• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi kebijakan E-Government Melalui Billing System Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik Di Loket Pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (RSJP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi kebijakan E-Government Melalui Billing System Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik Di Loket Pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (RSJP)"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh:

MUHAMAD TUTANG UNTUNG FIRMANSYAH

417.060.24

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

BANDUNG

2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh:

MUHAMAD TUTANG UNTUNG FIRMANSYAH

417.060.24

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

BANDUNG

2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh:

MUHAMAD TUTANG UNTUNG FIRMANSYAH

417.060.24

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

BANDUNG

(2)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang demikian pesat telah

membuka peluang bagi seluruh institusi pemerintahan maupun swasta untuk

memanfaatkannya. Kemajuan TI memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan

dalam kegiatan pemerintahan. TI dapat dimanfaatkan untuk membantu instansi

pemerintahan dalam mengolah data dan mengelola informasi dengan lebih baik.

Pemanfaatan TI secara luas dapat membuka peluang bagi pengaksesan,

pengolahan, dan pendayagunaan informasi yang besar secara cepat dan akurat.

Potensi TI dapat dikembangkan untuk mendukung hubungan antara pemerintah

dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan publik.

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang serba cepat dan mudah

melalui teknologi digital telah menjadi suatu tuntutan. Hubungan antara

pemerintah dan masyarakat memerlukan adanya komunikasi yang harus berjalan

dengan baik dan terbuka. Komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat harus

terjalin dengan baik untuk mewujudkan praktek pemerintahan yang lebih baik.

Penerapan teknologi informasi pada lembaga pemerintahan dapat mempermudah

akses antara masyarakat dengan pemerintah sehingga pelayanan dapat diberikan

(3)

Pemanfaatan TI dalam pemerintahan dikenal dengan

electronic

Government

(

e-Government). e-Government

seperti yang disebutkan dalam Inpres

Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

e-Government

merupakan suatu upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan

pemerintahan yang berbasis elektronik. Kebijakan penerapan

e-Government

dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi

informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi dan birokrasi. Kebijakan

penerapan

e-Government

dikembangkan untuk membentuk jaringan sistem

manajemen dan proses kerja instansi pemerintah secara terpadu. Pemanfaatan

teknologi informasi tersebut meliputi pengolahan data, pengelolaan informasi,

sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik. Keberadaan kebijakan

penerapan

e-Government

merupakan salah satu infrastruktur penting dalam

pemerintahan. Kebijakan penerapan

e-Government

telah menjadi kebutuhan

sekaligus tuntutan publik yang menginginkan informasi secara akurat, transparan

serta

accountable

.

Kebijakan

e-Government

diimplementasikan dalam berbagai bidang dan

lembaga pemerintahan.

e-Government

merupakan alat dari suatu perubahan sistem

(organisasi, proses bisnis, sumber daya manusia dan standar

operating procedure

)

dalam pemerintahan.

e-Government

memiliki fungsi utama sebagai alat bantu

penciptaan perubahan dalam pelayanan dari pemerintahan kepada masyrakat.

Masyarakat merupakan obyek penting yang pada akhirnya merasakan manfaat

(4)

Kebijakan

e-Government

diantaranya diimplementasikan dalam proses

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa

Barat. RSJP Jawa Barat muncul sebagai institusi pelayanan kesehatan modern

sejalan dengan perkembangan profesi kesehatan. RSJP Jawa Barat harus mampu

menghadapi berbagai kendala dan tantangan ditengah persaingan dan tuntutan

masyarakat akan pentingnya teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan.

Kebijakan

e-Government

menjadi suatu strategi yang diimplementasikan oleh

RSJP Jawa Barat untuk menghadapi tantangan dan tuntutan masyarakat akan

pentingnya teknologi informasi tersebut.

Seiring dengan berubah status rumah sakit Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat Yang semula Terpisah dengan Rumah Sakit Jiwa Pusat Bandung yang

terletak di Jl. RE Martadinata menjadi Rumah Sakit Daerah yang terpusat Di

Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa Barat yang berada di Cisarua-Lembang.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 23 tahun 2008 bahwa Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat adalah hasil penggabungan dari Rumah Sakit Jiwa Bandung

dan Rumah Sakit Jiwa Cimahi sebagai rumah sakit khusus jiwa kelas A di Jawa

Barat dan dikategorikan sebagai Lembaga Teknis Daerah, yang rnenyelenggarakan

dan melaksanakan upaya pelayanan pencegahan, pemulihan, pengobatan,

pelayanan peningkatan kesehatan kemasyarakatan, dan menjadi pusat rujukan.

Perubahan status Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat menjadi Rumah Sakit

Milik Pemerintah Daerah berusaha memaksimalkan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat agar menjadi maksimal dan mudah dalam memberikakan

(5)

Sebagai Intansi Kesehatan Pemerintahan, Rumah Sakit Jiwa Provinisi

Jawa Barat, telah membuat sebuah aplikasi sebagai pendukung pelayanan bagi

masyarakat di loket pembayaran untuk mempermudah bagi para aparatur dalam

memberikan pelayanan yang cepat dan mudah. Sebagai wujud dari implementasi

kebijakan

e-Government

tersebut di loket pembayaran tersebut dikenal dengan

aplikasi Billing System

yang dikelola oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat dengan ditunjang dengan sarana-sarana lainnya yang dibuat

untuk memberikan pelayanan bagi pasien atau masyarakat di loket pembayaran.

Billing System

merupakan sebuah

aplikasi

di komputer yang terhubung

dengan beberapa bagian di kantor Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

Billing

System

digunakan untuk mencatat proses pelayanan pendaftaran, mulai pasien

datang sampai dengan pasien pulang. Menghitung biaya yang harus dibayar

pasien secara otomatis, serta memberikan informasi sebagai analisa pengambilan

keputusan secara cepat dan akurat.

