• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang paparan data dan pembahasan penelitian yang diperoleh mulai dari kegiatan rancangan penelitian sampai pelaksanaan tindakan selesai yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Banda Baro pada materi penjumlahan pecahan

4.1. Paparan data sebelum tindakan

Penelitian ini dilaksanakan pada SD Negeri 3 Banda Baro kelas V Semester genap tahun ajaran 2011/2012. Peneliti melakukan pertemuan terlebih dahulu dengan kepala sekolah untuk memberikan surat pemberitahuan bahwa peneliti akan melakukan penelitian dan kemudian diberitaukan jadwal untuk melakukan penelitian.

Berdasarkan hasil pembicaraan dengan kepala sekolah dan guru matematika, maka penelitian akan dilaksanakan pada kelas V, sebelum guru memberikan pembelajaran . Tes awal dilaksanakan pada semester genap.

Penyusunan tes awal dibuat berdasarkan materi-materi penjumlahan pecahan yangterdiri dari 5 soal yang dibuat dalam bentuk essay dengan waktu 70 menit. Tes awal tersebut dilakukan oleh 14 orang siswa kelas . Sebelum diberikan tes awal tersebut peneliti menjelaskan terlebih dahulu tata cara dalam penyelesaian tes awal tersebut. Tes awal dilakukan di bawah pengawasan peneliti agar mendapat hasil yang optimal. Dari hasil tes awal tersebut akan di bentuknya kelompok diskusi yang terdiri dari 5 orang tiap kelompoknya dalam 3 kelompok diskusi. Maka hasil tes awal tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

(2)

Tabel 4.1 Hasil tes awal siswa kelas V SD Negeri 3 Banda Baro

No Nama siswa Jenis kelamin Skor Keterangan

1 AN P 40 Subjek wawancara

2 AA L 0

3 AF L 0

4 AR L 20

5 ER P 0 Subjek wawancara

6 IH L 0

13 RM L 20 Subjek wawancara

14 RT P 20

Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan bahwa skor tertinggi 40 diperoleh 2 siswa,skor 20 diperoleh 5 siswa,dan skor 0 diperoleh 7 siswa. Dari hasil ets awal itu peneliti menetapkan 3 siswa yang dijadikan sebagai subjek wawancara.Dimana 3 siswa dijadikan subjek wawancara tersebut berdasarkan kriteria yang berkemampuan tinggi berinisisal AN, berkemampuan sedang berinisial RM, dan berkemampuan rendah berinisial ER.

4.2. Paparan data tindakan a. Perencanaan

Tindakan yang dilakukan pada tindakan siklus I meliputi :

Perencanaan, peleksanaan, Observasi, dan Refleksi. Msisng-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Rencanaan pelaksanaan pembelajaran 2. Lembar kerja siswa(LKS)

3. Lembar observasi untuk dua orang pengamat 4. Soal Game Tournamen

5. Soal tes akhir tindakan 6. Format wawancara

(3)

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 6 Desember 2012 Dalam pelaksanaan peneliti bertindak sebagai pemberi tindakan (pengajar) dan di bentuk oleh guru metematika dan teman sejawat yang bertindakan sebagai pengamat obsevasi, pada pelaksanaan tindakan siklus I siswa yang hadir berjumlah 14 orang siswa dan 1 orang siswa tidak hadir. Materi yang diajarkan adalah penjumlahan pecahan dengan menggunakan Tipe Team Game Tournamen.

Kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan di bagi dalam tiga taha, yaitu tahap awal, tahap inti, tahap akhir.

- Tahap awal

Pada tahap awal peneliti (guru) terlebih dahulu mengaktifkan kemampuan awal siswa dengan mengingatkan materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi penjumlahan pacahan, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

- Tahap inti

Pada tahap inti ini peneliti memulai pembelajaran dengan menyampaikan materi dan memilih masalah. Setelah semua siswa mengerti dengan materi penjumlahan pecahan, penelitian siswa membentuk kelompok belajar yang telah ditetukan oleh peneliti, kemudian peneliti mebagikan LKS pada tiap-tiap kelompok dan meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS,saling berdiskusi dan bekerja sama antara satu sama lain, pada saat diskusi kelompok baru berlansung suasana kelas menjadi ribut, hal tersebut dikarenakan sebagian siswa bertanya tentang tatacara pengisian LKS, peneliti menenangkan siswa dan menjelaskan cara pengisian LKS di papan tulis. Kemudian peneliti meminta siswa untuk kembali untuk melanjutkan diskusi kelompoknya. Peneliti berkeliling mengamati aktifitas setiap kelompok dan mengarahkan apabila ada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam pengisian LKS dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada soal yangkurang dimengerti

(4)

kedepan kelas yang diwakili oleh satu orang, dan kelompok lain menanggapi. Banyak siswa yang bertanya tentang cara-cara mendapatkan hasil. Disini siswa yang aktif dan guru mengarahkan saja, kelompok pertama yang mempresentasikan kedepan kelas adalah kelompok I dan baru dilanjutkan dengan kelompok lain. Dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok dan banyak kejanggalan, namun presentasi berlansung secara lancar dengan bimbingan guru. Semua soal dipastikan terjawab dengan benar oleh peneliti dan pembelajaran pada hari itu selesai.

Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan permainan (Game Tournaments) pada hari kamis tanggal 6 desember 2012 peneliti mengumumkan nama-nama siswa yang akan menempati meja-meja tournamen terisi penuh, peneliti menjelaskan tatacara dan aturan yang berlaku pada saat siswa mengikuti permainan, suasana kembali ribut, dikarenakan siswa ingin bertanya tentang tatacara dan aturan tersebut.

c. Hasil Tes Akhir

Selanjutnya pada hari kamis tanggal 6 Desember 2012 peneliti

memberikan soal tes akhir tindakan akhir. Adapun tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil tes akhir siswa kelas V SD Negeri 3 Banda Baro

No Nama siswa Jenis kelamin Skor Keterangan

1 AN P 100 Subjek wawancara

2 AA L 60

3 AF L 60

4 AR L 80

5 ER P 40 Subjek wawancara

6 IH L 60

13 RM L 80 Subjek wawancara

(5)

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan I diperoleh data bahwa siswa yang mendapatkan nilai 100 sebanyak 2 orang siswa, nilai 80 sebanyak 5 orang siswa, nilai 60 sebanyak 4 orang siswa, nilai 40 sebanyak 3 orang siswa, Setelah dihitung persentase maka keberhasilan hasil tes akhir tindakan I mencapai 50%.

Hasil tes belajar dihitung dengan rumus daya serap:

Daya serap klasikal =

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai

65

Jumlah Siswa Seluruhnya

x

100

¿ 7

14x100=50

Dengan demikian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu jika minimal ≥ 85% siswa mendapat nilai ≥ 65, hal ini terlihat jelas dari daya serap klasikal yang tidak mencapai ketuntasan karena persentase ketuntasan hanya 50%, maka berdasarkan hasil tes akhir berhasil.

d. Hasil Observasi Tindakan I

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran, tampak bahwa kegiatan pembelajaran terlaksana dengan baik dan siswa sangat senang dalam belajar, karena mereka dapat memahami pembelajaran dengan baik sehingga terciptalah pembelajaran yang aktif.

Pada tindakan I, yang bertindak sebagai pengamat yaitu seorang guru bidang studi matematika dan seorang teman sejawat. Pengamat mengamati aktivitas peneliti dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dari hasil observasi dua orang pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran berlangsung baik. Hal ini disebabkan sebagian besar indikator memperoleh skor maksimal, yaitu 5. Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan peneliti dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan Peneliti.

(6)

Skor Deskriptor

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, hasil dari observasi pengamat satu terhadap aktivitas peneliti diperoleh jumlah skor pengamat I adalah 32 dan pengamat II memperoleh skor adalah 32 sedangkan skor maksimal adalah 35. Untuk menentukan skor persentase setiap tindakan dari masing-masing pengamat terhadap kegiatan peneliti, maka digunakan rumus sebagai berikut:

Skor presentase (SP) = Jumlah Skor

(7)

0% SP ≤ 60% : Sangat Kurang

Skor persentase dari pengamat I dan pengamat II:

Skor persentase pengamat 1 (SP1) ¿ Jumlah Skor

Skor Maksimal

x

100%

¿32

35 x100=91,42

Skor persentase pengamat 2 (SP2) = Skor MaksimalJumlah Skor x 100%

¿32

35 x100=91,42

Kemudian jumlah skor dari masing-masing pengamat diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk persen dengan menggunakan rumus di atas. Dengan demikian diperoleh SP1 91,42% dan SP2 adalah 91,42%. Sedangkan untuk

menentukan skor persentase rata-rata setiap tindakan terhadap kegiatan guru, maka digunakan rumus sebagai berikut:

SPP=91,42+91,42

2 =91,42

Keterangan: SPS = Skor persentase rata-rata kegiatan guru

SP1 = Skor persentase pengamat satu

SP2 = Skor persentase pengamat dua

Berdasarkan obervasi dua pengamat terhadap aktivitas peneliti jumlah skor pengamat I adalah 32 dan pengamat II adalah 32 jadi persentase yang diperoleh pengamat I adalah 91,42% dan Pengamat II adalah 91,42%. Dengan demikian persentase skor 91,42%, berarti taraf keberhasilan aktivitas peneliti berdasarkan obervasi dua pengamat termasuk dalam katagori baik.

SPP =SP1 + SP2

(8)

Sedangkan hasil observasi kedua pengamat terhadap kegiatan siswa dapat

Akhir 1. Menarik kesimpulan dan

membuat rangkuman 3 a dan c 3 a dan c

Jumlah Skor 37 37

Skor Maksimal 45 45

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, hasil dari observasi pengamat satu terhadap aktivitas siswa pengamat satu diperoleh jumlah skor 37 dan pengamat dua diperoleh skor 37 sedangkan skor maksimal adalah 45. Untuk menentukan skor persentase setiap tindakan dari masing-masing pengamat terhadap kegiatan siswa, maka digunakan rumus sebagai berikut:

Skor persentase (SP1) = Jumlah Skor

(9)

Kriteria taraf keberhasilan tindakan: 90% SP 100% : Sangat Baik 80% SP ≤ 90% : Baik

70% SP ≤ 80% : Cukup 60% SP ≤ 70% : Kurang

0% SP ≤ 60% : Sangat Kurang

Skor persentase pengamat 1(SP1) = Jumlah Skor

Skor Maksimal x 100%

= 3745 x 100% = 82,22%

Skor persentase pengamat 2 (SP2) = Jumlah Skor

Skor Maksimal x 100%

= 3745 x 100% = 82,22%

Kemudian jumlah skor dari masing-masing pengamat diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk persen dengan menggunakan rumus di atas. Dengan demikian diperoleh SP1 82,22% dan SP2 adalah 82,22%. Sedangkan untuk

menentukan skor persentase rata-rata setiap tindakan terhadap kegiatan guru, maka digunakan rumus sebagai berikut:

SPP=SP1+SP2

2

SPP=82,22+82,22

2 =82,22

(10)

pengamat I adalah 82,22% dan skor persentase pengamat II adalah 82,22%. Dengan demikian didapat skor persentase rata-rata adalah 82,22% berarti taraf keberhasil aktivitas siswa berdasarkan observasi dua pengamat termasuk dalam katagori baik.

e. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 6 Desember 2012 setelah tes akhir selesa. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Wawancara dilakukan terhadap 3 orang siswa yaitu 1 berkemampuan tinggi, 1 berkemampuan sedang, dan 1 berkemampuan rendah. Hasil wawancara berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti adalah siswa merasa senang dan mudah memahami dan menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS dan dalam mengikuti permainan.

Wawancara peneliti dengan siswa yang berkemampuan tinggi berinisial (AN) Peneliti : Apakah anda menyukai materi penjumlahan penjumlahan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT? Mengapa! AN : Suka, karena saya mudah memahami materi penjumlahan pecahan

dimana siswa dapat belajar kelompok.

Peneliti : Apakah anda dapat menyelesaikan dengan mudah permasalahan dalam LKS yang anda kerjakan?

AN : Awalnya saya tidak bisa menjawab soal yang diberikan namun berkat diskusi kelompok saya bisa menyelesaikan dengan mudah.

Peneliti : Apakah dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe TGT dapat mengatasi kesulitan anda?

AN : Dapat.

Peneliti : Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT apakah anda masih mau diajarkan dengan model lama?

(11)

Peneliti : Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?

AN : Menurut saya pembelajaran yang menggunakan strategi inisangat mudah dan bisa untuk menyelesaikan soal.

Wawancara peneliti dengan siswa yang berkemampuan sedang berinisial (RM) Peneliti : Apakah anda menyukai materi penjumlahan penjumlahan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT? Mengapa! RM : Saya sangat menyukai, karena gampang untuk kita belajar.

Peneliti : Apakah anda dapat menyelesaikan dengan mudah permasalahan dalam LKS yang anda kerjakan?

RM : Sangat mudah, karena bekerja sama-sama.

Peneliti : Apakah dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe TGT dapat mengatasi kesulitan anda?

RM : Dapat, karena dapat berdiskusi bersama-sama.

Peneliti : Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT apakah anda masih mau diajarkan dengan model lama?

RM : Tidak mau.

Peneliti : Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?

RM : Dengan pembelajaran ini lebih mudah saya pahami.

Wawancara peneliti dengan siswa yang berkemampuan rendah berinisial (ER) Peneliti : Apakah anda menyukai materi penjumlahan penjumlahan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT? Mengapa! ER : Saya suka, karena mudah untuk kita belajar.

Peneliti : Apakah anda dapat menyelesaikan dengan mudah permasalahan dalam LKS yang anda kerjakan?

ER : Saya dapat menyelesaikan dengan bantuan teman-teman dan guru. Peneliti : Apakah dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe

(12)

ER : Kesulitan saya dapat diatasi karena ada diskusi kelompok.

Peneliti : Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT apakah anda masih mau diajarkan dengan model lama?

ER : Tidak mau lagi.

Peneliti : Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?

ER : Belajarnya menjadi mudah karena dapat berdiskusi dengan teman-teman dan guru.

f. Hasil Catatan Lapangan

Berdasarkan hasil catatan lapangan yang perlu dilakukan dari awal hingga akhir pembelajaran berlangsung lancar waktu yang digunakan sesuai dengan waktu yang direncanakan yaitu 10 menit kegiatan awal, 50 menit kegiatan inti dan 10 menit penutup.

g. Refleksi

Dari hasil tes siklus I dapat dilihat siswa sudah bisa menyelesaikan soal-soal dengan materi. Dari 14 orang siswa yang mengikuti tes akhir siklus I memperoleh nilai > 65 sebanyak 7 orang siswa dan 7 orang siswa dibawah < 65. Persentase keberhasilan tes akhir siklus I 50%.

4.3 Temuan Penelitian

Dari pelaksanaan siklus I dapat dipaparkan temuan penelitian sebagai berikut: 1. Siswa belum terbiasa belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

TGT.

2. Siswa masih ragu-ragu dan malu saat memprentasikan hasil kerja kelompok kedepan kelas.

3. Siswa masih ragu-ragu dalam menjawab soal pada waktu turnamen.

(13)

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian siklus I yang diperoleh saat proses belajar mengajar materi penjumlahan pecahan berhasil, hal ini dapat dilihat dari segi proses belajar mengajar dan hasil observasi guru 91,42% dan hasil observasi siswa 82,22% skor presentase.

Sementara itu hasil wawancara bahwa siswa disekolah tersebut menyukai pelaksanaan kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, karena menurut mereka model pembelajaran tersebut dapat meningkat kemampuan mereka dalam memahami materi penjumlahan pecahan berdasarkan pengalaman dan realitas yang dimiliki siswa. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang mengajak siswa bermain namun kreatif adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dengan demikian, bahwa pembelajran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu alternatif penting yang harus diterapkan oleh guru dalam pembelajaran disekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi penjumlahan pecahan.

(14)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari paparan data dan temuan penelitian yang telah dipaparkan dalam bab IV maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meninggkatkan prestasi belajar pada materi penjumlahan pecahan di kelas V SD Negeri 3 Banda Baro Kabupaten Aceh Utara.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menumbuhkan sikap kerja sama antar sesama dalam kelompok dan saling membantu dalam memahami materi yang sulit.

3. Hasil wawancara bahwa siswa disekolah tersebut menyukai pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pembelajaran matematika.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil tes awal siswa kelas V SD Negeri 3 Banda Baro
Tabel 4.2 Hasil tes akhir siswa kelas V SD Negeri 3 Banda Baro

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan hasil belajar aspek psikomotor antara kelompok yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model kooperatif tipe NHT

Paparan data pelaksanaan aktivitas siswa siklus III ini adalah hasil refleksi dari siklus II. Pelaksanaan terhadap aktivitas siswa dilaksanakan saat proses

Ada peningkatan hasil belajar peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada mata pelajaran SKI yang dapat. diketahui dari hasil tes

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatka hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sains melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan

Dapat dilihat dari tahap pelaksanaan di atas, pencapaian pelaksanaan yaitu sebesar 77,8% dengan kriteria Baik (B), masih kurangnya dalam melaksanakan beberapa

Untuk mengukur keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan menggunakan media realia dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan,