• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 731 KECAMATAN LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 731 KECAMATAN LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

SUITABILITY ASSESMENT OF THE QUALITATIVE AND QUANTITATIVE LAND CASSAVA PLANTS (Manihot esculenta Crantz.) IN PT TROPICAL FRUIT (NTF) ON THE BLOCK 731

KECAMATAN LABUHAN RATU EAST LAMPUNG

By

MUHAMMAD AZIZ AZHARI

Cassava (Manihot esculenta Crantz) was a cultive plant after rice and corn. The purpose of this reserch is to suitability asses of qualitative cassava field PT Nusantara Tropical Fruit block 731 with field 9 ha, based on Djaenudin and friends. (2000), and to know the suitability of land and inhibiting factors, and assess the land suitability quantitatively by analyzing the financial feasibility of banana cultivation by calculating the value of NPV, BCR, and IRR.

The method used on this reserch survey method by using the method of parallel land evaluation, i.e conduct a qualitative analysis (biophysical) and quantitative (financial feasibility) simultaneously.

The results of research on land use cassava plants in PT. NTF Block 731 Labuhan Ratu East Lampung based on criteria of Djaenudin et al. (2000) included in the class of the suitability of the land is quite in accordance with the haviest limiting factor was heavy raindrop and rooting medium as texture and retention hara KTK (S2, warcnr). Financially, the cultivation of banana plants deserve to be

developed. It is seen with a net worth at the time of research (NPV > 0) gained Rp. 73.876.422,- over the past five seasons, the value of a comparison between the net revenue and cost (Net B/C>1) acquired 3,86 the value of the internal rate of return (IRR) to 18,25% per month, or more than the prevailing interest rates 1,08% per month. This shows the cultivation of cassava plants for 5 seasons (2006-2010) was advantageous.

(2)

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculentaCrantz) DI PT

NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 731 KECAMATAN LABUHAN RATU

LAMPUNG TIMUR

Oleh

MUHAMMAD AZIZ AZHARI

Tanaman ubi kayu (Manihot esculentaCrantz) adalah tanaman pangan setelah padi dan jagung. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menilai kelas

kesesuaian lahan kualitatif pertanaman ubi kayu di PT Nusantara Tropical Fruit blok 731 dengan luas lahan 9 ha, berdasarkan kriteria Djaenudin dkk. (2000), dan menilai kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial budidaya ubi kayu dengan menghitung nilaiNPV,BCR, danIRR.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan metode evaluasi lahan paralel, yaitu melakukan analisis kualitatif (biofisik) dan kuantitatif (kelayakan finansial) secara bersamaan.

Hasil penelitian kesesuaian lahan pertanaman ubi kayu di PT NTF Blok 731 Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur berdasarkan kriteria Djaenudin dkk. (2000) termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas terberat ketersediaan air berupa curah hujan berlebih media perakaran berupa tekstur dan retensi hara berupa KTK (S2, warcnr). Dan secara finansial, usaha budidaya tanaman ubi kayu dalam 5 musim layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dengan nilai bersih sekarang (NPV>0) yang diperoleh Rp.

73.876.422,- selama lima musim tanam, nilai perbandingan antara penerimaan bersih dan biaya (Net B/C>1) diperoleh 3,86, nilai tingkat pengembalian internal (IRR) sampai 18,25% per bulan, nilai ini lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku 1,08% per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya tanaman ubi kayu selama lima musim (2006-2010) menguntungkan.

(3)

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculentaCrantz) DI

PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 731 KECAMATAN LABUHAN RATU

LAMPUNG TIMUR

Oleh

MUHAMMAD AZIZ AZHARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Ilmu Tanah

Fakultas Pertania Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculentaCrantz) DI PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 731

KECAMATAN LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD AZIZ AZHARI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian Di PT Nusantara Tropical Fruit... 77

2. Peta Lokasi Kabupaten Lampung Timur... 78

3. Tanaman Ubi Kayu PT. Nusantara Tropical Fruit... 79

4. Lokasi Penelitian dan Titik Sampel... 79

5. Pengambilan contoh Tanah menggunakan Profil Bor... 80

(6)

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 3

C. Kerangka Pemikiran ... 4

D. Hipotesis... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tanaman Ubi Kayu ... 8

B. Tanah Dan Konsep Lahan ... 12

C. Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 14

D. Tipe Kesesuaian Lahan ... 15

E. Kualitas Lahan Dan Karakteristik Lahan ... 16

F. Klasifikasi Kesesuaian Lahan………. 17

G. Analisis Finansial ... 26

1. Net Present Value(NPV) ... 28

2.Net Benefit/Cost Ratio(Net B/C) ... 28

3.Internal Rate of Return(IRR)... 29

III. METODE PENELITIAN... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Bahan dan Alat ... 31

C. Metode Penelitian... 32

1. Persiapan... 32

2. Pra Survei ... 33

3. Pengumpulan Data………... 33

a. Data Fisik Primer………... 33

b. Data Fisik Sekunder………... 35

c. Data Sosial Ekonomi ………... 36

(7)

D. Analisis Data ... 36

1. Penilaian Kesesuaian Lahan Kualitatif……….... 36

2. Penilaian Kesesuaian Lahan Kuantitatif………... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

A. HASIL PENELITIAN... 39

1. Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 39

a. Temperatur ... 39

b. Ketersediaan Air... 40

c. Ketersediaan Oksigen... 40

d. Media Perakaran... 40

e. Retensi Hara ... 41

f. Toksisitas ... 42

g. Bahaya Sulfidik... 42

h. Bahaya Erosi ... 42

i. Bahaya Banjir... 43

j. Penyiapan Lahan ... 43

k.Penilaian kesesuaian lahan... 43

l. Penilaian kesesuaian lahan menurut Dent dan Young ... 44

2. Analisis Usaha Budidaya Tanaman Ubi Kayu... 46

a. Biaya Produksi Tanaman Ubi kayu... 46

b. Penerimaan ... 49

B. PEMBAHASAN ... 51

1. Kesesuaian Kualitatif ... 51

2. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tanaman Ubi Kayu... 55

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(8)

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan AirEdisi Kedua Cetakan Kedua.IPB Press. Bogor. 472 hlm.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2009.Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Ubi Kayu.http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 25 April 2010.

