• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Terima Selai Kulit Jeruk Manis (Citrus Sinensis L) dan Nilai Gizinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Daya Terima Selai Kulit Jeruk Manis (Citrus Sinensis L) dan Nilai Gizinya"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

RENITA DEBORA SIMANJUNTAK NIM : 111000131

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

RENITA DEBORA SIMANJUNTAK NIM : 111000131

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN

UJI DAYA TERIMA SELAI KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis L)

DAN NILAI GIZINYA

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

Limbah kulit jeruk manis dari hasil perasan jus jeruk manis dapat dijadikan salah satu penganekaragaman bahan makanan dan produk yang mudah diolah serta menarik untuk dikonsumsi masyarakat yaitu selai. Selai merupakan bahan pangan setengah padat yang memiliki rasa manis sehingga disukai oleh banyak orang serta dapat dikonsumsi oleh semua golongan umur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima dan kandungan gizi selai kulit jeruk manis. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan jumlah panelis yaitu 30 orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Data uji daya terima diolah secara manual dan dianalisis dengan menggunakan analisa deskriptif persentase. Analisa zat gizi dilakukan di Laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan dan Laboratorium Biokimia/ KBM FMIPA USU Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji organoleptik terhadap rasa, aroma, warna dan tekstur, panelis menyukai selai kulit jeruk manis dengan persentase rasa 90,0%, aroma 79,9%, warna 98,8%, dan tekstur 94,4%. Berdasarkan pemeriksaan di Laboratorium terdapat kadar air 67,25%, kadar abu 0,78%, kadar protein 0,56%, kadar kalsium 0,67%, kadar lemak 0,35%, kadar karbohidrat 31,06% dan kadar vitamin C 29,60%.

Diharapkan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan kulit jeruk manis menjadi selai sebagai bahan isian dan bahan oles pada roti.

(6)

ABSTRACT

The sweet orange peel waste getting from juice of the sweet orange can be added as one of the food stuff diversification which is easy to made and become interesting for public consumption, namely jam. Jam is semi-solid food stuff that have sweet taste and make public love it. Furthermore jam also can be consumed by people in all age groups.

The aim of this research is to know the acceptance of public and nutrient contained from the sweet orange peel jam. The kind of this experiment is the experiment that involved 30 panelists from Public Health Study University of North Sumatera Utara Medan. The acceptance experiment is processed manually and analyzed by using descriptive analysis percentage. Nutrient analysis was tested in Laboratory of Industrial Research and Standardization Agency Medan (Laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan) and Laboratory of Biochemistry/ KBM FMIPA USU Medan.

The result of this experiment showed that based on organoleptic test on taste, scent, color and texture, panelists like the sweet orange peel jam with percentage of taste 90.0%, scent 79.9%, color 98.8%, and texture 94.4%.

Based on laboratory test, the content of water 67.25%, content of ash 0.78%, content of protein 0.56%, content of calcium 0.67%, content of fat 0.35%, content of carbohydrate 31.06 % and content of vitamin C 29.60%.

It is recommended for people to be able to utilize the sweet orange peel become kind of jam as an additional stuff and topical ingredient in bread.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Uji Daya Terima Selai Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis L) dan Nilai

Gizinya”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Ibu

Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D, selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi, selaku dosen pembimbing II yang telah bayak memberikan pengarahan, dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya tidak lupa

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan.

2. Bapak Drs. Tukiman, M.KM, selaku Dosen Penasehat Akademik.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes dan Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen penguji.

(8)

6. Seluruh Dosen Dan Staff serta seluruh civitas akademika FKM USU yang

telah membimbing dan membantu selama perkuliahan.

7. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, MS, yang telah memberikan izin melakukan penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Alhamra selaku Kepala Laboratorium Makanan dan Minuman Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan dan M. Habibi H, selaku Asisten Laboratorium Biokimia/ KMB FMIPA USU Medan yang telah memberikan

izin memperoleh data-data yang mendukung penulis dalam menyelesaikan

penelitian.

9. Teristimewa saya ucapkan terimaksih yang begitu besar dan tak terhingga pada

kedua orang tua saya tercinta, Ayahanda Frinswin Simanjuntak dan Ibunda St. Anida Banjarnahor, S.Pd yang telah banyak berkorban materi dan moril serta membesarkan dan mendidik penulis.

10.Kakakku Juni Simanjuntak, abangku Dedy Simanjuntak, adekku tersayang Yanti Simanjuntak, keponakanku tersayang Natalia dan seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan

pendidikan.

11.Sahabatku tersayang Intan Simbolon, Lienlish Pardede, Ida Simangunsong,

(9)

12.Sahabat Seperjuangan Trivo Rajagukguk, Yanti Sibuea, Rika, Herna Hura,

Desi Hasibuan, Agnes Sihombing, Esta Sitompul, Riris, Evita dan seluruh teman- teman FKM- USU beserta teman Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah banyak memberikan doa, dukungan, hiburan dan

bantuan serta kritikan yang menambah semangat penulis.

13.Kelompok tumbuh bersama POMK FKM USU, Kak Bian, Dian, Herna, Mitra, Ita, Dan Ririn yang telah memberikan dukungan dan doa.

14.Kak Anggun, Bang Join, Bang Andre, Jackson, Andreas, Kristofel, Yosefin, Yudi dan teman CG-USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih buat motivasi dan doanya.

15.Teman-teman kos Gg. Pelita Jaya, Gg.Sarman dan teman satu rumah Kak Intan dan Kak Yenta yang selalu member motivasi, doa dan membantu penulis dalam penelitian.

16.Semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari apa yang

dikatakan sempurna, tetapi penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

(11)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Objek Penelitian ... 37

3.4 Defenisi Operasional ... 38

3.5 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen ... 39

3.5.1 Alat ... 39

4.3 Analisa Organoleptik Selai Kulit Jeruk Manis ... 54

4.3.1 Analisa Organoleptik Rasa Selai Kulit Jeruk Manis ... 54

4.3.2 Analisa Organoleptik Aroma Selai Kulit Jeruk Manis ... 55

4.3.3 Analisa Organoleptik Warna Selai Kulit Jeruk Manis ... 55

4.3.4 Analisa Organoleptik Tekstur Selai Kulit Jeruk Manis ... 56

4.4 Hasil Analisis Kandungan Gizi Selai Kulit Jeruk Manis ... 57

BAB V PEMBAHASAN ... 58

5.1 Tingkat kesukaan Panelis Terhadap Daya Terima Selai Kulit Jeruk Manis ... 58

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Zat Gizi per 100 gram Sari Buah Jeruk Manis ... 14

Tabel 2.2 Komposisi Buah Jeruk Manis Valencia dan Pusar (NAVEL) tiap 100 gram ... 18

Tabel 2.3 Kriteria Mutu Selai Buah ... 20

Tabel 2.4 Syarat Mutu Selai Buah (SNI 01-2986-1992) ... 21

Tabel 3.1 Tingkat Penerimaan Panelis pada Uji Hedonik ... 43

Tabel 3.2 Interval Persentasecdan Kriteria Kesukaan ... 46

Tabel 4.1 Hasil Analisa Organoleptik Rasa Selai Kulit Jeruk Manis ... 55

Tabel 4.2 Hasil Analisa Organoleptik Aroma Selai Kulit Jeruk Manis ... 55

Tabel 4.3 Hasil Analisa Organoleptik Warna Selai Kulit Jeruk Manis ... 56

Tabel 4.4 Hasil Analisa Organoleptik Tekstur Selai Kulit Jeruk Manis ... 56

Tabel 4.5 Kandungan Zat Gizi Selai Kulit Jeruk Manis ... 57

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Jeruk Manis ... 9

Gambar 2.2 Jeruk Manis Medan ... 12

Gambar 2.3 Bagian – Bagian Jeruk Manis ... 15

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Daya Terima ... 70 Lampiran 2. Data Panelis Uji Daya Terima Selai Kulit Jeruk Manis ... 71 Lampiran 3. Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Panelis dan

Hasil Uji Daya Terima Selai Kulit Jeruk Manis ... 72

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ... 75 Lampiran 5. Surat Selesai Melaksanakan Penelitian ... 76 Lampiran 6. Hasil Analisa Selai Kulit Jeruk Manis di

Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi

Industry Medan ... 78

Lampiran 7. Hasil Analisa Kadar Vitamin C Pada Selai Kulit Jeruk Manis di Laboratorium Biokimia/ KBM FMIPA USU

Medan ... 80

(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Renita Debora Simanjuntak

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 06 September 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 3 dari 4 Bersaudara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Ayah : Frinswin Simanjuntak

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Anida Banjarnahor

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. SD HKBP Sidorame Medan : 2000-2002

2. SD N 030289 Panji Bako : 2003-2005

3. SMP N 3 Sidikalang : 2005-2008

4. SMA N 2 Sidikalang : 2008-2011

(16)

ABSTRAK

Limbah kulit jeruk manis dari hasil perasan jus jeruk manis dapat dijadikan salah satu penganekaragaman bahan makanan dan produk yang mudah diolah serta menarik untuk dikonsumsi masyarakat yaitu selai. Selai merupakan bahan pangan setengah padat yang memiliki rasa manis sehingga disukai oleh banyak orang serta dapat dikonsumsi oleh semua golongan umur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima dan kandungan gizi selai kulit jeruk manis. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan jumlah panelis yaitu 30 orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Data uji daya terima diolah secara manual dan dianalisis dengan menggunakan analisa deskriptif persentase. Analisa zat gizi dilakukan di Laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan dan Laboratorium Biokimia/ KBM FMIPA USU Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji organoleptik terhadap rasa, aroma, warna dan tekstur, panelis menyukai selai kulit jeruk manis dengan persentase rasa 90,0%, aroma 79,9%, warna 98,8%, dan tekstur 94,4%. Berdasarkan pemeriksaan di Laboratorium terdapat kadar air 67,25%, kadar abu 0,78%, kadar protein 0,56%, kadar kalsium 0,67%, kadar lemak 0,35%, kadar karbohidrat 31,06% dan kadar vitamin C 29,60%.

Diharapkan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan kulit jeruk manis menjadi selai sebagai bahan isian dan bahan oles pada roti.

(17)

ABSTRACT

The sweet orange peel waste getting from juice of the sweet orange can be added as one of the food stuff diversification which is easy to made and become interesting for public consumption, namely jam. Jam is semi-solid food stuff that have sweet taste and make public love it. Furthermore jam also can be consumed by people in all age groups.

The aim of this research is to know the acceptance of public and nutrient contained from the sweet orange peel jam. The kind of this experiment is the experiment that involved 30 panelists from Public Health Study University of North Sumatera Utara Medan. The acceptance experiment is processed manually and analyzed by using descriptive analysis percentage. Nutrient analysis was tested in Laboratory of Industrial Research and Standardization Agency Medan (Laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan) and Laboratory of Biochemistry/ KBM FMIPA USU Medan.

The result of this experiment showed that based on organoleptic test on taste, scent, color and texture, panelists like the sweet orange peel jam with percentage of taste 90.0%, scent 79.9%, color 98.8%, and texture 94.4%.

Based on laboratory test, the content of water 67.25%, content of ash 0.78%, content of protein 0.56%, content of calcium 0.67%, content of fat 0.35%, content of carbohydrate 31.06 % and content of vitamin C 29.60%.

It is recommended for people to be able to utilize the sweet orange peel become kind of jam as an additional stuff and topical ingredient in bread.

(18)

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk

mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pangan sebagai sumber zat gizi

(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama

manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.

Melalui penganekaragaman pangan, dapat dipenuhi kebutuhan gizi yang

dibutuhkan oleh manusia (Karsin, 2004).

Penganekaragaman bahan makanan sudah dikenal masyarakat untuk

meningkatkan gizi dan mempertahankan status gizi. Usaha penganekaragaman

pangan dapat dilakukan dengan mencari bahan pangan baru atau bahan dari

pangan yang sudah ada di lingkungan dan dikembangkan menjadi bahan pangan

yang beraneka ragam dengan harga yang relative terjangkau oleh masyarakat.

Buah-buahan sama halnya dengan bahan makanan jenis lain, sama-sama

memiliki tingkat kalori yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat

sehari-hari. Kehadiran buah-buahan di dalam menu sehari-hari bangsa kita sudah

dikenal sejak zaman dahulu. Sebagai pangan sumber vitamin dan mineral,

buah-buahan mensuplai energi sebesar 193,39 kkal/kapita/hari (5,92 persen dari total

ketersediaan) di tahun 2010. Kontribusi yang cukup besar berasal dari dua

(19)

kg/kapita/tahun dan pisang sebesar 35,99 kkal/kapita/hari dengan volume 25,34

kg/kapita/tahun (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara).

Menurut hasil SUSENAS (2009), konsumsi rata-rata per kapita seminggu

menurut jenis buah-buahan yaitu pada buah jeruk 0,119, pada buah pisang 0,0069,

pada buah pepaya 0,046 sedangkan pada buah apel 0,025. Buah jeruk merupakan

buah yang paling banyak dikonsumsi dibandingkan dengan jenis buah lain seperti

buah pisang, pepaya, rambutan dan apel dilihat dari konsumsi rata-rata per kapita

seminggu menurut jenis makanan dan golongan pengeluaran sebulan tahun 2009.

Jeruk manis berasal dari India, Timur Laut, Cina selatan, Birma Utara, dan

Cochin Cina, Konon yang membudidayakan pertama kali adalah orang Cina

bagian selatan. Disebut jeruk manis karena memang rasanya manis, tetapi ada

juga yang rasanya manis disertai rasa asam sedikit, sehingga bisa menambah rasa

segar bila dimakan atau diminum sebagai sari buah. Pada mulanya jeruk manis

dimakan sebagai buah segar atau sebagai pencuci mulut setelah makan. Akan

tetapi karena kulitnya tebal seringkali orang memerasnya untuk diambil airnya.

Jeruk manis dalam bahasa inggris disebut sweet orange. Jeruk manis

mempunyai nama ilmiah Citrus sinensis L. Varietas jeruk manis sangat banyak

diantaranya jeruk manis biasa (Common orange), jeruk manis pusar (Navel

orange), jeruk manis merah darah (Pigmented orange), Valencia, Sunkist, jeruk

manis tanpa rasa asam (Acidless orange). Seringkali jeruk manis disebut pula

dengan nama daerah asalnya misalnya jeruk manis pacitan karena berasal dari

Pacitan, jeruk manis medan karena berasal dari daerah Sumatera Utara. (Pracaya,

(20)

Salah satu limbah dari buah jeruk adalah kulitnya, Kulit buah tebalnya

0,3-0,5 cm, dari tepi bewarna kuning atau orange dan makin ke dalam bewarna putih

kekuningan sampai putih, berdaging dan kuat melekat pada dinding buah. Kulit

jeruk manis menghasilkan minyak atsiri yang sering digunakan sebagai aromatik

dengan komposisi senyawanya adalah limonene, sitronelal, geraniol, linalol, α

-pinen, mirsen, β-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial, βkariofilen, dan

α-terpineol (Indah, 2013). Menurut Pracaya dalam bukunya, “Jeruk Manis”,

kandungan nutrisi, vitamin dan mineral seperti vitamin C, protein, amino nitrogen,

kalsium, magnesium, kalium, belerang paling tinggi justru di bagian kulit jeruk

dibandingkan pada dagingnya atau sari buah jeruk. Sedangkan, kandungan lemak

dan gula lebih rendah pada kulit jeruk. Sehingga cukup baik untuk mengkonsumsi

kulit jeruk manis dalam kehidupan sehari-hari.

Konsumsi kulit jeruk sebagai pangan yang memenuhi gizi di Indonesia

kurang dimanfaatkan secara nyata karena sifat kulit jeruk yang mengalami

pembusukan dan rasanya yang asam dan kelat. Berdasarkan survey awal yang

saya lakukan terhadap rumah makan salah satunya Ayam Penyet Ria, kantin USU

dan kantin-kantin yang memproduksi jus buah, untuk jus buah jeruk yang

digunakan yaitu buah jeruk manis, dimana kulit dari hasil perasan jeruk manis

tersebut dibuang begitu saja. Maka saya tertarik untuk memanfaatkan kulit jeruk

manis dari sisa perasan jeruk manis tersebut dalam penganekaragaman bahan

makanan menjadi produk yang mudah diolah dan lebih menarik untuk dikonsumsi

oleh masyarakat. Selain itu, dapat menurunkan limbah kulit jeruk manis secara

(21)

Kulit jeruk mengandung pektin dalam konsentrasi tinggi berkisar antara

15-25 % dari berat kering dan terdapat senyawa limonen 94% dalam kulit jeruk.

Kandungan pektin pada kulit jeruk bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat

menurunkan kolesterol dan gula darah. Menurunkan kolesterol darah karena

mempunyai kemampuan mengikat asam empedu, empedu terbuat dari kolesterol

sehingga pengeluarannya dari tubuh dapat menurunkan kolesterol darah

(Almatsier, 2010). Pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang

dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer

pektin mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugusmetoksin.

Senyawa ini disebut sebagai asam pektinat atau pektin. Asam pektinat ini bersama

gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel seperti yang terjadi pada

pembuatan selai (Tarwiyah dan Kemal, 2001).

Selai didefenisikan sebagai suatu bahan pangan setengah padat yang

dibuat kurang dari 45% dari bagian berat zat penyusun sari buah dan 55% dari

bagian berat gula dengan komponen asam pH 3,10 - 3,46 pektin 0,75% - 1,5% .

Campuran ini dikentalkan sampai mencapai kadar zat padat terlarut tidak kurang

dari 65% (Desrosier, 1988). Selai disukai banyak orang karena rasanya yang

manis dan dapat dikonsumsi oleh semua golongan umur selain itu selai juga dapat

dibuat dari berbagai macam buah sesuai dengan ketersediaan yang ada di

lingkungan sekitar atau berdasarkan rasa buah yang disukai.

Selai tidak hanya dimakan saja, tetapi biasanya dipakai sebagai tambahan

pemanis beberapa makanan, sebagai bahan isian dan bahan oles pada roti. Aroma

(22)

juga cara memasak yang benar, yaitu tidak terlalu cair dan tidak terlalu padat.

Selai dapat bertahan lama karena dalam proses pembuatannya melalui proses

pendidihan yang membuat sari buah benar-benar meresap masuk kedalam tekstur

yang padat, sehingga rasa yang terdapat dalam buah sangat melekat didalam selai.

Selai dari kulit jeruk manis termasuk produk yang masih baru, sehingga

masih perlu dilakukan penelitian. Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan

untuk pembuatan selai dari kulit jeruk ini adalah kulit jeruk manis yaitu jeruk

manis yang didapatkan dari Ayam Penyet Ria, kantin USU dan kantin kantin yang

memproduksi jus buah jeruk manis. Bagian dalam kulit jeruk berupa jaringan busa

sebagai serat dan pektin sedangkan pada bagian luar kulit jeruk yang bewarna

kuning atau orange sebagai penguat aroma.

Beberapa penelitian yang terkait dengan produk selai dari kulit jeruk

manis belum pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Pangesti dkk.

(2008) tentang “ Pemanfaatan Pektin Limbah Kulit Jeruk Pada Pembuatan Permen

Jelly Sebagai Alternatif Bahan Pangan Sumber Vitamin C”, menggunakan limbah

albedo kulit jeruk Sunkist Valencia late orange dengan dua perlakuan, yaitu pektin

dari berat albedo 100 g dan 125 g. Hasil yang diperoleh ialah tingkat kesukaan

untuk warna dan rasa adalah permen jelly kulit jeruk dengan berat pektin dari

albedo jeruk 125 g, untuk aroma dan kekenyalan permen jelly dari kulit jeruk

dengan berat pektin dari albedo 100 g.

Penelitian lainnya mengenai pembuatan selai diteliti juga oleh Paramagita

dkk. (2008) dengan memanfaatkan kulit durian yaitu “Pelatihan Pemanfaatan

(23)

Sumber Daya Lokal”. Pelatihan pemanfaatan kulit durian yang dilakukan terhadap

masyarakat berhasil meningkatkan 77% pengetahuan baru bagi masyarakat.

Adapun kendala yang dihadapi ialah waktu mengekstrak dan biaya yang cukup

mahal dalam menguji pektin dalam kulit durian. tetapi, dengan adanya pelatihan

pemanfaatan kulit durian sebagai selai, masyarakat menjadi tahu dalam

meningkatkan nilai jual dari kulit tersebut.

Yenrina dkk. (2009) meneliti mengenai “Mutu Selai Lembaran Nenas

(Ananas comusus) dengan jonjot labu kuning (Cucurbita moschata)” bertujuan

untuk mengetahui tingkat pencampuran daging buah nenas dengan jonjot labu

kuning yang tepat sehingga diperoleh selai lembaran yang bermutu baik, untuk

mengetahui nilai gizi, dan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap produk.

Terdapat 6 variasi perlakuan yaitu A (nenas 100 : jonjot labu kuning 0), B (nenas

90 : jonjot labu kuning 10), C (nenas 80 : jonjot labu kuning 20), D (nenas 70 :

jonjot labu kuning 30), E (nenas 60 : jonjot labu kuning 40), dan F (nenas 50 :

jonjot labu kuning 50). Hasil menunjukkan bahwa tingkat pencampuran nenas dan

jonjot labu kuning berpengaruh pada kadar total asam dan kadar pektin, tetapi

tidak berpengaruh terhadap kadar air, kadar serat, kadar gula, dan kekuatan

lembaran. Perlakuan C (nenas 80 : jonjot labu kuning 20) menunjukkan hasil

terbaik.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin membuat ekperimen

yaitu uji daya terima selai dari kulit jeruk manis (Citrus sinensis L) dan nilai

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana daya terima selai

kulit jeruk manis (Citrus sinensis L) dan nilai gizinya.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Mengetahui daya terima masyarakat dan nilai gizi selai dari kulit jeruk

manis.

1.3.2Tujuan Khusus

1. Memperoleh selai dari kulit jeruk manis.

2. Mengetahui kandungan gizi selai dari kulit jeruk manis.

3. Mengetahui daya terima selai dari kulit jeruk manis.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman

suatu produk dari kulit jeruk manis.

2. Memberikan informasi mengenai pembuatan dan kandungan gizi selai

dari kulit jeruk manis.

3. Menambah produk pangan yang lebih berguna dan bernilai gizi lebih.

(25)

2.1 Jeruk Manis

Jeruk manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan

Cochin Cina (daerah sekitar Vietnam). Konon, yang membudidayakan pertama

kali adalah orang cina bagian Selatan. Tumbuhan ini merupakan tanaman yang

dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Jeruk manis banyak ditanam di

daerah 200-400 LU dan 200-400 LS. Di daerah subtropis, ditanam di dataran

rendah sampai ketinggian 650 dpl, sedangkan di daerah katulistiwa dapat ditanam

sampai ketinggian 2000 m dpl. Temperatur optimal pertumbuhannnya antara

25-30 0C (Pracaya, 2000).

Tanaman jeruk manis dapat mencapai ketinggian 3-10 m. Tangkai daun

0,5-3,5 cm. Helaian daun berbentuk elips atau bulat telur memanjang, dengan

ujung tumpul atau meruncing tumpul. Buah jeruk berbentuk bulat atau bulat rata

dan memiliki kulit buah yang tebal (sekitar 0,3–0,5 cm), daging buah kuning,

jingga atau kemerah-merahan. Daging buah terbagi-bagi atas 8-13 segmen yang

mengelilingi sumbu buah. Biji jeruk berbentuk bulat telur dan berwarna putih atau

putih keabuan (Soelarso,1996)

2.1.1 Klasifikasi Jeruk Manis

Jeruk manis disebut juga jeruk peras mempunyai nama ilmiah Citrus

sinensis L. Klasifikasi tanaman jeruk manis sebagai berikut ini:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan )

(26)

Super divisi : Spermatophyte ( Menghasilkan biji ) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : magnoliopsida ( berkeping dua/ dikotil ) Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Family : Rutaceae ( suku jeruk-jerukan) Genus : Citrus

Spesies : Citrus sinensis L

Genus citrus terdiri dari dua subgenera Papeda dan Eucitrus. Buah dari

subgenus yaitu subgenus papeda tidak enak dimakan karena didalam kantong

cairannya mengandung minyak acrid tangkainya panjang dan melebar seperti

sayap.

Gambar 2.1 Tanaman Jeruk Manis (Sumber : Pracaya, 2010)

2.1.2 Varietas Jeruk Manis

Jeruk manis dalam bahasa inggris disebut sweet orange dengan nama

ilmiah Citrus sinensis L. Jeruk manis pada dasarnya dikonsumsi sebagai buah

peras, disebut jeruk manis karena rasanya manis, tetapi ada juga yang rasanya

manis disertai rasa asam sedikit, sehingga bisa menambah rasa segar bila dimakan

atau diminum sebagai sari buah. Jeruk manis mempunyai banyak jenis atau

varietas. Dari keragaman jenis atau varietas yang tersebar di berbagai Negara,

(27)

1. Jeruk Manis Biasa (Common Orange)

Jeruk manis golongan ini ditandai dengan buahnya bewarna kuning atau

kombinasi antara kuning dan merah, tekstur dagingnya kasar, mengandung biji,

sangat produktif berbuah, rasa manis buahnya segar agak asam, dan berumur

panjang. Termasuk ke dalam golongan jeruk ini adalah jeruk manis varietas

Valencia, Hamlin, Pineapple, Shamouti dan Tenerife.

2. Jeruk Manis Pusar ( Navel Orange)

Jeruk manis golongan ini mempunyai ciri khas yang terdapat pusar (udel)

di ujung buahnya, daging buah umumnya tidak berbiji, bertekstur rapuh, dan

segmennya mudah dipisah. Termasuk golongan jeruk ini antara lain adalah

varietas atau kultivar Wangshington Navel Orange (WNO), Thompson Navel

Orange, dan Baianinha Picacicaba.

3. Jeruk Manis Merah Darah (Pigmented Orange)

Semua bagian buah jeruk manis golongan ini ( kulit, daging, buah, dan

cairan sari buah ) bewarna merah akibat pigmen antosianin. Termasuk golongan

jeruk manis ini adalah varietas Maltaise Sanguine, Double Fine ameloree, Double

Fine dan Entrefine.

4. Jeruk Manis Tanpa Rasa Asam ( Acidless Orange)

Jeruk manis golongan ini buahnya kasar dengan asamnya sangat rendah.

Termasuk kedalam golongan jeruk manis ini adalah varietas Imperial, Lima,

(28)

Di Indonesia terdapat beberapa varietas jeruk manis yang telah beradaptasi

baik di berbagai daerah, sering kali jeruk manis disebut pula dengan nama daerah

asalnya, adapun varietas jeruk manis di indonesia diantaranya sebagai berikut:

1. Jeruk Manis Pacitan

Ciri khas jeruk pacitan adalah rasanya yang manis tanpa asam, kulitnya

tipis dan lunak, berbentuk buahnya bulat ke samping, produktivitas buah

mencapai 4 kuintal/ pohon/ tahun dan warna kuning pucat. Buah jeruk manis

pacitan memiliki bentuk bulat dengan bagian atas hampir meruncing dan bagian

bawah mendatar. Kulitnya lebih tebal dibandingkan dengan jeruk siam. Daging

buahnya berwarna kuning atau merah orange, rasanya manis, kandungan air

dalam dagingnya banyak dan buahnya sangat rapat satu sama lain. Jeruk varietas

ini telah ditanam dipacitan sejak 1920-an yang didatangkan dari dusun Gobeg,

desa Jetak, kecamatan Tulakan, kabupaten Pacitan.

2. Jeruk Manis Sunkis Lau Kawar

Jeruk manis varietas sunkis lau kawar dikembangkan dikecamatan

simpang empat kabupaten Kari (Sumatera Utara). Jeruk ini ditandai dengan

rasanya yang manis, kulit buah halus berbintik-bintik, bentuk buah bulat dan

terdapat semacam pusar (udel) pada pantatnya, bewarna kuning kemerah-merahan

atau orange, tekstur daging buah agak keras, kandungan airnya banyak dan

rasanya manis.

3. Jeruk Manis Sunkis atau Washington Orange (WNO)

Jeruk manis varietas ini sangat popular di pasar dunia. Ciri khas jeruk

(29)

bewarna kuning menarik dan hanya cocok ditanam di dataran tinggi. Didataran

rendah buahnya tidak akan masak kuning dan rasanya menjadi campah.

4. Jeruk Manis Medan

Jeruk manis medan merupakan produk buah yang berasal dari Sumatera

Utara. Jeruk medan memiliki nama ilmiah Citrus sinensis. Buah jeruknya

berukuran sedang, tangkainya kuat. Bentuknya bulat, bulat lonjong atau bulat rata

(papak) dengan bagian dasar, ujungnya bulat, bergaris tengah 4-12 cm. buahnya

masak bewarna orange, kuning atau hijau kekuningan bebau sedikit harum, agak

halus, tidak berbulu, kusam dan sedikit mengkilat. Kulit buahnya tebalnya

0,30-0,5 cm, dari tepi bewarna kuning atau orange tua dan makin ke dalam bewarna

kekuningan sampai putih, berdaging dan kuat melekat pada dinding buah.

Gambar 2.2 Jeruk Manis Medan

2.1.3 Komposisi Gizi Jeruk Manis

Komposisi buah jeruk manis terdiri dari bermacam-macam, diantaranya air

70-92 % (tergantung kualitas buah ), gula, asam organik, asam amino, vitamin, zat

warna, mineral, dan lain-lain. Buah jeruk manis yang semakin tua, kandungan

gulanya semakin bertambah, tetapi kandungan asamnya berkurang dan jika

(30)

masih muda banyak mengandung asam oksalat, tetapi akan berkurang pada waktu

buah masak. Kandungan asam sitrat jeruk manis pada waktu muda cukup banyak,

tetapi setelah buah masak semakin berkurang sampai dua per tiga bagian. Asam

amino adalah persenyawaan yang dapat menjadi struktur protein, selama

perkembangan buah, kandungan asam amino berubah-ubah secara kuantitatif dan

kualitatif. Buah jeruk manis Valencia dan Washinton semakin tua kandungan

prolinenya semakin tinggi. Selain itu kandungan carotenoid dapat memberikan

warna kuning, orange, dan merah diantaranya yaitu xanthophyll, violaxanthin,

lycopene. Kandungan flavonoid terbagi menjadi dua yang tidak ada rasa disebut

hesperidin sedangkan limonin menyebabkan rasa pahit pada sari buah jeruk manis

(Pracaya, 2000).

Pada umumnya buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna

untuk kesehatan manusia. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per

100 g bahan, tergantung jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin

berkurang kandungan vitamin C-nya tetapi buah jeruk manis yang lansung terkena

sinar matahari akan mengandung lebih banyak vitamin C-nya. Vitamin C terdapat

dalam sari buah, daging dan kulit, terutama pada lapisan terluar kulit buah

(Pangesti, 2008).

Sebagai komoditas hortikultura, buah jeruk segar pada umumnya memiliki

sifat mudah rusak karena mengandung banyak air dan setelah dipanen komoditas

ini masih mengalami proses hidup, yaitu proses respirasi, transpirasi dan

pematangan. Buah jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat agar

(31)

Tabel 2.1. Komposisi Zat Gizi per 100 gram Sari Buah Jeruk Manis

Sumber : Departemen kesehatan RI (1996)

2.1.4 Kegunaan Jeruk Manis

Buah jeruk manis mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, banyak

mengandung vitamin C untuk mencegah penyakit sariawan dan menambah selera

makan. Selain vitamin C, buah jeruk mengandung vitamin dan mineral lainnya

yang berguna untuk kesehatan. Bila kita memakan jeruk manis setiap hari, maka

tubuh akan sehat (Pracaya, 2000).

Jeruk manis mengandung betakaroten dan bioflavanoid yang dapat

memperkuat dinding pembuluh darah kapiler. Pektinnya juga banyak terdapat

dalam buah dan kulit jeruk, manfaatnya membantu menurunkan kadar kolesterol

jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL). Jeruk juga berlimpah

kandungan flavanoidnya yang berfungsi sebagai antioksidan menangkap radikal

bebas penyebab kanker juga menghalangi reaksi oksidasi LDL yang menyebabkan

darah mengental dan mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh

darah.

Jeruk juga kaya akan kandungan gula buah yang dapat memulihkan energi

(32)

pencernaan sehingga dapat menghindari sembelit, wasir dan kanker kolon.

Dipercaya dapat menyembuhkan penyakit batuk, demam, dan membuat suara

merdu (Prahasta, 2010).

2.2 Kulit Jeruk Manis

Bagian utama buah jeruk dari luar sampai ke dalam adalah kulit (tersusun

atas flavedo, kelenjar minyak, albedo dan ikatan pembuluh), segmen-segmen

(dinding segmen, rongga cairan, biji), core (bagian tengah yang terdiri dari ikatan

pembuluh dan jaringan parenkim). Kulit jeruk secara fisik dapat dibagi menjadi

dua bagian utama yaitu flavedo dan albedo (kulit bagian dalam yang berupa

jaringan busa).

Gambar 2.3 Bagian-bagian jeruk manis

Flavedo dicirikan dengan adanya warna hijau, kuning atau orange. Pigmen

yang terdapat pada flavedo adalah kloroplas dan karetenoid (Albrigo dan Carter,

1977). Albedo merupakan jaringan seperti spon berwarna putih yang berhubungan

dengan core ditengah - tengah buah. Albedo mempunyai fungsi mensuplai air dan

nutrisi dari pohon untuk pertumbuhan dan perkembangan buah. Pada albedo tidak Daging

buah

Albedo

(33)

terdapat kloroplas ataupun kromoplas sehingga bagian ini berwarna putih. Bagian

albedo mengandung banyak selulosa, hemiselulosa, lignin, senyawa pektat dan

fenol. Albedo banyak mengandung senyawa flavon hesperiodes seperti hesperitin

dan naringin serta senyawa-senyawa limonin yang lebih banyak dari flavedo

maupun membran buah. Senyawa-senyawa tersebut menyebabkan timbulnya rasa

pahit pada produk sari buah jeruk. Senyawa pektin dan enzim-enzim yang

bekerja pada pektin, enzim oksidase dan peroksidase sebagian besar ada pada

kulit bagian dalam (Albrigo dan Carter, 1997).

2.2.1 Kandungan Kimia dalam Kulit Jeruk Manis

Kulit jeruk menghasilkan minyak atsiri yang sering digunakan sebagai

aromatik dengan komposisi senyawanya adalah limonene, sitronelal, geraniol,

linalol, α-pinen, mirsen, β-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial,

βkariofilen, dan α-terpineol (Indah, 2013). Kulit jeruk mengandung pektin dalam

konsentrasi tinggi berkisar antara 15-25 % dari berat kering dan terdapat senyawa

limonene 94% dalam kulit jeruk. Pektin merupakan polimer dari asam

D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Sebagian gugus

karboksil pada polimer pektin mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi)

menjadi gugusmetoksin. Senyawa ini disebut sebagai asam pektinat atau pektin.

Asam pektinat ini bersama gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel

seperti yang terjadi pada pembuatan selai (Nuris Dini, 2011). Kandungan pektin

pada kulit jeruk bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat membantu

menurunkan kolesterol dan gula darah. Menurunkan kolesterol darah karena

(34)

sehingga pengeluarannya dari tubuh dapat menurunkan kolesterol darah

(Almatsier, 2010).

Kulit jeruk mengandung vitamin C yang lebih banyak dibandingkan

didalam buahnya. Inositol banyak terdapat pada kulit buah, 70-83 % kulit buah

mengandung air, selain itu kulit jeruk juga mengandung carotenoid yang dapat

memberikan warna kuning, orange, dan merah diantaranya xanthophyll,

violaxanthin, lycopene. Pada waktu buah jeruk masak, klorofil sedikit demi

sedikit menjadi hilang, carotenoid bertambah banyak sehingga warna berubah

menjadi kuning, orange atau merah (Pracaya, 2010).

Kandungan nutrisi, vitamin dan mineral seperti vitamin C, protein, amino

nitrogen, kalcium, magnesium, kalium, belerang paling tinggi justru di bagian

kulit jeruk dibandingkan pada dagingnya atau sari buah jeruk. Sedangkan,

(35)

Tabel 2.2. Komposisi Buah Jeruk Manis Valencia dan Pusar (NAVEL) tiap 100 gram

(36)

2.3 Selai

Di Amerika Serikat selai didefenisikan sebagai suatu bahan pangan

setengah padat yang dibuat kurang dari 45% dari bagian berat zat penyusun sari

buah dan 55% dari bagian berat gula. Campuran ini dikentalkan sampai mencapai

kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65% (Desrosier, 1988).

Selai adalah salah satu jenis makanan yang berasal dari buah-buahan yang

sudah dihaluskan, kemudian ditambahkan gula hingga dimasak sampai menjadi

kental. Jumlah penambahan gula yang tepat pada pembuatan selai tergantung pada

banyak faktor, antara lain tingkat keasaman buah yang digunakan, kandungan

gula dalam buah, dan tingkat kematangan buah yang digunakan (Fachruddin

1997). Selai dapat dibuat dari berbagai macam buah yang dapat dipilih sesuai

dengan ketersediaan yang ada di lingkungan sekitar atau berdasarkan rasa buah

yang disukai (Fachruddin, 1997). Buah-buahan yang biasanya digunakan adalah

buah-buahan yang setengah matang dengan rasa sedikit masam agar rasa buahnya

lebih terasa.

Selai tidak hanya dimakan saja, tetapi biasanya dipakai sebagai tambahan

pemanis beberapa makanan, salah satunya roti. Aroma dan rasa yang dihasilkan

selai terdapat pada bahan-bahan yang digunakan dan juga cara memasak yang

benar, yaitu tidak terlalu cair dan tidak terlalu padat. Selai dapat bertahan lama

karena dalam proses pembuatannya melalui proses pendidihan yang membuat sari

buah benar-benar meresap masuk kedalam tekstur yang padat, sehingga rasa yang

terdapat dalam buah sangat melekat didalam selai. Pembentukan selai terjadi

(37)

dikehendaki dalam pembentukan selai berkisar 3,10-3,46. Apabila terlalu asam

akan terjadi sineresis yakni keluarnya air dari gel sehingga kekentalan selai akan

berkurang bahkan sama sekali tidak terbentuk gel (Fachruddin,1997).

Pentingnya menjaga keamanan konsumen, pemerintah telah menetapkan

standart kualitas untuk produk selai. Selai yang bermutu baik mempunyai ciri-ciri

warna cemerlang, distribusi buah merata, tekstur lembut, cita rasa buah alami,

tidak mengalami sineresis dan kristalisasi selama penyimpanan (Yuliani, 2011).

Kriteria mutu selai yang ditetapkan oleh pemerintah dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.3. Kriteria Mutu Selai Buah

Syarat Mutu Standar

mendefenisikan selai sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar,

buah beku, buah kaleng maupun campuran ketiganya pemanfaatan buah menjadi

produk selai dapat mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Selai yang

(38)

Tebel 2.4. Syarat Mutu Selai Buah (SNI 01-2986-1992)

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

4 Bahan tambahan makanan - Pewarna tambahan

2.4 Bahan – Bahan dalam Pengolahan Selai

Bahan- bahan dalam pembuatan selai terdiri atas bahan utama dan bahan

tambahan. Bahan utama adalah bahan dasar untuk mendapatkan produk makanan

sedangkan bahan tambahan yaitu senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam

makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses

pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk

memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa

(39)

2.4.1. Bahan Dasar dalam Pembuatan Selai 1. Buah-Buahan dan Kulit Buah

Buah-buahan yang dapat digunakan dalam pengolahan selai antara lain

nanas, sirsak, srikaya, stoberi, papaya, tomat, durian, mangga, jambu biji,

kacang-kacangan, kulit pisang, kulit semangka, kulit durian dan buah-buah musiman

lainnya. Buah yang digunakan harus benar-benar matang sehingga diperoleh selai

dengan aroma yang baik. Meskipun demikian, pengolahan selai buah juga dapat

menggunakan campuran antara buah setengah matang dan buah yang benar-benar

matang. Buah yang setengah matang akan memberikan pektin dan asam yang

cukup sedangkan buah yang matang akan memberikan aroma yang diinginkan

(Fachruddin, 1997).

2. Gula

Menurut istilah umum gula adalah jenis karbohidrat yang sering digunakan

sebagai pemanis (Lutony,1993). Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan

ragam produk - produk makanan. Tujuan penambahan gula dalam pembuatan

selai adalah untuk menyempurnakan rasa asam, cita rasa, memperoleh tekstur

kekentalan dan flavor yang ideal. Selain itu dalam pembuatan selai gula

berperanan penting sebab berkaitan dengan pembentukan gel pektin di dalamnya.

Selain itu kadar gula yang tinggi dalam selai juga menambah stabilitas terhadap

mikroorganisme karena gula menurunkan ERH (Buckle, 1987).

3. Air

Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat

(40)

rasa makanan. Reaksi pembentukan gel memerlukan air sebagai penentu tingkat

keberhasilan produk yang diinginkan. Air yang digunakan harus mempunyai

syarat-syarat tidak bewarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai rasa dan tidak

mengandung Besi dan Mangan, serta tidak mengganggu kesehatan dan tidak

memyebabkan kebusukan bahan pangan yang diolah (Winarno, 1992).

4. Tepung Maizena

Tepung maizena terbuat dari jagung, tetapi berbeda dengan tepung jagung.

Tepung maizena merupakan tepung jagung yang telah dicuci dengan larutan alkali

sehingga hampir seluruhnya terdiri dari zat pati yang bersifat mengikat air. Oleh

karenanya, tepung maizena sering dipakai sebagai pengental.

Tepung Maizena adalah suatu tepung yang berfungsi sebagai pengental

atau berperan sebagai pelekat pada pengolahan suatu makanan. Maizena adalah

sebuah padatan tepung yang diperoleh dari endoplasma jagung kernel. Tepung

jagung ini paling banyak digunakan sebagai agen penebalan pudding, saus, sup

dan lain-lain. Karena cenderung untuk membentuk gumpalan tepung umumnya

dicampur dengan sedikit cairan dingin untuk membentuk pasta tipis sebelum

diaduk memnjadi campuran panas (Richana, 2004).

2.4.2 Bahan Tambahan dalam Pengolahan Selai

Bahan tambahan pangan dapat dibedakan atas dua golongan utama yaitu

yang tidak terdapat dalam bahan makanan yang ditambahkan pada bahan

makanan. Bahan kimia yang secara sengaja dicampurkan ke dalam bahan

(41)

sebagai penambah cita rasa atau untuk meningkatkan kualitas bahan makanan

(Tranggono, dkk, 1990).

Penggunaan bahan tambahan dapat meningkatkan atau mempertahankan

nilai gizi, meningkatkan penerimaan konsumen, meningkatkan kualitas, daya

simpan dan membuat bahan makanan menjadi lebih mudah dihidangkan.

Beberapa contoh bahan tambahan pangan ini antara lain pengendali keasaman,

pengemulsi, pengental, pemberi cita rasa, pemanis, pewarna dan pengawet

(Tranggono, dkk, 1990).

1. Pektin

Pektin termasuk kelompok polisakarida yang heterogen dengan berat

molekul yang tinggi. Keberadaan pektin dalam bahan pangan berperan terutama

dalam tekstur dan konsistensi buah-buahan serta sayuran terutama dalam sifatnya

yang dapat membentuk gel atau thickening agent. Sifat inilah yang banyak

digunakan baik dalam industri pangan maupun industry rumah tangga.

Terbentuknya gel selama proses pengolahan buah sangat tergantung pada

kandungan pektin dalam bubur buah. Selain itu keasaman dan gula yang

ditambahkan sangat menentukan mutu gel yang terbentuk. Pektin merupakan

bahan alami yang terkandung didalam buah-buahan. Jeruk merupakan jenis buah

mengandung pektin yang tinggi yaitu terdapat pada kulitnya.

2. Asam sitrat

Asam disamping sebagai bahan pengawet, asam juga digunakan sebagai

penambah rasa, untuk mengurangi rasa manis, memperbaiki sifat koloidal dari

(42)

ekstraksi pektin dan pigmen dari buah - buahan dan lainnya (Winarno, 1992).

Asam yang biasa digunakan dalam pembuatan selai adalah asam sitrat, asam

tartat dan asam malat (Fachruddin, 1997).

3. Garam

Garam adalah senyawa ionic yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion

negative (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan) dengan

rumus kimia NaCl. Garam dipergunakan sebagai salah satu metode pengawetan

pangan yang pertama dan masih dipergunakan secara luas untuk mengawetkan

berbagai macam makanan. Garam dipergunakan dalam selai untuk menambah cita

rasa dan menetralkan rasa pahit dan rasa asam, membangkitkan selera dan

mempertajam rasa manis, selain itu garam mempunyai tekanan osmotik yang

tinggi, higroskopik dan dapat terurai menjadi Na+ dan Cl- yang meracuni sel

mikroba dan mengurangi kelarutan oksigen (Purba dan Rusmarilin, 1985).

4. Margarin

Margarin dalam pembuatan selai berfungsi sebagai bahan untuk

menimbulkan rasa gurih, menambah aroma dan menghasilkan tekstur produk

yang renyah. Jenis lemak yang digunakan dalam pembuatan selai yaitu dapat

berasal dari lemak nabati.

Margarin merupakan campuran dari air dan minyak. Menurut Mita dan

Made (1988) margarin mengandung 80% lemak, 18% air, garam dapur maks 4%

dan beberapa zat lain. Minyak nabati yang sering digunakan dalam pembuatan

(43)

minyak kedelai dan minyak jagung. Minyak nabati umumnya berbentuk cair

karena mengandung asam lemak tak jenuh

2.5Pengolahan Selai

Pengolahan bahan pangan merupakan salah satu fungsi untuk

memperbaiki mutu pangan, baik dari nilai gizi maupun daya cerna, memberikan

kemudahan dan penanganan, efisiensi biaya produksi, memperbaiki cita rasa dan

aroma, menganekaragamkan produk dan memperpanjang masa simpan. Tahap

pengolahan selai dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Sortasi

Sortasi adalah memilih hasil panen yang telah dilakukan untuk

membedakan hasil panen yang baik dan hasil panen yang jelek. Penentuan mutu

buah didasarkan pada kesegaran, kebersihan ukuran, bobot warna, bentuk,

kemasakan, kebebasan dari benda asing dan penyakit, serta kerusakan oleh

serangga dan luka mekanik yang diakibatkan karena kesalahan dalam

pengangkutan atau luka yang disebabkan pada saat pemanenan. Sortasi dilakukan

untuk memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan kualitas yang

seragam. Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang layak diolah dan tidak

layak diolah (layu) agar diperoleh buah yang seragam bentuk, warna, dan

kematangannnya.

Kulit jeruk yang diolah menjadi selai dipilih yang sudah matang dan sehat,

kulit jeruk yang sehat adalah kulit jeruk yang tidak busuk, cacat, atau pecah, bebas

hama penyakit atau tidak bolong-bolong.

(44)

b. Pencucian

Pencucian akan mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan sejenis

malam (lilin) yang melapisi kulit pada beberapa jenis hasil pertanian seperti

buah-buahan, untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada bahan yang dapat

menunjukkan adanya populasi mikroorganisme, untuk menghilangkan adanya

sisa-sisa insektisida. Air yang digunakan untuk mencuci harus bersih, sebaiknya

digunakan air yang mengalir dan bersih. Pencucian dapat digunakan dengan

berbagai cara yaitu dengan cara basah atau kering, penyemprotan angin,

perendaman bak perendaman atau disemprot air (Afrianti, 2008).

Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran yang menempel, residu

fungisida atau insektisida dan memperoleh penampakan yang baik. Pencucian

dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Buckle, 1987).

c. Pengupasan

Pengupasan yaitu proses pemisahan kulit jeruk bagian dalam yang

bewarna putih seperti jaringan busa dengan kulit jeruk bagian luar atau flavedo

bewarna kuning atau orange dengan menggunakan pisau.

d. Penghancuran

Penhancuran dilakukan dengan blender, penambahan air dalam

penghancuran ditujukan agar memudahkan proses penghancuran, sedangkan

tepung maizena agar lebih kental bubur yang dihasilkan. Proses penghancuran

(45)

e. Pemasakan

Tahap pemasakan adalah tahap yang paling kritis, pemasakn bertujuan

untuk menghilangkan bau mentah. Pemasakan dilakukan dengan suhu tidak

terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Suhu yang terlalu rendah memunculkan bau

relative rendah sebaliknya suhu yang terlalu tinggi membuat kulit jeruk gosong.

f. Pengemasan

Faktor-faktor yang saling berkaitan dalam pemilihan bahan pengemas

yang terbaik untuk suatu produk adalah bahan pengemas, produk yang dikemas

dan teknik pengemasannya. Pengemasan bahan pangan terdapat dua macam

wadah yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan.

Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi

kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, cita rasa dan

perubahan-perubahan lainnya (Winarno, 1992).

Sebelum dilakukan pengisian kedalam wadah, wadah terlebih dahulu

disterilisasi dengan cara mencuci bersih dan direndam selama kurang lebih 15

menit dan hanya dikeringkan saat akan mengemas selai.

2.5.1 Resep Dasar Pengolahan Selai Nanas

Nanas yang dipakai untuk membuat selai sebaiknya tidak banyak

mengandung air, rasanya manis, harum, dan matang. Kondisi ini akan

mempersingkat proses pengentalan selai dan mencegah terjadinya reaksing

browning (kecoklatan) akibat pengolahan yang terlalu lama. Adapun bahan yang

digunakan dalam pengolahan selai nanas yaitu bahan bakunya adalah 500 gram

(46)

kayu manis atau daun pandan, garam. Alat yang digunakan dalam proses

pengolahan selai nanas yaitu timbangan, gelas ukur, mesin pemarut (blender),

pisau, telenan, saringan, wajan stainless, pengaduk kayu, kompor, alat pengukus

atau pasteurisasi dan sendok. (Lies, M, 2001).

Proses pengolahan selai nanas yaitu sebagai berikut :

1. Pilihlah nanas yang matang, tidak banyak mengandung air.

2. Kupas nanas, dan bersihkan mata buahnya.

3. Daging nanas dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk menghilanglan

kotoran-kotoran yang masih melekat pada daging buah.

4. Kemudian daging buah direndam kedalam air hangat selama 10 menit.

Kadang-kadang air perendaman ditambahkan garam, lalu tiriskan.

5. Daging buah nanas dipotong dengan pisau menjadi dua bagian.

6. Parut, peras dan saring nanas hingga yang tersisa tinggal bagian padatnya saja

(60%).

7. Hasil pemarutan nanas dimasukkan kedalam panci. Kemudian dimasak,

masukan seluruh bahan kedalam parutan nanas sambil diaduk.

8. Setelah mendidih, kecilkan api. Sementara itu, percepat pengadukan sampai

terbentuk gel, (adonan tidak menetes atau berbentuk stabil saat dipindahkan ke

piring).

9. Matikan api diamkan selama 10 menit hinga dingin.

(47)

2.6 Daya Terima Makanan

Daya terima makanan adalah kesanggupan seseorang dalam menghabiskan

makanan yang disajikan (Susiwi, 2009). Daya terima atau preferensi makanan

dapat didefinisikan sebagai tingkat kesukaan atau ketidaksukaan individu terhadap

suatu jenis makanan. Tingkat kesukaan ini berbeda setiap individu. Sehingga

berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo, 1989).

Menurut Wirakusumah (1990) yang dikutip oleh Dewinta (2010),

kesukaan terhadap makanan didasari oleh sensorik, sosial, psikologi, agama,

emosi, budaya, kesehatan, ekonomi, cara persiapan dan pemasakan makanan,

serta faktor-faktor terkait lainnya. Penilaian seseorang terhadap kualitas makanan

berbeda-beda tergantung selera dan kesenangannya. Perbedaan suku, pengalaman,

umur dan tingkat ekonomi seseorang mempunyai penilaian tertentu terhadap jenis

makanan, sehingga standar kualitas makanan sulit untuk ditetapkan. Walaupun

demikian ada beberapa aspek yang dapat dinilai yaitu persepsi terhadap cita rasa

makanan, nilai gizi dan higiene atau kebersihan makanan tersebut.

2.6.1 Penampilan dan Cita Rasa Makanan

Cita rasa makanan mencakup aspek utama yaitu penampilan makanan

sewaktu dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan. Kedua aspek tersebut

sama pentingnya untuk diperhatikan agar benar-benar dapat menghasilkan

makanan yang memuaskan. Daya penerimaan terhadap suatu makanan ditentukan

oleh rangsangan yang ditimbulkan oleh makanan melalui indera penglihat,

penciuman serta perasa atau pengecap. Walaupun demikian faktor utama yang

(48)

cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Oleh karena itu, penting sekali

dilakukan penilaian cita rasa untuk mengetahui daya penerimaan konsumen

Menurut Winarno (1992).

Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan

karena merupakan rangsangan pertama pada indera mata. Warna makanan yang

menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa. Oleh sebab itu dalam

penyeleggaraan makanan harus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk

mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam bentuk tehnik memasak

maupun dalam penanganan makanan yang dapat mempengaruhi makan.

2.6.2 Konsistensi atau Tekstur Makanan

Konsistensi atau tekstur makanan juga merupakan komponen yang turut

menentukan cita rasa makanan karena sensitifitas indera cita rasa dipengaruhi oleh

konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan

memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera kita.

Penyajian makanan merupakan faktor tertentu dalam penampilan hidangan

yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik, seluruh

upaya yang telah dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa tinggi

akan tidak berarti. Penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang indera

perasa, penglihatan sehingga membuat konsumen tertarik untuk mencicipinya.

2.6.3 Rasa dan Aroma Makanan

Rasa pada makanan merupakan faktor selanjutnya yang menentukan cita

rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Apabila penampilan

(49)

mampu membangkitkan selera untuk mencicipi makanan itu, maka pada tahap

selanjutnya rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera

penciuman dan indera perasa.

Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat

kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.

Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah

menguap sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat juga

terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim.

2.7 Uji Organoleptik

Uji organoleptik disebut juga dengan penilaian indra atau penilaian

sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif atau sudah

lama dikenal. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai

mutu dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-kadang

penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa

hal penilaian dengan indera bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitive

(Susiwi, 2009).

Sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan dijadikan alat penilaian

di dalam Laboratorium. Penilaian organoleptik juga telah digunakan sebagai

metode dalam penelitian dan pengembangan produk. Dalam hal ini prosedur

penilaian memerlukan pembakuan yang baik dalam cara penginderaan maupun

dalam melakukan analisa data (Rahayu, 1998).

Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,

(50)

melaksanakan penilaian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat

sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini

terdiri atas orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi.

Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.

Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan.

Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut

orang skala hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka,

netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak suka.

Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan sesuai yang diinginkan peneliti

(Rahayu, 1998).

2.8 Panelis

Menurut Rahayu, melakukan penilaian organoleptik diperlukan panel.

Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel

bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok

yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif.

Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.

Ada tujuh macam panel dalam penilaian organoleptik, yaitu panel

perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tidak

terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut

didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik (Rahayu,

(51)

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik

yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang

sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara

pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa

organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah

kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan

biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu

banyak dan mengenali penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik

faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik.

Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan

latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak

terlampau spesifik.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk

(52)

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan

jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih

hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti

sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel tidak

terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria

sama dengan panelis wanita.

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target

pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat

ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian

produk-produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan

sebagainya. Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan

pemberitahuan atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk

diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar

(53)

2.9 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan diatas menjelaskan bagaimana selai dengan bahan dasar dari kulit

jeruk manis dapat mempengaruhi daya terima yang meliputi warna, aroma,

tekstur, dan rasa. Kemudian selai dari kulit jeruk manis di uji berdasarkan

kandungan zat gizinya.

Kandungan gizi selai dari kulit jeruk manis

Selai dari kulit jeruk manis

Daya terima selai dari kulit jeruk manis (warna, aroma,

(54)

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimen yaitu

mengetahui daya terima dan nilai gizi selai dari kulit jeruk manis.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1Tempat Penelitian

Pembuatan selai dari kulit jeruk manis dilakukan di Laboratorium Gizi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM-USU). Uji

organoleptik dilakukan di Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara (FKM-USU) dengan panelis (panelis tidak terlatih) yaitu

mahasiswa FKM USU sebanyak 30 orang sehingga akan mempermudah peneliti

dalam melakukan pengambilan data. Pengujian kandungan selai kulit jeruk manis

yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar kalsium, kadar lemak dan kadar

karbohidrat dilakukan di Badan Riset dan Standardisasi Industri Medan,

sedangkan Penelitian uji kadar vitamin C dilakukan di Laboratorium

Biokimia/KBM FMIPA USU Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

(55)

3.3 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah selai kulit jeruk dengan bahan dasar kulit

jeruk manis yang diambil dari Ayam Penyet Ria yang beralamat di Dr. Mansyur,

kantin USU dan kantin kantin yang menjual jus buah jeruk manis.

3.4 Defenisi Operasional

1. Kulit jeruk manis adalah bagian albedo dari kulit jeruk manis berupa

jaringan busa yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan selai.

2. Selai kulit jeruk manis adalah salah satu jenis makanan terbuat dari bahan

dasar kulit jeruk manis yang sudah dihaluskan, kemudian ditambahkan

gula hingga dimasak sampai menjadi kental.

3. Uji daya terima atau Uji Hedonik adalah pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat daya terima konsumen dengan mempergunakan skala

hedonik tiga titik sebagai acuan, yang meliputi indikator warna, tekstur,

aroma dan rasa.

4. Uji daya terima terhadap warna adalah pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat daya terima konsumen terhadap corak rupa yang

dihasilkan selai dari kulit jeruk manis.

5. Uji daya terima terhadap aroma adalah pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat daya terima konsumen terhadap bau khas yang

dihasilkan selai dari kulit jeruk manis.

6. Uji daya terima terhadap rasa adalah pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat daya terima konsumen terhadap rasa yang dihasilkan

(56)

7. Uji daya terima terhadap tekstur adalah pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat daya terima masyarakat terhadap kekentalan dan daya

oles selai dari kulit jeruk manis.

3.5 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

Prosedur pelaksanaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang telah

ditentukan dalam melaksanakan pencobaan pembuatan selai dari kulit jeruk

manis. Adapun prosedur pelaksanaan eksperimen meliputi alat dan bahan.

3.5.1Alat

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dipilih yang

kondisinya masih baik dan higienis. Adapun alat yang digunakan dalam

pengolahan selai kulit jeruk manis yaitu: blender, timbangan, pisau, saringan,

kompor, mangkok, piring, pengaduk, gelas ukur, sendok, kuali dan panci.

Sedangkan alat yang digunakan untuk pengujian zat gizi dilaboratorium yaitu

batang pengaduk, cawan, cawan porselin, corong Bucher, desikator, Erlenmeyer,

gelas piala, kertas saring Whatman, labu kjedhal, labu ukur 100 ml, labu takar 100

ml, neraca analitik, pipet 5 ml, tabung reaksi 10 ml, tanur listrik.

3.5.2Bahan

Penggunaan bahan dalam pengolahan selai kulit jeruk manis dipilih kulit

jeruk manis yang berkualitas baik, misalnya kondisi bahan masih baik, tidak

busuk, tidak berlubang, dan tidak kadarluarsa. Bahan yang digunakan terdiri dari

dua jenis bahan yaitu bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama yang

digunakan yaitu Kulit jeruk manis peras bagian albedo 200 gr, Gula pasir 80

Gambar

Gambar 2.1 Tanaman Jeruk Manis
Gambar 2.2 Jeruk Manis Medan
Tabel 2.1.  Komposisi Zat Gizi per 100 gram Sari Buah Jeruk Manis
Tabel 2.2. Komposisi Buah Jeruk Manis Valencia dan Pusar (NAVEL) tiap
+7

Referensi

Dokumen terkait

AKTIVITAS ANTIDIABETES MELITUS EKSTRAK KULIT BUAH JERUK MANIS ( Citrus sinensis ) DAN KULIT BUAH KELENGKENG ( Euphoria longan (Lour.) Steud) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN

AKTIVITAS ANTIDIABETES MELITUS EKSTRAK KULIT BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis) DAN KULIT BUAH KELENGKENG (Euphoria longan (Lour.) Steud) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul ” Aktivitas Antibakteri Esktrak Etanol Kulit Buah Jeruk Manis (

Simpulan Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa air perasan kulit jeruk manis ( Citrus aurantium sub spesies sinensis) berpengaruh

1 Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis (Citrus Sinensis) Hasil Distilasi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Alfianur (2017) menggunakan metode distilasi uap

Pembuatan Lilin Aromaterapi dari Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) terdapat 2 sampel yaitu lilin dengan tambahan minyak atsiri 3 mL untuk sampel 1 dan 5 mL sampel

Rerata Derajat Esterifikasi Pektin Akibat Perbedaan Varietas Kulit Jeruk Jenis Jeruk Derajat Esterifikasi % Jeruk Keprok Batu 55 102,43d Jeruk Siam 64,39a Jeruk Manis Pacitan

Melihat kondisi ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembuatan hand sanitizer dengan memanfaatkan ekstrak kulit jeruk manis sebagai antiseptik alami untuk