Aplikasi Billing System

sebuah aplikasi interaksi antara pegawai dengan

pegawai yang sering dikenal dengan

Government to Government

(G2G) yang

disediakan untuk kemudahan administrasi pasien ini yang telah disediakan oleh

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Kemudahan yang diberikan diantaranya

adalah Pasien dapat mengetahui berapa lama menginap dan apa saja tindakan

medis yang telah dilakukan dengan adanya aplikasi

Billing System

ini pasien

diberikan pelayan yang cepat dan mudah. Bentuk Implementasi kebijakan

(6)

Pada prakteknya, Implementasi kebijakan

e-Government

melalui

Billing

System

di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat masih banyak

kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan dibenahi. Pemasangan

Aplikasi

Billing System

belum dapat dikatakan efektif, salah satu penyebabnya adalah

kebijakan penerapan

e-Government

memerlukan biaya yang cukup besar

dikarenakan belum adanya anggaran khusus dalam mengelolanya.

Masalah lainnya yang sering dihadapi ialah keterlambatan tiap

bagian-bagian yang mendukung

untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pelaporan

administrasi pasien yang sering terlambat dikarenakan jaringan yang sering

terganggu dan tidak berfungsi dengan baik. Seperti halnya jaringan yang ada

sering terjadi gangguan dan menghambat pelaporan administrasi pasien.

Permasalahan yang sering terjadi di Rumah Sakit Jiwa (RSJP) Jawa Barat,

terdapat beberapa permasalahan yang signifikan, permasalahannya diantaranya

adalah kurangnya sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit Jiwa Jawa

Barat, sehingga cara mengaplikasikan komputerisasi masih kurang memahami dan

menguasai dengan baik. Kurangnya sumberdaya manusia sehingga cara

mengaplikasikan komputerisasi masih kurang memahami dan menguasai dengan

baik. Sedangkan sistem informasi yang ada telah mendukung untuk tercapainya

pelayanan publik dengan baik dan cepat.

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting lainnya. Staf

pegawai Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa barat yang ada sekarang lebih menyukai

budaya kerja yang konvensional, daripada menggunakan komputer. Keberadaan

(7)

itu keberadaan tenaga ahli merupakan faktor pendukung lainnya. Tenaga ahli

sangat diperlukan dalam penggunaan alat baru tersebut. Tenaga ahli di Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat saat ini masih kurang. Kekurangan tenaga ahli

tersebut merupakan kendala yang harus dihadapi, selain budaya kerja yang

konvensional.

Sebagai suatu intansi Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa

Barat yang sarat dengan kompleksitas fungsi dan tugas menghadapi sejumlah

masalah yang tidak pernah tuntas pemecahannya dan kendala yang sering

dihadapi di lapangan baik teknis ataupun nonteknis yang terkadang menghambat

kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul sebagai

berikut:

Implementasi Kebijakan

E-Government

Melalui

Billing System

Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik di Loket Pembayaran Rumah Sakit

Jiwa Provinsi (RSJP) Jawa Barat

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti membuat

identifikasi masalah sebagai berikut:

(8)

2.

Bagaimana

Resources

dalam kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam meningkatkan pelayanan

publik di loket pembayaran RSJP Jawa

Barat?

3.

Bagaimana

Dispositions

dalam kebijakan

e-Government

melalui

Billing

System

dalam meningkatkan pelayanan

publik di loket pembayaran RSJP

Jawa Barat?

4. Bagaimana

Bureaucratic Structure

dalam kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran

RSJP Jawa Barat?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui implementasi

kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam meningkatan pelayanan

publik di loket pembayaran RSJP Jawa Barat. Adapun tujuan yang ingin dicapai

dalam penyusunan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui

Communication

dalam kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran

RSJP Jawa Barat.

(9)

3. Untuk mengetahui

Dispositions

dalam kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam meningkatkan pelayanan publik di loket pembayaran

RSJP Jawa Barat.

4. Untuk mengetahui

Bureaucratic structure

dalam kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam meningkatkan pelayanan publik di loket

pembayaran RSJP Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis. Adapun

kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

peneliti untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan di bidang

pemerintahan terutama mengenai implementasi kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam meningkatkan pelayanan

publik di loket

pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

2. Kegunaan teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

informasi bagi perkembangan ilmu pemerintahan mengenai implementasi

kebijakan

e-Government

.

3. Kegunaan praktis, yaitu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Rumah Sakit Jiwa

(10)

1.5 Kerangka Pemikiran

Pengembangan e-

Government

merupakan upaya untuk mengembangkan

penyelenggaraan

pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka

meningkatkan

pelayanan publik secara efektif dan efisien. Melalui

pengembangan

e-Government

Dilakukakan pembenahan dan penataan sistem

manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan

pemanfaatan teknologi informasi.

Sedangkan pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn

adalah:

Implementasi adalah tindakan

-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijakan (Meter dan Horn dalam Wahab,

2005:65).

Implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan

kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji

terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk

atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak

bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, implementasi biasanya menunjukan

seluruh upaya perubahan melalui sistem baru. Sistem dibuat untuk memperbaiki

atau meningkatkan pemprosesan informasi.

Setelah dirancang, sistem

diperkenalkan dan diterapkan kedalam organisasi pengguna. Jika sistem yang

(11)

dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya menolak sistem yang

diterapkan, maka pelaksanaan sistem tersebut dapat digolongkan gagal.

Istilah kebijakan atau sebagian orang mengistilahkan kebijakan

seringkali disamakan pengertiannya dengan istilah

policy

. Hal tersebut

barangkali dikarenakan sampai saat ini belum diketahui terjemahan yang

tepat istilah

policy

ke dalam Bahasa Indonesia. Menurut Hoogerwerf Istilah

kebijakan adalah:

Pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah semacam jawaban

terhadap suatu masalah, merupakan upaya untuk memecahkan,

mengurangi, mencegah suatu masalah dengan cara tertentu, yaitu

dengan tindakan yang terarah

(Hoogerwerf, 1983 : 4).

Sedangkan menurut Charles O jones yang dikutif oleh Winarno dalam

teori dan proses kebijakan publik istilah kebijakan (

policy term

) digunakan dalam

praktik sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan

yang sangat berbeda. Isitlah ini sering dipertukarkan dengan tujuan (

Goals

),

program, keputusan, (

decisions

), standar, proposal dan

grand design.

Berdasarkan pengertian tentang kebijakan yang telah dikemukakan

diatas dapat diartikan bahwa kebijakan menyangkut tentang masalah yang

dihadapi lembaga-lembaga yang mengambil keputusan yang menyangkut; isi,

cara atau prosedur yang ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil dan

dilaksanakan oleh para pejabat, suatu kelompok atau lembaga pemerintahan.

Berdasarkan pengertian implementasi menurut George C. Edward III

mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu

(12)

1.

Communication

2.

Resourcrces

3.

Dispositions

4.

Bureacratic Structure

(Edward III, 1980:10).

Model implementasi menurut Edward III di atas jelas bahwa terdapat

empat faktor yang mempengaruhi implementasi, yaitu

Communication

,

Resourcrces

,

Dispositions

, dan

Bureacratic Structure

. Masing-masing faktor

tersebut saling berhubungan satu sama lainnya, kemudian secara bersama-sama

mempengaruhi terhadap implementasi. Secara lebih rinci model implementasi

[image:12.612.141.538.410.624.2]

menurut Edward III bisa di lihat sebagai berikut:

Gambar 1.1

Model Pendekatan Implementasi Menurut Edward III

Sumber : Edward III (1980:148)

COMMUNICATION

RESOURCES

DISPOSITIONS

BUREAUCRATIC

STRUCTURE

(13)

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan yang dijelaskan oleh Edward

III dalam buku

Implementing Public Policy

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

diatas, adapun keberhasilan suatu implementasi kebijakan yaitu:

Kesatu

Communication

menurut Edward III adalah:

✁✂

h

f

☎✆✝✞ ✆ ✄✟ ✠ ☎✆ ✄✡✄☛ ✞

f

☞✆ ✄

ff

✄✌✞☎✍ ✄ ✎ ☞✏ ☎✌✑ ☎✡ ✎✏ ✄✡ ✄☛ ✞ ✒✞ ☎ ☞☛ ☎✝ ✞

h

✒✞ ✞

h

☞✝ ✄

w

o are implement a decision must know w

at t

ey are supposed to do.

Policy decisions and implementation orders must be transmitted to

appropriate personal be

✔✕

re t

ey can be

✔✕

llowed. Naturally, t

ese

communications need to be accurate, and t

ey must be accurately

perceived by implementors. many obstacles lie in t

e pat

o

transmission

f

☎✡ ✎ ✏ ✄✡ ✄☛✞✒✞ ☎ ☞☛✌☞✡✡✠ ☛ ☎✌ ✒✞☎☞☛ ✝✁

( Edward III, 1980:17)

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan Menurut Hogwood dan Gunn

yang dikutip oleh Wahab, komunikasi memegang peranan penting bagi

berlangsungnya koordinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn

yang dikutip oleh Wahab bahwa koordinasi bukanlah sekedar menyangkut

persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur

administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih

mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan (Hogwood dan Gunn dalam

Wahab, 2005:77)

Berdasarkan

penjelasan

teori

diatas

maka

faktor-faktor

yang

mempengaruhi komunikasi dalam implementasi kebijakan harus adanya kejelasan

petunjuk dalam implementasi kebijakan dan kejelasan, konsistensi dalam

menjalankan sebuah kebijakan maka Dengan terpenuhinya ketiga faktor

pendukung komunikasi maka akan tercapainya sebuah implementasi kebijakan

(14)

Faktor

Kedua

Resourcrces

dalam keberhasilan suatu implementasi

kebijakan menurut menurut Edward III adalah:

No matter

ow clear and consistent implementation orders are and no

matter

ow accurately t

ey are transmitted, i

t

e personel responsible

out policies lack t

e resources to do an a

✘ ✘

ective job, implementation will

not be e

✘ ✘

ective. important resources include sta

✘ ✘

o

t

e proper size and

wit

t

e necessary expertise

relevant and adequate in

✘ ✚

rmation on

ow

to implement policies and on t

e compliance o

ot

ers involved in

implementation: t

e aut

ority to ensure t

at policies are carried out as

t

ey intended

and

✘✛

cilities (including buildings,equipment,land and

supplies) in w

ic

or wit

w

ic

to provide service will mean t

at laws

will not be provided, and reasonable regulations will not be developed

(Edward III, 1980:53)

Menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutif oleh Dwiyanto, sumber

daya menunjukan kepada seberapa besar dukungan financial dan sumber daya

manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan. Hal sulit yang terjadi

adalah berapa nilai sumber daya finansial maupun manusia untuk menghasilkan

implementasi kebijakan dengan kinerja baik. (Van Meter dan Van Horn dalam

Dwiyanto, 2009:39)

Berdasarkan penjelasan diatas maka faktor-faktor pendukung sumberdaya

menjadi bagaian penting apabila sebuah implementasi ingin tercapai dengan

tersedianya pekerja, penjelasan mengenai sebuah kebijakan dijalakan,

kewenangan yang dimiliki dan kelengkapan sarana dan prasaran menjadi faktor

dari sumber daya dalam mencapai implementasi kebijakan dalam melaksanakan

pelayanan-pelayanan publik.

Faktor

Ketiga

Dispositions

dalam keberhasilan suatu implementasi

kebijakan menurut Edward III adalah:

(15)

implementation is to proceed e

✜✜ ✢

ctively, not only must implementors

know w

at to do and

ave t

e capability to do it, but t

ey must also

desire to carry out a policy. most implementors can exercise

considerable discretion in t

e implementation o

policies. one o

t

e

reasons

✜ ✤

r t

is is t

eir independence

✜ ✦ ✤

m t

eir nominal superiors w

o

✜ ✤

rmulate t

e policies. anot

er reason is t

e complexity o

t

e policies

t

emselves. t

e way in w

ic

implementors exercise t

eir direction,

owever, depends in large part upon t

eir dispositions toward t

e

policies. t

eir attitudes, in turn, will be in

✜✧ ★

enced by t

eir views toward

t

e policies per se and by

ow t

ey see t

e policies e

✜✜

ecting t

eir

organizational and personal interests

.

( Edward III, 1980:89).

Disposisi atau sikap pelaksanaan, jika para pelaksana bersikap baik karena

menerima suatu kebijakan maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan

secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang diharapakannya. Sebaliknya jika

perspektif dan tingkah laku para pelaksana berbeda dengan para pembuat

kebijakan maka proses implementasi akan mengalami kesulitan. Menurut

Subarsono kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri

dari para aktor pelaksana, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi

dalam bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya (Subarsono, 2006:7).

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam mendukung

Dispositions

dalam kesuksesan implementasi kebijakan harus adanya kesepakatan antara

pembuat kebijakan dengan pelaku yang akan menjalankan kebijakan itu sendiri

dan bagaimana mempengaruhi pelaku kebijakan agar menjalakan sebuah

kebijakan tanpa keluar dari tujuan yang telah ditetapkan demi terciptanya

pelayanan publik yang baik.

Faktor

Keempat

dalam keberhasilan suatu implementasi kebijakan

menurut Edward III

Bureaucratic structure

adalah:

(16)

t

e structures o

t

e organizations in w

ic

t

ey serve. two prominent

c

aracteristics o

bureaucracies are standard operating prosedurs

(SOPs) and

✭ ✮ ✯

gmentation. t

e

✭ ✰

rmer develop as internal respons to t

e

limited time and resources o

implementors and t

e desire

✭ ✰

r uni

✭✰

rmity

in t

e operation o

complex and widely dispersed organizations

t

ey

o

✭✲ ✳

n remain in

✭ ✰

rce due to bureaucratic inertia

(Edward III,

1980:125)

Pelaksana kebijakan mungkin tahu apa yang harus dilakukan dan memiliki

keinginan yang cukup dan sumber daya untuk melakukannya, tapi mereka

mungkin masih terhambat di implementasi oleh struktur organisasi di mana

mereka melayani. dua karakteristik utama birokrasi adalah prosedures operasi

standar (SOP) dan fragmentasi. yang pertama berkembang sebagai respon internal

untuk waktu yang terbatas dan sumber daya pelaksana dan keinginan untuk

keseragaman dalam pengoperasian kompleks dan tersebar luas organisasi, mereka

sering tetap berlaku karena inersia birokrasi.

Bureaucratic structure

adalah sumber-sumber untuk melaksanakan suatu

kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan

dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan

kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya

kelemahan dalam struktur birokrasi dan adanya

standard operating procesures

(SOPs)

standar operasi prosedur dalam rutinitas sehari-hari dalam menjalankan

impelementasi kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung

kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi

(17)

Berdasarkan penjelasan diatas mengeani faktor-faktor

Bureaucratic

structure

yang mendukung dalam suksesnya sebuah implementasi kebijakan harus

adanya prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya

dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai

tujuan yang ingin dicapai

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang.Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada,

yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program

program atau

melalui formulasi kebijakan privat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Implementasi kebijakan merupakan tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijakan, tindakan tersebut dilakukan baik oleh

individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Berdasarkan uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana

pelaksana kebijakan melakukan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya

akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan

itu sendiri.

Kebijakan penerapan

e-Government

bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat.

Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk

merealisasikan

suatu

tujuan

dalam

penerapan

e-Government

untuk

mengembangkan pemerintahan yang berbasis elektronik.

Bank Dunia (

World Bank

) mengemukan

e-Government

sebagai:

(18)

computing) t

at

ave t

e ability to trans

✼✽

rm relations wit

citizens

✾ ✿ ❀❁❂ ❃ ❀❀❃❀❄❅❂ ❆ ❇❈

h

❃ ❉ ❅❉ ❊❀ ❇

f

❋ ❇●❃ ❉ ❊❃ ❂❈ ❍

(

e-Government

dijadikan acuan

yang digunakan dalam sistem informasi pemerintahan (seperti dalam

Wide Area Networks

,

internet

, dan komunikasi berjalan) yang memiliki

kemampuan untuk menjembatani hubungan dengan warga negara lainya,

para pebisnis dan berbagai elemen pemerintahan lainnya) ( Bank dunia

dalam Indrajit, 2004: 3).

Dengan demikian

implementasi kebijakan

e-Government

tersebut

mempunyai kontribusi yang baik bagi pemerintah sebagai upaya untuk

meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat yang lebih cepat, efektif dan

efesien dan lebih meningkatkan kinerja aparatur supaya lebih baik.

Implementasi kebijakan penerapan

e-Government

terdapat

indikator-indikator yang penting, berkaitan dengan berbagai infrastruktur serta strategi

pendukungnya, yaitu meliputi:

1. data infrastruktur, meliputi manajemen sistem, dokumentasi, dan

proses kerja di tempat untuk menyediakan kuantitas dan kualitas data

yang berfungsi mendukung penerapan

e-Government.

2. infrastruktur legal, hukum dan peraturan termasuk berbagai perizinan

untuk mendukung menuju

e-Government

.

3. infrastruktur institusional, diwujudkan dengan institusi pemerintah

secara sadar dan eksis melakukan dan memfokuskan tujuannya dalam

penerapan

e-Government.

4. infrastruktur manusia, sumber daya manusia yang handal merupakan

hal pokok yang harus dipersiapkan dalam penerapan

e-Government

.

5. infrastuktur teknologi, penerapan

e-Government

banyak bertumpu

pada adanya infrastruktur teknologi yang memadai.

6. strategi pemikiran dan kepemimpinan, penerapan

e-Government

sangat

membutuhkan pemimpin yang membawa visi

e-Government

dalam

agendanya dan memiliki strategi pemikiran untuk mewujudkannya.

