• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Kedokteran Tentang Serat Makanan Dan Perilaku Konsumsi Serat Makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Kedokteran Tentang Serat Makanan Dan Perilaku Konsumsi Serat Makanan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN MAHASISWA KEDOKTERAN TENTANG SERAT MAKANAN DAN PERILAKU

KONSUMSI SERAT MAKANAN

Juliandi Harahap*, Handayan Hutabarat**

*Departemen Kedokteran Komunitas FK USU

** Alumni Fakultas Kedokteran FK USU

Abstrak

Latar Belakang: Saat ini ada kecenderungan pergeseran pola konsumsi pangan pada masyarakat Indonesia dimana konsumsi serat umumnya rendah. Hasil analisis data konsumsi makanan penduduk Indonesia dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, menunjukkan bahwa secara keseluruhan hanya 6.4% penduduk Indonesia yang cukup mengkonsumsi serat.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang serat makanan dengan perilaku konsumsi serat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectionalstudy yang dilakukan pada mahasiswa FK USU angkatan 2010. Sebanyak 97 sampel dipilih dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan food recall.

Hasil: Hasil penelitian dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan tentang serat dengan konsumsi serat dengan nilai p<0.001. Pengetahuan responden tentang serat makanan, mayoritas adalah berpengetahuan sedang (55.7%). Konsumsi serat sebagian besar responden adalah konsumsi serat kurang (55%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang serat makanan dimana konsumsi seratnya kurang, paling banyak ditemukan dalam penelitian ini (36%).

Kesimpulan: Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang serat makanan dengan perilaku konsumsi serat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Kata kunci: pengetahuan, serat makanan, mahasiswa

Abstract

Background: Current situation shows a tendency that there is shifting patterns of food consumption in Indonesian society where the consumption of fiber is low. Indonesian Health Profile 2008 revealed that only 6.4% Indonesian people who had enough fiber food consumtion.

Objective: To find out the relationship between knowledge on dietary fiber and fiber consumption in medical students of Faculty of Medical.

Method: This research is analytic study with a cross-sectional design. The population is the edi al stude ts’ batch 2010. Ninety seven samples were taken by using simple random sampling method. Data was taken by filling the questionnaire and food recall.

Results: Data was analized by using chi-square test and revealed that there is a relationship between knowledge of fiber with fiber consumption, with p value<0.001. The level of knowledge of respondents about dietary fiber food is moderate (55.7%). Mayority of respondents have less fiber consumption (55%). Respondents who have moderate knowledge about dietary fiber food are also less in fiber food consumption which is the most commonly group found in this study (36%).

Conclusion: There is a significant relationship between level of knowledge on dietary fiber food with fiber consumption in medical students of Faculty of Medicine.

Keywords: Knowledge, fiber food, medical student

(2)

Pendahuluan

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup untuk keperluan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang.1

Makanan berserat adalah makanan sejenis karbohidrat kompleks yang berupa selulosa dan zat lain, yaitu pektin, gum, lignin, dan mustilago.2 Serat makanan ini mempunyai peranan penting, seperti merangsang aktivitas saluran usus untuk mengeluarkan feses secara teratur, mampu menyerap banyak air sehingga membantu feses menjadi lebih lunak, membantu pengikatan bahan penyebab kanker (karsinogenik) dan mengeluarkannya dari dalam tubuh, serta memiliki kalori yang rendah. World Health Organization (WHO) menganjurkan asupan serat yang baik adalah 25-30 gram per hari.3Dietary Reference Intake (DRI) serat berdasarkan National Academy of Sciences mengemukakan konsumsi serat yang baik adalah 19-38 gram per hari sesuai dengan umur masing-masing konsumen.4

