• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

SOPIYAH

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, menunjukan masih

rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo,

oleh karena itu, perlu perbaikan pembelajaran melalui penelitian untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan model

cooperative learning type student team achievement divisions (STAD).

Penelitian ini menggunakan peneltian tindakan kelas yang dilaksanakan

sebanyak 3 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Teknik analisis data dalam bentuk analisis kualitatif dan

kuantitatif.

Perbaikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD

menunjukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Persentase rata-rata

aktivitas siswa pada siklus I 50,94% (cukup aktif), siklus II 85,44% (sangat aktif),

sementara rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (50,08). Siklus II (86,96)

dengan KKM ≥ 50.

Kata kunci: model cooperative learnning tipe STAD, aktivitas siswa dan hasil

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan

dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa

demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia yang

menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan

ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus

dibentuk. Untuk membentuk tunas bangsa yang berkualitas, dituntutlah

seorang pendidik profesional yang memiliki berbagai strategi dalam

pembelajaran yang dilakukan, agar tujuan pembelajaran dapat dengan mudah

tercapai.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dirumuskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UUSPN UU No. 20 tahun 2003).

Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu

bangsa. Pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan sesuatu

yang bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan yang

(3)

membentuk manusia unggul. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan terus

selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah

satunya pendidikan matematika disekolah khususnya sekolah dasar diarahkan

kepada wahana pendidikan untuk mengembangkan semua potensi yang

dimiliki siswa dalam bentuk pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan dasar

matematika.

Ilmu matematika memberikan sumbangan yang cukup besar dalam

pembentukan manusia unggul, karena salah satu kriteria unggul adalah

manusia yang dapat menggunakan nalarnya untuk kemajuan umatnya. Kita

yakin bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mampu membawa manfaat bagi

manusia lainnya untuk kehidupan selanjutnya. Matematika merupakan ilmu

universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Aisyah, dkk,

2007; 1-3). Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan,

aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan

menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika

yang kuat sejak dini.

(4)

tersebut, dalam kegiatan pembelajaran didapat indikasi bahwa tidak semua

siswa menyenangi mata pelajaran matematika dan memiliki kemampuan

berpikir yang telah disebutkan. Banyak peserta didik yang menganggap

matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit serta rumit dan

membosankan. Hal ini menyebabkan mereka takut dan malas untuk

mempelajari matematika. Oleh sebab itu, bagaimana cara guru meyakinkan

siswa bahwa pelajaran matematika tidak sulit seperti yang mereka bayangkan

karena dengan ketidak senangan tersebut mempengaruhi keberhasilan siswa

dalam belajar matematika.

Berdasarkan pengamatan atau observasi, dan wawancara yang dilakukan

peneliti pada tanggal 4 Oktober 2012 dengan guru serta siswa kelas IV SDN 4

Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ternyata masih

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, serta dari

data guru tentang hasil belajar siswa pada ulangan harian khususnya mata

pelajaran matematika hanya memperoleh nilai rata-rata 4,5 dengan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 50 atau apabila dilihat dari jumlah siswa yang

mencapai KKM, hanya 10 orang (40%) dari jumlah keseluruhan siswa 25

orang. Oleh karena itu masih terdapat 15 orang (60%) yang belum mencapai

KKM. Ini menandakan daya serap siswa terhadap pelajaran dominan

menggunakan metode ceramah serta metode tanya jawab, guru pun hanya

menggunakan satu bahan ajar saja, Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak dibuat

secara jelas hanya diberikan sesuai buku pegangan guru saja, serta alat peraga

(5)

saja.

Banyak faktor yang menyebabkan aktivitas dan hasil belajar matematika

rendah baik faktor internal maupun faktor eksternal dari siswa, diantaranya

motivasi, belajar, minat, cara belajar atau sikap, intelegensi, kebiasaan, rasa

percaya diri, dan perhatian. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar

diri siswa, seperti guru sebagai pembina belajar, metode, strategi, teknik

pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, kurikulum, serta

lingkungan sosial.

Menurut diskusi yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran

matematika diketahui bahwa siswa kurang terbuka apabila ada kesulitan

dalam belajar, mereka takut bertanya meskipun sudah diberi kesempatan

untuk menunjuk atas pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya merangsang daya

pikir mereka. Siswa pun kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar,

khususnya pada kegiatan diskusi kelompok, siswa yang mempunyai

kemampuan sedang cendrung pasif, tidak mau mengungkapkan pendapatnya,

meraka hanya sebagai pengamat terhadap siswa-siswa yang aktif saja. Waktu

observasi pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 5 November 2012

khususnya dalam kegiatan diskusi, proses pembelajaran menjadi tidak hidup

karena hanya didominasi oleh siswa tertentu saja. Siswa kurang berani

mengungkapkan pendapat padahal pendapatnya belum tentu salah.

Dari masalah-masalah yang terungkap jelas bahwa rendahnya aktivitas dan

hasil belajar matematika bukan hanya disebabkan faktor guru sebagai

(6)

diperlukan suatu model yang baik, sehingga pembelajaran dapat memotivasi

siswa agar lebih aktif, kreatif, inovatif bahkan menyenangkan guna

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran

matematika.

Salah satu model yang ada, guna memperbaiki pembelajaran tersebut yaitu

model cooperative learning. Pembelajaran dengan model kooperatif, siswa akan diminta untuk lebih aktif dan dituntut untuk berbagai informasi dengan

siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama temannya guna

memecahkan berbagai konsep yang pada akhirnya mampu memecahkan

masalah-masalah matematika yang sifat-sifatnya berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari.

Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang

berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan guru dalam

mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa

yang tidak agresif dan tak peduli dengan orang lain. Model pembelajaran ini

telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai

tingkatan usia (Isjoni, 2007; 16).

Menurut Slavin (2010; 11) terdapat tipe dalam cooperative learning

diantaranya Coopertive Learning Type Student Team Achievement Divisions

(STAD). Team Games Tournament (TGT), Team Games Tournament (TGT),

(7)

cooperative learning tipe STAD. Tipe ini dikembangkan oleh slavin dan

merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas

dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Tipe ini pun dianggap sebagai model yang paling sesuai bagi guru yang baru

belajar menggunakan pembelajaran kooperatif (Huda, 2011; 164).

Menurut Slavin (2010; 12), cooperative learning tipe STAD telah

digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, seperti matematika,

bahasa, seni sampai dengan ilmu sosial dan ilmu lain, dan telah digunakan

mulai dari siswa kelas dua sampai perguruan tinggi. Metode ini paling sesuai

untuk mengajarkan bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas,

seperti matematika, berhitung dan studi terapan, penggunaann dan mekanika

bahasa, geografi dan kemampuan peta dan konsep-konsep ilmu pengetahuan

ilmiah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa perlu melakukan

perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan

judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Cooperative Learning Type Student Team Achievement Divisions (STAD)

Siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung

(8)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas perlu diidentifikasi

permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

a. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo pada mata

pelajaran matematika tahun pelajaran 2012/2013.

b. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 jatimulyo pada mata

pelajaran matematika tahun pelajaran 2012/2013, dilihat dari rata-rata 4,5

dengan KKM ≥ 50.

c. Belum tersusun secara baik bahan ajar dan LKS yang digunakan guru

dalam proses pembelajaran.

d. Kurangnya variasi metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang

digunakan guru sehingga pembelajaran tidak aktif.

e. Penggunaan alat atau media pembelajaran yang monoton dan kurang

bervariasi.

f. Guru belum pernah menerapkan model cooperative learning tipe STAD

dalam proses pembelajaran di kelas.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dalam penelitian ini dibatasi

masalah yang akan diteliti, sehingga perlu pemecahan masalahnya. Adapun

permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan cooperative

(9)

learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN

4 Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menguji efektifnya belajar siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo pada mata

pelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe STAD. b. Menguji efektifnya hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo pada

mata pelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe STAD.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian peningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika

melalui model cooperative learning tipe STAD siswa kelas IV SDN 4

Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013 sebagai :

1.5.1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, memberikan

informasi, serta bahan penerapan ilmu metode perbaikan pembelajaran,

khususnya mengenai peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika

melalui model cooperative learning tipe STAD Kelas IV SDN 4

Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013.

(10)

pelajaran matematika melalui model cooperati learning tipe STAD. b. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan, menambah wawasan, meningkatkan

kemampuan pengusaan penerapan model pembelajaran matematika

dengan model cooperative learning tipe STAD sehingga menjadi

guru yang profesional dan dapat memberikan manfaat bagi siswa.

c. Bagi Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui model

cooperative learning tipe STAD.

d. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dan dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan menggunakan

(11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe STAD

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Dalam setiap proses pembelajaran seorang guru sebelumnya pasti akan

mempersiapkan lebih dahulu apa yang akan disampaikan pada siswa dengan

menyusun persiapan mengajar atau rencana pembelajaran. Ketika guru

melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, pada dasarnya guru tersebut

sedang mempraktekan model pembelajaran. Model pembelajaran ini

menggambarkan keseluruhan urutan atau langkah-langkah yang pada

umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.

Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal, dan sesuatu yang nyata dan

dikonversikan untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Mayer dalam

Trianto; 21). menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu

istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan atau rencana

pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang

memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan

(12)

Ismail dalam, istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih

luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Suatu model pembelajaran

mempunyai empat ciri khusus yaitu rasional teoritik yang logis, tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan,

serta lingkungan belajar. Menurut Soekamto, dkk, dalam Trianto (2010; 22)

mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: ”Kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan

demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan

yang tertata secara sistematis.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh

guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran

(Komalasari, 2010; 57).

Berkenaan dengan model pembelajaran, terdapat 4 (empat) kelompok

model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model

pengelolaan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model

modifikasi tingkah laku. Penggunaan istilah model pembelajaran tersebut

(13)

Aplikasi model pembelajaran biasanya tergantung pada tujuan, materi,

karakteristik sekolah, lingkungan dan kebutuhannya. Dalam pembelajaran

kooperatif, umumnya model belajar ditandai adanya Struktur tugas, struktur

tujuan dan struktur penghargaan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka peneliti simpulakan bahwa

model pembelajaran adalah suatu konsep atau rancangan pembelajaran yang

dapat diterapkan oleh guru secara sistematis untuk mengorganisasikan

pengalaman belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan

atau diharapkan.

2.1.2 Pengertian Model Cooperative Learning

Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif yang

dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Definisi pembelajaran kooperatif

ialah “cooperative learning will be defined as student working together in a

group small enough that everyone participate an a colective task that has

been clearly assingn. Moreaver, students are expected to cary out their task without direct and immediate supervision of the teacher”.

Berdasarkan pengertian diatas, memiliki pengertian luas yang meliputi

belajar kooperatif (cooperartive learning) siswa dituntut untuk kerja

kelompok (group woork), dan juga pembelajaran kooperatif ciri sosiologis

yaitu penekanan pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan

(14)

siswa. Guru berperan sebagai fasilatator dalam membimbing siswa

menyelesaikan materi dan tugas.

Pembelajaran cooperative learning merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas

dalam Komalasari, 2010; 62). Menurut slavin dalam Isjoni (2007; 12),

cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif yang anggotanya

4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Cooperative learning adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta

didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran

kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir

oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan

informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok belajar yang

didalamnya pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri

dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Beberapa para ahli menyatakan bahwa model kooperatif tidak hanya

unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit,tetapi juga

sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja

sama dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling

(15)

Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas

belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas

bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan

masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi,

percaya diri, mampu menggunakan, strategi berpikir tingkat tinggi, serta

mampu membangun hubungan interpersonal.

Model cooperative learning memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Sementara itu menurut Wina dalam Widiyantini (2008; 4), model

pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan

oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang

telah dirumuskan.

Roger dan Dafid Johnson dalam Suprijono (2009, 5) mengatakan Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (a). Positive Interdepence yaitu saling ketergantungan positif untuk melengkapi tugas kelompok; (b). Personal Responsibility yaitu tanggung jawab perseorangan dalam menjawab kuis yang diberikan; (c). Face to Face Promotive Interaction yaitu siswa menjelaskan, diskusi dan mengajar apa yang mereka ketahui kepada teman sekelasnya; (d). Interpersonal Skill yaitu kelompok tidak dapat berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki dan menggunakan ketrampilan sosial yang diperlukan; dan (e). Group Processing yaitu kelompok membutuhkan waktu khusus untuk diskusi bagaimana baiknya meraka mencapai tujuannya dan memelihara hubungan pekerjaan efektif diantara anggota (Suprijono, 2009, 5)

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

yang mengutamakan adanhya kelompok-kelompok serta di dalamnya

(16)

belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai

keragaman dari temannya serta mengembangkan ketrampilan sosial.

2.1.3 Prinsip Dasar Dalam Pembelajaran Kooperatif

Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu prinsip

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka,

partisipasi dan komunikasi, dan evaluasi proses kelompok Roger dan Johnson

dalam Rusman (2010; 212) .

Menurut Muslimin, dkk., dalam Widiyantini (2008; 4) mengemukakan prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama..

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan prinsip yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa prinsip utama dalam pembelajaran dengan menggunakan

model cooperative learning dapat membentuk siswa untuk lebih bertanggung

jawab secara individual maupun kelompok dengan didasari prinsip

(17)

2.1.4 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Muslimin, dkk., (dalam Widiyantini, 2008; 4) mengemukakan

ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: Kerja kelompok,

pembentukan kelompok secara heterogen, dan penghargaan kelompok.

Dengan demikian ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah pertama, siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai; kedua, kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, gabungan dari siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah berasal dari suku, agama yang

berbeda dan memperhatikan kesetaraan gender; dan ketiga, penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan ciri-ciri utama

dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning yaitu

siswa belajar secara kelompok yang setiap kelompoknya mempunyai

kemampuan secara heterogen yang terdapat suatu penghargaan disetiap akhir

pembelajaran.

2.1.5 Komponen Pembelajaran Kooperatif

Terdapat komponen yang membedakan antara pembelajaran kooperatif

dengan kegiatan kelompok yang biasa, banyak aktivitas kelompok yang telah

digunakan pada masa lalu dapat diadaptasikan dengan pembelajaran kooperatif

(18)

Jasmine (2007; 141) menyebutkan ada Empat komponen dasar pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut:

a. Dalam pembelajaran kooperatif, semua anggota kelompok perlu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Tak boleh seorang pun selesai sampai seluruh anggota kelompok selesai’ tugas atau aktivitas sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota tidak menuntaskan bagiannya sendiri tapi bekerja sama untuk menyelesaikan satu produk secara bersama-sama.

b. Kelompok pembelajaran kooperatif seharusnya heterogen. Adalah membantu sekali jika diawali dengan mengorganisasi kelompok sedemikian rupa sehingga ada keseimbangan antara kemampuan di dalam dan di antara kelompok.

c. Aktivitas-aktivitas pembelajaran kooperatif perlu dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa berkontribusi kepada kelompok dan setiap anggota kelompok dapat dinilai atas dasar kinerjanya. Ini dapat dilakukan secara baik dengan jalan memberikan peran yang penting untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pada setiap anggota. d. Tim pembelajaran kooperatif perlu mengetahui tujuan akademik

maupun sosial suatu pelajaran. Siswa perlu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dalam mempelajari suatu pelajaran dan bagaimana meraka diperkirakan bekerja bersama untuk menyelesaikan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan

komponen dalam pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif,

semua anggota kelompok perlu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas,

kelompok pembelajaran kooperatif seharusnya heterogen, aktivitas-aktivitas

pembelajaran kooperatif perlu dirancang sedemikian rupa, dan tim

pembelajaran kooperatif perlu mengetahui tujuan akademik maupun sosial

suatu pembelajaran.

2.1.6 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2010; 211), langkah-langkah pembelajaran kooperatif

(19)

Tabel. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.

No Langkah-langkah Aktivitas Guru

1.

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar

2. Menyajikan dan membantu siswa agar melakukan transisi dalam kelompok belajar secara efesien.

4.

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru mengadakan bimbingan belajar pada saat kelompok melakukan tugas bersama

5. Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar kelompok melalui representasi siswa dalam

kelompok.

6. Memberi penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok belajar secara individu atau pun kelompok.

2.1.7 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan paling sedikit tiga tujuan

penting, yaitu tujuan pertama, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting.

Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap

orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial atau kemampuannya.

Tujuan ketiga kooperatif mengajarkan ketrampilan kerja sama dan

berkaloborasi kepada siswa.

(20)

Gambar 1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif.

Berdasarkan gambar di atas tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif dapat meningkatkan

prestasi akademis siswa, dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan

terhadap keanekaragaman, serta dapat mengembangkan keterampilan sosial.

2.1.8 Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif

Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilatator, moderator,

organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa

akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis,

dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman

belajarnya kepada siswa lain.

Menurut Jasmine (2007; 144) mengatakan bahwa peran guru dalam pembelajaran kooperatif hanyalah sebagai fasilatator selain sebagai pelatih. Ketika semuanya berjalan lancar, guru hendaknya berkeliling dan mengamati bagaimana tim bekerja. Guru barangkali perlu campur tangan dalam situasi-situasi berikut:

a. Membawa kelompok kembali kepada target jika mereka kelihatan bergeser, kabur dan sangsi dengan apa yang dilakukan.

(21)

b. Memberikan umpan balik segera kepada kelompok tentang seberapa jauh mereka memperoleh kemajuan dalam tugas atau aktivitas yang dilakukan.

c. Menjelaskan sesuatu yang (kurang atau belum jelas) atau memberikan suatu informasi lanjut pada keseluruhan kelas setelah mengamati adanya kesulitan umum dalam penguasaan materi.

d. Membantu pengembangan ketermpilan sosial melalui penghargaan, pujian dan refleksi kelompok berkaca diri).

e. Mendorong dan memotivasi kelompok tentang bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam tugasnya atau memberi selamat kepada meraka jika mereka mengalami kemajuan yang baik dalam tugasnya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran

guru dalam pembelajaran kooperatif ialah sebagai fasilitator, moderator,

organisator dan mediator dalam proses pembelajaran serta mendorong dan

memotivasi siswa untuk memperoleh kemajuan yang baik.

2.1.9 Model Cooperative Learning Tipe STAD

Menurut Slavin (2010; 143) STAD merupakan salah satu metode

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang

paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan

kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran

cooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,kegiatan kelompok,

kuis dan penghargaan kelompok. Slavin dalam Trianto (2010; 68),

menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang

beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,

(22)

2.1.9.1 Komponen-komponen Coopertive Learning Tipe STAD

Menurut Slavin (2010; 143), TAD terdiri atas lima komponen

utama, diantaranya sebagai berikut: pretasi kelas, tim, kuis, skor

kemajuan individual dan rekognisi tim.

Dengan demikian tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam

proses pembelajaran melalui model cooperative learning tipe STAD

yaitu: (1). Presentasi kelas, materi dalam STAD pertama-tama

diperkenalkan dalam presentasi didalam kelas, lamanya presentasi

bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas; (2). Tim,

Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua

anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik, pada tahap ini

guru berperan sebagai fasiltator dan motivator kegiatan tiap kelompok;

(3). Kuis, tujuan dari kuis ini untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan belajar telah dicapai, para siswa tidak diperbolehkan

untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis; (4). Skor Kemajuan

Individual, adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja

yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan

memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya;

Tabel. 2 Cara Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor Penilaian Skor

Perkembangan a. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal

b. 10 poin sampai 1 poin dibawah skor awal c. Skor kuis sampai 10 poin diatas skor awal d. Lebih dari 10 poin dari skor awal

(23)

Sumber: Slavin dalam Isjoni. 2007. Coopertive Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA. Pekanbaru. (Halaman 53)

(5). Rekognisi Tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau dalam

bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai

kriteria tertentu (poin peningkatan kelompok).

Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:

a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya;

b. Menentukan nilai tes atau kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok misal nilai kuis I, nilai kuis II atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan nilai kuis terkini; dan

c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini. (Widyantini, 2008; 8).

Peningkatan skor kelompok digunakan rumus (Slavin dalam

Panduan Sertifikasi Guru dalam Jabatan, 2011; 77)

Jumlah PoinPeningkatan Setiap Kelompok Nk =

Banyaknya Anggota Kelompok

Nk = nilai kelompok

Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat

Penghargaan pada kelompok terdiri atas 3 tingkat, sesuai dengan

(24)

deiberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25; (2).

Great team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20; (3). good team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 15.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa komponen yang harus diperhatikan cooperative learnign tipe

STAD adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu dan

rekognisi tim.

2.1.9.2 Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe STAD

Langkah-langkah model coopertive learning tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperative yang terdiri dari enam

langkah atau fase. Menurut Ibrahim dalam Trianto (2009; 71) terdapat

enam fase dalam pembelajaran ini seperti tersajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 4. Fase-fase Model Cooperative Learning Tipe STAD.

Fase Kegiatan Guru yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

(25)

Fase 4 belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2.1.9.3 Keunggulan dan kelemahan Cooperative Learning Tipe STAD Model cooperative learning tipe STAD memiliki keunggulan dan kelemahan, kendati pun model pembelajaran yang lain juga

memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Sudjarwo (dalam

Kidung, 2011) keuntungan model cooperative learning tipe STAD yaitu 1) tercapainya tujuan instruksional untuk aspek kognitif tingkat

tinggi, 2) keterampilan berpikir dengan penuh kreatif, 3)

meningkatkan keterampilan komunikasi, 4) keterampilan antar

personal, 5) meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri bagi setiap

anggota kelompok.

Disamping keuntungan pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga

memiliki kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol adalah

kesulitan dalam mengorganisasikannya dan masalah yang timbul

(26)

Dengan demikian, yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran secara kelompok yang melibatkan siswa aktif

dan saling bekerja sama dalam kelompoknya, dengan struktur kelompok bersifat

heterogen. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif terdiri dari enam

langkah yaitu (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (2) menyajikan

atau menyampaikan informasi; (3) mengorganisasikan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar; (4) menyiapkan alat, media dan lembar penilaian; (5) evaluasi,

dan (6) memberikan penghargaan. Adapun indikator ketercapaian dalam

penelitian ini yaitu siswa diharapkan untuk saling bekerja sama dalam berdiskusi

atau kelompok belajar,mengemukakan pendapat dan ide, serta membantu

temannya dalam mengatasi tugas yang dihadapinya.

2.2 Aktivitas dan Hasil Belajar 2.2.1 Belajar

Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau perubahan

kapabilitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman. Belajar melalui

proses yang relatif terus-menerus dijalani dari berbagai pengalaman.

Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut belajar. Belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

dalam bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku,

keterampilan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri

(27)

Definisi lain tentang belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana

perubahan tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan

perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan

psikomotor. Menurut Sutikno (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007; 5),

belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian Belajar yang cukup komprehensif yang menyatakan bahwa

belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan

aneka ragam competencies, skils and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara

bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui

rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses yang dijalani oleh manusia secara bertahap

dengan melalui proses sehingga terjadinya perubahan yang dilahat dari

aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

2.2.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”, jadi segala sesuatu yang

(28)

merupakan suatu aktifitas. Aktivitas adalah segala kegiatan yang

dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan penting.

Belajar sangat diperlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin

berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar merupakan

rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti

pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir,

membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang

prestasi belajar.

2.2.2.1 Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendenarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman mengerjakan tes,mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

(29)

g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini terdapat pada semua kegiatan tersebut diatas dan bersifat tumpang tindih.

2.2.2.2 Manfaat Aktivitas Dalam Pembelajaran

Penggunaan asas aktivitas dalam belajar proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa..

c. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada akhirnya dapat memperlancar kerja kelompok. d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan

kemampuannya sendiri.

e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.

f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan hubungan antara guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

g. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Dengan demikian aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan

secara sadar dan melibatkan kerja pikiran serta badan terutama dalam hal

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan serta

mencari pengalaman sendiri yang diperoleh dari jenis aktivitas yang

dilakukan, dengan indikator mengemukakan pendapat dan suatu fakta,

diskusi kelompok, mengerjakan tes, melakukan percobaan atau kegiatan

diskusi, memecahkan masalah, membuat keputusan dan berani serta peneliti

menyiapkan lembar observasi untuk menilai aktivitas belajar siswa.

(30)

Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa akan memperoleh

suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk

sebagaian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa Dimyati

dan Mujiono, (2006; 3).

Bloom, dkk., dalam Dimyati dan Mudjiono (2006; 26-30) mengkatagorikan jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar kedalam tiga ranah, diantaranya:

a. Ranah kognitif, terdiri dari enam prilaku diantaranya: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah afektif, terdiri dari lima prilaku diantaranya: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi serta pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotor terdiri dari lima prilaku diantaranya: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa (berketerampilan), gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan peserta

didik yang dilakukan melalui penilaian proses dan hasil belajar yang telah

dilakukan berulang-ulang. Indikator ketercapaian mengenai hasil belajar

dalam penelitian ini dilihat dari 3 ranah yaitu: (1). Kognitif berupa

pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis; (2). Afektif berupa sikap

dan partisipasi; (3). Psikomotor berupa keterampilan serta kreatifitas. Dalam

penelitian ini, peneliti menyiapkan instrumen tes berupa pre-tes (skor awal)

(31)

2.3 Pengertian Matematika

Hakikat matematika adalah memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada

kesepakatan dan pola pikir yang deduktif. Matematika merupakan ilmu dasar

yang menjadi tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir

(bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran),

bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika

terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses

dan penalaran.

Matematika adalah pola pikir; pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa, bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat,representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.

Berdasarkan pernyataan para ahli matematika diatas, dapat disimpulkan

bahwa matematika merupakan ilmu yang didapt dengan berpikir yang terbentuk

dari pengalaman manusia yang kebenarannya dapat dibuktikan.

2.3.1 Tujuan Matematika

(32)

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan

kelas yaitu “Dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD serta

memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SDN 4

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai pembelajaran matematika melalui model

cooperative learning tipe STAD merupakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan

classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil

belajar siswa menjadi meningkat.

Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yang dirangkai

menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act),

pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Penelitian ini dipilih dan

berkolaborasi dengan guru kelas IV SDN 4 Jatimulyo. Temuan penting

dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan model cooperative learning

tipe STAD mampu meningkatkan pembelajaran matematika bagi siswa

dalam pembelajaran.

3.1.1. Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 jatimulyo

(34)

3.1.2. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi

partisipan antara peneliti dengan guru kelas IV SDN 4 Jatimulyo.

Adapun subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas IV SDN 4

Jatimulyo dengan jumlah siswa 25 anak terdiri dari 8 siswa

laki-laki dan 17 siswa perempuan.

3.1.3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester satu tahun

pelajaran 2012/2013 selama empat bulan (1 Oktober 2012 – 31

Desember 2012).

3.1.4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupa data kualitatif. Data

kualitatif diperoleh dari hasil observasi.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1. Observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan

data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar peserta didik

selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Matematika

dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD. 3.2.2. Tes, berupa pre-tes (skor awal) dan post-tes (kuis) digunakan untuk

(35)

mengetahui hasil belajar siswa dan sebagai acuan untuk

mendapatkan skor kemajuan individual.

3.3 Alat Pengumpulan Data 3.3.1. Non Tes

Alat pengumpulan data non tes diperlukan untuk menjawab

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Alat

pengumpulan data non tes yang dipergunakan yaitu lembar

panduan observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas

siswa dan kinerja guru saat pembelajaran dilaksanakan, hal ini

dilaksanakan oleh pengamat (observer).

3.3.2. Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan lembar

soal-soal tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada siklus I

dan siklus II. Pengumpulan data tes untuk mengungkapkan

keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan

penerapan model cooperative learning tipe STAD dalam

pembelajaran matematika. Soal digunakan untuk mengetahui

ketercapaian indikator. Soal tes tersebut dibuat berdasarkan hasil

belajar siswa pada pra-tindakan, siklus I dan siklus II. Dari hasil

analisis tes tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar

siswa. Teknik tes ini dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal

yang diberikan oleh guru, sementara penilaian hasil kerja setelah

(36)

3.4 Teknik Analisis Data

Berdasarkan kedua jenis data yang diperoleh tersebut, maka teknik

analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data

secara kualitatif. Pengkajian atau analisis data dilakukan dengan teknik

kualitatif untuk penilaian aktivitas belajar siswa.

3.4.1.Data Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi.

Data observasi mengetahui kinerja guru dan kesulitan siswa selama

proses pembelajaran matematika dengan model cooperative learning

tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara

keseluruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan

untuk mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya

selama proses pembelajaran dari siklus I dan Siklus II.

Rumus penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru di atas adalah

R

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008; 102)

Tabel 5. Kriteria Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru dalam %

Persentase (%) Tingkat Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa N > 80%

(37)

40 < N ≤ 60%

(sumber: adaptasi Poerwanti, 2008; 7.8)

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan

yang diharapkan dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SDN 4

jatimulyo. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu

perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi

(reflect) (Kusumah dan Dwitagama, 2009; 44).

Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran matematika dengan

menggunakan model cooperative learning Tipe STAD ini terdiri atas tiga siklus, yaitu: siklus I, II dan silus III, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari

empat langkah yaitu:

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang

akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran matematika.

2. Tindakan (action) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai

upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan

hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi

(38)

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(Gambar 2. Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK)

Sumber: Kusumah dan Dwitagama, 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT. Indeks. Jakarta. (Halaman 44)

3.5.1. SIKLUS I

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran

yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan.

Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan proses

pembelajaran matematika dengan model cooperative learning

tipe STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan

materi pokok yang diajarkan, sesuai dengan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat pada

(39)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

2. Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat

kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran matematika

dengan model cooperative learning tipe STAD.

3. Menyiapkan Pemetaaan, silabus, penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, LKS dan

media pembelajaran yang mengacu pada Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2007 tentang standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah.

4. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa

soal pre-test dan post-test beserta kunci jawabannya.

Instrumen nontes berupa lembar observasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan

yang dilakukan dalam pembelajaran matematika dengan

menggunakan model cooperative learning tipe STAD pada

siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai

berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

Merancang kegiatan pembelajaran dengan:

(40)

1. Menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif

dan menertibkan siswa;

2. Merangking siswa (melihat rangking siswa pada

semester sebeleumnya);

3. Menentukan jumlah kelompok dan membentuk

kelompok belajar siswa;

4. Guru menginformasikan pengelompokan siswa

dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai

dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya

terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan

rendah serta gender siswa sehingga terbentuk

menjadi 5 kelompok; dan

5. Membagikan topi bernomor untuk memudahkan

dalam mengamati aktivitas siswa.

b. Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil

belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

c. Guru menyampaikan apersepsi berupa suatu cerita yang

berkaitan dengan satuan waktu.

d. Memberikan motivasi serta memberikan pre-tes untuk

mendapatkan skor dasar atau skor awal dan dikerjakan

siswa secara individu.

2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi

(41)

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi

mengenai “kesetaraan antar satuan waktu”.

2. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh guru.

3. Memfasilitasi siswa melakukan pengerjaan soal

uraian yang terdapat di dalam LKS.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Siswa diminta untuk membaca buku pelajaran dan

mencatat hal-hal penting atas penjelasan materi

yang dijelaskan.

2. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas berupa

LKS.

3. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir,

menganalisis dan menyelesaikan LKS yang

diberikan oleh guru.

4. Memfasilitasi siswa menyajikan hasil kerja

kelompok

5. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan post-test

untuk digunakan untuk perolehan skor kemajuan

individual untuk acuan dalam memberikan

penghargaan kelompok guna menumbuhkan

kebanggan dan rasa percaya diri siswa.

c. Konfirmasi

(42)

1. Memberikan penghargaan kelompok berupa kartu

penghargaan kemenangan terhadap keberhasilan

sisw bersama kelompoknya.

2. Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum

diketahui siswa.

3. Bersama siswa dan guru kelas melakukan refleksi

untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah

dilakukan.

4. Guru memberikan post-test

5. Bersama sisa bertanya jawab untuk meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan

penyimpulan.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. Guru memberikan penghargaan kelompok super team, great team dan good team.

b. Bersama siswa membuat simpulan pelajaran yang telah

dilakukan.

c. Memberikan pekerjaan rumah.

d. Menyampaikan rencana pembejaran pada pertemuan

berikutnya.

c. Observasi

Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran

(43)

siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran

berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan

kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda ceklist

(√) pada lembar observasi.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas

dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh

mana siswa mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa

antusias terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan

menggunakan model cooperative learning tipe STAD. Analisis

hasil belajar siswa dilakuakan dengan menentukan rata-rata

nilai kelas, hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan

pada siklus kedua.

3.5.2. SIKLUS II

Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan

kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan model

cooperative learning tipe STAD. Hasil pembelajaran pada siklus II

ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran

siklus I. Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama

dengan siklus I yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan

(44)

menggunakan model cooperative learning tipe STAD pada

siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai

berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Merancang perbaikan kegiatan belajar mengajar yang

disesuaikan pada temuan siklus I dengan:

1. Model cooperative learning tipe STAD;

2. Menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif

dan menertibkan siswa; dan

3. Membagikan topi bernomor untuk memudahkan

dalam mengamati aktivitas siswa.

b. Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil

belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

c. Guru menyampaikan apersepsi berupa, menceritakan

tentang kehidupan sehari-hari yang berhubungan

dengan satuan waktu.

d. Pemberian pre-tes.

e. Memberikan motivasi.

2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi

mengenai “hubungan antar satuan waktu”.

2. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan

(45)

3. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Siswa diminta untuk membaca buku pelajaran dan

mencatat hal-hal penting atas penjelasan materi

yang dijelaskan.

2. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas berupa

LKS.

3. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir,

menganalisis dan menyelesaikan LKS yang

diberikan.

4. Memfasilitasi sisa menyajikan hasil kerja

kelompok.

c. Konfirmasi

Dalam kegaitan konfirmasi, guru:

1. Memberikan penghargaan kelompok berupa kartu

kemenangan terhadap keberhasilan siswa bersama

kelompoknya.

2. Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum

diketahui siswa.

3. Bersama siswa melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah

dilakukan.

(46)

5. Bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan

penyimpulan.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. Memberikan penghargaan kelompok.

b. Bersama siswa membuat simpulan pelajaran yang telah

dilakukan.

c. Memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan

rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

b. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran

berlangsung yaitu obeservasi tentang keaktifan dan

keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran,

aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara

membubuhkan tanda ceklis pada lembar observasi.

c. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas

dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh

mana siswa mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa

antusias terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan

(47)

hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai

kelas.

3.6 Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap

siklusnya dan KKM untuk mata pelajaran Matematika kelas IV SDN 4

Jatimulyo adalah ≥ 50. Seorang siswa dianggap tuntas belajar jika siswa

tersebut telah menyelesaikan sekurang-kurangnya mendapatkan nilai 50

dan suatu kelas dianggap tuntas belajar apabila 75% dari jumlah siswa

memperoleh nilai sekurang-kurangnya 50 dan aktivitas belajar suatu kelas

dianggap tuntas apabila sudah mencapai 75% dari jumlah siswanya

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV,

maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan model

cooperative learning tipe STAD, dengan materi mengubah hubungan antar satuan

waktu dengan menggunakan alat peraga dan media LKS sebagai berikut.

a. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SDN 4 Jatimulyo. Secara

berurutan persentase rata-rata tipa siklusnya mencapai 50,94% (cukup aktif)

pada siklus I, 70,10% (aktif) pada siklus II.

b. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN 4 Jatimulyo. Secara berurutan

persentase rata-rata hasil belajar tiap siklusnya mencapai 50,08% pada siklus

I, siklus II mencapai 65,20%.

c. Berdasarkan perhitungan analisis uji perbedaan hasil pre-test dan post-test,

didapatkan adanya peningkatan secara signifikan tiap siklusnya, dengan

perolehan thitung pada siklus I mencapai 7,97, siklus II sebesar 5,71 dengan c

sebesar 2,064 dengan ketentuan α = 0,05 (tiap siklus thitung > ttabel). jika dilihat

dari perhitungan uji t-tes terhadap peningkatan hasil belajar (post-tes) siklus I

terhadap siklus II (thitung = 3,904) maka hipotesis dalam penelitian ini diterima

(49)

SDN 1 Jatimulyo setelah dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan

model cooperative learning tipe STAD.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan pembelajaran model cooperative learning tipe STAD, yaitu:

a. Siswa

1. Selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat

mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar

meningkat.

2. Siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas

individu maupun kelompok.

b. Guru

1. Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar rencana

pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

2. Guru harus memegang prinsip-prinsip pelaksanaan, dan mengoptimalkan

sumber belajar yang tersedia (tidak hanya tergantung pada salah satu

sumber belajarnya) dalam menggunakan medai LKS.

3. Penggunaan media LKS dan model cooperative learning tipe STAD yang

berkualitas, harus didukung dengan kemampuan pelaksanaannya yang

tidak dapat sekaligus dikuasai. Oleh karena itu guru harus terus menerus

mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan

penyusunan LKS dan penerapan model pembelajaran yang dipilih.

c. Sekolah

1. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang penggunaan

(50)

menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajaran materi

tentang operasi hitung pecahan.

2. Agar dapat memfasilitasi sarana pendukung untuk melaksanakan

perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan disekolah.

d. Peneliti

Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan model

cooperative learning tipe STAD dan media LKS pada materi operasi hitung pecahan, untuk itu kepada peneliti berikutnya dapat melaksanakan perbaikan

(51)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS DOSEN PEMBIMBING : Drs. KOJAT SUDIADMAJA, M.Pd

Oleh SOPIYAH NPM : 1013079281

S.1 PGSD DALAM JABATAN LAMPUNG SELATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(52)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh SOPIYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(53)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh SOPIYAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Gambar

Tabel. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.
Gambar 1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif.
Tabel. 2 Cara Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok
+3

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS – ACHIEVEMENT.. DIVISION

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat disimpulkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe group STAD

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA ARAB SISWA.2012/2013 Universitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (student team achievement division ) dapat meningkatkan hasil belajar

PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA..

Implementasi Model Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Mengenal Unsur

Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Peserta Didik Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad Pada Materi Pesawat Sederhana Di Kelas V SDN

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas belajar para siswa pada mata pelajaran