(Indrajit, 2002:25).

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi

(19)

Sinambela di dalam bukunya yang berjudul

Re

■❏

rmasi Pelayanan Publik

, bahwa

pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai berikut:

Pelayanan publik adalah pemenuhan

keinginan dan kebutuhan

masyarakat oleh penyelenggara pemerintah serangkaian aktivitas yang

dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,

Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar

dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat (Sinambela, 2006:5).

Pelayanan publik menurut definisi di atas dikatakan bahwa pelayanan

publik merupakan pemenuhan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada hakikatnya negara

dalam hal ini adalah pemerintah (birokrat) harus dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Moenir dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Pelayanan Umum di

Indonesia

, mengatakan bahwa pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik

kepada publik dapat dilakukan dengan cara:

1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan

2. Mendapatkan pelayanan secara wajar

3. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih-kasih

4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang.

(Moenir, 2006:47)

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa ciri pokok pelayan

publik adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan upaya manusia

(karyawan) atau peralatan lain yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan

untuk mencapai tujuan bersama Pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah

terhadap masyarakatnya harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Pelayanan

adalah sebuah aturan atau prosedur yang terbaik harus dilakukan dengan cara-cara

(20)

mengurus berbagai urusan supaya pelayanan yang dilakukan bisa berjalan dengan

cepat, memberikan pelayanan secara wajar dan tidak berlebihan sesuai dengan

keperluannya masing-masing, memberikan perlakuan yang sama dan tidak

membeda-bedakan dan bisa bersikap jujur.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, definisi operasional dalam

penelitian ini adalah:

1.

Billing System

adalah

aplikasi

pembayaran di loket pembayaran Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang menyimpan data pasien baik rawat

inap, rawat jalan, tindakan medis dan penggunaan obat dan jenis penyakit

yang diderita pasien supaya data pasien tertata dengan rapih dan mudah

dalam pengontrolan data pasien.

2. Implementasi adalah suatu tindakan- tindakan aparatur Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan

Billing System

untuk mencapai

tujuan dalam pelayanan masyarakat dan telah ditetapkan dalam keputusan

dan

dilaksanakan oleh

loket

pembayaran yang

bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.

3. Kebijakan adalah aturan yang di keluarkan oleh bagian keuangan Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat melalui aplikasi

Billing System

dalam

memberikan pelayanan terhadap pasien atau masyarakat.

4. Implementasi kebijakan adalah proses pelaksanaan oleh aparatur Rumah

(21)

implementasi kebijakan

e-Government

dapat dilihat dari indikator sebagai

berikut:

1)

Communication

adalah proses penyampain informasi komunikator

kepada komunikan untuk menghindari terjadinya distorsi informasi

yang disampaikan atasan ke bawahan sehingga proses komunikasi

antar pegawai loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa

Barat dapat berjalan dengan baik.

Communication

dalam penelitian ini

meliputi:

a.

Transmission

adalah Penyampaian informasi kebijakan publik

yang disampaikan oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat dalam implementasi kebijakan

e-Governmnet

melalui

Billing System

kepada kelompok sasaran khususnya

masyarakat pengguna

Billing Sytem

di loket pembayaran.

b.

Clarity

adalah tujuan yang telah ditentukan dan tidak menyimpang

dari ketentuan dalam pelaksanaannya harus jelas dan konsisten dan

sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh Bagian Keuangan

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam dalam implementasi

kebijakan

e-Governmnet

melalui

Billing System

harus konsisten.

c.

Consistency

adalah unsur kejelasan dimana perintah-perintah

implementasi yang tidak konsisten akan mendorong pelaksanan

mengambil tindakan dalam menafsirkan dan mengimplementasikan

kebijakan yang dibuat oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa

(22)

e-Governmnet

melalui

Billing System

akan dapat menghasilkan

suatu pelaksanaan yang baik dan konsisten.

2)

Resources

adalah pelaksana yang

bertanggung jawab untuk

melaksanakan kebijakan untuk melakukan pekerjaan merupakan faktor

yang mendukung kewenangan untuk memastikan bahwa kebijakan

tersebut dengan fasilitas (termasuk bangunan, peralatan, tanah dan

pasokan) di mana atau dengan yang menyediakan layanan dalam

pelaksanaan implementasi kebijakan

e-Governmnet

melalui

Billing

System

.

Resources

dalam penelitian ini meliputi:

a.

Sta

❑ ❑

adalah pelaku kebijakan dan memiliki kewenangan yang

diperlukan dalam kebijakan

e-Governmnet

melalui

Billing System

oleh Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

sehingga implementasi kebijakan

e-Government

melalui

Billing

System

dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah

direncanakan.

b.

In

❑▲

rmation

adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk

lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang

ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan baik masa

sekarang atau yang akan datang dalam melaksanakan dan

mematuhi apa yang menjadi tugas dan kewajibannya dalam

(23)

c.

Aut

ority

adalah

kewenangan yang

bersifat formal

yang

dikeluarkan dalam melaksanakan kebijakan pelaksanaan

Billing

System

di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam

melaksanakan

kebijakan

yang

telah

ditetapkan

dalam

kewenanganya.

d.

Facilities

adalah sumber daya peralatan pendukung dalam

melakukan tugas operasionalnya (sarana dan prasarana) hal

terpenting yang harus dimiliki oleh pelaksana

kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

di loket pembayaran Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, tanpa adanya sarana dan prasarana

yang mendukung maka pelaksanaan

Billing System

tersebut tidak

akan berhasil.

3).

Dispositions

adalah kecenderungan-kecenderungan atau kemaun,

keinginan atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan

kebijakan secara sunguh-sunguh apa yang menjadi tujuan kebijakan

dapat diwujudkan. Dalam implementasi kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat.

Dispositions

dalam penelitian ini meliputi:

a.

E

◆◆ ❖

cts O

Dispositions

, adalah Kecenderungan- kecendurangan

pelaksana menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap

(24)

dalam peningkatan pelayanan publik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat.

b.

Incetives

adalah mengubah kecenderungan yang ada pelaksana

melalui manipulasi

Incitives

oleh pembuat kebijakan melalui

keuntungan-keuntungan atau biaya-biaya akan membuat pelaksana

melaksanakan perintah dengan baik dalam implementasi kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

di loket pembayaran Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

4).

Bureaucratic

Structure

adalah

struktur organisasi, pembagian

kewenangan dalam pelaksana kebijakan

e-Government

melalui

Billing

System

di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

Struktur birokrasi dalam penelitian ini meliputi:

a.

Standar operating procedures

(

SOPs

) adalah mekanisme,

system

dan prosedur pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas pokok,

fungsi kewenangan dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh

loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam

implementasi Kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

b.

Fragmentasi

adalah penyebaran tanggung jawab atas bidang

kebijakan antara beberapa unit organisasi oleh pelaksana kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

di loket pembayaran Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat terhadap aktivitas pegawai di tiap

(25)

Implementasi

Kebijakan

E-Government

Melalui

Billing

System

di Loket Pembayaran

Rumah Sakit Jiwa Provinsi

(RSJP) Jawa Barat

Berikut ini merupakan bagan yang telah dimodufikasi oleh peneliti untuk

memperjelas dan mempertajam sebagai tambahan dari kerangka teori yang telah

[image:25.612.153.508.199.646.2]

diuraikan sebagai berikut:

Gambar 1.2

Model Kerangka Pemikiran

Resources

1.

Sta

PP

2.

In

P ◗

rmation

3.

Aut

ority

4.

Facilities

Communication

1.Transmission

2. Clarity

. Consistency

Dispositions

1.

E

PP❚

cts O

P

Dispositions

2.

Incetives

Bureacratic Structure

1.Standard Operating

Prosedures (SOP)

2.

P❯❱

gmentation

Pelayanan Publik Di Loket

Pembayaran Rumah Sakit

(26)

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif yaitu untuk

menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian diklasifikasikan

sehingga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih

mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan, dengan begitu

dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam memilih suatu

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir,1998:5). Metode ini bertujuan

untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang

tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antar dua gejala atau

lebih. Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu:

Memandang

objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi

pemikiran, dan utuh (

olistic

) karena setiap aspek dari objek itu

memiliki satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.Suatu realitas atau

objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah dalam beberapa

variable

(Sugiyono, 2005:5).

Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan kualitatif merupakan pendekatan

yang mempelajari tingkah laku manusia khususnya orang-orang yang diteliti.

Pemahaman orang yang diteliti mengenai tingkah laku serta harus dapat

(27)

1.6.2

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah:

a. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan untuk informan atau

narasumber

mengenai

implementasi

kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam peningkatan pelayanan publik di loket

pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai pembuat

pelayanan tersebut. Selain itu kepada masyarakat sebagai pengguna

pelayanan kebijakan

Billing System

.

b. Observasi Non partisipan, yaitu peneliti tidak terlibat dengan kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian. Dengan obervasi non partisipan ini, maka data

yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

c. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari dan mencari buku-buku

pegangan

yang

berhubungan

dengan

implementasi

kebijakan

(28)

1.6.3

Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive

(pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan

informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan

pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitian, penentuan informan sebagai sumber data berdasarkan pertimbangan

tertentu. Teknik tersebut disebut teknik

purposive

, yaitu:

Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu dapat diartikan bahwa informan yang kita pilih

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi

objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2005:54).

Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan

implementasi kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam peningkatan

pelayan publik, yaitu pengambilan informan penelitian yang berkaitan dengan

implementasi kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam peningkatan

pelayan publik di Loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

Informan yang berkaitan dengan implementasi kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam peningkatan pelayan

publik

yaitu terdiri dari

aparatur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dan masyarakat, adapun informan

dari aparatur Rumah Sakit Jiwa Provinisi Jawa Barat terdiri dari:

1. Drs Yoyo Sumarno, MM Kepala Bagian Keuangan sebagai orang yang

(29)

2. Muhadi Ka Sub Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana sebagai

orang yang bertanggung jawab terhadap keuangan di Rumah Sakit

Jiwa Provinsi Jawa Barat.

3. Yani Supriantini, SE. Kepala Sub Bagian Akutansi dan Verifikasi.

Beliau merupakan orang yang saat ini mengetahui tentang

Pemanfaatan dan strategi

e-Government

melalui

Billing System

.

4. Dadang Somantri, S.Sos. Ka. Sub Bagian Perencanaan, Pelaporan dan

Pemasaran yang mengetahui tentang kebijakan

Billing System.

5. Akasah S.Sos., MM beliau dari Pusat Informasi yang mengetahui

Billing System.

6. Sortamin

Purba,

S.Sos.

Ka.Sub

Bagian

Kepegawain

dan

Pengembangan SDM sebagai yang bertanggung jawab dalam

peningkatan skill individu pegawai Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa

Barat.

7. Ade akim S.T Tenaga ahli dari Pusat Informasi yang memperbaiki

Billing

System

apabila ada kerusakan atau gangguan dalam

pengoprasian

aplikasi Billing System.

8. Staff-staff Sub di Bagian Keuangan loket pembayaran berjumlah dua

(30)

Penetuan informan untuk narasumber berikutnya adalah masyarakat yang

menggunakan pelayanan publik di loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat. Peneliti menggunakan

accidental

yaitu :

Teknik penelitian sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

secara kebetulan atau incidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2007:85)

.

Informan yang menjadi narasumber yang berkaitan dengan implementasi

kebijakan

e-Government

melalui

Billing System

dalam peningkatan pelayanan

publik di Bagian Keuangan loket pembayaran Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa

Barat adalah:

1. Lilis Sulistiati keluarga pasien yang sedang mengantar berobat jalan

adiknya ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

2. Eka keluarga pasien yang sedang daftar untuk berobat ke Rumah Sakit

Jiwa Provinsi Jawa Barat.

3. Jajang Solichin keluarga pasien yang sedang mengantar berobat jalan

kakaknya ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

4. Slamet Raharjo keluaraga pasien yang sedang daftar untuk Berobat ke

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

5. Asep Rahmat keluaraga pasien yang sedang daftar untuk Berobat ke

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

6. Riska Hasnanti keluarga pasien yang sedang mengantar berobat jalan

(31)

1.6.4

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisis

deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian

yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian

hubungan diantara bagian dalam keseluruhan.

Terdapat unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian kualitatif

dimana terbagi menjadi:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis untuk mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting,

dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan.

2. Sajian Data

Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat

ditariknya suatu kesimpulan. Sajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, namun

yang sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif, karena akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan sesuatu

selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah diproses

pengumpulan data berakhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada.Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih belum pasti sehingga setelah diteliti menjadi jelas berupa

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan yang

dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan mempertayakannya

kembali. Sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk

memperoleh pemahaman yang lebih tepat

( Sugiyono, 2005:92-99).

Berdasarkan hal di atas maka teknik analisis data merupakan proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan

(32)

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain.

1.7 Lokasi Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat (RSJP), Jl Kolonel Masturi KM 7 Kabupaten Bandung

Barat.Telp 022-2700260 Fax 2700304. Adapun waktu penelitian dapat dilihat

[image:32.612.98.547.361.666.2]

dalam tabel berikut :

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Tahun Tahun 2010

2009

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agst

1

Observasi awal

2

Pengajuan Judul

U.P

3

Penyusunan U.P

4

Seminar U.P

5

Pengajuan surat ijin

6

Pelaksanaan

observasi

7

Wawancara

8

Dokumentasi

9

Penulisan Skripsi

(33)

32

❜ ❝❞❩❡ ❢❣❤❡ ❤ ✐❥❦❧♠❛❤ ♥♠ ♦ ❦♣❦ ✐

❜ ❝❞❝❞❴❤✐q❤r❥♠ ❦ ✐❩❡ ❢❣❤ ❡❤✐❥❦❧ ♠

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu

s t✉ ✈✇ ①② ✈② ③s

yang berarti

mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk

melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat

berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan

yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang

dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah:

Konsep implement

asi berasal dari bahasa inggris yaitu

s t ✉✈✇ ①②✈②③ s

.

Dalam kamus besar webster,

s t ✉✈✇ ①②✈②③ s

(mengimplementasikan)

berati

st ✇④ t⑤✉ ⑥②s ⑦② ✈② ⑧③ ⑨⑩t④❶ ⑧④④ ❷✉③ ❸t❹ s

(menyediakan sarana untuk

melaksanakan sesuatu); dan

st ❸✉⑤② ✇④ ⑧❶ s✉ ❶ ⑧ ① ② ⑩⑩ ②❶ s st

(untuk

menimbulk

an dampak/akibat terhadap sesuatu) (Webster dalam Wahab,

2004:64).

Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu

(Bambang Sunggono 1994:137).

Berdasarkan diatas maka implementasi itu merupakan tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan

dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat

(34)

memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat.Hal tersebut

bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi

sampai merugikan masyarakat.

Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi merupakan

tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu

keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan

pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam

praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di

bawah mandat dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak

jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya

tidak dilakukan.

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai

berikut:

Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya

dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk

perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan

badan peradilan .

(Mazmanian dan Sebastiar dalam Wahab,2004:68).

Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan

kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau

keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses

implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti

tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk

pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang

(35)

Menurut uraian di atas, jadi implementasi itu merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di

tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam

membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan

tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat, Hal

tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat

apalagi sampai merugikan masyarakat.

❺ ❻❼❻❺❽❾ ❿➀ ❾➁➂➃ ➄ ❿➅ ❾➆➃ ➇➄➈ ➄❿

Kebijakan secara efistimologi, istilah kebijakan berasal dari bahasa Inggris

➉ ➊ ➋➌ ➍

y

. Akan tetapi, kebanyakan orang berpandangan bahwa istilah kebijakan

senantiasa disamakan dengan istilah kebijaksanaan. Padahal apabila dicermati

berdasarkan tata bahasa, istilah kebijaksanaan berasal dari kata

➎➌➏ ➐➊➑

.

Pendapat Anderson yang dikutip oleh Wahab, merumuskan kebijaksanaan

sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau

sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang

sedang dihadapi (Anderson dalam Wahab, 2004:3). Oleh karena itu,

kebijaksanaan menurut Anderson merupakan langkah tindakan yang sengaja

dilakukan oleh aktor yang berkenaan dengan adanya masalah yang sedang di

hadapi.

Kebijakan menurut pendapat Carl Friedrich yang dikutip oleh Wahab

bahwa:

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang

(36)

tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya

mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan

sasaran yang diinginkan

(Friedrich dalam Wahab, 2004:3).

Berdasarkan definisi di atas, kebijakan mengandung suatu unsur

tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh

seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai

hambatan-hambatan pada pelaksanaannya tetapi harus mencari peluang-peluang untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan

Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan dan

umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun

pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari

peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan. Hal

tersebut berarti kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan

praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilai

yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka

kebijakan tersebut akan mendapat kendala ketika di implementasikan. Sebaliknya,

suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-praktik

yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

➒ ➓➔➓ →➣↔ ↕➙ ↔➛➜➝ ➞ ↕➟ ➠➡➢ ↔ ➠↔ ↕➜ ➞➤➝➥ ↔➦➝ ➧➞➨ ➞ ↕

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh

Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah:

(37)

teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna

meraih dampak atau tujuan yang diinginkan (Lester dan Stewart dalam

Winarno, 2002:101-102).

Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan

kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji

terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk

atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak

bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Implementasi kebijakan menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk

mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam

bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan

dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh karena itu, implementasi

kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua pilihan, dimana

yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan

kedua melalui formulasi kebijakan.

