Kata Pengantar
Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT yang selalu
memberikan kemudahan dalam pembuatan skripsi ini, juga kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan kealam
yang terang benderang.
Dalam pembuatan skripsi ini, saya juga telah dibantu oleh banyak
pihak untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Dedi Ardinata, MKes selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan serta Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku pembantu dekan I.
2. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membimbing dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi
dan mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta
memotivasi saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ibu
evi Karota Bukit S.Kp MNS selaku pembimbing II yang juga
banyak sekali membantu saya, Bapak Ikhasanuddin Hrp, S.Kp,
MNS selaku penguji yang telah memberikan masukan dan
kritikan kepada saya.
3. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan, terutama dosen yang telah
sudi menyumbangkan ilmunya untuk saya sampai saya
menyelesaikan skripsi ini.
4. Pegawai Ilmu Keperawatan, deking, b’juar, dan semua pegawai
yang lainnya yang telah memfasilitasi saya untuk penyelesaian
5. Ayah saya H. Apel Tanjung dan mamak saya Hj. Halimah sipa
yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan tulus
dan selalu memotivasi serta mendo’akan saya. Kakak-kakak saya
Ainun Wasilah dan Kumala Dewi. Serta adik saya Lukman Nul
Hakim dan Suci Ramadhani yang saya sayangi.
6. Ibunda saya Dra. Hindun Zainab yang selalu mensupport dan
membantu saya dalam segala hal.
7. Dan teristimewa buat keluarga besar saya yang banyak
memberikan dukungan doa, moril dan materil selama saya
menjalani pendidikan
8. Teman seperjuangan saya baik di kantin sawit, teman-teman D3
saya dulu dan teman-teman nine’b seluruhnya, terima kasih buat
kebersamaannya, dukungan doa dan semangatnya.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2010
Daftar Isi
Halaman Pengesahan ... i
Kata Pengantar. ... ii
Daftar Isi ... iii
1.2Perumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 4
Bab 2. Tinjauan Puataka ... 5
1. Konsep Pengetahuan ... 5
1.1Pengertian. ... 5
1.2Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif ... 6
1.3Bentuk pengetahuan ... 7
1.4Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 9
1.5Cara memperoleh pengetahuan ... 10
2. Konsep Anemia ... 11
2.1Pengertian ... 11
2.2Tanda-tanda anemia ... 12
2.3Dampak anemia ... 12
2.4Patofisiologi anemia ... 13
2.5Faktor-faktor terjadinya anemia ... 13
2.6Upaya pencegahan ... 15
3. Konsep Hemoglobin ... 16
3.1 Pengertian ... 16
3.2 Fungsi hemoglobin ... 16
4. Konsep Remaja ... 17
4.1 Pengertian ... 17
4.2 Perubahan psikologi remaja ... 18
4.3 Tingkat perkembangan remaja ... 19
4.4 Tugas perkembangan remaja... 20
4.5 Perubahan lingkungan pada remaja ... 21
4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja ... 21
4.6 Gizi pada remaja ... 22
Bab 3. Kerangka Penelitian ... 26
1. Kerangka Penelitian ... 26
2. Defenisi Operasional ... 27
3. Hepotesa ... 27
Bab 4. Metodologi Penelitian…….………...28
1. Desain Penelitian ... 28
2. Populasi, Sampel ... 28
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4. Pertimbangan Etik ... 29
5. Instrumen Penelitian ... 29
6. Pengukuran Validitas ... 30
7. Uji Realibitas ... 31
8. Pengumpulan Data ... 31
9. Analisa Data ... 32
Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 34
1. Hasil Penelitian ... 34
1.1Karakteristik Responden ... 34
1.2Pengetahuan remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan Tentang Anemia ... 38
1.3Gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 38
1.4Hubungan pengetahuan dengan gejala anemia ... 39
2. Pembahasan ... 40
2.1Karakteristik Responden ... 40
2.2Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia ... 41
2.3Gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 42
2.4Hubungan pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 42
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 43
1 Kesimpulan ... 43
2 Saran ... 44
Daftar Pustaka ... 45 Lampiran-Lampiran
1. Inform Consent 2. Surat Survey Awal
3. Surat Izin Pelaksanaan Pengambilan Data 4. Instrumen Penelitian
Daftar Tabel
Tabel 1. Batas normal nilai hemoglobin ... 17
Tabel 2. Sumber zat besi ... 23
Tabel 3. Panduan interprestasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan
korelasi, nilai p, dan arah korelasi ... 35
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 37
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Remaja Putri
SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 38
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gejala Anemia pada Remaja
Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 38
Tabel 7. Hasil analisa korelasi pengetahuan dengan gejala anemia remaja
putri SMA Swasta Islam Azizi Medan ... 39
Tabel 8. Hasil analisa korelasi spearman rho pengetahuan dengan gejala
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka penelitian antara hubungan tingkat pengetahuan
Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan. 2010
Nama : Ainun Hapiza
Nim : 091121041
Jurusan : Ilmu Keperawatan
Tahun : 2011
Abstrak
Pengetahuan yang ada pada remaja putri sangat berperan penting dalam mengurangi terjadinya anemia. Penelitian ini adalah penelitian deskripsi
korelasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja
putri tentang anemia, mengkaji tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan gejala anemia pada remaja di SMA Swasta Islam Azizi Medan.Sampel yang diteliti sebanyak 85 orang siswi, pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 5 september 2010 dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia, dan kuesioner gejala anemia pada remaja putri. Hasil penelitian ini dianalisa menggunakan program SPSS versi 17.0. untuk mengetahui korelasi antara variable, digunakan formula korelasi Spearman rho Berdasarkan analisa dan data statistik yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan remaja putri baik (88,2%), dan mayoritas gejala anemia pada remaja putri tinggi (70,6%). Berdasarkan analisa statistik terhadap hubungan tingkat pengetahuan dan gejala anemia pada remaja putri diperoleh nilai yang signifikansi r sebesar 0,435 yang menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri. atau penelitian ini ditolak. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dilokasi tempat yang berbeda serta melakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb).
Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan. 2010
Nama : Ainun Hapiza
Nim : 091121041
Jurusan : Ilmu Keperawatan
Tahun : 2011
Abstrak
Pengetahuan yang ada pada remaja putri sangat berperan penting dalam mengurangi terjadinya anemia. Penelitian ini adalah penelitian deskripsi
korelasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja
putri tentang anemia, mengkaji tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan gejala anemia pada remaja di SMA Swasta Islam Azizi Medan.Sampel yang diteliti sebanyak 85 orang siswi, pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 5 september 2010 dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia, dan kuesioner gejala anemia pada remaja putri. Hasil penelitian ini dianalisa menggunakan program SPSS versi 17.0. untuk mengetahui korelasi antara variable, digunakan formula korelasi Spearman rho Berdasarkan analisa dan data statistik yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan remaja putri baik (88,2%), dan mayoritas gejala anemia pada remaja putri tinggi (70,6%). Berdasarkan analisa statistik terhadap hubungan tingkat pengetahuan dan gejala anemia pada remaja putri diperoleh nilai yang signifikansi r sebesar 0,435 yang menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri. atau penelitian ini ditolak. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dilokasi tempat yang berbeda serta melakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb).
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Jumlah remaja di negara berkembang tumbuh sangat pesat.
Kelompok ini pada lima tahun terakhir merupakan salah satu perhatian
utama karena pola hidup mereka yang berbeda dengan kelompok umur
lainnya dari generasi sebelumnya. Sifat energik pada usia remaja
menyebabkan aktifitas fisik tubuh meningkat. Selain itu keterlambatan
tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini
(Sulaiman, 2009). Pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar
tumbuh kembang berlangsung sempurna (Moehji, 2003).
Penduduk dunia menderita anemia bekisar 30% dan lebih dari
setengahnya merupakan anemia gizi besi. Sebanyak 14% wanita yang
sedang pertumbuhan juga mengalami anemia tersebut (Djarianto, 2008).
Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan masalah utama dan terus
diperbaiki secara berkelanjutan. Data terakhir menunjukkan prevalensi
anemia gizi besi masih tinggi sekitar 30% sampai 60% (Depkes RI,
2000).
Data dari beberapa penelitian sepeti Dian G. (2007) juga
menunjukan bahwa lebih dari separuh remaja putri di Indonesia
menderita Anemia. Untuk itu diwajibkan kepada para wanita harus lebih
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Dari data
bahan kesehatan Word Health Organitation (WHO) bahwa remaja
mendapat perhatian. Terutama pada remaja putri yang lebih rawan untuk
kekurangan gizi dibandingkan remaja putra. remaja putri secara normal
akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan.
Bersamaan dengan terjadinya menstruasi sejumlah zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan hemoglobin berkurang. Oleh karena itu
kebutuhan zat besi untuk remaja putri lebih banyak dibandingkan remaja
putra. Dilain pihak remaja putri cenderung untuk membatasi asupan
makanan karena mereka ingin tampak langsing. Hal ini juga merupakan
salah satu penyebab prevalensi anemia cukup tinggi pada remaja putri.
Keadaan seperti ini sebaiknya tidak terjadi, karena masa remaja
merupakan masa pertumbuhan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih
tinggi (Depkes RI, 2000)
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih
rendah dari normal. Nilai normal Hb (Hemoglobin) pada wanita rata-rata
12-14g/dl. Fungsi sel darah merah itu penting mengingat tugasnya antara
lain sebagai sarana transportasi zat gizi, dan terutama juga oksigen yang
diperlukan pada proses fisiologi dan biokimia dalam setiap jaringan
tubuh. Anemia juga bisa terjadi akibat keadaan-keadaan seperti
kehilangan darah karena luka berat, tindakan pembedahan, kecelakaan,
menstruasi, melahirkan, dan terlalu sering menjadi donor darah (Sudoyo,
2006).
Berdasarkan penjelasan diatas, baik dari segi penyebab terjadinya
tentang anemia, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang terjadinya
anemia pada remaja putri dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan
Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
Tahun 2010.
2. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia
dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
tahun 2010.
3. Pertanyaan Penelitian
3.1 Bagaimana tingkat pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri
SMA Swasta Islam Azizi Medan tentang anemia.
3.2 Apakah ada gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam
Azizi Medan.
3.3 Bagaimana hubungan antara pengetahuan tentang anemia dengan
gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
2010.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
4.1Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang
anemia di SMA Swasta Islam Azizi Medan.
4.2Mengidentifikasi gejala anemia pada remaja putri SMA
4.3Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dengan
gejala anemia pada remaja di SMA Swasta Islam Azizi
Medan. 5. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
5.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
pengembangan serta sumber informasi pendidikan keperawatan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang anemia yang terutama terjadi
pada remaja putri.
5.2 Praktek Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi yang bekerja dalam
praktek keperawatan agar memberikan ataupun menunjukan perilaku
yang positif dalam usaha pencegahan terjadinya anemia, serta
perhatian khusus terhadap remaja putri yang terkena anemia.
5.3 Penelitian Keperawatan
Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam
melaksanakan penelitian serta dapat menjadi bekal dalam
melaksanakan penelitian dimasa yang akan datang dan dapat sebagai
sumber data untuk melakukan penelitian lebih lanjut dibidang
keperawatan khususnya dalam pendidikan tentang anemia serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Pengetahuan 1.1. Pengertian
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
inggris yaitu Knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan
bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (Knowledge
Is Justified True Belief). Sedangkan secara terminology ada beberapa
pengertian tentang pengetahuan. Gazalba (1992), mengatakan
pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti,
dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan
demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu (Bakhtiar, 2004).
Pengetahuan berarti mengingat materi-materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Ini merupakan tingkatan yang paling sederhana dan
mendasar dari domain kognitif yang menunjukan kemampuan untuk
mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Kozier &
Erb, 1987 dalam Potter & Perry, 1992).
Menurut Notoadmojdo (2003), Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
1.2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoadmodjo (2003), Pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1.2.1 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
1.2.2 Memahami (Comprehension)
Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,
memberikan contoh, dan menyimpulkan.
1.2.3 Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam hitungan perhitungan-
perhitungan hasil pnelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) di dalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
1.2.4 Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam
bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur objek
tersebut dan masih terkait satu sama lain.
1.2.5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan,
merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah
ada.
1.2.6 Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan
terhadap suatu kriteria yang dibuat sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang sudah ada sebelumnya.
1.3. Bentuk Pengetahuan
Terdapat berbagai cara yang berbeda untuk mengklasifikasikan
genetik berdasarkan sifat dasar dari pengetahuan sebagai fenomena
(seperti yang di ungkapkan oleh ahli filsafat) sampai ke yang lebih
spesifik, seperti cara pendidik mengklasifikasikan area pengetahuan di
dalam kurikulum di bawah suatu objek atau disiplin ilmu (misalnya,
Biologi, Sosiologi, Psikologi, dan lain-lain). Mempertimbangkan bentuk
pengetahuan dalam istilah jenis pengetahuan, sumber pengetahuan dan
cara mengetahui yang umum terdapat di dunia keperawatan.