Balitbangda Provinsi Lampung. 2007.Lampung Berpotensi Jadi Lumbung BBN. http://www.bandarlampungnews.com. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2010.

Danarti, S. Najiyati. 1999.Palawija Budidaya dan analaisis pascapanen. Penebar Swadaya. Bogor.

Dent, D. And Young. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and Unwim. London. 279 pp.

Djaenuddin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A.,dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32. Food and Agriculture Organization of United Nations. Rome 87 p.

Foth, H.D. 1994.Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam. Diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto. Erlangga.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B Hong, dan H.H Bailey. 1986.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.

Hardjowigeno, S., dan Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 352 hlm.

(9)

62

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Karama, A.S. 2004. Pembangunan pertanian yang mensejahterakan bersama pemerintahan otonomi daerah dan perdagangan bebas. Makalah pada Seminar Nasional Satu Dasawarsa BPTP Sumatera Barat. Sukarami, 10-11 Agustus 2004 : 11 hlm

Mahi, A.K., 2004. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184 hlm.

Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation. Bahan Kuliah Online. Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/kapasitas-tukar-kation-ktk.html. Di akses 20 Februari 2011.

Mahi, A.K., 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 149 hlm.

Nasution, Z. 2003.Land and Fores Management in the Lake Toba Catchment Area. University Sains Malaysia. 18 p.

Nugroho, S.G., J. Lumbaranja, A. K. Mahi, Ellizarti, D. Mawardi. 1984. Studi Identifikasi Kemungkinan Degradasi Kesuburan Tanah Pada Lahan Usaha Tani Ubi Kayu. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nyakpa, M. Y.., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong., dan N. Hakim. 1988.Kesuburan Tanah.Universitas Lampung. 258 hlm.

PT. Nusantara Tropical Fruit. 2009. Pemetaan Unit Usaha. Bandar Lampung. 277 hlm.

Pusat Informasi Potensi Daerah Indonesia. 2009.Singkong Indonesia Rambah Pasar Dunia.http://www.beritadaerah.com. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2010.

Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Kayu,Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

(10)

Soerawidjaja, H. T. 2010. Bahan Bakar Alternatif. Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20274/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 25 April 2011.

Tan, Kim H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjahmada University Press. Yogyakarta. 295 hlm

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar dan beragam. Namun, sampai saat ini sektor pertanian belum handal dalam mensejahterakan petani, (Karama, 2004).

Perkebunan merupakan bagian dari pertanian yang mempunyai peranan penting dalam pemasukan devisa negara. Tidak sedikit penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari hasil perkebunan. Sebagai salah satu bidang usaha, perkebunan memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai sumber devisa non migas, penyedia lapangan pekerjaan, dan berkaitan langsung dengan

penyediaan lapangan kerja.

Komoditas perkebunan yang memegang peranan cukup besar dalam

(12)

adalah tanaman penguras unsur hara terutama N dan K (Nugroho, dkk. 1984), tetapi petani berusaha memproduksi ubi kayu secara terus menerus. Hal ini dikarenakan tanaman ubi kayu relatif mudah untuk dibudidayakan. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2009 jumlah luas lahan ubi kayu di Indonesia adalah 1.205.440 ha dengan produksi 21.990.381 ton, atau rata-rata sekitar 18 ton ha-1.

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang.

(13)

3

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pendugaan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Dengan evaluasi lahan tersebut, potensi lahan dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan. Hal ini sangat diperlukan bagi usaha perkebunan. Pelaksanaan evaluasi lahan pada dasarnya mengarah pada rekomendasi penggunaan lahan dengan mempertimbangan semua aspek yang menjadi pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan, agar lahan dapat berproduksi secara optimal dan lestari (Mahi, 2004).

Hasil evaluasi lahan menggambarkan kesesuaian lahan untuk berbagai keperluan dan sekaligus dapat di ketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam pemanfaatan sumber daya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara finansial akan di ketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).

Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu kiranya menilai kesesuaian lahan secara kualitatif dan kuantitatif pada lahan di PT Nusantara Tropical Fruit (NTF).

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menilai kesesuaian lahan kualitatif pertanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) di PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) Blok 731, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000).

(14)

Nusantara Tropical Fruit dengan menghitung nilaiNPV, Net B/C Ratio,dan IRR.

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Djaenuddin dkk. (2000) evaluasi lahan adalah suatu proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Ciri dasar evaluasi lahan yaitu membandingkan potensi sumber daya lahan dengan persyaratan suatu penggunaan tertentu. Pada dasarnya berbagai penggunaan memerlukan potensi sumberdaya lahan yang berbeda, Oleh karena itu evaluasi lahan mencakup pertimbangan sosial, ekonomi, dan faktor lingkungan. Banyak contoh mengenai kegagalan usaha penggunaan lahan, karena kegagalan dalam memperhatikan hubungan antara potensi lahan dengan penggunaan yang dipilih. Oleh karena itu evaluasi lahan berfungsi untuk meniadakan hal tersebut dan mengenalkan perencanaan dengan membandingkan berbagai alternatif penggunaan lahan yang paling memberi harapan (Mahi, 2004)

(15)

5

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil ubi kayu, dengan luas perkebunan mencapai 297.392 Ha, dan produktivitas 18.011 ton hektar-1th-1atau sekitar 5.386.062 ton th-1(Balitbangda Provinsi Lampung, 2007). Setiap hektar

tanaman ubi kayu varietas unggul mampu menghasilkan 150 ton, sementara ubi kayu lokal hanya 20-40 ton (Pusat Informasi Potensi Daerah Indonesia, 2009).

Menurut Djaenuddin dkk. (2000), lahan ubi kayu yang termasuk ke dalam kelas S1 yaitu temperatur berkisar 22-28oC, dengan curah hujan rata-rata antara 1.000-2.000 mm th-1, drainase baik sampai agak terhambat, pH tanah berkisar antara

5,2-7,0, KTK liat lebih dari 16 cmolckg-1, kejenuhan basa≥ 20%,kandungan

C-organik tanah lebih dari 0,8%, dan kemiringan lereng kurang dari 8%. Sedangkan lahan yang termasuk ke dalam kelas S2 untuk tanaman ubi kayu yaitu temperatur berkisar antara 28-30 ºC, curah hujan rata-rata 2.000-3.000 mm, memiliki pH tanah berkisar antara 7,0-7,6, KTK liat≤ 16 cmolckg-1dengan kandungan

C-organik≤ 0,8%, drainase agak cepat, dan kemiringan lereng 8-16%. Untuk lahan yang termasuk ke dalam kelas S3 pada tanaman singkong yaitu pada kisaran temperatur 18-20ºC, dengan curah hujan rata-rata 3.000-5.000 mm, dengan pH tanah <4,8 atau >7,6 , kondisi drainase terhambat dan kemiringan lereng 16-30%.

Ubi kayu merupakan tanaman penguras unsur hara terutama N dan K (Nugroho, 1984). Menurut Djaenuddin dkk. (2000), untuk produksi tinggi pada tanaman ubi kayu, tanah akan kehilangan hara N sebanyak 120 kg ha-1, P2O5 sebanyak 30 kg

(16)

memproduksi ubi kayu secara terus menerus karena tanaman ini relatif mudah untuk dibudidayakan.

PT. Nusantara Tropical Fruit Labuhan Ratu Lampung Timur didirikan pada bulan Maret 1992 terletak di Jl. Taman Nasional Way Kambas Raja Basa Lama 1, Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur. Luas lahan PT. Nusantara Tropical Fruit Labuhan Ratu Lampung Timur 2.834 ha yang masing-masing terbagi dalam bentuk lahan ubi kayu 1.961 ha, lahan tanaman pisang 857 ha, lahan tanaman jambu seluas 15 ha serta areal perkantoran seluas 20 ha. PT. Nusantara Tropical Fruit Labuhan Ratu Lampung Timur berada pada ketinggian 294 m di atas permukaan laut, topografi relatif datar, jenis tanah Podsolik Merah Kuning

(PMK), pH tanah berkisar 5,5–6,5, dan mempunyai tipe iklim D2 (4 bulan basah dan 4 bulan kering), curah hujan rata-rata 2.259,8 mm tahun-1, dan suhu rata-rata sepanjang tahun sekitar 26-28oC, (PT. Nusantara Troical Fruit, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hendro selaku Kepala Wilayah di PT. Nusantara Tropical Fruit,potensi produksi tanaman ubi kayu didaerah PT. Nusantara Tropical Fruit adalah 20–30 ton ha-1musim-1, dengan harga rata-rata Rp. 500,- kg-1ubi kayu sehingga penerimaannya adalah Rp. 10–15 juta ha-1 musim-1. Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp. 8 juta ha-1, jadi

keuntungan yang didapat adalah Rp. 2 - 7 juta ha-1musim-1.

(17)

7

budidaya tanaman ubi kayu yang dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C ratio, dan IRR.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kelas kesesuaian lahan kualitatif tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) di PT Nusantara Tropical Fruit Kecamatan Labuhan Ratu

Lampung Timur adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air (S2wa).

(18)
(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Ubi Kayu

Ubi kayu atau ketela pohon atau Cassava sudah lama dikenal dan ditanam oleh penduduk dunia (Rukmana, 1997). Ubi kayu berasal dari Brazilia, tanaman ini mulai dibudidayakan di Indonesia sejak abad ke 17, namun baru memasyarakat pada tahun 1952 (Najiyati dan Danarti, 1999). Penyebaran pertama kali ubi kayu terjadi, antara lain, ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok dan beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada posisi diantara 30o Lintang Utara dan 300Lintang Selatan (Rukmana, 1997).

Menurut Danarti dan Najiati (1999), di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan

perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.

(20)

kedudukan ubi kayu di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae Genus : Mahihot

Spesies : Manihot esculenta

Menurut Danarti dan Najiati. (1999), tanaman ubi kayu dapat tumbuh baik pada ketinggian 0-800 m dpl. Diatas ketinggian lebih dari 800 m dpl pertumbuhan akan lambat, daunnya kecil, dan umbinya pun kecil dan sedikit. Drainase harus baik, tanah tidak terlalu keras dan curah hujan 760-2.500 mm tahun-1, dengan bulan kering tidak lebih dari 6 bulan. Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya. Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat yaitu ubi kayu berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan), ubi kayu harus dengan

(21)

Varietas ubi kayu unggul yang biasa ditanam, antara lain Adira 1, Adira 4, Adira 2, Darul Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5. Sementara itu beberapa varietas ubi kayu dan keunggulannya dapat dilihat berikut.

Adira 1 : Umur panen 215 hari, produksi 22 ton ha-1, serta tahan layu tungau merah.

Adira 2 : Umur panen 250 hari, produksi 21 ton ha-1, serta tahan layu dan tungau merah.

Adira 4 : Umur panen 240 hari, produksi 35 ton ha-1, dan tahan layu. Malang 1 : Umur panen 270 hari, produksi 36,6 ton ha-1, tahan tungau

merah, dan tahan bercak cokelat daun.

Malang 2 : Umur panen 240 hari, produksi 31,5 ton ha-1, tahan tungau merah, dan tahan bercak cokelat daun.

UJ-3 : Umur panen 810 bulan, produksi 2035 ton ha-1, kanopi

cepat menutup, dan kandungan pati 2027%.

UJ-5 : Umur panen 910 bulan, produksi 2538 ton ha-1, kanopi

cepat menutup, dan kandungan pati 1930%. Malang 4 : Umur panen 9, dan produksi 39,7 ton ha-1. Malang 6 : Umur panen 9, dan produksi 36,41 ton ha-1.

(22)

deskripsi ubi kayu varietas UJ-5. Nama Varietas : UJ-5

Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)

SK : 82/Kpts/TP.240/2/2000

Tahun : 2000

Asal : Rayon-50

Tetua : Introduksi Thailand Rataan hasil : 2538 ton ha-1

Pemulia : Palupi Puspitorini, Fauzan, Muchlizar Murkan, Syahrin Mardik, Koes Hartojo

Nama daerah : Rayon-50 Umur panen (bulan) : 9 -10 bulan Tinggi tanaman (m) : > 2,5 Warna daun pucuk : Cokelat

Warna petiole : Hijau muda kekuningan Warna kulit batang : Hijau perak

Warna batang dalam : Kuning

Warna umbi : Putih

Warna kulit umbi : Putih kekuningan Ukuran tangkai Umbi : Pendek

Type tajuk : > 1 meter Bentuk umbi : Mencengkram

Rasa umbi : Pahit

Bentuk daun : Menjari Kadar pati (%) : 1930 Kadar air (%) : 60,06 Kadar abu (%) : 0,11 Kadar serat (%) : 0,07 Ketahanan terhadap CBB : Agak tahan

Sumber : Surat Keputusan Menteri pertanian No 82/Kpts/TP.240/2/2000

Pada tanaman ubi kayu perlu dilakukan pemangkasan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.

Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dosis Urea=133200 kg; TSP=60100 kg dan KCl=120200 kg. Pupuk tersebut

(23)

i

o

b

r

w

T

,

,

,

,

dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.

Kondisi lahan ubi kayu dari awal tanam sampai umur + 45 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah system genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan.

Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan (Najati dan Danarti, 1999).

B. Tanah dan Konsep Lahan

Tanah dapat didefinisikan sebagai sistem 3 fase yang terdiri atas padatan, cairan, dan gas (Foth, 1994). Menurut Arsyad (2010), tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas, dan mempunyai sifat dan prilaku yang dinamik.

Benda alami ini terbentuk dari hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad renik hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (w), yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut :

(24)

bagi yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi, 2004). Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan

berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna, dan manusia baik dimasa lalu maupun sekarang. Sebagai contoh aktivitas dalam penggunaan lahan pertanian, reklamasi lahan rawa, dan pasang surut, atau tindakan konservasi lahan pertanian, akan memberi karakteristik lahan yang spesifik (Djaenuddin dkk., 2000).

Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun spiritual (Arsyad, 2010). Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan umum dan khusus atau tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara umum meliputi pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput pengembalaan, kehutanan, daerah rekreasi, dan sebagainya. Sedangkan tipe penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang lebih detil dengan

mempertimbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan sosial dari satu jenis tanaman atau lebih (Mahi, 2004).

(25)

Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu

pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah,terrainyang mencakup lereng, topografi/relief, batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian lahan lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi, maupun lingkungan (Sitorus, 1985). Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut.

Tujuan evaluasi lahan adalah memprediksi segala konsekuensi yang mungkin terjadi bila ada perubahan penggunaan lahan (Mahi, 2004). Prediksi yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk berbagai bentuk produksi masukan dan pengelolaan yang diperlukan dengan konsekuensi perubahan-perubahan terhadap lingkungan akan memberi makna yang besar bagi keberlanjutan sumberdaya lahan.

(26)

pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah,terrainyang mencakup lereng, topografi/relief, batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.

D. Tipe Evaluasi Lahan

Hasil evaluasi lahan dapat ditemukan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu dikenal tipe evaluasi lahan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan yang

digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Evaluasi kualitatif terutama

digunakan dalam survai tinjau (reconnaissance) sebagai kegitan pendahuluan dalam rangka penelitian yang lebih detil (Mahi, 2004).

(27)

input dan nilai produksi. Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang dibandingkan (Mahi, 2005).

E. Kualitas Lahan Dan Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat atauatributeyang bersifat kompleks dari sebidang lahan. setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu (Djaenudin., 2000). Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor negatif (Mahi, 2001). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas.

(28)

lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan sebagainya (Djaenudin dkk., 2000). Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi biasanya mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang diserap tanaman tentunya tergantung juga pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan.

F. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu (Mahi, 2004). Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikan lahan skala besar.

Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Ordo : menunjukkan macam kesesuaian yaitu sesuai atau tidak sesuai.

(29)

Tingkat kelas dibagi menjadi 5 yaitu :

a. Kelas S1 (sangat sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang tidak berarti dan tidak mengurangi produksi secara nyata.

b. Kelas S2 (cukup sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang cukup serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan dan memerlukan input.

c. Kelas S3 (sesuai marjinal)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang besar atau serius dan memerlukan input yang lebih besar.

d. Kelas N1 (tidak sesuai pada saat ini)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih berat tetapi memungkinkan untuk diatasi.

e. Kelas N2 (tidak sesuai permanen)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki karena sifatnya permanen.

(30)

tingkat sub kelas.

Menurut Djaenudin dkk. (2000), deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :

a. Temperatur (t)

Merupakan suhu tahunan rata-rata yang dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Suhu berpengaruh terdahap aktivitas

mikroorganisme dalam tanah, fotosintesis tanaman, respirasi, pembungaan, dan perkembangan buah. Menurut Rukmana (1997), tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi iklim yang ideal yaitu daerah yang bersuhu minimum 100C.

b. Ketersedian Air (w)

Merupakan pengukuran curah hujan rata-rata yang diambil dari daerah

penelitian dan penentuan bulan kering berdasarkan curah hujan bulanan setiap tahunnya. Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada air tersedia dalam tanah. Daerah yang beriklim kering atau bercurah hujan rendah akan

(31)

unsur mineral, dan mempengaruhi serapan unsur hara oleh akar tanaman (Nyakpa dkk., 1988). Tanaman ubi kayu tidak membutuhkan banyak air, tetapi untuk pertumbuhan dan produksi optimal tanah harus cukup lembab atau basah (Rukmana, 1997).

c. Media Perakaran (r)

Karakteristik lahan yang menggambarkan kondisi perakaran terdiri dari :

 Kelas Drainase tanah dibagi menjadi 6 kelas, yaitu : sangat buruk,

buruk, agak buruk, agak baik, baik, dan berlebihan. Menurut Arsyad (2010) Drainase yang baik akan berpengaruh terhadap peredaraan udara di dalam tanah, aktifitas mikroorganisme, serapan unsur hara oleh tanaman, dan pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah.

 Tekstur tanah dibagi menjadi 5 kelas, yaitu : halus, agak halus, sedang,

agak kasar, dan kasar. Menurut Foth (1994), ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan liat yang dinyatakan dalam persen (%).Menurut Huda (2010), tanah yang paling sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur dan memiliki tekstur berpasir hingga liat, tetapi tumbuh baik pada tanah lempung berpasir yang cukup hara. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk

(32)

ditembus oleh akar. Menurut Djaenudin dkk. (2000), Bahan kasar yang terlalu banyak pada tanah akan menghambat perkembangan akar dan akan mengakibatkan kesulitan dalam pengolahan tanah, sehingga menghambat laju pertumbuhan tanaman.

 Bahan kasar dengan ukuran > 2 mm, yang menyatakan volume dalam

persen (%), merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah. Bahan kasar dibedakan menjadi sedikit, sedang, banyak, dan sangat banyak.

d. Retensi Hara

 KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation

exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Reaksi tanah (pH) merupakan salah satu sifat dan ciri tanah yang ikut

(33)

dkk. (1998) menyatakan bahwa pemberian bahan organik sepert N-organik cair dapat meningkatkan KTK tanah pada pertanaman ubi kayu. Meningkatnya KTK tanah akan berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara.

 Kejenuhan basa merupakan perbandingan antara kation basa dengan

KTK yang dinyatakan dalam persen (%). Kejenuhan basa suatu tanah dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) dan pH tanah. Pada tanah beriklim kering KB lebih besar daripada tanah yang beriklim basah demikian pula pada tanah yang memiliki pH tinggi KB lebih besar daripada yang memiliki pH rendah. Kejenuhan basa yang tinggi dapat menyebabkan tanah lebih banyak ditempati oleh kation-kation basa yang sangat berguna bagi tanaman dan otomatis retensi hara pada tumbuhan tersebut menjadi dalam bentuk tersedia.

 Reaksi tanah (pH) yang penting adalah masam, netral, dan alkalin.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh pH tanah melalui dua cara yaitu pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung yakni tidak tersedianya unsur hara tertentu dan adanya unsur hara tertentu yang bersifat beracun, pH tanah yang rendah akan

mempengaruhi retensi hara yang dapat menyebabkan tidak tersedianya unsur hara tertentu bagi tanaman.

(34)

salin. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka. (2007) salinitas berhubungan dengan kadar garam tanah. Kadar garam yang tinggi meningkatkan tekanan osmotik sehingga ketersediaan dan kapasitas penyerapan air akan berkurang. Daerah pantai merupakan salah satu daerah yang mempunyai kadar garam yang tinggi.

f. Bahaya Sulfidik

Kedalaman sulfidik hanya digunakan pada lahan bergambut dan lahan yang banyak mengandung sulfida serta pirit. Hidrogen sulfida (H2S) yang terbentuk

di dalam tanah dapat bereaksi dengan ion-ion logam berat membentuk sulfida-sulfida tidak larut. Dengan rendahnya kandungan unsur-unsur logam tersebut, H2S yang terbentuk dapat berakumulasi sampai pada tingkat meracun dan

mengganggu pertumbuhan tanaman (Hakim dkk., 1986).

g. Bahaya Erosi

(35)

tingkat bahaya erosi sedang nilai kepekaan erosi tanah sebesar 0,21-0,32%, sementara nilai kepekaan erosi tanah sebesar 0,33-0,43 tergolong pada tingkat bahaya erosi agak agak tinggi, dan nilai kepekaan erosi tanah sebesar 0,44-0,55 tergolong pada tingkat bahaya erosi tinggi, serta nilai kepekaan erosi tanah sebesar 0,56-0,64 tergolong pada tingkat bahaya erosi sangat tinggi (Arsyad, 2010).

h. Bahaya Banjir

Bahaya banjir dapat diketahui dengan melihat kondis lahan yang pada

permukaan tanahnya terdapat genangan air. Genangan air dalam kurun waktu yang cukup lama dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Air akan menjenuhi daerah perakaran sehingga mengakibatkan akar tanaman tidak mampu menyerap unsur hara secara optimal sehingga kurang mencukupi kebutuhan tanaman untuk proses metabolisme yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas tanaman.

i. Penyiapan Lahan

Penilaian penyiapan lahan didasarkan pada jumlah batu dan batuan yang tersebar di permukaan. Batu-batuan di atas permukaan tanah ada dua macam, yaitu batuan bebas yang terletak di atas permukaan tanah dan batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam di dalam tanah (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Batuan yang terlalu banyak pada lahan juga dapat menghambat

(36)

gepeng). Singkapan batuan adalah batuan yang terungkap di permukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di dalam tanah. Batuan lepas dikelompokkan sebagai berikut.

bo= < 0,01% luas areal (tidak ada),

b1= 0,01 sampai 3% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan

tanah dengan mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman,

b2= 3 sampai 15% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan

tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang, b3= 15 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahan

tanah dan penanaman menjadi sangat sulit,

b4= > 90% permukaan tanah tertutup (sangat banyak); tanah sama

sekalai tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian. Batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut :

bo = < 2% permukaan tanah tertutup (tidak ada),

b1 = 2 sampai 10% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan

tanah dan penanamam agak terganggu,

b2= 10 sampai 50% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan

tanah dan penanaman terganggu,

b3= 50 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahan

tanah dan penanaman sangat terganggu,

b4 = > 90% permukaan tanah tertutup (sangat banyak); tanah sama

(37)

Menurut Djaenudin dkk. (2000), kriteria tanaman ubi kayu yaitu temperatur berkisar antara 20 sampai 35oC, yang optimum berkisar antara 22 sampai 28oC, dengan curah hujan antara 500 sampai 5000 mm tahun-1, dan yang optimum 1000 sampai 2000 mm tahun-1. Kedalaman tanah minimum 50 cm optimum > 100 cm, konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase agak cepat sampai baik, tingkat kesuburan sedang, tekstur lempung berpasir sampai liat. Reaksi tanah (pH) antara 4,58,2 yang optimum 5,2 sampai 7,0 serta

pengapurandiperlukan pada pH < 5,0. Penurunan hasil bias terjadi karena salinitas dengan daya hantar listrik mencapai (DHL) > 0,5 ds m-1. Penurunan hasil bisa mencapai 50% apabila DHL mencapai 3 ds m-1, dan tanaman tidak mampu berproduksi jika DHL mencpai 7 ds m-1selengkapnya tersaji pada Tabel 1.

G. Analisis Finansial

Menurut Ibrahim (2003), dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain.Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C),danBreak Even Point (BEP).

(38)

Temperatur (tc)

Suhu tahunan rata-rata (oC)

Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

Lama bulan kering (bln) Ketersediaan oksigen (oa)

Sumber : Djaenuddin dkk. (2000) Keterangan :

Tekstur, sh = sangat halus (tipe 2:1); h = halus; ah = agak halus; s = sedang; Ak = agak kasar + = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral

Bahaya erosi, sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangan berat

(39)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih, merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada discount ratetertentu. JadiNet Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan manfaat dibanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek (usaha tani). Suatu proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai NPV positif (NPV > 0). Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut

NPV =

B = benefit(manfaat) C = cost(biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku n = waktu

Kriteria investasi :

Bila NPV > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan

Bila NPV = 0, usaha dalam keadaanbreak even point

2. Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

(40)

( n yang bernilai negatif

Keterangan :

B = benefit(manfat) C = cost(biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku n = waktu

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaanbreak even point

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkanNPVsama dengan nol (NPV = 0 ). Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NVP1 (i2 - i1)

NVP1 - NVP2

Keterangan :

(41)

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV 2

NPV1 = NVP yang bernilai posotif

NPV2 = NVP yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

(42)

A. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) PT Nusantara Tropical Fruit Blok 731 (Gambar 1, lampiran) Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timur, dengan letak geografis lokasi penelitian berada di 0568480 mT–0569063 mT dan 9442722 mU - 9442409 mU (Gambar 2, lampiran).

Adapun luas areal ubi kayu PT. Nusantara Tropical Fruit seluas 1.961 ha, sedangkan luas areal pertanaman ubi kayu yang diteliti 9 ha dari total luas areal pertanaman ubi kayu (Gambar 3, lampiran). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2011 sampai dengan Juni 2011.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah yang diambil dari 6 titik (Gambar 4, lampiran) dengan kedalaman pengambilan sampel tanah 040 cm, dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah. Adapun peralatan dan bahan yang digunakan adalah

1. Bor: digunakan untuk deskripsi karakteristik tanah.

(43)

32 3. GPS: digunakan untuk mengetahui titik koordinat dan mengukur kemiringan

lereng.

4. Munsell Soil Color Chart: digunakan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah.

5. Kantung plastik : digunakan untuk tempat sampel tanah.

6. Alat-alat tulis : digunakan untuk mencatat hasil pengamatan baik di lapang maupun dilaboratorium.

7. Kamera digital : digunakan sebagai alat dokumentasi

8. Alat-alat laboratorium : digunakan untuk menganalisis tanah dilaboratorium.

C. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan untuk evaluasi lahan pada penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan metode evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan evaluasi kualitatif (biofisik) dan kuantitatif (kelayakan finansial) secara bersamaan. Metode yang digunakan yaitu :

 Evaluasi berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk. (2000).

 Evaluasi nilai kelayakan finansial dengan menghitungNPV, Net B/C Ratio danIRR.

1. Persiapan

(44)

laporan hasil penelitian lahan setempat, dan penyusunan daftar pertanyaan (kuisoner).

2. Pra Survai

Pada tahap ini dilakukan peninjauan lapangan secara kasar dan penentuan titik pengambilan contoh tanah pewakil berdasarkan keadaan lapang. Pengambilan titik contoh tanah dilakukan menggunakanGPS dan peta dasar survai seperti pada tahap persiapan. Berdasarkan prasurvei ditentukan 6 titik lokasi secara

proporsional untuk pengambilan contoh tanah (Gambar 4, lampiran).

3. Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : a. Data fisik primer

Data fisik primer dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung di lapang dan mengambil contoh tanah yang kemudian dianalisis di laboratorium. Data yang diamati dan diukur langsung di lapang yaitu drainase, bahan kasar, kedalaman tanah, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, bahaya sulfidik (pirit) dan batuan singkapan. Data yang analisis di laboratorium meliputi : KTK liat, kejenuhan basa, basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), pH tanah, C-organik, toksisitas (salinitas) dan tekstur tanah.

Pengambilan Contoh Tanah dan Pengamatan Lapang

(45)

34 dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dianalisis di Laboraturium Kimia Tanah dan Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(2).Tahap pengamatan lapangan meliputi : ketersediaan oksigen (drainase), media perakaran (bahan kasar dan kedalaman tanah), bahaya sulfidik (kedalaman sulfidik), bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), bahaya banjir (genangan), dan penyiapan lahan (batuan permukaan dan singkapan batuan).

(a) Cara pengamatan drainase di lapang yaitu dengan membuat profil bor sampai kedalaman >120 cm. Apabila tanah berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning atau karatan besi, berwarna coklat serta kelabu pada lapisan sampai >75 cm berarti drainase pada tanah tersebut baik. Pengamatan warna tanah dilakukan dengan menggunakanmunsell soil color chart.

(b) Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil dalam tanah dengan cara pengeboran tanah, kemudian dilakukan perhitungan bahan kasar berdasarkan % volume. (c) Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran sampai

ditemukannya lapisan kedap yang kontinyus sehingga tidak dapat ditembus oleh akar.

(d) Bahaya sulfidik tidak diamati karena letak lokasi jauh dengan pantai, atau ada tidaknya pengaruh pasang surut air laut.

(e) Toksisitas tidak diamati karena letak daerah penelitian jauh dari pantai dan diasumsikan nilainya <2.

(46)

menggunakanGPS. Dapat pula dilakukan dengan pendekatan lain yaitu dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang pertahun.

(g) Kemiringan lereng diukur dengan menggunakanGPS, dinyatakan dalam persen.

(h) Pengamatan bahaya banjir dilakukan melalui wawancara kepada pegawai atau pekerja PT Nusantara Tropical Fruit, apakah terdapat genangan air yang menutupi seluruh lahan pada saat musim hujan, selain itu bahaya banjir juga dibedakan berdasarkan kedalaman dan lamanya banjir.

(i) Batu-batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan tanah. Cara mengukur batuan di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian.

(j) Batuan singkapan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batuan besar yang tersingkap pada lokasi penelitian lalu diukur berapa meter rendahnya permukaan tanah.

b. Data fisik sekunder

(47)

36 c. Data sosial ekonomi

Data sosial ekonomi primer dilakukan dengan cara membuat kuisioner yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi, biaya sewa lahan, biaya peralatan (cangkul, kored), sedang kan biaya variabel meliputi, biaya produksi (benih, pupuk, pestisida), tenaga kerja (pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, panen, dll), dan pendapatan yang diperoleh PT Nusantaral Tropical Fruit selama 4 tahun terakhir.

Data ekonomi sekunder yang dikumpulkan yaitu luas panen, dan produksi tanaman ubi kayu Propinsi Lampung untuk 5 tahun terakhir. Data

dikumpulkan dengan cara mengambil dari Biro Pusat Statistik (BPS) Propinsi Lampung.

4. Analisis data di Laboraturium

Sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah (metode hidrometer),

sedangkan sifat kimia yang dianalisis adalah KTK (me/100 g) (metode NH4Oac 1 N pH 7), C-organik (metode Walkley dan Black), pH (metode elektrik), dan kejenuhan basa.

D. Analisis Data

1. Penilaian Kesesuaian Lahan Kualitatif

(48)

berdasarkan kriteria Djaenuddin, dkk (2000) dengan menilai karakteristik dan kualitas lahan di lapang.

2. Penilaian Kesesuaian Lahan Kuantitatif/ Analisis Finansial

Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tanaman ubi kayu dilakukan analisis sebagai berikut :

1) Net Present Value(NPV)

Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut

NPV =

B = benefit(manfat) C = cost(biaya)

i = tingkat bunga bank yang berlaku n = waktu

Kriteria investasi :

Bila NVP > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NVP < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NVP = 0, usaha dalam keadaanbreak even point

2) Net Benefit Cost Ratio(Net B/C)

( n yang bernilai positif Net B/C Ratio =

(49)

38 Keterangan :

B = benefit(manfat) C = cost(biaya)

i = tingkat bunga bank yang berlaku n = waktu

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaanbreak even point

3) Internal rate of return(IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1)

NPV1 - NPV2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NVP yang bernilai positif

NPV2 = NVP yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

(50)
(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Lahan penelitian milik PT. Nusantara Tropical Fruit (NTF) Blok 731 Kecamatan Labuan Ratu Kabupaten Lampung Timur menurut kriteria Djaenudin dkk. (2000) memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas terberat curah hujan, media perakaran berupa tekstur, dan retensi hara berupa KTK (S2warcnr) untuk tanaman ubi kayu.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman ubi kayu oleh PT. Nusantara

Tropical Fruit (NTF) Blok 731 Kecamatan Labuan Ratu Kabupaten Lampung Timur menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan.

B. Saran

1. Lokasi penelitian memiliki curah hujan berlebih untuk tanaman ubi kayu, oleh sebab itu sebaiknya dilakukan pembuatan saluran drainase pada lokasi

(52)
(53)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 15 Juni 1989, merupakan buah kasih pasangan Saiful Azhar dan Azizah Fatta, S.Pd .

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Tunas Muda Persit Bandar Lampung pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 1995, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Palapa dan selesai pada tahun 2000. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) penulis tamatkan di SMPN 9 Bandar Lampung pada tahun 2003 yang dilanjutkan ke Sekolah

Menengah Atas (SMA) Yayasan Pembina Universitas Lampung (YP UNILA) Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2006.

Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjalani masa kuliah, penulis aktif dalam organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah (GAMATALA) priode 2007-2008 dan organisasi

Perhimpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (PERMA) periode 2008-2009 penulis dipercaya untuk menjabat sebagai ketua bidang IV. Pernah menjadi asisten

(54)

Penulis melaksanakan praktik umum di Balai Penelitian Tanaman Sayur

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, dengan Judul Laporan ”Teknik

(55)

vi

Kupersembahkan Karya Ini Sebagai Tanda Bakti, Cinta, dan Kasih Sayangku

Kepada

(56)

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat Maha Pemberi Hidup dan Rizki karena atas Ridho dan kasih sayang-Nya maka penulis diberikan

kemudahan untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi dengan judulPenilaian Kesesuaian Lahan Kualitatif dan Kuantitatif Pertanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) di Lahan PT Nusantara Tropical Fruit (NTF)Blok 731Kecamatan Labuhan Ratu Lampung Timuradalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Tanah di

Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi yang hebat dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. sebagai Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan ilmu-ilmu yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

(57)

iii 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung beserta jajarannya.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc. selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh dosen, staf, karyawan, dan civitas akademika Jurusan Ilmu Tanah dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Bapak Suwondo selaku pimpinan perusahaan PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) Labuhan Ratu Lampung Timur, serta Bapak Hendro, Bapak Wayan, dan Bapak Djoko, SP atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Keluarga ku tercinta Ayah dan Emih, atas segala kasih sayang, doa, serta nasehat yang selalu diberikan yang tak pernah usai dan lelah untuk sebuah pengharapan dan cita-cita di masa depanku.

9. Sabahat terbaik ku Adit, Sony, Revo, Robby, Erni dan Yugo atas segala semangat, dukungan dan senantiasa menemaniku hingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Kawan-kawan Angkatan 2006, Riyan, Desi ,Bernof, Ferdy, Dhenda, Valen, Fela, Nofi, Cipto, Andrisa, Dedew, Febri, Feri, Dicky, Nena, Febry,

Widrializa, Joe, Ica, Doni, Nita, Asri, Intan, Trisyanti, Yulyan, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kekompakannya selama ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar lampung, 2012 Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengolahan data tentang posisi Ipomea batatas sebagai makanan keluarga maka sebanyak 22,5 % responden menyatakan tidak perlu menjadikan Ipomea batatas sebagai

Treatments in the class consisted of three cycles of treatment. It was intended to help students in advancing their reading comprehension. Each treatment used

Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertgjwban Pemeriksaan RPJMD RKPD KUA PPAS Nota Kesepakatan Pedoman Penyusunan RKA-SKPD RKA-SKPD RAPBD Evaluasi Raperda APBD oleh Gubernur/

Optionally, if the destination device is different from the source device then select the destination disk device by choosing the GParted | Devices | [your-destination- disk-device]

Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya model klasifikasi data lama studi mahasiswa STMIK Indonesia yang nantinya dapat digunakan untuk prediksi jumlah mahasiswa lulus

(5) Hasil penyewaan merupakan penerimaan negara/daerah dan seluruhnya wajib disetorkan ke rekening kas umum negara/daerah.. Jenis Barang Milik Negara/Daerah yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Keberhasilan Revegetasi Lahan Pasca Tambang Timah di Bangka Tengah adalah karya saya dengan arahan dari

Faktor penyebab rendahnya keterpilihan perempuan dalam pemilihan legislatif pada tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Selayar Dapil 2 (Kec. Bontosikuyu) yaitu faktor