• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi produksi karet olahan di PTPN VIII Kebun Jalupang Subang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi produksi karet olahan di PTPN VIII Kebun Jalupang Subang"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DI PTPN VIII KEBUN JALUPANG SUBANG

MUHAMAD SETA BAGJA FARDHAKA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi Produksi Karet Olahan: Studi Kasus PTPN VII Kebun Jalupang, Subang” adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

(3)

MUHAMAD SETA BAGJA FARDHAKA. Optimalisasi Produksi Karet Olahan (Studi Kasus : PTPN VIII Kebun Jalupang, Subang). Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI.

Kebun Jalupang yang merupakan salah satu Unit Usaha milik PTPN VIII. Dengan menggunakan program linier LINDO, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kombinasi produksi karet olahan di Kebun Jalupang agar perusahaan menganalisis alokasi penggunaan input/sumberdaya pada Kebun Jalupang agar dapat mencapai kondisi yang optimal. Dalam kurun waktu satu tahun (Mei 2011- April 2012), Kebun Jalupang mampu mendapatkan penerimaan optimal pada nilai sebesar Rp 76.364.690.000,00. Sementara itu, penerimaan aktualnya adalah sebesar Rp 81.906.284.918,00 dengan produk olahan karet kering sebanyak RSS sebanyak 2.179.280 Kilogram Karet Kering (77,1%) dan Lateks Pekat sebanyak 646.441 Kilogram Karet Kering (22,9%). Kemudian hasil analisis Status Sumberdaya menunjukkan bahwa sumberdaya yang menjadi pembatas adalah Taksasi Lalek Pekat LP dan pengurangan bahan baku sebanyak 20% akan sangat mempengaruhi jumlah produksi karet Olahan di Kebun Jalupang.

Kata Kunci: Optimalisasi Produksi, Karet Olahan, RSS, Lateks Pekat

ABSTRACT

Muhamad SETA BAGJA FARDHAKA. Optimization of Production of Rubber Processed (Case Study: PTPN VIII Jalupang Gardens, Subang). Guided by NUNUNG KUSNADI.

Jalupang garden which is one of the business units of PTPN VIII. By using a linear program LINDO, this study was conducted to analyze the combination of processed rubber production in Gardens Jalupang that companies analyze the allocation of the use of inputs / resources on Jalupang Gardens in order to achieve optimal conditions. In the period of one year (May 2011-April 2012), Gardens Jalupang able to obtain optimum reception at the value of Rp 76,364,690,000.00. Meanwhile, the actual receipt is Rp 81,906,284,918.00 with dry rubber processed products as RSS as 2.17928 million Kilograms Dry Rubber (77.1%) and as many as 646 441 Kilograms Concentrated Latex Rubber Dry (22.9%). Then the results of the analysis indicate that the Resource Status of the limiting resource is Taksasi Latek Concentrated (LP). and Labor is not a limiting resource and reduction of as much as 20% of raw materials will greatly affect the amount of processed rubber production in Jalupang Gardens.

(4)

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

(5)

MUHAMAD SETA BAGJA FARDHAKA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Depertemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Nama : Muhamad Seta Bagja Fardhaka

NIM : H34104098

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si

(8)
(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul ”Optimalisasi Produksi Karet Olahan (Studi Kasus: PTPN VII Kebun Jalupang, Subang)” dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menganalisis tingkat produksi optimal karet olahan per periode produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimum, menganalisis kendala apa yang harus diperhatikan dalam optimalisasi proses produksi, serta menganalisis apakah keuntungan perusahaan masih dapat ditingkatkan setelah dilakukan proses optimalisasi.

Laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan demi tercapainya hal yang lebih baik. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, Amin.

Bogor, Desember 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujian Penelitian 6

Ruang Lingkup 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Penelitian Tentang Karet 7

Optimalisasi Produksi 7

Optimalisasi Produksi Karet Olahan 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kombinasi Produksi Optimum 9

Kerangka Pemikiran Operasional 11

METODE PENELITIAN 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Jenis dan Sumber data 13

Pengambilan data 13

Metode Analisis Data 13

Linier Programming 14

Menentukan Variabel Keputusan 16

Menentukan Fungsi Tujuan 16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18

Sejarah Singkat dan Lokasi Perusahaan 18

Struktur Organisasi Kebun Jalupang 18

Sarana Produksi 20

Proses Produksi 22

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Model Optimalisasi dan Fungsi Tujuan 28

(11)

Produksi Optimal Karet Olahan 33

Tingkat Produksi Aktual Karet Olahan terhadap Produksi Optimalnya 33

Penggunaan Bahan Baku Lateks Kebun dan Bahan Penolong Optimal 34

Penggunaan Tenaga Kerja Optimal 36

Analisis Status Sumberdaya 36

Analisis Pasca Optimal 39

KESIMPULAN DAN SARAN 41

LAMPIRAN 44

DAFTAR TABEL

1. Persentase produk domestik bruto indonesia atas dasar harga berlaku menurut

lapangan usaha tahun 2008 – 2013 1

2. Proyeksi keseimbangan pasokan dan permintaan karet alam dunia (.000 ton) 2 3. Luas areal dan produksi perkebunan besar negara menurut jenis tanaman

di Jawa Barat tahun 2010 3

4. Presentase produksi karet olahan PTPN VII kebun jalupang tahun 2009 dan

tahun 2011 5

5. Produksi RSS dan Lateks pekat kebun jalupang 6

6. Jenis dan Sumber Data 13

7. Matriks variabel aktivitas produksi (Mei 2011-April 2012) 16

8. Suhu Kamar Asap dalam Pengasapan Sheet 23

9. Kombinasi keuntungan produksi RSS dan lateks pekat pada Kebun Jalupang 28 10. Produksi lateks kebun di Kebun Jalupang pada Bulan Mei 2011- April 2012 30 11. Pemakaian dan ketersediaan AFS Kebun Jalupang 31 12. Pemakaian dan ketersedian Amonia pada Kebun Jalupang 31 13. Taksasi produksi Kebun Jalupang pada Mei 2011 – April 2012 32

14. Ketersediaan tenaga kerja di Kebun Jalupang 33

15. Tingkat produksi akual dan optimal RSS pada Triwulan 1-4 34 16. Tingkat produksi akual dan optimal Lateks Pekat pada Triwulan 1-4 34 17. Penggunaan bahan baku lateks pada kondisi aktual dan optimal di Kebun

Jalupang pada Mei 2011 – April 2012 34

18. Penggunaan bahan penolong afs pada kondisi aktual dan optimal di Kebun

Jalupang pada Mei 2011 – April 2012 35

19. Penggunaan bahan penolong amonia pada kondisi aktual dan optimal Kebun

Jalupang pada Mei 2011 – April 2012 35

20. Penggunaan tenaga kerja pada kegiatan produksi RSS dan Lateks Pekat di Kebun Jalupang pada Mei 2011 – April 2012 36 21. Rekap analisis status sumberdaya Kebun Jalupang Triwulan 1 37 22. Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan Kebun Jalupang

(12)

23. Analisis sensitivitas nilai ruas sebelah kanan pada Triwulan 1 39 24. Perbandingan tingkat produksi optimal dan pasca-optimal terhadap

ketersediaan bahan baku utama pada produk RSS 39

25. Perbandingan tingkat produksi optimal dan pasca-optimal terhadap

ketersediaan bahan baku utama pada produk lateks pekat 40

DAFTAR GAMBAR

1. Produktivitas Karet Menurut Pengusahaan Tahun 2000-2012 (Kg/Ha) 3

2. Kurva Kemungkinan Produksi 10

3. Alur Kerangka Pemikiran 12

4. Penerimaan Latek kedalam Balking 22

5. Pengenceran dan Pembekuan lateks 22

6. Penggilingan lembaran karet RSS 23

7. Pengasapan RSS 23

8. Sortasi dan pengiriman 24

9. Proses Produksi RSS 25

10. penerimaan latek kebun pada produksi Lateks pekat 26 11. Pengolahan lateks pekat pada mesin centrivius 26

12. Penyaluran lateks pekat ke bak penyimpanan 27

13. Proses Produksi Lateks Pekat 27

14. Perbandingan Tingkat Produksi Optimal dan Pasca-Optimal terhadap

Ketersediaan Bahan Baku Utama pada Produk RSS 40

15. Perbandingan Tingkat Produksi Optimal dan Pasca-Optimal terhadap

Ketersediaan Bahan Baku Utama pada Produk Lateks Pekat 41

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pohon Bisnis Karet 44

2. Luas areal dan Produksi Karet Menurut Pengusahaan Tahun 2000-2011 43

3. Struktur Organisasi Kebun Jalupang 44

4. Hasil Pengolahan Program LINDO Ooptimalisasi Perkebunan Jalupang 45

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya alam untuk menghasilkan produk pertanian segar dan olahan. Produk pertanian tersebut sangat diperlukan oleh seluruh kalangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan memiliki karakteristik tanah yang subur, komoditi pertanian dapat tumbuh dengan baik di Indonesia.

Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian Negara adalah dengan mengembangkan sektor pertanian. Unit bisnis komoditi karet memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, antara lain sebagai sumber pendapatan bagi lebih dari 10 juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja lainnya. Selain itu, karet juga merupakan salah satu komoditas nonmigas yang secara konsisten nilai ekspornya terus meningkat.1

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Produk Domestik Bruto (PDB) negara Indonesia Tahun 2008 sampai dengan 2013 sebagaimana tertera pada Tabel 1 semakin menguatkan pendapat bahwa pertanian merupakan sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Presentase PDB yang berasal dari sektor pertanian mengalami peningkatan dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 namun diperkirakan mengalami penurunanpada Tahun 2011 dan Tahun 2012. Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa berdasarkan angka sementara Tahun 2010, sebanyak 15,3 persen dari seluruh PDB dihasilkan dari sektor pertanian. Secara keseluruhan sektor pertanian berada pada urutan kedua terbesar dalam menyumbang angka PDB setelah sektor industri pengolahan dengan presentase tertinggi sebesar 24,8 persen. Akan tetapi pada Tahun 2011 diperkirakan menurun dengan nilai 24,3 persen dan tahun 2012 menjadi menurun lagi menjadi 23,94 persen.

Tabel 1. Persentase produk domestik bruto indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2008 – 2013

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011* 2012*

*

2013* ** 1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 14.50 15.29 15.29 14.70 14.44 14.98 2. Pertambangan dan

Penggalian 10.90 10.60 11.16 11.85 11.78 10.43

3. Industri Pengolahan 27.80 26.40 24.80 24.33 23.94 23.77 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0.80 0.80 0.76 0.77 0.79 0.84

5. Konstruksi 8.50 9.90 10.25 10.16 10.45 10.33

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 14.00 13.30 13.69 13.80 13.90 14.39

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 6.30 6.30 6.56 6.62 6.66 6.88

8. Keuangan, Real Estat dan

Jasa Perusahaan 7.40 7.20 7.24 7.21 7.26 7.53

1

(14)

9. Jasa-jasa 9.70 10.20 10.24 10.56 10.78 10.83

Tanpa Migas 89.50 91.70 92.17 91.58 92.27 92.99

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2013)

Note : * Angka sementara

** Angka sangat sementara

*** Angka Sangat Sangat Sementara (Sampai Triwulan II 2013)

Selain itu, karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Menurut International Rub-ber Study Group (IRSG), pada Tahun 2011 konsumsi karet alam global diramalkan meningkat 2,0 persen menjadi 11,0 juta ton dan pada Tahun 2012 permintaan karet alam diperkirakan meningkat lagi sebesar 4,6 persen menjadi 11,5 juta ton. Produksi karet alam berasal dari ramalan potensi pemasok berdasarkan kebijakan perkebunan karet dan harga. Harga yang tinggi akan memberikan kecenderungan intensitas sadap yang tinggi dan sebaliknya. Produksi karet alam dunia diperkirakan naik sebesar 4,6 persen mencapai 10,86 juta ton pada Tahun 2011 dan meningkat lagi 5,1 persen, mencapai 11,42 juta ton. Data pemasok dan konsumsi diatas menunjukkan terjadinya defisit pada Tahun 2011 sebanyak 131.000 ton tetapi berkurang menjadi 77.000 ton pada tahun 2012 (Bulletin Karet, 2011).

Tabel 2. Proyeksi keseimbangan pasokan dan permintaan karet alam dunia (.000 ton)

Prospek agribisnis karet alam tetap cerah dimasa mendatang. Menurut hasil studi IRSG yang dilakukan oleh Anwar (2008) diproyeksikan bahwa partumbuhan produksi karet Indonesia akan meningkat sebesar 3 persen pertahun, Thailand hanya 1 persen, sedangkan Malaysia -2 persen. Selanjutnya pada Tahun 2020 diprediksi dunia akan kekurangan karet alam sebesar 1,4 juta tonkarena negara-negara produsen karet hanya mampu mensuplay karet alam sebesar 12,4 juta ton2.

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai lateks) yang diperoleh dari getah pohon karet (Hevea brasiliensis/ Euphorbiaceae) tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Untuk menghasilkan lateks proses yang dilakukan adalah dengan cara melukai kulit pohon karet sehingga pohon tersebut akan mengeluarkan lateks serta memberikan respon yang menghasilkan lebih banyak lateks. Lateks dapat dibuat menjadi berbagai macam bahan olahan karet (Lampiran 1).

Produksi karet yang dihasilkan oleh seluruh areal areal kebun yang dimiliki Perkebunan Rakyat (smalholders), Perusahaan Negara (government) dan

2

(15)

Perusahaan Swasta (private) menunjukan kecenderungan yang terus meningkat. Namun demikian, jumlah produksi karet pada Tahun 2000-2009 menunjukan angka yang berfluktuatif. Pada tahun 2000 jumlah produksi karet yaitu 1.501.428 ton dan terus menunjukan peningkatan jumlah produksi hingga tahun 2007 dengan jumlah produksi sebesar 2.755.172 ton.Akan tetapi, pada Tahun 2008-2009 mengalami penurunan dimana jumlah produksi di Tahun 2008-2009 menjadi 2.440.347 ton. Setiap tahunnya luas areal perkebunan mengalami peningkatan namun tidak diiringi dengan peningkatan hasil produksi karet. Hasil produksi karet mengalami penurunan pada tahun 2008 sampai 2009 pada smallholder, government maupun perkebunan rakyat. Namun pada Tahun 2010 sampai 2012 produksi karet mengalami peningkatan lagi, meskipun produksi tahun 20012 relatif lebih rendah dibanding produksi tahun 2011 (Lampiran 2).

Gambar 1. Produktivitas Karet Menurut Pengusahaan Tahun 2000-2012 (Kg/Ha)

Produksi karet yang dihasilkan Perkebunan Besar Negara (PBN) memang tidak sebanyak yang dihasilkan oleh Perkebunan Rakyat (PR). Namun demikian, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1, nampak bahwa produktivitas Perkebunan Besar Negara memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas perkebunan milik pelaku usaha lain, kecuali pada tahun 2012 dimana produktivitas Perkebunan Besar Negara mulai disalip oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS). Selain itu, Gambar 1 juga menunjukkan bahwa perkebunan rakyat memiliki produktivitas paling rendah dibanding pelaku usaha lainnya, meskipun perkebunan rakyat memiliki jumlah luas terbesar dan produksi terbesar sebagaimana tertera pada Lampiran 2.

Tabel 3. Luas areal dan produksi perkebunan besar negara menurut jenis tanaman di Jawa Barat tahun 2010

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(16)

Sawit Segar (TBS)

Sumber : BPS Jawa Barat, 2010 (Diolah)

Data pada Tabel 3 di atas menunjukan bahwa untuk Perkebunan Besar Negara yang ada di Provinsi Jawa Barat komoditi karet memiliki areal terluas kedua (setelah teh). Adapun produk olahan karet dalam bentuk sheet merupakan produk olahan perkebunan yang cukup besar di provinsi Jawa Barat.

Dewasa ini, bahkan dimasa yang akan datang orientasi sektor pertanian telah berubah kepada orientasi pasar. Semakin banyaknya konsumen yang menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya preferensi konsumen terhadap produk olahan, maka sektor pertanian harus berubah dari sektor usahatani menjadi sektor agroindustri. Sektor agroindustri harus menjadi penentu kegiatan sub-sektor usahatani dan selanjutnya.

Agroindustri merupakan industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product) atau produk akhir (finished product). Sektor agroindustri atau subsistem pengolahan adalah salah satu sektor yang memoderenisasi dan penggerak utama dalam subsistem agribisnis. Dengan adanya sektor agroindustri petani dan/atau pengusaha pertanian tidak perlu khawatir akan sifat produk agribisnis yang cenderung mudah rusak, busuk dan berat. Sektor agroindustri memiliki peran utama sebagai penghasil nilai tambah yang di dapat dari produk turunan suatu komoditas.

Menurut Austin (1992) dalam Suprapto, agroindustri hasil pertanian mampu memberikan sumbangan yang sangat nyata bagi pembangunan di kebanyakan Negara berkembang karena empat alasan yaitu : 1) agroindustri hasil pertanian menjadi pintu masuk untuk sektor pertanian, 2) agroindustri hasil pertanian sebagai dasar sektor manufaktur, 3) pengolahan hasil pertanian menghasilkan komoditas ekspor penting, dan 4) jika agroindustri itu bergerak pada sektor pangan maka merupakan sumber penting nutrisi.

