TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
TINJAUAN TERHADAP TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET (DPKA) KOTA LANGSA
DIAJUKAN
O L E H
NAMA : DIANKARTIKASARI
NIM : 062600049
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN MEDAN
KATA PENGANTAR
Pertama sekali, penulis ingin mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH
SWT karena dengan segala ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir serta
mengatasi segala kendala yang dihadapi baik dalam penulisan maupun
pelaksanaannya dilapangan.
Adapun tugas akhir ini berjudul “ Tinjauan Terhadap Target dan Realisasi
Penerimaan Pajak Hotel Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Langsa ”. Pajak Hotel merupakan salah satu pajak yang mempunyai kontribusi
yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah yang digunakan untuk pembangunan
dan kemajuan Kota Langsa. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan, namun penulis telah berusaha dengan
segala kemampuan yang ada. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas
akhir ini.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini tentu penulis didukung oleh orang-orang
yang berjasa disekitar penulis. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr.M.Arif.Nst,MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara dan Drs.Humaizi,MA selaku
pembantu Dekan I.
2. Drs.H.M.Husni Thamrin Nst,M.Si selaku Ketua Jurusan Program Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. M.Arifin Nst,S.Sos.M.SP selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing saya dalam penulisan tugas akhir ini.
4. Kepada para dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
selama perkuliahan.
5. Dra.Elita Dewi, MSP, kak korbi, bang indra, bang faisal, bang ijal makasih
banyak yang telah membantu kami semua dalam proses tugas akhir ini.
6. Drs.Syahril Hasballah, SH, MM selaku Kepala Dinas, Zulhelmi, SE selaku
Sekretaris dan Suamal,SE selaku Kasubbag Keuangan, Riyath
Iskandar,Amd selaku supervisor lapangan yang telah banyak membantu
dengan memberikan data-data yang dibutuhkan penulis selama melakukan
riset pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Langsa.
7. Tante Mala dan Keluarga di Langsa, terima kasih banyak yang telah
membantu saya, bimbingannya, dukungan, dan memberi semangat dalam
bentuk apapun.
8. Kedua orang tua saya ayahanda tercinta H.Usman Agam dan Ibunda
Tersayang Syahtria dan kakak ku Dina Mutia,Amd dan kedua adik saya
Siti dan Putri yang telah memberikan doa, dukungan moril dan materi,
dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Kalian semua adalah yang terpenting
dalam hidupku.
9. Kawan-kawan seperjuangan di pajak stambuk 06 anak A,B,C. terutama
buat kelas A kawan awak dari NIM 01-50 yang baik-baik, gokil, luph fren,
gak cukup kalo di sebutin satu per satu yang pasti kalian ada di hati.
Sheilla sohib ku yang seperjuangan di Langsa. Para-para sahabatku rere,
dona, silvi, nuzul, arif, sofie, rica,mela,irma satu dopin kita, bulan, indra,
deli, dll. Y’ll are my best friend, luph fren.
10. M.Afif Tanjung makasih support nya, walaupun jauh tapi dekat dihati. He..
11. Teman-teman kuliah dikampus yang tidak dapat saya sebutkan satu per
satu, senang berkenalan dengan kalian semua.
Medan, Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………... i
DAFTAR ISI………... ii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang PKLM………. 1
B. Tujuan PKLM………... 6
C. Manfaat PKLM………... 6
D. Ruang Lingkup PKLM……… 8
E. Metode PKLM……… 8
F. Metode Pengumpulan Data……… 10
G. Sistematika PKLM……… 10
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM……… 12
A. Sejarah Singkat DPKA Kota Langsa……….. 12
B. Gambaran Umum DPKA Kota Langsa……….. 13
C. Struktur Organisasi DPKA Kota Langsa………... 15
D. Tugas Pokok dan Fungsi DPKA Kota Langsa……….. 17
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL……….. 35
A. Pengertian Pajak Hotel……….. 35
A.1. Definisi Pajak dan Pajak Daerah……… 35
A.2. Fungsi Pajak………... 36
A.3. Definisi Pajak Hotel dan Hotel……….. 36
B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Tentang Pajak Daerah Kota Langsa………. 37
C. Objek dan Subjek Pajak Hotel………. 41
C.1. Objek Pajak Hotel……… 41
C.2. Subjek Pajak Hotel……….. 42
D. Tata Cara Pembayaran………... 43
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI……….. 44
A. Dasar Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa……… 44
A.1. Peraturan Daerah Kota Langsa……… 45
A.2. Data Potensi Hotel Kota Langsa………. 46
B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa……….. 47
B.1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa Tahun Anggaran 2005-2008…. 47
C. Faktor-faktor Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa………. 50
D. Upaya Mengatasi Faktor Penghambat Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa……… 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 55
A. Kesimpulan………. 55
B. Saran……… 56
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Lembaga pendidikan adalah salah satu lembaga mempunyai peranan dalam
membentuk dan menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui
teori-teori keahlian yang diterima di bangku kuliah dan mengaplikasikannya di lapangan
melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Universitas Sumatera
Utara khususnya Program Diploma III Administrasi Perpajakan sebagai salah satu
lembaga pendidikan yang menekankan pada pendidikan profesionalisme untuk
membentuk tenaga-tenaga ahli tingkat madya yang kompeten dalam menangani
pekerjaan sesuai bidang pendidikan yang ditekuninya.
Hal ini dimaksudkan agar para mahasiswa/i lebih mengenal dan mengetahui
keadaan kerja yang sebenarnya khususnya pada bidang perpajakan, serta dapat
mempraktikkan teori-teori yang diterima selama masa perkuliahan. Pada saat ini,
sektor perpajakan memegang peranan penting sebagai sumber penerimaan utama
negara, baik itu penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Berdasarkan pelaku pemungutnya menurut Muda Markus (4-6,2005) pajak dapat
dibedakan atas dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah.
Selanjutnya dapat di uraikan ke dalam 2 (dua) bagian yaitu terdiri dari :
Pajak Pusat (wewenang pemajakan berada di tangan pemerintah pusat) :
1. Pajak Penghasilan (PPh);
Berdasarkan UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 17 Tahun 2000 (UU
PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
Berdasarkan UU No 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang mewah sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No 18 Tahun 2000 (UU PPN/PPnBM)
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM);
Berdasarkan UU No 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah sebagaimana telah
terakhir diubah dengan UU No 18 Tahun 2000 (UU PPN/PPnBM)
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
Berdasarkan UU No 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan UU No 12 Tahun 1994 (UU PBB)
5. Bea Materai;
Berdasarkan UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (UU Bea
Materai)
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB – mulai
berlaku tanggal 9 Juli 1998);
Berdasarkan UU No 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UU No 20 Tahun
7. Bea Masuk;
Berdasarkan UU No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeaan (UU Kepabeaan)
8. Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol beserta Hasil Olahannya; Berdasarkan UU No 11 Tahun 1995 tentang Cukai (UU Cukai).
Pajak Daerah (wewenang pemajakannya berada di tangan pemerintah
daerah) :
Berdasarkan UU No 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No 34 Tahun 2000 tersebut
pajak daerah terdiri dari :
a. Pajak Daerah Propinsi (wewenang pemajakannya berada di tangan
pemerintahan daerah propinsi) :
1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air
2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di
Atas Air
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
b. Pajak Daerah Kabupaten/Kota (wewenang pemajakannya berada di tangan
pemerintahan daerah kabupaten/kota) :
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir (dikenakan pada perusahaan pengelolah parkir).
Pendapatan Asli Daerah antara lain berupa Pajak Daerah dan Retribusi daerah.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah guna meningkatkan dan
meratakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan
penerimaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah dituntut kesadaran dan
kerjasama dari semua pihak khususnya masyarakat yang mempunyai andil cukup
besar dalam meningkatkan pembangunan daerah. Selain itu, peranan, kemampuan,
dan keahlian dari aparat pemerintah dalam mengelola sumber-sumber pemasukan
daerah secara optimal sangat diperlukan.
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, Pajak Daerah terdiri dari Pajak Propinsi
yang meliputi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan. Sedangkan jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari : Pajak Hotel,
Restoran, Hiburan, Reklame, Penerangan Jalan, Parkir, Pengambilan Bahan Galian
Seperti halnya Kota Langsa yang kini telah menjadi daerah otonomi
diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Salah satu sumber penerimaannya berasal dari Pajak Hotel
dimana Pajak Hotel tersebut merupakan salah satu penyumbang terbesar Pajak
Daerah Kota Langsa. Hal tersebut terjadi mengingat Kota Langsa khususnya pantai
yang merupakan daerah wisata yang sering dikunjungi turis lokal maupun
mancanegara. Perkembangan kepariwisataan akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan industri perhotelan, apalagi perhotelan merupakan sarana penting bagi
kepariwisataan sehingga didaerah wisata banyak terdapat hotel.
Dengan adanya penyelenggaraan dan pelayanan Hotel Perda Nomor 12 Tahun
2003, maka Pemerintah Daerah berhak untuk memungut Pajak Hotel sebagai balas
jasa serta berkewajiban untuk menjaga stabilitas penerimaan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pemerintah Daerah dalam hal ini juga dituntut untuk berupaya
mengatasi segala faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam penerimaan Pajak
Hotel.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk menulis laporan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dengan judul, “ TINJAUAN TERHADAP
TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA LANGSA ”.
B.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) adalah :
1. Untuk mengetahui dasar penetapan target penerimaan Pajak Hotel di Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa.
2. Untuk mengetahui besarnya jumlah target dan realisasi penerimaan Pajak
Hotel Kota Langsa.
3. Untuk mengetahui upaya serta faktor-faktor penghambat yang dihadapi
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa dalam usahanya
mencapai target penerimaan Pajak Hotel.
C.Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :
BAGI MAHASISWA
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mengevaluasikan apa yang telah diperoleh dalam masa Praktik Kerja
Lapangan Mandiri pada suatu instansi pemerintah maupun swasta dalam
hal ini Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Langsa.
2. Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui bagaimana
3. Menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab
profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat
dibutuhkan memasuki dunia kerja sebenarnya.
4. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam
menghadapi situasi kerja sebenarnya.
BAGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Mempertinggi hubungan Universitas dalam hal ini Universitas Sumatera
Utara dengan dunia industri maupun instansi pemerintah/swasta.
2. Memperbaiki dunia kerja untuk di uji secara nyata melalui Praktik Kerja
Lapangan Mandiri kepada mahasiswa.
3. Mempertinggi image (pandangan) masyarakat terhadap Sumber Daya
Manusia yang dihasilkan dari Lembaga Pendidikan Nasional khususnya
Universitas Sumatera Utara.
4. Menambah aplikasi kurikulum dalam dunia kerja nyata.
BAGI INSTANSI DPKA KOTA LANGSA
1. Sebagai sarana atau kesempatan untuk penarikan tenaga kerja baru.
2. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan positif antara DPKA Kota
Langsa dengan lembaga pendidikan PRODIP III Administrasi Perpajakan
Universitas Sumatera Utara.
3. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa
dituntut sumbangsih terhadap instansi DPKA Kota Langsa baik berupa
saran maupun kritikan yang membangun yang menjadi sumber masukan
untuk meningkatkan kinerja dilingkungan instansi DPKA Kota Langsa
tersebut.
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Didalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis membatasi
ruang lingkup kegiatan yaitu sebagai berikut :
1. Dasar penetapan target penerimaan Pajak Hotel pada seksi Pajak dan
Retribusi Daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa.
2. Target dan realisasi penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa pada Seksi
Pajak dan Retribusi Daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kota Langsa.
3. Upaya serta faktor-faktor penghambat penerimaan Pajak Hotel Kota
Langsa pada Seksi Pajak dan Retribusi Daerah di Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Langsa.
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
Dalam hal ini persiapan yang dilakukan adalah :
1. Konsultasi kepada PRODIP III Administrasi Perpajakan Universitas
2. Mengajukan Proposal kerja kepada pengurus PRODIP III Administrasi
Perpajakan
3. Adanya Surat Pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri
4. Konsultasi kepada dosen pembimbing
5. Mengajukan ide-ide pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b.Studi Literatur
Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini yang menyangkut masalah
yang akan dibahas dari buku Undang-Undang dan bahan tertulis lainnya yang
berhubungan dengan laporan ini.
c.Observasi Lapangan
Yaitu dengan melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung terhadap
objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku di
DPKA Kota Langsa.
d. Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri penulis juga
mengumpulkan data-data dan bahan-bahan yang diperlukan pada saat menyusun
laporan akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
e. Analisa dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis diharapkan dapat
menganalisis dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan di
interprestasikan secara objektif, jelas dan sistematis.
F.Metode Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri data yang dikumpulkan
adalah :
a.Interview
Yaitu dengan cara mengumpulkan data dan informasi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan langsung kepada pegawai instansi yang bersangkutan.
b.Observasi
Dalam melakukan observasi ini peserta langsung terjun ke lapangan dan
mengadakan pengamatan kepada pegawai yang bersangkutan.
c.Dokumentasi
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari tempat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri misalnya pengumpulan data secara tertulis, Peraturan-Peraturan
daerah yang berlaku dalam Undang-Undang Perpajakan, Surat-Surat Keputusan,
skema dan struktur organisasi, rencana kerja dan data-data mengenai Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
G.Sistematika Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan hal-hal yang melatarbelakangi
penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat
dilakukannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri baik itu bagi mahasiswa, Universitas
kegiatan yang akan dibahas, Metode dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri serta
metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis akan menggambarkan lokasi penelitian yaitu tentang
sejarah (keadaan lokasi kegiatan), struktur organisasi dari instansi, mekanisme kerja
dan uraian tugas pokok dari instansi tersebut.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL
Pada bab ini penulis akan mencoba menguraikan secara sistematis
mengenai gambaran umum Pajak Hotel yang menjadi pokok bahasan utama dalam
penulisan laporan ini.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data-data yang
telah diperoleh selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis menarik kesimpulan dari uraian yang ada dan
memberikan saran-saran mengenai alternatif yang dapat diambil dalam rangka
pencapaian target dan realisasi penerimaan daerah dari sektor pajak khususnya Pajak
Hotel.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Langsa
Pada mulanya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Langsa
adalah salah satu issu strategis dalam penyelenggaran pemerintahan sesuai dengan
sistem Ketatanegaraan pada masa sekarang adalah bagaimana mendesain
perencanaan pembangunan yang konsepsional, pelaksanaan yang konsisten serta
pengawasan yang ketat. Agar pembangunan yang akan dilaksanakan mencapai tujuan
dan sasaran yang diinginkan, perlu disusun suatu perencanaan untuk menentukan
tindakan masa depan atau rencana aksi yang tepat melalui pilihan prioritas dengan
mempertimbangkan potensi dan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian akan
terjamin kesinambungan dan konsistensi dalam perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan.
Pembangunan daerah merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari
Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh seluruh komponen masyarakat dan
pemerintahan daerah menurut prakarsa daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dengan demikian perencanaan pembangunan daerah mengacu
kepada Kerangka Pembangunan Nasional, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana
Menengah (RPJM) merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) dan digunakan sebagai Dokumen Perencanaan Induk dalam waktu
dua puluh tahunan.
Sesuai prinsip Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) disusun
berdasarkan Renstra Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Untuk kebutuhan
dimaksud Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) sebagai unsur pelaksana
otonomi daerah di bidang pengelolaan keuangan daerah membuat strategi
pembangunan pada bidangnya sesuai tugas pokok dan fungsi. Renstra Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset ini memuat tugas dan fungsi, kondisi daerah di
bidang pengelolaan keuangan daerah, visi misi tujuan strategi dan kebijakan yang
akan dicapai serta program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
B. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Langsa
Kota Langsa merupakan salah satu kota otonom termuda di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam, secara geografis wilayah Kota Langsa mempunyai kedudukan
strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Kota Langsa juga
mempunyai potensi di bidang industri, perdagangan, pertanian, dan mempunyai
prospek yang baik bagi pemenuhan pasar di dalam dan luar negeri.
Kota Langsa mempunyai luas wilayah 258,81 KM2, yang terletak pada posisi
antara 04024’35,68”-04033’47,03” Lintang Utara dan 97053’14,59”-98004’42,16”
Bujur Timur, dengan ketinggian antara 0-25 m di atas permukaan laut serta
mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten
Aceh Timur.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten
Aceh Timur.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Manyak Payed Kabupaten
Aceh Tamiang.
1. Iklim
Daerah Kota Langsa merupakan wilayah yang beriklim tropis yang selalu
dipengaruhi oleh angin musim, sehingga setiap tahunnya terdapat dua musim yang
berbeda yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan setiap tahun biasanya
berlangsung antara bulan September sampai dengan Februari dan musim kemarau
berkisar antara bulan Maret sampai dengan Agustus. Walaupun sering mengalami
perubahan cuaca, hujan rata-rata setiap tahunnya berkisar antara 1500 mm sampai
3000 mm, sedangkan suhu udara rata-rata berkisar antara 280-320 C dan kelembaban
nisbi rata-rata 75 persen.
2. Tata guna tanah
Kota Langsa dengan luas 26.241 Ha merupakan daerah perdagangan, industri
daerah Kota Langsa atau sebesar 10.466 Ha. Luas daerah untuk bangunan/pekarangan
mencapai 6.037 Ha atau 23,01 persen dari total luas Kota Langsa, lahan sawah
mencapai 1.925 Ha atau sebesar 7,34 persen, ladang/huma mencapai 1.864 Ha atau
sebesar 7,10 persen, tambak/kolam seluas 1.344 Ha atau 5,08 persen, tegalan/kebun
1.267 Ha atau 4,83 persen, dan perkebunan rakyat 1.244 Ha atau 4,74 persen.
3. Demografi
Kota Langsa terdiri dari 5 (lima) kecamatan, yaitu : Kecamatan Langsa Kota,
Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Lama, dan
Kecamatan Langsa Baro, dalam 5 (lima) kecamatan tersebut tersebar 51
Gampong/Kelurahan dengan jumlah penduduk 143.519 jiwa dengan jumlah laki-laki
sebesar 69.433 jiwa dan perempuan sebesar 74.086 jiwa dan terdapat 32.385 Kepala
Keluarga.
C. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Langsa
Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa
terdiri dari :
(1) Susunan Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset, terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat
c. Bidang Anggaran
d. Bidang Pendapatan
e. Bidang Aset dan Investasi
f. Bidang Akuntansi dan Verifikasi
g. UPTD
h. Kelompok Jabatan Fungsional
(2) Sekretariat, terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Dokumentasi
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Bina Program, Evaluasi dan Pelaporan
(3) Bidang Anggaran, terdiri dari :
a. Seksi Anggaran
b. Seksi Belanja Pegawai
c. Seksi Perbendaharaan
(4) Bidang Pendapatan, terdiri dari :
a. Seksi Pajak
b. Seksi Retribusi
c. Seksi Pendapatan Lain-lain
(5) Bidang Aset dan Investasi, terdiri dari :
a. Seksi Pemeliharaan
b. Seksi Inventarisasi
(6) Bidang Akuntansi dan Verifikasi, terdiri dari :
a. Seksi Akuntansi
b. Seksi Verifikasi Pendapatan
c. Seksi Verifikasi Pembiayaan
D. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa
Menurut peraturan Walikota Langsa nomor 8 tahun 2009 tentang rincian tugas
pokok dan fungsi pejabat struktural di lingkungan Dinas-Dinas Pemerintah Kota
Langsa.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah Unsur Pelaksana Pemerintah
Kota Langsa dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah
lainnya yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretariat daerah.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai tugas melaksanakan
sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan
melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, DPKA mempunyai fungsi :
1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah.
2. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah,
retribusi daerah dan pendapatan asli daerah lainnya, serta penagihan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB).
3. Melaksanakan koordinasi di bidang pendapatan daerah dengan unit dan
instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.
4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya serta PBB.
5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas.
Adapun tugas pokok dari kepala dinas dan masing-masing seksi pada kantor
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) adalah sebagai berikut :
1.Kepala Dinas
Menurut Pasal 262,Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui SEKDA.
2) Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai tugas
melakukan tugas umum pemerintahan di bidang pemanfaatan kekayaan
daerah, pendapatan, Aset, anggaran daerah, perbendaharaan, akuntansi,
pembinaan dan evaluasi anggaran kabupaten/kota sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 262
Undang-undang No 8 Tahun 2009, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai
fungsi :
b. perumusan kebijakan teknis administrasi dan teknis pelaksanaan
penyusunan anggaran, pendapatan dan aset.
c. pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Qanun.
d. pelaksanaan fungsi Bendahara Umum Daerah.
e. pengumpulan bahan penyusunan anggaran belanja.
f. pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang administrasi pengelolaan
keuangan dan kekayaan daerah.
g. pembinaan penyusunan anggaran dan pendapatan kota.
h. perumusan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang
milik daerah.
i. pengawasan atas penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota.
j. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di
bidang pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah.
k. pembinaan UPTD.
l. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2.Sekretariat
Menurut Pasal 264, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Sekretariat adalah unsur pembantu Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset di bidang pelayanan administrasi, umum, kepegawaian,
tatalaksana, dokumentasi, tatalaksana dan keuangan, penyusunan
program, data, informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
2) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan
bertanggung jawab Kepada Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Aset.
Menurut Pasal 265, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Sekretariat mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan administrasi,
umum, perlengkapan, peralatan, kerumahtanggaan, perpustakaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, hukum, perundang-undangan, pelayanan administrasi,
penyusunan program, data, informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di
lingkungan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 266,
Undang-undang No 8 Tahun 2009.
Sekretariat mempunyai fungsi, yaitu :
a. Pelaksanaan dan pengkoordinasian penyusunan rencana strategis, program
kerja dan kegiatan pengolahan data dan pelaporan serta pembinaan organisasi
dan tatalaksana.
b. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, kerumah tanggaan, dokumentasi dan penataan arsip.
c. Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang.
e. Penyusunan rencana anggaran yang bersumber dari APBK, APBN, bantuan
dan atau hibah luar negeri.
f. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala yang
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Menurut Pasal 267, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Sekretariat terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Dokumentasi
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Bina Program, Evaluasi dan Pelaporan
2) Masing-masing Sub Bagian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin
oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.
Menurut Pasal 268, Undang-Undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Dokumentasi mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan administrasi umum yang meliputi ketatalaksanaan,
surat menyurat, kerumah tanggaan, perlengkapan, perjalanan dinas dan
hubungan masyarakat serta administrasi kepegawaian, organisasi dan
ketatalaksanaan.
2) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
administrasi keuangan yang meliputi penyusunan anggaran, pembukuan,
verifikasi, pertanggung jawaban dan pelaporan keuangan.
3) Sub Bagian Bina Program, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan pendataan, inventarisasi, identifikasi, perumusan, penyusunan
program dan evaluasi program serta kegiatan statistik Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan Pertamanan.
3.Bidang Anggaran
Menurut Pasal 269, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Bidang Anggaran adalah unsur pelaksana teknis di bidang penyusunan
anggaran, anggaran pembiayaan, pengendalian anggaran dan perbendaharaan
2) Bidang Anggaran dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris sesuai
dengan bidang tugasnya.
Menurut Pasal 270, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Bidang Anggaran mempunyai tugas melakukan penyusunan RAPBK, APBK,
R-APBKP dan APBK-p yang akan disampaikan kepada DPRK, pengendalian
Menurut Pasal 271, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 270,
Undang-undang No 8 Tahun 2009.
Bidang Anggaran mempunyai fungsi :
a. perumusan rancangan kebijakan teknis di bidang penyusunan, perubahan
anggaran pendapatan dan belanja kota serta perbendaharaan.
b. penyusunan program kerja di bidang penyusunan, perubahan dan anggaran
pendapatan dan belanja kota serta perbendaharaan.
c. pelaksanaan kegiatan di bidang penyusunan, perubahan dan pengendalian
anggaran pendapatan dan belanja kota serta perbendaharaan.
d. pengumpulan dan pengolahan data keuangan serta perbendaharaan.
e. penyusunan dan pencetakan R-APBK,APBK,R-APBKP dan APBK-p.
f. pencetakan DPA-SKPD dan DPAL SKPK.
g. pelaksanaan verifikasi atas rancangan DPA dan DPA-L SKPK.
h. pelaksanaan tugas sebagai kuasa bendahara umum daerah.
i. pengembangan dan implementasi sistem informasi pengelolaan keuangan
daerah (SIPKD) melalui database software aplikasi.
j. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di
bidang penyusunan anggaran daerah.
k. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Menurut Pasal 272, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Bidang Anggaran terdiri dari :
a. Seksi Anggaran
b. Seksi Belanja Pegawai
c. Seksi Perbendaharaan
2) Masing-masing Seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Anggaran sesuai dengan bidang tugasnya.
Menurut Pasal 273, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Seksi Anggaran mempunyai tugas melakukan penyusunan dan perubahan
anggaran pendapatan dan belanja kota.
2) Seksi Belanja Pegawai mempunyai tugas melakukan penyusunan dan
perubahan anggaran pembiayaan.
3) Seksi Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan penyusunan,
pelaksanaan perbendaharaan dan kuasa umum bendaharawan umum daerah.
4.Bidang Pendapatan
Menurut Pasal 274, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Bidang Pendapatan adalah unsur pelaksana teknis di bidang pendapatan dan
2) Bidang Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris sesuai
dengan bidang tugasnya.
Menurut Pasal 275, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Bidang Pendapatan mempunyai tugas melakukan pengelolaan penerimaan dari
sektor pendapatan asli daerah, dana perimbangan, maupun lain-lain pendapatan
daerah yang sah.
Menurut Pasal 276, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 275,
Undang-undang No 8 Tahun 2009.
Bidang Pendapatan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program kerja di bidang pendapatan.
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang pemungutan pajak kota, retribusi kota
dan pungutan kota lainnya.
c. Penyiapan bahan dan melakukan pembinaan pemungutan pajak kota.
d. Pengkajian pengembangan potensi penerimaan pajak kota unggulan,
retribusi kota unggulan.
e. Pengkajian pengembangan potensi penerimaan pendapatan asli kota diluar
pajak kota dan retribusi kota.
f. Pemantauan evaluasi dan pelaporan penerimaan pendapatan.
g. Pemantauan evaluasi dan pelaporan pengembangan pendapatan asli kota.
h. Pelaksanaan penagihan dan doleansi pajak kota.
i. Pelaksanaan operasional lapangan.
j. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di
bidang pendapatan.
k. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala dinas
pengelolaan keuangan dan aset sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Menurut Pasal 277, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Bidang Pendapatan terdiri dari :
a. Seksi Pajak
b. Seksi Retribusi
c. Seksi Pendapatan Lain-lain
2) Masing-masing Seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Pendapatan sesuai dengan tugasnya.
Menurut Pasal 278, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Seksi Pajak mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan data dan
pencatatan penerimaan pajak daerah.
2) Seksi Retribusi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan data
3) Seksi Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas melakukan pencatatan
penerimaan non pendapatan asli daerah seperti dana perimbangan, dana
otonomi khusus dan lain-lain pendapatan yang sah, menyiapkan bahan
koordinasi dan konsultasi dengan pemerintah pusat dalam rangka penerimaan
daerah.
5.Bidang Aset dan Investasi
Menurut Pasal 279, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Bidang Aset dan Investasi adalah unsur pelaksana teknis di bidang
penyusunan rencana kebutuhan, penilaian dan pemanfaatan, evaluasi dan
pelaporan Aset daerah.
2) Bidang Aset dan Investasi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dinas melalui Sekretaris
sesuai dengan bidang tugasnya.
Menurut Pasal 280, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Bidang Aset dan Investasi mempunyai tugas melakukan perencanaan,
penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaaan,
penatausahaaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pengamanan dan
pengelolaan Aset daerah.
Menurut Pasal 281, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280,
Undang-undang No 8 Tahun 2009.
Bidang Aset dan Investasi mempunyai fungsi :
a. Perumusan rancangan kebijakan teknis di bidang pengelolaan Aset dan
Investasi yang meliputi perencanaan, penganggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaaan, penatausahaaan, penilaian,
penghapusan, pemindahtanganan dan pengamanan Aset daerah.
b. Penyusunan program kerja di bidang pengelolaan Aset dan Investasi yang
meliputi perencanaan, penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pemeliharaaan, penatausahaaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan
dan pengamanan Aset daerah.
c. Pelaksanaan pengelolaan Aset dan Investasi yang meliputi perencanaan,
penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaaan,
penatausahaaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan
pengamanan Aset daerah.
d. Pengumpulan dan pengolahan data Aset daerah.
e. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di
bidang Aset dan Investasi serta kekayaan daerah.
f. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Menurut Pasal 282, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Bidang Aset terdiri dari :
a. Seksi Pemeliharaan
b. Seksi Inventarisasi
c. Seksi Penghapusan
2) Masing-masing Seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Aset sesuai dengan bidang tugasnya.
Menurut Pasal 283, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Seksi Pemeliharaan mempunyai tugas melakukan perencanaan, penganggaran,
pengadaan, pemeliharaan dan pengamanan aset daerah yang dilaporkan oleh
satuan kerja perangkat daerah.
2) Seksi Inventarisasi mempunyai tugas melakukan pendataan, penyusunan,
penatausahaan dan pemanfaatan/pemanfaatan Aset daerah.
3) Seksi Penghapusan mempunyai tugas melakukan penilaian terhadap kondisi
aset dan pelaksanaan penghapusan, pemindah tanganan aset daerah.
6.Akuntansi dan Verifikasi
Menurut Pasal 284, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Bidang Akuntansi dan Verifikasi adalah unsur pelaksana teknis di Bidang
Akuntansi dan Verifikasi pendapatan dan belanja daerah, perhitungan
keuangan dan pembukuan.
2) Bidang Akuntansi dan Verifikasi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui
Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.
Menurut Pasal 285, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Bidang Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melakukan penataan sistem
akuntansi pemerintah dalam rangka penyusunan laporan keuangan, penataan
administrasi keuangan, menguji dan meneliti kebenaran penagihan, realisasi
anggaran, registrasi penerimaan dan pengeluaran satuan pemegang kas, pembinaan
satuan pemegang kas dan menerbitkan SP2D.
Menurut Pasal 286, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana di maksud pada Pasal 285,
Undang-undang No 8 Tahun 2009.
Bidang Akuntansi dan Verifikasi mempunyai fungsi:
a. Penyusunan program kerja di bidang Akuntansi dan Verifikasi.
b. Penyusunan draft laporan keuangan pemerintah daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBK yang terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
c. Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintahan daerah sesuai dengan
d. Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah daerah yang meliputi proses
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban APBK yang dilaksanakan secara manual
atau komputerisasi.
e. Pelaksanaan penatausahaan pembukuan anggaran pendapatan dan belanja
serta pembiayaan.
f. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di
bidang Akuntansi dan Verifikasi.
g. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset sesuai dengan tugas dan funsinya.
Menurut Pasal 287, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Bidang Akuntansi dan Verifikasi, terdiri dari:
a. Seksi Akuntansi
b. Seksi Verifikasi Pendapatan
c. Seksi Verifikasi Pembiayaan.
2) Masing-masing Seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Akuntansi dan Verifikasi sesuai dengan bidang tugasnya.
Menurut Pasal 288, Undang-undang No 8 Tahun 2009, yaitu :
1) Seksi Akuntansi mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan sistem
akuntansi pemerintahan daerah, akuntansi selain kas pada SKPD, penyusunan
laporan draf neraca, arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
2) Seksi Verifikasi Pendapatan mempunyai tugas menyelenggarakan akuntansi
penerimaan kas, Verifikasi bukti transaksi, pencatatan penerimaan
kas/pendapatan ke dalam buku, pelaporan penerimaan kas/pendapatan dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBK.
3) Seksi Verifikasi Pembiayaan mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan
pencatatan pengikhtisaran, Verifikasi bukti transaksi pengeluaran/belanja,
pencatatan transaksi pengeluaran kas/belanja kedalam buku, pelaporan
pengeluaran kas/belanja dalam rangka pertanggung jawaban APBK.
E. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa Tahun 2009
NO SEKSI JUMLAH
1 Kepala DPKA 1 orang
2 Sekretaris 1 orang
3 Bid. Pendapatan 10 orang
4 Bid. Anggaran 10 orang
5 Bid. Aset dan Investasi 10 orang
6 Bid. Akuntansi 10 orang
7 Sub. Bag Keuangan 10 orang
8 Sub. Bag Bina Program Evaluasi dan Pelaporan 10 orang
Dokumentasi
10 Sie. Pemeliharaan 5 orang
11 Sie. Retribusi 5 orang
12 Sie. Belanja Pegawai 5 orang
13 Sie. Pajak 5 orang
14 Sie. Akuntansi 10 orang
15 Sie. Inventarisasi 10 orang
16 Sie. Verifikasi Pendapatan 10 orang
17 Sie. Penghapusan 5 orang
18 Sie. Perbendaharaan 5 orang
19 Sie. Pendapatan Lain-Lain 3 orang
20 Sie. Anggaran 5 orang
21 Sie. Verifikasi Pembiayaan 5 orang
22 Bendaharawan Penerimaan 5 orang
23 Bendaharawan Pengeluaran 5 orang
JUMLAH PEGAWAI DPKA 155 orang
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET (DPKA) KOTA LANGSA BIDANG AKUNTANSI DAN VERIFIKASI BIDANG
PENDAPATAN BIDANG ASET DAN
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL
A. Pengertian Pajak Hotel A.1 Definisi Pajak dan Pajak Daerah
Sebelum membahas mengenai gambaran data pajak hotel ada baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu tentang definisi pajak. Batasan atau definisi pajak
bermacam-macam, untuk lebih jelasnya penulis menguraikan beberapa pendapat para
ahli dibidang perpajakan yang beraneka ragam mengenai pajak yang pada hakekatnya
mempunyai tujuan yang sama, antara lain :
1. PJA. Adriani
Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan dan terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi secara
langsung, yang dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
2. Rochmat Soemitro
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran rutin.
Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah.
35
Salah satu jenis pajak daerah adalah pajak kabupaten/kota yang terdiri dari :
pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, parkir, penerangan jalan, pajak pengambilan
bahan galian golongan C.
A.2 Fungsi Pajak
Pemerintah Daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap
‘menempatkan’ sesuai dengan fungsinya. Fungsi pajak dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
a. Fungsi Budgeter
Pajak sebagai alat untuk mengisi kas negara yang digunakan untuk membiayai
kegiatan pemerintahan dan pembangunan.
b. Fungsi Reguler
Pajak dipergunakan sebagai suatu alat mengatur atau melaksanakan kebijakan
dalam bidang sosial dan ekonomi, misalnya; pajak minuman keras
dimaksudkan agar rakyat menghindari atau mengurangi konsumsi minuman
keras.
A.3 Definisi Pajak Hotel dan Hotel
Adapun definisi tentang Pajak Hotel yang selanjutnya disebut pajak atas
pelayanan hotel.
Adapun pengertian tentang hotel, antara lain :
a. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Langsa No. 8 Tahun 2009 Hotel adalah
pelayanan, dan atau fasilitas lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh
pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
b. Menurut SK Menhub No.PM 10-301/Phb 77.
Hotel adalah suatu usaha bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial
dengan menyediakan layanan penginapan serta makanan dan minuman.
c. Menurut Hotel Proprietors Act, 1956.
Hotel dapat diberi pengertian sebagai suatu yang dikelola dengan
menyediakan jasa pelayanan, yang mampu membayar pantas sesuai dengan
fasilitas yang ditawarkan dengan tidak membuat perjanjian khusus.
B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Tentang Pajak Daerah Kota Langsa
Pelaksanaan Undang-undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-undang No. 33
tahun 2004 telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan
hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan
maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang dikenal
sebagai era otonomi daerah.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat
melaksanakan otonomi daerah, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan
daerah diantaranya dengan menetapkan Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah,
diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah daerah terus berupaya untuk
mengumpulkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah.
Undang-undang tersebut didukung dengan dikeluarkannya PP No. 65 tahun 2001
tentang pajak daerah.
Dalam melaksanakan PP No. 65 tahun 2001, pemerintah Kota Langsa diberi
wewenang untuk membuat sebuah peraturan daerah dalam rangka menggali sumber
pemasukan daerah. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan Perda No. 7 tahun
2001 tentang pajak hotel.
Ketentuan Umum
1. Daerah adalah Kota Langsa.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Langsa beserta perangkat daerah otonom
lainnya sebagai Badan Eksekutif Daerah.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Langsa.
4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang pajak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Pajak hotel yang selanjutnya disebut pajak adalah pajak atas pelayanan hotel.
7. Hotel adalah bangunan khusus yang disediakan untuk menginap dan istirahat,
memperoleh layanan dan atau fasilitas lainnya yang menyatu, dikelola dan
dimiliki oleh pihak yang sama kecuali pertokoan dan perkantoran.
8. Pengusaha hotel adalah perorangan atau badan yang menyelenggarakan usaha
hotel untuk dan atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang
9. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat
keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.
10.Surat Pemberitahuan pajak daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah
surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan
pembayaran pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah.
11.Surat Setoran Pajak daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat
yang digunakan oleh wajib pajak yang terutang ke kas daerah atau ke tempat
lain yang di tempatkan oleh kepala daerah.
12.Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya di singkat
SKPDKB adalah keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang
terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang telah di tetapkan.
13.Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya
disingkat SKPDKPT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah di tetapkan.
14.Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat
SKPLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena junlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang
terutang atau tidak seharusnya terutang.
15.Surat Tagihan Pajak daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan
atau denda.
16.Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan comanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atu daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma,
kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga, dana pensiun,
bentuk usaha tetap seta bentuk badan usaha lainnya.
17.Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN
adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
18.Putusan Banding adalah penyelesaian sengketa pajak atas banding terhadap
surat keputusan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.
19.Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan pajak daerah kurang bayar, surat
ketetapan pajak daerah kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak daerah
lebih bayar, surat ketapan pajak nihil atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.
20.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan
mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah.
21.Penyidik tindak pidana dibidang perpajakan daerah adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil yang selanjutnya
itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan daerah yang terjadi
serta menemukan tersangkanya.
C. Objek dan subjek pajak hotel C.1 Objek pajak hotel
Objek pajak hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di hotel meliputi :
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas jangka pendek, antara lain pondok wisata ,
motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel), losmen dan rumah
penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar 15 atau lebih yang
menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.
b. Pelayan penunjang antara lain telepon, faximili, telex, fotocopi, pelayanan
cuci, setrika, taksi, dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau di kelola
hotel.
c. Fasilitas olahraga dan hiburan, antara lain pusat kebugaran (fitnes center),
kolam renang, tennis, golf, karaoke, pub, diskotik, massage yang yang
disediakan atau dikelola hotel.
d. Jasa pesewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
e. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas
penyantapannya.
Dikecualikan dari objek pajak hotel adalah :
a. penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan fasilitas tempat tinggal yang
tidak menyatu dengan hotel.
b. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan dihotel yang dipergunakan
oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran.
c. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai umum oleh dihotel.
C.2 Subjek pajak Hotel
Besarnya pajak yang terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak pengguna
jasa hotel adalah dengan cara mengalikan tarif pajak sebesar 10 % dengan dasar
pengenaan pajak. Adapun yang dimaksud dengan dasar pengenaan pajak adalah
jumlah pembayaran yang dilakukan oleh hotel.
Contohnya : Mr. Alan menginap di salah satu hotel selama 4 hari. Sewa
kamar 1 malam sebesar Rp.250.000,00. Hitunglah jumlah uang yang harus
dibayarkan oleh Mr. Alan kepada pelayan hotel tersebut.
Penyelesaian :
Pajak hotel = 10 % x Dasar pengenaan Pajak
Sewa kamar selama 4 hari = Rp. 250.000,00 x 4 = Rp.1.000.000,00
Pajak hotel = Rp. 10 % x Rp.1.000.000,00 = Rp. 100.000,00 +
Rp.1.100.000,00
Maka jumlah uang yang harus di bayarkan oleh Mr. Alan adalah sebesar
50
D.Tata Cara Pembayaran
1. Pembayarn pajak dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh
kepala daerah sesuai waktu yang di tentukan dalam STPD, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT.
2. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah selambat-lambatnya 1x24 jam
atau dalam waktu yang ditentukan oleh kepala daerah.
3. Pembayaran pajak tersebut dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak Daerah (SSPD).
4. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
5. Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan Wajib Pajak untuk mengangsur
pajak terhutang dalam kurun waktu yang ditentukan.
6. Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut
dengan di kenakan bunga 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang
belum atau kurang di bayar.
7. Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk
menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan dengan
dikenakan bunga 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau
kurang dibayar.
8. Setiap pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam
buku penerimaan.
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Dasar Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa
Sebelum target penerimaan pajak maupun retribusi daerah ditetapkan pada
awal tahun anggaran baru oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset, evaluasi
terhadap realisasi penerimaan dari keseluruhan objek pajak, retribusi maupun
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilakukan secara bersama-sama oleh
Sub Dinas Program dan Evaluasi serta Sub dinas Penagihan. Hasil dari evaluasi
tersebut akan di laporkan kepada Kepala Daerah dan DPRD setempat. Evaluasi
tersebut ditujukan untuk menilai kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
dalam satu tahun anggaran (yakni tahun anggaran sebelumnya) sekaligus untuk
menetapkan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang baru. Dengan
kata lain bahwa target penerimaan baru yang ditetapkan dengan persetujuan DPRD
pada suatu objek pajak maupun retribusi didasarkan pada hasil evaluasi kinerja Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam usahanya memenuhi target penerimaan objek
pajak atau retribusi tersebut pada tahun anggaran sebelumnya.
Sama halnya dengan Pajak Hotel di Kota Langsa, penetapan target
penerimaan untuk objek pajak ini dilakukan dengan mengkaji hasil realisasi tahun
sebelumnya serta melakukan penetapan target penerimaan dengan dasar-dasar
1. Peraturan Daerah (Perda) Kota Langsa
Adapun Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang Pajak Hotel di
Kota Langsa yang masih berlaku sampai sekarang ini adalah Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 8 Tahun 2009. Berdasarkan kepada Peraturan Daerah inilah target
penerimaan Pajak Hotel dilakukan dengan cara memperhitungkan tarif pajak yang
berlaku dengan jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel di Kota Langsa.
Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10 % (sepuluh persen)
dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota
untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing
daerah kabupaten/kota. Dengan demikian, setiap daerah kabupaten/kota diberi
kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan
kabupaten/kota lainnya, asalkan tidak lebih dari 10 % (sepuluh persen).
Besarnya pokok Pajak Hotel yang terhutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan
Pajak Hotel adalah sesuai dengan rumus berikut :
Pajak Terhutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang dilakukan kepada Hotel
2. Data Potensi Hotel di Kota Langsa
Dasar lain yang digunakan dalam hal penetapan target penerimaan Pajak
Hotel di Kota Langsa adalah dengan memperhatikan Data Potensi Hotel yang tersedia
di Kota Langsa. Maksudnya, dengan jumlah hotel yang semakin banyak di Kota
Langsa maka akan semakin banyaklah jumlah Pajak Hotel yang akan diraih. Untuk
itu, pihak Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa dituntut pro dan aktif
dalam mendata, meninjau, memperhatikan potensi-potensi hotel yang tersebar di Kota
Langsa. Baik yang telah berdiri sebelumnya maupun yang akan dibangun.
Pajak Hotel dapat dihitung dengan memperhitungkan jumlah pembayaran
yang dilakukan kepada hotel tersebut dikalikan dengan tarif Pajak Hotel yaitu
sebesar 10% (sepuluh persen). Berdasarkan dari perhitungan tersebutlah Pihak Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa dapat menetapkan target penerimaan
Pajak Hotel untuk tahun anggaran baru dilakukan.
Adapun potensi hotel yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Langsa adalah :
DAFTAR BEBERAPA HOTEL YANG TERDAPAT DI KOTA LANGSA
Nama Hotel Alamat
1. Kartika Jl.A.Yani No.214 Kel.Gp.Jawa Kec. Langsa Kota
2. Kartini Jl.RA.Kartini No.9B Kel.PB Seuleumek Kec.Langsa Baro
3. Firdaus Jl.H.Agussalim No.31 Gp.Blang Kec.Langsa Kota
B. Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa
Kota Langsa adalah salah satu Daerah Otonom yang memiliki hak otonomi
luas. Sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Pemerintah Kota Langsa dituntut untuk dapat mengisi keuangan
daerahnya sendiri baik melalui pajak maupun retribusi atau melalui sumber-sumber
kekayaan daerah lainnya. Dengan adanya peraturan perundang-undangan tersebut,
ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 tahun 2001 tentang
Pajak Daerah maka Pemerintah Kota Langsa berhak untuk memungut Pajak Hotel
yang mana nantinya kontribusi dari pajak ini diharapkan dapat membantu pengisian
keuangan daerah.
B.1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa Tahun Anggaran 2005-2008
Target dan Realisasi penerimaan Pajak Hotel yang dicapai oleh Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa dalam masa kerja selama tahun
anggaran 2005-2008 dapat terlihat dalam tabel target dan realisasi penerimaan Pajak
[image:54.612.114.529.595.684.2]Hotel yang disajikan per tahun di bawah ini :
Tabel 1 : Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa Tahun Anggaran 2005-2008
Tahun Target PAD/Tahun Jumlah Realisasi Persentase
2005 Rp. 60.000.000,- Rp. 80.000.000,- 120,50 %
2006 Rp. 83.288.000,- Rp. 99.048.300,- 140,15 %
2007 Rp. 120.000.000,- Rp. 192.149.664,- 160,12 %
2008 Rp. 210.000.000,- Rp. 207.134.650,- 98,64 %
Sumber data : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa 2005-2008
Pada tabel 1 tahun 2005 dapat dilihat bahwa target PAD/Tahunnya sebesar
Rp. 60.000.000,-. Namun pencapaian jumlah realisasi dan persentasenya melebihi
dari target yaitu sebesar Rp. 80.000.000,- dan persentasenya sekitar 120,50 %.
Namun pada tahun 2005 yang di targetkan per tahunnya belum mencapai tingkat
yang diinginkan dan jumlah realisasinya pun hampir memenuhi target yang
diharapkan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset di Kota Langsa, dan jelas
tertera bahwa target dan realisasi penerimaan Pajak Hotel di Kota Langsa itu hanya
meningkat sebesar Rp. 20.000.000,-. Dan pada tahun ini peningkatan PAD nya tidak
begitu mengalami kenaikan yang sangat tinggi dikarenakan penerimaan pajak hotel
tersebut belum bisa direncanakan dengan semaksimal mungkin.
Pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa target PAD/Tahunnya sebesar Rp.
83.288.000,-. Namun pencapaian jumlah realisasi dan persentasenya melebihi dari
target yaitu sebesar Rp. 99.048.300,- dan 140,15 %. Namun pada tahun 2006 yang di
targetkan per tahunnya belum mencapai tingkat yang diinginkan dan jumlah
realisasinya pun hampir memenuhi target yang diharapkan oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset di Kota Langsa, dan jelas tertera bahwa target dan realisasi
penerimaan Pajak Hotel di Kota Langsa itu hanya meningkat sebesar Rp.
kenaikan yang sangat tinggi dikarenakan penerimaan pajak hotel tersebut belum bisa
direncanakan dengan semaksimal mungkin.
Pada tahun 2007 dapat dilihat bahwa target PAD/Tahunnya sebesar
Rp.120.000.000,-. Namun pencapaian jumlah realisasi dan persentasenya melebihi
dari target yaitu sebesar Rp. 192.149.664,- dan 160,12 %. Namun pada tahun 2007
yang di targetkan per tahunnya belum mencapai tingkat yang diinginkan dan jumlah
realisasinya pun hampir memenuhi target yang diharapkan oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset di Kota Langsa, dan jelas tertera bahwa target dan realisasi
penerimaan Pajak Hotel di Kota Langsa itu hanya meningkat sebesar Rp.
72.149.664,-. Dan pada tahun ini kenaikan PAD nya sangat drastis dan meningkat
sangat pesat, sesuai yang diharapkan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset di
Kota Langsa. Dan kenaikan ini yang menjadi pemasukan bagi Dinas tersebut. Dan
penerimaan pada pajak hotel tersebut sudah dapat direalisasikan dengan baik.
Pada tahun 2008 dapat dilihat bahwa target PAD/Tahunnya sebesar Rp.
210.000.000,-. Namun pencapaian jumlah realisasi dan persentasenya turun dari
jumlah yang ditargetkan yaitu sebesar Rp. 207.134.650,- dan 98,64 %. Hal ini terjadi
karena adanya perubahan anggaran yang ada di indonesia. Namun pada tahun 2008
yang di targetkan per tahunnya belum mencapai tingkat yang diinginkan dan jumlah
realisasinya pun hampir memenuhi target yang diharapkan oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset di Kota Langsa, dan jelas tertera bahwa target dan realisasi
penerimaan Pajak Hotel di Kota Langsa itu hanya menurun sebesar Rp. 2.865.350,-.
Dan pada tahun ini target dan realisasi PAD nya mengalami penurunan yang cukup,
dikarenakan realisasi peneriman pajak hotel tersebut belum bisa diperkirakan dengan
semaksimal mungkin.
C. Faktor-faktor Penerimaan Pajak Hotel Kota Langsa
Dalam pelaksanaan beban tugas yang ditanggung oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Langsa guna mencapai target dan realisasi penerimaan
Pajak Hotel yang telah ditetapkan sebelumnya (pada awal tahun anggaran), tidak
pernah lepas dari faktor-faktor yang selalu menjadi penghambat kinerja baik itu yang
berasal dari dalam Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa.
Faktor-faktor penerimaan Pajak Hotel yang sering dihadapi oleh Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Langsa adalah :
1. Faktor Internal
Sumber Daya Manusia (SDM) yang jujur dan berkualitas sangat dibutuhkan
dalam mengelola suatu usaha. Demikian juga halnya dalam mengelola Pajak Hotel,
petugas DPKA yang jujur dan berkualitas sangat dibutuhkan.
Namun, masih terdapat kekurangan-kekurangan petugas di dalam
melaksanakan tugasnya, antara lain :
a. Petugas tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
b. Petugas kurang disiplin
c. Petugas kurang memahami peraturan yang berlaku
d. Pendataan objek pajak yang kurang akurat oleh petugas
e. Pengawasan yang kurang terhadap wajib pajak.
Secara tidak langsung, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah objek
penerimaan Pajak Hotel. Sikap dan perilaku masyarakat yang baik sangat
dibutuhkan dalam menarik perhatian dan minat dari pengunjung. Apabila
masyarakat mencerminkan sikap sadar wisata akan mendorong minat
pengunjung untuk betah tinggal (menginap sementara).
Namun sangat disayangkan bahwa silkap masyarakat belum mencerminkan
sikapsadar wisata. Masih banyak masyarakat yang hanya memikirkan keuntungan
tanpa memperhatikan kepuasan dari pengunjung sehingga pengunjung merasa
dirugikan dengan sikap dan perilaku masyarakat tersebut. Adapun contoh sikap dan
perilaku masyarakat yang dapat merugikan pengunjung adalah sebagai berikut :
- Masyarakat kurang ramah dalam melayani dan memberikan informasi kepada
pengunjung
- Masyarakat tidak bersikap jujur dalam berdagang/berjualan
- Kurangnya penataan objek wisata oleh masyarakat
- Masyarakat kurang menjaga kebersihan
- Masyarakat kurang menjaga keamanan.
2. Faktor Eksternal
Adapun yang termasuk faktor eksternalnya adalah sebagai berikut yaitu :
- Rendahnya kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak bahkan ada Wajib
Pajak yang menghindar untuk membayar pajak
- Penunggakan pajak oleh Wajib Pajak
- Wajib Pajak tidak jujur dalam melaporkan dan membayarkan pajak yang
terhutang
- Wajib Pajak tidak mampu untuk membayar
- Pengusaha hotel tidak melaporkan kegiatan usahanya
- Wajib Pajak kurang memahami peraturan yang berlaku
- Wajib Pajak kurang mengikuti perkembangan peraturan yang ada.