• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF SIKAP WANITA DEWASA DINI MENIKAH TERHADAP WANITA LAJANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF SIKAP WANITA DEWASA DINI MENIKAH TERHADAP WANITA LAJANG"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF

SIKAP WANITA DEWASA DINI MENIKAH

TERHADAP WANITA LAJANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Natalia Dian Pratiwi NIM : 029114089

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Segala sesuatu berasal dari

Allah, segala sesuatu hidup oleh

kuasa-Nya dan segala sesuatu itu

untuk kemulian-Nya (Roma 11:36)

Segala sesuatu yang kulakukan saat ini dan yang

akan datang, akan selalu kupersembahkan

untuk-Nya....

Bapa, Putra, dan Roh Kudus, pemberi nafas dan talenta

Bunda Perawan Maria, ibu dari segala ibu

Serta mereka yang menghiasi hidupku...

Silvester Purwidyanto, sosok raja ku

Catharina Enny Indriany, ibu peri ku

Frederikus Rhesa Yanitra, saudara lelaki ku

Dan untuk karya terindah pertamaku ini, akan kupersembahkan juga untuk

(5)

Aku tak kan pernah jadi seperti saat ini

Jika tak ada orang-orang disamping,

didepan, dan dibelakangku….

Saat ku memalingkan wajahku,,

Selalu ada orang-orang yang siap ‘tuk diriku

Tak kan pernah lupa,,

Dan tak kan pernah cukup jika diucapkan

dengan kata terima kasih

Aku tahu,,

Aku tidak bisa memberikan apapun kepada kalian

selain ucapan terima kasih

dan,,,

aku percaya kisah kita tak akan sampai disini saja

karena ku yakin bahwa

perpisahan tidak akan pernah abadi

Terima kasih….

‘tuk kalian yang pernah ada dan selalu ada

Penuh sayang dan cinta ku..

Natalia Dian Pratiwi

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Juni 2007 Penulis

(7)

ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF SIKAP WANITA DEWASA DINI MENIKAH TERHADAP WANITA LAJANG

Natalia Dian Pratiwi 029114089

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana sikap wanita dewasa dini yang sudah menikah terhadap wanita lajang. Wanita yang memilih untuk hidup melajang akan dinilai oleh sesama wanita dewasa yang sudah menjalankan tugas perkembangannya untuk mencari pasangan, memilih pasangan, dan menikah.

Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dini yang berstatus menikah dan berusia antara 28-33 tahun, dengan jumlah subjek keseluruhan adalah 80 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dibuat untuk mengetahui dan menggambarkan secara umum mengenai sikap wanita dewasa dini yang menikah terhadap wanita lajang berdasarkan skor item pada skala sikap yang disusun oleh peneliti. Data yang diperoleh dari skala sikap ini akan diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS for windows 13.00. Uji reliabilitas menggunakan tehnik Cronbach Alpha, koefisien reliabilitas yang dihasilkan sebesar 0,926.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum wanita dewasa dini yang sudah menikah memiliki sikap yang positif terhadap wanita lajang. Hal ini tampak dari hasil penelitian yang menunjukkan subjek memiliki sikap dalam kategorisasi tinggi yaitu 47,5 % (38 subjek). Apabila dilihat berdasarkan komponen sikap kognitif, afeksi, dan konasi, subjek juga berada pada kategorisasi tinggi.

(8)

ABSTRACT

THE ATTITUDE OF THE MARRIED YOUNG-ADULT WOMAN TOWARD SINGLE WOMAN

Natalia Dian Pratiwi 029114089

The aims of this research are to find out and to describe the attitude of the married young-adult woman toward single woman. Young-adult woman who choose to be single woman will be graded by young-adult woman who already undergo their development task to find and choose partners, and get married.

The subjects of this research were young-adult woman of 28 to 33 years old who are married. The number of the subject was 80 subject. The research was a quantitative descriptive research which was made to find out and to describe, in general, the attitude of the married young-adult woman toward single woman based on the item score in the attitude scale that was designed by the researcher. The data gathered from the attitude scale was processed using SPSS for Windows 13.00. The reliability test used The Cronbach Alpha technique, and the result of the reliability coefficient was 0,926.

Based on the data analysis result, it can be concluded that, in general, young-adult woman who are married have a positive attitude toward single woman. It can be seen from the result of the research which shows that the subject have an attitude in high category which is 47,5 % (38 subject). If it is seen based on the components of cognitive, affective, and conative attitude, the subject also have category.

(9)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur yang tak terhingga kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas rahmat, berkat, dan anugerah-Nya selama saya diberikan nafas, kesempatan berdinamika dengan kehidupan yang sebenarnya sangat indah ini.

Ucapkan puji dan syukur yang tak terhingga kembali kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas segala yang dilakukan untuk saya. Biarkan skripsi ini menjadi bukti kasih-Nya kepada saya, karena Dia telah menghadirkan orang-orang berikut sebagai perpanjangan tangan-Nya saat saya mengerjakan skripsi sebagai karya terindah pertama :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

(10)

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si selaku dosen penguji yang telah menguji skripsi ini, sehingga menghasilkan karya ilmiah yang memenuhi syarat kelulusan.

4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah menguji skripsi ini, sehingga menghasilkan karya ilmiah yang memenuhi syarat kelulusan.

5. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi. dan Ibu MM. Nimas Eki., S.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membimbing dan membantu saya selama menjalani studi. Terima kasih juga karena telah menyediakan waktu untuk sesekali mendengar keluh kesah saya.

6. Ibu Dra. L. Pratidarmanstiti. MS yang telah memberikan arti dan makna hidup sebagai seorang wanita, informasi yang sangat dalam mengenai wanita membuat keingintahuan saya mengenai wanita sangat tinggi. Mungkin karena ibu, saya bisa melihat fenomena wanita lajang menjadi sesuatu yang sangat menarik dan layak untuk diangkat menjadi topik skripsi ini. Terima kasih pula atas kesediaan ibu berdiskusi dengan saya sehingga membuat pola berpikir saya mengenai topik skripsi ini menjadi lebih matang.

(11)

8. Bapak Herry Widodo, S.Psi. yang telah memberikan informasi mengenai buku, jurnal, dan tesis yang ada di perpustakaan S2 Psikologi UI, juga pinjaman kartu perpustakannya. Terima kasih juga atas waktu yang diberikan selama saya di Jakarta. Mungkin karena bapak juga, keinginan saya untuk melanjutkan S2 Psikologi sempat muncul kembali. Dan ”selamat sudah lulus S2, pak!”

9. Terima kasih untuk semua dosen tetap maupun tidak tetap di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan saya banyak informasi baru, membantu saya lebih luas melihat dan memaknai segala sesuatu yang ada disekitar, serta membantu saya untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi.s

10.Terima kasih untuk Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Gandung, Mas Donny, Pak Gie, dan karyawan lain yang telah membantu kelancaran selama saya menjalani studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(12)

1. Terima kasih yang tak terhingga untuk Papanda dan Mamanda yang telah berdoa dan selalu mendukung Lia dalam segala hal, serta memberikan banyak kesempatan untuk menjadi orang yang lebih baik.

2. Adik laki-lakiku, terima kasih untuk kasih dan sayang yang tak pernah terucap dari bibirmu. Tetapi segala bentuk dorongan selama pembuatan skripsi ternyata membuat dirimu berbicara.

3. Eyang-eyang, tante-tante, om-om, sepupu-sepupu, terima kasih untuk doa dan dukungannya selama ini. Lontaran-lontaran kalimat “sudah lulus? atau ”kapan lulus?” menjadi sebuah motivasi yang sangat luar biasa untuk Lia. 4. Terima kasih untuk Tante Nuek dan Om Iong, sudah menjadi “second

home”. Maaf juga karena Lia selalu dan suka sekali merepotkan.

5. Terima kasih untuk Sendy, karena kesediannya mendengarkan keluh kesah sepanjang pembuatan skripsi dan menyediakan waktu luangnya untuk mengantarkan ke perpustakaan-perpustakaan.

6. Sahabatku sekaligus saudara perempuanku “9erombolan si Berat” Yusi, Lita, Yuli, Ani, Ayu, Dwitya, Tzu2, dan Icha. Terima kasih untuk kenyamanan, kehangatan, kebahagian, dan semangat cepat lulusnya. Dengan kebersamaan kita, aku bisa menjadi diri sendiri dan bisa belajar menghargai dan memaknai hidup.

(13)

kehidupan yang sebelumnya tidak pernah kutemui. Tak lupa untuk keluarga Dewi dan May, terima kasih untuk segalanya.

8. Michael Hendarman, terima kasih yang sangat besar untuk perasaan yang telah Natnat rasakan selama ini. Denganmu Nat tahu bagaimana rasa itu bisa menjadi suatu yang menyenangkan dan menyakitkan.

9. Anak-anak kostku Rhesa Dewi, Wibi, Astrid (+Cyrill), dan Edo. Terima kasih atas semangat untuk segera cepat jadi Sarjana Psikologi, serta ledekan-ledekan yang pada akhirnya menjadi sebuah motivasi besar untukku.

10.Terima kasih untuk dukungan teman-teman angkatan 2002 Psikologi, angkatan yang tidak pernah mengenal kata menyerah dan munafik. Harapan kita untuk menjadi Sarjana Psikologi yang ”baik” hingga bisa merubah dunia ini dengan telapak tangan kita harus selalu ada, teman!

11.My best friends Teguh, Tetra, Baim, P-Yank, Bronto, Hafiz Undip, Curex, Avie, Letoy, Lepi, Angga, Simin, Denny cewek, Ge’Oon, Teh’ Inna (untuk detik-detik terakhir yang sangat berharga), Vera, Dini, Ellenora, Tyas, Ladyane, Ira, Aree, Esa, Linda, Agus, Mas Adri, Joe, Doddy, Tisa, Winda, Aan Pak’e, Tanti ’03, Raniy, Nicey, Benny, Adip, Piwi, dan Eik Losari. Terima kasih sudah menjadi teman yang berarti, terima kasih untuk apapun yang kalian berikan hingga aku sekarang menjadi seorang Sarjana Psikologi (pada akhirnya, amin).

(14)

dan High School Ambassador 2003 MTV SKY Yogya, penyiar Masdha FM angkatan 2002 beserta kakak angkatan, panitia AKSI 2004, panitia

Psychology Art Performance 2004, panitia La Festa Della Gioa 2004, panitia AKSI 2005, PSF (Angel’s Voice), anak KKN USD 31 Gedogan Bantul, relawan gempa Yogya USD, relawan gempa Yogya lokasi RS. Sardjito, Asisten dosen Inventori 2006, Les Jepang Omatsuri. Terima kasih atas pengalaman yang sangat indah, kebersamaan kita membuatku menjadi lebih dewasa dan mengerti arti kedewasaan.

13.Teman-teman angkatan 1997-2006 Fakultas Psikologi dan fakultas lain di Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk kehumanisannya.

14.Terima kasih untuk subjek-subjek yang bersedia membantu meluangkan wanktu untuk mengisi angket-angketku.

15.Teman-teman seperjuanganku di bulan Juli 2007, akhirnya kita menjadi Sarjana Psikologi sekaligus bebas biaya UKD. Untuk Ipoet, Pita, Meme, Mba’ Willis, There, Mia, Lita, Lia, Mas Kobo, Ajeng, Ko’ Khrisna, Obet, dan Andre terima kasih untuk support di detik-detik penerimaan 4 digit di belakang nama ku. ”Ternyata membuat skripsi dan ujian skripsi itu sangat indah ya?”

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

ABSTRAK...vi

ABSTRACT...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...xiv

DAFTAR TABEL...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan...1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis...7

2. Manfaat Praktis...7

(16)

2. Ciri-ciri Sikap ...11

3. Struktur Sikap...12

4. Fungsi Sikap... .13

5. Faktor-faktor Sikap...15

B. Wanita di Masa Dewasa Dini 1. Masa Dewasa Dini...18

2. Wanita di Masa Dewasa Dini...19

C. Wanita Lajang 1. Pengertian Wanita Lajang...20

2. Alasan Wanita Melajang...22

3. Tipe-tipe Wanita Lajang...26

D. Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang...27

E. Kerangka Penelitian...30

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...31

B. Identifikasi Variabel Penelitian...31

C. Definisi Operasional...32

D. Subjek Penelitian...33

E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data...33

F. Validitas dan Reliabilitas... 35

1. Validitas Isi...36

2. Seleksi Item...37

(17)

G. Metode dan Analisis Data... ...38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian... 40

1. Validitas Isi... 40

2. Uji Coba Alat Penelitian... 40

3. Hasil Uji Coba Alat Penelitian... 41

4. Estimasi Reliabilitas... 44

B. Pelaksanaan Penelitian... 45

C. Deskripsi Subjek Penelitian... 47

D. Hasil Penelitian... ... 49

1. Deskripsi Data Penelitian...49

2. Hasil Penelitian Kategorisasi Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang...51

3. Deskripsi Masing-masing Komponen Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang... ..53

4. Deskripsi Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Tipe Tipe Wanita Lajang...58

E. Pembahasan Hasil Penelitian...64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...72

B. Saran...73

DAFTAR PUSTAKA...74

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Item Untuk Uji Coba Penelitian………35

Tabel 2. Distribusi Item Setelah Uji Coba yang Sahih Dan Gugur...42

Tabel 3. Distribusi Item Skala yang Sahih...43

Tabel 4. Distribusi Item Skala Penelitian...44

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian………..46

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian………...48

Tabel 7. Kategori Norma………..51

Tabel 8. Kategorisasi Sikap………..51

Tabel 9. Kategori Norma………53

Tabel 10. Kategorisasi Sikap………..53

Tabel 11. Kategori Norma………..54

Tabel 12. Kategorisasi Sikap………..55

Tabel 13. Kategori Norma………..56

Tabel 14. Kategorisasi Sikap………..57

Tabel 15. Kategori Norma………..59

Tabel 16. Kategorisasi Sikap………..59

Tabel 17. Kategori Norma………..60

Tabel 18. Kategorisasi Sikap………..61

Tabel 19. Kategori Norma………..62

Tabel 20. Kategorisasi Sikap………..62

Tabel 21. Kategori Norma………..63

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabulasi Data Try Out...77

a. Hasil Data Try Out...78

b. Uji Reliabilitas...90

c. Reliabilitas Item-item Sahih...92

2. Tabulasi Data Penelitian...93

a. Hasil Data Penelitian...94

b. Reliabilitas...102

c. Deskripsi Data Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang…………...104

d. Katergorisasi Subjek Penelitian………...106

3. Soal-soal Try Out dan Penelitian... 108

a. Soal Try Out...109

b. Soal Penelitian...115

4. Keterangan Penelitian...121

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Belakangan ini sering muncul beberapa istilah-istilah baru dalam kalangan masyarakat kita. Salah satu istilah yang muncul dan sepertinya sudah sering kali muncul adalah istilah lajang. Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan untuk individu yang memilih untuk membujang, atau individu yang tidak menikah, atau belum menikah, atau pernah menikah namun kemudian menjalani kehidupan sendiri karena proses perceraian atau pasangannya meninggal dunia (Bird, G. & Melville, K., 1994). Adapula yang mengatakan bahwa individu yang belum menikah atau tidak pernah menikah dalam ikatan lembaga perkawinan apapun, juga status janda atau duda, baik cerai ataupun ditinggal mati suami atau istrinya disebut sebagai lajang (Barkas, 2001). Dan secara khusus, lajang dibagi ke dalam 4 tipe yaitu tipe

Ambivalent yang merupakan tipe lajang karena keinginannya sendiri, tipe

Wishfull merupakan tipe yang melajang karena belum dapat pasangan, tipe

(21)

Menjadi wanita lajang sepertinya adalah sebuah pilihan dari wanita itu sendiri, dan pilihan itu ada karena ada berbagai macam alasan di dalamnya. Alasan-alasan tersebut salah satunya karena keinginan untuk meraih karier yang lebih tinggi, trauma dengan hubungan sebelumnya, memiliki persepsi negatif mengenai bentuk fisiknya, atau bahkan karena lesbian yaitu mencintai sesama wanita (Hurlock 1991, dalam Meiyuntarini, Tatik, Dwi Sarwendah & Pudji Astutiek. 2001).

(22)

“Bagi saya pria adalah hadiah, seperti memenangkan undian. Dengan atau tanpa pria, saya sudah hidup puas.” (Endang, 1997).

Dengan adanya salah satu pernyataan tersebut sepertinya bisa dikatakan hidup melajang itu bukan berarti hidup dengan rasa kesepian, karena hidup bahagia tidak selalu berorientasi kepada pernikahan seperti yang dikatakan oleh Santrock (1995). Tetapi mereka masih bisa memiliki kebahagiaan dengan karier, teman-teman, dan keluarganya.

Di dalam kehidupan, individu memiliki tahap-tahap perkembangan yang akan dijalani (Santrock, 1995). Tahap-tahap perkembangan tersebut harus dijalani secara bertahap tanpa boleh ada yang terlewati. Ada beberapa masa yang harus dilewati oleh setiap individu, yaitu masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Setiap masa-nya terdapat tahap-tahap perkembangan, dan tahap-tahap perkembangan di setiap masa pun akan berbeda satu sama lain. Pada usia 18 atau 21 sampai 40 tahun, individu akan memasuki tahap perkembangan yang dinamakan masa dewasa dini (Santrock, 1995). Di masa ini, kita akan dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan seperti mencari dan menemukan calon pasangan hidup, belajar membina kehidupan rumah tangga bersama pasangannya, mulai hidup berkeluarga, belajar mengasuh anak-anak, mengelola urusan rumah tangga, meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga (Havinghurst 1965, dalam Mappiare, 1997).

(23)

individu itu berjenis kelamin wanita, tentu akan menjadi sasaran kritik masyarakat, dan biasanya akan muncul juga pembicaraan mengenai peran gender. Dimana wanita selalu dianggap sebagai individu yang identik dengan ruang lingkup domestik, yaitu menjadi ibu rumah tangga dan mengurus rumah tangga (Kartono, 1992). Bahkan saat ini sudah muncul sebuah ideologi ibuisme, dengan asumsi awal bahwa bagaimanapun juga seorang wanita dipandang, ia takkan terlepas sepenuhnya dari peran dan fungsi sebagai istri dan ibu (Nurrachman, 1993).

Terlebih di dalam masyarakat yang menggunakan paham patriarki yaitu paham dimana laki-laki memegang kuasa atas peran penting dalam masyarakat, pemerintahan, pendidikan, industri, seperti di Indonesia (Tukiran, 2001). Bisa dikatakan pada paham ini akan ada perbedaan dalam memandang pria dan wanita yang melajang. Terlihat dari kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih memperhatikan wanita yang belum menikah daripada pria (Prisanti, 1997). Walaupun sudah terdapat kemajuan pola berpikir masyarakat seiring dengan meningkatnya pendidikan, tetap saja wanita lajang belum dapat diterima oleh masyarakat kita. Dan tampaknya masyarakat Timur lebih bisa menerima wanita dewasa yang telah menikah daripada wanita yang lajang (Wogner, 2002).

(24)

ingat kamu umur berapa?”. Wanita dewasa dini yang berstatus menikah ini tentu memiliki opini tentang sesama jenisnya yang berada pada masa dewasa dini juga. Opini yang muncul pun berbeda setiap individunya, ada yang mendukung dan ada juga yang tidak mendukung menjadi wanita lajang. Ada yang menuliskan dalam http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/027, opini yang berasal dari salah satu wanita ini adalah bahwa ia akan menerima para wanita lajang, karena mereka juga memiliki nilai plus, yaitu memiliki waktu lebih banyak dan waktu lebih banyak untuk dicurahkan sesuai dengan keinginannya. Seorang wanita yang sudah menikah selama 4 tahun, menuliskan opininya mengenai menikah atau tidak menikah dalam situs

(25)

Di sini juga ada contoh yang tidak mendukung dengan fenomena wanita lajang. Salah satunya muncul dari pasangan menikah bernama Greg Ethridge dan Shannon Ethridge mengeluarkan buku yang berjudul “Every Woman’s Marriage”. Di dalam buku itu, kedua pasangan ini memberikan sebuah pandangan bahwa sebuah pernikahan itu tidak selamanya berisikan kekerasan, keegoisan atau segala sesuatu berunsurkan ketidakbahagiaan yang biasanya terjadi dalam kekerasan rumah tangga. Mereka bahkan memberikan beberapa tips untuk para suami-istri agar pernikahannya bisa bahagia ( Elliott-CBN, 2001, dalam http.// www. Jawaban. com). Bisa dikatakan bahwa Shannon Ethridge mendukung bahwa seorang wanita haruslah menikah, terlihat dari judul yang mereka ambil untuk salah satu bukunya. Shannon sepertinya memberikan pandangan kepada para wanita agar tidak perlu takut dengan kehidupan menikah, dan mengajak wanita yang lajang untuk menikah sesuai dengan tugas perkembangannya. Ibu dari seorang penulis terkenal Ayu Utami juga berpendapat bahwa seorang wanita itu harusnya menikah, karena jika menikah maka tidak akan kesepian di hari tuanya (Utami, 2005).

(26)

penelitian ini, peneliti ingin melihat sikap wanita dewasa dini yang sudah menikah khususnya, terhadap teman-temannya yang berada pada masa perkembangan yang sama, tetapi masih atau memilih untuk melajang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap wanita dewasa dini yang sudah menikah terhadap wanita lajang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap wanita dewasa dini yang sudah menikah terhadap wanita lajang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(27)

2. Manfaat Praktis

Bagi subjek dari penelitian, semoga dengan adanya penelitian ini subjek bisa menyesuaikan diri saat berada pada lingkungan yang berbeda dengan dirinya. Dan bisa membantu memberikan informasi atau pemahaman mengenai wanita lajang terhadap orang-orang disekitar subjek.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai attitude ini diperkenalkan pertama kali oleh Herbert Spencer pada tahun 1862. Beberapa tahun kemudian muncul berbagai macam definisi dari sikap yang sifatnya mendukung pendapat Herbert Spencer, tetapi tidak ditemukan secara jelas sebenarnya apa pendapat dari Herbert Spencer itu sendiri mengenai sikap. Berikut adalah beberapa definisi sikap yang muncul tersebut (Ahmadi, 2002) :

a. L. L Thurstone mendefinisikan sikap sebagai tingkat kecenderungan yang bersifat positif atau negatif terhadap sebuah objek psikologi. Seseorang dikatakan memiliki sikap positif apabila menyukai sebuah objek psikologi dan akan dikatakan memiliki sikap negatif jika tidak menyukai objek psikologi tersebut. Yang dimaksud dengan objek psikologi di sini dapat berupa simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya.

(29)

c. John H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan sikap sebagai sebuah kesiapan seseorang dalam merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi

Dari beberapa definisi diatas, salah satu ahli Psikologi bernama W. J. Thomas memberikan batasan terhadap definisi sikap. W. J Thomas kemudian mendefinisikan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang sudah atau mungkin akan terjadi dalam keadaan-keadaan sosial (Ahmadi, 2002).

Berbeda dengan pendapat Judd (Baron. A.Robert & Donn Byrne, 1997), ia mengatakan bahwa sikap adalah evaluasi terakhir dari bermacam-macam aspek dalam lingkungan sosial, dan evaluasi tersebut berada dalam memori seseorang. Olson dan Maio (Baron, A.Robert & Donn Byrne, 2003) juga memiliki pendapat yang serupa dengan Judd, mereka berpendapat bahwa sikap itu untuk menunjukkan evaluasi seseorang dalam penggambaran aspek-aspek di lingkungan sosialnya.

(30)

Sikap yang telah dikatakan sebagai suatu kesadaran seseorang untuk menentukan perbuatan dalam keadaan sosial ini menyebabkan sikap terbagi menjadi dua macam (Ahmadi, 2002). Dua macam sikap tersebut, adalah :

a. Sikap sosial yang berarti kesadaran seseorang yang menentukan perbuatan yang nyata, berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial ini tidak dinyatakan oleh seseorang saja, melainkan diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Misalnya sikap berkabung mahasiswa Psikologi Sanata Dharma karena meninggalnya seorang dosen.

b. Sikap individuil yaitu sikap yang hanya dimiliki oleh perseorangan saja. Misalnya sikap seseorang yang sangat menggemari makanan coklat.

2. Ciri-ciri Sikap

Untuk mengetahui sikap atau bukan, maka muncul beberapa pendapat bahwa sikap memiliki ciri-ciri. Menurut Adi (1995), ciri-ciri dari sikap adalah sebagai berikut :

a. Sikap selalu berhubungan dengan objek. Objek bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial lembaga masyarakat, dll.

(31)

c. Sikap dapat berubah meskipun relatif sulit berubah. d. Sikap tidak hilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.

e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

f. Sikap mencakup faktor motivasi dan perasaan, hal inilah yang membedakan antara sikap dengan pengetahuan.

Sedikit berbeda dengan Adi, Ahmadi (2002) mengatakan bahwa ciri-ciri dari sikap, yaitu :

a. Sikap itu dipelajari

b. Sikap memiliki kestabilan

c. Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain, juga antara orang dengan barang atau situasi.

d. Sikap berisi komponen kognisi dan afeksi.

e. Approach-avoidance directionality, yang berarti bahwa jika seseorang memiliki sikap yang favorabel terhadap sesuatu maka mereka akan mendekatinya dan membantunya. Tetapi jika

unfovarabel maka mereka akan menghindarinya.

3. Struktur sikap

(32)

merupakan gabungan dari unsur-unsur definisi sikap secara umum, oleh karena itu struktur ini saling menunjang. Stuktur sikap tersebut, yaitu :

a. Komponen kognitif, terdiri dari seluruh pikiran yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu atau fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang sebuah objek. Jadi komponen ini berupa apa yang dipercayai oleh subjek pemilih sikap.

b. Komponen afektif, terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama dalam hal penilaian. Jadi komponen ini merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional, seperti kedengkian, simpati, ketakutan, dan lain-lain.

c. Komponen konatif, terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Jadi komponen ini adalah aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subjek, seperti kecenderungan memberikan pertolongan, kecenderungan menjauhkan diri dari orang lain, dan lain-lain.

4. Fungsi Sikap

Saat seseorang ingin bersikap, maka akan ada fungsi dari sikap ini sehingga seseorang ingin untuk melakukannya. Fungsi sikap menurut Ahmadi (2002) dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

(33)

Sikap bisa dikatakan sesuatu yang mudah menjalar, sehingga dengan mudah juga menjadi milik bersama. Misalnya sebuah anggota A yang memiliki kepentingan dan pengalaman bersama, akan ditandai dengan sikap anggota yang sama terhadap suatu objek tertentu.

b. Sebagai alat pengatur tingkah laku.

Tingkah laku pada binatang terjadi karena spontanitas, artinya langsung bereaksi terhadap stimulus. Berbeda dengan manusia yang akan selalu ada pertimbangan, proses yang dilakukan secara sadar ini dilakukan sebelum melakukan respon.

c. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Dalam kehidupan, seseorang akan selalu mendapatkan pengalaman-pengalaman, dan orang akan menerima pengalaman itu secara aktif. Seseorang akan menerima pengalaman tersebut juga dengan bersikap memberi penilaian kemudian bersikap memilih. d. Sebagai pernyataan kepribadian.

(34)

5. Faktor-faktor Sikap

Azwar (1995) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu :

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dikatakan dapat mempengaruhi sikap karena apa yang telah atau sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi kita dalam merepson stimulus-stimulus sosial. Middlebrook (1974, dalam Azwar 1995) mengatakan bahwa saat kita tidak memiliki pengalaman sama sekali maka kita akan cenderung memiliki sikap negatif terhadap objek psikologi tersebut.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang-orang disekitar kita merupakan salah satu yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting atau berarti khusus yang kita jadikan sebagai pengaruh saat kita bersikap.

c. Pengaruh kebudayaan

(35)

d. Pengaruh media massa

Media massa bisa dikatakan tidak memiliki pengaruh yang besar jika dibandingkan dengan interaksi individual secara langsung, tetapi tidak bisa dikatakan juga kalau media massa memiliki peranan yang kecil dalam bersikap. Media massa merupakan sarana dalam berkomunikasi, dalam menyampaikan informasi tentunya media massa akan membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Disinilah peran media massa dalam mempengaruhi seseorang dalam bersikap.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama diberikan dasar pengertian dan konsep moral kedalam diri individu. Pemahaman yang baik dan buruk, boleh atau tidak boleh dilakukan diberikan di lembaga ini. Konsep-konsep tersebut yang nantinya akan berperan saat individu menentukan untuk berikap. Oleh karena itu seringkali ajaran moral yang diberikan di kedua lembaga ini dijadikan sebagai determinan tunggal yang menentukan sikap. f. Emosional

(36)

menjadi sikap yang sementara dan berlalu begitu saja atau bisa juga akan bertahan lama.

Sedangkan menurut Ahmadi (2002), ada dua faktor yang mempengaruhi sikap dari individu, yaitu :

a. Faktor intern

Faktor ini terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri, yang berupa selektif individu untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Biasanya pilihan terhadap pengaruh dari luar itu disesuaikan dengan sikap di dalam diri manusia terutama yang sudah menjadi minatnya. Misalnya jika kita sedang lapar, maka akan lebih memperhatikan perangsang yang dapat membuat rasa lapar daripada perangsang lainnya.

b. Faktor eksternal

Merupakan faktor yang terdapat di luar pribadi individu, faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok.

(37)

B. Wanita di Masa Dewasa Dini

1. Masa Dewasa Dini

a. Pengertian Masa Dewasa Dini

Masa dewasa dini dimulai saat individu menginjak usia 18 atau 21 tahun, dan berlangsung hingga individu menginjak usia 40 tahun (Santrock, 1999). Havinghurst (dalam Santrock 1999) dan Gunarsa (2001) juga sependapat bahwa batas usia dewasa dini adalah 21-40 tahun. Berbeda dengan Levinson (dalam Monks, 2002) yang mengatakan bahwa masa dewasa dini saat individu berusia 17-45 tahun. Secara umum bisa dikatakan bahwa individu akan memasuki masa dewasa dini berkisar usia 20-40 tahun.

Pada masa ini individu sudah dianggap dewasa untuk menjalani kehidupannya, yang berarti individu dianggap sudah mampu untuk bertanggung jawab secara penuh terhadap dirinya sendiri, baik dalam pengambilan keputusan, menentukan nilai-nilai diri, maupun dalam menentukan pola kehidupan yang sesuai diri sendiri (Kartono, 1992). b. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Dini

Setiap fase perkembangan, individu akan dituntut untuk melewati fase tersebut dengan menjalani tugas-tugas perkembangan yang berbeda di setiap fasenya. Havinghurst (dalam Mappiare, 1997) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dari fase masa dewasa dini, yaitu :

(38)

2) Belajar membina kehidupan rumah tangga bersama pasangannya. 3) Mulai hidup berkeluarga.

4) Belajar mengasuh anak-anak. 5) Mengelola urusan rumah tangga.

6) Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga.

7) Menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

8) Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.

Tugas-tugas perkembangan ini haruslah dipenuhi oleh seseorang yang melewati masa dewasa dini. Tugas-tugas ini bisa dikatakan sebagai dasar dari penguasaan tugas-tugas perkembangan dalam usia-usia selanjutnya atau saat masa dewasa madya dan masa dewasa lanjut nanti (Mappiare, 1997). Dengan demikian saat seseorang bisa menjalankan dan menguasai tugas-tugas perkembangan ini dengan utuh, maka akan mempermudah ia untuk menjalankan dan menguasai tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

2. Wanita di Dewasa Dini

(39)

mempunyai anak. Hal ini ditegaskan dengan munculnya pendapat bahwa wanita memiliki peran (Gunarsa, 2001), peran wanita adalah :

a Sebagai anggota masyarakat, wanita memiliki beberapa peran seperti wanita karier, wanita bekerja, atau wanita yang mengikuti organisasi. b Sebagai anggota keluarga. Saat ini pun wanita memiliki peran ganda

yang berarti wanita berperan sebagai anggota keluarga, istri, dan juga seorang ibu.

1). Peran wanita sebagai anggota keluarga adalah memberikan inspirasi tentang arti hidup.

2). Peran wanita sebagai istri adalah untuk membantu suami dalam menentukan tujuan hidup, menjadi kekasih suami, menjadi pengabdi dalam meringankan beban suami, dan menjadi pendamping suami.

3). Peran wanita sebagai ibu adalah merawat, membesarkan, dan mendidik anak.

C. Wanita Lajang

1. Pengertian Wanita Lajang

(40)

Hal ini bisa diasumsikan bahwa perawan tua merupakan bagian atau memiliki definisi yang sama dengan wanita lajang.

Berbeda dengan di Amerika, mereka menyebut wanita lajang sebagai single woman. Salah satu literatur Amerika yang ditulis oleh Metthew Melko (2002) mendefinisikan single woman ini sebagai wanita yang belum pernah menikah, pernah menikah kemudian bercerai, dan pernah menikah kemudian ditinggal mati oleh suaminya.

Adapula yang mengartikan bahwa wanita lajang merupakan status dari wanita yang belum menikah atau tidak pernah menikah dalam ikatan lembaga perkawinan apapun, juga bukan status janda, baik janda cerai ataupun ditinggal mati suaminya (Barkas, 2001). Dan ada juga yang berpendapat bahwa wanita lajang adalah wanita yang tidak memiliki date, tidak memiliki pacar, lesbian, mereka yang belum menikah, mereka yang pernah menikah lalu bercerai, atau mereka yang tidak akan menikah (Margareth, 1997).

(41)

2. Alasan Wanita Melajang

Hurlock (dalam Meiyuntarini, Tatik dkk. 2001) mengatakan bahwa ada beberapa alasan kenapa wanita dewasa dini memutuskan untuk tidak menikah atau hidup melajang.

Alasan-alasan tersebut, yaitu :

a. Penampilan sex yang tidak tepat atau menarik. b. Cacat fisik atau penyakit lama.

c. Sering gagal dalam mencari pasangan.

d. Tidak mau memikul tanggung jawab pernikahan dan menyandang statusnya sebagai orang tua.

e. Keinginan untuk meniti karier yang menuntut jam kerja yang lama dan tanpa batas.

f. Tidak seimbangnya jumlah anggota masyarakat wanita dan pria di masyarakat dimana dia tinggal.

g. Jarang mempunyai kesempatan untuk berjumpa dan berkumpul dengan lawan jenisnya yang cocok.

h. Mempunyai tanggung jawab keuangan dan waktu untuk orang tua dan saudara.

i. Kekecewaan yang pernah dialami karena kehidupan keluarga yang tidak bahagia pada masa lalu.

j. Mudah fasilitas untuk melakukan hubungan sex tanpa menikah. k. Gaya hidup yang menggairahkan.

(42)

m. Kebebasan untuk mengubah dan melakukan percobaan dalam pekerjaan dan gaya hidup.

n. Mempunyai keyakinan bahwa mobilitas sosial akan lebih mudah diperoleh bila lajang.

o. Lesbian

Bird dan Melville (1994) juga mengemukakan beberapa alasan seseorang untuk melajang. Alasan-alasan tersebut akibat dari perubahan nilai dan munculnya alternatif-alternatif praktis yang semakin berkembang. Perubahan nilai yang dimaksud misalnya keyakinan mengenai hambatan-hambatan yang muncul setelah pernikahan, sedangkan munculnya alternatif bisa berupa kesempatan untuk mendapatkan jenjang karier yang lebih tinggi. Bird dan Melville juga mengemukakan beberapa hal yang mendorong seseorang untuk melajang, hal-hal tersebut yaitu :

a. Kesempatan untuk berkarier.

b. Pengalaman hidup yang lebih beragam. c. Kecukupan diri.

d. Kebebasan seksual.

e. Gaya hidup yang menggairahkan.

f. Kebebasan untuk berubah dan bereksperimen. g. Mobalitas.

(43)

i. Adanya kelompok pendukung.

j. Pelayanan khusus untuk yang melajang, seperti ”single party”.

Berbeda dengan Paludi (1998) yang mengemukakan bahwa alasan seseorang melajang diakibatkan karena dua faktor, yaitu faktor dari luar individu dan dari dalam individu. Faktor yang berasal dari luar adalah kondisi sosial, kondisi dimana jumlah pria lebih banyak dari pada wanita. Tak hanya itu, latar belakang juga menjadi alasan kenapa seseorang melajang. Paludi mengatakan bahwa terkadang seseorang mempunyai kewajiban untuk menafkai keluarga atau harus merawat orang tua atau saudara yang sakit, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk kencan atau menjalin relasi yang lebih dalam dengan lawan jenisnya. Sedangkan faktor dari dalam adalah memiliki tujuan untuk berkarier, trauma terhadap masa lalu, faktor fisik, dan pilihan gaya hidup.

(44)

Margareth (1997), bahwa karier biasanya dijadikan alasan utama mereka melajang, karena mereka berpendapat bahwa pernikahan dan karier tidak akan bisa berjalan bersama secara seimbang proporsinya. Mereka juga merasa malas jika harus berkompromi terlebih dahulu dengan pasangannya saat harus memutuskan sesuatu, terlebih yang berhubungan dengan kariernya. Ketidakpercayaan akan pasangan dan ketidaktertarikan dengan kehidupan setelah pernikahan juga merupakan alasan yang cukup kuat untuk wanita melajang.

Sedangkan menurut Psikolog Amy Budiman (2001) perubahan zaman merupakan alasan dari wanita melajang. Perubahan disini mencakup kesetaraan pendidikan, kesempatan kerja, penghasilan yang bagus, perkembangan wawasan, dan cara berpikir yang global. Jadi dengan perubahan disini, wanita menjadi sadar bahwa kebahagiaan dari seorang wanita tidak hanya bisa dicapai dengan cara menikah kemudian memiliki anak saja. Karena dengan memiliki pendidikan yang tinggi, karier yang sukses, penghasilan yang tinggi pun bisa membuat seorang wanita memiliki kebahagiaan yang tidak kalah nilainya dengan kebahagiaan yang dimiliki oleh seorang wanita yang menikah.

(45)

hubungan seks; dan melajang bukan sesuatu yang melanggar norma, bisa dijadikan alasan kenapa wanita ini memutuskan untuk melajang (Hardway, 2002).

Hardway (2002) juga mengatakan bahwa wanita lajang ini memutuskan melajang karena standart yang terlalu tinggi untuk seseorang yang akan menjadi pasangannya, terlalu pemilih, kurang berusaha mempertahankan pernikahannya sehingga harus bercerai, dan tidak sungguh-sungguh ingin menikah.

3. Tipe-tipe Wanita Lajang

Keputusan untuk menjadi wanita lajang adalah sebuah pilihan dari wanita itu sendiri, alasan-alasan dari mereka pun berbeda satu sama lain. Kemudian oleh Shostak (dalam Nurmala, 2006) individu yang melajang itu dibagi dalam beberapa tipe, adapun tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut :

a. Ambivalent

(46)

bersama tanpa ada hubungan pernikahan atau biasa disebut kumpul kebo termasuk ke dalam tipe ini.

b. Wishhful

Individu yang masuk ke dalam tipe ini adalah individu yang aktif mencari pasangan tetapi belum berhasil. Mereka masih mempunyai kesadaran untuk menikah.

c. Resolved

Tipe ini adalah tipe untuk individu yang melajang karena pilihan hidupnya. Sebagian besar adalah pastur atau romo, biarawan/biarawati.

d. Regretful

Merupakan tipe individu yang sebenarnya memilih untuk menikah, tetapi karena menyerah pada nasib mereka tidak bisa menikah. Menyerah bisa diakibatkan karena jumlah wanita dan laki-laki tidak seimbang, penampilan sex tidak menarik, cacat secara fisik atau psikis, kaum lesbian bisa masuk ke dalam tipe ini. Atau karena mereka menemukan kekurangan dalam lembaga pernikahan.

D. Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang

(47)

2002). Wanita yang belum menikah atau tidak menikah, atau tidak memiliki status pernikahanlah yang akan disebut sebagai wanita lajang (Barkas, 2002). Alasan mereka untuk melajang pun beragam, ada yang karena belum dapat pasangan yang cocok, homoseksual, trauma masa lalu, atau karena masih ingin mengejar jenjang karier setinggi-tingginya (Santrock, 1995).

Seorang wanita pada masa dewasa dini memang cenderung dituntut untuk mencari pasangan hidup, menikah, berkeluarga, dan memiliki anak. Hal tersebut memang tidak boleh dipungkiri karena merupakan suatu tugas perkembangan pada masa dewasa dini. Masa dimana menurut Havinghurts (dalam Mappiare, 1997) seorang dewasa dini ditugaskan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga, meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

(48)

dibandingkan dengan kaum laki-laki, karena pada paham ini dikenal sebagai paham yang menganggap seorang laki-laki yang memegang kuasa atas peran-peran penting dalam sebagian besar kehidupan manusia (Tukiran, 2001).

Jadi disaat seorang dewasa dini, khususnya wanita yang berusia 28-33 tahun belum atau tidak menikah, maka akan timbul opini-opini yang positif maupun yang negatif. Menurut Levinson (dalam Monks, 2002), usia 28-33 tahun ini merupakan usia dimana seseorang akan membentuk kehidupan berkeluarga. Kehidupan yang diawali dengan pernikahan, yaitu peristiwa dimana sepasang mempelai atau calon suami-istri dipertemukan secara formal di hadapan pemuka agama, para saksi, dan sejumlah hadirin, kemudian disyahkan secara resmi sebagai suami-istri dengan upacara keagamaan dan ritual-ritual tertentu, lalu hidup sebagai keluarga kecil yang kemudian dilengkapi oleh lahirnya seorang anak (Kartono, 1992).

(49)

E. Kerangka Penelitian

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif, penelitian deskriptif yang menggunakan data yang berupa angka. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1998). Penelitian ini hanya menggambarkan variabel yang akan diteliti melalui pengisian skala tanpa perlu mencari, menerangkan saling berhubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi (Suryabrata, 1998). Dengan demikian jenis penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang menggambarkan secara umum mengenai sikap wanita dewasa dini yang menikah terhadap wanita lajang berdasarkan skor item pada skala sikap yang disusun oleh peneliti.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

(51)

variabel dalam penelitian ini adalah sikap wanita dewasa dini yang menikah terhadap wanita lajang.

C. Definisi Operasional

Berhubung variabel dari penelitian ini adalah sikap wanita dewasa dini yang menikah terhadap wanita lajang, maka berikut adalah penjelasan mengenai definisi operasional penelitian ini. Sikap merupakan sebuah bentuk dari kesadaran dari setiap individu untuk merespons sebuah objek psikologis secara konsisten. Respon yang diberikan bisa bersifat positif dan negatif, tergantung bagaimana individu itu melihat objek psikologinya. Jadi sikap wanita dewasa dini menikah terhadap wanita lajang adalah bagaimana seorang wanita yang masuk dalam masa dewasa dini dengan status sudah menikah, memberikan sikap terhadap wanita yang belum atau tidak menikah, atau ditinggal cerai atau mati oleh suaminya yang disebut sebagai wanita lajang.

Wanita yang masih atau memilih atau memutuskan untuk melajang ini memiliki alasan yang sangat bervariasi, kemudian oleh Shostak (dalam Nurmala, 2006) individu yang melajang itu dibagi dalam beberapa tipe. Berikut ini adalah tipe-tipe dari wanita lajang, yaitu :

a. Ambivalent

(52)

merupakan individu yang selalu mengejar pendidikan, karier, dan kesenangan. Individu yang memilih untuk seks bebas, seperti hidup bersama tanpa ada hubungan pernikahan atau biasa disebut kumpul kebo termasuk ke dalam tipe ini.

b. Wishhful

Individu yang masuk ke dalam tipe ini adalah individu yang aktif mencari pasangan tetapi belum berhasil. Mereka masih mempunyai kesadaran untuk menikah.

c. Resolved

Tipe ini adalah tipe untuk individu yang melajang karena pilihan hidupnya. Sebagian besar adalah pastur atau romo, biarawan/biarawati.

d. Regretful

Merupakan tipe individu yang sebenarnya memilih untuk menikah, tetapi karena menyerah pada nasib mereka tidak bisa menikah. Menyerah bisa diakibatkan karena jumlah wanita dan laki-laki tidak seimbang, penampilan sex tidak menarik, cacat secara fisik atau psikis, kaum lesbian bisa masuk ke dalam tipe ini. Atau karena mereka menemukan kekurangan dalam lembaga pernikahan.

D. Subjek Penelitian

(53)

dikatakan sebagai struktur kehidupan individu menjadi lebih stabil dan tetap, dibandingkan pada masa awal-awal memasuki masa dewasa (Levinson, 1978 dalam Monks, 2002). Oleh karena itu biasanya pada masa ini individu akan muncul tuntutan untuk membentuk kehidupan keluarga.

E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner berskala yang dibuat oleh peneliti berdasarkan komponen-komponen dari sikap, adapun komponen sikap itu sendiri adalah kognitif, afektif, dan konatif. Komponen ini kemudian dipadukan dengan tipe-tipe wanita lajang, yaitu

ambivalent, wishful, resolved, dan regretful.

Sebelum pembuatan skala, peneliti terlebih dahulu membuat

blueprint dengan tujuan untuk mempermudah dalam pembuatan skala.

Blueprint dari skala sikap ini disusun berdasarkan indikator yang terdiri dari item-item yang favorable dan unfavorable. Item favorable merupakan item yang memihak pada objek yang diukur, sedangkan item yang unfavorable

merupakan item yang tidak memihak pada objek yang diukur, atau bisa juga dikatakan bahwa item unfavorable adalah item yang mengidikasikan rendahnya atribut yang diukur begitu pula sebaliknya dengan item favorable. Item-item yang dirumuskan dengan kalimat yang jelas dan mudah untuk dimengerti ini sudah disusun berdasarkan blueprint.

(54)

yang harus diisi oleh subjek penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap. Skala ini disusun dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Rating) yaitu metode penskalaan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Skala disusun sendiri oleh peneliti dengan menggunakan skala Likert yang telah dimodifikasi dengan variabel yang akan diukur.

Skala penelitian ini setiap butir itemnya memuat empat kategori alternatif jawaban yaitu “sangat setuju” (SS), “setuju”(S), “tidak setuju”(TS), dan “sangat tidak setuju”(STS). Penskoran dalam kuesioner ini adalah:

1. Pada pernyataan favorable, jawaban “SS” memperoleh skor 4, “S” memperoleh skor 3, “TS” memperoleh skor 2, dan “STS” memperoleh skor 1.

2. Pada pernyataan unfavorable, jawaban “SS” memperoleh skor 1, “S” memperoleh skor 2, “TS” memperoleh skor 3, dan “STS” memperoleh skor 4.

Skor pada setiap item kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor total. Semakin tinggi skor total, maka menunjukkan bahwa semakin positif sikap wanita tersebut terhadap wanita lajang. Dan jika semakin rendah skor total, maka menunjukkan bahwa semakin negatif sikap wanita tersebut terhadap wanita lajang.

(55)

Tabel. 1

Distribusi Item Untuk Uji Coba Penelitian Komponen Sikap

Kognisi Afeksi Konasi No Tipe Wanita

F. Validitas dan Reliablitas

1. Validitas Isi

(56)

2. Seleksi Item

Seleksi item merupakan proses untuk memilih item-item yang sahih, yaitu item-item yang memiliki daya beda tinggi. Daya beda tinggi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2002).

Pengujian daya beda item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara skor item dengan distribusi skor skala yang akan menghasilkan korelasi item total. Kemudian dianalisis dengan koefisien korelasi Product Moment dari Pearson. Sebagai kriteria digunakan batasan 0,30 dengan taraf signifikan 0,05. Item yang memiliki koefisien korelasi sebesar 0,30 keatas (>0,30) dianggap memenuhi kriteria sebagai item yang sahih. Sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 (<0,30) digugurkan.

3. Reliabilitas

(57)

Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan hanya mencobakan instrument sekali saja pada sekelompok subjek (Azwar, 1999). Tehnik estimasi yang digunakan adalah koefisien alpha. Alat tes dinyatakan reliabel apabila nilai r yang diperoleh paling tidak mendekati 0,90

G. Metode dan Analisis Data

Menurut Azwar (1995) hasil dari analisi deskriptif biasanya berupa frekuensi dan presentase, tabulasi silang, serta berbagai bentuk grafik dan

chart pada data yang bersifat kategorikal, serta berupa statistik-statistik kelompok (antara lain mean dan varians) pada data yang bukan kategorial. Pada penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah metode statistik deskriptif. Metode ini meliputi penyajian data melalui tabel, penghitungan modus, median, mean, dan standart deviasi serta perhitungan prosentase.

Modus adalah tehnik penjelasan suatu kelompok yang didasarkan atas nilai yang sering muncul dalam kelompok tersebut. Median adalah tehnik penjelasan suatu kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya. Mean adalah jumlah dari semua data kemudian dibagi dengan banyaknya data, mean biasa disebut sebagai rata-rata.

(58)

standard deviasi atau simpangan baku dari kelompok data. Penentuan kategori sikap wanita dewasa dini yang sudah menikah ini akan dilakukan dengan kategorisasi jenjang berdasarkan standart deviasi dan mean teoretik (Azwar, 2002) sebagai berikut :

X minimum teoritik : Skor paling rendah yang mungkin diperoleh subjek pada skala, yaitu = 1 X maksimum teoritik : Skor paling tinggi yang mungkin diperoleh subjek pada skala, yaitu = 4

Range : Luas jarak sebaran antara nilai maksimal dan nilai minimal

Standart Deviasi (σ) : Luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam 6 satuan deviasi Standart

Penggolongan akan dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Luas interval yang mencangkup setiap kategori ditetapkan sebagai berikut :

(µt + 1,5σ) < X : Sangat Tinggi (µt + 0,5σ) < X ≤ (µt + 1,5σ) : Tinggi

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perumahan Minomartani yang terletak di Depok, Sleman, Yogyakarta. Perumahan ini dihuni oleh sebagian besar orang-orang yang sudah berkeluarga, dan mayoritas berasal dari Yogyakarta. Seringkali terlihat ibu-ibu melakukan aktivitas di luar rumah, ada yang mengasuh anaknya, membersihkan pekarangan, atau mengobrol dengan tetangga sehabis pulang kerja, atau melakukan kegiatan RT seperti arisan atau PKK.

2. Uji Coba Alat Penelitian

(60)

atas kata pengantar, petunjuk pengisian, dan skala sikap wanita dewasa dini terhadap wanita lajang

3. Hasil Uji Coba Alat Penelitian

(61)

Tabel 2

(62)

Tabel 3

Distribusi Item Skala yang Sahih Komponen Sikap

(63)

Tabel 4

Distribusi Item Skala Penelitian Komponen Sikap

Kognitif Afeksi Konasi F UF F UF F UF No Tipe

Wanita Lajang

Item Item Item Item Item Item

(64)

4. Estimasi Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2002). Pengukuran skala dapat dikatakan reliabilitas tinggi apabila pengukuran suatu skala dapat dihasilkan data yang reliabel. Pengukuran reliabilitas dan uji analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan perhitungan reliabilitas koefisien alpha dari Cronbach dengan menggunakan SPSS for windows versi 13.00. Hasil pengukuran reliabilitas pada skala sikap wanita dewasa dini menikah terhadap wanita lajang adalah 0,926. Nilai reliabilitas ini dapat dikatakan baik atau reliabel karena mendekati 1 sehingga skala tersebut dapat diandalkan untuk tujuan pengambilan data penelitian.

B. Pelaksanaan Penelitian

(65)
(66)

C. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dini yang sudah menikah, usia antara 28-33 tahun, bertempat tinggal di Perumahan Minomartani Depok Sleman Yogyakarta. Berdasarkan data identitas pada skala penelitian yang diperoleh, maka dibuat tabel rangkuman gambaran subjek penelitian, yaitu :

Tabel 5

Gambaran Subjek Penelitian 1. Subjek berdasarkan usia

Keterangan Jumlah %

28 tahun 8 10 %

29 tahun 13 16,25 %

30 tahun 23 28,75 %

31 tahun 7 8,75 %

32 tahun 16 20 %

33 tahun 13 16,25 %

Total 80 100 %

2. Subjek berdasarkan daerah asal

Keterangan Jumlah %

Yogyakarta 61 76,25 %

Jawa Tengah 16 20 %

Jawa Barat 2 2,5 %

Jawa Timur 1 1,25 %

(67)

3. Subjek berdasarkan usia menikah

Keterangan Jumlah %

1 tahun 9 11,25 %

2 tahun 15 18,75 %

3 tahun 13 16,25 %

4 tahun 14 17,5 %

5 tahun 14 17,5 %

6 tahun 7 8,75 %

7 tahun 3 3,75 %

8, 9, 10, 12, dan 13 tahun 5 6,25 %

Total 80 100 %

4. Subjek berdasarkan pekerjaan

Keterangan Jumlah %

Ibu rumah tangga 29 36,25 %

Karyawan 38 47,5 %

Wiraswasta 13 16,25 %

Total 80 100 %

(68)

D. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan perhitungan program

SPSS for windows versi 13.00, berikut ini adalah tabel deskripsi data penelitian.

Tabel 6

Deskripsi Data Penelitian

No. Keterangan Jumlah

1 N 80

2 Skor maksimum teoritik 240

3 Skor minimum teoritik 60

4 Skor maksimum empirik 221

5 Skor minimum empirik 126

6 Mean teoritik 150

7 Mean empirik 169,68

8 Median 168

9 Modus 178

10 SD 20,486

11 Varians 419,665

Keterangan :

N : Jumlah responden penelitian.

Skor maksimum teoritik : Skor paling tinggi yang dapat diperoleh subjek pada skala.

(69)

Skor maksimum empirik : Skor paling tinggi yang dapat diperoleh subjek pada penelitian (skor total paling tinggi).

Skor minimum empirik : Skor paling rendah yang dapat diperoleh subjek pada penelitian (skor total paling rendah).

Mean teoritik : Rata-rata teoritik dari skor maksimum dan minimum.

Mean empirik : Rata-rata dari skor subjek penelitian.

Median : Nilai tengah yang dihasilkan. Modus : Skor subjek yang sering muncul. SD : Simpangan baku yang menunjukkan

variasi jawaban subjek. Varians : Kuadrat stadart deviasi.

(70)

diartikan bahwa secara umum subjek dari penelitian ini memiliki sikap yang positif terhadap wanita lajang.

2. Hasil Penelitian Kategorisasi Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang

Berdasarkan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pada pernyataan skala sikap wanita dewasa dini menikah, berikut adalah langkah penghitungan dalam penentuan kategorisasi tingkatan sikap wanita dewasa dini menikah terhadap wanita lajang :

X minimum teoritik : 60 x 1 = 60 X maksimum teoritik : 60 x 4 = 240

Range : 240 – 60 = 180

SD :

6 180

= 30

Mean :

2 240 60+

= 150

Dari hasil penghitungan, dengan SD = 30 dan Mean = 150, maka diperoleh hitungan untuk kategorisasi sebagai berikut :

(150 + 1,5 x 30) < X : Sangat Tinggi (150 + 0,5 x 30) < X ≤ (150 + 1,5 x 30) : Tinggi

(150 - 0,5 x 30) < X ≤ (150 + 0,5 x 30) : Sedang (150 – 1,5 x 30) < X ≤ (150 – 0,5 x 30) : Rendah

(71)

Tabel 7

Tabel Kategori Norma

Skor Kategori 195 < X Sangat Tinggi

165 < X ≤ 195 Tinggi 135 < X ≤ 165 Sedang 105 < X ≤ 135 Rendah

X ≤ 105 Sangat Rendah

Berikut ini adalah jumlah dan prosentase subjek pada masing-masing kategori tingkat sikap wanita dewasa dini menikah pada wanita lajang :

Tabel 8 Kategorisasi Sikap

Kategorisasi Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi (195 < X) 9 11,25%

Tinggi (165 < X ≤ 195) 38 47,5% Sedang (135 < X ≤ 165) 29 36,25%

Rendah (105 < X ≤ 135) 4 5%

Sangat Rendah (X ≤ 105) 0 0%

Jumlah 80 100%

(72)

ini menunjukkan bahwa secara umum wanita dewasa dini menikah memiliki sikap positif terhadap wanita lajang.

3. Deskripsi Masing-masing Komponen Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang

Berikut perhitungan kategorisasi berdasarkan komponen sikap : a. Kognitif

X minimum teoritik : 19 x 1 = 19 X maksimum teoritik : 19 x 4 = 76 Range : 76 – 19 = 57

SD :

6 57

= 9,5

Mean :

2 76 19+

= 47,5

Dengan SD = 9,5dan Mean = 47,5 , maka kategorisasinya yaitu : (47,5 + 1,5 x 9,5) < X : Sangat Tinggi (47,5 + 0,5 x 9,5) < X ≤ (47,5 + 1,5 x 9,5) : Tinggi

(47,5 - 0,5 x 9,5) < X ≤ (47,5 + 0,5 x 9,5) : Sedang (47,5 – 1,5 x 9,5) < X ≤ (47,5 – 0,5 x 9,5) : Rendah

(73)

Tabel 9

Table kategori norma

Skor Kategori 61,75 < X Sangat Tinggi

52,25 < X ≤ 61,75 Tinggi 42,75 < X ≤ 52,25 Sedang 33,25 < X ≤ 42,75 Rendah

X ≤ 33,25 Sangat Rendah

Berikut ini adalah jumlah dan prosentase subjek pada masing-masing kategori tingkat sikap wanita dewasa dini menikah pada wanita lajang :

Tabel 10 Kategorisasi sikap

Kategorisasi Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi (61,75 < X) 10 12,5% Tinggi (52,25 < X ≤ 61,75) 40 50% Sedang (42,75 < X ≤ 52,25) 26 32,5% Rendah (33,25 < X ≤ 42,75) 4 5%

Sangat Rendah (X ≤ 33,25) 0 0

Jumlah 80 100%

b. Afeksi

X minimum teoritik : 21 x 1 = 21 X maksimum teoritik : 21 x 4 = 84 Range : 84 – 21 = 63

SD :

6 63

(74)

Mean : 2

84 21+

= 52,5

Dengan SD = 10,5 dan Mean = 52,5 , maka kategorisasinya yaitu : (52,5 + 1,5 x 10,5) < X : Sangat Tinggi

(52,5 + 0,5 x 10,5) < X ≤ (52,5 + 1,5 x 10,5) : Tinggi (52,5 - 0,5 x 10,5) < X ≤ (52,5 + 0,5 x 10,5) : Sedang (52,5 – 1,5 x 10,5) < X ≤ (52,5 – 0,5 x 10,5) : Rendah

X ≤ (52,5 – 1,5 x 10,5) : Sangat Rendah

Tabel 11 Tabel Kategori Norma

Skor Kategori 68,25 < X Sangat Tinggi

57,75 < X ≤ 68,25 Tinggi 47,25 < X ≤ 57,75 Sedang 36,75 < X ≤ 47,25 Rendah

X ≤ 36,75 Sangat Rendah

(75)

Tabel 12 Kategorisasi Sikap

Kategorisasi Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi (68,25 < X) 5 6,25% Tinggi (57,75 < X ≤ 68,25) 32 40% Sedang (47,25 < X ≤ 57,75) 28 35% Rendah (36,75 < X ≤ 47,25) 14 17,5%

Sangat Rendah (X ≤ 36,75) 1 1,25%

Jumlah 80 100%

c. Konasi

X minimum teoritik : 20 x 1 = 20 X maksimum teoritik : 20 x 4 = 80 Range : 80 – 20 = 60

SD :

6 60

= 10

Mean :

2 80 20+

= 50

Dengan SD = 10 dan Mean = 50 , maka kategorisasinya yaitu : (50 + 1,5 x 10) < X : Sangat Tinggi (50 + 0,5 x 10) < X ≤ (50 + 1,5 x 10) : Tinggi

(50 - 0,5 x 10) < X ≤ (50 + 0,5 x 10) : Sedang (50 – 1,5 x 10) < X ≤ (50 – 0,5 x 10) : Rendah

(76)

Tabel 13 Tabel Kategori Norma

Skor Kategori

65 < X Sangat Tinggi

55 < X ≤ 65 Tinggi

45 < X ≤ 55 Sedang

35 < X ≤ 45 Rendah

X ≤ 35 Sangat Rendah

Berikut ini adalah jumlah dan prosentase subjek pada masing-masing kategori tingkat sikap wanita dewasa dini menikah pada wanita lajang :

Tabel 14 Kategorisasi sikap

Kategorisasi Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi (65 < X) 17 21,25%

Tinggi (55 < X ≤ 65) 43 53,75%

Sedang (45 < X ≤ 55) 19 23,75%

Rendah (35 < X ≤ 45) 1 1,25%

Sangat Rendah (X ≤ 35) 0 0%

(77)

4. Deskripsi Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Tipe-tipe Wanita Lajang

Berikut perhitungan kategorisasi berdasarkan tipe-tipe wanita lajang : a. Ambivalent

X minimum teoritik : 16 x 1 = 16 X maksimum teoritik : 16 x 4 = 64

Range : 64 – 16 = 48

SD :

6 48

= 8

Mean :

2 64 16+

= 40

Dari hasil penghitungan, dengan SD = 8 dan Mean = 40, maka diperoleh hitungan untuk kategorisasi sebagai berikut :

(40 + 1,5 x 8) < X : Sangat Tinggi (40 + 0,5 x 8) < X ≤ (40 + 1,5 x 8) : Tinggi

(40 - 0,5 x 8) < X ≤ (40 + 0,5 x 8) : Sedang (40 – 1,5 x 8) < X ≤ (40 – 0,5 x 8) : Rendah

(78)

Tabel 15 Tabel Kategori Norma

Skor Kategori

52 < X Sangat Tinggi

44 < X ≤ 52 Tinggi

36 < X ≤ 44 Sedang

28 < X ≤ 36 Rendah

X ≤ 28 Sangat Rendah

Berikut ini adalah jumlah dan prosentase subjek pada masing-masing kategori tingkat sikap wanita dewasa dini menikah pada wanita lajang tipe Ambivalent :

Tabel 16 Kategorisasi Sikap

Kategorisasi Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi (52< X) 17 21,25 %

Tinggi (44 < X ≤ 52) 38 47,5 %

Sedang (36 < X ≤ 44) 18 22,5 %

Rendah (28 < X ≤ 36) 7 8,75 %

Sangat Rendah (X ≤ 28) - -

Jumlah 80 100%

b. Wishfull

X minimum teoritik : 15 x 1 = 15 X maksimum teoritik : 15 x 4 = 60

(79)

SD : 6 45

= 7,5

Mean :

2 60 15+

= 37,5

Dari hasil penghitungan, dengan SD = 7,5 dan Mean = 37,5, maka diperoleh hitungan untuk kategorisasi sebagai berikut :

(37,5 + 1,5 x 7,5) < X : SangatTinggi (37,5 + 0,5 x 7,5) < X ≤ (37,5 + 1,5 x 7,5) : Tinggi (37,5 - 0,5 x 7,5) < X ≤ (37,5 + 0,5 x 7,5) : Sedang (37,5 – 1,5 x 7,5) < X ≤ (37,5 – 0,5 x 7,5) : Rendah

X ≤ (37,5 – 1,5 x 7,5) : Sangat Rendah

Tabel 17 Tabel Kategori Norma

Skor Kategori 48,75 < X Sangat Tinggi

41,25 < X ≤ 48,75 Tinggi 33,75 < X ≤ 41,25 Sedang 26,25 < X ≤ 33,75 Rendah

X ≤ 26,25 Sangat Rendah

(80)

Tabel 18 Kategorisasi Sikap

Kategorisasi Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi (48,75 < X) 14 17,5 % Tinggi (41,25 < X ≤ 48,75) 32 40 % Sedang (33,75 < X ≤ 41,25) 26 32,5 % Rendah (26,25 < X ≤ 33,75) 8 10 %

Sangat Rendah (X ≤ 26,25) - -

Jumlah 80 100%

c. Resolved

X minimum teoritik : 15 x 1 = 15 X maksimum teoritik : 15 x 4 = 60

Range : 60 – 15 = 45

SD :

6 45

= 7,5

Mean :

2 60 15+

= 37,5

Dari hasil penghitungan, dengan SD = 7,5 dan Mean = 37,5, maka diperoleh hitungan untuk kategorisasi sebagai berikut :

(37,5 + 1,5 x 7,5) < X : Sangat Tinggi (37,5 + 0,5 x 7,5) < X ≤ (37,5 + 1,5 x 7,5) : Tinggi

(37,5 - 0,5 x 7,5) < X ≤ (37,5 + 0,5 x 7,5) : Sedang (37,5 – 1,5 x 7,5) < X ≤ (37,5 – 0,5 x 7,5) : Rendah

(81)

Tabel 19 Tabel Kategori Norma

Skor Kategori 48,75 < X Sangat Tinggi

41,25 < X ≤ 48,75 Tinggi 33,75 < X ≤ 41,25 Sedang 26,25 < X ≤ 33,75 Rendah

X ≤ 26,25 Sangat Rendah

Berikut ini adalah jumlah dan prosentase subjek pada masing-masing kategori tingkat sikap wanita dewasa dini menikah pada wanita lajang tipe Resolved :

Tabel 20 Kategorisasi Sikap

Kategorisasi Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi (48,75 < X) 18 22,5 % Tinggi (41,25 < X ≤ 48,75) 32 40 % Sedang (33,75 < X ≤ 41,25) 25 31,25 % Rendah (26,25 < X ≤ 33,75) 4 5 % Sangat Rendah (X ≤ 26,25) 1 1,25 %

Jumlah 80 100%

d. Regretful

X minimum teoritik : 14 x 1 = 14 X maksimum teoritik : 14 x 4 = 56

(82)

SD : 6 42

= 7

Mean :

2 56 14+

= 35

Dari hasil penghitungan, dengan SD = 7 dan Mean = 35, maka diperoleh hitungan untuk kategorisasi sebagai berikut :

(35 + 1,5 x 7) < X : Sangat Tinggi (35 + 0,5 x 7) < X ≤ (35 + 1,5 x 7) : Tinggi

(35 - 0,5 x 7) < X ≤ (35 + 0,5 x 7) : Sedang (35 – 1,5 x 7) < X ≤ (35 – 0,5 x 7) : Rendah

X ≤ (35 – 1,5 x 7) : Sangat Rendah

Tabel 21 Tabel Kategori Norma

Skor Kategori

45,5 < X Sangat Tinggi

38,5 < X ≤ 45,5 Tinggi 31,5 < X ≤ 38,5 Sedang 24,5 < X ≤ 31,5 Rendah

X ≤ 24,5 Sangat Rendah

(83)

Tabel 22 Kategorisasi Sikap

Kategorisasi Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi (45,5 < X) 8 10 %

Tinggi (38,5 < X ≤ 45,5) 23 28,75 % Sedang (31,5 < X ≤ 38,5) 37 46,25 % Rendah (24,5 < X ≤ 31,5) 10 12,5 %

Sangat Rendah (X ≤ 24,5) 2 2,5 %

Jumlah 80 100%

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa perolehan mean empirik lebih besar dari pada mean teoritik (169,68>150). Hasil deskripsi menunjukkan subjek memiliki sikap dalam kategorisasi tinggi, yaitu 38 subjek (47,5%), 29 subjek (36,2 %) masuk ke dalam kategorisasi sedang, 9 subjek (11,25%) masuk ke dalam kategorisasi sangat tinggi, 4 subjek (5%) masuk ke dalam kategorisasi rendah, dan tidak ada subjek yang masuk ke dalam kategorisasi sangat rendah. Dengan kata lain hal ini bisa dikatakan bahwa secara umum subjek pada penelitian ini memiliki sikap yang positif.

(84)

Salah satu faktor yang dimaksud oleh Azwar adalah pengaruh kebudayaan, pengalaman pribadi, dan emosional.

(85)

Seseorang bisa memiliki sikap karena dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya, karena untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan maka seseorang harus mempunyai pengalaman (Azwar, 1995). Pengalaman apa pun yang dimiliki bisa membentuk atau mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu dengan positif sedangkan tidak adanya pengalaman akan cenderung menghasilkan sikap negatif. Pada penelitian ini misalnya, untuk memiliki sikap positif terhadap wanita lajang, maka wanita dewasa dini menikah cenderung sudah memiliki pengalaman-pengalaman dalam hidupnya. Sebagian besar dari subjek penelitian ini memiliki pekerjaan ataupun karier, yaitu 51 subjek (63,75%). Pengalaman seseorang dalam bekerja atau berkarier akan menjadi salah satu pengaruh dalam memiliki sikap positif terhadap wanita lajang. Dalam bekerja ataupun berkarier, seseorang cenderung akan saling bertukar informasi antar teman kerja. Hal inilah yang membuat wanita dewasa dini menikah yang bekerja ataupun berkarier memiliki sebuah pandangan, perasaan, dan tendensi perilaku yang positif terhadap wanita lajang.

Gambar

Tabel 2
Tabel 4
Tabel 5 Gambaran Subjek Penelitian
Tabel 6 Deskripsi Data Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Keywords: Genre Based Approach, Critical Thinking, argumentative texts, English Language

(1) Kepala Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 633 huruf a, mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di

Dalam penelitian ini pengukuran harga diri menggunakan State Self-Esteem Scale (SSES), sedangkan pengukuran optimisme akademik menggunakan Skala Student Academic

drcbsi jls tu quo kLutub h.

Calon Penyedia yang mendaftar melalui web.lpse.unair sebanyak 20 (dua puluh) peserta dan Calon Penyedia yang memasukan atau upload dokumen kualifikasi dan dokumen

Kampar Kiri Hulu 50.000.000 Belanja modal Pengadaan konstruksi/pembelian gedung sekolah

waktu yang ditentukan oleh Panitia, maka perusahaan saudara dinyatakan tidak