• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Organisasi Dan Motivasi Kerja ( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Organisasi Internal Terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Organisasi Dan Motivasi Kerja ( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Organisasi Internal Terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan )"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ORGANISASI DAN MOTIVASI

KERJA

( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Organisasi Internal

Terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan )

Diajukan Guna memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH :

M. EZWAR RUSDI

080922004

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah hubungan antara komunikasi organisasi internal dengan motivasi kerja pegawai di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim, Desa Tembung, Kec. Percut Sei Tuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan komunikasi organisasi internal yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim dan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi organisasi internal dengan motivasi kerja pegawai.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel – variabel dan bagaimana variasi salah satu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim yang berjumlah 40 orang. Jadi dalam pengambilan sampel digunakan rumus Arikunto yang mana apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Maka digunakan total sampling, artinya keseluruhan jumlah populasi dijadikan sampel. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim yang berjumlah 40 orang.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literatur, buku – buku, serta sumber yang relevan yang mendukung penelitian serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan bentuk analisa Jenjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan skala Guilford.

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-NYA kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Komunikasi Organisasi dan Motivasi Kerja (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Organisasi Internal Terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen ilmu komunikasi.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca nantinya berguna kelak hari akan datang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dari dasar hati yang terdalam, peneliti persembahkan kepada Ayahanda Rusdi Usman bin Usman dan Ibunda Rasami binti Rasyid yang selalu memberikan dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu dicurahkan kepada peneliti, juga Ananda Suci Fitriani, Lathifatuddini, dan Adinda Muhammad Muharram Armiya yang telah memberikan semangat dan pelipur ketika jenuh.

(4)

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2. Bapak Drs. Amir Purba,Ph.D, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang banyak memberikan masukan, bimbingan, dan dorongan kepada peneliti. Terimakasih atas pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada peneliti, semua itu sangat berarti bagi peneliti. 3. Seluruh Dosen/Staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Sumatera Utara, khususnya para Dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terimakasih yang tulus peneliti sampaikan atas jasa – jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.

4. Bapak Himcat Pangabisan Dasopang, SH I, selaku Kepala Pengasuhan Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Staf/pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim, terimakasih telah membantu dan mempermudah peneliti melakukan penelitian, khususya Bapak Reza Nauli,Amd, terimakasih atas usulan, semangat, dan dukungan selama ini. 6. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Kak Icut, Maya yang selalu

ada di Departemen yang membantu peneliti dalam urusan Administrasi

(5)

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Harapan peneliti semoga skripsi ini kelak dapat berguna.

Medan, 25 Juni 2010 Peneliti,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... 2

KATA PENGANTAR ... 3

DAFTAR TABEL ... 9

DAFTAR GAMBAR ... 13

BAB I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 14

1.2. Perumusan Masalah ... 19

1.3. Pembatasan Masalah ... 20

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 20

1.4.1. Tujuan Penelitian ... 20

1.4.2. Manfaat Penelitian ... 21

1.5. Kerangka Teori ... 21

1.5.1. Teori S-O-R ... 22

1.5.2. Komunikator ... 25

1.5.3. Komunikasi Organisasi ... 28

1.5.3.1. Jaringan Komunikasi Formal ... 29

1.5.4. Pesan ... 31

1.5.5. Efek ... 33

1.5.6. Motivasi ... 34

1.6. Kerangka Konsep ... 34

1.7. Model Teoritis ... 35

1.8. Operasional Variabel ... 36

(7)

1.10. Hipotesis... 43

BAB II : URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Organisasi ... 44

II.1.1. Komunikasi ... 44

II.1.2. Unsur – Unsur Komunikasi ... 46

II.2. Teori S-O-R (S-O-R Theory) ... 57

II.3. Komunikasi Organisasi ... 59

II.3.1. Komunikasi Organisasi Internal ... 63

II.3.1.1. Jaringan Komunikasi Formal... 64

II.3.1.2. Pemilihan Metode dan Media ... 68

II.4. Motivasi ... 75

II.4.1. Teori – Teori Motivasi ... 77

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 94

III.1.1. Profil Lokasi Penelitian ... 94

III.1.2. Arah dan Tujuan Pendidikan ... 98

III.1.3. Target dan Program Pendidikan ... 99

III.1.4. Jadwal dan Program Kegiatan... 100

III.1.5. Tenaga Pengelola ... 104

III.1.6. Sarana ... 105

III.1.7. Penutup ... 106

(8)

III.3. Lokasi Penelitian ... 107

III.4. Populasi dan Sampel ... 107

III.4.1. Populasi ... 107

III.4.2. Sampel ... 108

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 108

III.6. Teknik Analisa Data ... 110

BAB IV : HASIL PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 111

IV.1.1. Tahap Awal ... 111

IV.1.2. Pengumpulan Data ... 111

IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 112

IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 113

IV.3.1. Analisis Kharakteristik Responden ... 113

IV.3.2. Analisis Data Komunikasi Organisasi Internal... 117

IV.3.3. Analisis Data Motivasi Kerja... 140

IV.3.4. Analisis Data Kejelasan Isi Media Organisasi... 146

IV.4. Uji Hipotesis ... 155

IV.5. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... 157

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 161

V.2. Saran ... 162

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Operasional Variabel ... 36

Tabel IV.3.1.1 : Jenis Kelamin ... 114

Tabel IV.3.1.2 : Lama Bekerja ... 115

Tabel IV.3.1.3 : Tingkat Pendidikan ... 116

Tabel IV.3.2.1: Tingkatan para Pegawai Mengenal Pimpinan ... 117

Tabel IV.3.2.2 : Kredibilitas yang dimiliki Pimpinan ... 118

Tabel IV.3.2.3 : Keahlian Pimpinan dalam Berkomunikasi dengan Pegawai ... 119

Tabel IV.3.2.4 : Penampilan yang dimiliki Pimpinan ... 120

Tabel IV.3.2.5 : Daya Tarik yang dimiliki Pimpinan ... 121

Tabel IV.3.2.6 : Kemampuan Pegawai dalam Menangkap dan Mengerti Makna Pesan yang disampaikan Pimpinan berkenaan dengan Tugas... 122

Tabel IV.3.2.7: Ketepatan Pimpinan dalam menyampaikan Instruksi Tugas Melalui Metode Lisan ... 123

Tabel IV.3.2.8 : Tingkat Kejelasan Metode Tulisan yang digunakan Pimpinan dalam menginstruksikan Tugas ... 124

(10)

memperkuat Loyalitas terhadap Organisasi ... 125

Tabel IV.3.2.10 : Tingkat Ketepatan Metode Lisan yang digunakan Pimpinan dalam menyampaikan Pesan Loyalitas ... 126

Tabel IV.3.2.11 : Metode Tulisan yang digunakan pimpinan dalam menjelaskan Pesan Loyalitas ... 127

Tabel IV.3.2.12 : Tingkat Kejelasan Informasi Peraturan Organisasi ... 128

Tabel IV.3.2.13 : Tingkat Ketepatan Metode Lisan dalam menyampaikan informasi peraturan Organisasi ... 129

Tabel IV.3.2.14 : Tingkat Ketepatan Metode Tulisan dalam menyampaikan Informasi Peraturan Organisasi ... 130

Tabel IV.3.2.15 : Intensitas Pegawai memberikan Saran dalam Rapat ... 131

Tabel IV.3.2.16 : Tanggapan Pimpinan terhadap Saran Pegawai ... 132

Tabel IV.3.2.17 : Intensitas mengajukan Pertanyaan kepada Pimpinan ... 133

Tabel IV.3.2.18 : Tanggapan Pimpinan terhadap Jawaban Pertanyaan ... 134

Tabel IV.3.2.19 : Pimpinan Komunikatif dalam menyampaikan Pesan Informasi dan Instruksi ... 135

(11)

Tabel IV.3.2.21 : Tingkat Kesesuaian setiap makna Pesan yang disampaikan

Pimpinan ... 137

Tabel IV.3.2.22 : Tingkat Pemahaman terhadap Bahasa yang digunakan Pimpinan ... 138

Tabel IV.3.2.23 : Tingkat Kemampuan dalam mengerti dan menangkap Makna Pesan ... 139

Tabel IV.3.3.1 : Menaruh Perhatian pada setiap Pesan yang disampaikan... 140

Tabel IV.3.3.2 : Tingkat Pemahaman pada setiap Pesan yang disampaikan ... 141

Tabel IV.3.3.3 : Perasaan Senang terhadap Pekerjaan dan Informasi ... 142

Tabel IV.3.3.4 : Peningkatan Semangat Kerja setelah mendapatkan Informasi ... 143

Tabel IV.3.3.5 : Perasaan Puas pada setiap pekerjaan dan informasi ... 144

Tabel IV.3.3.6 : Bertanggung jawab pada setiap tugas... 145

Tabel IV.3.4.1 : Kejelasan isi pesan pada media rapat ... 146

Tabel IV.3.4.2 : Kejelasan isi pesan melalui media telepon ... 147

Tabel IV.3.4.3 : Kejelasan isi pesan melalui laporan lisan ... 148

Tabel IV.3.4.4 : Kejelasan isi pesan melalui media ceramah... 149

Tabel IV.3.4.5 : Kejelasan isi pesan melalui media surat ... 150

(12)

Tabel IV.3.4.7 : Kejelasan isi pesan panduan pelaksanaan kerja ... 152

Tabel IV.3.4.8 : Kejelasan isi pesan laporan tertulis ... 153

Tabel IV.3.4.9 : Kejelasan isi pesan pedoman kebijaksanaan... 154

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Proses Perubahan Sikap ... 24

Gambar 2 : Model Teoritis ... 36

Gambar 3 : Proses Komunikasi ... 44

Gambar 4 : Unsur – Unsur Komunikasi... 48

Gambar 5 : Komunikator Dilihat Dari Jumlahnya ... 50

Gambar 6 : Dimensi Pesan ... 52

Gambar 7 : Proses Perubahan Sikap ... 58

Gambar 8 : Proses Dorongan Kebutuhan ... 77

Gambar 9 : Piramida Kebutuhan Maslow ... 79

Gambar 10 : Teori Motivasi Kesehatan Herzberg ... 83

Gambar 11 : Expectancy Theory Victor Room ... 90

Gambar 12 : Pertanyaan Pokok Individu Atas Makna Pekerjaan ... 91

(14)

ABSTRAK

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah hubungan antara komunikasi organisasi internal dengan motivasi kerja pegawai di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim, Desa Tembung, Kec. Percut Sei Tuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan komunikasi organisasi internal yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim dan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi organisasi internal dengan motivasi kerja pegawai.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel – variabel dan bagaimana variasi salah satu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim yang berjumlah 40 orang. Jadi dalam pengambilan sampel digunakan rumus Arikunto yang mana apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Maka digunakan total sampling, artinya keseluruhan jumlah populasi dijadikan sampel. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim yang berjumlah 40 orang.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literatur, buku – buku, serta sumber yang relevan yang mendukung penelitian serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan bentuk analisa Jenjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan skala Guilford.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Persoalan kepimpinan dan organisasi selalu memberikan kesan yang menarik. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang kuat pada setiap orang yang ingin mengadakan suatu penelitian. Literatur – literatur tentang kepimpinan senantiasa memberikan penjelasan tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi kepimpinan, syarat – syarat pemimpin yang baik, dan kemampuan seorang pemimpin dalam berkomunikasi. Pemimpin adalah elemen terpenting dalam bagan organisasi, bertanggung jawab memimpin anggotanya dengan baik, dan mengevaluasi seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh anggotanya sehingga mampu mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Saat ini organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. Organisasi tidak dapat memperkirakan dengan mudah apa yang akan dihadapi esok, semuanya serba tidak pasti. Akan tetapi kondisi seperti ini tidak bisa dihindari. Kondisi ini dipicu oleh adanya perubahan lingkungan yang sangat cepat disertai dengan kemajuan teknologi dan sistem informasi yang cepat berubah. Organisasi yang tidak mampu mengerti lingkungan dimana dia berada akan senantiasa mengalami ketertinggalan, dan hanya akan menjadi pengikut.