Epistemologi dan jenis pengetahuan yaitu cabang dari filosofi yang
membahas tentang defenisi klasifikasi pengetahuan. Secara umum, ahli
filsafat mengklasifikasikan pengetahuan sebagai berikut:
1.3.1 Pengetahuan Tentang
Pengetahuan yang mendefenisikan semua hal yang kita ketahui.
secara sederhana, kita mengetahui keberadaannya dan kita mengetahui
sesuatu tentang hal tersebut.
1.3.2 Pengetahuan Bagaimana
Pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, ini yang kita
maksud ketika kita mengatakan bahwa seseorang memiliki cara
mengetahui sesuatu.
1.3.3 Pengetahuan Empiris
Pengetahuan ini diambil dari persepsi, misal, observasi yang kita
buat tentang fenomena di lingkungan kita. Dari hal-hal yang kita
kita tidak mengubah kondisi yang ada, kita secara aktual mengobservasi
dan mengetahui bahwa hal-hal tersebut ada (Basford, 2006).
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menurut
(Roger 1974, dikutip dari Notoadmodjo, 2003), faktor internal yakni
karakteristik orang yang bersangkutan seperti: pendidikan, sumber
informasi dan pengalaman, yang bersifat given atau bawaan. Faktor
eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, informasi. Faktor
lingkungan ini sering merupakan yang domain yang mewarnai perilaku
seseorang.
Adapun faktor- faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya
pengetahuan dalam diri seseorang, adalah:
1.4.1 Pendidikan
Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari pengalaman, media,
dan lingkungan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003).
1.4.2. Sumber Informasi
Sumber informasi mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang
maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) menekankan
bahwa sumber informasi dari seseorang individu itu mempengaruhi
pengetahuan, yang dipengaruhi oleh keluarga, orang tua, dan masyarakat,
1.4.3. Pengalaman
Pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang
didapat sebelumnya (Sudarmita, 2002). Pengetahuan juga dapat
ditemukan pada kejadian yang pernah dialami seseorang dan menjadi
pedoman baginya.
1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut (Notoadmodjo, 2003), cara yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua,
yakni:
1.5.1 Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai banyak orang untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode
ilmiah atau metode penemuan, secara sistematik dan logis.
1.5.2 Cara Modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah serta lebih lengkap. Cara ini disebut
dengan metode, penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut
metodologi penelitian.
2. Konsep Anemia 2.1 Pengertian Anemia
Anemia oleh orang awam dikenal sebagai kurang darah, dimana
tidak sama dengan tekanan darah rendah (TDR), dimana tekanan darah
rendah merupakan kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa
darah keseluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah
sampai ke otak dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan anemia adalah
penurunan jumlah masa eritrosit sel darah merah atau hemoglobin (Hb)
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup kejaringan perifer. Anemia bukanlah suatu
kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala berbagai macam
penyakit dasar (Sudoyo, 2006).
Menurut Indah Indriawati (2001), Anemia merupakan salah satu
masalah gizi di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius,
terutama anemia defesiensi besi. Penyebab anemia defesiensi besi ialah
karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi
terjadinya anemia defesiensi besi, antara lain kebiasaan makan, pola haid,
pengetahuan tentang anemia status gizi. Akibat dari anemia defesiensi
besi atau zat besi adalah produktivitas darah rendah, perkembangan
mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan terhadap
infeksi, morbiditas, dan lain-lain.
2.2 Tanda-tanda Anemia
Adapun tanda-tanda anemia sebagai berikut:
2.2.1. Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L)
2.2.3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan
telapak tangan menjadi pucat
2.3 Dampak terjadinya Anemia: 2.3.1. Pada anak-anak
a. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar
b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan otak
c. Meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi karena
daya tahan tubuh menurun.
2.3.2. Pada wanita
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit
b. Menurunkan produktivitas kerja
c. Menurunkan kebugaran.
2.3.3. Pada remaja putri
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak
mencapai optimal
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Mengakibatkan wajah tampak pucat.
2.3.4. Ibu hamil
a. Menimbulkan pendarahan sebelum atau sesudah
b. Meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 Kg).
2.4. Patofisiologi Anemia
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan
zat besi (Feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan
dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang
lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan
transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme
dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya
terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb (Sari,
2004).
2.5.Faktor-faktor terjadinya Anemia Pada Remaja Putri
Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia
(Depkes RI, 2000), misalnya pada peristiwa:
a. Pendarahan
Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia,
Setelah mengalami pendarahan yang cepat, maka tubuh akan mengganti
cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini akan
menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak
terjadi pendarahan yang kedua, maka konsentrasi sel darah merah
biasanya kembali normal dalam waktu 3 sampai 6 minggu (Depkes RI,
Pada kehilangan darah yang kronis, penderita sering kali tidak
dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk
hemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah
merah yang mengandung sedikit sekali hemoglobin, sehingga
menimbulkan keadaan anemia (Arlinda, 2004).
b. Menstruasi
Menstruasi adalah runtuhnya jaringan epitel endometrium akibat
pengaruh perubahan siklik keseimbangan hormonal reproduksi wanita.
Ciri-ciri menstruasi normal:
1. Lama siklus antara 21-35 hari (28+7 hari)
2. Lama perdarahan 2-7 hari
3. Perdarahan 20-80 cc per siklus (50+30 cc)
4. Tidak disertai rasa nyeri
5. Darah warna merah segar dan tidak bergumpal
c. Diet
Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering memerhatikan
akan bentuk tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi
makanannya (diet). Bahkan banyak yang berdiet tanpa nasehat atau
pengawasan seorang ahli kesehatan dan gizi, sehingga pola konsumsinya
sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak pantang yang
ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran dari kawannya yang tidak
kompeten dalam soal gizi dan kesehatan, sehingga terjadi berbagai gejala
RI, 2000). Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu
makan. Selain itu remaja putri masa kini juga semakin menggemari junk
food yang sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama sekali)
kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin.
2.6. Upaya Pencegahan
Akibat tingginya angka kejadian anemia di masyarakat khususnya
remaja putri disekolah maka diperlukan suatu tindakan pencegahan yang
terpadu seperti Pendidikan kesehatan yaitu penyuluhan gizi untuk
mendorong konsumsi makanan yang membantu absorbsi zat besi
(Arlinda, 2004).
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi
daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat
ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu kita
perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap
tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti
sereal yang diperkuat dengan zat besi (Farida.dkk, 2004) Pengobatan
yang baik diberikan apabila penyebab yang mendasarinya yaitu masukan
dalam darah rendah maka suplementasi terus menerus dengan zat besi.
3. Konsep Hemoglobin 3.1 Pengertian
Hemoglobin (Hb) adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang
berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain
itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri
dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2
molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein
yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta kadar
hemoglobin pada wanita dewasa adalah 12 g/dl dan untuk laki-laki
dewasa 14 g/dl (Wikipedia, 2006).
3.2 Fungsi Hemoglobin
Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat
oksigen (O2). Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa
oleh darah maka terdapatnya Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen
keberbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan
terisolasi sekalipun akan tercapai (Sadikin, 2002).
Tabel 1. Batas normal terendah nilai hemoglobin
Usia Kadar Hb (g/dl)
Anak usia 6 bulan-5 tahun 11,0
Anak usia 6-18 tahun 12,0
Wanita dewasa 12,0-14,0
4. Konsep Remaja 4.1 Pengertian
Remaja berasal dari kata latin Adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik Hurlock (1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang
jelas karena tidak termasuk golongan anak dan tidak juga termasuk
golongan dewasa. Seperti yang dikemukakan oleh Monks, dkk (1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak (Arya, 2009).
Menurut (Rudolph.dkk, 2002) Masa remaja adalah masa peralihan
antara masa kanak-kanak dan dewasa yang mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
psikisnya. mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun cara
berfikir ataupun bertindak, tetapi bukan pula orang - orang dewasa yang
telah matang. Masa remaja berlangsung antara umur 12 sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 sampai dengan 22 tahun bagi pria.
4.2 Perubahan Psikologi Remaja
Menurut Soetjingsih (2004). Masa remaja adalah suatu masa
perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara
fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama
4.2.1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa
remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm dan
stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini
merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini
banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja,
misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah
seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini
akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan
nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal
masa kuliah.
4.2.2 Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai
kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat
remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan
mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,
baik perubahan internal seperti system sirkulasi,
pencernaan dan system respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri dan
4.2.3 Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan
hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak
hal-hal yang menarik bagi dirinya di bawah dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan
lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung
jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
dapat diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan
mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga
terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan dengan individu dari jenis kelamin yang
sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang
dewasa.
4.2.4 Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting
pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena
sudah mendekati dewasa.
4.3 Tingkat Perkembangan Remaja
Menurut Sujanto (1996), Tingkat-tingkat perkembangan dalam
masa remaja dapat dibagi berbagai cara. salah satu pembagian yang
dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut:
4.3.1 Masa prapuber adalah masa pada satu atau dua tahun
sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak menjadi
4.3.2 Masa puber atau masa remaja merupakan terjadinya
perubahan – perubahan sangat nyata dan cepat, dimana
anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria.
Masa ini berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun.
4.3.3 Masa postpuber pertumbuhan adalah masa yang cepat
sudah berlalu, tetapi masa nampak perubahan-perubahan
tetap berlangsung pada beberapa bagian badan.
4.3.4 Masa akhir puber yaitu melanjutkan perkembangan
sampai mendapat tanda-tanda kedewasaan.
Keluarga berperan penting pada perkembangan yang optimal
selama masa remaja dengan mempermudah peningkatan kebebasan dan
tanggung jawab secara bertahap. Remaja perlu mengalami individuasi
serta keterlibatan dengan keluarga dan masyarakat untuk
mengembangkan identitas positif dan kemampuan rasional.
4.4 Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Sujanto, (1996) yaitu:
4.4.1 Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi
secara lebih dewasa dengan kawan yang sebaya, baik
laki-laki dan perempuan
4.4.2 Memperoleh peranan sosial
4.4.3 Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan
4.4.4 Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan
orang dewasa lainnya
4.4.5 Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan
berdiri sendiri
4.4.6 Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
4.4.7 Mempersiapkan diri dalam pembentukkan keluarga
4.4.8 Membentuk system nilai, moralitas dan falsafah hidup
4.5 Perubahan Lingkungan Pada Remaja
Lingkungan sosial yang mendukung anak mengalami perubahan
yang signifikan selama masa remaja, dengan keluarga memberikan
pengawasan yang kurang dan pilihan kebebasan yang lebih,
meningkatkan kesempatan untuk dimulainya kebiasaan merusak
kesehatan. Sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama tidak terstruktur dan
impersonal, dengan demikian memberikan pengawasan dan dukungan
yang kurang dari pada yang diberikan disekolah dasar. Lingkungan kerja
para remaja yang lebih tua memberikan pengawasan yang kurang dari
pada sekolah dan bimbingan yang sedikit mengenai pilihan karir.
Keadaan sosioekonomi yang memburuk dikeluarga mengakibatkan lebih
banyak remaja mengalami kemiskinan dari pada dekade sebelumnya.
(Rudolph.dkk, 2002).
4.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Remaja
Sepanjang kehidupan manusia ada dua faktor tetap yang
(eksternal) dan faktor dalam (internal). Tetapi oleh karena isi faktor luar
selalu berubah keadaannya dan perkembangannya, maka akan diadakan
peninjauan tersendiri tentang sampai mana pengaruh itu diterima oleh
keadaan perkembangan jiwa remaja, sesuai dengan struktur ketajaman
dan kebutuhanya. Ada dua golongan besar yang termasuk faktor luar
yang mempengaruhi manusia, yaitu golongan organis dimana terdapat
manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Dan golongan anorganis,
termasuk didalamnya keadaan alam dan benda-benda. Keadaan alam
adalah iklim, perkehidupan (petani, pelaut, pegunungan, perdagangan
dan sebagainya) dan keadaan benda-benda yaitu benda-benda alam yang
bukan hasil budaya. dan yang merupakan bukan hasil budaya misalnya
keadaan perumahan bangunan-bangunan dan sebagainya. oleh karena itu
sikap dan sifat anak dari kota berlainan dengan anak dari desa. Bukan
perbedaan kualitas dan yang lainnya, melainkan hanya berbeda dalam
bentuk atau gambarnya. Perbedaan itu disebabkan oleh faktor
didalamnya. Faktor dalam yang manakah yang menerima pengaruh itu,
dan sampai dimana ketajaman penerimaannya (Sujanto, 1996).
4.7 Gizi Pada Remaja Putri
Remaja merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap
anemia, dapat mengenai semua kelompok status sosial ekonomi, terutama
yang berstatus sosial ekonomi rendah. Penyebabnya sebagian besar oleh
karena ketidak cukupan pemasukan zat besi yang berasal dari diet, dilusi
dan kehilangan zat besi. Kriteria yang dipakai untuk menentukan
defesiensi zat besi adalah dari hasil pemeriksaan feritin, saturasi
transferin, protoporfirin eritrosit (Soetjiningsih, 2004).
Kebutuhan zat besi meningkat pada remaja oleh karena terjadi
pertumbuhan yang meningkat dan ekspansi volume darah dan masa otot.
Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen dalam tubuh dan peran
lainnya dalam pembentukan sel darah merah. Target cadangan zat besi
sekitar 300mg pada kedua jenis kelamin, kebutuhan zat besi rata-rata
pada saat anak prepubertas adalah 10 mg/hari, dan selama kejar tumbuh
saat pubertas diperlukan tambahan 5 mg/hari pada remaja putri yang
mulai dengan kejar tumbuh saat pubertas dan menstruasi (Soetjiningsih,
2004).
Diet remaja hanya mengandung 6 mg/1000 kkal, sehingga pada
gadis yang umumnya membutuhkan kalori yang lebih rendah akan
kesulitan untuk mencukupi kebutuhan zat besinya. Kekurangan asupan
menyebabkan anemia besi. Sebaliknya kelebihan asupan predisposisi
genetik tertentu menyebabkan overlood zat besi (Soetjiningsih, 2004).
Penyerapan zat besi tergantung dari bioavailabilitas zat besi pada
makanan. Zat besi heme (hewani/daging) memiliki bioavailabilitas lebih
Tabel 2. Sumber Zat Besi
No Makanan Zat Besi (mg)
1
2
Sumber heme:
Hati anak lembu (celves) Daging pinggang sapi (sirloin) Daging sapi (tanpa lemak) Ayam
Sumber nonheme:
Mentega kacang (1 tbsp) Kacang polong (1/2 cup) Sereal telah dimasak (1/2 cup) Sereal siap saji (3/4 cup) Roti gandum diperkaya (1 iris) Kacang yang terbaik (2 tbsp)
5,3 mg Sumber ; (Soetjiningsih, 2004).
4.8 Remaja dengan Anemia
Dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan bahwa lebih
dari separuh remaja putri di Indonesia menderita anemia. Remaja putri
secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi
setiap bulan. Bersamaan dengan terjadinya menstruasi sejumlah zat besi
yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin berkurang. Oleh karena
itu kebutuhan zat besi untuk remaja putri lebih banyak dibandingkan pria
(Sujanto, 1996).
Dilain pihak remaja putri cenderung untuk membatasi asupan
makanan karena mereka ingin tampak langsing. Hal ini merupakan salah
satu penyebab anemia cukup tinggi pada remaja putri. Kebutuhan zat besi
remaja putri 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan remaja putra. Remaja
putri setiap bulan mengalami haid, jadi perlu zat besi untuk
zat besi untuk kebutuhan perkembangan janin. penanggulangan anemia
pada remaja putri sudah harus diprioritaskan sehingga perlu adanya
program khusus penanggulangan anemia pada remaja putri. Selain itu
perlu adanya penyuluhan kepada remaja putri mengenai pengetahuan
tentang anemia, sebab, akibat serta cara menanggulanginya (Sujanto,
1996).
Hal lain yang membuat wanita lebih beresiko terkena anemia
adalah siklus haid atau menstruasi yang tidak normal. Siklus haid atau
menstruasi yang normal itu berkisar antara 22-35 hari dihitung dari hari
pertama haid hingga hari pertama haid pada bulan berikutnya. Lama
menstruasi yang normal itu antara 3-7 hari. siklus menstruasi yang tidak
normal dan menjadi pemicu terjadinya anemia seperti hipermenorhea
(haid lebih lama dan lebih banyak dari jumlah normal) atau lebih dari
delapan hari. Polimenorhea atau siklus haid lebih pendek (kurang dari 21
hari) dan metrorhagia yaitu perdarahan di luar waktu haid yang bisa
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian
Kerangka pada penelitian ini menjelaskan tentang hubungan antara
tingkat pengetahuan anemia dengan gejala anemia yang terjadi pada
remaja putri disekolah. Pengetahuan anemia dibagi menjadi, pengertian
anemia, penyebab anemia, jenis-jenis anemia, dampak anemia, dan
pencegahan anemia. Anemia yang terjadi pada remaja putri dapat
menyebabkan cepat lelah, lemas, pucat, gelisah dan terkadang pandangan
berkunang-kunang. bahkan gairah belajar dan konsentrasi belajar juga
dapat menurun, tinggi dan berat badan tidak sempurna serta mengganggu
pertumbuhan. Pencegahan adanya anemia dapat dilakukan dengan empat
pendekatan dasar yaitu dengan memperkaya makanan pokok dengan zat
besi, pemberian suplement tablet, pendidikan kesehatan dan
langkah-langkah yang berhubungan dengan peningkatan masukan zat besi melalui
makanan serta pencegahan terhadap infeksi (Sulaiman, 2009).
Skema 1. Kerangka penelitian antara Hubungan Tingkat Pengetahuan
dengan Gejala Anemia Pada Remaja Putri.
Pengetahuan
- Baik- Kurang baik
Gejala Anemia
- Tinggi2. Defenisi Operasional
2.1 Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Anemia
Pengetahuan remaja putri tentang anemia adalah segala sesuatu
yang diketahui tentang anemia meliputi, pengertian anemia, tanda dan
gejala anemia, komplikasi terjadinya anemia, pencegahan anemia, dan
pengobatan yang berhubungan dengan kebutuhan remaja yang
mengalami anemia di SMA Swasta Islam Azizi Medan.
2.2 Gejala Anemia Yang Terjadi Pada Remaja Putri disekolah
Gejala anemia merupakan suatu peristiwa, dimana terdapat
tanda-tanda yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Gejala anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan kondisi
keadaan yang dialami para siswi SMA Swasta Islam Azizi Medan
dimana adanya tanda –tanda anemia, faktor-faktor yang mempengaruhi
serta kurangnya informasi yang didapatkan oleh para siswi tersebut.
3. Hipotesa
Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan
tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja, semakin tinggi
pengetahuan remaja terhadap anemia akan semakin berkurang dampak
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan
dengan gejala, dan menguji hubungan tingkat pengetahuan remaja
tentang anemia terhadap gejala anemia yang terjadi pada remaja putri di
SMA Swasta Islam Azizi Medan.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA Swasta Islam Azizi Medan pada tahun ajaran 2009/2010, Kelas 1 sampai dengan
kelas 3 dengan jumlah populasi sebanyak 85 orang.
2.2 Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2009), jika jumlah populasi kurang dari 100,
maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total
sampling). Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 85 orang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Islam Azizi Medan,
adapun pertimbangan pemilihan sekolah SMA Swasta Islam Azizi
Medan karena lokasi penelitian ini dekat dari rumah peneliti sehingga
tentang pengetahuan dan gejala anemia pada remaja putri. Waktu
penelitian ini dilakukan pada akhir bulan Agustus tahun 2010.
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan izin dari kepala
sekolah SMA Swasta Islam Azizi Medan. Kemudian peneliti memilih
calon responden yang memenuhi kriteria, meminta kesediaan calon
responden penelitian, apabila calon responden bersedia, maka akan
dijelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian, kemudian responden
dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent).
Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak
menolak. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data
(Kuesioner), tapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar
tersebut. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin
oleh peneliti (Nursalam, 2003).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam
bentuk kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu kepada
tinjauan pustaka. Instrumen penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu
kuesioner data demografi, Kuesioner tingkat pengetahuan remaja putri
5.1. Kuesioner Data Demografi
Kuesioner Data Demografi digunakan untuk mengkaji data
demografi siswi yang meliputi usia, asal daerah, suku, bangsa, dan
pernah atau tidak pernah mendapat informasi tentang anemia.
5.2. Kuesioner Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia
Kuesioner pengetahuan remaja putri tentang anemia berisi
pertanyaan untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang anemia.
Bagian ini terdiri dari 15 pertanyaan dimana 10 pertanyaan positif yang
terdapat pada nomor 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14 dengan bobot nilai 2 =
ya, 1 = tidak, 5 pertanyaan negatif yang terdapat pada nomor 2, 7, 10, 13,
15 dengan bobot nilai 1 = ya, 2 = tidak, dengan skor total 15-30. Dimana
skor nilai 15-22 dikatakan kurang dan skor 23-30 dikatakan baik.
5.3. Kuesioner Gejala Anemia Pada Remaja Putri
Kuesioner gejala anemia pada siswi berisi pertanyaan tentang tanda dan gejala anemia dimana terdapat 15 pertanyaan dengan bobot
nilai 1=ya, 2= tidak, dengan skor total 15-30. Bila skor nilai 15-22
dikatakan tinggi dan skor 23-30 dikatakan rendah.
6. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang mewujudkan
tingkat-tingkat kualitas suatu instrumen, suatu instrumen dikatakan valid jika
mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Penelitian ini
dilakukan uji validitas isi kepada seorang ahli dalam bidang keperawatan
7. Uji Realibitas
Peneliti terlebih dahulu melakukan uji realibitas dengan
menggunakan KR-20 pada kuesioner pengetahuan remaja tentang anemia
dan kuesioner gejala anemia dalam proses SPSS versi 17.0, oleh karena
pada instrumen yang baru akan reliable jika memiliki nilai reliabilitas
lebih dari 0,6 (Arikunto, 2006). Tujuan dilakukan uji coba ini adalah
untuk mengetahui tingkat reliabilitas setiap butir pernyataan kuesioner
serta untuk mengetahui konsistensi instrumen sehingga dapat digunakan
untuk penelitian berikutnya (Arikunto, 2000).
Uji realibitas ini dilakukan pada sampel lain yang sesuai dengan
kriteria yaitu siswa putri SMA Swasta Annizam Medan. Dengan jumlah
sampel 10 orang siswi putri. Hasil uji reliabilitas ini dengan
menggunakan formula KR-20 untuk kuesioner pengetahuan remaja
tentang anemia adalah 0,79. Dan hasil uji reliabilitas kuesioner gejala
anemia adalah 0,78. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kuesioner tingkat pengetahuan remaja tentang anemia dan kuesioner
gejala anemia pada remaja adalah reliable.
8. Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan ijin pelaksanaan
penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara), kemudian permohonan ijin yang telah diperoleh
dikirimkan ke tempat penelitian (SMA Swasta Islam Azizi Medan).
penelitian. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang
telah yang dibuat sebelumnya. Setelah mendapatkan calon responden,
selanjutnya peneliti menjelaskan pada calon responden tersebut tentang
tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner, kemudian calon
responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat
persetujuan. Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan
oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang
tidak dimengerti. Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut,
maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.
9. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, kemudian peneliti akan memastikan
bahwa semua jawaban telah diisi. Kemudian dilakukan analisa data
melalui beberapa tahap yang dimulai dengan memeriksa kelengkapan
data, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti
melakukan tabulasi dan analisa data. Data demografi akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase, dan mean.
Untuk tingkat pengetahuan remaja tentang anemia disajikan dengan
kategori baik dan kurang, dengan rumus statistik Sudjana (1992).
Rentang P = —————
Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi
2 kelas untuk pengetahuan remaja putri (baik dan kurang), maka akan
diperoleh panjang kelas sebesar 7,5.
Dengan P = 7,5 dan nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas
interval pertama, maka pengetahuan remaja putri dikategorikan atas kelas
interval sebagai berikut:
15- 22= Pengetahuan remaja putri akan anemia kurang
23 - 30 = Pengetahuan remaja putri akan anemia baik
Untuk perhitungan terjadinya gejala anemia pada remaja putri
disajikan dengan kategori tinggi dan rendah, dengan rumus statistik
Sudjana (1992).
Rentang P = —————
Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi
dikurang nilai terendah) sebesar 15 dan banyak kelas dibagi atas 2 kelas
untuk strategi gejala pada remaja (tinggi dan rendah) , maka akan
diperoleh panjang kelas sebesar 7,5.
Dengan P = 7,5 dan nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas
interval pertama, maka strategi gejala pada remaja putri dikategorikan
atas kelas interval sebagai berikut:
15-22 = gejala anemia pada remaja putri tinggi
23-30 = gejala anemia pada remaja putri rendah
Hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja
putri akan dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji korelasi
terdiri dari nilai r, nilai p, dan arah korelasi. Uji spearman digunakan
karena variabel independent (tingkat pengetahuan) berskala kategorik
(ordinal) dan variabel dependent (gejala) berskala kategorik (ordinal). Uji
spearman dapat digunakan untuk uji korelasi variabel ordinal dengan
ordinal dan sebagai alternatif untuk uji numerik-numerik jika uji pearson
Tabel 3. Panduan interprestasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan, 2004).
No Parameter Nilai Interprestasi variable yang di uji.
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variable yang di uji.
3 Arah korelasi + (positif)
-(negative)
Searah. Semakin besar nilai satu variable, semakin besar pula nilai variable lainnya.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta
pembahasan mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan gejala
anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan.
1. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini
akan diuraikan gambaran data demografi 85 responden yang terdiri dari
usia, kelas, asal daerah, suku bangsa, dan pernah atau tidaknya
mendapatkan informasi tentang anemia. tingkat pengetahuan remaja putri
SMA Swasta Islam Azizi Medan tentang anemia, dan gejala anemia pada
remaja putri SMA Islam Azizi Medan.
1.1Karakteristik Responden
Hasil penelitian dalam tabel 4. menunjukan karakteristik
demografi siswa putri SMA Swasta Islam Azizi Medan. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas usia
responden bekisar 14 – 19 tahun, Adapun kelas yang diambil dalam
penelitian ini yaitu mulai dari kelas I sampai dengan kelas III IPA dan III
IPS. Mayoritas suku bangsa responden yaitu suku melayu, suku jawa,
suku batak, dan suku minang. Mayoritas responden pernah mendapatkan
1.2Pengetahuan Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan Tentang Anemia
Tabel 5. Menunjukan gambaran tingkat pengetahuan remaja putri
tentang anemia. hasil penelitian diperoleh sebanyak 75 orang (88,2%)
memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang anemia, hanya 10 orang
(11,8%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang anemia.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan (N= 85)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 75 88,2 Kurang Baik 10 11,2
1.3 Gejala Anemia Pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
Tabel 6. Menunjukan gambaran gejala anemia yang terjadi pada
remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan. Hasil penelitian diperoleh
responden sebanyak 60 orang (70,6%) memiliki gejala anemia yang
tinggi dan sebanyak 25 orang (29,4%) memiliki gejala anemia yang
rendah.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan (N=85)
Gejala Anemia Frekuensi Persentase (%)
1.4 Hubungan Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
Tabel 7. Menunjukan bahwa dalam penelitian ini, didapatkan nilai
koefisien korelasi spearman dengan nilai r = 0,435 dan pValue = 0,069
Tabel 7. Hasil analisa korelasi pengetahuan dengan gejala anemia remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan.
Variabel Gejala Tinggi Gejala Rendah
Pengetahuan Baik
Tabel 8. Menunjukan bahwa masing-masing jumlah korelasi dari
tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan kurang baik dengan gejala
anemia tinggi dan gejala anemia rendah.
Tabel 8. Hasil analisa korelasi spearman rho pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam Azizi Medan.
2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba menjawab pertanyaan
penelitian yaitu mengkaji pengetahuan anemia pada remaja putri,
mengetahui gejala anemia pada remaja putri serta hubungan
pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja putri SMA Swasta Islam
Azizi.
2.1 Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukan tingkat usia yang paling banyak
adalah 18 tahun sebanyak 26 responden (30,6%). Hal ini berbeda dengan
pendapat Notoadmodjo, (2003) bahwa peningkatan pengetahuan
seseorang sesuai dengan pertambahan usia. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa usia remaja tidak mempengaruhi tingkat pemahaman
terhadap tanda dan gejala anemia. Peneliti berasumsi bahwa pertambahan
usia tidak mengindikasikan peningkatan pengetahuan seseorang dimana
hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Hasil penelitian menunjukan mayoritas siswa sebanyak 68 orang
responden (80,0%) pernah mendapatkan atau mendengar informasi
tentang anemia yang pada umumnya seperti apa itu penyakit anemia. Hal
ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo, (2003) bahwa sumber
informasi merupakan sarana yang dapat meningkatkan tingkat
pengetahuan seseorang. Peneliti berasumsi bahwa banyaknya informasi
yang didapat oleh remaja putri belum tentu diterapkan dalam
2.2Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia
Menurut Suhartono, (2005) pengetahuan adalah proses
mengetahui, dan menghasilkan sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan adalah ungkapan
apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan (Salam, 1997). Pengetahuan
remaja tentang anemia adalah segala sesuatu yang diketahui oleh remaja
putri tentang anemia meliputi, pengertian anemia, tanda dan gejala
anemia, komplikasi terjadinya anemia, pencegahan anemia, dan
pengobatan yang berhubungan dengan kebutuhan remaja yang
mengalami anemia di SMA Swasta Islam Azizi Medan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas
responden 75 orang (88,2%) mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi
tentang anemia. ini menunjukan bahwa remaja putri cukup memahami
anemia pada umumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan
diantaranya, sumber informasi, pengalaman dan pendidikan
(Notoadmodjo, 2003).
Hal ini sesuai dengan pendapat Armi, (2004) bahwa tingkat
pengetahuan dipengaruhi oleh sumber informasi yang diperoleh
seseorang. Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan remaja pada
penelitian ini tinggi karena pada umumnya remaja putri tersebut pernah
siswa mengatakan pernah mendapatkan pelajaran berkaitan tentang
anemia misalnya dalam pelajaran ilmu biologi yang mereka dapatkan.
2.3Gejala Anemia Pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
Gejala merupakan suatu peristiwa dimana terdapat tanda-tanda
yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, Gejala anemia yang terjadi
pada remaja putri merupakan kondisi keadaan yang dialami para siswi
SMA Swasta Islam Azizi Medan dimana adanya tanda–tanda anemia dan
faktor-faktor yang mempengaruhi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas
responden 60 orang (70,6%) mengalami gejala anemia tinggi, ini
menunjukan bahwa remaja putri sering mengalami gejala-gejala anemia
terutama pada saat menstruasi. Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya gejala anemia yaitu faktor kebiasaan, gizi, fisiologi dan
lainnya.
2.4 Hubungan Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
Berdasarkan hasil analisis penelitian hubungan pengetahuan
dengan gejala anemia pada remaja putri dalam penelitian ini diperoleh
nilai korelasi bahwa adanya hubungan yang tidak signifikan antara
pengetahuan tentang anemia dengan gejala anemia pada remaja putri
Pada umumnya siswa putri telah memiliki pengetahuan yang
tinggi namun pada hasil penelitian menunjukan bahwa gejala-gejala
anemia masih tinggi. Hal ini menurut peneliti karena walaupun
pengetahuan siswa tinggi tetapi dalam penerapan prilaku dan kebiasaan
sehari-hari khususnya dalam menangani dan mengetahui gejala anemia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 85 orang
responden di SMA Swasta Islam Azizi Medan menggambarkan
mayoritas responden usia 14 sampai 19 tahun dan pernah mendengar atau
mendapatkan informasi tentang anemia secara umum. Responden 88,2%
memiliki pengetahuan tinggi dan 11,2% memiliki tingkat pengetahuan
rendah. Sedangkan gambaran gejala anemia pada remaja putri SMA
Swasta Islam Azizi Medan mayoritas responden 70,6% memiliki tingkat
gejala anemia yang tinggi dan 29,4% responden memiliki tingkat gejala
anemia rendah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan gejala anemia pada remaja
putri SMA Swasta Islam Azizi Medan, dikarenakan penyakit anemia
tersebut sering diabaikan dan dianggap sebagai penyakit biasa. Padahal
apabila penyakit anemia tersebut dibiarkan akan menjadi penghambat
pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak dan menurunkan
kemampuan serta konsentrasi belajar, sehingga disimpulkan bahwa
2. Saran
2.1 Bagi Praktek Keperawatan
Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat harus menyadari dan
berusaha untuk selalu meningkatkan pengetahuan masyarakat
terutama remaja putri tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan
dan mengenal sejak dini bagaimana anemia dan pengaruhnya bagi
kehidupan.
2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan lulusannya terhadap penanggulangan anemia sehingga
nantinya lulusan mampu menerapkan ilmu pengetahuannya dalam
praktek keperawatan komunitas khususnya bagi peningkatan
kesehatan pada remaja putri terutama penanggulangan terhadap
anemia.
2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dengan judul yang sama, jumlah
responden yang lebih besar, tempat yang berbeda. dan pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan sampel yang lebih bervariasi
serta lakukan pemeriksaan hemoglobin sebelum dan sesudah
penelitian untuk membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2009). Manejeman penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arya, S. (2009). Pencegahan anemia. dapat dibuka pada
www.indomedia. com/2009/01/12. pada Tanggal 24 Maret 2010
Bakhtiar, A. (2004). Filsafat Ilmu (edisi pertama). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Beck. Mary.E. (2000). Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan
penyakit-penyakituntuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Medica
Depkes RI. (2000). Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri
Wanita Usia Subur dan Calon Pengantin. Jakarta : Depkes RI
Farida, Y. dkk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya
Sari.A. (2004). Anemia Defisiensi Besi Pada Remaja:
http://www.anemia.com pada tanggal 25 maret 2010
Isselbacher, dkk. (2000). Prinsip-prinsip penyakit dalam. (edisi 13), Vol IV. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Kartono.K. (1992). Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja & Wanita
Dewasa. Bandung: Mandar Maju.
Martin, E. (1998). Panduan Lengkap Gejala Medis Pada Anak. Jakarta. PT Elex Komputindo.
Moehji. (2003). Pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja. Dapat dibuka pada Blog at WordPress.com. pada tanggal 18 maret 2010
Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilm
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sadikin.M. (2002). Biokimia Darah. Jakarta : Wydia Medika.
Polit, D.F. & Hungler,B. P. (1999). Nursing Research: Principles &
Rudolph. A. M. Buku Ajar Pediatric Rudolph. (Edisi 20). Volume 1.2006. Jakarta: EGC.
Sudoyo. W. A Dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (EdisiIV). jilid II. Jakarta FK UI.
Soetjingsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Sulaiman. (2009). Kesehatan reproduksi remaja. Dapat dibuka pada
www.kesehatanremaja.com.pada tanggal 20 maret 2010.
Suddarth. B (2002). Keperawatan Medical Bedah. (Edisi 8). Vol 2. Jakarta Buku Kedokteran. EGC.
Sujanto, A. (1996). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
Saya yang bernama Ainun Hapiza, Nim 091121041 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Gejala Anemia pada Remaja Putri SMA Swasta Islam Azizi Medan
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan ketersediaan adik untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika adik bersedia, selanjutnya saya mohon ketersedian adik mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan adik
Identitas pribadi adik sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi adik dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga adik berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti.
Terima kasih atas partisipasi adik dalam penelitian ini.
Medan, Agustus 2010
Peneliti Responden
Lampiran 4.
KUESIONER PENELITIAN
Kode (diisi peneliti):
Tanggal :
I. Kuesioner Data Demografi
Petunjuk pengisian : berikut ini adalah data tentang diri adik.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda centang pada
tempat yang disediakan dan isilah bagian yang telah disediakan sesuai
dengan keadaan adik sebenarnya.
1. Usia : ...Tahun ( Tuliskan )
2. Kelas : 1 2 3
3. Asal Daerah : ...( Sebutkan )
4. Suku bangsa : Melayu
Jawa
Batak
Minang
lain-lain, ...( Sebutkan)
5. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang anemia?
2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Anemia
Petunjuk pengisian: Berilah tanda ( √ ) pada kolom jawaban ya atau
tidak yang tersedia dibawah ini sesuai dengan pendapat anda.
No Pernyataan Ya Tidak
1 Anemia merupakan penyakit akibat kurang darah 2 Anemia juga merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
3 Jenis-jenis anemia salah satunya yaitu penyakit anemia zat besi
4 Anemia dapat mempengaruhi konsentrasi belajar 5 Saya mengetahui bahwa wanita beresiko terkena
anemia
6 Terjadinya anemia zat besi dikarenakan rendahnya asupan zat gizi besi kedalam tubuh
7 Anemia dapat terjadi pada remaja putri
8 Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi lauk pauk seperti daging, ikan, dan susu
9 Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan mengkonsumsi buah-buahan yang segar khususnya yang berwarna merah
10 Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi umbi-umbian, seperti singkong dan kentang
11 Dampak dari anemia juga dapat menurunkan semangat belajar
12 Kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri adalah 12g/dl dan untuk remaja putra 14g/dl
13 Salah satu tanda terkena anemia adalah terjadinya penurunan berat badan
14 Saya mengetahui bahwa kebiasaan berdiet juga dapat menyebabkan anemia