• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP Haji Adam Malik

Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi D III Keperawatan

Oleh

Nurwanti Gultom

102500013

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

▸ Baca selengkapnya: perbedaan pola nafas dan gangguan pertukaran gas

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukuri saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kesempatan-Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP Haji Adam Malik Medan walaupun masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah saya Cholina Trisa Siregar, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB yang telah memberikan bimbingan kepada saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP Haji Adam Malik Medan ini.

Dan saya sangat berterimakasih kepada orang tua saya mama tersayang yang selalu mendoakan serta mendukung saya, dan saya juga berterimakasih kepada teman-teman saya yang banyak memberikan dukungan moril dalam pembuatan KTI ini yaitu kepada Holiana Daely, Lamtiurma Tobing, Megawati Sianturi, Niatin Laia, Pesta Marni Silaban, Sahat sihite, Sora Esha Sinulingga, dan Tiara Hulu.

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas makalah ini. Atas saran dan kritiknya saya terima dan akan dipergunakan untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita yang membaca. Demikian karya tulis ini saya susun. Atas perhatian dan kerjasama saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 15 juli 2013 Penulis

(4)

DAFTAR ISI

Cover

Lembar pengesahan

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 2

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi ... 3

1. Konsep ... 3

2. Pengkajian ... 17

3. Analisa Data ... 21

4. Rumusan Masalah ... 21

5. Perencanaan ... 23

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 24

1. Pengkajian ... 24

2. Analisis Data ... 32

3. Rumusan Masalah ... 34

4. Perencanaan ... 36

5. Implementasi ... 37

BAB III KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38

Daftar Pustaka ... 39

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan, dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit (Potter & Perry, 1999).

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan mausia tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya, oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain. Hirarki kebutuhan dasar manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas. Tingkatan yang paling dasar, atau yag pertama meliputi kebutuhan fisiologis seperti udara, air, dan makanan. Tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan keamanan, yang melibatkan keamanan fisik dan psikologis. Tingkatan yang ketiga mencakup kebutuhan cinta dan rasa memiliki, termasuk persahabatan, hubungan sosial, dan cinta seksual. Tingkatan yang keempat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri, yang melibatkan percaya diri, merasa berguna, penerimaan, dan kepuasan diri. Tingkatan yang akhir adalah kebutuhan aktualisasi diri, pernyataan dari penerimaan yang penuh potensi dan meiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengatasinya dengan cara realitas yang berhubungan dengan situasi hidup (Potter & Perry, 1999).

(6)

bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup (Potter & Perry, 1999).

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan aksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernafasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernafasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen (Asmadi,2008).

Perawat mempunyai peran yang penting dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dan pemeliharaan keseimbangan asam basa klien. Oleh karena itu, perawat harus memahami konsep kebutuhan oksigen dan keseimbangan asam basa. Selain itu, perawat juga harus terampil dalam melakukan intervensi

keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigen dan asam basa. ( Asmadi, 2008).

B. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar perawat khususnya mahasiswa D III keperawatan, mampu mengingat kembali (review) mengenai konsep pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan praktek keperawatan yang bisa diimplementasikan pada klien yang mengalami gangguan oksigenasi.

C. Manfaat

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

menambah wawasan pendidikan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi.

2. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan.

3. Bagi Klien

(7)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

a. Defenisi dan Manfaat

Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh tergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Beberapa jaringan, seperti otot skelet, dapat bertahan beberapa waktu tanpa oksigen melalui metabolisme anaerob, sebuah proses dimana jaringan ini menyediakan energi mereka sendiri tanpa adanya oksigen. Jaringan yang melakukan hanya metabolisme aerob, prosesnya membentuk energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup (Potter & Perry, 1999).

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen(Kozier dan Erb,1998).

Sel tubuh membutuhkan oksigen untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel dan menyelamatkan nyawa. Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan berbagai aktivitas untuk memelihara efektivitas segala fungsi tubuh (Kozier dan Erb, 1998).

(8)

kehilangan fungsinya. Hal tersebut menyebabkan kehidupan seseorang berada dalam bahaya.

Oksigen dipasok ke dalam tubuh melalui proes pernafasan/respirasi yang melibatkan sistem pernafasan. Sistem pernafasan terdiri atas serangkaian organ yang berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan flasma melalui proses ventilasi paru-paru, difusi, transportasi oksigen, dan perfusi ke jaringan. Fungsi ini berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan homeostasis dengan mengatur penyediaan oksigen, mengatur penggunaan nutrisi, melakukan eliminasi sisa metabolisme (karbondioksida) (Asmadi,2008).

b. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru.

Saluran pernapasan bagian atas

Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri dari:

1) Hidung. Hidung terdiri atas nares anterior ( saluran dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

2) Faring. Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak di belakang nasofaring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringofaring).

3) Laring ( Tenggorokan). Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.

(9)

Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas:

1) Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2) Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.

3) Bronkiolus. Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus,

Paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.

Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. ( A. Aziz Alimul H, 2006)

c. Jenis Pernapasan

Pernapasan terbagi atas dua jenis yaitu:

(10)

metabolisme intraseluler yang terjadi di mitokondria, meliputi konsumsi O2 dan CO2 selama pengambilan energi dari molekul-molekul nutrien.

Oksigen digunakan untuk ”membakar” glukosa agar dapat menghasilkan energi kimia dalam bentuk molekul. Dalam reaksi ini, glukosa diambil dan energi yang dihasilkan dalam bentuk adenosin trifosfat ( ATP).

Produk akhir dari pernapasan internal adalah karbondioksida dan air. Karbondioksida adalah produk akhir yang berbahaya dan harus dikeluarkan dari tubuh. Karbondioksida tersebut dialirkan kedalam darah dan meuju paru-paru untuk dikeluarkan melalui proses ekshalasi. Proses selanjutnya adalah karbondioksida bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat yang akan menurunkan derajat keasaman darah jika tidak dikeluarkan dari tubuh. Rumus persamaan dari pernapasan internal :

Glukosa + Oksigen → Energi (ATP) + CO2 + H2O

Sistem pernapasan manusia membawa oksigen kedalam tubuh lalu dibantu oleh sistem sirkulasi oksigen diangkut menuju sel tubuh dimana reaksi energi akan berlangsung.

2) Pernapasan Luar ( Eksternal), yaitu absorbsi O2 dan pembuangan CO2 dari

tubuh secara keseluruhan dengan lingkungan luar, dengan urutan sebagai berikut:

a. Pertukaran udara luar kedalam alveoli dengan aksi mekanik pernapasan, melalui proses ventilasi.

b. Pertukaran O2 dan CO2, udara alveolar –darah dalam pembuluh kapiler

paru-paru melalui proses difusi.

c. Pengangkutan (transportasi) O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah

dari paru-paru kejaringan dan sebaliknya.

d. Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh kapiler jaringan dengan

(11)

d. Fisiologi pernafasan

Proses Respirasi

Proses respirasi dapat dibagi menjadi empat proses peristiwa fungsional utama yaitu ventilasi paru-paru, difusi oksigen dan karbondioksida di antara alveolus dan darah, transport oksigen dan karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel, serta pengaturan (regulasi) pernafasan oleh mekanisme kontrol tubuh berkenaan dengan frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan (Asmadi,2008).

i. Ventilasi Paru-paru

Ventilasi paru-paru merupakan peristiwa masuk dan keluarnya udara pernafasan antara atmosfer dan paru-paru. Proses ventilasi ini melibatkan beberapa organ tubuh yang sangat penting dalam pernafasan. Organ tersebut adalah hidung, faring, laring, trachea, bronchus, bronkiolus, alveolus, dan paru(Asmadi,2008).

Udara yang masuk dari atmosfer kedalam rongga hidung mengalami tiga proses penting yaitu menyaring (filtrasi), menghangatkan (heating), dan melembabkan (humidifikasi). Pada proses filtrasi partikel-partikel yang ada dalam udara pernafasan akan disaring oleh silia khususnya partikel-partikel yang berdiameter >2 mm. Proses heating terhadap udara pernafasan dilakukan oleh pembuluh darah yang ada di lapisan mukosa hidung. Humidifikasi udara pernafasan dilakukan oleh mukosan hidung terhadap udara yang kering dengan tujuan agar tidak mengiritasi saluran pernafasan(Asmadi,2008).

(12)

glotis, maka laring akan mengeluarkan benda asing tersebut dari saluran pencernaan dengan membatukanya. Selanjutnya udara melewati trachea yang berada di depan esophagus. Trachea ini bercabang menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri, tempat percabangnya disebut karina. Karina banyak mengandung saraf serta dapat menimbulkan bronkospasme hebat dan batuk bila saraf tersebut terangsang (Asmadi,2008).

Bronkus-bronkus tersebut bercabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi bronkiolus. Pada bronkus kanan terdiri atas tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri hanya dua bronkiolus. Percabangan ini terus-menerus sampai pada cabang terkecil yang dinamakan bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Di luar bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveoli, dan sakus alveoli terninalis. Duktus alveoli menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus respiratorius. sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Antara alveolus satu dengan yang lain dipisahkan oleh dinding tipis atau septa. Pada septa terdapat lubang-lubang kecil yang disebut pori-pori kohn (Asmadi,2008).

Setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis. Paru-paru merupakan jaringan elastic yang dibungkus oleh pleura yang terdiri atas pleura visceral yang langsung membungkus/melapisi paru-paru, dan pleura parietal pada bagian luarnya (melapisi rongga toraks). Di antara pleura visceral dan pleura parietal terdapat ruang (rongga pleura) yang berisi cairan pleura. Rongga tersebut berguna untuk memudahkan pergerakan paru selama fase respirasi(Asmadi,2008).

(13)

aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronchus. Arteri ini mensuplai darah untuk kebutuhan metabolisme paru. Hasil metabolisme dibawa oleh vena bronkialis ke atrium kanan melalui vena superior(Asmadi,2008).

Efektivitas mekanisme ventilasi paru-paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : konsentrasi oksigen atmosfer, kondisi jalan nafas, kemampuan

compliance dan recoil paru, serta pengaturan pernafasan(Asmadi,2008).

ii. Difusi oksigen dan karbondioksida di antara Alveolus dan Darah

Menurut buku Asmadi 2008 disebutkan Kecepatan difusi tersebut ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Ketebalan membran

Semakin tebal membrane alveolus, maka proses difusi semakin sulit. Tebalnya membran alveolus misalnya oleh karena edema paru. Akibatnya gas-gas pernafasan harus berdifusi tidak hanya melalui membran alveolus, melainkan melalui cairan tersebut.

2. Luas permukaan membran alveolus

Penurunan luas permukaan paru-paru akan mengakibatkan kemampuan paru-paru untuk berdifusi pun menurun. Hal tersebut berarti semakin luas permukaan membran alveolus maka akan semakin banyak gas-gas pernafasan yang berdifusi dan begitu pula sebaliknya. Penurunan luas permukaan paru akan mengganggu pertukaran gas pernapasan.

3. Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran

Merupakan perbedaan tekanan parsial gas dalam alveolus dan tekanan gas dalam darah. Bila tekanan gas dalam alveolus lebih besar daripada tekanan gas dalam darah, maka terjadi difusi di alveolus ke dalam darah dan begitu sebaliknya. Tekanan gas yang tinggi dalam alveolus adalah tekanan karbondioksida. Hal tersebut akan mengakibatkan oksigen berdifusi ke kapiler darah dan karbondioksida berdifusi ke alveolus.

iii. Transpor Oksigen dan Karbondioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh Menuju dan dari Sel

Apabila oksigen telah berdifusi dari alveolus ke dalam darah paru, maka oksigen ditranspor dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin (HbO2) ke

(14)

sel, oksigen bereaksi dengan berbagai bahan makanan( reaksi metabolisme) dan menghasilkan karbondioksida. Karbondioksida selanjutnya masuk ke dalam kapiler jaringan dan di transpor kembali ke paru-paru. Selanjutnya di buang melalui nafas(Asmadi,2008).

Dengan demikian pengangkutan/transport oksigen dilakukan oleh hemoglobin (Hb) di mana 1 gr Hb dapat mengangkut 1,4L oksigen. Hal ini terjadi oleh karena hemoglobin mempunyai daya afinitas terhadap oksigen. Daya afinitas Hb terhadap oksigen ini dapat tinggi dapat pula rendah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu:

a. pH darah

b. Kadar CO2 darah

c. Kadar 2,3 difosfogliserat ( 2,3 DPG) d. Temperatur tubuh

iv. Pengaturan Pernafasan

Ada tiga pusat pengendali pernafasan normal yaitu: a. Pusat respirasi

Terletak pada formatio retikularis medulla oblongata sebelah kaudal. Pusat respirasi ini terdiri atas pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.

b. Pusat apneustik

Terletak pada pons bagian bawah. Mempunyai pengaruh tonik terhadap pusat inspirasi. Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotaksis dan impuls aferen vagus dari reseptor paru-paru. Bila pengaruh pneuomotaksis dan vagus hilang maka terjadi apneustik.

c. Pusat pneumotaksis

Terletak pada pons bagian atas. Bersama-sama vagus menghambat pusat apneustik secara periodic. Pada hiperpnea, pusat pneumotaksis ini merangsang pusat respirasi.

Pengaturan aktivitas pernafasan diatur secara kimia dan secara nonkimia. Secara kimia, pengaturan dipengaruhi oleh penurunan tekanan oksigen darah arteri dan peningkatan tekanan CO2 atau konsentrasi hydrogen darah arteri.

(15)

respirasi. Secara nonkimia, pengaturan aktivitas pernafasan dipengaruhi oleh ransangan sakit dan emosi. Pengaturan pernafasan secara nonkimia lainnya adalah suhu tubuh dan aktivitas fisik. Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan pernafasan menjadi cepat dan dangkal. Begitu pula dengan orang yag melakukan aktivitas fisik, misalnya olahraga, juga menyebabkan nafas menjadi cepat(Asmadi,2008).

e. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

Saraf Otonomik

Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, hal ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter ( untuk simpatis dapat mengeluarkan nonadrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokontriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adregenik dan reseptor kolinergik.

Hormon dan Obat

Semua hormon termasuk derivat catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran napas, sedangkan obat yang menghambat adregenik tipe beta ( khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyekat beta nonselektif, dapat mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi).

Alergi pada Saluran Napas

(16)

Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada usia prematur, yaitu adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya usia.

Lingkungan

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.

Perilaku

Faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi). Sebagai contoh, obesitas dapat memengaruhi proses perkembangan paru, aktivitas dapat memengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.( A. Aziz Alimul H, 2006)

Faktor Fisiologis

Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia. Menurunnya konsentrasi O2

yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.

Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru. ( Tarwoto & Wartonah, 2010)

f. Gangguan oksigenasi

(17)

Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh karena peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

i. Gangguan irama / frekuensi pernafasan

1. Ganguan irama pernafasan antara lain:

1.1. Pernafasan cheyno-stokes : siklus amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis jenis pernafasan ini terdapat pada ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur. 1.2. Pernafasan Biot yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan

cheyno-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Ditemukan pada

pasien radang selaput otak.

1.3. Pernafasan kussmaul yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Ditemukan pada pasien dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.

2. Gangguan frekuensi pernafasan

2.1.Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi pernafasan normal

2.2.Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang jumlahnya menurun di bawah frekuensi pernafasan normal.

ii. Insufisiensi pernafasan

penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:

1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:

1.1.Kelumpuhan otot pernafasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi servikal.

(18)

2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:

2.1.Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker, dan lain-lain.

2.2.Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernafasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lain-lain.

2.3.Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.

3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan dari paru-paru ke jaringan yaitu:

3.1.Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk transport oksigen.

3.2.Keracunan karbondioksida di mana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.

3.3.Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah jantung yang rendah.

iii.Hipoksia

Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab, jarang tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan, hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik(Asmadi,2008).

1. Hipoksemia adalah kekurangan oksigen darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemk). Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan karbondioksida.

(19)

oksigen pada jaringan disebabkan karena kurangnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihan atau abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jaringan kekurangan oksigen.

3. Overventilasi yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.

4. Hipoksia histotoksik yaitu keadaan di mana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).

g. Metode pemenuhan kebutuhan oksigen

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan beberapa metode, antara lain:

1. Inhalasi oksigen (pemberian oksigen)

Terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.

i. Sistem aliran rendah (low flow oxygen system)

Ditujukan kepada pasien yang memerlukan oksigen dan masih mampu bernafas sendiri dengan pola pernafasan yang normal.sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong ‘rebreathing’, dan sungkup muka dengan kantong ‘nonrebreathing

Nasal kanula/ Binasal kanula alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24% - 44%.