Pengertian implementasi kebijakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan suatu implmentasi Van Meter dan Van Horn juga mengemukakan

beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

2. Sumber-sumber kebijakan

3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana

4. Komunikasi antar organisasi terkait

dengan

kegiatan-kegiatan

pelaksanaan

5. Sikap para pelaksana, dan

(38)

Keberhasilan suatu implementasi menurut kutipan Wahab dapat

dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor di atas, yaitu:

➩ ➫➭ ➯➲ ➳

yaitu ukuran dan

tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam melaksanakan kebijakan, hal tersebut

dilakukan agar sesuai dengan program yang sudah direncanakan.

➩ ➫➵➳ ➯➸

sumber daya kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn yang

dikutip oleh Agustino, sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses

implementasi kebijakan yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya

manusia, biaya, dan waktu (Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:142).

Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah.

Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber penggerak

dan pelaksana kebijakan, modal diperlukan untuk kelancaran pembiayaan

kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan. Sedangkan waktu merupakan

bagian yang penting dalam pelaksanaan kebijakan, karena waktu sebagai

pendukung keberhasilan kebijakan. Sumber daya waktu merupakan penentu

pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan.

➩ ➫➲➺ ➻➯➸

keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri

badan/instansi pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja

implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang

tepat serta cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya. Menurut

Subarsono kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri

dari para aktor, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam

(39)

➼ ➽ ➽➾➚ ➪➶ ➹

komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya

koordinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip

oleh Wahab bahwa:

Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan mengkomunikasikan

informasi ataupun membentuk struktur-struktur administrasi yang cocok,

melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik

pelaksanaan kebijakan . (Hogwood dan Gunn dalam Wahab, 2004:77)

.

Berdasarkan teori diatas maka Semakin baik koordinasi komunikasi

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka

terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula

sebaliknya.

➼ ➽➘ ➴ ➾➪ ➹

menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Widodo,

bahwa karakteristik para pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi,

norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi (Meter dan Horn

dalam Subarsono, 2006:101). Sikap para pelaksana dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus dilandasi dengan sikap disiplin.

Hal tersebut dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan, setiap badan/instansi pelaksana kebijakan harus merasa memiliki

terhadap tugasnya masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya.

➼ ➽ ➽➷ ➪ ➾➹

dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan

menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauh mana

lingkungan eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik yang telah

(40)

(Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:144). Lingkungan ekonomi, sosial dan

politik juga merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu implementasi

➬ ➮➱➮ ✃ ❐ ❒ ❮❒❰

-tahap Implementasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka

diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. (M. Irfan Islamy 1997:

102-106) membagi tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu:

a. Bersifat

ÏÐÑ ÒÓ Ð

x

ÐÔÕ Ö ×Ø Ù

, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan

disahkannya suatu

kebijakan maka kebijakan tersebut akan

terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu

negara terhadap kedaulatan negara lain.

b. Bersifat

ØÚØ ÏÐÑÒÓ Ð

x

Ð ÔÕ Ö×Ø Ù

yang berarti bahwa suatu kebijakan publik

perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan

pembuatan kebijakan tercapai.

(Islamy 1997: 102-106)

Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Solichin Abdul

Wahab (1991: 36) dalam buku

Û Ø ÛÑ×Ï ×ÏÜ ÐÝ ×ÞÛÜ Û Ø ßà Û á ×ÒÚáâÕ Ñ Û Ï ×Ü Ð× âã Ñ ÐâÐØ ÖÛ Ï×

ÜÐÝ ×ÞÛ ÜÛ ØØ ÐÙ Û áÛ

mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut:

Tahap I

Terdiri atas kegiatan-kegiatan:

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan

tujuan secara jelas

b. Menentukan standar pelaksanaan

c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu

pelaksanaan.

Tahap II: Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan

struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode

Tahap III: Merupakan kegiatan-kegiatan:

a. Menentukan jadwal

b. Melakukan pemantauan

c. Mengadakan

pengawasan

untuk

menjamin

kelancaran

pelaksanaan

program.Dengan

demikian

jika

terdapat

penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yang

sesuai dengan segera.

(41)

Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan

penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier

dalam Solichin Abdul Wahab, yaitu mempelajari masalah implementasi kebijakan

berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu

program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan

kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut

usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak

tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku

lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi memperhatikan

berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada impelementasi

kebijakan negara.

2.1.5 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

Menurut

Budi Winarno implementasi kebijakan bila dipandang dalam

pengertian yang luas, merupakan:

Alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur,

dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan

guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan (Winarno 2002:102).

Adapun syarat-syarat untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara

secara sempurna menurut teori implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis

A.Gun yang dikutif oleh abdul wahab, yaitu :

Gambar

Gambar 1.1Model Pendekatan Implementasi Menurut Edward III
Gambar 1.2Model Kerangka Pemikiran
Tabel 1.1Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat kita ketahui metode komunikasi terapeutik di Rumah sakit Jiwa provinsi Jabar yang dilakukan oleh perawat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi rekam medis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 belum berjalan optimal karena

Dari hasil penelitian implementasi kebijakan pelayanan terpadu di BPPT Propinsi Jawa Barat dan beberapa temuan yang berkaitan dengan pelayanan, maka hasil temuan

Subyek penelitian diambil dari keluarga pasien yang menderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.Peneliti mengumpulkan data tingkat pengetahuan

Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama: Dari hasil data yang di peroleh bahwa implementasi kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit islam A.Yani Surabaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi rekam medis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 belum berjalan optimal karena

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Penerapan kebijakan e-Government dalam peningkatan mutu pelayanan publik di kantor kecamatan Sambutan kota Samarinda mulai

Implementasi Kebijakan Inovasi Pelayanan Publik Di Puskesmas Jaya Mukti Dalam Meningkatkan Kepuasan Masyarakat by Trio Saputra Submission date: 22-Aug-2022 03:33PM UTC+0700