• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

HIKMAH PONDOK CABE”

(Penelitian Tindakan Kelas)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

SRI MAILINA

NIM 1111011000094

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN (FITK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh strategi

Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akidah akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe; 2) Untuk mengetahui perubahan pola sikap siswa setelah menggunakan strategi CTL dalam mata pelajaran akhlak terhadap sesama.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau observasi, catatan lapangan, wawancara, dan pelaksanaan tes hasil belajar disetiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, yang terdiri dari dua pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yiatu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Penelitian ini dilakukan di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe, Tangerang Selatan, pada siswa kelas VIII A (delapan) yang berjumlah 33 siswa, semester genap tahun ajaran 2014/2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman siswa terhadap pelajaran akhlak tercela kepada sesama dengan menerapkan strategi

Contextual Teaching and Learning (CTL) ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu prasiklus (48,48%), siklus I (75,75%) dan siklus II (90,9%) dengan nilai rata-rata siklus I adalah 73,27 dan siklus II adalah 87,12. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan strategi CTL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pelajaran akhlak tercela kepada sesama di Kelas 8 Tahun Ajaran 2014/2015 di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe. Dengan kata lain hipotesis penelitian ini diterima.

(7)

Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe. The aim of this research are:

1) For knowing the effect of Contextual Teaching and Learning strategy to improve students comprehension to ward the subject matter of Akidah akhlak in SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe; 2) For knowing the alteration of students after using CTL strategy.

The method which is used in this research is classroom action (PTK). Classroom action is implementedas an efforts for solving the problems in the class. Accumulation of data was done with observation method,field annotation,interview,and test in the end of learning. This research was arrangedin 2 cycles. Firstly, the cycle consist offour stages (planning,acting,observing,and reflecting).

This research was carried out in SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe, Tangerang Selatan, in VIII A class which number of 33 students, the even semester periode 2014/2015.

The result of this research showed that the increasing of students comprehension toward the subject Akidah akhlak byContextual Teaching and Learning (CTL) strategy designatedwith increasing the students learning completement in every cycle, that is pracycle(48,48%), cycle I (75,75%), and cycle II (90,9%) whereas the level values in cycle I is73,27 dan cycle II is 87,12.Thus, by using CTL strategy can improve comprehension the students about Akidah akhlak( bad character ) so that this hypotheses in this research was acceptable.

(8)

telah memberikan banyak rahmat, nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shali ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa sayyidinaa Muhammad. Shalawat serta salam tidak lupa saya kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, makhuk mulia yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan membawa kita pada jalan yang di ridhai Allah SWT. Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Salim dan Ibunda Asanah, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan

kasih sayang.

Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Majid Khon, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Marhamah Saleh. Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Tanenji, MA. Dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.

(9)

Alimudin, serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan mendoakan kepada penulis selama ini.

8. Dwi Agung Subekti, S.Pd.I yang telah memberikan doa, semangat, dan saran bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat ku Afifah, Ana Nurwachidah, dan Anggun Atika yang senantiasa selalu menemani dalam suka maupun duka, memberikan keceriaan, motivasi, dan memberikan saran untuk menyelesaikan penelitian ini.

10.Sahabat-sahabat PAI C Muta’aliyah, Nining, Rena, Azkaa, Azizah, Uus, Neha, Syifa, Ayu, Irfan, Jaka, Akmal, Rohmat, Firmansyah, Aziz, Firman, Widadi, Haikal, Wiguna, Taufik, Syahrul, Topik, Ali, Arvin, Syauqi, dan Abdau, serta Sahabat PAI Angkatan 2011 yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan penelitian.

11.Teman kosan ku tercinta Syifa, Ema, Kak Iin, Dila, Nidya, Aulia, Kak Sana, Kak Hesti, Kak Elina, Mba Ziny, Ibu Nur yang selalu memberikan keceriaan, canda tawa, dan semangat untuk penulis agar menyelesaikan penelitian ini.

12.Adik-adik SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe yang telah mendukung proses berjalannya penelitian.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, mudah-mudahan segala bimbingan, dan bantuan, dan doa yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah

pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 21 Desember 2015

(10)

v

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN... ix

DAFTRA LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

(11)

vi

1. Pengertian CTL ... 8

2. Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 9

3. Strategi Pembelajaran Kontekstual ... 14

4. Karakteristik Pembelajaran CTL ... 16

5. Langkah-Langkah Penerapan CTL ... 16

B. Akhlak ... 17

1. Pengertian Akhlak ... 17

2. Tujuan Akhlak... 19

3. Akhlak Tercela Kepada Sesama ... 21

4. Bentuk-Bentuk Akhlak Tercela Kepada Sesama ... 22

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian ... 27

1. Metode Penelitian ... 27

2. Intervensi Tindakan atau Rencana Siklus Penelitian ... 28

C. Subjek/ Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 30

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 30

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 30

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32

G. Data dan Sumber Data ... 32

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 33

I. Teknik Pengumpulan Data ... 36

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 37

K. Analisis Data dan Interpretasi Data... 40

(12)

vii

B. Deskripsi dan Analisis Data ... 45

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

(13)

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 41

Tabel 3.4 Kriteria Validitas Soal ... 43

Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Tes ... 45

Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik Baru ... 50

Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Ruang Belajar dan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana ... 50

Tabel 4.4 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 51

Tabel 4.5 Nama-Nama Guru SMPI Al-Hikmah ... 51

Tabel 4.6 Tahapan Tindakan Siklus I ... 53

Tabel 4.7 Kesimpulan Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ... 57

Tabel 4.8 Tahapan Tindakan Siklus II ... 59

[image:13.595.111.489.150.565.2]
(14)
(15)

x

Lampiran 2 Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes

Lampiran 3 RPP Siklus 1

Lampiran 4 Soal Siklus 1

Lampiran 5 RPP Siklus 2

Lampiran 6 Soal Siklus 2

Lampiran 7 Hasil Belajar Siswa

Lampiran 8 Lembar Observasi Siklus 1

Lampiran 9 Lembar Observasi Siklus 2

Lampiran 10 Hasil Wawancara

Lampiran 11 Catatan Lapangan

Lampiran 12 Data Profil Sekolah

(16)

A.

Latar Belakang Masalah

Dalam wacana pendidikan, ada dua tataran yang sering dipertentangkan yang sesungguhnya saling membutuhkan, yakni teori dan praktik. Filsuf pendidikan, John Dewey, mengingatkan kita bahwa teori pada akhirnya dan seyogianya menjadi sesuatu yang paling praktis. Berbagi teori muncul silih berganti dengan daya atraktif masing-masing.1 Untuk memahami hubungan teori dan implementasinya dalam dunia

pendidikan, ada empat konsep kunci yang saling terkait, yaitu

teaching, learning, instruction, dan curriculum. Teaching adalah refleksi sistem kepribadian guru yang bertindak secara professional.

Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan. Instruction adalah sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan belajar. Sedangkan

curriculum adalah sistem sosial yang berujung pada sebuah rencana untuk pengajaran.2

Dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar di sekolah adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran walaupun ia telah mengeluarkan seluruh tenaga dan pikiran

untuk belajar. Penyebab timbulnya kesulitan-kesulitan dalam belajar di sekolah salah satunya adalah guru tidak memberikan motivasi belajar

kepada siswa, kurangnya keterampilan guru dalam mengajar di kelas, kurangnya minat siswa untuk belajar, sehingga walaupun siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran di depan kelas tetapi tidak semua siswa bisa memahami apa yang disampaikan oleh guru tersebut dan mempraktikkan nya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlunya menggunakan strategi pembelajaran ketika mengajar di kelas.

1 Elaine B. Johnson, CTL (Contextual Teaching and Learning). Penerjemah Ibnu Setiawan (Bandung: Kaifa Learning, 2014), Cet. 1. h. 17.

(17)

Ketika saya melakukan observasi di sekolah, saya melihat guru bidang studi yang mengajar di kelas cenderung melakukan kegiatan mengajar menggunakan metode ceramah, sehingga peran siswa di kelas hanya sebagai pendengar dan pencatat apa yang disampaikan oleh guru yang mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, khususnya dalam memahami materi akidah akhlak. Seharusnya, guru menggunakan strategi belajar yang bisa membuat siswa semakin semangat dan aktif dalam belajar.

Dari hasil pengamatan, siswa tersebut belum memiliki kesadaran pentingnya sekolah bagi diri mereka sendiri dalam mencari ilmu. Semua itu dibuktikan dengan nilai mereka di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), khususnya untuk mata pelajaran akidah akhlak yaitu 70. Oleh karena itu, pentingnya menerapkan strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran akidah akhlak agar siswa lebih mudah dalam memahami pelajaran dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata

stratos (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).3 Jadi, strategi adalah suatu rencana atau pola yang dilakukan untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai.

Di dalam konteks belajar –mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Menurut Gerlach dan Ely sebagaimana dikutip oleh Iif Khoiru

Ahmadi dkk. strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan

(18)

pembelajaran tertentu.4 Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.5

Dari berbagai definisi, penulis menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas baik secara individu atau berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu sehingga memperoleh

keberhasilan dan kesuksesan yang ingin dicapai.

Strategi pembelajaran terdiri dari pembelajaran tematik, pembelajaran tuntas (mastery learning), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning).6

Strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan yang lainnya.7

Dengan menggunakan strategi CTL, maka akan mempermudah guru dalam memahamkan siswa tentang materi pelajaran yang diajarkan karena siswa terkadang malas dan tidak serius dalam belajar di kelas sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran terutama pelajaran akidah akhlak.

CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka

4 Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP ( Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya, 2011), Cet. 1, h. 9.

5 Abdul Majid, op.cit., h. 4. 6Ibid., h. 228.

(19)

sebagai anggota keluarga dan masyarakat.8 Tujuan utama CTL adalah membantu siswa dengan cara yang tepat untuk mengaitkan makna pelajaran-pelajaran akademik mereka. CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna.9

Akidah akhlak merupakan materi pelajaran yang membahas mengenai keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran islam dan mempelajari tentang perilaku manusia yang baik dan yang buruk. Namun,

terkadang siswa hanya sekedar mengetahui dan mempelajarinya saja tanpa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga itu menjadi tugas guru untuk memberikan penjelasan menggunakan strategi CTL yang mengaitkan pengetahuan dengan kenyataan sehingga siswa bisa memahami secara materi dan praktik.

Akhlak tercela kepada sesama merupakan salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran akidah akhlak kelas 8 di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe. Akhlak tercela kepada sesama terdiri dari hasad, dendam, namimah, gibah, fitnah. Untuk siswa kelas 8 di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe mata pelajaran akhlak tercela kepada sesama sedikit susah untuk dipahami karena guru hanya menjelaskan dengan metode ceramah tanpa mempraktikkan di depan kelas atau mengaitkan dengan kehidupan nyata.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan strategi pembelajaran CTL ini tidak hanya semuanya dilakukan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman dan mengubah pola sikap siswa mengenai akhlak tercela kepada sesama melainkan adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan masyarakat agar siswa tetap merasa terbimbing.

Jadi, dalam hal ini diperlukan kerja sama antara guru, orangtua, dan

lingkungan masyarakat agar tercapainya tujuan pendidikan yang ideal sesuai dengan yang diharapkan bersama.

8Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, (Bandung : PT. Karya Mandiri

(20)

Berdasarkan dari berbagai permasalahan tersebut, maka penulis mengajukan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai permasalahan yaitu :

1. Siswa kurang minat dalam mengikuti pelajaran akidah akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe

2. Guru tidak terampil dalam menyampaikan materi akidah akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe

3. Kurangnya pemahaman siswa tentang pelajaran akhlak tercela terhadap sesama sehingga siswa tidak dapat membedakan antara perilaku terpuji dan perilaku tercela dalam kehidupan sehari-hari.

4. Guru kurang memberikan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran akidah akhlak.

C.

Pembatasan Masalah

(21)

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalahnya pada :

1. Bagaimana pengaruh strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam meningkatkan pemahaman siswa

tentang pelajaran akidah akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe? 2. Apakah terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) terhadap perubahan sikap siswa di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe?

E.

Tujuan Penelitian

Dari beberapa pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh strategi Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akidah akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe

2. Untuk mengetahui perubahan pola sikap siswa setelah menggunakan strategi Contextual Teaching and Learning dalam mata pelajaran akhlak terhadap sesama.

F.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan terhadap guru agar senantiasa memotivasi siswa SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe dalam meningkatkan pemahaman dan akhlak siswa. b. Dapat meningkatkan kualitas mengajar guru dalam meningkatkan

pemahaman dan akhlak siswa di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe. 2. Bagi sekolah

(22)

3. Bagi Penulis

a. Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang penerapan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang mata pelajaran akidah akhlak.

G.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

(23)

A.

CTL (

Contextual Teaching and Learning

)

1.

Pengertian CTL

CTL merupakan singkatan dari Contekstual Teaching and Learning. Konteks berasal dari kata kerja Latin contexere yang berarti “menjalin bersama”. Kata “konteks” merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri, yang terjalin bersamanya.1

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.2

Menurut Blanchard, Bern dan Erickson sebagaimana dikutip oleh Kokom Komalasari “Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations; and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires.”

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.3

1 Elaine B. Johnson, CTL (Contextual Teaching and Learning), (Bandung: Kaifa Learning, 2014), h. Cet. 1, h. 82-83.

2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 5, h. 255.

(24)

merupakan pembelajaran yang tidak hanya diberikan teori melainkan siswa berperan langsung dalam kegiatan tersebut dan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan siswa untuk lebih memahami makna pelajaran atau pengetahuan yang diberikan oleh guru.

Adapun konsep pembelajaran kontekstual terdiri dari 3 yaitu a) CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan

materi; b) CTL mendorong agar para siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dan situasi kehidupan nyata; c) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.4

CTL suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, karena melakukan lebih dari sekedar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalam mencari makna “konteks” itu sendiri. CTL mendorong mereka melihat bahwa manusia itu sendiri memiliki kapasitas dan tanggung jawab untuk memengaruhi dan membentuk sederetan konteks yang meliputi keluarga lingkungan, masyarakat, dll.5

2.

Komponen Pembelajaran Kontekstual

Beberapa komponen yang ada di dalam metode Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut:

a. Kontruktivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.6 Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Jadi, konsep bukanlah tidak penting

4 Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, (Bandung : PT. Karya Mandiri Persada, 2008), h. 27-28.

(25)

dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki oleh siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa dalam kehidapan sehari-hari.

Oleh karena itu, dalam Strategi CTL untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus

diingat oleh siswa.7 Dengan cara itu, pengalaman belajar siswa akan memfasilitasi kemampuan siswa untuk melakukan transformasi terhadap pemecahan masalah lain yang memiliki keterkaitan, meskipun terjadi pada ruang dan waktu yang berbeda.8

b. Menemukan (Inquiry)

Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan proses menemukan (inquiry) terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Adapun proses inquiry terdiri dari :

1) Pengamatan (Observation); 2) Bertanya (Questioning);

3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); 4) Pengumpulan data (Data Ghatering); 5) Penyimpulan (Conclussion); 9

Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang

7Rusman, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru, ( Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. 5, h. 193. 8Ibid., h. 194.

(26)

fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.10 c. Bertanya (Questioning)

Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.11 Oleh karena itu, cukup beralasan jika dengan pengembangan bertanya produktivitas pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya, maka:

1) Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik;

2) Mengecek pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respon siswa;

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; 5) Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa; 6) Memfokuskan perhatian siswa;

7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; 8) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki

siswa;12

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Menurut Leo Semenovich Vygotsky sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain.13

Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar

hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang

10Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanI, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), Cet. 6, h. 114.

11 Wina Sanjaya, op. cit., h. 266.

12Rusman, op. cit., h. 195.

(27)

dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Dalam kelas CTL, penerapan

learning community dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.14

Oleh karena itu, pentingnya menerapkan learning community

dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar di kelas karena ketika bekerja sama dengan siswa lainnya maka siswa dapat berbagi pengalaman, berbagi pemecahan permasalahan dan berbagi informasi tentang sesuatu yang sudah diketahui.

e. Permodelan (Modelling)

Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya permodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat fisik yang berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk menguasi pengetahuan atau keterampilan tertentu.15

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Permodelan dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.16

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali

kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.17

(28)

menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa:

1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu;

2) Catatan atau jurnal di buku siswa;

3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu; 4) Diskusi; dan

5) Hasil karya.18

g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.19 Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.20

Adapun karakteristik dari penilaian autentik adalah sebagai

berikut:

1) Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

2) Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi. 3) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan

dalam beberapa tahapan sesuai dengan tahapan waktu dan bahasannya.

4) Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek penegtahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh.

5) Hasil penilaian digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) standar minimal telah

18 Trianto, loc. cit.

19Ibid., h. 118

(29)

tercapai.21

3.

Strategi Pembelajaran Kontekstual

Menurut Bern dan Erickson sebagaimana yang dikutip oleh Kokom Komalasari mengemukakan lima strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, yaitu:

a. Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning), pendekatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasiakn berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai displin ilmu.

b. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), pendekatan yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning), pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan kerja nyata.

d. Pembelajaran pelayanan (Service Learning), pendekatan yang menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.

e. Pembelajaran berbasis kerja (Work-Based Learning), pendekatan di mana tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dan bisnis.22

(30)

kontekstual haruslah dirancang untuk merangsang 5 (lima) bentuk dasar dari pembelajaran:

a. Menghubungkan (Relating). Relating adalah belajar dalam suatu konteks sebuah pengalaman hidup yang nyata atau awal sebelum pengetahuan ini diperoleh siswa. Guru menggunakan relating

ketika mereka mencoba menghubungkan konsep baru dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.

b. Mencoba (Experiencing). Pada bagian ini guru harus dapat memberikan kegiatan yang hands-on kepada siswa sehingga dari kegiatan yang dilakukan siswa tersebut siswa dapat membangunpengetahuannya.

c. Mengaplikasi (Applying). Strategi applying sebagai belajar dengan menerapkan konsep-konsep. Siswa mengaplikasikan konsep-konsep ketika mereka berhubungan dengan aktivitas penyelesaian masalah yang hands-on dan proyek-proyek.

d. Bekerja sama (Cooperating). Bekerja sama ketika belajar akan memberikan manfaat saling berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan pelajar lainnya adalah strategi instruksional yang utama dalam pengajaran kontekstual.

e. Proses transfer ilmu (Transferring). Transferring adalah strategi mengajar yang kita definisikan sebagai menggunakan pengetahuan dalam sebuah konteks baru atau situasi baru suatu hal yang belum teratasi/diselesaikan dalam kelas.23

(31)

4.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran CTL, adalah sebagai berikut:

a. Kerjasama

b. Saling menunjang

c. Menyenangkan, tidak membosankan d. Belajar dengan bergairah

e. Pembelajaran terintegrasi f. Menggunakn berbagai sumber g. Siswa aktif

h. Sharing dengan teman i. Siswa kritis dan guru kreatif

j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain.

k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dll.24

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topic yang akan dipelajarinya.25

5.

Langkah-Langkah Penerapan CTL

Adapun langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiry untuk semua topic.

24 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 230.

(32)

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dengan kelompok-kelompok).

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.26

B.

Akhlak

1.

Pengertian Akhlak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Menurut bahasa, akhlak adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.27 Di dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abd. Hamid Yunus yang berjudul Da‟iratul

Ma‟arif sebagaimana dikutip oleh Drs. Zahruddin AR, M. M.Si. dan

Hasanudin Sinaga, S. Ag., M.A. dikatakan :

“akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”28

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik yang disebut dengan akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk yang disebut dengan akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.29

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab ihya yang dikutip oleh Drs. Asmaran As., M.A. Al-Khulk ialah sifat yang tertanam dalam

jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang

26 Trianto, op. cit., h. 111.

27 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak , ( Jakarta : Rajawali Pers, 1992), Cet. 3, h. 1.

28 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 1, h. 3.

(33)

bahasa Yunani pengertian Khulk disamakan dengan kata ethicos atau

ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecendrungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.31Jadi, hakikatnya khulk atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbul berbagai macam perbuatan dengan spontan dan mudah tanpa dibuat-buat.

Dari berbagai definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah sifat, perilaku, dan kebiasaan yang dibentuk dari sejak lahir hingga sekarang yang timbul secara spontan dan tanpa dibuat-buat yang sudah tertanam dalam jiwa nya baik itu perilaku baik dan perilaku buruk, semua itu tergantung dari pembinaan orang tua dan keluarga serta lingkungan. Oleh karena itu, perlunya pendidikan akhlak dari sejak dini agar ketika dewasa kelak mereka bisa membedakan yang termasuk perilaku baik dan buruk

Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah

tanpa pemikiran.

c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

30Ibid., h. 2-3

(34)

sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena bersandiwara.32

Akhlak terbagi menjadi dua bagian yaitu akhlak baik yang dinamakan akhlak al-mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak al-karimah (akhlak yang mulia), dan akhlak mamduduah (akhlak tercela).

2.

Tujuan Akhlak

Tujuan ialah sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun kelompok. Tujuan akhlak yang dimaksud ialah melakukan sesuatu atau tidak melakukannya yang dikenal dengan istilah Al-Ghayah, dalam bahasa inggris disebut the high goal, dalam bahasa Indonesia disebut dengan ketinggian akhlak.33

Ketinggian akhlak diartikan sebagai meletakkan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan, minum, dan syahwat dengan cara yang halal. Adapula yang meletakkan ketinggian akhlak itu pada kedudukan dan tindakan ke arah pemikiran atau kebijaksanaan atau hikmah.34

L. Klinovitch (sosiolog komunis) sebagaimana dikutip oleh M. Yatimin Abdullah, mengatakan the happiness of man is not in God, patriotic, justice, family, but happiness of man in to satisfy passion, because man and sex are identical (kebahagiaan seseorang tidak karena kepercayaan kepada Tuhan, tidak karena sifat patriot, tidak karena kecantikan, keluarga, persaudaraan, pekerjaan, tetapi kemuliaan itu terletak pada pemuasan nafsu, sebab antara orang dan nafsu sangat identik).35

Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beristiadat yang

baik sesuai dengan ajaran Islam. Disamping itu, setiap muslim yang berakhlak baik dapat memperoleh hal-hal berikut:

32 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 2, h. 151.

33 M. Yatimin Abdullah, op.cit., h. 10 34Ibid.

(35)

Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaran Islam, senantiasa melaksanakan segala perbuatannya dengan hati ikhlas, semata-mata karena mengharap rida Allah.

b. Kepribadian Muslim

Segala perilaku muslim, baik ucapan, perbuatan, pikiran maupun kata hatinya mencerminkan sikap ajaran Islam. Allah swt. berfirman:









Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang

yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan

berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah

diri?" (QS. Fushshilat: 33)36

c. Perbuatan mulia dan terhindar dari perbuatan tercela

Dengan bimbingan hati yang diridai Allah dengan keikhlasan, akan terwujud perbuatan-perbuatan terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela.37

Jadi, tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran alquran dan hadits.38

Akhlak yang tercela disebut juga dengan akhlak mazmumah. Akhlak madzmumah merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan mertabatnya sebagai manusia.39 Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji, seperti hasad, dendam, gibah, fitnah, namimah, dll. Akhlak tercela

36 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h. 30.

37 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), Cet. 1, h. 211-212. 38 M. Yatimin Abdullah, op.cit., h. 11.

(36)

sendiri, orang lain yang disekitarnya maupun lingkungan sekitarnya.

3.

Akhlak Tercela Kepada Sesama

Akhlak yang tercela disebut juga dengan akhlak mazmumah. Akhlak mazmumah merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan mertabatnya sebagai manusia.40 Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Asmaran AS, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat

muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasan dan kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.41

Akhlak buruk, yaitu suatu sifat yang tercela dan dilarang oleh norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang melaksanakannya niscaya mendapatkan dosa dari Allah karena perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela dihadapan Allah.

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa akhlak tercela kepada sesama adalah suatu perilaku yang tidak baik atau yang dilarang dalam agama Islam untuk dilakukan karena dapat merugikan orang lain dan membawanya kepada suatu kehancuran bagi dirinya sendiri baik itu jiwa maupun fisiknya. Oleh karena itu, seharusnya kita menghindar untuk tidak melakukan akhlak tercela karena itu merupakan suatu perilaku yang tidak disukai oleh Allah swt.

40Ibid., h. 247.

(37)

4.

Bentuk-Bentuk Akhlak Tercela kepada Sesama

Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji, seperti hasad, dendam, gibah, fitnah, namimah, dll. Akhlak tercela dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri,

orang lain yang disekitarnya maupun lingkungan sekitarnya.

Adapun bentuk-bentuk akhlak tercela kepada sesama adalah sebagai berikut:

a. Hasad

Secara harfiah, hasad berarti dengki. Al-Nawawi dalam kitabnya Riyadhushholihin, menjelaskan bahwa hasad adalah mengharap hilangnya nikmat yang dimiliki oleh orang lain.42 Hasad merupakan akibat dari dendam. Dendam merupakan akibat dari marah. Hasad disebut iri hati atau dengki. Rasulullah saw. bersabda:

Dari Abu Hurairah, Sesungguhnya Rasulullah saw. berkata

Hasad memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”43

Hakikat hasad adalah membenci kenikmatan Allah kepada saudara nya, maka ia menginginkan kenikmatan itu hilang darinya. Jika ia tidak membenci hal itu bagi saudaranya, maka tidak menginginkan kehilangannya, tetapi menginginkannya untuk dirinya sebagaimana yang ada pada saudaranya. Hal yang demikian itu disebut ghibthah.44

42 Din Wahid, “Akhlak”. dalam Jamhari Makruf (ed.), Buku Pengayaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP dan SMA, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. I, h. 106

43 Imam Abu Daud, Sunan Abi Daud Bab Hasad Juz 4 No. 4095 (Maktabah syamilah), hal, 427.

(38)

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang

dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari

sebahagian yang lain.” (QS. An-Nisa: 32)

b. Dendam

Dendam dalam bahasa arab disebut hiqid. Dendam ialah benci atau tidak senang dalam hati dan berniat membalasnya pada saat-saat tertentu. Sifat dendam ini adalah sifat yang sangat tercela dan sulit untuk mendapat pengampunan dari Allah, ketika ajalnya telah tiba ia masih mendendam saja.45

c. Gibah

Gibah berasal dari bahasa arab, yaitu

ًْيغ

ْيغي

غ

ً يغو ًة ْيغو

yang artinya tersembunyi, tidak tampak, atau menggunjing. Ghibah berarti mengggunjingkan atau membicarakan kekurangan atau aib orang lain yang tidak disukainya. Gibah dilarang dalam Islam, karena perbuatan ini membuka aib orang lain, padahal Islam mengajarkan umatnya untuk menutup aib orang lain sesama muslim.46 Gibah bisa disamakan dengan gosip. Hampir setiap hari, orang sibuk menggosipkan orang lain tentang berbagai hal seperti pakaian, harta, pekerjaan, dan kehidupan pribadinya.47 Dalam Alquran, Allah menggambarkan bahwa perilaku ghibah ibarat orang yang memakan daging sodaranya yang sudah mati.

45 Mahyuddin Ibrahim, 180 Sifat Tercela dan Terpuji, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990), Cet. 1, h. 13.

46Din Wahid, op. cit., h. 104.

(39)

d. Namimah

Namimah artinya mengadu domba.48 Namimah adalah memindahkan ucapan dari seseorang atau orang lain kepada yang lainnya dengan maksud merusak hubungan mereka.49 Mengadu domba dilakukan dengan cara memfitnah pihak-pihak yang akan diadu domba, sehingga timbul kebencian antara pihak-pihak tersebut.50

Dalam konteks keumatan, perilaku adu domba akan memecah belah umat yang pada gilirannya akan membuat umat lemah dan mudah dikuasai oleh pihak ketiga. Umat akan saling bertengkar antar satu kelompok dengan kelompok lain. Padahal, Islam mengajarkan kepada umatnya bersatu padu dalam payung ukhuwah Islamiyah, sehingga umat menjadi kuat bagaikan bangunan yang kokoh. Oleh karena itu, Islam melarang perilaku adu domba, dan mengancam pelakunya dengan neraka, seperti disebut dalam hadis Nabi:51

Telah bercerita kepadaku Syaiban bin Farrukh dan Abdullah bin Muhammad bin Asma Adh-Dhubai‟ berkata, mengatakan kepada kami Mahdi, yaitu Ibnu Maimun, berkata kepada kita Washil Al-Ahdab dari Abi wail dari Huzaifah berkata bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba. (HR. Muslim)52

48 Din Wahid, op. cit., h. 120. 49 Rosihon Anwar, op. cit., h. 265

50 Din Wahid, loc. cit.

51Ibid., h. 120-121.

52Imam Muslim, Kitab Shahih Muslim Bab Al-Bayan Ghalladza At-Tahrim An-Namimah Juz 1

(40)

e. Fitnah

Fitnah menurut bahasa artinya kacau, ujian, atau cobaan. Menurut istilah, fitnah adalah menyampaikan berita yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, berita bohong, atau isu yang ditujukan kepada seseorang dengan tujuan membahayakan orang yang diberitakan.53

Fitnah adalah suatu sifat tercela karena merupakan suatu usaha untuk mencemarkan nama baik seseorang. Memfitnah seorang muslim dengan mengatakan bahwa dia telah melakukan suatu kejahatan atau kesalahan tanpa alasan yang kuat dan hukumnya haram. Oleh karena itu, Allah swt. menjelaskan bahwa fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.54 Firman Allah swt:

Artinya : “…Fitnah itu lebih besar bahayanya dari

pembunuhan…” (QS. Al-Baqarah: 191)

Oleh karena itu, kita sesama muslim janganlah saling menfitnah hanya gara-gara cemburu karena dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan antar sesama. Selain itu, fitnah tidak mendatangkan keuntungan bagi diri kita bahkan kerugian karena orang yang suka fitnah orang lain pasti akan dibenci karena semua yang dibicarakan tidak benar dan tanpa alasan yang kuat.

C.

Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Romelah jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam penulisan skripsinya yang berjudul “Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Lingkungan Sehat dan Merawat Tanaman”,

(41)

peningkatan. Pada siklus I skor pretest siswa 58 dan posttest 72,36 dengan nilai gain (0,39), sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dengan skor pretest siswa mencapai 77,56 dan skor posttest siswa mencapai 89,36 dengan nilai gain (0,73). Hasil presentase jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan mengajar dalam pembelajaran IPA mencapai 90%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada

konsep lingkungan sehat dan merawat tanaman.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aminah dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa SD Negeri Ciherang 01 (Penelitian Tindakan Kelas)”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan strategi kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,66%), siklus II (86,11%), dan siklus III (97,22%) dengan nilai rata-rata pada siklus I adalah 6,69 pada siklus II 7,31 sedangkan pada siklus III adalah 9,72.

Adapun perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang disusun oleh penulis di antaranya adalah pertama, penelitian yang dilakukan oleh Romelah jurusan PGMI lebih menekankan kepada peningkatan Hasil belajar pada konsep IPA dan penelitian yang dilakukan oleh Aminah jurusan PAI lebih menekankan kepada meningkatkan motivasi belajar PAI, sedangkan penelitian yang disusun oleh penulis lebih menekankan kepada peningkatan pemahaman siswa tentang pelajaran Akhlak tercela terhadap sesama, sehingga terdapat perbedaan dalam

(42)

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan April semester 2 (genap) tahun ajaran 2014/2015. Sedangkan tempat yang dijadikan penelitian adalah SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe, Jalan Kubis IV, No. 37 A, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Telp. 021-7409763.

B.

Metode dan Desain Intervensi Tindakan atau Rancangan

Siklus Penelitian

1.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborsi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.1

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara 1) merencanakan; 2) melaksanakan; 3) merefleksikan tindakan secara kaloboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan

(43)

meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.2

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru bidang studi akidah akhlak di sekolah dengan pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru bidang studi secara bergantian. Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru secara bergantian. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan berdasarkan siklus. Masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Suatu siklus

akan dilanjutkan apabila suatu kriteria keberhasilan yang diharapkan belum tercapai dan siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai.

2.

Intervensi Tindakan atau Perencanaan Siklus Penelitian

Bagan 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas3

2 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas edisi kedua ( Jakarta :PT. Indeks, 2012), Cet. 5, h. 9.

3 Suharsimi Arikunto,dkk., Penelitian Tindakan Kelas. ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. 4, h. 16.

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan Pengamatan

Refleksi

Pengamatan SIKLUS II

(44)

Adapun penjelasan gambar alur di atas adalah :

a. Perencanaan (Planning). Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif.4 Pada tahapan ini peneliti melakukan perencanaan yaitu dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, dan instrument penelitian. Instrument yang digunakan adalah tes hasil belajar, lembar observasi, lembar wawancara, dan catatan

lapangan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting). Pelaksanaan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun. Adapun pelaksanaan tindakan pada tahapan ini adalah melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi CTL dalam pembelajaran yang telah disusun dalam bentuk RPP.

c. Pengamatan (Observing). Pada tahapan ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi /penilaian yang telah disusun.5

d. Refleksi (Reflecting). Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.6 Pada tahapan ini refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya.7

4 Didik Komaidi dan Wahyu Wijayati, Panduan Lengkap PTK (Penelitian Tindakan Kelas) teori, praktek, dan contoh PTK, (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), Cet. 1, h. 66.

(45)

C.

Subjek/ Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 33 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru akidah akhlak SMP Islam Al-Hikmah. Peneliti berperan dalam merancang rencana pembelajaran dan mengolah data hasil penelitian. Guru bidang studi akidah akhlak berperan sebagai observer dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar serta memberikan saran terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru (peneliti) mengenai penerapan strategi CTL pada materi akhlak tercela kepada sesama. Selain itu, sebagai kolaborator yaitu guru bekerjasama dengan peneliti dalam hal membuat rancangan pembelajaran, melakukan tindakan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan pada siklus selanjutnya.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Pada tahap intervensi tindakan, tahap penelitian dimulai dengan tindakan pada siklus I. Apabila pada tahap refleksi siklus I belum

memenuhi target maka penelitian dilanjutkan dengan siklus II dan seterusnya.

[image:45.595.147.537.598.743.2]

Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan

Kegiatan Pendahuluan a. Datang ke sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian.

b. Konsultasi dengan guru Akidah Akhlak pada tempat yang akan dilaksanakan penelitian.

(46)

sekolah, penggunaan metode pembelajaran yang disampaikan pada siswa, dan mengetahui sarana yang ada disekolah.

1. Perencanaan a. Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Menyiapkan soal tes, dan LKS

c. Menyiapkan instrument (tes, lembar observasi, catatan lapangan)

d. Melakukan uji coba instrument e. Menyusun kelompok belajar siswa.

2. Pelaksanaan a. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai. b. Melakukan pre test, untuk mengetahui

kemampuan awal siswa.

c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi CTL . d. Ketika proses pembelajaran

berlangsung, observer melakukan observasi mengenai kegiatan pembelajaran guru dan siswa.

e. Melakukan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah

diterapkannya strategi CTL

3. Pengamatan Mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pre test, tes akhir siklus, mengisi lembar observasi siswa dan guru,

(47)

4. Refleksi a. Menganalisis data yang diperoleh untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya.

b. Menganalisis kekurangan dan keberhasilan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan membicarakan serta mempertimbangkan langkah selanjutnya.

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah pada proses kegiatan belajar-mengajar, siswa dapat mengalami peningkatan dalam pemahaman pelajaran akhlak tercela kepada sesama

setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan strategi CTL (Contextual Teaching and Learning) dan terciptanya suasana belajar yang

kondusif.

Pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi indikator, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil tes pada setiap siklus yang diberikan yaitu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70. Apabila hasil tes telah menunjukkan peningkatan 75% dengan KKM 70 maka tindakan diberhentikan.

G.

Data dan Sumber Data

Data dan sumber penelitian ini ada dua macam, yaitu:

(48)

pelajaran.8 Data kualitatif ini dapat diperoleh dari hasil observasi guru dalam proses belajar mengajar dan hasil observasi aktivitas siswa, catatan lapangan, hasil wawancara dengan guru dan siswa.

2. Data kuantitatif: data yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. Misalnya mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar, dll. Data kuantitatif ini dapat diperoleh dari hasil belajar kognitif adalah penguasaan konsep siswa dalam tes objektif. Tes objektif akan

dilakukan sebanyak dua kali selama pembelajaran berlangsung, yaitu tes sebelum materi disampaikan (pretest) dan tes setelah materi disampaikan (posttest). Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.

H.

Instrument Pengumpulan Data

1.

Instrument Tes

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan, atau dalam bentuk perbuatan. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,

terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Selain

itu, tes juga digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris.9

Tes dalam PTK pada umumnya merupakan salah satu alat ukur terhadap hasil belajar siswa. Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau

8 Suharsimi Arikunto dkk, op. cit., h. 131.

(49)

beberapa aspek psikologis di dalam dirinya.10 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).

[image:49.595.129.543.225.636.2]

Adapun kisi-kisi instrument tes dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel. 3.2. Kisi – Kisi Instrument Tes

No. Indikator

Siklus I

Jumlah

Siklus II

Jumlah

Aspek Kognitif Aspek

Kognitif

C1 C2 C3 C1 C2

1.

Memahami pengertian hasad, dendam, gibah, fitnah, dan namimah.

1, 2, 3, 4, 8, 9, 10 7 5, 6, 7, 11, 12, 13 6 2.

Menjelaskan

dalil-dalil yang

berhubungan dengan hasad, dendam, gibah, fitnah, dan namimah.

14, 15 2 16, 17, 18, 19, 20, 21 6 3.

Menyebutkan contoh-contoh perilaku hasad, dendam, gibah, fitnah, dan namimah. 22, 23, 24 3 4. Mendemonstrasikan perilaku hasad, dendam, gibah, fitnah, dan namimah.

25 1

5.

Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perilaku hasad, dendam, gibah, fitnah, dan namimah

26 1 27, 28 2

6.

Membiasakan diri untuk menghindari perilaku hasad, dendam, gibah, fitnah, dan namimah

29,

30 2

Jumlah 11 2 2 15 9 6 15

(50)

2.

Instrument Nontes

a.

Catatan Lapangan

Catatan lapangan (field notes) adalah catatan yang dibuat

peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas.11 Catatan lapangan ini memuat suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan strategi CTL.

b.

Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.12 Observasi yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan observasi kegiatan guru. Aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan dengan kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan strategi CTL. Adapun observasi ini dilakukan ketika sebelum melaksanakan penelitian yaitu mengamati masalah-masalah apa yang terjadi ketika kegiatan belajar di kelas dan selama melaksanakan proses kegiatan belajar dan mengajar di kelas yang menggunakan strategi CTL.

c.

Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang

11Ibid., h. 197

(51)

perlu dan memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas.13 Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yaitu peneliti atau pewawancara telah menyiapkan bahan wawancara terlebih dahulu yang disebut dengan pedoman wawancara. 14 Wawancara dilakukan dengan guru akidah akhlak pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di kelas dan setelah penelitian dilaksanakan untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh pembelajaran dengan menggunakan strategi CTL dalam memecahkan permasalah ketika proses belajar mengajar di kelas. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada siswa untuk mengetahui bagaimana pendapat mereka tentang proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL. Adapun jumlah responden yang di wawancarai adalah 15 siswa dari 33 siswa.

I.

Teknik Pengumpulan data

[image:51.595.124.518.270.717.2]

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Instrument Kegiatan Pengumpulan Data

Tes Soal pre test diberikan sebelum pembelajaran. Post test diberikan setiap akhir pembelajaran dengan menggunakan strategi CTL pada setiap siklus.

Catatan Lapangan Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diamati berupa kondisi siswa selama proses pembelajaran menggunakan strategi CTL.

(52)

Observasi Dilaksanakan sebelum melakukan penelitian karena untuk mengetahui permasalahan-permasalahan dalam proses pembelajaran dikelas dan selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui aktivitas siswa yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan strategi CTL.

Wawancara Dilaksanakan sebelum tindakan karena untuk mengetahui permasalahan-permasalahan selama proses pembelajaran di kelas dan wawancara dilaksanakan setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaaan strategi CTL terhadap siswa.

J.

Teknik Pemeriksaaan Kepercayaan

1.

Uji Validitas

a.

Uji Validitas Untuk Tes Hasil Belajar.

Validitas merupakan suatu alat atau instrument yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.15 Validitas menunjuk pada derajat keterpercayaan terhadap proses dan hasil penelitian tindakan kelas.16 Perhitungan validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan ANATES. Sedangkan perhitungan menggunakan rumus korelasi biserial, yaitu:

15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 173.

(53)

Keterangan:

Ypbi = Koefisien korelasi biserial

MP = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt = Rerata skor total

St = Standar deviasi dari skor total proporsi

[image:53.595.149.517.133.598.2]

P = Proporsi siswa yang menjawab benar q = Proporsi peserta tes yang menjawab salah r>rtabel = maka butir soal tersebut valid r<rtabel = maka butir soal tersebut tidak valid17 Kriteria indeks validitas soal yang digunakan adalah :

Tabel. 3.4 Kriteria Validitas Soal

Rentang Keterangan

0.80-1.00 Sangat tinggi

0.60-0.80 Tinggi

0.40-0.60 Cukup

0.20-0.40 Rendah

0.00-0.20 Sangat rendah

b.

Uji Validitas Untuk Lembar Observasi, Catatan

Lapangan, dan Wawancara

Untuk lembar observasi, catatan lapangan, dan wawancara di validasi menggunakan validasi logis, yaitu berasal dari kata logis (penalaran) yang menunjukkan bahwa untuk se

Gambar

Tabel 3.1      Tahapan Intervensi Tindakan .................................................
Tabel. 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan
Tabel. 3.2. Kisi – Kisi Instrument Tes
Tabel. 3.3 Teknik Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha manusia untuk memunculkan terobosan baru di bidang teknologi tentunya sangat mendukung proses kerja yang pada awalnya memerlukan waktu yang relatif lama menjadi dapat

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat ( 2 ) huruf c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan

Untuk mengetahui apakah produk, pelayanan dan lokasi berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan nasabah di Bank Syariah Mandiri Purwokerto2. Untuk mengetahui

(2) Promosi menjadi Hakim pertama dan Hakim militer dengan kelas pengadilan lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan mempertimbangkan kompetensi, hasil

Wahid

PEMBUATAN BIO-OIL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DARI PROSES PIROLISIS BUAH PINUS.. MENGGUNAKAN

1. Larutkan teh hijau bubuk dalam air panas. Kekentalannya sesuai selera. Semakin kental, semakin hijau pekat warna es krim. Kocok kuning telur dan gula pasir dalam wadah yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh lama penyimpanan dan konsentrasi natrium benzoat pada suhu berbeda terhadap kadar vitamin C cabai