(20)

tinggi dari sungkup muka sederhana yaitu 60-80% dengan aliran oksigen 8-12 liter/ menit. Indikasi penggunaan sungkup muka rebreathing adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang rendah.Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi daripada sungkup sederhana. Sungkup muka dengan ‘nonrebreathing’ memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong rebreathing. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan ekspirasi. Indikasi pengguanaan sungkup muka nonbreathing adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi(Asmadi,2008).

2. Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi, dan postural drainage.

a. Perkusi disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.

Tujuan : secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada dinding bronchus.

b. Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada klien.

Tujuan : digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mucus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.

c. Postural drainage merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan

sekresi dari berbagai segmen paru-paru denga menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

postural drainage antara lain:

(21)

2. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.

3. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural drainage.

4. Lakukanlah latihan nafas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.

3. Nafas Dalam dan Batuk Efektif

a. Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal (diafragma) dan purse lips breathing.

b. Batuk efektif yaitu batuk untuk mengeluarkan secret.

4. Suctioning (pengisapan lender)

Suctioning adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan nafas. Suctioning dapat diterapkan pada oral, nasofaringeal, tracheal, serta endotrakheal atau tracheal tube.

Tujuan : untuk membuat suatu jalan nafas yang paten dengan menjaga kebersihannya dari sekresi yang berlebihan.

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus mencakup data yang dikumpulkan dari sumber-sumber berikut:

1.1.Riwayat keperawatan fungsi kardiopulmonal normal klien dan fungsi kardiopulmonal saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi pernafasan pada masa yang lalu, serta tindakan klien yang digunakan untuk mengoptimalkan oksigenasi.

1.2.Pemeriksaan fisik status kardiopulmonal klien, termasuk inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

(22)

a. Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi jantung meliputi nyeri dan karakteristik nyeri, dispnea, keletihan, sirkulasi perifer, faktor resiko penyakit jantung, dan adanya kondisi-kondisi jantung yang menyertai. Riwayat keperawatan tentang fungsi jantung meliputi pengkajian adanya batuk, sesak nafas, mengi, nyeri pemaparan lingkungan, frekuensi infeksi saluran pernafasan, faktor resiko pulmonary, masalah pernafasan yang lalu, penggunaan obat-obatan saat ini, dan riwayat merokok atau terpapar asap rokok.

Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan. Keletihan pada klien yang mengalami perubahan kardiopulmonal seringkali merupakan tanda awal perburukan proses kronik yang mendasari perubahan. Untuk mengukur keletihan secara objektif, klien dapat diminta untuk menilai keletihan dengan skala 1-10, dengan angka 10 merupakan angka untuk tingkat keletihan yang paling parah dan angka 1 mewakili keadaan klien tidak merasa letih.

Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas. Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernafasan yang sulit dan tidak nyaman. Dispnea fisiologis ialah nafas pendek yang diakibatkan latihan fisik atau perasaan gembira. Dispnea patologis adalah kondisi individu tidak mampu bernafas walaupun ia tidak melakukan aktivitas atau latihan fisik.

(23)

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardioplumonar. Teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik ini.

Inspeksi, saat melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai ke ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membrane mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernafasan, dan gerakan dinding dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Palpasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan jumlah kerja kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada (thrill), angkatan dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan perawat untuk meraba adanya massa atau benjolan diaksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ektremitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperature kulit, warna, dan pengisian kapiler.

Perkusi adalah tindakan mengetuk-mengetuk suatu objek untuk menentukan adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut (malasanos, barkauskas, dan Stoltenberg-allen,1990).

Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang diketuk dengan kedalaman 4 sampai 6cm. lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup, datar dan timpani. Perkusi memungkinkan perawat menentukan adanya cairan yang tidak normal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.

Auskultasi. Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan jantung yang normal maupun tidak normal. Auskultasi sistem kardiovaskular harus meliputi pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2

yang normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang tidak normal, dan bunyi

(24)

Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru, anterior, posterior, dan lateral. Suara nafas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan di suatu lapangan paru, atau terjadi obstruksi, auskultasi juga dilakukan untuk mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan status pernafasan(Potter & Perry, 1999).

c. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung. Pemeriksaan yang dilakukan untuk memerlukan konduksi jantung mencakup pemeriksaan dengan menggunakan elektrokardiogram, monitor Holter, pemeriksaan stress latihan, dan pemeriksaan elektrofisiologi.

Elektrokardiogram menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung (aksis jantung).

Monitor Holter merupakan peralatan yang dapat dibawa dan berfungsi merekam aktivitas listrik jantung dan menghasilkan EKG yang terus menerus selama periode tertentu, misalnya selama 12 jam atau lebih lama. Monitor Holter memungkinkan klien untuk tetap melakukan aktivitas normal mereka sementara aktivitas listrik jantung mereka direkam. Klien mencatat aktivitas mereka, kapan mereka mengalami denyut jantung yang cepat atau waktu pusing. Hubungan antara aktivitas dan aktivitas listrik yang abnormal kemudian dapat ditentukan.

Pemeriksaan stress latihan digunakan untuk mengevaluasi respon jantung terhadap stress fisik. Pemeriksaan ini memberika informasi tentang respon miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner. Denyut jantung, aktivitas listrik, dan waktu penyembuhan jantung dicerminkan di hasil EKG. Selain itu dipantau juga data tentang tekanan darah klien, nyeri dada, perubahan pernafasan, warna, dan frekuensi keletihan otot.