PTPN VIII merupakan salah satu di antara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996. Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agrobisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perusahaan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta meningkatkan keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Kegiatan usaha perusahaan meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan/produksi, dan penjualan komoditi perkebunan.

(17)

dihasilkan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain agar mampu diterima oleh pasar serta untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.

Perumusan Masalah

Setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh keuntungan dengan biaya seminimal mungkin. Dalam mencapai hal tersebut tidaklah mudah karena keterbatasan-keterbatasan akan muncul sebagai kendala yang bisa menjadi penghadang perusahaan tersebut untuk menggapai tujuannya.

Perusahaan yang berproduksi lebih dari satu produk akan kesulitan dengan ketersediaan sumberdaya yang terbatas. Dengan terbatasnya sumberdaya maka perusahaan dituntut melakukan efisiensi alokasi semberdaya untuk dapat menghasilkan tingkat produksi tertentu. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara optimal sehingga diperoleh tingkat produksi yang optimal.

Tabel 4. Presentase produksi karet olahan PTPN VII kebun jalupang tahun 2009 dan tahun 2011 (perusahaan BUMN Perkebunan) yang sebelumnya memproduksi tiga jenis karet olahan,yaitu RSS, Lateks Pekat dan SIR Hidgh Grade. Namun pada tahun 2011 pabrik SIR High Gradesudah tidak lagi beroperasi (Tabel 4). Untuk setiap jenis produk yang dihasilkan Kebun Jalupang memiliki beberapa jenis mutu yang berbeda.Dalam perkembangannya, komposisi (persentase) setiap jenis maupun mutu karet olahan yang diproduksi Kebun Jalupang dapat berbeda dari tahun ke tahun. Untuk jenis RSS, komposisi hasil produksi cenderung membaik, yaitu dari 94% RSS 1 pada tahun 2009 menjadi 95% RSS1 pada tahun 2011 (Tabel4).

(18)

VIII Kebun Jalupang merupakan unit usaha yang hanya mengolah lateks cair hasil kebun sendiri dan tidak melakukan pembelian lateks dari luar Kebun Jalupang.

Tabel 5. Produksi RSS dan Lateks pekat kebun jalupang

Bulan RSS Lateks Pekat

Mei, juni, juli 792288 230696

Agustus, Sept, Okt 316860 166371

Nov, des, jan 471811 146215

Feb, mar, apr 748530 143170

Sumber: Kebun Jalupang

Keberhasilan suatu usaha dapat diukur dengan kepuasan konsumennya. Terpenuhinya permintaan konsumen akan produk yang dihasilkan perusahaan merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Hal ini tidaklah mudah dilakukan oleh suatu perusahaan, banyak hambatan yang harus dihadapi dalam melakukannya. Salah satu hambatan yang sering kali dialami oleh suatu perusahaan dalam upaya pemenuhan permintaan konsumenya adalah kekurangan bahan baku untuk proses produksinya.

Kendala yang dihadapi Kebun Jalupang muncul baik musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan kendala yang muncul adalah mutu lateks rendah sedangkan pada musim kemarau kendala yang muncul adalah jumlah bahan baku (lateks cair) sedikit. Oleh sebab itu, dalam kegiatan produksinya Kebun Jalupang hanya bisa memproduksi RSS sebanyak 10 Ton dalam 1 Kali produksi, meskipun permintaan kepada Kebun Jalupang sebanyak 15 ton. Adanya permintaan yang cukup besar dari pabrik-pabrik pengolah bahan setengah jadi menjadi barang siap pakai yang berbahan baku karet olahan seperti Sit (RSS) dan Lateks Pekat, waktu produksi RSS dan Lateks Pekat yang bersamaan, dan juga faktor cuaca yang sangat mempengaruhi volume dan kualitas lateks cair dari kebun menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian menganai alokasi sumberdaya dan prooduksi secara optimal sehingga dapat diketahui apakah perusahaan telah berproduksi dalam kondisi optimal atau tidak, serta membandingkan hasil keuntungan aktual dengan keuntungan optimal agartidak terjadi pengalokasian sumberdaya yang tidak tepat atau berlebihan.

Dari masalah yang dijelaskan diatas maka dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kombinasi produksi optimal produk karet olahan di Kebun Jalupang terhadap perubahan bahan baku?

2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki Kebun Jalupang untuk mencapai kondisi optimal?

3. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki Kebun Jalupang jika terjadi perubahab bahan baku utama?

Tujian Penelitian

(19)

1. Menganalisis kombinasi produksi karet olahan di Kebun Jalupang agar perusahaan mendapatkan penerimaan yang maksimum sekaligus memenuhi permintaan pasar.

2. Menganalisis alokasi penggunaan input/sumberdaya pada Kebun Jalupang agar dapat mencapai kondisi yang optimal.

3. Menguji model yang digunakan oleh peneliti

Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki berbagai batasan agar dapat lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Penelitian ini dilakukan di PTPN VII Kebun Jalupang Subang khususnya pada pabrik pengolahannya yang melakukan kegiatan kombinasi produksi karet olahan berupa RSS dan Lateks Pekat. Oleh sebab itu, penelitian ini khusus menganalisis optimalisasi produksi produk olahan komoditi karet jenis RSS dan Lateks Pekat.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Tentang Karet

Penelitian mengenai karet telah banyak dilakukan diantaranya oleh Hardjo (2003) tentang RSS dan SIR, Saleh (1991) tentang karet alam, Yovina (2002) tentang Crumb Rubber, serta Suhara(2005) dan Elfrida (2007) tentang pabrik ban. Walaupun berbeda jenis ataupun produk yang diteliti namun keseluruhan penelitian tersebut dilakukan dengan mengambil komoditi yang sama, yaitu komoditi karet.

Penelitian yang dilakukan oleh Saleh (1991), tidak hanya tentang prodiksi karet di Indonesia namun juga termasuk pemasarannya.Penelitian yang dilakukan oleh Yovina(2002)dan Hardjo (2003) mengenai optimalisasi produksi pabrik pengolahan karet. Perbedaan kedua penelitian dimaksud terletak pada jenis produk, dimana penelitian Yovina pada optimalisasi produksi Crumb Rubbersedangkan penelitian Hardjo pada optimalisasi produksi RSS dan SIR. Sementara itu, penelitian Suhara (2005) dan Elfrida (2007) mengarah kepada analisis pengendalian persediaan bahan baku karet untuk kegiatan produksi industri ban. Namun demikian, dari seluruh penelitian tentang karet dimaksud belum ada yang meneliti produk olahan karet tentang Lateks Pekat, terutama untuk optimalisasi dan kombinasi dengan jenis produk olahan lainnya, termasuk kombinasi produksi antara Lateks Pekat dengan RSS yang dilakukan oleh perusahaan yang sama.

Optimalisasi Produksi

(20)

Maryati (2008) pada tanaman hias, serta Kesuma (2006) pada ikan konsumsi. Selain itu, penelitian-penelitian tersebut dilakukan pada kegiatan produksi yang dikelola perusahaan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian-penelitian tersebut melakukan pendekatan maksimisasi keuntungan sebagai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitiannya.

Pada perusahaan yang bergerak dalam bidang pangan, kebutuhan bahan baku utama menjadi hal yang penting (Latifah, 2006) dan Rizqi (2006)) karena kelebihan ataupun kekurangan bahan baku utama akan mengganggu proses produksi. Namun keadaan tersebut berbeda paada perusahaan yang melakukan kegiatan pengadaan bahan baku utama sendiri oleh perusahaan yang sama (Maryati, 2008). Seperti halnya perusahaan yang melakukan produksi krisan dimana pemenuhan bibitnya dilakukan oleh perusahaan sendiri melaluikultur jaringan. Dalam hal ini perusahaan tersebut dapat mengontrol jumlah kebutuhan bahan baku utama kegiatan produksinya. Walaupun demikian, pada perusaan tersebut ketersedian tenaga kerja merupakan kendala yang terpenting.

Kegiatan produksi merupakan kegiatan dimana sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan dapat dimanfaatkan sebagai penopang kegiatan produksi.Dalam satu jenis komoditi seperti tanaman hias bisa berbeda pula kendala yang dihadapi tergantung jenis tanaman yang diproduksi (Hotmora, 2004) dan Maryati (2008). Maryati (2008) menyebutkan kendala lahan, bahan kimia, tenaga kerja, sekam bakar, pupuk kimia, larutan pupuk organik, indukan, pasar, namun berbeda dengan yang dilakukan Maryati (2008) tidak mencantumkan pasar sebagai faktor kendala. Dalam kegiatan produksi tidak selalu berjalan lancar, kemungkinan adanya kendala yang dihadapi itu sangat bisa terjadi.Kendala yang dimiliki perusahaan berbeda-beda sesuai dengan komoditi dan jenis kegiatan produksinya (Latifah (2006), Rizqi (2006), Maryati (2008), Kesuma (2006)).

Optimalisasi Produksi Karet Olahan

Dalam penelitian yang berjudul Optimalisasi Produk Akhir RSS, TPC, Lateks dan Karet Remah, Sugiharto (2001) mengemukakan bahwa meningkatnya pasokan bahan baku menyebabkan semakin banyaknya pilihan komposisi produk akhir yang dapat diproduksi serta tingkat produksi akhir optimal yang dapat dihasilkan menjadi relatif lebih tinggi. Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukan bahwa komposisi produk akhir berdasarkan analisa sensitifitas tidak berpengaruh kepada penurunan bahan baku melainkan peka terhadap kanaikan harga bahan baku lateks.

(21)

Penelitian tentang optimalisasi produksi karet yang dilakukan Yovina, (2002)menggunakan metode analisis Linear Programming dengan tujuan memaksimumkan pendapatan.Hasil analisis optimalisasi dengan menggunakan

Linear Programmingtersebut menunjukan bahwa keuntungan yang diperolehpada kondisi optimal lebih besar dari kondisi aktual perusahaan.

Penelitian yang akandilakukan peneliti di Kebun Jalupang mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Yovina (2002) yang menjadikan waktu sebagai indikator dalam menentukan fungsi tujuan. Perbedaan penelitian yang dilakukan di Kebun Jalupang dengan penelitian sebelumnya terletak pada hasil output produksi, dimana dalam penelitian tentang karetsebelumnya belum ada yang dilakukan pada proses produksi bahan olah karet yang mengkombinasikan produk olahan RSS dengan Lateks Pekat pada kegiatan produksi yang dilakukan oleh satu perusahaan pengolakan karet yang sama.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kombinasi Produksi Optimum

Perusahaan melakukan kegiatan produksi barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.Namun tujuan ini terkadang sulit untuk dicapai karena kemampuan perusahaan dalam kegiatan produksi dibatasi dengan ketersediaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.Pihak pengambil keputusan di perusahaan perlu mempertimbangkan kombinasi produk optimum yang diperoleh dari penanganan faktor-faktor produksi yang jumlahnya terbatas agar memberikan keuntungan yang maksimal.

(22)

Menurut Lipsey (1995), Kurva Kemungkinan Produksi (Production Possibility Boundary) menjelaskan tiga konsep, yaitu: kelangkaan (scarcity), pilihan (choise), dan biaya peluang (opportunity cost). Kelangkaan (D) ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas, pilihan (C) ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari sekian titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas, sedangkan biaya peluang (a-b) diperlihatkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan bawah. Kombinasi produksi yang optimum dicapai saat KKP bersinggungan denga garis isorevenue

pada titik E. Pada Gambar 2 diasumsikan perusahaan menggunakan sumberdaya yang ada hanya untuk memproduksi dua produk, yaitu produk Q1 dan produk Q2. Pada saat perusahaan berproduksi sebesar d untuk produk Q1 dan sebesar c untuk produk Q2, total penerimaan yang diterima perusahaan maksimal, yaitu sebesar TR2. Sedangkan kombinasi produksi di titik a dan b bukan merupakan kombinasi yang optimal karena total penerimaan yang dihasilkan lebih rendah dari TR2 dan masih ada sumberdaya yang berlebih.

Masalah optimalisasi produksi dapat diselesaikan dengan salah satu tek-nik optimalisasi, yaitu menggunakan program linear.Metode pemrograman linear merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi berkendala dimana semua fungsi - baik fungsi tujuan maupun fungsi kendala - merupakan fungsi linear.

(23)

Kerangka Pemikiran Operasional

PTPN VIII merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang agrobisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perusahaan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat. Produk yang dihasilkan unit usaha Kebun Jalupang sampai tahun 2009 ada tiga jenis, yaitu RSS, Lateks Pekat, dan SIR High Grade. Namun dengan berjalannya waktu pada Tahun 2011 unit usaha Kebun Jalupang tidak lagi memproduksi SIR high grade. Dengan kata lain, yang diproduksi oleh unit usaha Kebun Jalupang hanya RSS dan Lateks Pekat

Setiap perusahaan,termasuk PTPN VIII Kebun Jalupang,tentu saja bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan.Akan tetapi pencapaian tujuan perusahaan tersebut tidak mudah karena setiap perusahaan dihadapkan pada kendala-kendala, dimana salah satunya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.

Permintaan produk dan ketersediaan sumberdaya merupakan dua hal yang mempengaruhi dalam perencanaan penggunaan sumberdaya, dimana setiap bulannya ketersedian sumberdaya tersebut tidak tetap atau berfluktiatif. Pemecahan persoalan tersebut dapat menggunakan program linier sebagai alat analisisnya. Program linier itu sendiri merupakan metode atau teknis matematik yang digunakan untuk membantu manajer dalam menentukan keputusan. (Yamit,1993).

(24)

Analisis Linear Programming

Penentuan Kombinasi Produksi Olahan Karet

Adanya kendala pada peruahaan yaitu Kendala cuaca, bahan baku, bahan penolong, Taksasi dan Tenaga kerja

 Menentukan kombinasi produksi optimal produk karet olahan

 Menentukan alokasi sumberdaya yang dimiliki Kebun Jalupang untuk mencapai kondisi optimal

 Menentukan alokasi sumberdaya yang dimiliki Kebun Jalupang jika terjadi perubahan bahan baku utama

Optimalisasi Produksi

Evaluasi Kondisi Aktual Perusahaan

(25)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu unit usaha milik PTPN VIII, yaitu di Kebun Jalupangyang terletak di Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan bahan baku karet alam (lateks) dan menghasilkan produk olahan RSS dan Lateks Pekat. Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan (mei 2012- Juni 2012).

Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan terkait. Data sekuder meliputi keadaan umum perkebunan karet Jalupang, produksi karet olahan, jumlah tenaga kerja, listrik dan tenaga kerja yang berasal dari laporan bulanan dan merupakan untaian waktu.

Tabel 6. Jenis dan Sumber Data

No Jenis Data Sumber Data

1 Sejarah Perusahaan Manajemen

2 Struktur Organnisasi Manajemen

3 Produk yang dihasilkan Bagian Produksi

4 Bahan baku yang digunakan Bagian Produksi

5 Proses Produksi Bagian produksi

6 Mesin-Mesin produksi Bagian Produksi

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang

Pengambilan data

Studi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek kajian, guna menunjang penelitian. Data primer ini dilakukan dengan wawancara yang berisi tentang pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan dalam pengambilan data sekunder berasal dari data penjualan dan produksi pada Tahun 2009-2011.

Metode Analisis Data

(26)

kalkulator.Hasil pengolahan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk membentuk fungsi tujuan dan kendala dalam upaya menghasilkan kombinasi produksi yang optimal di PTPN VIII Kebun Jalupang. Setelah didapatkan fungsi tujuan dan kendala, kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan program linier LINDO (Linier Interactive and Discrete Optimizer).

Linier Programming

Linier programming adalah suatu analisis masalah dengan menggunakan sebuah fungsi linier dari sejumlah variabel-variabel dengan tujuan maksimisasi atau minimisasi, dimana variabel-variabel tersebut merupakan anggota dari sejumlah kendala dalam bentuk pertidaksamaan linier.

Model dari suatu linier programming harus terdiri dari empat komponen. Komponen-komponen tersebut adalah:

1. Fungsi tujuan (maksimisasi atau minimisasi)

Semua masalah mencari pemecahan maksimisasi atau minimisasi dari suatu jumlah, biasanya keuntungan atau biaya.Tujuan tersebut harus dinyatakan secara jelas, baik dengan tulisan atau secara matematis.

2. Kendala

Kendala tersebut merupakan jumlah pembatas dalam pencapaian tujuan.Tujuan dari linier programming dibatasi oleh beberpa sumberdaya yang terbatas. 3. Adanya alternatif aktivitas

Dengan adanya berbagai alternatif aktivitas, maka linier programming akan dicari suatu kombinasi dari berbagai aktivitas yang memenuhi tujuan yang akan dibatasi.

4. Fungsi tujuan dan fungsi kendala linier

Fungsi tujuan dan fungsi kendala dalam bentuk hubungan matematis yang linier atau dalam bentuk pertidaksamaan akan memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah.

Secara umum, model program linier (linier programming) dapat dinyatakan sebagai berikut :

Maksimisasi/minimisasi :

untuk j = 1,2,… n

memenuhi syarat kendala

1. , untuk j = 1,2,…. n

2. Xj ≥ 0 Dimana :

Z = fungsi tujuan

Cj = koefisien fungsi tujuan aj = koefisien input-output

(27)

Nasendi dan Anwar (1985) menyatakan bahwa terdapat asumsi yang mendasari model program linier, yakni :

1. Linieritas

Perbandingan antara input yang satu dengan input lainnya, atau suatu input dengan output besarnya tetap dan tidak bergantung pada tingkat produksi. 2. Proporsionilitas

Apabila variabel pengambil keputusan (Xj) berubah maka dampak perubahan akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (CjXj) dengan fungsi kendala (ajXj).

3. Aditivitas

Nilai koefisien pengambil keputusan fungsi tujuan merupakan jumlah dari nilai individu-individu Cj dalam model program nilai terebut. Dampak total terhadap kendala ke-j merupakan jumlah dampak individu terhadap variabel pengambil keputusan (Xj).

4. Divisibilitas

Variabel pengambil keputusan (Xj) dapat dibagi kedalam pecahan-pecahan apabila diperlukan.

5. Deterministik

Semua parameter yang terdapat dalam model program linier (aj, Cj, Xj) adalah tetap, diketahui dan dapat diperkiran dengan pasti.

Dari keluaran komputer ini diperoleh beberapa analisis yaitu analisis

primal, analisis dual, sensitivitas dan analisis post optimalitas. a. Analisis Primal

Dengan analisis primal, dapat diketahui jumlah kombinasi produk (Xj) yang terbaik dengan menghasilkan tujuan Z, dimana dalam tujuan Z tersebut meminimumkan deviasi atas dan atau bawah dengan kendala keterbatasan sumberdaya yang tersedia (bj).

b. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas terdiri dari analisis perubahan koefisien dari fungsi tujuan dan analisis RHS (Right Hand Side) atau kisaran sisi kanan dari fungsi tujuan (Cook dan Russel,1989). Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan digunakan untuk melihat selang perubahan koefisien fungsi tujuan (Cj) yang masih diijinkan agar nilai optimal variabel keputusan tidak berubah. Analisis sensitivitas ruas kanan kendala menunjukkan ruas kanan kendala (bj) atau sering disebut right hand side (RHS) yang masih diijinkan agar tetap mempertahankan kondisi feasible awal (tidak akan mengubah nilai shadow price kendala bersangkutan) dengan parameter lain dipertahankan konstan.

c. Analisis Post-optimal

Analisis post-optimal merupakan suatu analsis untuk mempelajari nilai-nilai dari peubah-peubah pengambilan keputusan dalam suatu model matematika jika satu atau beberapa atau semua parameter model tersebut berubah. Analisis

(28)

Menentukan Variabel Keputusan

Penentuan variabel keputusan didasarkan kepada produk yang akan dioptimalkan. Variabel keputusan menunjukan aktivitas produksi setiap jenis produk yang dihasilkan PTPN VIII Kebun Jalupang dalam memproduksi dua jenis karet olahan, yaitu RSS dan Latek Pekat.Keuntungan dari produk – produk yang dihasilkan berfluktuasi setiap bulannya sehingga variabel keputusan ditetapkan berdasarkan keuntungan yang diperoleh dari produk tersebut.Keuntungan tersebut diperoleh dari hasil penjualan produk dikurangi dengan biaya produksinya. Pengambilan variabel ini dilakukan melalui data yang dikumpulkan selama 12 bulan (Mei 2011- April 2012). Penentuan 12 bulan karena sasaran tujuan yang ingin dicapai adalah maksimisasi keuntungandari masing – masing produk yang dihasilkan. Permintaan yang berbeda pada setiap periodenya menjadikan produksi perusahaan tiap periodenya selalu berbeda pula.Variabel keputusan disimbolkan dengan Xij (i menunjukan jenis produk dan j menunjukan periode produksi).

Penelitian ini menjadikan waktu sebagai indikator dalam menentukan fungsi tujuan. Berkaitan dengan hal tersebut,maka kegiatan produksi RSS maupun Lateks Pekat di PTPN VIII Kebun Jalupang dibagi menjadi empat triwulan. Adapun matriks variabel aktivitas produksi RSS dan Lateks Pekat di PTPN VIII Kebun Jalupang adalah sebagaimana tertera pada Tabel 6 berikut.

Tabel 7. Matriks variabel aktivitas produksi (Mei 2011-April 2012)

Periode Jenis Produk

(29)

Z = Nilai fungsi tujuan/ keuntungan yang ingin dimaksimumkan (Rp) TRij = Kontribusi penerimaan dari produk ke-i pada triwulan ke-j (Rp)

Tcij = Kontribusi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ke-i pada triwulan ke-j (Rp)

Aij = Kontribusi keuntungan persatuan yang dihasilkan dari produk ke-i pada triwulan ke-j (Rp)

Xij = Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i pada triwulan ke-j (m) I = Jenis produksi yang dihasilkan (1= produk A dan 2 = produk B ) J = Periode produksi selama satu tahun (4 triwulan)

Pada fungsi tujuan, aktivitas produksi yang dimasukkan adalah aktifitas pengolahan RSS danLateks Pekat. Adapun kendala-kendala yang masuk dalam model pemrograman linear untuk produksi RSS dan Lateks Pekat meliputi kendala di kebun dan kendala di pabrik, yaitu:

1. Bahan baku.

Bahan baku merupakan faktor utama dalam pembuatan karet RSS dan lateks pekat yang merupakan lateks kebun(cair). Setiap olahan karet memiliki kadar lateks yang dianjurkan.

Bij = Koefisien Penggunaan bahan baku untuk aktivitas ke-i pada triwulan ke-j (kg/triwulan)

Bj = Ketersediaan bahan baku pada bulan ke-j (kg/triwulan) selama periodeanalisis

2. Taksasi Produksi

Taksasi Produksi merupakan perkiraan jumlah produksi yang seharusnya dicapai. Penentuan taksasi di Kebun Jalupang ditetapkan sesuai dengan permintaan pasar akan masing-masing jenis karet olahan.

s

j

sij = Ketetapantaksasi produksi untuk menghasilkan produk ke-i pada triwulan ke-j selama periode analisis

3. Bahan Penolong

(30)

Pij = Koefisien Penggunaan bahan penolong untuk aktivitas ke-i pada triwulan ke-j (kg/triwulan)

pj = Ketersediaan bahan penolong untuk menghasilkan produk ke-i pada triwulan ke-j selama periode analisis

4. Kendala Ketersediaan Jam Kerja Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dihitung sebagai batasan dalam produksi RSS dan Lateks Pekat adalah tenaga kerja langsung. Ketersediaan tenaga kerja tersebut dihitung berdasarkan jumlah jam kerja yang terdapat dalam suatu periode. Sedangkan jumlah jam kerja yang dibutuhkan dalam memproduksi RSS dan Lateks Pekat adalah dihitung berdasarkan jam kerja reguler yang satuannya adalah jam.

t

ij i

TijXij

2

1

Tij = Koefisien Penggunaan tenaga kerja langsung untuk aktivitas ke-i pada triwulan ke-j (jam/triwulan)

tij = Ketersediaan jam kerja tenaga kerja langsung untuk menghasilkan produk ke-i pada triwulan ke-j selama periode analisis

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Singkat dan Lokasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang yang berlokasi di Kabupaten Subang merupakan suatu unit usaha perkebunan yang pengelolaannya selalu berganti – ganti. Unit usaha pekebunan ini pernah dikelola oleh perusahaan swasta asing pada Periode Jaman Pemerintahan Belandadan Jepang Kemerdekaan. Kemudian, pada jaman kemerdekaan pun perusahaan yang mengelola unit usaha Kebun Jalupang berganti – ganti, dan kini unit usaha tersebut dikelola oleh PTPN VIII.

PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang persisnya terletak di Jalan Raya Cipeundeuy Km.20, Desa Lengkong, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang Jawa Barat. Kebun Jalupang memiliki luas areal sebesar 3.754,89 hektar. Pabrik pengolahan karet sendiri berdiri di atas bangunan sebesar 15.000 m2. Lokasi PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang dapat dipandang sangat strategiskarena hal-hal berikut: 1) dekat dengan lokasi pasar (berbagai perusahaan industri hilir yang menggunakan bahan baku karet alam), 2) kondisi sarana jalan transportasi cukup baik (berjarak 1.5 Km dari jalan raya kabupaten yang menghubungkan Kota Subang dengan Kota Jakarta), dan 3) dekat dengan sumber tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung proses produksi (massyarakat yang bertempat tinggal di desa sekitar).

(31)

Struktur organisasi dalam PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang ini berbentuk garis.Sebagaimana tertera pada struktur organisasi Kebun Jalupang, perintah dari pimpinan langsung kepada bawahan.(Lampiran 3). Dalam hal ini, untuk seluruh rangkaian proses produksi RSS maupun lateks pekat di Kebun Jalupang, kekuasaan dan tanggung jawab tertinggi dipegang oleh satu pimpinan, yaitu Administratur. Namun demikian, dalam proses pemasaran RSS maupun lateks pekat seluruhnya dilakukan oleh Kantor Direksi sehingga Administratur Kebun Jalupang tidak punya kewenangan melakukan proses tersebut.

Mengacu pada struktur organisasi tersebut, wewenang dan tanggung jawab unsur pimpinan di Kebun Jalupang atas pekerjaannya, termasuk dalam memproduksi RSS dan Lateks Pekat, adalah sebagai berikut:

a. Administratur

Administratur bertugas merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan dan bertanggung jawab atas kelancaran jalanya kinerja unit atau Kebun yang di pimpinnya.

b. Kepala Tanaman

Bagian ini bertugas melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas pekerjaan bidang tanaman sesuai dengan kebijakan Direksi dan arahan dari Administratur.

c. Kepala Administrasi

Bagian ini melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan bidang Tata Usaha dan Keuangan sesuai dengan kebijakan Direksi dan arahan Administratur

d. Kepala Teknik dan Pengolahan

Bagian ini melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas pekerjaan bidang pengolahan dan teknik sesuai dengan kebijakan Direksi dan arahan Administratur.

e. Kepala Afdeling

Bagian ini tugasnya melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan di masing-masing Afdeling sesuai dengan kebijakan Direksi dan Arahan Administratur juga Kepala Tanaman.

f. Mandor Besara Afdeling

Bertugas melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan panen produksi dan perawatan tanaman di masing-masing Afdeling Kebun sesuai dengan arahan Adminitratur, Kepala Tanaman dan Kepala Afdeling.

g. Mandor

Bertugas melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan panen produksi dan perawatan tanaman di kemandorannnya sesuai dengan ketentuan dan arahan Kepala Afdeling dan Mandor Besar. h. Bagian Tanaman

Bertugas untuk membantu Kepala Tanaman dalam melaksanakan tugas dan kelancaran pekerjaan administrasi tanaman sesuai dengan pedoman dan peraturan yang telah ditetapkan

i. Mandor Besar Pengolahan

(32)

j. Mandor Pengolahan

Bertugas melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan penerimaan bahan baku lateks dan pengolahan awal di Pabrik sesuai dengan arahan Kepala Teknik dan Pengolahan.

k. Satuan Pengawas Intern Kebun

Bertugas melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas dan pemeriksaan dan pengawasan intern Kebun.

l. Petugas Tabin

Bertugas melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tata buku induk sesuai dengan peraturan Perusahaan.

m.Petugas SDM dan Umum

Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan urusan umum dan pengelolaan personil sesuai dengan peraturan dan ketentuan perusahaan serta arahan dari atasan.

n. Petugas Kasir

Melaksanakan Tugas dan tanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan pekerjaan sebagai kasir sesuai dengan peraturan dan ketentuan Perusahaan. o. Petugas Pengadaan

Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan pengadaan/pembelian barang dan jasa sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

p. Petugas Gudang

Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan pergudangan sesuai dengan peraturan Perusahaan dan arahan dari atasan.

q. Petugas Kesehatan

Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan dibidang kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Perusahaan.

Sarana Produksi

Selama proses pengolahan RSS dan Lateks Pekat diperlukan sarana produksi yang mampu berfungsi dengan baik dan mendukung proses tersebut agar berjalan secara optimal. Sarana produksi yang digunakan memiliki kapasitas masing-masing, dimana dalam penggunaannya harus dilakukan secara optimal agar menghasilkan jumlah dan kualitas produk akhir sesuai yang diharapkan. Sarana produksi pengolahan yang dimiliki oleh Kebun Jalupangadalah sarana produksi untuk menghasilkan RSS dan sarana produksi untuk menghasilkan Lateks Pekat. Sarana Produksi RSS yaitu:

a. Bak Penerimaan (Balking)

(33)

b. Koaguler (Bak Pembekuan)

Bak pembekuan menerima lateks dari Balking yang akan dibekukan. Di dalam bak ini juga terpasang Sekat untuk membuat lembaran-lembaran karet.Koaguler bak ini mempunyai kapasitas 88 kg atau jika dalam bentuk lembaran karet yaitu 100 lembar karet.Pabrik RSS Kebun Jalupang mempunyai 96 Bak.

c. Mesin Giling (Sheeter)

Mesin giling ini dalam 1 jam dapat mengerjakan penggilingan sebanyak 3 bak koaguler. Pabrik Jalupang memiliki 3 Buah mesin Sheeter.

d. Lori atau Monorail

Berfungsi untuk mengangkut karet lembaran hasil penggilingan yang telah ditiriskan ke kamar pengasapan. Lori juga bertujuan untuk mengangkut hasil pengasapan ke bagian sortasi.

e. Kamar Asap

Kamar asap berbeda bangunan dari bangunan pengolahan namun jaraknya tidak berjauhan. Terdiri dari 12 kamar asap dengan kapasitas masing-masing kamar asap tersebut ialah 2.500 kg atau sebanyak 2.600 lembar karet.

f. Gudang Sortasi dan Penyimpanan

Gudang sortasi dan Penyimpanan berada dalam sebuah ruangan yang sama. Namun kegiatan sortasi tidak sepenuhnya berlangsung di dalam ruangan tersebut. Jika produksi karet sedang melimpah, makaproses sortasi bisa sampai ke luar bangunan.

g. Mesin press

Di dalam gudang sortasi dan penyimpanan terdapan sebuah alat yang disebut dengan mesin press. Mesin press berkapasitas 113 kg yang akan di jadikan 1 ball atau 1 kotak.

Sarana Produksi Lateks Pekat yaitu: a. Bak Penerimaan

Bak penerimaan untuk produksi lateks pekat berkapasitas 3 ton lateks kebun. Bak tersebut berguna sebagai tempat penyimpanan pertama lateks kebun yang di bawa oleh truk-truk pengangkut.

b. Tangki bulking dan pengaduk

Pada proses pengolahan Lateks Pekat, tangki bulking juga berfungsi sebagai mesin pengaduk yang di dalam tangki ada besi-besi yang berputar untuk proses pengadukan. Pabrik jJalupang mempunyai 5 buah mesin pengaduk. c. Mesin Centrivius

Mesin ini bekerja mulai pagi hari untuk mengolah atau memisahkan lateks pekat dan skim yang dialirkan dari Bulking. Mesin sentrivius yang dimiliki Kebun Jalupang sebanyak 5 buah.

d. Storage

Bak penampungan ini berfungsi sebagai bak untuk menampung hasil olahan dengan grade “Lateks Pekat”.Storage yang dimiliki Pabrik Jalupang berjumlah 19 unit.

e. Blanding

(34)

Proses Produksi

Proses Produksi RSS (Ribbed Smoke Sheet)

Proses produksi RSS merupakan prosen produksi yang lebih lama di bandingkan dengan produk olahankaret lain di Pabrik Jalupang. Berikut penjelasan proses produksi RSS pada Pabrik Jalupang.

a. Penerimaan Lateks Kebun

Lateks kebun yang diolah menjadi RSS merupakan latek dari kebun sendiri.PTPN VIII Kebun Jalupang tidak melakukan pembelian lateks dari luar Kebun Jalupang. Dari kebun, lateks diangkut menggunakan truk pasir yang di dalamnya terdapat tangki (satu atau dua) yang kemudian di timbang melalui jembatan timbang selanjutnya dikirim ke pabrik pengolahan. Setelah diterima di pabrik, lateks disimpan di dalam Balking (bak penerimaan) lalu di analisa KKK terlebih untuk menentukan banyaknya bahan penolong yang perlu digunakan.

b. Pengenceran dan Pembekuan

Setelah dianalisa kadar karet keringnya lalu lateks dialikan ke dalam bak-bak pengolahan yang di sebut bak-bak Koaguler. Sebelumnya bak koaguler telah diisi air sebagai bahan pengencer lateks kebun.Batas keenceran latek untuk dibekukan adalah 15 persen. Setelah lateks masuk ke dalam bak dan tercampur dengan air lalu dimasukan AsapCair Formula Sheet atau AFS sebanyak 15 persen atau seba-nyak 5.200 cc. Kemudian diaduk sebaseba-nyak 7 kali. Setelah diaduk lalu dipasang papan sekat dalam bak untuk membentuk latek menjadi lembaran-lembaran.

Gambar 4. Penerimaan Latek kedalam Balking

(35)

c. Penggilingan dan Penirisan

Setelah 2 jam, lalu papan sekat dalam bak koaguler di buka lalu lembaran karet dialirkan menuju mensin giling. Setelah penggilingan lalu lembaran karet ditiriskan selama 1 jam sebelum masuk ke dalam kamar asap.

d. Pengasapan

Setelah ditiriskan selama 1 jam lalu lembaran karet dinaikkan ke kamar asap melalui monorail pengankut lembaran karet.Satu plot monorail akandiisi dengan 9 lembaran karet. Didalam kamar asap lembaran karet dijemur dengan menggunakan batang bambu. Setelah hari ke-5 karet dikeluarkan dan selanjutnya dimasukan ke dalam ruang sortasi. Proses pengasapan yang dilakukan pada pabrik Jalupang adalah sebagaimana tertera pada Tabel 7 berikut. Setelah hari ke-5 karet dikeluarkan dan selanjutnya dimasukan ke dalam ruang sortasi.

Tabel 8. Suhu Kamar Asap dalam Pengasapan Sheet

Waktu Suhu

Hari ke-1 45oC -50 oC

Hari ke-2 50 oC – 55 oC Hari ke-3 55 oC – 60 oC Hari ke-4 < 60 oC (stabil)

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang

Gambar 6. Penggilingan lembaran karet RSS

(36)

e. Sortasi

Kegiatan sortasi dilakukan didalam dan di luar ruangan. Karet-karet yang telah berbentuk lembaran di sortir ke dalam 3 grade dan 1 cutting (limbah sortasi). Namun didalam perkembangannya Kebun Jalupangn hanya memilih RSS ke dalam 2 grade (RSS 1 dan RSS 3) dan 1 cutting saja. Setelah disortir lalu RSS dipress berberntuk Kubus dengan berat sebesar 113kg perkotak atau bal. setelah dipress lalu karet dilabur dan diberikan cap grade. Karet yg sudah di cap dan di labur sudah siap dipasarkan atau diangkut oleh truk-truk konsumen.

(37)

LATEK KEBUN

PENIMBANGAN LATEK KEBUN

ANALISA KKK DI LABORATORIUM

PENAMPUNGAN

PENGGILINGAN

PENGENCERAN & PEMBEKUAN

PENIRISAN

PENGASAPAN

SORTASI

PACKING

PENYIMPANAN DI GUDANG

(38)

Proses Produksi Lateks Pekat a. Penerimaan Lateks

Lateks kebun yang datang ke pabrik lateks pekat selalu diuji terlebih dahulu dilaboratorium sebelum dilakukan ke proses selanjutnya. Setelah diuji di laboratorium kemudian lateks dialirkan ke dalam balking untuk penyeragaman KKK lalu diendapkan minimal 6 jam atau 1 malam sehingga kadar magnesiumnya turun.

b. Pengolahan

Pada pagi hari pengolahan dimulai. Lateks yg sudah diendapkan selama 6 jam atau satu malam dialirkan ke mesin centrivius untuk menghasilkan Latek Pekat, dan limbah cair. Setelah lateks masuk ke dalam mesin centrivius lalu lateks dialirkan ke dalam bak penampungan kembali. Lalu dianalisa untuk menguji kandungan karet dalam Lateks Pekat tersebut.Selama di dalam bak penyimpanan lateks selalu diuji untuk mengetahui kestabilan kandungannya. Jika ada kandungan karet dalam Lateks Pekat yang berkurang maka akan diaduk dan dicampurkan dengan bahan kimia tersebut.

Gambar 10. penerimaan latek kebun pada produksi Lateks pekat

(39)

c. Penampungan dan Pengiriman

Lateks pekat ditampung di bak penampungan sebelum dikirim atau dibawa oleh truk – truk perusahaan. Pengemasan Latek Pekat dengan cara dimasukan ke dalam drum yang di bawa oleh truk yang sebelumnya telah dilapisi oleh plastik.

LATEKS KEBUN

ANALISA KKK DI LABORTORIUM

BAK PENERIMAAN

ENERIMAAN

BALKING

MESIN CENTRIVIUS

STORAGE

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Optimalisasi dan Fungsi Tujuan

Optimalisasi memerlukan model matematis yang dapat mendukung perolehan hasil optimal yang diharapkan. Model matematis yang dibangun mempunyai fungsi tujuan dan fungsi kendala dalam proses produksi Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan Lateks Pekat. Fungsi tujuan menjelaskan bahwa proses produksi yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan kontribusi keuntungan dari RSS dan Latek Pekat yang dihasilkan. Sementara itu, fungsi kendala menjelaskan berbagai batasan yang ditemui dalam memaksimumkan keuntungan. Fungsi tujuan dan fungsi kendala yang telah dibangun tersebut mempunyai variable-variabel penyusun yang mewakili sejumlah produk akhir Nilai koefisien pada variabel menunjukan nilai ketergantungan sumberdaya terhadap jumlah produk karet kering yang dihasilkan.

Analisis terhadap susunan model fungsi tujuan dan kendala yang berbentuk primal merupakan kesimpulan sementara terhadap hasil-hasil dari program LINDO pada kondisi aktual karena merupakan kegiatan produksi yang sedang dilakukan saat ini. Analisis primal akan menunjukan kombinasi produk optimal RSS dan Latek Pekat.

Fungsi tujuan optimalisasi produksi di Kebun Jalupang menggambarkan upaya perusahaaan untuk memaksimumkan keuntungan dari proses produksi bahan baku karet (lateks) menjadiproduk karet olahan berupa RSS dan Lateks Pekat. Dengan demikian, fungsi tujuan merupakan penjumlahan antara kontribusi keuntungan produk per Kilogram Karet Kering (KKK) dikali dengan jumlah produk RSS dan Lateks Pekat yang dihasilkanoleh Unit Usaha Kebun Jalupang. Biaya produksi dan keuntungan masing-masing produk karet olahan yang dihasilkan Unit Usaha Kebun Jalupangdapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 9. Kombinasi keuntungan produksi RSS dan lateks pekat pada Kebun Jalupang

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang (Diolah)

(41)

Lateks Pekat lebih tinggi dibanding RSS, keadaan tersebut terjadi karena biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi Lateks Pekat lebih tinggi daripada biaya produksi untuk menghasilkan RSS.

Selama periode Mei 2011-April 2012,Kebun Jalupang mendapatkan penerimaan optimal dengan nilai sebesar Rp 76.364.690.000,- sedangkan penerimaan aktualnyasebesar Rp 81.906.284.918,00. Dengan demikian, selisih penerimaan optimal dan penerimaan aktual sebesar Rp. 8.198.964.918,- atau sebesar 10 persen. Penerimaan optimal diperoleh dari jumlah produk optimal dalam Kilogram Karet Kering untuk RSS dan Kilogram Karet Kering untuk Lateks Pekat dikali dengan kontribusi keuntungan masing-masing produk dimaksud. Sementara itu, penerimaan aktual diperoleh dari jumlah produk aktual dalam Kilogram Karet Kering untuk RSS dan Kilogram Karet Kering untuk Lateks Pekat dikali dengan kontribusi keuntungan masing-masing produk dimaksud.

Pada saat penerimaan optimal, jumlah produk olahan karet kering yang dihasilkan sebanyak 2,825,721 Kilogram Karet Kering, yang terdiri dari RSS sebanyak 2.179.280 Kilogram Karet Kering (77%) dan Lateks Pekat sebanyak 646.441 Kilogram Karet Kering (23%). Sementara itu, pada saat penerimaan aktual, jumlah produk olahan karet kering yang dihasilkan sebanyak 3.015.941 Kilogram Karet Kering, yang terdiri dari RSS sebanyak 2.329.489 Kilogram Karet Kering (77,2%) dan Lateks Pekat sebanyak 686.452 Kilogram Karet Kering (22,8%).

Data tersebut juga menunjukkan bahwa kondisi optimal produksi karet olahan di Kebun Jalupang memiliki selisih dengan kondisi aktualnya sebanyak 190,220 Kilogram Karet Kering, yang terdiri dari 150.209 Kilogram Karet Kering RSS dan 40,011 Kilogram Karet Kering Lateks Pekat. Berdasarkan perhitungan diatas terlihat bahwa tingkat produksi aktual RSS maupun Lateks Pekat di Kebun Jalupang sudah melewati tingkat produksi optimal karena jumlah produksi aktual kedua produk tersebut sudah melebihi jumlah produksi optimal.Tetapi, kesenjangan tersebut juga menunjukan bahwa proses poduksi yang dilakukan Kebun Jalupang belum terencana dengan baik.

Setelah parameter input untuk setiap produk diketahui maka fungsi tujuan untuk memaksimumkan keuntungan setiap bulannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

MaxZ = 31622X11+29530X12+27332X13+3618X14+27648X21+18081X22+ 21862X23+21428X24

Keterangan :

X11-X14: Produksi RSS pada Twiwulan 1 sampai dengan Triwulan 4

X21-X24: Produksi Lateks Pekat pada Twiwulan 1 sampai dengan Triwulan 4

Kendala-kendala Model Optimalisasi

(42)

Kendala Pengadaan Bahan Baku Lateks Kebun

Pengadaan bahan baku yang mampu dilakukan oleh masing-masing kebun berbeda-beda dan mengalami fluktuasi pada setiap bulannya. Pengadaan bahan baku oleh masing-masing kebun menjadi perkiraan ketersediaan bahan baku lateks bagi pengolahan RSS dan Lateks Pekat dan menjadi nilai sebelah kanan dalam fungsi kendala pengadaan bahan baku. Total ketersediaan bahan baku lateks yang dapat diperoleh melalui penyadapan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan April 2012 dapat dilihat pada Tabel 9

Pada Tabel 9 juga dapat dilihat dengan jelas bahwa produksi lateks kebun mengalami puncak produksi pada Triwulan 1 atau bulan Mei-Juli sedangkan produksi rendah terjadi pada Triwulan 2 atau bulan Agustus - Oktober. Dapat dilihat juga bahwa pada Triwulan 1 dan 4 merupakan waktu dimana produksi lateks kebun melimpah sedangkan pada Triwulan 2 dan 3 produksi lateks kebun sedikit. Hal ini dikarenakan pada bulan Agustus merupakan peralihan musim kemarau ke musim hujan sehingga pada masa itu terjadi fase pengguguran daun untuk menghindari penguapan air yang berlebihan. Kondisi pengguguran daun akan mengakibatkan hasil produksi lateks menurun. Bahan baku lateks ini didapat dari hasil Kebun sendiri milik PTPN VIII Kebun Jalupang yang mana dalam periode Mei 2011 sampai dengan April 2012 memperoleh lateks kebun sebanyak 3.888.665 Kilogram Karet Kering.

Tabel 10. Produksi lateks kebun di Kebun Jalupang pada Bulan Mei 2011- April 2012

(43)

Kendala Pengadaan Bahan Baku Penolong

Proses pengolahan lateks menjadi RSS membutuhkan bahan penolong yang terdiri dari Asap Cair Formula Sheet(AFS) untuk mendukung produksinya. Kebutuhan AFSsebanyak 2.500 Cc untuk satu bak koaguler yang menghasilkan 88 Kilogram Karet Kering produk RSS.Kebutuhan AFS di Kebun Jalupang dalam satuan kilogram sebagaimanatertera pada Tabel 10.

Tabel 11. Pemakaian dan ketersediaan AFS Kebun Jalupang

Periode Pemakaian

(Kilogram) Ketersediaan (Kilogram)

Triwulan 1 12.690 15.430

Triwulan 2 7.640 11.790

Triwulan 3 9.190 11.490

Triwulan 4 8.710 12.290

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang

Ketersediaan bahan penolong menjadi nilai sebelah kanan dalam fungsi kendala bahan penolong, menggambarkan total maksimal bahan penolong yang dapat dimanfaatkan. Berikut adalah fungsi kendala bahan penolong AFS:

0.034x11<=51150 0.027x12<=42800 0.034x13<=84250 0.029x14<=37110

Sementara itu,proses pengolahan lateks kebun menjadi Lateks Pekat membutuhkan bahan penolong Amoniak gas. Kebutuhan Amoniak gas di Kebun Jalupang dalam satuan kilogram sebagaimana tertera pada Tabel 11.

Tabel 12. Pemakaian dan ketersedian Amonia pada Kebun Jalupang

Periode Pemakaian

(Kilogram) Ketersediaan (Kilogram)

Triwulan 1 27.200 51.150

Triwulan 2 8.600 42.800

Triwulan 3 16.150 84.250

Triwulan 4 21.470 37.110

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang

Ketersediaan bahan penolong menjadi nilai sebelah kanan dalam fungsi kendala bahan penolong, menggambarkan total maksimal bahan penolong yang dapat dimanfaatkan. Berikut adalah fungsi kendala bahan penolong amoniak gas: 0.057x21<=15430

0.046x22<=11790 0.063x23<=11490 0.061x24<=12290

Kendala Taksasi

(44)

produksi RSS dan Lateks Pekat untuk Kebun Jalupang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 13. Taksasi produksi Kebun Jalupang pada Mei 2011 – April 2012

Periode RSS Latek Pekat

(Kilogram) (Kilogram)

Triwulan 1 840.153 293.825

Triwulan 2 400.907 126.360

Triwulan 3 500.276 155.288

Triwulan 4 598.321 239.328

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang

Taksasi produksi yang ditetapkan PTPN VIII untuk masing-masing Unit Usaha Kebun, termasuk Kebun Jalupang, menjadi indikator pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun fungsi kendala taksasi produksi karet adalah sebagai berikut:

RSS

X11<=840153 X12<=400907 X13<=500276 X14<=598321

Lateks Pekat

X21<=293825 X22<=126360 X23<=155288 X24<=239328

Kendala Tenaga Kerja

Sumberdaya tenaga kerja dibutuhkan dalam proses pengolahan, karena masing-masing bagian tertentu ditangani oleh masing-masing tenaga kerja. Oleh karena itu, pada masing-masing bidang, tenaga kerja mengatasi tugas dan tang-gung jawab masing-masing tanpa terbantukan pada bagian lain. Dalam proses pengolahan terdapat beberapa tahapdiantaranya adalah pembekuan dan pengen-ceran, penggilingan, kamar asap, pembongkaran, sortasi dan pengemasan.

(45)

Tabel 14. Ketersediaan tenaga kerja di Kebun Jalupang

Periode HOK RSS HOK LP

Triwulan 1 4.128,75 450

Triwulan 2 4.128,75 450

Triwulan 3 4.128,75 450

Triwulan 4 4.128,75 450

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang

Adapun fungsi kendala kesediaan tenaga kerja untuk produksi karet olahan di Kebun Jalupang adalah sebagai berikut:

0.00521x11+0.00195x21<=4578.75 0.01303x12+0.00270x22<=4578.75 0.00875x13+0.00308x23<=4578.75 0.00552x13+0.00314x24<=4578.75

Produksi Optimal Karet Olahan

Dalam perumusan model optimalisasi, pabrik Jalupang merencanakan produksi karet sesuai dengan tujuan dan kendala yang menjadi batasan dalam proses produksi, agar hasil optimal dapat dicapai. Hasil optimal sebagai gambaran suatu proses produksi yang ideal akan ditunjukan melalui produksi yang disarankan dan menjadi tolak ukur dalam pengambilan keputusanyang tepat. Pabrik Jalupang mengharapkan kombinasi produk optimal berupa RSS dan Lateks Pekat yang disarankan untuk diprroduksi dan sesuai dengan fungsi tujuan yaitu memaksimalkan penerimaan bagi perusahaan.

Kendala-kendala yang dihadapi dapat berupa kendala bahan baku utama berupa LateksKebun serta bahan penolong berupa Asap Cair Formula Sheet (AFS), Amoniak, dan Tenaga Kerja sertaTaksasi Produksi. Melalui hasil olahan data yang menggunakan software LINDO dapat dilihat hasil olahan optimalisasi produksi yang diperoleh di Unit Usaha Kebun Jalupang. Hasil olahan optimalisasi produksi akan memperlihatkan solusi optimal yang terdiri dari kombinasi produk, analisis status sumberdaya (Analisis Dual), dan analisis sensitivitas (Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan dan Analisis Sensitivitas Ruas kanan Kendala). Dari hasil analisis dan skenario yang dilakukan, diperoleh hasil-hasil yang dapat menjadi alternatif kebijakan bagi perusahaan dalam melakukan proses produksi.

Gambar

Tabel  1. Persentase produk domestik bruto indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2008 – 2013
Tabel  2. Proyeksi keseimbangan pasokan dan permintaan karet alam dunia (.000
Gambar 1. Produktivitas Karet Menurut Pengusahaan Tahun 2000-2012 (Kg/Ha)
Tabel  4. Presentase produksi karet olahan PTPN VII kebun jalupang tahun 2009 dan tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG.. Universitas Pendidikan Indonesia

OPTIMALISASI PRODUKSI TEH OLAIIAN DI PERKEBUNAN PARAKANSALAK PTPN VIII.. SUICABUMI,

keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian. produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau

Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau

Hal ini dikarenakan pemakaian herbisida berbahan aktif glifosat sangat intens digunakan dalam pengendalian gulma diareal blok perkebunan karet kebun Rambutan PTPN III hal ini

Buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan yang bekerja di perkebunan PTPN VIII Wangunreja mendapatkan upah di bawah UMR Kabupaten Subang. Upah yang diperoleh tidak mampu

Bab IV membahas hasil pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan penemuan-penemuan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet

Tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan yang meliputi pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat