TEKNIK PEMAKAIAN KIMONO
KIMONO NO KITSUKE
KERTAS KARYA
Dikerjakan O L E H
PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
NUR RIZKY ANANDA LUBIS NIM : 112203013
TEKNIK PEMAKAIAN KIMONO
KIMONO NO KIKATA
KERTAS KARYA
Kertas karya ini diajukan kepada panitia uiian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Program Studi Bahasa Jepang.
Dikerjakan OLEH:
NUR RIZKY ANANDA LUBIS NIM : 112203013
Pembimbing, Pembaca,
Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt.
PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
PENGESAHAN
Diterima Oleh:
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan,
Untuk melengkapi salah satu syarat tugas akhir Diploma III dalam Program Studi
Bahasa Jepang
Pada :
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra Budaya
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Dr.Syahron Lubis.M.A
NIP.19511013 1976 03 1 001
Panitia Tugas Akhir:
No. Nama Tanda Tangan
1. Zulnaidi,SS,M.Hum ( )
2. Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt. ( )
Disetujui Oleh:
Program Diploma Sastra Dan Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi D-III Bahasa Jepang
Ketua,
Zulnaidi,SS,M.Hum
NIP. 19670807 2004 01 1 001
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas
karya ini, sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi
Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas Karya
ini berjudul “TEKNIK PEMAKAIAN KIMONO”.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam kertas karya ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan demi
kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca untuk ke arah perbaikan
Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum, selaku ketua jurusan Bahasa Jepang
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Diah Syahfitri Handayani, M.Litt., selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan kertas karya ini.
4. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum, selaku dosen pembaca yang telah memberikan
karya ini.
5. Kedua orang tua penulis yang telah memotivasi penulis untuk segera
menyelesaikan kertas karya ini. Karya ini penulis persembahkan untuk ayah
dan ibu dan seluruh keluarga yang penulis cintai.
6. Teman-teman seangkatan penulis yang penulis sayangi HINODE 2011, tiga
tahun sungguh terasa cepat, tetapi juga bukan suatu waktu yang singkat.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan kertas
karya ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan kertas karya ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga kertas karya ini
dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita semua, dan berguna bagi kita
dikemudian hari.
Medan, Agustus 2014
Penulis
NIM: 112203013
2.1.8 Zaman Meiji dan Zaman Taisho ... 6
2.1.9 Zaman Showa ... 7
2.2 Sekilas Pembuatan Kimono ... 8
2.3 Jenis-jenis Kimono ... 10
2.3.1 KimonoWanita ... 11
2.3.2KimonoPria ... 14
2.4 Hiasan Pelengkap Kimono ... 15
BAB III TEKNIK PEMAKAIAN KIMONO ... 19
3.1.6 Kimono Slip dan Pad yang Mudah Dipakai ... 22
3.1.7 Kimono ... 24
3.1.9 Tali Obi ... 28
3.1.10 Rangka Ikat ... 29
3.1.11 Penampilan Kimono yang Tepat ... 30
3.2 Peraturan Sikap Saat Memakai kimono ... 32
3.3 Perawatan Kimono ... 33
BAB IV KESIMPULAN ... 36
4.1 Kesimpulan ... 36
4.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Setiap Negara pasti memiliki pakaian tradisional tersendiri. Pakaian
tradisional jepang adalah kimono. Kimono cukup terkenal di dunia, hampir semua
orang pernah melihatnya bahkan memakainya. Arti harafiah kimono adalah baju atau
sesuatu yang dikenakan. Huruf kanji “ki’ berarti pakai, dan huruf kanji “mono”
berarti barang.
Kimono dapat dipakai pria maupun wanita. Pemilihan jenis kimono yang
tepat memerlukan pengetahuan mengenai simbolisme dan isyarat terselubung yang
dikandung masing-masing kimono.
Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna,
mulai dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono
yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan
tingkat formalitas dari acara yang dihadiri.
Jenis-jenis kimono wanita yaitu: Tomesode (Kurotomesode dan Irotomesode),
Furisode, Uchikake, Homongi, Iromuji, Tsukesage, Komon, Iromuji, Susohiki /
Hikizuri, Mofuku, dan Yukata. Jenis-jenis kimono pria yaitu: Setel
dengakimono santai kinagashi.Kimono pria dibuat dari bahan
Penulis akan membahas mengenai teknik pemakaina kimono, hal-hal yang
perlu diperhatikan ketika memakai kimono, serta teknik perawatan kimono. Penulis
akan menjelaskan teknik pemakaian kimono pada wanita dan pemakaian obi yaitu
dari jenis Nagoya obi. Memakai kimono dan obi dapat dilakukan bila semua
komponen yang dibutuhkan telah lengkap. Komponennya yaitu: tabi, hadajuban,
susoyoke, handuk atau alas tubuh, nagajuban, han eri, eri shin , chikara nuno, date
jime atau date maki, koshi himo, ikat pinggang kimono, obi, kari himo, obi ita, obi
makura, obi age, obi jime, dan zori.
Urutan pemakaian kimono secara benar yaitu dimulai dari mengenakan tabi,
kemudian memakai hadajuban dan susoyoke, diikuti dengan mengisi cekungan pada
bentuk tubuh dengan handuk atau alas tubuh, lalu memakai nagajuban yang telah
dijahit han eri dan chikara nuno, kemudian nagajuban diikat dengan date jime atau
date maki. Setelah kimono bagian dalam selesai, saatnya memakai kimono itu sendiri
dengan menjepit bagian kerah, posisikan panel dan lipatan pada pinggang kimono
dengan benar lalu ikat dengan koshi himo lalu rapikan dan ratakan dari kerutan.
Pasang date jime dan ketatkan. Kemudian pakai obi , obi ita, obi makura, obi age, obi
jime, dan terakhirpakai zori.
Sikap badan sangat perlu untuk diperhatikan ketika memakai kimono.
Gerakan tiba-tiba dan kasar harus dihindari, karena akan memperlihatkan lengan
Ketika sedang memakai kimono pergerakan harus dibatasi, lebih lambat, dan lebih
seimbang daripada pakaian ala barat yang memungkinkan untuk bergerak bebas.
Kimono merupakan salah satu pakaian tradisional Negara Jepang yang
tergolong mahal. Kimono sutra berkualitas baik tentu membutuhkan perawatan
khusus agar tetap bersih dan terbebas dari noda. Cuci tangan Anda sebelum memakai
dan melepasnya karena noda di tangan khususnya partikel-partikel yang berminyak
akan dengan mudah berpindah ke kimono dan dengan cepat akan menarik ngengat
ataupun serangga lainnya. Saat memakai kimono tahan diri dari penggunaan parfum
atau cologne, dan jangan pernah merokok sambil mengenakan kimono.
Berhati-hatilah agar makanan tidak tumpah saat makan atau minum sambil mengenakan
kimono.
Kimono dipotong dalam garis lurus dan dapat dengan mudah dilipat rapih
menjadi persegi. Lipatan yang benar akan membuat kimono tampak rapi dan bersih.
Aturan pertama yaitu melipat kimono dengan benar disepanjang jahitan. Bawa sudut
bersama-sama dengan rapi dan lipat bagian demi bagian. Rahasianya yaitu
pertahankan garis vertikal panjang dan tidak perlu membuat lipatan horizontal.
Setelah dilipat letakkan kimono ke dalam kertas pembungkus. Masukkan ke dalam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Jepang memiliki keragaman budaya dan kesenian yang kesemuanya
menampilkan keindahan dan keunikan tersendiri.Tidak jarang orang Jepang
menampilkan keindahan budaya dan kesenian mereka dalam bidang
kehidupan.Sebagai salah satu contoh dalam masakan Jepang yang tidak hanya
mementingkan rasa tetapi juga penampilan pada masakan itu sendiri agar sedap
dipandang.
Seperti kita ketahui, kebutuhan masyarakat berhubungan erat dengan iklim
dan kondisi geografisnya.Termasuk dalam membuat bentuk serta jenis
pakaian.Bangsa Jepang menyesuaikan fungsi pakaian dengan kondisi alamnya.
Disamping itu orang Jepang juga tetap menjaga penampilan mereka sebaik-baiknya
dalam berpakaian, yaitu dengan cara memperindah pakaian yang dipakai seperti
pemilihan motif serta warna yang cocok, kemudian pemakaian komponen yang
cocok, dan lain-lain.
Seperti yang dikemukakan Deprtemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989),
nasional dapat mewakili negara tersebut yang pada umumnya memilikai ciri khas
tersendiri.Demikian halnyakimono yang dapat mewakili negara Jepang sebagai salah
satu pakaian nasional yang mempunyai nilai-nilai seni dan budaya yang tinggi di
dunia, dan keindahan dan keunikan tersendiri dalam pemakaiannya.Akan tetapi pada
kenyataannya bagi masyarakat awam kimono cukup sulit untuk dipakai karena ada
beberapa peraturan dan tahapannyayang harus diketahui.Namun apabila telah dipakai
dengan benar hasilnya sangat bagus.Oleh karena itu penulis tertarik ingin mengkaji
tentang “TEKNIK PEMAKAIAN KIMONO”.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :
a. Memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar diploma III
program studi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.
b. Mendeskripsikan pakaian tradisional Jepang yaitu kimono serta teknik pemakaian
kimono.
c. Memperluas pengetahuan mengenai Jepang terkhususpakaian tradisionalnya yaitu
kimono.
1.3 Batasan Masalah
Karena luasnya pembahasan tentang kimono maka penulis akan membatasi
a. Bagaimana teknik pemakaiankimono dengan benar
b. Apa saja sikap yang perlu diperhatikan ketika sedang memakai kimono
c. Bagaimana cara merawat kimono
1.4 Metode Penulisan
Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan,yaitu
metode mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku, majalah, serta
menggunakan internet.Selanjutnya data dibahas dan dirangkum untuk kemudian
BAB II
GAMBARAN UMUM MENGENAI KIMONO
2.1 Sejarah Singkat Kimono
Setiap negara pasti memiliki pakaian tradisional masing-masing.Di Jepang,
salah satu pakaian tradisionalnya adalah kimono. Kimono cukup terkenal di dunia,
hampir semua orang pernah melihatnya bahkan memakainya.Arti harfiah kimono (着
物) adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang).
Kimono berkembang sesuai zamannya, berikut adalah sejarah kimono:
2.1.1 Zaman Jomon dan Zaman Yayoi
Kimono zaman Jomon dan zaman Yayoi berbentuk seperti baju terusan.Dari
situs arkeologi tumpukan kulit kerang zaman Jomon ditemukan haniwa.Pakaian atas
yang dikenakan haniwa disebut kantoi (貫頭衣).
Pakaian zaman Kofun mendapat pengaruh dari daratan China, dan terdiri
dari dua potong pakaian yaitu pakaian atas dan pakaian bawah.Haniwamengenakan
baju atas seperti mantel yang dipakai menutupi kantoi.Pakaian bagian bawah berupa
rok yang dililitkan di pinggang.Dari penemuanhaniwa terlihat pakaian berupa celana
berpipa lebar seperti hakama.
2.1.3 Zaman Nara
Pada zaman Nara terjadi perubahan dalam cara mengenakan kimono. Apabila
sebelumnya kerah bagian kiri harus berada di bawah kerah bagian kanan, sejak zaman
Nara, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Cara mengenakan
kimono dari zaman Nara terus dipertahankan hingga kini.Hanya orang meninggal
dipakaikan kimono dengan kerah kiri berada di bawah kerah kanan.
2.1.4 Zaman Heian
Ada tiga jenis pakaian untuk pejabat pria pada zaman Heian:
Sokutai (pakaian upacara resmi berupa setelan lengkap)
I-kan (pakaian untuk tugas resmi sehari-hari yang sedikit lebih ringan
dari sokutai)
2.1.5 Zaman Kamakura dan Zaman Muromachi
Pada zaman Sengoku, kekuasaan pemerintahan berada di tangan
samurai.Samurai mengenakan pakaian yang disebutsuikan.Pakaian jenis ini nantinya
berubah menjadi pakaian yang disebut hitatare.Pada zaman
Muromachi, hitatare merupakan pakaian resmi samurai.Pada zaman Muromachi
dikenal kimono yang disebut suō (素襖), yakni sejenis hitatare yang tidak menggunakan kain pelapis dalam.Ciri khas suō adalah lambang keluarga dalam ukuran besar di delapan tempat.
2.1.6 Awal Zaman Edo
Penyederhaan pakaian samurai berlanjut hingga zaman Edo.Pakaian samurai
zaman Edo adalah setelan berpundak lebar yang disebut kamishimo.Satu setel
kamishimo terdiri dari kataginu dan hakama. Di kalangan wanita, kosode menjadi
semakin populer sebagai simbol budaya orang kota yang mengikuti tren busana. Tali
pinggang kumihimo dan gaya mengikat obi di punggung mulai dikenal sejak zaman
Edo. Hingga kini, keduanya bertahan sebagai aksesori sewaktu mengenakan kimono.
Politik isolasi (sakoku) membuat terhentinya impor benang sutra.Kimono
mulai dibuat dari benang sutra produksi dalam negeri. Pakaian rakyat dibuat dari kain
sutra jenis crape lebih murah. Setelah terjadi kelaparan zaman Temmei (1783-1788),
keshogunan Edo pada tahun 1785 melarang rakyat untuk mengenakan kimono dari
sutra. Pakaian orang kota dibuat dari kain katun atau kain rami. Kimono berlengan
lebar yang merupakan bentuk awal dari furisode populer di kalangan wanita.
2.1.8 Zaman Meiji dan Zaman Taisho
Industri berkembang maju pada zaman Meiji. Produksi sutra meningkat, dan
Jepang menjadi eksportir sutra terbesar. Tersedianya beraneka jenis kain yang dapat
diproses menyebabkan berkembangnya teknik pencelupan kain.Pada zaman Meiji
mulai dikenal teknik yuzen, yakni menggambar dengan kuas untuk menghasilkan
corak kain di atas kain kimono.
Di era modernisasi Meiji, bangsawan istana mengganti kimono dengan
pakaian Barat supaya tidak dianggap kuno. Walaupun demikian, orang kota yang
ingin melestarikan tradisi estetika keindahan tradisional tidak menjadi terpengaruh.
Orang kota tetap berusaha mempertahankan kimono dan tradisi yang dipelihara sejak
zaman Edo. Sebagian besar pria zaman Meiji masih memakai kimono untuk pakaian
sehari-hari.Setelan jas sebagai busana formal pria juga mulai populer.Sebagian besar
wanita zaman Meiji masih mengenakan kimono, kecuali wanita bangsawan dan guru
2.1.9 Zaman Showa
Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, wanita Jepang mulai kembali
mengenakan kimono sebelum akhirnya ditinggalkan karena tuntutan
modernisasi.Dibandingan kerumitan memakai kimono, pakaian Barat dianggap lebih
praktis sebagai pakaian sehari-hari.
Hingga pertengahan tahun 1960-an, kimono masih banyak dipakai wanita
Jepang sebagai pakaian sehari-hari.Pada saat itu, kepopuleran kimono terangkat
kembali setelah diperkenalkannya kimono berwarna-warni dari bahan wol.Wanita
zaman itu menyukai kimono dari wol sebagai pakaian untuk kesempatan santai.
2.2 Sekilas Proses Pembuatan Kimono
Kimonoadalah pakaian nasional negara Jepang yang pada dasarnya dalam
pembuatan pola kimono terdiri dari dua helai kain.Dua helai kain tersebut terbentang
di atas bahu dan di sepanjang bagian punggung dan bagian samping tubuh. Bagian
lengannya juga merupakan potongan kain yang terjahit satu sama lain sehingga
membentuk celah untuk lubang tangan, selain itu juga terdapat potongan kain di
bagian depan yang memungkinkan kimono untuk dapat dilipat dan potongan yang
kimonodan membiarkannya terjuntai di atas ikat pinggang, kemudian ditutup oleh obi
yaitu ikat pinggang luar yang menyatukan kimono keseluruhan.
Berikut penjelasan mengenai bagian-bagian pada kimono:
• Bagian belakang
Bagian belakang terdiri dari: Yuki (panjang lengan), Sodetsuke(jahitan atau
sambungan lengan), Miyatsukuchi (bagian terbuka atau lubang di bawaah lengan),
Furi(juntaian di bawah lengan), Ushiromigoro(bagian belakang
utama),danFuki(lipatan di tepi bawah / keliman).
• Bagian depan
Bagian belakang terdiri dari: Uraeri (kerah bagian dalam), Tomoeri(kerah bagian
luar), Sodeguchi (lubang lengan bagian dalam), Sode (lengan), Tamoto(kantong yang
terdapat pada lengan), Eri (kerah), Doura(lapisan atas), Okumi (sisi lipatan dalam
bagian luar), Maemigoro(sisi utama bagian depan),danSusomawashi(lapisan bagian
bawah).(Lampiran Gambar 2.1)
Bahan kain kimono adalah hasil dari kesenian tenun tradisional Jepang yang
bernilai seni. Jenis kainkimono bisa terbuat dari sutera alami, katun, linen, wol,
sekarang inidigunakan juga kain sintetis/buatan.Pola di buat oleh buatan tangan atau
buatan mesin di produksi dengan berbagai teknik yaitu dengan menenun, melukis
teknik.Kimono untuk kesempatan formal hanya dibuat dari kai
hanya dijahit dengan tangan (tidak memakai
kimono sering menjadi sangat mahal. Kimono umumnya tidak pernah dijual dalam
keadaan jadi, melainkan harus dipesan dan dijahit sesuai dengan ukuran badan
pemakai.
Sewaktu membeli kain, tinggi badan pemakai tidak diperhitungkan. Bahan
kimono dibeli dalam satu gulungan kain yang ditenun dengan sempurna tanpa cacat.
Membeli kimono dimulai dengan pemilihan bahan kain kimono yang disebut tanmono
(反物) arti harfiah: gulungan kain dengan panjang 1 tan, atau sekitar 10,6 m). Bila kebetulan pemakai kimono bertubuh pendek dan ramping, setelah kimono selesai
dijahit akan banyak bahan kimono yang tersisa. Sisa bahan kimono bisa dimanfaatkan
untuk membuat aksesori pelengkap kimono, seperti
2.3 Jenis-jenis Kimono
Kimono dapat dipakai pria maupun wanita.Pemilihan jenis kimono yang
tepat memerlukan pengetahuan mengenai simbolisme dan isyarat terselubung yang
2.3.1 KimonoWanita
Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai
dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang
dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat
formalitas dari acara yang dihadiri.
Berikut ini akan dijelaskanjenis-jenis kimono wanitabeserta penjelasan
kegunaannya satu persatu.(Lampiran Gambar 3.2)
a.
Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah.
Apabila berwakimono jenis ini disebut kurotomesode(arti harfiah:
tomesode hitam).Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga
tempat:satu di punggung, dua di dada bagian atas (kanan/kiri), dan dua bagian
belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah pada
suso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai
untuk menghadiri resepsi
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode(arti harfiah:
tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa
memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga,
hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh
wanita dewasa yang sudah menikah dan yang belum menikah. Kimono jenis
irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu
untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama
halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada
suso.
c.
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah.
Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri
khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah.
Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara
yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.
d. Uchikake
Uchikake yaitu kimono yang terbuat dari kain sutra yang panjangnya hingga ke
lantai dan memiliki lengan panjang seperti sayap.Sebelumnya kimono ini dipakai
oleh kaum wanita bangsawan pada upacara-upacara tertentu, namun pada saat ini
e.
Hōmon-gi (arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk
wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk
memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi
adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai
sewaktu menjadi tamu resepsi pernikaha
f.
Iromujiadalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila
iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat
formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian
punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak
bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut
Iromuji dengan lambang keluarga di
lima tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila
menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang
keluarga.
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum
menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat
dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage
dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta
pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.
h.
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri
khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang
berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta
bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.
i.
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita
yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh
dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan.
Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.
j. Susohiki / Hikizuri
Susohiki adalah kimono yang dikenakan oleh geisha dan penari Jepang. Cara
memakainya pun agak berbeda, kerah susohiki ditarik ke belakang agar leher dan
punggung geisha yang indah tampak. Berbeda dengankimono pada umumnya,
(Kimonomormal sekitar 1,5 meter). Susohiki memang dibuat panjang sampai
menyapu lantai.
k. Mofuku
Mofuku adalah kimono formal berwarna hitam yang dipakai untuk melayat.
Aksesoris seperti obi, obijime, obiage, zori, dan tas tangan yang dipakai juga
berwarna hitam. Mofuku dilengkapi dengan 5 kamon. Dahulumofuku berwarna
putih karena putih merupakan lambang kematian di Jepang. Tetapi jaman
sekarang warna yang dipakai untuk mofuku adalah hitam.
l.
Yukata adalah kimono santai yang dibuat dari kai
untuk kesempatan santai di
2.3.2 KimonoPria
Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti
tua, dakimono pria (Lampiran Gambar 2.3):
a. Kimono paling formal berupa setelan
Bagian punggung montsuki dihiasmontsuki
tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi,
misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah at
b. Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah
pada kesempatan tidak resmi. AktorKimono
jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.
2.4 Hiasan Pelengkap Kimono
Kimono mempunyai pelengkap sebagai aksesori (Lampiran Gambar 2.4)
pada waktu kimono dipakai saat acara beserta kegunaannya antara lain:
a. Haori
Haori adalah baju-panjang seperti jaket kimono, yang menambahkan
formalitas untuk baju.Haori awalnya hanya dipakai oleh laki-laki, sampai
kemudian menjadi fashion untuk perempuan pada periode Meiji.Haorisekarang
dipakai oleh laki-laki dan perempuan.Haori pria biasanya lebih pendek daripada
yang perempuan.
b. Haori himo
Haori himo adalah sebuah tali tenunan berumbai pengikat untuk haori. Warna
paling formal adalah putih.Haorihimo terdiri dari dua macam yaitu untuk
c. Juban/ underwear, dibagi dua macam :
a. Hadajuban
Hadajuban adalahunderwear atau pakaian dalaman lapis pertama yang,
dipakai sebelum nagajuban.
b. Nagajuban atau juban yang sederhana
Dipakai oleh laki-laki dan perempuan.Nagajuban berfungsi untuk
melindungi kimono dari bersentuhan dengan kulit.Hanya tepi kerah nagajuban
yang terlihat dari kimono luar. Banyak nagajuban yang kerahnya tidak terlihat,
untuk memungkinkan mereka akan berubah untuk menyesuaikan dengan pakaian
luar, dan mudah dicuci tanpa mencuci seluruh pakaian. Sedangkan jenis yang
paling formal nagajuban berwarna putih, mereka sering sebagai hiasan indah dan
berpola sebagai kimono luar.Karena kimono laki-laki biasanya cukup tenang
dalam pola dan warna, nagajuban memungkinkan untuk diam-diam memakai
desain dan warna yang mencolok.
d. Date eri
Date eri adalah bagian yang berbentuk persegi panjang yang dibuat untuk
menyerupai kerah kimono yang dilipat. Ini adalah aksesori dekoratif digunakan
dalam gaya formalkimono perempuan antara kerah nagajuban dan kimono meniru
penampilan seperti mengenakan kimono lapisan tambahan di bawahnya.
e. Datejime
Date jime adalah kain panjang dan luas yang digunakan untuk mengikat
f. Kimono slip
Kimono slip (dibaca: kimono surippu) yaitu susoyoke dan hadajuban
digabungkan menjadi satu potong pakaian.
g.
Hakama adalah celana panjang pria yang dibuat dari bahan berwarna gelap.
Celana jenis ini berasal dari daratan China dan mulai dikenal sej
Selain dikenakan pendet
olahraga bela diri tradisional sepert
h.
Geta adalah sandal berhak dari kageta berhak tinggi dan
tebal yang disebut pokkuri
i.
Kanzashi adalah hiasan rambut seperti tusuk konde yang disisipkan ke
rambut sewaktu memakai Kimono.
j.
Obi adalah sabuk dari kain yang dililitkan ke tubuh pemakai sewaktu
mengencangkan kimono.
k.
Tabi adal
l.
Waraji adalah sandal dari anyaman tali jerami.
m.
Zōri adalah sandal tradisional yang dibuat dari kain atau anyaman.
n. Netsuke
Netsuke merupakan ornamen yang dikenakan tergantung dari obi pria.
o. Obijime
Tali yang dikalungkan pada obi perempuan.Hal ini diperlukan untuk terus
menjaga kimono ditempat yang seharusnya, dan berfungsi sebagai unsur dekoratif.
p. Obimakura
Obimakuraadalah sebuah bantal kecil yang digunakan untuk memberikan
volume dan memberi bentuk pada gayaobi perempuan.
q. Obiage
Obiageadalah aksesori untuk obi perempuan, selempang yang terikat di
sekitar tepi atas penutup obi dan obimakura dan dapat menyimpan bagian atas
dari “simpul” musubi obi di tempat.
r. Obi ita
Obi itamerupakan sebuah papan tipis, seringkali kain yang tertutup, yang
dipakai di bawah obi perempuan di depan obi utama supaya terhindar dari
BAB III
TEKNIK PEMAKAIAN KIMONO
3.1 Memakai Obi dan Kimono
Penulis akan menjelaskan teknik pemakaian kimono pada wanita dan
pemakaian obi yaitu dari jenis Nagoya obi.Memakai kimono dan obi dapat dilakukan
bila semua komponen yang dibutuhkan telah ada.
Komponen yang dimaksud yaitu: Tabi (kaus kaki yang ujungnya terbelah),
Hadajuban (baju dalaman/ lapisan dalam), Susoyoke (setengah rok dalam), handuk
atau alas tubuh, Nagajuban (lapisan dalam yang panjang), Han eri (kerah separuh),
Eri Shin (lapisan separuh kerah), Chikara nuno (penyesuaian kerah), Date jime atau
date maki (ikat pinggang dalaman), Koshi himo (ikat pinggang), ikat pinggang
kimono, Obi (ikat pinggang lebar dan panjang), Kari himo (pita sementara), Obi ita
(penahan obi), Obi makura (alas obi),Obi age (rangka ikat), Obi jime (ikat obi), dan
Zori (sandal).
3.1.1 Tabi
Tabi harus dipasang pada kaki sebelum menempatkannya pada hadajuban dan
susoyoke.Pemakaian tabi setelah menempatkannya pada kimono agak sulit dan
3.1.2 Hadajubandan Susoyoke
Hadajuban dan susoyoke dipakai langsung di atas bra dan celana.Kerah dari
hadajuban tidak harus dipasang ketat dan tidak terlihat di bawah kerah dalaman
kimono.Keliman dari susoyoke harus cukup panjang untuk menyembunyikan bagian
atas dari tabi.(Lampiran Gambar 3.1)
3.1.3 Alas Tubuh (Body Pads)
Karena kimono dipotong dan dijahit lurus, maka perlu memodifikasi bentuk
tubuh anda untuk mempertahankan kealamian, aliran halus, dan garis silindris dari
kimono.Area yang berkaitan dengan bagian pipih disektiar tulang kerah, perut,
pergelangan tangan, paha dan dada.Sebagaimana telah disebutkan, kutang kimono
dirancang untuk menekan garis dada. Cekungan pada bentuk tubuh dapat disesuaikan
dengan menggunakan pad atau alas atau handuk tipis. Berikut cara memasang alas
tubuh (body pads) (Lampiran Gambar 3.2):
1. Setelah memasang hadajuban dan susoyoke, maka pertama isi pada bagian
cekungan di sekitar tulang kerah. Ini dilakukan dengan kain wool atau handuk
tipis kecil. Handuk jepang yang panjang dan tipis adalah ideal untuk tujuan ini
dan pad atau pakain dalam dengan bahan pengisi juga bisa.
2. Bagian kecil di belakang dapat diisi dengan handuk yang telah dilipat untuk
menggunakan ikat pinggang.
3. Dua atau tiga handuk dijahit bersama serapi mungkin untuk mengisi ruang di
bawah dada.
3.1.4 Han Eri
Sebelum memakai dalaman kimono (nagajuban), maka perlu untuk menjahit
han eri pada nagajuban.Lapisan atau lembaran keras (eri shin) seringkali dimasukkan
atau ditempelkan ke dalam haneri pada nagajuban.Eri shin berfungsi untuk membuat
kerah kimono berdiri tegak dan indah. (Lampiran Gambar 3.3)
Pada saat menjahit han eri, penyesuaian kerah (chikara nuno) harus dijahit
pada dalaman kimono. Chikara nuno adalah merupakan pergi panjang yang lebar (10
x 41 cm) dari kain dengan tiga ikatan yang ditempelkan padanya.Penysuaian kerah ini
mengantung dari leher sepanjang keliman tengah.Dengan melekatkan tali kerah dari
nagajuban melalui satu putaran/ikatan, pembukaan nagajuban pada tengkuk dapat
disesuaikan.
3.1.5 Nagajuban
Kimono bagian dalam dengan panjang penuh (nagajuban) dipakai setelah
hadajubandan susoyoke dan setelah melakukan penyesuaian pada bentuk
tubuh.Ketika memakai bagian dalaman kimono, pastikan menyisakan bagian yang
kiri ke kanan dan susun panel kerah depan sehingga terbuka pada bagian leher dengan
lebar seukuran tiga jari. Tempat yang pipih di bawah leher tidak terlihat.
Berikut cara memakai nagajuban (Lihat Lampiran Gambar 3.4):
1-2. Ambil tali yang menempel pada ujung kerah (satu pada panel kerah bagian
dalam yang lewat melalui lubang lengan kiri) dan lewatkan melalui satu loop
(simpulan) pada chikara nuno. Simpulan utama seringkali menjadi salah satu yang
memberikan pembukaan yang tepat pada bagian tengkuk. Bawa tali ikatan ke depan
dan kemudian balik arahnya. Kemudian tali ini di bawa ke belakang.
3. Untuk menyesuaikan panel kerah bagian dalam, letakkan pada ujung kerah dengan
tangan kiri anda, sehingga panel bagian dalam akan bergerak halus pada pergelangan
tangan dan paha. Tarik dan sesuaikan panel bagian luar dengan cara yang sama. Bila
kimono bagian bawah terlalu panjang, maka harus dikumpulkan dan dilipat pada
pergelangan tangan.Jangkau sektiar punggung anda dan luruskan pada keliman
tengah.
4. Letakkan ikat pinggang (date jime) atau ikatan di dalam (date maki) pada bagian
belakang ikat pinggang. Setelah kimono bagian bawah disesuaikan dengn benar ke
belakang dan di depan, maka ketatkan ikat pinggang atau ikat bagian bawah di bagian
3.1.6 Kimono Slip danPad yang Mudah Dipakai
Bagi perempuan yang memakai kimono untuk yang pertama kali, maka ada
kimonoslip dan pad yang mudah dipakai. Ini tentu membuat penyesuaian tubuh
menjadi lebih mudah untuk dicapai dan akan lebih sesuai karena memisahkan kerah
dan lengan baju yang kemudian menjadi bagian dari pakaian dalaman untuk menjadi
lebih kuat.
Kimono slip dipakai persis seperti nagajuban dan memiliki kantong di dalam
dimana pad ditempatkan untuk menyesuaikan bentuk tubuh. Berikut cara memakai
kimono slip (Lampiran Gambar 3.6):
1. Setelah memasang Kimono slip, lewatkan tali yang menempel ke arah ujung
kerah melalui satu putaran chikara nuno, sisakan bagian yang terbuka yang
diperlukan dari kerah pada bagian tengkuk (kurang lebih selebar kepalan tangan).
2. Bawa tali ke depan, lewatkan melalui putaran pada ujung kerah, tarik ujung kerah
ke bawah dan ikatkan talinya.
3. Setelah memastikan bahwa bagian yang terbuka di garis leher depan telah
disesuaikan dengan benar (kurang lebih selebar tiga jari), ikatkan tali pendek
yang menempel pada kerah. Ini hanya menahan ujung kerah dari pergerakan ke
samping sehingga tali tidk terikat terlalu ketat.
4. Letakkan pad atau alas pada bagian kecil dari punggung untuk mengisi bagian
cekung di atas garis pinggul dan membuat garis halus yang diperlukan untuk
elastis. Hal ini dimaksudkan untuk menekan pada pinggang dan menjaga
keketatannya, bila perlu.
5. Date jime harus dilewatkan di atas ujung kerah untuk menahannya agar tetap
berada di tempat.
6. Separuh lengan untuk kimono slip ini ditempelkan dengan pita plester serbaguna,
menciptakan penampilan yang terlihat tidak ada perbedaan dari nagajuban biasa.
3.1.7 Kimono
Setelah kimono bagian dalam (juban) atau kimono slip yang sudah terpasang,
sekarang saatnya untuk memasang kimono itu sendiri.
Berikut teknik pemakaian kimono (Lampiran Gambar 3.7):
1. Berdiri dengan punggung yang lurus, dengan membawa ujung kerah kiri dan
kanan bersama-sama. Keliman tengah belakang dari kimono harus langsung
sejalan dengan bagian tengah dari punggung. Untuk mempertahankan kembali
pada panel di tempat, jepit sementara kerah kimono pada kerah dari kimono
bagian dalam dengan jepitan.
2. Dengan kanan tangan tarik ujung kerah langsung di depan. Bawa ke belakang
keliman tengah dengan tangan kiri dan naikkan atau angkat kimono dari lantai.
Kemudian turunkan keliman kimono hingga telah disesuaikan dengan lantai.
3. Untuk menentukan lebar dari panel kimono bagian luar, pegang panel kimono
hingga ujung kerah kiri pada titik langsung di bawah ketiak kanan.
4. Sementara memegang panel kiri (bagian luar) ke arah depan, balut panel kanan
(bagian dalam) di seluruh tubuh anda. Keliman dari panel bagian dalam harus
dinaikkan kurng lebih 15 cm dari lantai. Lebihan kain harus dikumpulkan dengan
rapi dan dilipat di atas pinggul sebelah kiri.
5. Balut panel bagian luar di atas panel bagian dalam. Pastikan bahwa ujung kerah
terluar yang sampai pada titik langsung di bawah ketiak kanan. Keliman dari
panel terluar harus dinaikkan sedikit kurang dari separuh (6 – 6.5cm) dengan
jarak panel bagian dalam pada keliman yang berada di atas lantai. Setelah kimono
yang dilipat pada pinggang, kerutan-kerutan harus diratakan dengan mendorong
pada sisi-sisi dan lebihan kain yang disesuaikan pada kedua sisi dengan membuat
lipatan ke arah punggung.
6. Ketika kedua panel telah diposisikan dengan benar, ikat ikatan pinggang koshi
himo 2 – 3cm di atas garis pingang untuk mempertahankannya di tempat.
7. Letakkan tangan kiri melalui lubang lengan kiri dan meratakan kimono dari
belakang ke depan, membuat lipatan yang diperlukan. Lakukan hal yang sama di
depan dengan panel bagian luar. Susun garis bawah dari lipatan di depan
sehingga lurus dan rapi.
8. Periksa untuk melihat kerah depan dari kimono bagian dalam terlihat dengan
benar. Kemudian jepit satu ujung dari ikat pinggang kimono yang elastis yang
memiliki panjang kira-kira selebar bahu, ke panel dalam tepat di atas pinggang.
punggung dan ketatkan ujung lain pada panel terluar.
10. Setiap kerutan pada punggung harus diambil dengan melipat dan mendorong ke
arah bagian terbuka di bawah lengan baju.
11. Lebihan kain di bawah bagian terbuka pada lengan baju harus dikumpulkan pada
sisi kanan dan lipat di dalam panel luar.
12. Pasang ikat pinggang (date jime) sepanjang garis pinggang di bagian punggung.
13. Bawa ikat pinggang ke depan. Kain yang berlebih di bawah dada harus didorong
ke sisi-sisi sebelum mengetatkan ikat pinggang dengan pita plester serba guna.
14. Ketatkan ikat pinggang lengkap untuk dipasangkan pada kimono.
3.1.8 Obi
Berikut akan dijelaskan pemakaian obi dari jenis Nagoya obi. Sebelum
mengikatkan Nagoya obi(Lampiran Gambar 3.8) dan ingat ujung mana yang
termasuk te (bagian pendek) dan ujung mana yang tare (bagian panjang). Perhatikan
juga bahwa dengan obi bermotif penuh sama panjang, baik ujungnya pada bagian te
atau bagian tare. Berikut cara memakai Nagoya obi(Lampiran Gambar 3.9):
1. Gantungkan bagian pendek (te) di atas titik dari bahu kiri anda dari belakang ke
depan. Pinggiran yang dilipat dari obi yang menghadap ke bawah, pinggiran
ujung yang tidak dilipat ke arah bagian depan.
2. Bagian panjang (tare) dari obi dibalut atau ditutupi sekitar pingang sebanyak dua
3. Pegang obi dengan sisi bagian bawah yang telah dilipat dan tarik tegangannya.
Ini menyisakan sisi lipatan atas cukup longgar untuk memungkinkan anda
bernafas lega dan memakai kimono dan obi dalam posisi yang nyaman.
4. Turunkan bagian pendek seperti diperlihatkan dalam ilustrasi lampiran gambar.
Pastikan bahwa ini bebas kerutan.
5. Dengan jari telunjuk kiri anda tentukan dimana bagian pendek memenuhi bagian
dasar dari obi di bagian belakang.
6. Angkat bagian panjang di atas bahu kanan anda, lipat bagian pendek ke dalam
segitiga pada saat yang sama. Ikatkan ikat sementara (kari himo) sepanjang
bagian atas dari obi.
7. Biarkan bagian panjang turun. Ukur sektiar 80 cm dari ujung bagian panjang.
Pastikan lipatan itu menciptakan hiasan drum. Bila obi memiliki disain drum
maka disain akan telirhat dan terpusat di bagian belakang. Hiasan drum pada saat
ini biasanya berukuran 20 cm di bawah ikatan sementara.
8. Bagian tengah alas obi (obi makura) di bawah hiasan drum. Kemudian sementara
memegangobi makura dengan tangan kiri anda, luruskan dan datarkan lipatan
bagian dalam.
9. Naikkan bagian drum dari haluan bagian belakang.
10. Tarik pengikat dari obi makura ke depan dan kemudian ke bawah. Ikatkan di
depan dan kemudian masukkan pada bagian atas obi.
11. Naikkan bagian panjang ke bahu kanan anda dan haluskan obi di bawah alas obi.
alas atau pad obi. Tutup pad obi dengan rangka ikat (obi age) dan ikatkan
sementara di bagian depan.
12. Turunkan bagian tali. Tentukan ukuran drum, cakupan lengan ke bawah dan
pegang bagian panjang dimana jari anda menyentuhnya.
13. Naikkan dan lipat bagian panjang seperti diperlihatkan dalam lampiran gambar.
14. Sekarang ukuran drum telah diatur, sesuaikan ujung bagian panjang sehingga
menggantung pada panjang jari telunjuk (7 cm) di bawah obi itu sendiri.
15. Dengan tangan kiri anda melewati bagian pendek melalui drum itu sendiri.
Untuk mempertahankan bentuk drum, selipkan tangan kanan anda ke dalam
drum untuk menahannya.
16. Ratakan bagian pendek dan lipat dengan rapi ke dalam drum.
17. Lewatkan tali obi (obi jime) melalui drum dan ikat di bagian depan, menurut
petunjuk yang diberikan di bawah ini. Langkah terakhir adalah mengikat rangka
ikat (obi age) dengan benar, instruksi dimana akan diberikan seperti ilustrasi
lampiran gambar.
18. Wanita yang sudah menikah biasanya mengatur drum dengan lapisan yang lebih
rendah dibandingkan dengan wanita yang belum menikah dan obi makura yang
mereka gunakan adalah lebih kecil dari yang digunakan oleh wanita yang belum
3.1.9 Tali Obi
Cara untuk mengikat tali obi (obi jime)(Lampiran Gambar 3.10):
1. Dengan ujung tali obi di depan, pastikan bahwa kedua ujung ini memiliki panjang
yang sama. Silangkan ujung kiri ke arah ujung kanan.
2. Ikatkan dan jaga keketatan simpul dengan jari anda.
3. Buat simpulan dengan ujung tali bagian atas.
4. Tekukkan ujung lain sambil sementara menahan simpulan pertama agar tetap
ketat, lewatkan tali melalui putaran.
5. Tarik kedua ujungnya dan ketatkan simpulan akhir.
6. Lipatkan tali kiri ke atas dari bawah dan tali kanan ke bawah dari atas, tarik ujung
sampingnya.
7. Wanita yang sudah menikah biasanya mengikat tali obi tepat di bawah garis
tengah obi. Wanita yang belum menikah mengikatkannya langsung di sepanjang
garis tengah.
3.1.10 Rangka ikat
Cara untuk mengikat rangka ikat (obi age) (Lampiran Gambar 3.11):
1. Setelah melepaskan ikatan simpul temporer (ikatan sementara), pastikan lebar
dari obi age sepertiga dari lebar awal dengan melipat sepertiga dari sisi terluar ke
arah dan ke dalam seperti terlihat dalam ilustrasi pada lampiran gambar. Lipatkan
2. Pastikan bahwa kedua ujung memiliki panjang yang sama dan melintasi ujung
kiri di atas ujung kanan.
3. Tarik ujung kiri ke bahu kiri anda
4. Turunkan ujung kiri dan ratakan kerutan yang ada.
5. Lipat ujung kanan ke dalam bentuk huruf L dan dengan ujung kiri yang diikatkan
pada ikatan simpul seperti dalam ilustrasi lampiran gambar.
6. Letakkan jari telunjuk kiri anda di dalam putaran dan tarik ujung kiri.
7. Lipat ujung yang longgar ke dalam obi age.
8. Lipat obi age ke dalam obi sehingga memperlihatkan garis atas dari obi. Wanita
yang belum menikah secara tradisional lebih baik memperlihatkan obi age,
sementra wanita yang menikah umumnya melipatkannya ke bagian dalam pada
obi.
3.1.11 Penampilan Kimono yang Tepat
Berikut ini adalah beberapa hal penting yang perlu diamati untuk memakai
kimono dengan benar dan baik.
Untuk wanita yang belum menikah:
1. Kurang lebih 2 cm dari kerah kimono bagian bawah harus memperlihatkan bagian
2. Sembunyikan kerah di bawah kimono pada bagian tengkuk kurang lebih 5 mm di
bawah kerah kimono.
3. Sesuaikan bagian leher kimono untuk menyembunyikan tulang kerah.
4. Leher kimono pada bagian tengkuk harus ditarik ke belakang dengan lebar tiga
jari dan terbentuk seperti huruf V.
5. Angkat keliman dari panel kimono bagian dalam kurang lebih 15 cm dari lantai
6. Panel kimono bagian luar harus dinaikkan 6 – 6.5 cm dari lantai
7. Lipatan kimono di bawah obi harus kurang lebih sama panjangnya dengan jari
telunjuk. Pastikan bagian lipatan dasar dari lipatan lurus.
8. Obi dipakai lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang belum menikah.
9. Dalam melipat obi age ke dalam bagian atas obi, buat lebih ketat.
10.Pastikan simpul ikatan obi berada di bagian tengah obi.
11.Wanita yang belum menikah menggunakan pad obi yang lebih besar
dibandingkan dengan wanita yang sudah menikah dan posisi garis puncak obi
lebih tinggi
12.Sisi dari bagian panjang obi haruslah kurang lebih sepanjang jari telunjuk di
bawah obi itu sendiri.
Untuk wanita yang sudah menikah:
1. Kurang lebih 1.5 – 2 cm dari kerah dari kimono bagian bawah harus terlihat pada
bagian garis leher pada kerah kimono.
3. Pembukaan kerah pada bagian tengkuk harus memiliki bentuk yang bulat dari
huruf U.
4. Angkat keliman dari panel kimono bagian dalam kruang lebih 15 cm dari lantai
5. Panel kimono bagian terluar harus dinaikkan 6 – 6.5 cm dari lantai belum
6. Posisi obi lebih rendah dari pada wanita yang belum menikah.
7. Jangan membiarkan obi age terlhat lebih menonjol.
8. Tali obi harus diikastkan dengan lebar tali di bawah garis tengah obi.
9. Dibandingkan dengan wanita yang belum menikah, obi makura lebih kecil dan
garis puncak obi adalah lebih rendah.
Ketika memakai yukata, lihat beberapa hal berikut :
1. Tutup garis leher depan sebanyak mungkin.
2. Jangan biarkan kerah pada bagian tengkuk terbuka terlalu lebar.
3. Perhatikan untuk tidak membuat lipatan di bawah obi terlalu panjang dan pastikan
lipatan dasar dari lipatan itu adalah rapi dan lurus.
4. Angkat keliman dari panel kimono terluar separuh tinggi (4-5 cm) ketika keliman
dari panel kimono bagian dalam (8 cm).
3.2 Peraturan dan Sikap Saat Memakai Kimono
Wanita harus memilih warna yang tepat dan desain yang sesuai dengan usia
dan status perkawinan. Ada perbedaan yang jelas antara warna, desain, dan panjang
lengan antara wanita yang sudah menikah dan wanita yang belum menikah.Sebagai
contoh hanya wanita yang belum menikah (biasanya lebih muda) mengenakan
kimono dengan lengan panjang yang melambai (furisode). Dengan kata lain wanita
yang sudah menikah tidak seharusnya mengenakan furisode di depan umum.
Wanita muda dapat mengenakan warna yang lebih cerah dan ikat pinggang
lebar atau obi yang dapat di ikat dengan cara yang lebih mencolok. Ikat kecil yang
menjaga obi di tempat, di ikat dengan cara yang berbeda tergantung pada apakah
kesempatan itu saat sedih atau senang. Perempuan yang sudah menikah harus
mengenakan kimono berlengan pendek, desain dan wana yang lebih konservatif
(Tomesode).Begitu juga perbedaan antara situasi formal dan informal harus
diperhatikan.
Mengenakan kimono bukan hanya permasalahan teknik pemakaiannya, tetapi
juga bagaimana cara pemakai yang memakai kimono agar bisa terlihat elegan atau
malah menjadi hambar (biasa saja). Sikap badan sangat perlu untuk diperhatikan.Ini
harus terlihat alami, dengan punggung lurus, dagu ditarik sedikit dan bahu yang
memperlihatkanlengan dan terutama kaki dan bahkan kaki yang dapat dilihat secara
sekilas dirasa cukup buruk.
Pergerakan tangan harus diatur agar tidak menyeret ataupun berayun
sembarangan.Pada saat berjalan, berjalanlah dengan anggun. Langkah yang besar
yang terburu-buru dapat merusak lipatan depan kimono.
Kesimpulannya, ketika sedang memakai kimono pergerakan harus dibatasi,
lebih lambat, dan lebih seimbang daripada pakaian ala barat yang memungkinkan
untuk bergerak bebas.
3.3 Perawatan Kimono
Kimono merupakan salah satu pakaian tradisional negara Jepang yang
tergolong mahal. Kimono sutra berkualitas baik tentu membutuhkan perawatan
khusus agar tetap bersih dan terbebas dari noda. Hal penting namun tak jarang sering
terabaikan yaitu melakukan pencegahan dari noda dengan cara mencuci tangan
sebelum memakai dan sebelum melepskannya. Karena noda di tangan terkhusus
partikel-partikel yang berminyak akan dengan mudah berpindah ke kimono dan
dengan cepat akan menarik ngengat ataupun serangga lainnya. Saat memakai
kimonotahan diri dari penggunaanparfum atau cologne, dan tidak pernah merokok
sambil mengenakan kimono.Jika makan atau minum selagi memakai kimono
Ketika akan keluar rumah disarankan untuk membawa tiga sapu tangan. Sapu
tangan pertama yang berenda berfungsi untuk membuat suatu hiasan menarik ketika
duduk dan menjaga tangan saat menyentuh kimono secara langsung.Sapu tangan yang
ke dua bewarna putih dan lebar cocok untuk dibentangkan di pangkuan saat sedang
makan.Sapu tangan ke tiga harus lebar dan bewarna.Itu digunakan ketika
mengendarai mobil, untuk membersihkan noda pada kimono atau untuk
membersihkan tangan. Saat di meja makan perhatikan cara lengan kimono bergerak.
Ini dimaksudkan agar membatasi pergerakan lengan ketika menyentuh sesuatu.
Ketika berjalan keluar rumah berhati-hatilah agar tidak mengotori ujung
keliman kimono.Ketika hujan berjalanlah dengan hati-hati dan hindari dari percikan
lumpur di kimono. Rintik hujan dapat meninggalkan noda yang sulit dihilangkan,
sehingga cara terbaik yaitu memakai jas hujan dengan panjang penuh yang akan
melindungi kimono sepenuhnya.
Angin-anginkan kimono sebelum menyimpannya.Gantung kimono dengan
emonkake (Lampiran Gambar 3.12) di tempat yang sejuk dan dingin biarkan
kelembaban dan panas tubuh pada kimono keluar.Ini akan membantu untuk mencegah
pembentukan jamur dan bintik-bintik pada kimono.Jika lumpur mengotori kimono,
biarkan kering secara menyeluruh sebelum disikat dengan sikat lembut.Lalu dengan
lembut tepuk dan gosok daerah kotor dengan sepotong kecil beludru kain terry, atau
Obi juga harus di angin-anginkan.Jika obi itu adalah obi tenunan, luruskan
kerutan dengancara menyetrika pada sisi sebaliknya dari obi.Obi dari katun dan
sintetis juga dapat disetrika.
Kimono dipotong dalam garis lurus dan dapat dengan mudah dilipat rapih
menjadi persegi. Lipatan yang benar akan membuat kimono tampak rapi dan bersih.
Aturan pertama yaitu melipat kimono dengan benar disepanjang jahitan.Bawa sudut
bersama-sama dengan rapi dan lipat bagian demi bagian.Rahasianya yaitu
pertahankan garis vertikal panjang dan tidak perlu membuat lipatan horizontal
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1) Pemakaian kimono tidaklah sama seperti pemakaian baju pada umumnya. Dalam
pemakaian baju kimono ada banyak aturan dan teknik tertentu dalam
pemakaiannya.
2) Urutan pemakaian kimono secara benar yaitu dimulai dari mengenakan Tabi,
kemudian memakai Hadajuban dan Susoyoke, diikuti dengan mengisi cekungan
pada bentuk tubuh dengan handuk atau alas tubuh, lalu memakai Nagajuban yang
telah dijahit Han eri dan Chikara nuno, kemudian nagajuban diikat dengan date
jime atau date maki. Setelah kimono bagian dalam selesai, saatnya memakai
kimono itu sendiri jepit bagian kerah, posisikan panel dan lipatan pada pinggang
kimono dengan benar lalu ikat dengan,koshi himo, lalu rapikan dan ratakan dari
kerutan. Pasang date jime dan ketatkan. Kemudian pakaiObi , Obi ita,Obi makura,
Obi age, Obi jime, dan terakhir pakai Zori.
dan status perkawinan.
4) Saat memakai kimono perlu untuk menjaga sikap badan. Pergerakan harus
dibatasi, lebih lambat, dan lebih seimbang daripada pakaian ala barat yang
memungkinkan untuk bergerak bebas.
5) Karena kimono merupakan pakaian tradisional yang harganya mahal dan bernilai
seni tinggi, oleh karena itu harus bisa merawat kimono agar tetap rapi dan
terhindar dari noda.
4.2Saran
Dari pembahasan kita dapat mengetahui bahwa mengenakan kimono
bukanlah hal yang mudah.Peraturan dalam pemakaiannya sangat terperinci, mulai
dari memahami jenis-jenis dan warna kimono yang dikenakan di berbgai kesempatan
serta waktu pengunaannya, hingga hiasan pelengkap yang sesuai dengan jenis kimono
tertentu.Oleh karena itu ketika anda ingin memakai kimono pelajari dahulu tentang
kimono itu sendiri atau boleh meminta bantuan orang yang sudah ahli dalam
mengenakan kimono.
Untuk para pembaca, ada begitu banyak pembahasan dari kimono yang
belum saya paparkan seperti: cara pemakaian kimono untuk pria dan anak-anak,
penjelasan tentang obi secara keseluruhan dan jenis-jenis obi, cara membersihkan/
pada kimono. Demikian saya paparkan agar kiranya para pembaca dapat menjadikan
DAFTAR PUSTAKA
Washington Press.
http://johnmarshall.to/blog/tag/fold-kimono/
Gambar 2.1 Bagian-bagian kimono
c
Gambar 2.2 Jenis-jenis kimono wanita: (a) Tomesode (Kurotomesode dan
Irotomesode), (b) Furisode, (c) Uchikake, (d) Homongi, (e) Iromuji, (f) Tsukesage, (g) komon (h) Iromuji, (i) Susohiki / Hikizuri, (j) Mofuku, dan (k) Yukata.
Gambar 2.3 Jenis kimono pria: (a) Setel dan (b) Kimono santai kinagashi
i
l
Gambar 2.4 Hiasan pelengkap kimono: (a) Haori, (b) Haorihimo wanita , (c) Haorihimo pria, (d) Hadajuban, (e) Nagajuban, (f) Date eri, (g) Date jime, (h) Kimono slip, (i) Hakama, (j) Geta, (k) Kanzashi, (l) Obi, (m) Tabi, (n) Waraji, (o) Zori, (p) Netsuke, (q) Obi jime, (r) Obi makura, (s) Obi age, dan (t) Obi ita
Gambar 3.1 Hadajuban dan susoyoke
Han eri
Eri shin
Gambar 3.4 Cara memasang nagajuban
Gambar 3.7 Cara memakai kimono
Gambar 3.8 Gambar Nagoya obi tesaki
doumawari taresaki
Gambar 3.11 Cara memasang obi age