(25)

Disritmia tertentu juga dapat disebabkan menentukan alur yang dilalui jantung. Memberikan informasi tentang kesulitan menangani disritmia yang lebih spesifik dan mengkaji keadekuatan obat antidsiritmia.

Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah. Ekokardiografi, skintigrafi, kateterisasi, dan angiografi digunakan untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah.

Ekokardiografi merupakan pengukuran noninvasive untuk mengevaluasi struktur internal jantung dan gerakan dinding jantung. Teknologi sonar (radar) digunakan untuk mengukur gelombang ultrasonic dan menerjemahkan gelombang tersebut ke dalam gambaran yang berbentuk. Ekokardiogram secara grafik mendemonstrasikan keseluruhan tampilan jantung.

Skintigrafi atau angiografi radionuklida merupakan teknik noninvasive yang menggunakan radioisotop untuk mengevaluasi struktur jantung, perfusi miokard, dan kontraktilitas(Potter & Perry, 1999).

2. Analisa Data

Klien yang mengalami perubahan tingkat oksigenasi dapat memiliki diagnosa keperawatan yang awalnya dari kardiovaskular atau pulmoner. Setiap diagnosa keperawatan harus didasarkan pada batasan karakteristik dan melibatkan etiologi terkait. Label diagnostik divalidasi dengan menggunakan batasan karakteristik atau tanda dan gejala(Potter & Perry, 1999).

3. Rumusan Masalah

Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen ini, antara lain:

3.1. Tidak efektifnya jalan nafas

Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan nafas yang tidak bersih, misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan secret, penyempitan jalan nafas oleh karena spasme bronchus, dan lain-lain.

3.2.Tidak efektifnya pola nafas

(26)

3.3. Gangguan pertukaran gas

Suatu keadaan di mana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang di hirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubaha membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan lain-lain.

3.4. Penurunan perfusi jaringan

Keadaan di mana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovolemia, hipervolemia, retensi karbon dioksida, penurunan cardiac output, dan lain-lain.

3.5. Intoleransi aktivitas

Keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi energi yang dihasilkan menurun, dan lain-lain.

3.6. Perubahan pola tidur

Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernafas (sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.

3.7. Resiko terjadi iskemik otak

(27)

4. Perencanaan

Klien yang mengalami oksigenasi membutuhkan rencana asuhan keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi actual dan potensial klien. Sasaran individual berasal dari kebutuhan yang berpusat pada klien. Perawat mengidentifikasi hasil akhir khusus dari asuhan keperawatan yang diberikan. Rencana tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada klien berikut ini :

1. Klien mempertahankan kepatenan jalan nafas

2. Klien yang mempertahankan dan meningkatkan ekspansi paru 3. Klien yang mengeluarkan sekresi paru

4. Klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas 5. Oksigenasi jaringan dipertahankan atau ditingkatkan 6. Fungsi kardiopulmonar klien diperbaiki dan dipertahankan.

(28)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

1. Pengkajian I. Biodata

Identitas Pasien

Nama : Tn. J Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 33 tahun Status perkawinan : Menikah

Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SMA

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. H.Ulakma sinaga gg. Durian Taggal masuk RS : 16-juni-2013

No. Register : 00.56.31.06 Ruangan/kamar : RA2/ II3 Golongan Darah : 0

Tanggal pengkajian: 17-juni-2013 Tanggal operasi : tidak ada

Diagnosa Medis : Dyspepsia + TB paru

II. Keluhan Utama :

(29)

III.Riwayat Kesehatan Sekarang A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Akibat batuk yang dirasakan pasien secara terus menerus, serta batuk produktif sputum yang mengakibatkan pasien merasa sesak pada daerah dada dan sakit pada tenggorokan

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Hal yang mengurangi keluhan dan memperbaiki keadaan pasien adalah ketika pemberian oksigen sesuai dengan terapi, pengaturan posisi nyaman yaitu posisi semi fowler sehingga meningkatnya pengembangan dada pasien dan sesak berkurang.

B. Quantity/quality

Pasien mengatakan sesak yang dirasakan sangat memberat ketika pasien dalam posisi supinasi (tidur) dan banyak bergerak. Karena sesak nafas tersebut klien terlihat tampak sangat kelelahan, wajah pasien pucat, dan pasien saat bernafas menggunakan otot bantu pernafasan.

C. Region

Pasien mengatakan sesak yang dirasakan hanya pada daerah kedua lapang paru dan pasien juga mengatakan sakit pada tenggorokan saat batuk. Sesak dan rasa nyeri yang dirasakan pasien hanya pada daerah dada saja dan tidak menyebar kebagian tubuh lainnya.

D. Severity

Pasien mengatakan sesak nafas tersebut sangat mengganggu aktiviatas pasien karna saat banyak menggerakkan badan pasien mudah merasakan sesak nafas, dan istirahat tidur pasien juga terganggu karena saat pasien tidur maka sesak pasien muncul dan memberat. Dan pasien mengatakan posisi semi fowler membuat area pinggul dan pantat pasien mudah kebas.

E. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)

(30)

pasien tidak langsung membawa kerumah sakit pasien hanya istirahat dan minum air hangat untuk menguranginya.

IV.Riwayat Kesehatan Masa Lalu

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan penyakit yang pernah dialaminya adalah TB paru sekitar bulan yang lalu, dan pasien mengetahuinya saat periksa ke puskesmas

B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan

Pasien mengatakan bahwa pasien pernah berobat ke puskesmas di daerah tempat tinggal pasien dan pasien diberikan obat OAT sekitar bulan yang lalu.

C. Penah dirawat/dioperasi

Pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah dirawat di rumah sakit mana pun sebelumnya dan pasien juga mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan operasi.

D. Alergi

Pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada riwayat atau memiliki alergi terhadap makanan, minuman, maupun jenis obat-obatan.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa orang tua pasien semasa hidupnya sering batuk-batuk tapi mereka tidak pernah membawanya berobat ke rumah sakit karena orang tua pasien tidak mau berobat dan mereka hanya menganggap itu hanya batuk biasa, keluarga pasien juga mengatakan bahwa saudara-saudara mereka tidak ada memiliki penyakit yang cukup serius dalam menerima penanganan. Anggota keluarga yang meninggal adalah ayah pasien.

VI.Riwayat/Keadaan Psikososial

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

(31)

B. Konsep Diri

Pasien mengatakan bahwa akibat penyakitnya pasien telah menyusahkan keluarganya terlebih kepada mamanya karena mamanya harus menjaga pasien tersebut dirumah sakit karena istrinya baru melahirkan dan pasien merasa perannya sebagai kepala keluarga telah terganggu semenjak dirawat dirumah sakit, namun pasien mengatakan bahwa pasien masih optimis sembuh karena dukungan keluarga dan rekan – rekan kerjanya.

C. Hubungan social

Pasien mengatakan orang yang sangat berarti pada pasien adalah istri, ke tiga anaknya dan kelurganya. Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa hubungan mereka dalam keluarga sangat baik, bahwa mereka selalu berkomunikasi dengan baik dan menggunakan komunikasi sebagai penyelesai dalam konflik. Tetapi setelah pasien dirawat di rumah sakit pasien susah untuk berinteraksi dengan pasien lain karena pasien memakai oksigen, sehingga pasien hanya berkomunikasi dengan keluarganya saat dirawat dirumah sakit.

D. Spiritual

Pasien mengatakan yang menjadi agama keyakinan pasien adalah agama Kristen, pasien mengatakan bahwa dia yakin bahwa Tuhan itu maha pengasih dan maha penyayang, da Tuhan akan mengasihi orang yang tetap percaya pada-Nya. Pasien mengatakan sebelum pasien dirawat pasien setiap hari minggu beribadah ke gereja bersama istri dan anak-anaknya.

VII. Status Mental

Secara keseluruhan status mental yang dimiliki pasien adalah normal dan baik, pasien dalam keadaan sadar, selama interaksi pasien kooperatif dan kontak mata baik, dan tidak ada gangguan halusinasi atau persepsi apapun.

VIII. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum

(32)

B. Tanda-tanda vital

T : 38ºC HR : 100x/i TD : 100/80 mmhg TB : 168cm RR : 28 x/i BB : 65 kg

Dilihat dari hasil pemantauan tanda-tanda vital pasien, hasilnya tidak baik, maka perlu pemantauan vital sign pasien setiap hari.

C. Pemeriksaan kepala dan leher

1. Dari hasil pemeriksaan secara inspeksi, kepala pasien dalam keadaan normal yaitu penyebaran rambut pasien merata, hitam, ubun-ubun berada medial dan tertutup. Kulit kepala pasien juga bersih, tidak ada kelainan pada kepala pasien. Wajah pasien juga dalam keadaan normal, tidak ada edema dan struktur wajah simetris

2. Mata

Dari hasil inspeksi pasien memiliki mata yang lengkap, dan simetris, nostabismus, palpebra pasien tidak ada edema dan tidak ptosis. Pupil pasien juga dalam keadaan normal, isokor, dan ukuran pupil 3mm dan pupil kanan /kiri bereaksi saat diberikan reflek cahaya. Tetapi konjuctiva pasien terlihat anemis, dan pasien tidak dapat membaca lebih dari 1 meter karena rabun jauh.

3. Hidung

Dari hasil pemeriksaan inspeksi keadaan hidung pasien dalam keadaan normal tidaka kelainan.

4. Telinga

Dari hasil pemeriksaan inspeksi keadaan telinga pasien normal, tidak ada kelainan, posisi dan struktur telinga simetris, dan pasien tidak ada menggunakan alat bantu pendengaran.

5. Mulut dan faring

(33)

6. Leher

Dari hasil inspeksi keadaan leher pasien normal tidak ada pembengkakan pada thyroid dan kelenjar limfa denyut nadi karotis pasien teraba yaitu 100x/i , vena jugularis pasien tidak distensi.

D. Pemeriksaan integument

Dari hasil pemeriksaan inspeksi keadaan integument atau kulit pasien dalam keadaan normal, tidak ada kelainan, turgor kulit normal, kembali cepat yaitu <3detik, lembab dan warna kulit pasien adalah sawo matang.

E. Pemeriksaan Thoraks/ dada

Dari hasil pemeriksaan inspeksi : bentuk thoraks normal, terdapat tanda kesulitan pasien dalam bernafas, dan pasien menggunakan otot bantu pernafasan, pasien susah bernafas saat berbaring (ortopnea). Frekuensi pernafasan pasien 28 x/i,

Palpasi : getaran suara pada pada dada terasa, pada pemeriksaan perkusi : terdengar sonor pada seluruh lapangan paru.

Auskultasi : terdengar suara bronchial pada kedua lapang paru, saat pasien diminta berbicara terdengar getaran di dua sisi sama. Tetapi terdapat suara tambahan yaitu terdengar ronchi pada kedua lapang paru.

F. Pemeriksaan jantung

(34)

G. Pemeriksaan abdomen

Bentuk abdomen pasien dalam keadaan normal yaitu soepel, tidak terdapat benjolan atau massa, juga tidak terlihat bayangan pembuluh darah, peristaltic pasien terdengar 8x/i, pasien juga mengeluh tidak selera makan dan pasien mual dan hanya makan sedikit sehingga terdengar suara bising usus, pasien juga merasakan sakit saat diberi tekanan pada abdomen, tidak ada pembesaran hepar. Dan saat diperkusi suara abdomen tympani.

H. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

Dari hasil pemeriksaan genitalia pasien dalam keadaan normal, terdapat lubang uretra, terdapat lubang anus, dan tidak ada kelainan.

I. Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa tidak terdapat edema, otot simetris, pasien terlihat lemah dengan kekuatan otot 4 pada ektremitas bawah yaitu bahwa kekuatan otot pasien tidak penuh yaitu ketika diberi tahanan hanya mampu menahan sebentar. Begitu juga dengan ekstremitas atas. Terdapat kelainan pada kuku pasien yaitu kuku pasien berubah warna menjadi agak kekuningan.

J. Pemeriksaan Neurologi

Tingkat kesadaran pasien baik yaitu dengan hasil yang didapatkan bahwa GCS : eyes = 4 yaitu ketika dipanggil pasien langsung membuka mata, motorik = 5 yaitu ketika diberi ransangan pasien langsung menanggapi sentuhan atau merasakan. Dan verbal=6 yaitu ketika dipanggil pasien langsung merespon dengan baik.

Hasil pemeriksaan nervus cranialis pasien didapatkan hasil normal yaitu bahwa pasien dapat membedaka bau-bauan yang diberikan, ransangan atau sentuhan yang diberikan pasien dapat merasakan dengan baik, tetapi keseimbangan pasen kurang karena pasien lemah jadi pasien tidak tahan untuk berdiri lama, suara vocal pasien juga terdengar serak akibat batuk pasien sehingga getaran pita suara terganggu.

(35)

IX. Hasil Laboratorium

1. Hasil pemeriksaan uji patologik TGL. 16 - 06 - 2013

Hasil Nilai Normal Hemoglobin

X. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Pola tidur

(36)

2. Pola Eliminasi BAB/BAK

Terdapat masalah pada pola BAB yaitu saat dirumah sakit pasien kurang nafsu makan sehingga masukan makanan pada tubuh pasien berkurang dan pasien BAB hanya sekali dalam 3 hari tapi BAK pasien dalam keadaan baik, tidak ada kelainan pada karakter feses maupun urine pasien, saat BAB/BAK pasien mengatakan tidak ada keluhan sakit, tidak ada riwayat perdarahan, tidak ada penggunaan obat diuretic.

3. Pola makan dan minum

Diet makanan pasien adalah diet makanan biasa dengan tinggi protein dan tinggi kalori karena selama dirawat pasien mengeluh mual, tidak nafsu makan, pola diet pasien selalu tepat yaitu 3xsehari yaitu pada jam 06.00pagi, siang 12.00, dan malam 07.00.wib. pasien mengatakan bahwa terjadi pengurangan berat badan 5 kg dalam waktu 1 bulan ini. Pasien diberikan cairan infuse selama dirawat yaitu cairan RL 20 tetes/menit dan pasien juga minum melalui oral.

2.Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan

1. Subjektif :

- Pasien mengatakan sesak pada daerah dada dan diperparah saat posisi tidur

- Pasien mengatakan sakit pada tenggorokan saat batuk

- Pasien mengatakan perasaan ingin muntah dan perut cepat terisis(kenyang), dan kurang nafsu makan

- Pasien mengatakan bahwa terjadi penurunan berat badan sebelumnya 70 kg sekarang jadi 65

Objektif :

(37)

- Suara nafas tidak normal : bronchi dan ronchi basah

- Penggunaan otot tambahan pernafasan

- Batuk disertai dahak - Kecemasan, keletihan - Tidak tertarik untuk makan - Konjunctiva anemis - Perut kembung (+)

Etiologi/Penyebab

Mycobacterium tuberculosis inhalasi droplet saluran pernafasan

saluran pernafasan atas Saluran pernafasan bawah Bakteri besar tertahan di bronkus paru-paru Peradangan di Bronkus Pengembangan paru Batauk Pertukaran O2 di alveoli menurun

Penumpukan sekret Gangguan pertukaran gas sesak nafas Bau sputum tertinggal di mulut

Mual Pasien mudah lelah Muntah Intoleransi aktivitas

Tidak nafsu makan

(38)

3.Masalah Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas

2. Resiko tinggi Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Intoleransi aktivitas

4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

(39)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/ tanggal No .Dx Perencanaan Keperawatan

Senin , 17-06-2013

Tujuan dan kriteria hasil:

1. Melaporkan tak adanya atau penurunan dispnea 2. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas 3. Data objektif menunjukkan pola pernafasan yang

efektif

4. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan AGD dalam rentang normal.

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri:

1. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot tambahan setiap 4 jam sekali.

2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tidak normal seperti krekels, mengi, gesekan pleura

- Penurunan bunyi nafas dapat

menjukkan atelektasis. Ronki mengi menunjukkan akumulasi

secret/ketidaknyamanan untuk

membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot

tambahan pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

(40)

3. Berikan pasien posisi semi atau fowler tingi. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk batuk efektif setiap pasien ingin batuk.