Persoalan serat makanan memang kalah populer dibandingkan zat gizi lain, seperti karbohirat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang serat dapat dimaklumi, karena penelitian ilmiah tentang zat ini juga masih sangat terbatas. Serat makanan menjadi populer setelah publikasi penelitian Burkit dan Trowell yang menyatakan diet kaya serat akan membantu melindungi tubuh dari berbagai penyakit yang berkembang di negara-negara maju, seperti seperti kanker kolon, diabetes melitus, penyakit divertikulosis, dan jantung koroner.5

Saat ini, masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di perkotaan mengalami pergeseran pola konsumsi pangan. Awalnya, pola konsumsi empat sehat lima sempurna menjadi menu sehari-hari. Namun, seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat maka terjadi pula perubahan kebiasaan makan yang cenderung kebarat-baratan (western style diet). Makanan jadi (processed food) dan makanan siap saji (fast food) telah menjadi kegemaran dan tren di masyarakat.6

Masyarakat umumnya belum atau kurang menyadari bahwa makanan jadi telah mengalami banyak kehilangan komponen-komponen esensial makanan, khususnya serat. Makanan siap saji juga umumnya mempunyai kandungan lemak dan protein yang tinggi tetapi miskin serat. Bila makanan-makanan tersebut lebih banyak dikonsumsi maka akan terjadi ketidakseimbangan intake zat-zat gizi dan komponen-komponen esensial. Asupan serat yang terlampau rendah dalam waktu lama akan mempengaruhi kesehatan, kegemukan, dan serangan penyakit degeneratif.6

Hasil analisis data konsumsi makanan penduduk Indonesia dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, menunjukkan bahwa secara keseluruhan hanya 6.4% penduduk Indonesia yang cukup mengkonsumsi serat.7 Di Provinsi Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, juga hampir sama, hanya 5.5% penduduk yang termasuk dalam kategori cukup mengkonsumsi serat.8 Hasil tersebut cukup menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia memiliki masalah konsumsi serat rendah. Beberapa faktor seperti status ekonomi, pengetahuan tentang makanan berserat, ketersediaan makanan berserat, serta pola dan kebiasaan makan akan mempengaruhi konsumsi serat seseorang.

Remaja merupakan kelompok usia yang relatif bebas, termasuk dalam memilih jenis makanan yang mereka konsumsi. Kecukupan asupan serat makanan pada remaja akan sangat menentukan taraf kesehatan mereka pada masa selanjutnya.9 Di sisi lain, perilaku gizi yang salah amat banyak dijumpai pada remaja. Adapun kecenderungan mengikuti pola makan dan gaya hidup modern membuat remaja lebih menyukai makan di luar rumah bersama kelompoknya. Ketidakseimbangan konsumsi makanan disebabkan karena perilaku yang tidak tepat dalam memilih makanan sehari-hari.10

(3)

Metode

Penelitian ini bersifat analitik, dengan desain cross sectionalstudy. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FK USU angkatan 2010 yang berjumlah 413 orang. Pemilihan mahasiswa pada angkatan ini berdasarkan pertimbanganan keterpaparan angkatan tersebut terhadap pengetahuan tentang gizi yang telah diberikan dalam perkuliahan. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus, dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% )α = ,9 , esti asi proporsi se esar %, da tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki 10%, didapatkan besar sampel adalah 97 orang. Sebanyak 97 sampel dipilih dengan metode simple random sampling. Sampel dipilih secara acak yaitu dengan melakukan undian menurut absensi pada masing-masing kelas dan diambil secara proporsional.

Data diambil dengan pengisian kuesioner. Kuesioner terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan yang meliputi identitas responden, pengetahuan tentang serat makanan, dan konsumsi serat.Konsumsi serat responden, dinilai dengan food recall 24 jam yang diisi langsung oleh responden dipandu oleh peneliti dengan sistem wawancara. Responden diminta untuk menuliskan segala makanan dan minuman, jenis-jenis bahan makanan apa yang terdapat dalam makanan tersebut, serta jumlah bahan makanan dalam satuan ukuran rumah tangga (yang dikonsumsi dalam 24 jam). Waktu konsumsi yang dipilih adalah satu hari sebelum

responden diminta mengisi food recall 24 jam tersebut. Kemudian peneliti mengkonversi bahan makanan yang mengandung serat yang dikonsumsi responden tersebut ke dalam satuan gram, maka diperoleh jumlah konsumsi serat responden.3

Kuesioner yang digunakan telah diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitsnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di dalam kuesioner telah merepresentasikan pengetahuan mahasiswa tentang serat makanan, meliputi defenisi, metabolisme, jenis, sumber, dan manfaat serat makanan serta kerugian jika mengkonsumsi terlalu banyak serat makanan. Setelah melalui tahap uji validitas dan reliabilitas tersebut, kuesioner dibagikan kepada responden yang telah diminta informed consent-nya terlebih dahulu secara tertulis.

Pengolahan dan analisa data univariate dilakukan dengan statistik deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan untuk data bivariate dilakukan uji Chi Square. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer program SPSS for windows (Statistical Product and Service Solution).

Hasil

Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, sebagian besar responden adalah perempuan, yaitu berjumlah 59 orang (60.8%) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 38 orang (39.2%) seperti pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 38 39.2

2. Perempuan 59 60.8

Jumlah 97 100.0

Pengetahuan tentang Serat Responden

(4)

Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Serat Makanan

Pengetahuan Benar Salah Tidak Tahu

n % n % N %

1. Defenisi serat makanan 43 44 32 32 22 23 2. Perbedaan serat makanan dengan serat lain 75 77 15 15 7 7 3. Metabolisme serat makanan 71 73 17 18 9 9 4. Klasifikasi serat makanan 75 77 12 12 10 10 5. Penyerapan serat di dalam tubuh 35 36 55 57 7 7 6. Buah-buahan sebagai sumber serat yang potensial 69 71 9 9 19 20 7. Kacang-kacangan mengandung serat yang tinggi 48 49 21 22 28 29 8. Sayuran dapat mengatasi sulit buang air besar 88 91 4 4 5 5 9. Sayuran dapat mengatasi wasir 88 91 3 3 6 6 10. Suplemen serat lebih baik dibandingkan sayuran 61 63 8 8 28 29 11. Konsumsi serat terlalu banyak sebabkan perut

kembung

22 23 45 46 30 31

12. Konsumsi serat dapat cegah obesitas 46 47 11 11 40 41 13. Konsumsi serat menjaga kesehatan gigi dan gusi 53 55 13 13 31 32 14. Agar-agar dapat menjadi alternatif pengganti serat

makanan

77 79 10 10 10 10

15. Serat makanan rasanya enak 71 73 14 14 12 12

Dari tabel di atas, diketahui bahwa beberapa hal tentang serat makanan ternyata memang masih belum dimengerti oleh responden dengan baik. Pengetahuan responden tentang manfaat serat untuk mencegah obesitas masih kurang, dimana ada sebanyak 40 orang (41%) menyatakan tidak tahu bahwa dengan mengkonsumsi banyak serat dapat mencegah obesitas. Mengkonsumsi serat terlalu banyak dapat menyebabkan kembung hanya diketahui oleh 22 orang (23%). Mengenai

metabolisme serat makanan, responden paling banyak menjawab salah mengenai penyerapan serat di dalam tubuh sebanyak 55 orang (57%).

Tingkat pengetahuan responden tentang serat makanan ini dikategorikan menjadi 3 kategori pengetahuan, yaitu berpengetahuan baik, sedang, dan kurang, berdasarkan tehnik skoring terhadap jawaban responden seperti terlihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Serat Makanan

Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Baik 34 35.0

2. Sedang 54 55.7

3. Kurang 9 9.3

Jumlah 97 100.0

Kategori tingkat pengetahuan tentang serat makanan yang paling banyak adalah tingkat pengetahuan sedang sebanyak 54 orang (55.7%). Sedangkan tingkat pengetahuan tentang serat makanan yang paling sedikit adalah tingkat pengetahuan kurang berjumlah 9 orang (9.3%),

selebihnya adalah tingkat pengetahuan baik tentang serat makanan sebanyak 34 orang (35%).

Perilaku Konsumsi Serat

(5)

perilaku konsumsi serat dibagi menjadi 2, yaitu konsumsi serat terpenuhi dan konsumsi serat kurang. Konsumsi serat laki-laki per hari dikatakan terpenuhi jika ≥38 gram, sedangkan dikatakan konsumsi serat kurang apabila <38 gram. Untuk responden perempuan per hari, konsumsi serat

dikataka terpe uhi jika ≥25 gram dan dikatakan konsumsi serat kurang jika <25 gram. Hasil penelitian konsumsi serat responden berdasarkan food recall dan konversinya terhadap kebutuhan serat dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Distribusi Perilaku Konsumsi Serat Berdasarkan Jenis Kelamin

Perilaku Konsumsi Serat Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki Terpenuhi 15 39.5

Kurang 23 60.5

Jumlah 38 100.0

Perempuan Terpenuhi 29 49.2

Kurang 30 50.8

Jumlah 59 100.0

Dari tabel diatas diketahui bahwa pada responden laki-laki diperoleh hasil perilaku konsumsi serat kurang adalah yang paling banyak, yaitu sebanyak 23 orang (60.5%), sedangkan perilaku konsumsi serat terpenuhi pada responden laki-laki sebanyak 15 orang (39.5%), dengan rata-rata konsumsi serat pada responden laki-laki adalah 36 gram per hari. Sedangkan perilaku konsumsi serat pada responden perempuan diperoleh hasil yang tidak berbeda jauh dimana responden dengan konsumsi serat kurang sebanyak 30 orang (50.8%), sedangkan responden dengan perilaku konsumsi serat terpenuhi sebanyak 29 orang (49.2%), dengan rata-rata konsumsi serat pada responden perempuan adalah 24 gram per hari.

Hubungan Pengetahuan Responden tentang Serat dengan Perilaku Konsumsi Serat

Hasil tabulasi silang serta hubungan antara tingkat pengetahuan responden tentang serat makanan dengan perilaku konsumsi serat dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Responden tentang Serat Makanan dengan Perilaku Konsumsi Serat Perilaku Konsumsi Serat Total Terpenuhi Kurang

Tingkat Pengetahuan tentang Serat

Makanan

Baik Jumlah (orang) 31 6 37

31.9% 6.2% 38.1% Sedang Jumlah (orang) 8 35 43

8.3% 36% 44.3%

Kurang Jumlah (orang) 5 12 17 5.2% 12.4% 17.6%

Total Jumlah (orang) 44 53 97

45.4% 54.6% 100% X2=7.71 df=2 p<0.001

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang serat makanan ternyata perilaku konsumsi seratnya kurang yaitu 35 orang (36%) yang merupakan kelompok yang paling banyak ditemukan. Sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah responden yang meskipun memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang serat makanan namun

konsumsi seratnya terpenuhi sebanyak 5 (5.2%) orang.

(6)

Diskusi

Pengetahuan tentang Serat

Tingkat pengetahuan gizi seseorang dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya.11 Jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang lengkap, maka akan memiliki kesadaran gizi yang sempurna terutama dalam memilih jenis makanan yang tepat untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhannya.1

Pengetahuan tentang serat makanan adalah pemahaman yang berkaitan dengan serat makanan, meliputi jenis dan sumber serat makanan, konsumsi serat yang dianjurkan per hari serta manfaat dan kerugian apabila mengkonsumsi serat kurang maupun lebih.

Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, responden paling sedikit menjawab dengan benar tentang konsumsi serat yang terlalu banyak dapat menyebabkan perut menjadi kembung. Hal ini menyatakan sebagian besar responden belum memiliki pengetahuan mengenai kerugian yang bisa didapat apabila mengkonsumsi serat yang terlalu banyak. Asupan serat yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan serat pada kolon, yang kemudian akan menyebabkan terjadinya fermentasi yang memicu timbulnya gas. Itulah yang nantinya menyebabkan perut menjadi kembung.12

Sebagian besar responden menyatakan penyerapan serat terjadi di dalam tubuh, ini menunjukkan kurangnya pengetahuan responden mengenai apakah serat makanan yang kita makan dapat diserap dan disimpan oleh tubuh atau tidak. Serat makanan tidak dapat diserap oleh tubuh oleh karena serat makanan adalah karbohidrat kompleks, yang mana karbohidrat ini terbentuk dari beberapa gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu membentuk rantai kimia panjang. Akibatnya, rantai kimia inilah serat makanan tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan dalam tubuh.13

Salah satu manfaat serat yang tidak diketahui responden adalah mengenai pencegahan obesitas. Ini menyatakan banyak responden yang belum mengetahui bahwa salah satu fungsi serat makanan adalah untuk mencegah terjadinya obesitas. Konsumsi serat makanan yang seimbang setiap hari mampu mengatur berat badan seseorang. Ini tentu merupakan cara yang efektif dalam mengatasi kegemukan.14 Bahan makanan tinggi serat tersebut seperti sayur-sayuran dan buah-buahan

mengandung serat tinggi, terutama jenis serat yang larut air. Serat yang larut air mampu membentuk gel, namun rendah kalori. Hal ini menyebabkan volume makanan dalam lambung menjadi besar, sehingga orang tersebut cepat merasa kenyang.6

Secara keseluruhan penilaian tingkat pengetahuan tentang serat makanan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan sedang tentang serat makanan. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya perhatian responden tentang betapa pentingnya serat makanan dalam kehidupan sehari-hari, di samping gaya hidup sekarang ini yang lebih menyukai makanan jadi atau makanan cepat saji yang umumnya tidak memiliki kandungan serat makanan yang diperlukan oleh tubuh.

Tingkat pengetahuan seseorang tentang serat makanan akan memiliki hubungan yang erat dengan konsumsi serat seseorang tersebut. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behaviour) dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan umumnya bersifat langgeng.15

Konsumsi Serat

Kebutuhan serat makanan antara laki-laki dan perempuan berbeda, dimana konsumsi serat makanan pada laki-laki lebih banyak dibandingkan pada wanita.16,17 Menurut National Academy Sciences (2007), konsumsi serat remaja laki-laki berusia 19-21 tahun dikatakan terpenuhi apabila ≥38 gram per hari dan dikatakan konsumsi serat kurang apabila <38 gram per hari. Untuk remaja perempuan berusia 19-21 tahun, konsumsi serat dikatakan terpe uhi apa ila ≥25 gram per hari dan dikatakan konsumsi serat kurang jika <25 gram per hari. Pada penelitian ini, lebih dari setengah dari seluruh responden memiliki konsumsi serat kurang.4,18

(7)

konsumsi serat ini mungkin terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari, wanita lebih cenderung memperhatikan, menjaga pola makannya, melakukan diet untuk penampilan diri dibandingkan pada laki-laki.

Hubungan Pengetahuan tentang Serat dengan Konsumsi Serat

Pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan kemudian terwujud dalam bentuk tindakan. Melalui pengetahuan yang baik diharapkan dapat terbentuk sikap yang baik dan diwujudkan dalam bentuk tindakan yang baik. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap. Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, dan melalui sikap maka tindakan akan terwujud.15

Pada penelitian ini hubungan pengetahuan tentang serat dengan konsumsi serat pada mahasiswa fakultas kedokteran diperoleh hasil analisis statistik dengan nilai p<0.001 yang menyatakan adanya hubungan pengetahuan tentang serat dengan konsumsi serat pada mahasiswa FK USU. Hal tersebut dapat dengan jelas terlihat pada hasil tabulasi silang, dimana responden yang memiliki pengetahuan baik tentang serat memiliki konsumsi serat terpenuhi lebih banyak daripada konsumsi serat kurang. Sama halnya juga dengan responden yang memiliki pengetahuan sedang maupun kurang tentang serat, dimana responden lebih banyak memiliki konsumsi serat kurang daripada konsumsi serat terpenuhi.

Kesimpulan

Berdasarkan data pada Profil Kesehatan Indonesia ternyata memang sebagian besar penduduk Indonesia memiliki konsumsi serat yang rendah. Faktor-faktor seperti pengetahuan tentang makanan berserat, ketersediaan makanan berserat, akan mempengaruhi pola konsumsi serat seseorang.

Konsumsi serat pada mahasiswa kedokteran juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuannya tentang serat konsumsi serat dengan nilai p<0.001. Pengetahuan tentang serat makanan sebagian besar responden (55.7%) adalah berpengetahuan sedang. Sedangkan konsumsi serat sebagian besar responden (56.7%) adalah konsumsi serat kurang. Responden yang

memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang serat makanan dimana konsumsi seratnya kurang, paling banyak ditemukan, yaitu sebanyak 36%.

Daftar Pustaka

1. Roedjito, D., dkk. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan. Direktorat Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor: PAU IPB. 1989.

2. Irianto, K. dan Waluyo, K. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya: Bandung. 2004; 46-48. 3. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta. 2004; 44-46.

4. Drummond, K., dan Brefere, L. Nutrition for Food Service and Culinary Professionals. 6th ed. USA: John Wiley and Sons, Inc. 2007.

5. Almatsier, S. Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 69-72. 2004.

6. Sulistijani, D.A. Sehat dengan Menu Berserat. Trubus Agriwidya: Jakarta. 2001.

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009.

8. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2009.

9. Effendi, F., dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Elex Media Komputindo: Jakarta. 2005; 220-221.

10.Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Sagung Seto: Jakarta. 2008.

11.Winkle, W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 1984. 12.Isselbacher, K.J., dkk. Harrison’s Principles of

Internal Medicine. 3rd ed. Mac Graw Hill: Singapore. 2000; 512-515.

13.Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2004. 14.Rusilanti, dan Kusharto, C.M. Sehat dengan

Makanan Berserat. Agromedia Pustaka: Jakarta. 2007.

15.Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan & Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta. 2007; 139-142.

(8)

Protein and Amino Acids. Washington DC: The National Academies Press. Available from: http://ods.od.nih.gov/health_information/Dietar y_Reference_Intake.aspx. [Accessed 10 April 2011].

17.National Institutes of Health. Nutrient Reccomendations: Dietary Reference Intake (DRI). USA: Office of Dietary Supplements. Available from:http://www.iom.edu/Global/NewsAnnounc ements/~/media/DRI_tables_macronutrients/pa ges.aspx. [Accessed 30 April 2011].

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Serat Makanan
Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Responden tentang Serat Makanan dengan Perilaku Konsumsi Serat

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Prevalensi Infestasi Parasitoid pada Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) di Perkebunan Teh

[r]

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dimasukkan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, dan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan harian tikus bunting yang disuntik bovine Somatotropin (bST) selama 9 hari kebuntingan yaitu

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai efektivitas Teknik Round table (Meja Bundar) dala pembelajaran menulis cerpen pada peserta

Strategi yang dapat dilakukan untuk saat ini adalah dengan memperhatikan dosis penyuntikan secara baik agar tidak terjadi kekurangan dosis yang menyebabkan telur didalam induk

Pertama, khzanah folklor daerah Sragen yang telah dapat didokumentasikan meliputi folklor lisan: (cerita Terjadinya Dukuh Butuh-Duren, Terjadinya Desa Kalioso , Asal Mula

perencanaan yang dilakukan guru PKn untuk mempersiapkan model pembelajaran portofolio dalam proses pembelajaran PKn, (2) pelaksanaan dan pemantapan yang dilakukan guru PKn dengan