(16)

dalam suatu organisasi. Dalam kehidupan organisasi, kemampuan seorang pimpinan sebagian besar terletak pada keahliannya dalam berkomunikasi, tanpa adanya keahlian dalam berkomunikasi, maka akan sering terjadi kesalahan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan yang disebut dengan distorsi pesan.

Untuk mencapai tujuan organisasi, maka pemimpin harus dapat melaksanakan fungsi-fungsi organisasi dengan baik. Salah satu fungsi tersebut adalah menempatkan pegawai yang tepat pada jabatan yang tepat. Dengan demikian, maka setiap pegawai dapat bekerja maksimal sesuai dengan bagiannya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi.

Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam kehidupan organisasi adalah kurangnya komunikasi antara pimpinan dan bawahan. Komunikasi penting bagi suatu organisasi, karena komunikasi merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan aktifitas manajemen. Meskipun proses pembentukan organisasi sudah dilakukan dengan begitu banyak perencanaan, tetapi untuk masalah yang satu ini tidak bisa dianggap remeh. Komunikasi yang baik diperlukan agar program kerja yang telah ditetapkan dapat diselesaikan dengan lancar. Proses,pola, dan komunikasi organisasi merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkordinasikan dan mengarahkan pekerjaan kepada tujuan dan sasaran.

Pesantren, pondok pesantren, atau disebut pondok saja, adalah sekolah

(17)

pada asrama yang telah disediakan pesantren. Institusi yang sejenis dengan ini juga terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang disebut

madrasa Islamia

Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut adalah para santri bekerja untuk kyai mereka, bisa dengan mencangkul mengurusi empang (kolam ikan) dan lain sebagainya, dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut. Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan

membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Para santri pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari penuh dengan berbagai macam kegiatan. Dimulai dari kembali di waktu malam. Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an.

(18)

dengan nama sistemnya. Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan yang menciptakan generasi Islam yang mampu menghadapi globalisasi.

Organisasi adalah hal yang penting perlu diperhatikan dalam pencapaian menciptakan generasi Islam yang baik. Dalam proses pencapaian tujuan, visi dan misi, pesantren melibatkan semua sumber daya yang tersedia di dalam pesantren tersebut. Dalam hal ini, pegawai dan para dewan pengajaran memegang peranan penting. Diharapkan pegawai dan dewan pengajar dapat bekerja secara maksimal dan seefektif mungkin , karena berhasil tidaknya tugas yang dipikul oleh organisasi pesantren tergantung dari hasil kerja pegawainya.

Tujuan pesantren dapat diwujudkan dengan semangat kerja, disiplin kerja, serta adanya tanggung jawab dari semua pegawai. Pemimpin pesantren harus mampu memotivasi bawahannya, sehingga mereka mau bekerja semaksimal mungkin. Seorang pemimpin menjadi pengendali kegiatan organisasi harus mampu berkomunikasi dengan baik untuk menggerakkan pegawainya. Komunikasi yang efektif yang terbina antara pemimpin dan bawahan akan mampu memotivasi bawahan untuk menjalankan visi dan misi pesantren.

(19)

Semenjak tahun 2003 Pesantren Modern Nurul Hakim berada dalam era penurunan. Pesantren tersebut mengalami keterpurukan manajemen, degradasi kepemimpinan dan rekonstruksi anggota organisasi berulang – ulang, dan ini mengakibatkan menurunkan kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak - anaknya di Pesantren Modern Nurul Hakim.

Dampak yang ada semenjak tahun 2004 antara lain sangat sedikit yang mendaftar di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim. Padahal tahun – tahun sebelumya biasanya calon santri yang mendaftar sekitar 200 sampai 350 orang calon santri. Saat ini hanya sedikit yang mendaftar sebagai calon santri yaitu hanya berkisar 20 sampai ±35 calon santri setiap tahunnnya, dan angka ini sangat turun drastis kalau di lihat angka tahun – tahun sebelumya.

Sejak tahun ajaran baru 2008/2009 Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim membangun kembali dan mencoba bangkit dari keterpurukan. Pada saat ini Pesantren Modern Nurul Hakim dibawah pimpinan Prof. DR. H. Hasan Bakti Nasution, MA diharapkan dapat mengembalikan citra dan kejayaan Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim seperti dulu lagi atau bahkan lebih baik. Dibawah pimpinan beliau diharapkan organisasi Pesantren Modern Nurul Hakim berjalan dengan baik.

(20)

Semua gerak langkah yang dilakukan setiap anggota organisasi atau jamaah selalu didasari atas idealisme yang kuat. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada siapapun bahwa Islam adalah ajaran yang paripurna, mengajarkan bagaimana konsep hidup yang baik dan benar dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal menata organisasi. Pesantren ini harus memiliki konsep dan strategi komunikasi organisasi yang jitu sehingga dalam waktu yang relatif singkat diharapkan Pesantren Modern Nurul Hakim bisa menata kembali organisasinya dengan baik. Peranan pimpinan dalam memberi motivasi terhadap pegawai dan beserta jajarannya harus ditingkatkan, agar mereka bekerja dengan semaksimal mungkin.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk memilih judul : “Pengaruh Komunikasi Organisasi Internal terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Pesantren Modern Nurul Hakim, desa Tembung”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(21)

1.3 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi yang diteliti adalah komunikasi organisasi yang dilakukan antara atasan dengan bawahan dalam lingkup formal di Pesantren Modern Nurul Hakim, desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Komunikasi pimpinan dalam memotivasi Kerja pegawai di Pesantren Modern Nurul Hakim, seperti semangat kerja pegawai, kepuasan kerja pegawai,dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

3. Objek penelitian adalah seluruh pegawai yang masih aktif bekerja di Pesantren Modern Nurul Hakim.

4. Penelitian akan dilaksanakan sejak bulan April sampai selesai.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumus yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Tujuan penelitian juga merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang akan dicapai.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Komunikasi Organisasi Internal yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim.

(22)

3. Untuk mengetahui pengaruh Komunikasi Organisasi Internal terhadap Motivasi Kerja di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sering disebut dengan kontribusi penelitian. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya di bidang ilmu komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis mengenai komunikasi khususnya Komunikasi Organisasi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pesantren Modern Nurul Hakim.

1.5 Kerangka Teori

Setiap Penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,1995:39).

(23)

1.5.1 Teori S-O-R ( S-O-R Theory)

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga bahagian teori komunikasi, tidak mengherankan, karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini

how to change attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at mengutip pandapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. perhatian b. pengertian c. penerimaan

(24)

Tahap membangkitkan perhatian khalayak terhadap ide, gagasan atau program yang ditawarkan merupakan langkah awal yang harus ditempuh ketika kita memulai komunikasi dengan tujuan-tujuan tertentu. Tahap pembangkitan perhatian sangat berpengaruh terhadap proses-proses komunikasi selanjutnya. Bila sudah berhasil menarik perhatian khalayak terhadap yang ditawarkan, maka leangkah-langkah pelaksanaan program selanjutnya cenderung akan lebih lancar. Sebaliknya, bila sejak awal khalayak tidak tertarik dengan komunikasi yang dibangun maka akan sulit memperoleh memperoleh dukungan khalayak, bahkan mungkin hanya akan memperoleh ketidakperdulian dan tentangan khalayak, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan komunikasi. Sebaik apapun program yang ditawarkan kepada khalayak, secanggih apapun media yang digunakan, dan sekredibel apapun komunikator, komunikasi akan menemukan kegagalan sejak awal khalayak sasaran tidak menunjukkan perhatiannya. Dengan kata lain, perhatian khalayak merupakan terhadap gagasan menuju kunci sukses proses komunikasi kita.

(25)

Setelah itu khalayak akan coba mempelajari setiap pesan yang disampaikan sehingga menumbuhkan pemahaman pada khalayak, yang pada akhirnya komunikator mengharapkan penerimaan (acceptance) pada khalayak, diharapkan khalayak menerima ide atau gagasan dari komunikator.

Gambar 1 : Proses Perubahan Sikap

Gambar ini menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

STIMULUS Organisme :

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

(26)

Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk merubah sikap.

Maka unsur – unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus, S) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Komunikasi Organisasi dari atasan terhadap bawahan.

b. Komunikan (Organism, O) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim.

c. Respon (Response, R) yang dimaksud dalam penelitian ini adalalah yaitu motivasi kerja.

1.5.2 Komunikator

Dalam komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikasi haruslah luwes sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu – waktu, lebih – lebih jika komunikasi di langsungkan melalui media massa. Faktor – faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut AA Procedure atau from attention to action procedure. AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses AIDDA (Effendy,

2007:304). Lengkapnya adalah sebagai berikut : A = Attention ( Perhatian )

(27)

D = Desire ( Hasrat ) D = Decision ( Keputusan ) A = Action (Tindakan)

Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting dari komunikator, yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source attractiveness). Kedua hal ini berdasarkan posisi komunikan yang akan menerima

pesan :

a) Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar; jadi komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan, dan apa yang dinyatakannya.

b) Hasrat seseorang untuk menyamakan dirinya dengan komunikator atau bentuk hubungan lainnya dengan komunikator yang secara emosional memuaskan; jadi komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila ia berhasil memikat perhatian komunikan.

Berikut adalah penjelasannya :

(1) Kepercayaan kepada komunikator (source credibility)

(28)

Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris.

Dalam pada itu juga pada umumnya diakui bahwa pesan yang dikomunikasikan mempunyai daya pengaruh yang lebih besar, apabila komunikator dianggap sebagai seorang ahli. Apabila keahliannya itu khas atau bersifat umum seperti yang timbul dari pendidikan yang lebih baik, atau status sosial atau jabatan profesi yang lebih tinggi.

Selain itu, memperoleh kepercayaan sebesar – besarnya, komunikator bukan saja harus mempunyai keahlian, mengetahui kebenaran tetapi juga cukup objektif dalam memotivasikan apa yang diketahuinya.

(2) Daya Tarik Komunikator (source attractiveness)

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Misalnya, komunikator dapat disenangi atau dikagumi sedemikian rupa, sehingga pihak komunikan akan menerima kepuasan dari usaha menyamakan diri dengannya melalui kepercayaan yang diberikan. Atau komunikator dapat dianggap bahwa mempunyai kebersamaan dengan komunikan, sehingga komunikan bersedia untuk tunduk kepada pesan yang dikomunikasikan komunikator. Komunikan akan menyenangi komunikator, apabila ia merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya.

(29)

komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan, akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.

Demikian : “source credibility” dan “source attractiveness”, faktor penting pada komunikator.

Selanjutnya, seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya. Kalau ia menyesuaikan komunikasinya dengan the image dengan komunikan, yaitu memahami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya, pengalaman kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya. Singkatnya, komunikator harus dapat menjaga kemestaan alam mental yang terdapat pada komunikan, yang oleh prof. Hartlet disebut “the image of other”(effendy, 2007:43-45).

1.5.3 Komunikasi Organisasi

Salah satu bentuk dari disiplin ilmu komunikasi adalah komunikasi organisasi. Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi berikut, “Organizational communications is the process of creating and exchanging

messages within a network of interpendent relationship to cope with

environmental uncertaincty”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah

proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah (Muhammad, 2007:67).

(30)

komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downwoard atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang – orang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.

1.5.3.1 Jaringan Komunikasi Formal

Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan makan pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yaitu :

1. “Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan. 2. “Upward Communication” atau komunikasi kepada atasan. 3. “Horizontal Communication” atau komunikasi horisontal.

1. Komunikasi ke Bawah

(31)

Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (Muhammad, 2007:108).

Menurut Katz dan Kahn (1966) ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan :

1. Informasi bagaimana melakukan pekerjaan

2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi 4. Informasi mengenai kinerja pegawai, dan

5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). (Pace dan Don F, 2005:185)

2. Komunikasi ke Atas

(32)

Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan.

Menurut Smith (1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi departemennya atau organisasinya (Muhammad, 2007:117).

Menurut Harriman (1974) komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut (Pace dan Don F, 2005:190).

3. Komunikasi Horisontal

Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horisontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas – tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik, dan saling memberikan informasi.

1.5.4 Pesan

(33)

harus dapat dipahami serta tersrtuktur dengan baik agar khalayak dapat memahaminya dengan baik.

Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s Communication, yang meliputi :

a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun kepercayaan berawal dari kinerja, baik pihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya.

b. Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperhatikan partisipatif.

c. Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai – nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat.

d. Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikan.

(34)

1.5.5 Efek

Menurut De Fleur (1982) pegaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan, pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang (Cangara, 1998:25). Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Selain itu (Effendy, 2007:318-319) juga menjelaskan pengklasifikasian efek, yaitu sebagai berikut :

1. Efek Kognitif

Efek Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informasi bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya, berhubungan dengan pikiran atau penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

2. Efek Afektif

Efek Afektif berkaitan dengan perasaan, khalayak diharapkan dapat turut

merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira (senang),puas, marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, cemas, sinis, kecut, dan sebagainya.

3. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam

(35)

1.5.6. Motivasi

Motivasi sangat penting dalam organisasi karena berkaitan dengan kemampuan (ability), kapasitas (capacity) yang didukung oleh lingkungan, dan itulah yang menentukan tampilan seseorang dalam organisasi.

Motivasi merupakan seperangkat gerakan yang mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu, dan melalui perilaku yang diharapkan akan memperoleh sesuatu yang dinginkan atau dibutuhkan. Motivasi dapat disebut juga suatu keinginan untuk menampilkan diri sedemikian rupa sehingga seseorang bisa mencapai tujuan individual atau tujuan kelompok (organisasi) secara optimal melalui pemenuhan kebutuhan individual atau kelompok (organisasi).

Secara universal, setiap individu di tengah masyarakat juga di kantor, perusahaan, jawatan, tempat kerja, organisasi, dam lain – lain, mempunyai kebutuhan – kebutuhan bilologis dan kebutuhan sosial itu. Semua kebutuhan tadi “dihayati” melalui insting – insting (naluri), untuk kemudian dipenuhi secara konkret dengan jalan melakukan macam – macam aktivitas atau dinamisme. Hal ini perlu dipahami oleh setiap pemimpin, agar dinamisme manusia itu dapat dikoordinasikan dan disalurkan bentuk perbuatan – perbuatan yang bertujuan dan bermakna, sesuai dengan asas dan tujuan organisasi (Kartono, 2005:105).

1.6 Kerangka Konsep

(36)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas ( X )

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang adanya menentukan atau mempengaruhi adanya variabel yang lain (Nawawi, 1995:56).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Peranan Komunikasi

Organisasi Internal. 2. Variabel Terikat ( Y )

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi, 1995:57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi kerja.

3. Variabel Antara (Z)

Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi,1995:58). Variabel yang berada diantara variabel bebas dan terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan terikat tersebut. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

1.7 Model Teoritis

(37)

Gambar 2 : Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam melakukan penelitian . Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasionalisasi variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu :

` Tabel 1

Operasional Variabel

No Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X)

Komunikasi Organisasi

1. Komunikator

a.Kredibilitas - Keahlian

- Penampilan dan Kerapian b.Daya Tarik

Variabel Antara (Z) Karakteristik

Responden Variabel Bebas (X)

Peranan Komunikasi Organisasi Internal

(38)

2. Jenis Komunikasi yang dilakukan :

(39)

2. Variabel Terikat (Y) Motivasi Kerja

1. Kognitif

- Perhatian - Pemahaman

2. Afektif

- Disiplin Kerja - Puas

-Tanggung jawab terhadap pekerjaan

3. Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin 2. Lama Bekerja 3. Pendidikan

1.9 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara – cara untuk mengukur variabel – variabel. Definisi operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Definsi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (Komunikasi Organisasi) 1.Komunikator :

a. Kredibilitas yaitu penilaian yang baik dimata khalayak dimana seorang pimpinan harus mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya sebagai seorang pemimpin.

(40)

- Penampilan dan Kerapian, yaitu penampilan dan kerapian fisik seorang pimpinan.

b. Daya tarik yaitu dilihat dari segi fisik dan penampilan serta memiliki kewibaan dan karisma yang melekat pada diri seorang pimpinan.

2.Jenis Komunikasi yang dilakukan : 2.1. Jaringan Komunikasi Formal

1. Downward Communication (Komunikasi ke bawah)

- Instruksi Tugas yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. - Ideologi merupakan penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif

organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. - Informasi yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu

dalam menjalankan pekerjaannya.

2. Upward Communication (Komunikasi ke atas)

- Memberikan saran atau ide dalam rapat yaitu suatu cara yang dilakukan oleh pimpinan dimana pegawai diminta untuk memberikan saran atau ide yang relevan dalam membuat suatu aturan di sebuah institusi. Hal ini dilakukan agar tercipta situasi yang harmonis antara pimpinan dan bawahan.

(41)

3. Metode dan Media yang digunakan : 3.1. Metode Lisan :

- Rapat (konferensi), yaitu pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suat membahas masalah tertentu agar menghasilkan keputusan sebagai sebuah kebijakan organisasi.

- Telepon, merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara ( terutama pesan yang berbentuk percakapan). - Laporan Lisan, yaitu laporan melalui lisan kepada atasan menyangkut hal

– hal berkenaan dengan pekerjaan.

- Ceramah, sebuah pidato oral formal yang disampaikan kepada khalayak ramai.

3.2. Metode Tulisan :

- Surat, yakni sarana komunikasi tertulis antar satu pihak dengan pihak yang lain yang memiliki kepentingan, bisa berupa permohonan, bantuan, undangan dan lain – lain.

- Memo, merupakan pesan ringkas, yakni pesan ringkas yang ditulis oleh seseorang dengan singkat, jelas dan mudah dipahami.

- Panduan Pelaksanaan Pekerjaan, yaitu menjadi pegangan pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan secara sistematis.

(42)

- Pedoman Kebijaksaan, pedoman bagi para pegawai untuk mengikuti kebijakan organisasi yang telah ditetapkan baik kebijakan yang lama dan kebijakan untuk mendatang.

4. Pesan yang disampaikan : 4.1.Faktor Bentuk, yaitu :

- Penggunaan bahasa/ kata – kata, yaitu kata – kata atau bahasa yang digunakan oleh pimpinan dan bawahan dalam berinteraksi.

- Kejelasan isi pesan, yaitu isi pesan berupa tugas, instruksi, peraturan, kebijaksanaan organisasi yang disampaikan agar jelas dan di pahami komunikan.

- Komunikatif, yaitu kata – kata yang disampaikan dipahami oleh komunikan dengan baik.

4.2. Faktor isi, yaitu :

- Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. - Context, yaitu komunikasi harus sesuai dengan kehidupan sosial.

- Content, yaitu pesan harus mempunyai arti/manfaat. - Clearity, yaitu pesan disusun dalam bahasa sederhana.

- Continuity dan Consistency, yaitu proses komunikasi adalah proses yang tidak pernah berakhir dan harus ada pengulangan.

- Channel, yaitu media yang digunakan sebagai saluran untuk menyampaikan isi pesan.

(43)

2. Variabel Terikat (Motivasi Kerja) 1. Kognitif

- Perhatian, yaitu menaruh perhatian terhadap proses komunikasi organisasi yang terjadi baik itu berupa tugas, saran, serta kritikan, baik melalui media lisan dan tulisan.

- Pemahaman, yaitu tugas, pelatihan, instruksi, dan saran dapat dipahami dengan baik oleh para pegawai.

2. Afektif

- Disiplin kerja adalah suatu sikap yang ditunjukkan pegawai untuk dapat

mengikuti aturan yang berlaku, dan disiplin dimulai dengan semangat dan rasa senang pegawai terhadap suatu pekerjaan.

- Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah satu sikap yang ditunjukkan oleh pegawai dimana mereka harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan yaitu dengan bekerja sebaik – baiknya.

- Puas, adalah kepuasan yang diterima setelah melaksanakan pekerjaan.

3.Karakteristik Responden

- Jenis Kelamin yaitu pegawai pria dan wanita

(44)

1.10 Hipotesis

Hipotesis ialah pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan. Menurut pendapat Champion (Kriyantono, 2009:28) hipotesis dapat dikatakan sebagai “statement of theory in testable form”, atau “tentative statement about reality”. Dapat disimpulkan bahwa

hipotesis pernyataan yang menjembatani teori. Perumusan hipotesis berguna memfokuskan masalah; mengidentifikasikan data – data yang relevan yang dikumpulkan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan antara Komunikasi Organisasi Internal dengan Motivasi Kerja pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim.

(45)

BAB II : URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi dan Komunikasi Organisasi.

II.1.1 Komunikasi

Menurut Stuart Istilah Komunikasi berpangkal pada perkataan latin (communis) yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari kata bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Cangara, 2006:18)

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. Seperti yang digambarkan dibawah ini :

(Vardiansyah, 2004 :115) Lain halnya dengan dengan Steven, justru ia mengajukan sebuah definisi yang lebih luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi aksi reaksi terhadap suatu obyek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu, juga adalah peristiwa komunikasi.

(46)

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri menurut Book (dalam Cangara, 2006:19) pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa :

“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”.

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa :

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa :

“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.

(47)

perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.

Definisi – definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya telah dapat gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.

II.1.2 Unsur – Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur – unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan.

(48)

yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa mendengarkan. Pandangan Aristoteles ini sebagian besar pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika. Hal ini bisa dimengerti karena, pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat popular bagi masyarakat Yunani.

Claude E. Shannon dan Warrer Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. Kesimpulan ini berdasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon.

Awal tahun 1960-an David.K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yakni : Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran – media) dan Receiver (penerima).

Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood. Geral Miller dan Melvin L. De fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kedua unsur tersebut ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (persona) dan komunikasi massa.

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

(49)

Gambar 4 : Unsur – unsur Komunikasi

LINGKUNGAN

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

UMPAN BALIK

(Cangara, 2006 :115)

1. Sumber

Sumber sering disebut pengirim pesan, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder. Pengirim pesan yang dimaksud disini adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam berkomunikas. Karena itu komunikator didefinisikan sebagai manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan komunikasinya (Vardiansyah, 2004:19).

Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh dengan daya kreativitas.

(50)

action procedure. AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses

AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut : A = Attention ( Perhatian ) I = Interest ( Minat ) D = Desire ( Hasrat ) D = Decision ( Keputusan )

A = Action (Tindakan) (Effendy, 2007:304)

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi. Setelah perhatian muncul kemudian diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa hasrat tersebut untuk menjadi suatu keputusan komunikan untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator.

Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat berdiri dari (a) satu orang, (b) banyak orang, (c) massa. Apabila lebih dari satu orang – yakni banyak orang – dimana mereka relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya, maka kumpulan banyak orang ini disebut dengan kelompok kecil. Apabila lebih dari satu orang atau banyak orang relatif tidak saling kenal secara pribadi dan karenanya ikatan emosionalnya kurang kuat,maka disebut dengan kelompok besar atau publik.

(51)

para anggotanya, maka wadah kerja yang terbentuk sebagai kesatuan banyak orang ini lazim di sebut dengan organisasi.

Dapat diperhatikan gambar berikut ini :

Gambar 5 : Komunikator dilihat dari jumlahnya

Satu

(52)

agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, lambang, gerak – gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat abstrak; komunikan tidak akan tahu pada awalnya dalam benak komunikator, lalu diwujudkan dalam salah satu bentuk atau kombinasi lambang – lambang komunikasi, karena itu lambang komunikasi disebut dengan bentuk pesan yang abstrak menjadi konkret. Suara, lambang, dan gerak – gerik lazim digolongkan dalam pesan non-verbal .Sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam bahasa verbal (Vardiansyah, 2004:23-24).

Bentuk pesan, makna pesan dan penyajian pesan penting juga untuk diketahui dan dikaji. Makna pesan terkait dengan makna denotatif, yakni makna formal yang biasanya tertera sebagaimana di kamus, sedangkan makna konotatif terkait dengan konotasi dari lambang komunikasi yang digunakan. Selain itu, cara penyajian pesan dan teknik penyajian pesan juga perlu diperhatikan agar komunikasi berlangsung dengan efektif.

(53)

Gambar 6 : Dimensi Pesan

Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s Communication, yang meliputi :

a. Credibility (Kredibilitas) Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang diciptakan oleh pihak komunikator secara sunggguh-sungguh, untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek.

b. Contex (Konteks) Pesan Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sosial, pesan yang harus disampaikan dengan jelas serta sikap partisipatif

c. Content (Isi) Pesannya menyangkut kepentingan orang banyak/publik sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat secara umum bagi masyarakat.

(54)

e. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir oleh karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan. Dengan cara demikian untuk mempermudah proses belajar, membujuk dan tema dari pesan-pesan tersebut harus konsisten.

f. Channels (Saluran) Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran. Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula efeknya. Dengan demikian seorang komunikator harus dapat memahami perbedaan dan proses penyebaran informasi dan pesan secara efektif.

g. Capability of the Audience (kapabilitas Khalayak) pesan yang disampaikan memperhitungkan kemampuan yang dimiliki oleh khalayak (Ruslan,2005:83).

3. Media

Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam – macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia , ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram, yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.

(55)

Selain media komunikasi seperti di atas, kegiatan dan tempat – tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan, bisa juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah – rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian, dan pesta rakyat.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima adalah elemen terpenting dalam proses komunikasi, karena menjadi sasaran dari komunikasi. Penerima disebut juga khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi dapat dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

5. Pengaruh

Menurut De fleur (1982) pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (Cangara, 2006:25). Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

(56)

Pengaruh salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang diiginkan. Pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubahan (P) yang terjadi pada penerima sama dengan tujuan (T) yang diingikan oleh komunikator (P = T), atau rumus seperti yang dibuat oleh Jamias (1989), yakni pengaruh (P) sangat ditentukan oleh sumber, pesan, media, dan penerima (P = S/P/M/P) (Cangara, 2006:147).

Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Perubahan persepsi misalnya, ketika perang teluk meletus media barat memojokkan Presiden Irak Saddam Husain sebagai diktator, sehingga orang cenderung berpihak pada Amerika. Tetapi ketika Televisi CNN berhasil menampilkan Saddam Husain dalam keadaan segar bugar dengan rasa simpatik menyapa satu per satu orang Amerika yang ditawan, maka orang melihat Saddam Husain sebagai pribadi yang baik.

Sedangkan perubahan pendapat terjadi bilamana terdapat perubahan penilaian terhadap suatu obyek karena adanya informasi yang lebih baru. Antara perubahan persepsi dan perubahan pendapat memiliki hubungan yang erat, sebab persepsi yang dilakukan dengan interpretasi dapat diorganisir menjadi pendapat.

(57)

orang bisa berubah sikap karena melihat bahwa apa yang tadinya dipercaya tidak benar. Karena itu ia berubah sikap untuk mengganti kepercayaan lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan perilaku adalah perubahan yang terjadi dalam tindakan. Misalnya seorang pengemudi yang sering melaju dengan kecepatan 90 – 100 km per jam mengurangi kecepatannya menjadi 60 – 80 km per jam, sesudah ia menyaksikan kecelakaan lalu lintas (Cangara, 2006:147-150).

Dalam komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok pengaruh dapat diamati secara langsung, misalnya penerima kelihatan gembira mendengar cerita lucu atau menganguk – angguk sebagai tanda mengerti terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara.

Sebaliknya dalam komunikasi massa, pengaruh tidak begitu mudah diketahui, sebab selain sifat massa tersebar, juga sulit dimonitor pada tingkat mana pengaruh itu terjadi. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi massa cenderung lebih banyak mempengaruhi pengetahuan dan tingkat kesadaran seseorang, sedangkan komunikasi antarpribadi cenderung berpengaruh pada sikap dan perikalu seseorang.

6. Tanggapan Balik

(58)

menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal – hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor – faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

II.2 Teori S-O-R ( S-O-R Theory)

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga bahagian teori komunikasi, tidak mengherankan, karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2007:254).

Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah : d. Pesan (stimulus, S)

e. Komunikan (Organism, O) f. Efek (Response, R)

(59)

how to change attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan (Effendy,

2007:254).

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at mengutip pandapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. perhatian b pengertian

c. penerimaan.

Gambar 7 : Proses Perubahan Sikap Pada Individu

Gambar ini menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu.

Organisme : - Perhatian - Pengertian - Penerimaan STIMULUS

(60)

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk merubah sikap.

Maka unsur – unsur dalam model ini adalah :

d. Pesan (Stimulus, S) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Komunikasi Organisasi Internal dari atasan terhadap bawahan.

e. Komunikan (Organism, O) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim.

f. Respon (Response, R) yang dimaksud dalam penelitian ini adalalah yaitu motivasi kerja.

II.3. Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari – hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.

(61)

Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, menurut Kohler (1981) para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan organisasi mereka (Muhammad, 2007:1).

Mengenai hubungan organisasi dengan komunikasi, William V. Hanney menyatakan : “ Organization consists of a number of people; it envolves interpendence; interpendence calls for cordination; and coordination requires

communication”. Atau dengan kata lain organisasi terdiri dari sejumlah orang; ia

melibatkan keadaan saling tergantung; ketergantungan memerlukan kordinasi; kordinasi mensyaratkan komunikasi (Effendy, 1988:146).

Dalam berbagai literatur dapat dijumpai arti kordinasi, dimana disebutkan bahwa kordinasi bersumber pada perkataan bahasa Latin coordination yang berarti “kombinasi atau interaksi yang harmonis”. Interaksi yang harmonis diantara karyawan suatu organisasi, baik dalam hubungannya secara timbal balik, maupun secara horisontal diantara para karyawan secara timbal balik pula.

(62)

dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi (Muhammad, 2007:66).

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan juga sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit – unit komunikasi dalam hubungan – hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

(63)

materi dan energi yang berbeda untuk berkomunikasi efektif. Interaksi diantara semua faktor tersebut, dan mungkin lebih banyak lagi, yang disebut sistem komunikasi organisasi (Pace dan Don F, 2005 : 31 -32).

Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, penafsiran, dan penangganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi.

Menurut Putnam (1983),Bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur atau wadah yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai “suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu wadah”. Dalam pandangan tersebut, menurut Farace, Mongel, dan Russel komunikasi tersebut yaitu lebih khusus meliputi pesan – pesan mengenai pekerjaan, pemeliharaan, motivasi, integrasi, dan inovasi. Komunikasi mendukung struktur organisasi dan adaptasinya dengan lingkungan (Pace dan Don F, 2005:34).

(64)

bagi ekstensi organisasi dan berperan lebih banyak daripada sekedar melaksanakan rencana – rencana organisasi. Dalam beberapa rencana, komunikasi diteorisasikan untuk memberi pandangan atas perilaku organisasi yang penting (misalnya adaptasi).

II.3.1 Komunikasi Organisasi Internal

Komunikasi Internal yang berkaitan dengan organisasi didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai :

“Interchange of ideas among the administrators and its particular structure

(organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm

which gets work done (operation and management)” (Effendy, 1988:155).

(Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).

(65)

berkomunikasi dengan para penanggung jawab kelompok. Dan jumlah kelompok serta besarnya kelompok tergantung pada besar kecilnya organisasi.

II.3.1.1 Jaringan Komunikasi Formal

Organisasi adalah komposisi sejumlah orang – orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang – orang ini saling terjadi pertukaran pesan, pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu :

1. “Downwoard communication” atau komunikasi kepada bawahan.

2. “Upward communication” atau komunikasi kepada atasan.

3. “Horizontal communication” atau komunikasi horizontal

(Muhammad, 2007:108)

1. Komunikasi ke Bawah

(66)

Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (Muhammad, 2007:108).

a. Tipe Komunikasi ke Bawah

Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu : 1) Instruksi Tugas

Instruksi tugas / pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan itu bervariasi bisa berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat – alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan – pesan tugas dan sebagainya.

2) Rasional

Gambar

Gambar 2 : Model Teoritis
Gambar 5 : Komunikator dilihat dari jumlahnya
Gambar 6 : Dimensi Pesan
Gambar 7 : Proses Perubahan Sikap Pada Individu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi garam (NaCl) yang berbeda terhadap perkecambahan benih wijen ( Sesamum indicum L.), dan untuk

Tahap do atau tahap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini, dimana kegiatan pembelajaran dimulai dengan dosen model dan moderator membuka pelajaran. Setelah

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman Prakerin (Praktik Kerja Industri), Motivasi Memasuki Dunia Kerja, dan Prestasi Belajar Produktif Administrasi

Letakkan satu tangan, 2 cm dibawah umbilicus lalu Berikan usapan dengan arah usapan membentuk angka delapan dimulai dari sisi medial- lateral – medial dan membentuk angka delapan

Keberadaan toko modern dapat disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat di Kabupaten Cianjur, yaitu dengan semakin banyaknya toko modern yang ada di

Permasalahan pengelolaan Usaha Kecil Berkah dari aspek teknik, yaitu mesin/peralatan yang digunakan sering menganggur, untuk produksi besar perlu melakukan efisiensi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pemberian intervensi yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa (1) gambaran klinis pasien

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR  11