Voges-Proskauer
1. Isolat bakteri diiokulasi ke medium MR/VP, kemudian diinkubasi pada suhu 35⁰C selama 24 jam.
2. Lalu ditambakan 0,6 mL α-naphtol 5% dan 0,2 Ml KOH 40%. 3. Media dikocok beberapa saat dan didiamkan selama 10-15 menit. 4. Hasil positif bila dihasilkan warna merah pada medium.
d. Uji Citrat
1. Isolat diiokulasi pada agar miring Simmon’s Citrate.
2. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37⁰C dan diamati ada tidaknya perubahan yang terjadi.
3. Reaksi positif bila terjadi perubahan warna medium dari hijau menjadi warna biru tua.
e. Uji Urease
1. Isolat diinokulasian pada medium yang mengandung urea 2. Kemudia diinkubasikan pada suhu 37⁰C dan diamati perubahan
yang terjadi.
3. Reaksi positif bila menimbulkan warna merah (suasana alkali). f. Pergerakan Bakteri ( Motilitas)
1. Bakteri diinokulasikan pada media semisolid dengan cara ditusuk tegak lurus ke dalam medium.
2. Kemudian diinkubasikan pada suhu 37⁰C selama 24 jam dan diamati perubahan yang terjadi.
bakteri di sekitar tempat tusukan yang ditandai dengan bekas tusukan yang tidak jelas.
g. Uji Triple Sugar Iron (TSI)
1. Bakteri diinokulasikan pada media yang mengandung 3 macam gula yaitu laktosa, sukrosa dan glukosa.
2. Kemudian diinkubasikan pada suhu 37C dan amati perubahan yang terjadi.
3. Jika hanya glukosa yang difermentasi, maka produksi asam hanya pada dasar tabung (butt) dan menghasilkan warna kuning, sedang pada bagian agar miring (slant) akan berwarna merah.
4. Jika laktosa dan sukrosa difermentasi maka warna kuning akan dijumpai pada butt dan slant.
5. Jika dihasilkan gas pada saat fermentasi maka akan terlihat
adanya gelembung gas pada butt atau agar menjadi naik dari dasar tabung.
6. Jika tidak terjadi fermentasi karbohidrat maka medium TSI akan terlihat merah pada butt dan slant-nya.
7. Jika bakteri menghasilkan H2S, maka pada dasar tabung akan terlihat warna hitam (black butt).
h. Fermentasi gula-gula.
1. Bakteri diinkoluasikan pada medium berisi glukosa, sukrosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan manitol.
2. Kemudian diikubasikan pada suhu 37C selama 24 jam dan diamati perubahan yang terjadi.
Tabel 4. 1 Reaksi biokimia beberapa anggota family Enterobacteriaceae
Famili Enterobacteriaceae
Uji Uji TSI Fermentasi
Indol e Met h yl R ed V oge s-P ros k au er S immon s’ C itr at e U rea s e M ot ilit as sl an t/ but t G as H2 S Glu k os a L ak tos a M al tos a M an it ol Sukr os a
Enterobacter spp. - - + + - +
a/
a + - + + + + +
Escherichia coli + + - - - +
al/a
+ - + + + + +
Klebsiella spp. ± - + + ± -
a/
a + - + + + + +
Proteus spp. ± + - + + +
al/a
+ + + - - - ±
Salmonella spp. - + - ± - +
al/a
± ± + - + + -
Shigella spp. ± + - - - -
al/a
- - + - - ± - Keterangan: al = alkali, a = asam/acid
4.4.3.2 Uji identifikasi Koliform dan E.coli
Menurut Soemarno (2000), Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) atau Perkiraan Jumlah Terdekat untuk spesimen yang sudah diolah atau yang angka kumannya rendah dapat dilakukan dengan tabung ganda yang terdiri dari :
1. Uji Perkiraan (Presumptive test)
Media yang digunakan adalah Lactose Broth (LB) Cara pemeriksaan :
a. Siapkan 10 tabung reaksi yang masing – masing berisi media Lactose Broth (LB) sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi dan diberi tanda.
b. Ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan pipet kemudian masukkan ke dalam :
1. Tabung 1 s/d 8 masing – masing sebanyak 10 ml 2. Tabung ke- 9 sebanyak 1 ml
3. Tabung ke- 10 sebanyak 0,1 ml
4. Masing – masing tabung tersebut digoyang – goyang agar spesimen dan media tercampur.
c. Inkubasikan pada suhu 35˚C - 37˚C selama 24 jam diperiksa ada tidaknya pembentukan gas pada tabung Durham.
Catat semua tabung yang menunjukkan peragian laktosa (pembentukan gas). 1. Bila terbentuk gas pada tabung dinyatakan positif (+) dan dilanjutkan dengan
uji penegasan.
2. Apabila uji dalam waktu 24 jam tidak membentuk gas, dimasukkan kedalam inkubator kembali pada suhu 35˚C - 37˚C selama 24 jam, bila terbentuk gas pada tabung Durham maka hasil menunjukkan positif (+) dan uji dilanjutkan dengan uji penegasan.
3. Bila hasil uji negatif (-), berarti koliform negatif (-) dan tidak perlu dilakukan uji penegasan.
2. Uji Penegasan (Confirmative test)
Media yang digunakan adalah Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2%. Uji ini untuk menegaskan hasil positif dari uji perkiraan.
b. Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasi pada suhu 35˚C - 37˚C selama 24 – 48 jam untuk memastikan adanya koliform.
c. Pembacaan dilakukan setelah 24 – 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2% yang menunjukkan positif gas.
Pembacaan hasil dari uji penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas pada seri tabung yang diinkubasikan pada suhu 35˚C – 37˚C. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN 511 menurut Formula Thomas, maka akan diperoleh indeks MPN Koliform untuk tabung yang diinkubasi pada suhu 35˚C – 37˚C.
3. Uji Pelengkap (Complited test)
Gambar 4.1 Skema Prosedur Tes Uji untuk E.coli
1. Uji penduga
2. Uji penegasan
3. Uji pelengkap
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, data yang terkumpul dari hasil uji laboratorium akan dianalisa secara statistik deskriptif.
Inkubasi sampel pada tabung LB selama 48 jam pada suhu 37oC
Gas dihasilkan (tes positif) Tidak ada gas dihasilkan.
Tes meragukan. Inkubasi tambahan lagi selama 24 jam.
Gas dihasilkan (tes positif) Gas tidak dihasilkan (tes negatif)
Pindahkan sampel dari tabung yang hasilnya positif pada tes penduga ke media BGLB 48 jam pada suhu 37oC
Gas dihasilkan (tes positif)
Positif bakteri koliform
Pindahkan sampel dari tabung yang hasilnya positif pada tes penegasan ke dalam agar EMBdan inkubasi selama 1x24 jam
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan kampus Universitas Sumatera Utara. Kampus USU terletak di kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Kampus USU berlokasi di sebelah Barat Daya kota Medan, 7 km dari pusat kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada ditengahnya.
Sampel diambil dari seluruh pedagang buah yang menjajakan dagangannya di sepanjang Jl.Universitas (sebelah timur), Jl.Dr. Sofyan (sebelah selatan), Jl.Tri Darma (sebelah berat) dan Jl. Dr Mansur (sebelah Utara) serta di dalam area fakultas di kawasan Universitas Sumatera Utara.
Sampel diambil pada pukul 10.00-12.00, kemudian dibawa dan diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan penelitian, seperti alat dan bahan untuk pelaksanaan kultur mikrobiologi dan alat inkubator untuk pengeraman bakteri. Penelitian dilaksanakan di ruang laboratorium yang terletak di lantai 1 gedung Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5.1.2 Uji Laboratorium
Tabel 5.1 Hasil Uji Biokimia untuk Buah Pepaya Potongan
Kode Sampel Bakteri yang ditemukan
P1 Klebsiella spp
P2 Klebsiella spp
P3 Klebsiella spp
P4 Klebsiella spp
P5 Klebsiella spp
P6 Klebsiella spp
P7 Escherichia coli
P8 Klebsiella spp
P9 Escherichia coli
P10 Escherichia coli
P11 Escherichia coli
P12 Klebsiella spp
P13 Klebsiella spp
P14 Proteus spp
P15 Escherichia coli
Berdasarkan tabel 5.1, ditemukan bakteri Klebsiella spp pada 9 dari 15 sampel (60%), 5 sampel (33,33 %) ditemukan bakteri Escherichia coli, dan 1 sampel (6,67%) ditemukan bakteri Proteus spp.
5.1.3 Uji Most Probable Number (MPN)
a. Hasil Uji Penduga untuk sampel buah pepaya potongan
Mikrobiologi FK USU dilakukan selama 3 hari, hari pertama penanaman sampel ke media Lactose Broth dan dua hari berikutnya pembacaan hasil.
Hasil pemeriksaan buah pepaya potongan yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi FK USU dapat dilihat dalam tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2 Hasil Uji Penduga untuk buah pepaya potongan yang ditanam pada Media Lactose Broth (LB)
Kode sampel
Jumlah Tabung yang Positif
MPN 10 mL 1 mL 0,1 mL
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 5 4 4 5 3 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 33 21 21 46 1 46 21 46 21 33 31 21 46 46 21
b.Hasil Uji Penegasan untuk Sampel Buah Pepaya Potongan
Semua tabung yang menunjukkan hasil positif pada uji penduga, dipindahkan ke media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB). Uji penegasan ini dilakukan selama 3 hari. Hari pertama dilakukan pemindahan sampel, sedangkan dua hari berikutnya dilakukan pembacaan hasil. Hasil uji penegasan sampel buah pepaya potongan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3 Hasil Uji Penegasan untuk sampel buah pepaya yang ditanam di Media
Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)
Kode Sampel Tabung yang positif
P1 +
P2 +
P3 +
P4 +
P5 +
P6 +
P7 +
P8 +
P9 +
P10 +
P11 +
P12 +
P13 +
P15 +
Keterangan :
+ : terdapat gas pada tabung
c. Hasil Uji Pelengkap untuk Sampel Buah Pepaya
Pemeriksaan selanjutnya yang dilalui sampel adalah uji pelengkap. Sampel yang positif dari uji penegasan, dipindahkan ke media EMB. Uji ini dilakukan selama dua hari. Hari pertama dilakukan penanaman sampel pada media dan hari berikutnya dilakukan pengamatan terhadap koloni yang tumbuh pada media. Hasil untuk sampel buah pepaya potongan dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4 Hasil Uji Pelengkap untuk sampel buah pepaya potongan yang ditanam di Agar Eosin Methylen Blue (EMB)
Kode Sampel
Koloni
Metallic Sheen Mukoid
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 - - -- - - + - + + + - - - + + + + + + + - + - - - + + + -
Jumlah 5 10
Keterangan:
Metallic sheen : koloni dari Escherichia coli
Dari uji pelengkap yang dilakukan, berdasarkan tabel 5.4, didapat 5 dari 15 sampel (33,33%) menghasilkan koloni berwarna merah kehijauan dengan kilap metalik (metallic sheen) yang merupakan ciri dari Escherichia coli ketika ditanam pada media EMB, sedangkan 10 sampel lain (66.67%) menghasilkan koloni berwarna merah muda dengan lendir (mukoid) untuk kelompok koliform lainnya.
Dilihat dari keseluruhan sampel, maka 33,33 % dari seluruh sampel buah pepaya potongan ditemukan bakteri Escherichia coli, sedangkan 66,67% ditemukan kelompok koliform lain.
5.2 Pembahasan
Hasil pemeriksaan bakteriologis terhadap 15 sampel buah pepaya potongan yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara, ditemukan beberapa spesies bakteri Koliform yang berbeda yaitu 9 sampel (60%) dari 15 sampel ditemukan bakteri Klebsiella spp, 5 sampel (33,33 %) ditemukan bakteri
Escherichia coli, dan 1 sampel (6,67%) ditemukan bakteri Proteus spp. Pada Uji Most Probable Number (MPN), dimana diketahui bahwa seluruh sampel buah pepaya potongan (100%) tidak memenuhi syarat kesehatan karena menunjukkan jumlah koliform yang melebihi batas yang dianjurkan. Keputusan Menteri Kesehatan No.1098/Menkes/SK/VII/2003 menyatakan bahwa angka kuman E.coli
pada makanan adalah 0 per gram contoh makanan. Kebanyakan patogen yang ditemukan pada makanan maupun minuman adalah jenis bakteri mesofilik yang tumbuh pada suhu optimum 37oC. Hal ini sejalan dengan Widiyanti (2004) yang menyatakan bahwa bakteri koliform, termasuk Escherichia coli adalah bakteri mesofilik (moderate temperature loving bacteria), yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu 25-40oC dengan suhu optimal 37oC.
sampel yang positif koliform (Mukhopadhyay et al, 2002). Bakteri koliform umumnya ditemukan di sistem gastrointestinal maupun feses dari manusia. Adanya bakteri koliform mengindikasikan adanya kontaminasi fekal (Chandra, 2009).
Pada penelitian yang dilakukan di Ethiopia pada tahun 2013 terhadap 64 sampel buah dari sebuah pasar lokal juga ditemukan hal yang serupa. Hasil penelitian menunjukkan adanya bakteri koliform dengan rentang 6,64x103– 4,89x104 koloni/g. Dari seluruh sampel positif koliform ditemukan adanya kontaminasi bakteri E.coli pada 31 sampel (48,4%), Pseudomonas aeroginosa
dari 13 sampel (20,3%), Salmonella sp dari 25 sampel (39,1%), Staphylococcus aureus 35 sampel (54,68%), dan Shigella sp pada 10 sampel (15,6%) (Gultie et al, 2013).
Jumlah koliform yang tinggi pada sampel ini merupakan suatu indikasi dari perlakuan higienitas yang buruk, baik saat pemotongan maupun saat penjualan. Penyebab paling memungkinkan terhadap terjadinya kontaminasi buah pepaya potongan ini adalah:
a Perlakuan yang tidak higienis terhadap buah pepaya saat proses pemotongan. Misalnya wadah atau pisau yang digunakan tidak bersih dan digunakan terus menerus tanpa dicuci, atau dicuci dengan air bekas cuci peralatan lain sebelumnya.
b Kontaminasi terhadap permukaan buah pepaya melalui perilaku penjual saat menjajakan. Misalnya mengambil buah pepaya potongan dari container
dengan tangan terbuka (tanpa alat), menggunakan alat yang tidak bersih (pisau, plastik) dan buah pepaya dijajakan dalam container yang terus terbuka (R.Mukhopadhyay et al, 2002).
c Lokasi penjualan dengan sanitasi yang tidak baik (Gultie et al, 2013).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Uji Bakteriologis pada buah pepaya potongan yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa: 1. Bakteri Klebsiella spp ditemukan pada 9 sampel (60%) dari 15 sampel, pada
5 sampel (33,33 %) ditemukan bakteri Escherichia coli, dan pada 1 sampel (6,67%) ditemukan bakteri Proteus spp
2. Buah pepaya potongan yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara tidak memenuhi syarat kesehatan.
6.2 Saran
1. Penelitian lebih lanjut untuk menemukan sumber kontaminasi bakteri koliform buah pepaya potongan yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan yang tepat. 2. Pengawasan lebih lanjut dari Rektorat Universitas Sumatera Utara terhadap
penjualan makanan yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara. 3. Pengawasan lebih lanjut dari BPOM dan Dinas Kesehatan Kota Medan
terhadap makanan yang dijajakan di Kota Medan.
4. Hendaknya konsumen dapat mencuci terlebih dahulu buah pepaya potongan yang dibeli sebelum mengkonsumsinya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pepaya (Carica papaya L)
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman ini menyebar ke Benua Afrika dan Asia serta India. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia di abad ke-17 (Setiaji, 2009). Menurut Kalie (1996), suku Caricaceae memiliki empat marga, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta, dan
Cylicomorpha. Ketiga marga pertama merupakan tanaman asli Meksiko bagian selatan serta bagian utara dari Amerika Selatan, sedangkan marga keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Marga Carica memiliki 24 jenis, salah satu diantaranya adalah papaya (Martiasih, 2014).
Tanaman pepaya tumbuh subur pada daerah tropis yang memilki curah hujan 1000-2000 mm/tahun dan suhu udara optimum 22-26 derajat C serta Kelembaban udara sekitar 40% agar menghasilkan buah yang baik dan berkualitas (Suprapti, 2005).
Kedudukan taksonomi tanaman pepaya dalam Suprapti (2005) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Violales
Family : Caricaceae Genus : Carica
Bentuk dan susunan tubuh bagian luar tanaman pepaya termasuk tumbuhan yang umur sampai berbunganya dikelompokkan sebagai tanaman buah-buahan semusim, namun dapat tumbuh setahun lebih (Suprapti, 2005). Di Indonesia buah yang umumnya disebut pepaya ini memiliki masing-masing nama daerah. Seperti di Aceh sering disebut buah Pente, buah botik di Sumatera Utara, buah Kates di Jawa Tengah dan lainnya (BPOM RI, 2008).
Buah pepaya matang mengandung sejumlah zat gizi penting terutama vitamin A. dalam setiap 0,5 kg buah pepaya terkandung nutrisi: protein (2,5 gram), karbohidrat (46 gram), lemak (0,5 gram), vitamin A (10.000 SI), vitamin C (300 mg), thiamin (0,30 mg), riboflavin (0,27 mg), niasin (1,75 mg), kalsium (0,15 gram), magnesium (0,25 gram), potassium (1,15 gram), belerang (0,15 gram), fosfor (0,47 gram), zat besi (0,02 gram), silicon (0,02 gram), klorin (0,12 gram), sodium (0,2 gram), dan air (399 gram) (Jaelani, 2009).
Buah pepaya dikenal sebagai buah yang dapat memperlancar pencernaan, Selain itu, terdapat manfaat lain dari buah pepaya, yaitu berkaitan dengan perawatan kulit. Seperti telah diketahui, penduduk di kepulauan Karibia biasa memanfaatkan buah pepaya matang sebagai sabun untuk kulit. Demikian juga dengan jus pepaya yang matang dipakai untuk menghilangkan kulit berkerut karena faktor usia dan terpaan sinar matahari. Pepaya dapat mencegah kerut-kerut pada kulit karena mengandung zat yang dapat meremajakan kolagen (Jaelani, 2009). Selain itu, jus buah pepaya yang matang dan berwarna merah juga baik untuk kesehatan mata. Sementara untuk buah yang muda bisa dimanfaatkan air getahnya untuk menghilangkan kapalan dan menyembuhkan kaki yang pecah-pecah (Jaelani, 2009).
2.2 Mikroorganisme yang sering terdapat pada buah 2.2.1 Enterobacteriaceae
hewan. Familinya memiliki banyak genus (Escherichia, Shigella, Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus, dan lain-lain). Beberapa organisme enterik, misalnya E. coli, merupakan bagian dari flora normal saluran gastrointestinal, walaupun bisa saja bakteri ini menyebabkan penyakit sedangkan lainnya, Salmonella dan Shigella, bersifat patogen untuk manusia.
Enterobacteriaceae bersifat fakultatif aerob atau anaerob, memfermentasikan berbagai karbohidrat, memiliki struktur kompleks antigen, dan menghasilkan toxin dan faktor virulensi lainnya. Enterobacteriaceae dan bakteri gram-negatif enterik adalah istilah yang sering digunakan, tetapi bakteri-bakteri ini disebut juga koliform (Brooks, 2008).
Bakteri Enterobacteriaceae berbentuk batang (basil), berukuran kecil (0,3-1,0 x (0,3-1,0-6,0 µm), gram negatif, dan tidak membentuk spora (Murray, 2002). Ada yang bergerak (motil) dengan menggunkan flagella, seperti Escherichia coli, dan ada pula yang tidak bergerak (non motil) (UNIBRAW, 2003).
2.2.2 Bakteri Koliform
Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 37˚C (Widiyanti, 2004). Adanya bakteri Koliform dalam suatu makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widiyanti, 2004).
Bakteri Koliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu:
1) Koliform fekal, misalnya E.coli yang merupakan bakteri yang ada di kotoran hewan maupun manusia,
2) Koliform nonfekal, misalnya Enterobacter aerogenes yang biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati.
ditandai dengan adanya indikator metil merah (M), uji Voges-Proskauer (V) yaitu uji pembentukan asetilmetilkarbinol (asetoin) dan uji sitrat (C) yang menunjukkan penggunaan sitrat sebagai sumber karbon (Supardi, 1999 dalam Siregar, 2013).
2.2.3 Escherichia coli
Pada genus Escherichia, terdapat satu spesies bakteri yang sering diisolasi dari spesimen klinik, yaitu E.coli. Bakteri ini membentuk koloni yang sirkular, konveks dan halus dengan tepi yang tegas pada biakan (Brooks, 2008). E.coli
merupakan bakteri anaerob fakultatif gram negatif berbentuk batang. Pertama dijumpai pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenal bersifat komensal maupun patogen (Arisman, 2009).
Pembagian E. coli berdasarkan reaksi serologis terutama ditentukan atas tipe antigen O (somatik), tipe antigen H (flagellar), dan tipe antigen K (kapsular). (Winn, 2006). Antigen O merupakan bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel. Antigen O resisten terhadap panas dan alkohol dan terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM. Terkadang antigen O berkaitan dengan penyakit yang spesifik pada manusia E.coli tipe O spesifik ditemukan pada diare dan infeksi saluran kemih. Antigen K pada E.coli
merupakan polisakarida, yang dapat berhubungan dengan virulensi seperti pada meningitis neonatal dan menyebabkan perlekatan bakteri pada sel epitel sebelum invasi ke saluran cerna dan saluran kemih. Antigen H terdapat di flagella dan didenaturasi oleh panas atau alkohol (Brooks, 2008).
Gambar 2.1 Koloni E.coli pada EMB agar
[image:35.595.244.398.111.258.2]Sumber:
Gambar 2.2 Reaksi Biokimia (IMVIC) untuk E.coli
Bakteri dapat masuk peredaran darah dan menimbulkan sepsis. Manifestasi klinis yang timbul oleh infeksi E.coli bergantung pada tempat infeksi (Brooks, 2008).
E.coli yang menyebabkan diare sangat banyak ditemukan di seluruh dunia.
E.coli ini diklasifikasikan berdasarkan ciri khas sifat – sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda (Brooks, 2008).
2.2.3.1 E. Coli Enteropatogenik (EPEC)
Merupakan penyebab diare yang penting pada bayi, terutama di negara berkembang, EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare di ruang perawatan di negara maju. EPEC menempel pada sel mukosa usus halus. Faktor yang diperantarai oleh kromosom meningkatkan perlekatan. Terdapat kehilangan mikrovili (penumpulan), pembentukan tumpuan filamen aktin atau struktur mirip mangkuk, dan kadang-kadang EPEC masuk ke dalam sel mukosa. Akibat infeksi EPEC adalah diare encer, yang biasanya sembuh sendiri tetapi bisa menjadi kronik. Diare EPEC disebabkan oleh berbagai serotipe spesifik E.coli; strain diidentifikasi dengan antigen O dan kadang-kadang dengan penentuan tipe antigen H. Pemeriksaan untuk mengidentifikasi EPEC dilakukan di laboratorium rujukan. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat diobati dengan terapi antibiotic (Brooks, 2008)
2.2.3.2 E.Coli Enterotoksigenik (ETEC)
orang yang sebelumnya terinfeksi E.coli. Beberapa strain ETEC menghasilkan endotoksin yang tahan panas yaitu ST yang mengaktifkan guanilil siklase dalam sel epitel enterik dan merangsang sekresi cairan. Strain yang memproduksi kedua toksin tersebut menyebabkan diare yang lebih berat. Bila terjadi diare, terapi antibiotik dapat secara efektif mempersingkat durasi penyakit (Brooks, 2008).
2.2.3.3 E.Coli Enterohemoragik (EHEC)
Merupakan penghasil verotoksin dan dapat menimbulakan diare yang berat, colitis hemoragik, dan sindroma hemolitik uremik. Verotoksin memiliki banyak sifat yang serupa dengan toksin Shigella dysentriae tipe 1, namun dua toksin tersebut berbeda secara antigenik dan genetik. Serotipe E.coli yang menghasilkan verotoksin, O157:H7 adalah serotipe yang paling sering ditemukan dan satu-satunya yang dapat diidentifikasi. ETEC O157:H7 tidak menggunakan sorbitol, tidak seperti kebanyakan E.coli lain, negatif pada agar sorbitol MacConkey, dan juga negatif pada uji MUG (Brooks, 2008).
2.2.3.4 E.Coli Enteroinvansif (EIEC)
Menimbulkan penyakit yang sangat mirip shigelosis. Penyakit ini terjadi paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan pada pengunjung negara-negara tersebut. Seperti Shigella, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau memfermentasi laktosa dengan lambat dan nonmotil. EIEC menimbulkan penyakit dengan menginvasi sel epitel mukosa usus (Brooks, 2008).
2.2.3.5 E.Coli Enteroagregatif (EAEC)
2.2.4 Salmonella sp
Salmonella sp biasanya bersifat patogen untuk manusia bila masuk melalui rute oral, biasanya masuk bersama makanan dan minuman yang terkontaminasi. Organisme ini dapat menyebabkan enteritis, infeksi sistemik, dan demam enterik (demam tifoid). Salmonella sp mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hamper tdak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa. Organisme ini membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa. Salmonella sp
biasanya menghasilkan H2S dan dapat bertahan di air yang beku dalam waktu yang lama. Salmonella sp resisten terhadap bahan kimia tertentu (missal, hijau brilian, natrium tetrationat, natrium deoksikolat Media kultur yang sering digunakan adalah MacConkey untuk mendeteksi organisme lactose non-fermenter dengan cepat, namun tidak spesifik untuk Salmonella sp. Isolasi dapat dilakukan pada medium selektif seperti Salmonella-shigella (SS) atau agar Hectoen. Medium bismuth sulfit memungkinkan deteksi cepat Salmonella sp yang membentuk koloni hitam karena produksi H2S. ) (Brooks, 2008).
2.2.5 Shigella sp
Shigella sp merupakan batang gram negatif yang ramping dan berbentuk kokobasil yang ditemukan pada biakan muda. Koloni Shigella sp berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter sekitar 2 mm dalam 24 jam. Shigella sp tumbuh dengan baik pada medium diferensial (misalnya, agar MacConkey atau EMB) dan pada medium selektif (agar enteric
2.2.6 Enterobakter sp
Enterobakter sp memiliki kapsul yang kecil, dapat ditemukan hidup bebas atau berada didalam saluran cerna, dan menyebabkan infeksi saluran kemih dan sepsis. Organisme ini dapat meragikan laktosa dengan cepat dan memberikan warna pada koloni. Enterobakter sp menghasilkan asam pada fermentasi glukosa, memberikan hasil negatif pada tes indole, negatif pada metil merah dan positif pada tes Voges Proskauer, dan citrate positif dengan suhu pertumbuhan optimal 30⁰C (Brooks, 2008).
2.2.7 Klebsiella sp
Seperti golongan Enterobacteriaceae lain, Klebsiella sp umumnya tampak sebagai lactose-fermenting colonies dan adanya kapsul yang tebal menyebabkan koloni Klebsiella sp yang tumbuh pada media perbenihan tampak besar, kasar, dan mukoid (Greenwood, 2002). Klebsiella sp dapat menyebabkan infeksi paru, infeksi saluran kemih, dan bakteremia yang disertai infeksi fokal pada pasien yang sangat lemah (Brooks, 2008).
2.2.8 Vibrio cholerae
V.cholerae merupakan penyebab penyakit diare epidemik (kolera) di berbagai belahan dunia Setelah memasuki penjamu melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, V.cholerae masuk ke mukosa usus dan menempel pada mikrovili brush border d sel-sel epitel usus dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan kolera, diare cair yang sangat banyak, yang secara cepat dapat mengakibatkan dehidrasi dan kematian. Bakteri ini berbentuk batang bengkok, bersifat aerob dan motil, serta mempunyai satu flagel kutub. V.cholerae
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan pangan atau makanan dan minuman merupakan hal yang sangat essensial bagi setiap individu agar terwujudnya kualitas hidup yang baik dengan derajat kesehatan yang baik pula. Namun perlu diperhatikan secara khusus akan kualitas dan keamanan makanan dan minuman itu sendiri. Meskipun suatu makanan memiliki cita rasa yang nikmat, terlihat menarik, dan memiliki nilai gizi yang tinggi namun dapat menjadi tak berarti sama sekali jika tidak diperhatikan keamanannya (Cahyadi, 2008). Makanan yang aman adalah tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu kualitas makanan baik secara bakteriologis, kimia dan fisik harus selalu diperhatikan.
Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit infeksi masih menjadi masalah utama (Wijaya, 2011). Pada infeksi saluran cerna, penyakit diare memiliki angka kejadian yang tinggi. Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial kejadian luar biasa yang sering disertai dengan kematian (Primadi, 2012). Salah satu faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi adalah minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan, terutama dalam masalah makanan dan minuman (Marbun, 2011). Masyarakat cenderung lebih memilih makanan yang terlihat menarik, enak dan murah daripada mempertimbangkan keamanan, kualitas dan kebersihannya (Mugampoza et al, 2013).
sudah dipotong kecil dan disajikan dengan bumbu rujak, bumbu somboy, ataupun tanpa bumbu.
Kejadian infeksi saluran perncernaan yang disebabkan oleh konsumsi buah memang lebih jarang dibandingkan dengan makanan lain (Raouf et al.1993). Hal ini mungkin disebabkan karena buah memiliki lapisan epidermal yang dapat menghalangi penetrasi mikroorganisme. Namun memotong dan mengiris buah dapat menghilangkan perlindungan ini dan mengakibatkan mikroorganisme dapat melakukan penetrasi ke dalam jaringan buah (Mukhopadhyay et al, 2002).
Pada umumnya mikroorganisme yang menjadi kontaminan buah adalah bakteri-bakteri koliform, di antaranya adalah Escherichia coli, Shigella sp, Salmonela sp dan Campylobacter jejuni (Saddleback, 2008). Bakteri-bakteri koliform ini bisa ditularkan melalui foodborne maupun waterborne. Penularan melalui foodborne salah satunya adalah melalui buah yang terkontaminasi bakteri koliform. Bakteri koliform dalam buah merupakan indikasi adanya perlakuan higienitas yang tidak benar. Kontaminasi fekal bisa berasal dari perilaku penjual makanan dan peralatan yang ia gunakan untuk memotong buah, untuk mencuci buah, ataupun plastik pembungkus yang digunakan. Bakteri koliform tersebut juga bisa berasal dari kontaminasi udara selama proses penjualan di pinggir jalan. Keberadaan E.coli diluar tubuh manusia menjadi indikator sanitasi makanan dan minuman, apakah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. Keberadaan E. coli
dalam makanan juga dianggap memiliki kolerasi tinggi dengan ditemukannya bibit penyakit (patogen) pada pangan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 terhadap buah nenas dan semangka yang dijajakan secara terbuka di pinggir jalan di Nigeria, ditemukan adanya kontaminasi bakteri koliform 2,2 x 105 coloni/g. Dari semua sampel positif koliform ditemukan adanya bakteri E.coli 40% positif. Disamping itu juga ditemukan adanya bakteri lain seperti Bacillus sp, S.aureus dan Penicillium sp, Aspergillus niger, Enterobakter sp, Salmonella sp, Klebsiella sp, Proteus sp, Pseudomonas aeruginosa, Micrococcus sp dan Lactobacillus sp
Pada tahun 2013 dilakukan penelitian terhadap 64 sampel buah dari sebuah pasar lokal di Ethiopia. Dari seluruh sampel ditemukan adanya bakteri koliform dengan rentang 6,64x103–4,89x104 koloni/g. Dari seluruh sampel positif koliform ditemukan adanya kontaminasi bakteri E.coli pada 31 sampel (48,4%),
Pseudomonas aeroginosa dari 13 sampel (20,3%), Salmonella sp dari 25 sampel (39,1%), Staphylococcus aureus 35 sampel (54,68%), dan Shigella sp pada 10 sampel (15,6%) (Gultie et al, 2013).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Calcutta pada tahun 2002, dari 30 sampel buah pepaya potongan yang dijajakan dijalanan, terdeteksi bakteri koliform dari 70% sampel. Dari sampel yang positif koliform ditemukan 48% positif E.coli.Salmonellasp. dan Vibrio cholera terdeteksi pada masing-masing 1 sampel dan Staphylococcus aureus ditemukan pada 17% sampel positif (Mukhophadyay et al, 2002). Makosim dkk menyebutkan dalam penelitian yang dilakukannya di Tanjung Barat, Jakarta Selatan pada tahun 2009, pada sampel buah pepaya potongan yang dijajakan di pinggir jalan tersebut terdeteksi adanya bakteri aerob 1,3 x 106 coloni/g, bakteri koliform 6,3 x 105 koloni/g,
Staphylococcus sp 1,7 x 105 koloni/g.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pada buah pepaya (Carica papaya L.) potongan yang dijajakan di kawasan kampus Universitas Sumatera Utara terdapat bakteri koliform ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada buah pepaya
(Carica papaya L.) potongan yang dijajakan di kawasan kampus Universitas Sumatera Utara terdapat bakteri koliform.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai:
1. Masukan bagi Rektorat Universitas Sumatera Utara dalam pengawasan makanan yang dijajakan di kawasan kampus Universitas Sumatera Utara. 2. Masukan bagi BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dan
Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pengawasan penjualan makanan untuk dikonsumsi masyarakat kota Medan.
3. Informasi dan pertimbangan masyarakat khususnya mahasiswa kawasan Universitas Sumatera Utara dalam memilih makanan yang aman untuk dikonsumsi.
4. Masukan bagi penjual buah potongan agar lebih menjaga higienitas buah yang dijual.
ABSTRAK
Latar Belakang : Foodborne disease dapat terjadi apabila mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri Koliform dan
Escherichia coli merupakan bakteri yang paling sering menjadi kontaminan pada makanan, termasuk pada buah buahan. Di kawasan Universitas Sumatera Utara, terdapat banyak penjual buah potongan pinggir jalan yang sangat diminati oleh berbagai konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknya bakteri yang mengkontaminasi buah pepaya (Carica papaya L.) potongan yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan uji laboratorium. Hasil : Hasil uji bakteriologis dari 15 sampel buah pepaya (Carica papaya .L) menunjukkan 100% sampel positif koliform. Bakteri Klebsiella spp ditemukan pada 60% sampel, bakteri Escherichia coli ditemukan pada 33,33% sampel dan pada 6,67% sampel ditemukan bakteri Proteus spp.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buah pepaya (Carica papaya.L) yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara tidak memenuhi syarat kesehatan (mengandung koliform 0 per gram makanan).
ABSTRACT
Background : Foodborne disease occur when food, that is contaminated with bacteria. Bacteri koliform and Escherichia coli are commonly contaminated food ,This also include papaya fruit. In the region of university of North Sumatera, due to high levels of demand , there are many sidewalk papaya sellers.The purpose of this study is to identify bacteria in slice of papaya that are sold in some district of University of North Sumatera.
Methods : This study use descriptive method with laboratory test
Results : Based on the result of bacteriological test , from the total 15 samples of papaya show 100% of them were found positif in koliform bacteria. Bacteria klebsiella sp were found to have 60%, followed by bacteria Escherichia coli (33,33%) and proteus sp(6.67%).
Conclusion : The result of this study indicate that the slice of papaya that are sold in the region of University of North Sumatera does not reach the minimum requirement of health.
IDENTIFIKASI BAKTERI Koliform PADA
BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) POTONGAN YANG DIJAJAKAN DI KAWASAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh:
RHEA TIARA DINATA 110100029
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IDENTIFIKASI BAKTERI Koliform PADA
BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) POTONGAN YANG DIJAJAKAN DI KAWASAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
RHEA TIARA DINATA 110100029
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Identifikasi Bakteri Koliform pada Buah Pepaya (Carica papaya L.) Potongan Yang Dijajakan di Kawasan Universitas Sumatera Utara
Nama : RHEA TIARA DINATA NIM : 110100029
Pembimbing Penguji I
dr. Sri Amelia, M. Kes
NIP 197409132003122001 NIP 195204221980102001 dr. Berlian Hasibuan, Sp.A (K)
Penguji II
NIP 197210042005012001
dr. Ramona Duma Sari Lubis, Sp.KK
Medan, Desember 2014 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
NIP : 19540220 198011 1 001
ABSTRAK
Latar Belakang : Foodborne disease dapat terjadi apabila mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri Koliform dan
Escherichia coli merupakan bakteri yang paling sering menjadi kontaminan pada makanan, termasuk pada buah buahan. Di kawasan Universitas Sumatera Utara, terdapat banyak penjual buah potongan pinggir jalan yang sangat diminati oleh berbagai konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknya bakteri yang mengkontaminasi buah pepaya (Carica papaya L.) potongan yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan uji laboratorium. Hasil : Hasil uji bakteriologis dari 15 sampel buah pepaya (Carica papaya .L) menunjukkan 100% sampel positif koliform. Bakteri Klebsiella spp ditemukan pada 60% sampel, bakteri Escherichia coli ditemukan pada 33,33% sampel dan pada 6,67% sampel ditemukan bakteri Proteus spp.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buah pepaya (Carica papaya.L) yang dijajakan di kawasan Universitas Sumatera Utara tidak memenuhi syarat kesehatan (mengandung koliform 0 per gram makanan).
ABSTRACT
Background : Foodborne disease occur when food, that is contaminated with bacteria. Bacteri koliform and Escherichia coli are commonly contaminated food ,This also include papaya fruit. In the region of university of North Sumatera, due to high levels of demand , there are many sidewalk papaya sellers.The purpose of this study is to identify bacteria in slice of papaya that are sold in some district of University of North Sumatera.
Methods : This study use descriptive method with laboratory test
Results : Based on the result of bacteriological test , from the total 15 samples of papaya show 100% of them were found positif in koliform bacteria. Bacteria klebsiella sp were found to have 60%, followed by bacteria Escherichia coli (33,33%) and proteus sp(6.67%).
Conclusion : The result of this study indicate that the slice of papaya that are sold in the region of University of North Sumatera does not reach the minimum requirement of health.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Identifikasi Bakteri Koliform pada Buah Pepaya (Carica papaya L.) Potongan yang Dijajakan di Kawasan Universitas Sumatera Utara” sebagai tugas akhir yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD (KGEH), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran USU.
2. Ibu dr. Sri Amelia, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah penulis.
3. Ibu dr. Berlian Hasibuan, Sp.A (K) dan Ibu dr. Ramona Duma Sari Lubis, Sp.KK selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan yang membangun bagi penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 4. Bapak dr. Andre Pasha Ketaren, Sp.JP (K), selaku dosen Penasihat
Akademik yang telah memberikan motivasi dan dukungan penulis selama proses pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 5. Bagian IKK dan MEU FK USU yang telah memberikan panduan,
tanggapan, dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah penulis.
8. Yang terhormat dan tercinta, keluarga penulis, Ayahanda Rinaldi, SKM dan Ibunda. Syafrina Karyawati, SKM (Almh) serta Adinda Reyssa Assiva Dinata, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, doa, dan semangat serta bantuan materil selama ini untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah penulis.
9. Teman-teman mahasiswa/i angkatan 2011 Fakultas Kedokteran USU yang selalu memberikan dukungan demi suksesnya karya tulis ilmiah penulis.
Penulis menyadari bahwa pada karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dalam segi isi materi, teknik penulisan dan penyusunan, serta kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Medan,November 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Pepaya (Carica papaya L.)... 5
2.2. Mikroorganisme yang sering terdapat pada buah ... 6
2.2.1. Enterobacteriaceae ... 6
2.2.2. Bakteri koliform ... 7
2.2.3. Escherichia coli ... 9
2.2.3.1. E.coli Enteropatogenik (EPEC) ... 10
2.2.3.2. E.coli Enterotoksigenik (ETEC) ... 10
2.2.3.3. E.coli Enterohemoragik (EHEC)... 11
2.2.3.4. E.coli Enteroinvansif (EIEC) ... 11
2.2.3.5. E.coli Enteroagregatif (EAEC) ... 11
2.2.4. Salmonella sp ... 12
2.2.5. Shigella sp ... 12
2.2.6. Enterobakter sp ... 13
2.2.8. Vibrio cholera ... 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 14
3.1. Kerangka Konsep ... 14
3.2. Definisi Operasional ... 14
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 15
4.1. Jenis Penelitian ... 15
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
4.3. Populasi dan Sampel... 15
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 16
4.4.1. Teknik Pengambilan Sampel ... 16
4.4.2. Alat dan Bahan ... 16
4.4.2.1. Alat ... 16
4.4.2.2. Media dan Reagensia yang diperlukan ... 17
4.4.3. Cara Pemeriksaan Laboratorium ... 17
4.4.3.1. Uji Biokimia ... 17
4.4.3.2. Uji identifikasi Koliform dan E.coli ... 20
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
5.1. Hasil Penelitian ... 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24
5.1.2. Uji Laboratorium ... 24
5.1.3. Uji Most Probable Number (MPN) ... 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
6.1. Kesimpulan ... 32
6.2. Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Reaksi biokimia beberapa anggota Enterobacteriaceae ... 20
Tabel 5.1 Hasil Uji Biokimia untuk buah pepaya potongan ... 25
Tabel 5.2 Hasil Uji Penduga untuk buah pepaya potongan ... 26
Tabel 5.3 Hasil Uji Penegasan untuk buah pepaya potongan ... 27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Koloni E.coli pada EMB agar ... 9
Gambar 2.2. Reaksi Biokimia (IMVIC) untuk E.coli ... 9
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis Lampiran 2. Ethical Clearence Penelitian Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian Lampiran5. Gambar Hasil Penelitian
Lampiran 6. Tabel Reaksi Biokimia