4. Kontrol lingkungan ruangan pasien tetap bersih dan bebas polutan

5. Bantu pasien mengatasi ketakutan/ansietas

jalan nafas obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas. Ronki mengi menyertai obstruksi jalan nafas/kegagalan pernafasan. - Posisi membantu memaksimalkan

ekspansi (pengembangan) paru ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan secret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan

- Penyebab tunggal yang

pentingterjadinya iritasi saluran pernafasan adalah merokok, jadi pada saat merawat pasien gangguan

respiratori, tempatkan pasien pada lingkungan yang bebas polutan

(41)

6. Oral higynie

7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

Kolaborasi:

1. Berikan oksigen tambahan

2. Awasi AGD /nadi oksimetri 3. Berikan terapi obat

berhubungan dengan ketidakmampuan bernafas/terjadinya hipoksemia dan dapat secara actual meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan.

- Pembersihan mulut akan mengurangi rasa dan bau yang tidak sedap.

Penggunaan antiseptic akan menolong mengurangi jumlah kuman patogen pada kavum oral, sehingga mencegah terjadinya infeksi.

- Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/ kebutuhan energi dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.

- Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

- Penurunan kandungan oksigen (PaO2)

(42)

4. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet

PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk

intervensi/perubahan program terapi. - Memberikan bantuan dalam

(43)

PELAKSANAAN /IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa, 18-06-2013 1. 1. Memberikan O2 =2 L/i

2. Memonitor vital sign, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk

3. Memberikan posisi nyaman yaitu posisi semi fowler 4. Kolaborasi pemberikan terapi pengobatan sesuai

program

- Injeksi Ceftriaxone 2gr/12 jam - Injeksi gentamycine 1ampul/8 jam 5. Menganjarkan teknik batuk efektif

S : pasien mengeluh sering meriang

O:

RR : 26 x/I TD:100/70mmhg

HR: 100 x/I T : 38ºC Batuk (+) , demam (+)

A : masalah belum teratasi yaitu pasien masih sesak

P : Intervensi dilanjutkan - Pemberian oksigen - Memonitor vital sign,

penggunaan otot bantu pernafsan, AGD dan oksimetri nadi

(44)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dan dari hasil asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan masalah gangguan kebutuhan oksigenasi, ditemukan masalah prioritas dengan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan menurunnya pengembangan paru ditandai dengan pasien sesak (ortopnea), AGD kurang dari normal, Perubahan irama pernafasan dan jumlah pernasan, HR:100x/i, RR:28x/i, T:38ºC, TD:100/80mmHg, suara tambahan nafas ronchi basah, penggunaan otot bantu nafas, kecemasan, keletihan, dan setelah dilakukan asuhan keperawatan maka didapatkan hasilnya masalah belum teratasi yaitu sesak belum hilang, pasien menggunakan otot bantu pernafasan. Maka pada pasien masalah oksigenasi yang utama adalah kebutuhan prioritasnya yaitu kebutuhan oksigenasi si pasien untuk mempertahankan patennya jalan nafas, seperti pemberian asuhan untuk membersihkan sumbatan jalan nafas, mempertahankan keefektifan pola nafas pasien, keefektifan pertukaran gas di alveoli, sehingga asuhan selanjutnya yang akan diberikan dapat terlaksana dengan baik seperti pemenuhan nutrisi pasien, mobilitas.

B. Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Penerbit Salemba Medika: Jakarta.

Aziz, A, A, H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Brunner & Suddarth, (1997). Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Doenges Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Manurung Santa dkk, (2009). Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi,CV.Trans Info Medika: Jakarta – timur.

Potter & Perry, (1999). Fundamental Keperawatan,Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Somantri, I. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

(46)

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. Dx Hari / Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1.

Rabu, 19-06-2013

Kamis, 20-06-2013

20.00

23.00

24.00

07.00

1. Memantau vital sign, penggunaan otot bantu pernafasan TD: 110/70 mmhg RR: 26 x/i

HR: 100 x/I T : 38ºC

Batuk (+) , mual (+), sesak nafas (+) penggunaan otot bantu nafas 1. Memberikan O2 = 2L/i

2. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler 3. Memberikan obat PCT 1tablet melalui oral 4. Memberikan terapi kolaborasi obat

- Injeksi Ceftriaxone 2gr/12 jam - Injeksi Gentamycine 1ampul/ 8 jam

5. Memberikan cairan infuse pasien NaCl 0,9% 20 gtt/i 6. Memantau vital sign pasien

TD : 110/ 70 mmhg HR: 100x/i T : 37ºC RR: 26 x/i 7. Memberikan terapi kolaborasi obat

(47)

No .Dx

Hari /Tanggal

Pukul Tindakan Keperawatan

1. Kamis, 20-06-2013

Jumat, 21-06-2013

20.00

23.00

02.00

07.00

1. memantau vital sign, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk TD: 110/ 70 mmhg HR : 100x/i

T : 36,9ºC RR: 26x/i

Batuk (+), demam (-), mual (+), penggunaan otot bantu pernafasan, sesak nafas (+)

2. Memberikan O2 = 2L/i

3. Mengatur posisi nyaman pasien : posisi semi fowler 4. Memberikan terapi kolaboratif obat antibiotik

- Injeksi Ceftriaxone 2gr/ 12 jam - Injeksi Gentamycine 1ampul/ 8 jam

5. Memberikan terapi cairan infuse NaCl 0,9 % 20 gtt/i

Referensi

Dokumen terkait

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi; bersihan jalan

Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi..

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi; bersihan jalan

Untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah. kebutuhan dasar oksigenasi yang di rawat di ruangan RA

1) Menjelaskan konsep dasar Oksigenasi dari mulai pengkajian sampai dengan perencanaan keperawatan bagi pasien dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi di RS Haji Adam

Berdasarkan pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien asma dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan

KESIMPULAN Berdasarkan pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien asma dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan

KESIMPULAN Berdasarkan pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien asma dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan