• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PBLK

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajar Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh :

Yutiva Irnanda, S.Kep

071101021

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

Yutiva Irnanda S.Kep

Program Pendidikan Profesi Ners F.Kep USU

ABSTRAK

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan ini secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan. Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam masyarakat Lingkungan IV jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama antara kader sebagai promor kesehatan dengan masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas. Melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan akan dapat diatasi dengan lebih cepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melakukan penyuluhan secara terstruktur dan terjadwal mengenai masalah kesehatan yang sering muncul.

(4)

Management Services and Community Nursing Care for Posyandu Layworkers Training in Assisted Areas Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

Yutiva Irnanda S.Kep

Ners Education Programs F.Kep USU

ABSTRAK

Community assesment which part of nursing branch that combine nursing teory and public health. It is need participate comunity acts that consider of promotif and preventive services continuesly without excuse for preventive and curative assessment. The assessment which comprehensive purpose for individual, family section, group and community as a impact unit of nursing procces increased life existenses optimally until be autonomus for healty means. All sorts of issues in lingkungan IV if does not receive more attention could be threat on future. Suppose of that it need coorparation in between layworkers training and community to reach community assessment purpose. Through this efforts we hope that the issues could be solved recently. One of method to solved this problem with give education health in a periodic about healt issues that happened.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, Laporan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) dengan judul “ Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan tanggal 11 Juni - 7 Juli 2012 dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan profesi ners Fakultas Keperawatan Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Komunitas Ibu Ns.Lufthiani Anwar S.Kep, M.Kes atas bimbingan dan arahan selama ini. Terima kasih juga diucapkan kepada Lurah Gedung Johor Bapak Edwin Faisal, SH dan Kepala Lingkungan IV Ibu Aisyah Harahap, atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama menjalani praktik di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Mengucapkan terima kasih kepada para kader Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor atas partisipasi dan kerjasama dengan penulis yang praktik di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.

(6)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan, teman-teman Ners seangkatan 2012 dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberi bantuan, semangat dan doa dalam menyelesaikan PBLK ini.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan karuniaNya kepada semua yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis. Demikian laporan ini disusun, semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 2 Juli 2012

(7)
(8)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

Yutiva Irnanda S.Kep

Program Pendidikan Profesi Ners F.Kep USU

ABSTRAK

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan ini secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan. Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam masyarakat Lingkungan IV jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama antara kader sebagai promor kesehatan dengan masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas. Melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan akan dapat diatasi dengan lebih cepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melakukan penyuluhan secara terstruktur dan terjadwal mengenai masalah kesehatan yang sering muncul.

(9)

Management Services and Community Nursing Care for Posyandu Layworkers Training in Assisted Areas Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

Yutiva Irnanda S.Kep

Ners Education Programs F.Kep USU

ABSTRAK

Community assesment which part of nursing branch that combine nursing teory and public health. It is need participate comunity acts that consider of promotif and preventive services continuesly without excuse for preventive and curative assessment. The assessment which comprehensive purpose for individual, family section, group and community as a impact unit of nursing procces increased life existenses optimally until be autonomus for healty means. All sorts of issues in lingkungan IV if does not receive more attention could be threat on future. Suppose of that it need coorparation in between layworkers training and community to reach community assessment purpose. Through this efforts we hope that the issues could be solved recently. One of method to solved this problem with give education health in a periodic about healt issues that happened.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai pelayanan asuhan professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2002).

Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan pelayanan kesehatan holistic berkembang bagi konsep holisme. kesehatan holistic melibatkan individu secara total, keseluruhan status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya (Kozier & Erb, 1995). Sehingga perawat dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi disekitarnya.

(11)

pemberi asuhan (caregiver), pembela klien (clien advocate), penilai kualitas asuhan (quality of evaluator), manajer (manager), peneliti (researcher), pendidik (educator), maupun konsultan

(consultant).

Berdasarkan kriteria diatas maka Program Pendidikan Profesi Ners mengembangkan suatu program sebagai salah satu mata ajar pada akhir kegiatan mahasiswa profesi yaitu PBLK (Praktek Belajar Lapangan Komprehensif). PBLK bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik. Praktikan mengikuti PBLK berdasarkan kepeminatan dan kuota yang tersedia pada mata ajar. PBLK dilaksanakan selama 4 minggu dengan 6 hari praktik dari mulai Senin-Sabtu di tempat kegiatan PBLK berdasarkan bidang kepeminatan dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing.

(12)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Mahasiswa Kelompok 2 Keperawatan Komunitas 2012 Profesi ners USU maka diketahui bahwa wilayah lingkungan IV masih memiliki masalah – masalah kesehatan seperti 52% keluarga pasangan usia subur tidak pernah mendapat penyuluhan KB, 15 % anak-anak dan balita masih mengalami diare, 55% beresiko kurang gizi dan 82% tidak pernah mendapat peyuluhan gizi keluarga. Juga informasi-informasi yang terkait dengan pencegahan seperti SADARI ( Periksa Payudara Sendiri ) dan V-Hygiene yang penting diketahui dan disosialisasikan juga tidak didapatkan. Untuk itu perlu diadakan proses penyuluhan tentang hal terkait oleh para kader selaku promoter kesehatan masyarakat Lingkungan IV Gedung Johor. Peran tersebut harus ditingkatkan agar derajat kesehatan masyarakat Lingkungan IV dapat meningkat. Untuk melihat itu maka mahasiswa perlu melakukan asuhan pelayanan keperawatan pada kader Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor yang dimulai dari pengkajian, pembuatan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi agar tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai.

B. Tujuan

Tujuan akhir kegiatan PBLK ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan komunitas secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan professional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Selain itu, mahasiswa mampu membagi pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan kepada kader selaku promoter kesehatan masyarakat agar mampu melaksanakan tugas sebagaimana mestinya.

C. Manfaat

(13)

1. Mahasiswa Keperawatan

Adapun manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat professional yang dapat mengaplikasikan teori yang didapat di akademi kedalam situasi nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip praktek asuhan keperawatan komunitas secara komprehensif pada klien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan komunitas secara efektif dan efisien.

2. Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan tentang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh kader sehingga berguna sebagai salah satu pemikiran yang objektif bagi para stakeholder dalam penentuan kebijakan khususnya dalam rangka peningkatan dan pengembangan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

4. Metode

(14)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A.Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 1. Definisi

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas a. Tujuan keperawatan komunitas

(15)

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut; 3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

b. Fungsi keperawatan komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

(16)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

c. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak

ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

4. Pusat Kesehatan Komunitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di: a. Sekolah atau Kampus

(17)

b. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata menjalankan program yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja

2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja

3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan.

5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.

d. Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

5. Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat

a. Posyandu

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh

(18)

keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB, (3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.

Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003).

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1) mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan

kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.

Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan Posyandu dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:

1. Meja I

a. Pendaftaran

b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan Usia Subur)

2. Meja II

Penimbangan Balita dan ibu hamil 3. Meja III

(19)

a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB

b. Penyuluhan kesehatan

c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom 5. Meja V

a. Pemberian iminisasi b. Pemeriksaan Kehamilan

c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi : 1) Kesehatan ibu dan anak :

 Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

 Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii dan Agustus)  PMT

 Imunisasi.

 Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan.

2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom. 3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan

dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

(20)

6. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara

memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual

b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien

c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

(21)

Skema 2: Health Care System Model Lingkungan Rekreasi

Ekonomi Pendidikan

Client

Keamanan dan Komunikasi

Pelayanan Kesehatan dan Sosial

Politik dan

Pemerintahan

Komunitas

Garis pertahanan fleksibel (buffer zone)

Garis Pertahanan normal (kesehatan)

Client

Garis resistensi (kekuatan) Inti (Individu)

(22)

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:

1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social

2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)

3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat

4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan 5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur

6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain

7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya

8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial 9)

(23)

diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut : a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

b. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya.

c. Tingkat komunitas

(24)

puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program.

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:

1) Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.

2) Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas. 3) Pencegahan tertier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.

(25)

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

b. Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998) meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

1) Tahap persiapan

Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

2) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.

3) Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.

4) Tahap formasi kepemimpinan

Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

5) Tahap koordinasi

(26)

Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

8. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan

menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2005):

(27)

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.

a. Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :

1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

a. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk

b. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

c. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin

d. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan

e. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi

f. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi

g. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit

h. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya

(28)

b. Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2005):

1) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran

c. Sumber Data 1) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.

3) Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu

4) Pengelolaan Data

a. Klasifikasi data atau kategorisasi data

b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly c. Tabulasi data

(29)

5) Analisa Data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.

6) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

7) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow: • Keadaan yang mengancam kehidupan

• Keadaan yang mengancam kesehatan • Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan

Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).

 Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.

 Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

 Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

3. Perencanaan/ Intervensi

(30)

ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2005):

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat e. Lakukan olahraga secara rutin

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas

5. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:

(31)

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

B. Analisis Lingkungan Binaan

1. Pengkajian

a. Deskripsi Kelurahan Gedung Johor

Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor terbagi dalam lima belas lingkungan. Pada praktek lapangan Keperawatan Komunitas Program Pendidikan Profesi Ners ini, kelompok II ditempatkan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor yang memiliki 450 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah penduduk 2010 jiwa.

b. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pertemuan pertama dengan staf/petugas Kelurahan/Kepala Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Melalui pertemuan ini diperoleh profil demografi Kelurahan Gedung Johor. Berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang ada, terdapat perkumpulan masyarakat seperti: perwiridan dan STM (Serikat Tolong Menolong) berjalan dengan baik.

Dalam rangka mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa F.Kep USU dengan warga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor, kelompok melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat dan tokoh agama daerah setempat.

c. Tahap Pengkajian

Pada tahap pengkajian dilakukan penyusunan angket (kuesioner) yang akan diisi oleh

masyarakat. Penyusunan angket dilakukan melalui supervisi dan koordinasi dengan pembimbing

Keperawatan Komunitas. Melalui angket tersebut diharapkan akan diperoleh informasi tentang

masalah masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

Setelah angket direvisi kemudian dilakukan penyebaran 101 buah angket secara

langsung kepada masyarakat yang menjadi sampel untuk mewakili keseluruhan masyarakat

(32)

Maret – 14 Maret 2012. Pengisian angket dilakukan dengan metode wawancara. Setelah angket

terkumpul dilakukan tabulasi data melalui proses komputerisasi kemudian data disajikan dalam

bentuk diagram untuk selanjutnya dianalisa.

2. Analisa Situasi

Berdasarkan data yang diperoleh dari Mahasiswa Kelompok II keperawatan Komunitas Profesi Ners USU 2012 maka didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Data Umum Keluarga

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada 101 keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor diperoleh data sebagai berikut:

Diagram 1

Proporsi Penduduk Berdasarkan Usia di Lingkungan IV

Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Dari diagram di atas terlihat bahwa penduduk dengan usia dewasa (21-54 tahun) merupakan persentase terbesar yaitu 53% dan presentase terkecil yaitu bayi (0-< 1 tahun) sebanyak 3%. Hal ini menunjukkan bahwa daerah lingkungan IV memiliki salah satu modal dasar berupa SDM pada usia produktif yang diharapkan dapat bermanfaat untuk menanggulangi masalah kesehatan.

(33)

Diagram 2

Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Diagram di atas menunjukkan bahwa penduduk mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebesar 51% sedangkan perempuan sebesar 49%. Berdasarkan data di atas dapat dipertimbangkan pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas sehingga dalam intervensi keperawatan komunitas dapat dipertimbangkan partisipasi kepala keluarga.

Diagram 3

Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pendidikan masyarakat adalah

SLTA/sederajat sebanyak 41% diikuti jenjang SD sederajat 36% dan SLTP 16%, dan perguruan tinggi (D1-S2) sebanyak 7%. Berdasarkan data diatas perlu diperhitungkan faktor tingkat pendidikan dalam memberikan tindakan keperawatan berupa penyuluhan kesehatan.

Series1;

Jumlah lansia Berdasarkan Jenis Kelamin

(34)

Diagram 4

Proporsi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa :

Sebanyak 46% penduduk lingkungan IV bekerja sebagai wiraswasta dan sebanyak pekerjaan yang paling sedikit 5% adalah PNS. Dalam hal ini perlu diperhatikan kemungkinan ketersediaan waktu yang dimiliki keluarga dalam mengikuti kegaiatan yang akan dilakukan sehingga perlu dibuat kesesuaian antara waktu kerja keluarga dengan waktu untuk kegiatan keperawatan komunitas.

Diagram 5

Proporsi Penduduk Berdasarkan Agama di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa :

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk beragama Islam sebanyak 96% dan agama Kristen 1%, Budha 1%, Hindu 2% . Data ini dapat menjadi masukan dalam rencana kegiatan di masyarakat untuk melibatkan tokoh agama terkait.

(35)

Diagram 6

Proporsi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Medan Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa :

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 49% keluarga yang mempunyai penghasilan perbulannya > Rp.1000.000. Sebanyak 37% keluarga berpenghasilan Rp. 500.000- 1000.000 dan yang berpenghasilan setiap bulannya < Rp.500.000 sebanyak 14%. Dengan melihat data di atas dapat dipertimbangkan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan penghasilan keluarga.

Diagram 7

Proporsi Penduduk Berdasarkan Suku di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

(36)

Analisa :

Diagram di atas menunjukkan keberagaman suku di Lingkungan IV. Suku terbanyak adalah suku Jawa (80%) diikuti dengan Batak (10%) dan suku minoritas adalah suku Minang (6%) dan Melayu (4%). Dengan demikian, dalam perencanaan tindakan keperawatan komunitas harus mempertimbangkan aspek sosial budaya/kultural yang ada di lingkungan tersebut terutama budaya Jawa dan Batak.

b. Data Kesehatan Keluarga

Diagram 8

Proporsi Keadaan Penyakit pada Anggota Keluarga 6 Bulan Terakhir di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Maret 2012

Analisa:

Dari data di atas dapat diketahui bahwa penyakit yang diderita anggota keluarga dalam 6 bulan terakhir yang terbanyak adalah batuk/pilek sebanyak 76%, diare 15%, nyeri otot dan stroke 1%. Hal ini berpengaruh dari kebersihan udara yang dihirup oleh masyarakat yang berakibat pada kesehatan individu dan didukung oleh perubahan cuaca yang terjadi. Kesemuanya itu tidak luput dari keberadaan data sebelumnya dimana cara pembuangan sampah, air limbah, kaleng bekas dan keadaan ventilasi dan cahaya dalam rumah yang kurang mendukung dapat berakibat

(37)

lebih buruk pada derajat kesehatan dan makin tingginya angka kesakitan pada masyarakat di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.

Diagram 9

Proporsi Berapa Kali Keluarga Makan dalam Sehari di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Diagram 10

Proporsi Komposisi Makanan Keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat terlihat pola konsumsi makanan keluarga mayoritas 3 kali sehari sebanyak 98% dan yang makan 2 kali sehari 2%. Dengan komposisi makanan nasi + sayur + lauk pauk 63%, nasi + lauk pauk 9%, yang mengkonsumsi nasi + sayur + buah + susu 8% dan

Series1; 3 kali sehari; 99;

98% Series1; 2 kali

sehari; 2; 2% Pola Makan Sehari-hari

(38)

nasi + sayur + lauk pauk + buah 8%. Pola makan dan komposisi makanan yang biasa dikonsumsi keluarga di Lingkungan IV sudah baik walaupun mayoritas keluarga mengkonsumsi makanan pokok saja yaitu nasi + sayur + lauk dan hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan kurang informasi kepada masyarakat tentang menu 4 sehat 5 sempurna serta manfaat buah-buahan dan susu bagi kesehatan dan pencegahan penyakit.

Diagram 11

Proporsi Pernah Mendapat Penyuluhan Gizi Keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Dari diagram di atas diketahui dengan penyuluhan kepada keluarga tentang gizi, didapatkan data bahwa yang mendapat penyuluhan hanya 18% dan tidak pernah mendapat penyuluhan 82%. Perlu dilakukan penyuluhan kepada keluarga guna meningkatkan derajat kesehatan dan gizi keluarga.

c. Data Kesehatan Ibu dan Balita

Pengkajian bayi dan balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor dilakukan pada 101 KK, dari 101 KK di lingkungan IV ini terdapat 53 KK yang memiliki bayi dan balita. Pengkajian dilakukan mengenai usia kelahiran bayi, perilaku menyusui ibu dan kebiasaan dalam pemberian makanan tambahan terhadap bayi. Hasilnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Series1; pernah; 2;

18%

Series1; tidak pernah; 9;

82%

(39)

Diagram 12

Proporsi berat badan lahir bayi/balita di lingkungan V Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Diagram di atas menunjukkan bahwa 55% di bawah garis hijau, 27% di atas garis hijau, 9% di bawah garis kuning, dan 9% dibawah garis merah. Dari hal ini di dapat masih ada bayi/balita yang beresiko kurang gizi.

Diagram 13

Proporsi Lama Ibu yang Memberi ASI di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan

Johor Bulan Maret 2012

Diagram 14

Proporsi Ibu Memberi ASI selain ASI di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan

Johor Bulan Maret 2012

(40)

Diagram 15

Proporsi Usia Bayi diberi Makanan Tambahan

di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Dari ketiga diagram di atas dapat kita ketahui bahwa, lama ibu menyusui kurang dari 6 bulan (64%), lebih dari 6 bulan (27%), 6 bulan (9%). Ibu-ibu di lingkungan IV memberi makanan tambahan selain ASI sebelum usia bayi kurang dari 6 bulan 91%, dan tidak diberi makanan tambahan hanya 8%, sedangkan usia bayi diberi makanan tambahan 2-6 bulan (64%), dan usia bayi lebih dari 6 bulan (36%). Hal ini dapat menunjukkan ibu di lingkungan IV masih kurang memberikan ASI eksklusif.

Series1; ya; 10; 91% Series1; tidak;

1; 9%

Makanan Bayi Selain ASI

Series1; 2-6 bulan; 7; 64% Series1; lebih

dari 6 bulan; 4; 36%

(41)

Diagram 16

Proporsi Balita yang mendapatkan vitamin A di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Dari diagram diatas dapat kita ketahui bahwa 100% ibu membawa bayi/balitanya ke puskesmas atau posyandu untuk mendapatkan vitamin A setelah usia 6 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu sudah paham pentingnya vitamin A tambahan bagi bayi/balita untuk kesehatan bayi/balitanya.

Diagram 17

Proporsi Masyarakat yang Mendapat Penyuluhan Tentang Kesehatan Ibu, Bayi BalitaDi Lingkungan IV

Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012

Analisa:

Dari diagram di atas dapat kita ketahui bahwa ternyata para ibu di Lingkungan IV masih sangat minim menerima informasi tentang kesehatan ibu, bayi dan balita. Hal ini dibutikan dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, dari 101 responden 52% ibu belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan, hanya 48% ibu yang telah mengikuti penyuluhan baik itu di kegiatan posyandu, puskesmas ataupun dari klinik bidan.

100% Vitamin A

Series1; Pernah; 12;

48% Series1; Tidak

Pernah; 13; 52%

(42)

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan analisi situasi wilayah binaan maka dapat dirumuskan masalah pada Lingkungan IV yaitu Peran serta aktif masyarakat Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor yang bertujuan untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat masih kurang. Masyarakat belum mampu meningkatkan perannya dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitative.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

a. Lakukan diskusi kepada kepala lingkungan IV mengenai kondisi kesehatan lingkungan IV

b. Berikan informasi mengenai pencegahan primer, sekunder dan tersier

c. Lakukan diskusi dengan kepala lingkungan tentang pentingnya pemanfaatan fasilitas kesehatan bagi masyarakat

d. Motivasi kepala lingkungan dan kader untuk mendorong masyarakat lingkungan IV dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan

e. Motivasi kepala lingkungan dan kader untuk melakukan penyuluhan secara terjadwal dan tersruktur saat posyandu atau luar posyandu

Tujuan jangka Panjang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas di lingkungan IV tingkat kepedulian masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat.

Tujuan Jangka Pendek

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dilingkungan IV maka masyarakat mampu melakukan upaya pencegahan :

(43)

2) pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas

3) melakukan pencegahan tertier misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.

5. Implementasi

a. Melakukan diskusi dengan kepala lingkungan IV mengenai kondisi kesehatan lingkungan IV

b. Memberikan informasi mengenai pencegahan primer, sekunder dan tersier

Rencana penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan mengaktifkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Peran tersebut dengan berfokus pada upaya pencegahan seperti:

1) Pencegahan primer

Masyarakat Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor perlu melakukan pelayanan pencegahan primer yang ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum terjadi. pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.

2) Pencegahan sekunder

(44)

mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko diklasifikasikan sebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

3) Pencegahan tertier

Masyarakat Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor perlu melakukan pencegahan tertier yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.

c. Melakukan diskusi dengan kepala lingkungan tentang pentingnya pemanfaatan fasilitas kesehatan bagi masyarakat

Lingkungan 4 memiliki fasilitas kesehatan yang terjangkau dari lingkungannya. Adanya PUSTU dari PUSKESMAS MEDAN JOHOR merupakan salah satu kesempatan masyarakat Kelurahan Lingkungan IV untuk memperbaiki kesehatan mereka.

d. Memotivasi kepala lingkungan dan kader untuk mendorong masyarakat lingkungan IV dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan

(45)

6. Evaluasi

Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor maka dikatakan bahwa masyarakat belum sepenuhnya melakukan upaya pencegahan tersebut. Walaupun telah pernah dilakukan pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan seperti puskesmas atau mahasiswa keperawatan komunitas, masyarakat belum bisa mengubah perilaku kesehatan mereka sebagaimana mestinya. Masyarakat juga masih malas mendatangi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kesehatan mereka sebagai upaya pendeteksian penyakit secara dini sehingga bisa diobati dengan tepat. Berhubungan dengan kondisi tersebut perlu dlilibatkan peran aktif kader sebagai promoter kesehatan yang dapat menggerakkan masyarakat dalam meperbaiki perilaku kesehatannya. Peran kader seperti memberikan informasi mengenai masalah – masalah yang terdapat dilingkungan dan mengajak masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan perlu dimaksimalkan agar derajat kesehatan Masyarakat Lingkungan IV dapat meningkat.

Lurah dan kader kesehatan juga mengatakan akan berusaha meningkatkan perannya sebagai

promoter kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Lingkungan IV. Kader akan lebih memantau dan bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksana upaya pelayanan kesehatan. Seperti saat kegiatan Posyandu, kader mengatakan perlu melakukan penyuluhan mengenai KB, Pemberian makanan Tambahan, Kadarzi dan diskusi mengenai masalah tekait kesehatan lainnya.

C. Pembahasan

(46)

sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

Proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

(47)
(48)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A.Landasan Teori

. 1. Pengertian Kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO : 2004, hal.x). Menurut Gunawan (2008) memberikan definisi tentang kader kesehatan dinamakan juga promoter keehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat. Sedangkan menurut Direktorat Bina Peran Serta masyarakat Depkes RI (1999) memberikan batasan bahwa “ kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”.

2. Tujuan Pembentukan Kader

(49)

tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:

a. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhana dan lain-lain.

b. Penimbangan dan penyuluhan gizi.

c. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS.

d. Peyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya menamakan NKKBS.

e. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan, pembuatan jamban keluarga da sarana air sederhana.

f. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.

3. Tugas kegiatan kader

(50)

melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain:

a. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:

1) Melaksanan pendaftaran.

2) Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.

3) Melaksanakan pencatatan hassil penimbangan.

4) Memberikan penyuluhan.

5) Memberi dan membantu pelayanan.

6) Merujuk.

b. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:

1) Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan diare.

2) Mengajak ibi-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.

3) Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada:

1. pemberantasan penyakit menular.

2. Penyehatan rumah.

(51)

4. Pembuangan sampah.

5. Penyediaan sarana air bersih.

6. Menyediakan sarana jamban keluarga.

7. Pembuatan sarana pembuangan air limbah.

8. Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.

9. P3K

10. Dana sehat.

11. Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Peranan Kader diluar Posyandu KB-kesehatan:

1) Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMd, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.

(52)

3) Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotng ronyong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.

4) Memberikan pelayanan yaitu, :

1. Membagi obat

2. Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan

3. Mengawasi pendatang didesanya dan melapor

4. Memberikan pertolongan pemantauan penyakit

5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya

5) Melakukan pencatatan, yaitu:

1. KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb

2. KIA seperti jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya

3. Imunisasi seperti jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan

4. Gizi seperti jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan

(53)

6) Melakukan pembinaan mengenai laima program keterpaduan KB-kesehatan dan upanya kesehatan lainnya.

7) Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20 KK atau diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan.

8) Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.

9) Melakukan pertemuan kelompok.

4. Persyaratan Menjadi Kader

Pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan memdapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang. Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung. Dibawah ini salah satu persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader.

a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia

b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader

c. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.

(54)

e. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader

lainnya dan berwibawa

f. Sanggup membina paling sedik 10 KK untuk meningkatkan keadaan

kesehatan lingkungan

g. Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunayai keterampilan Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader antara lain:

1) Berasal dari masyarakat setempat.

2) Tinggal di desa tersebut.

3) Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.

4) Diterima oleh masyarakat setempat.

5) Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain.

6) Sebaiknya yang bisa baca tulis.

(55)

dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di Posyandu.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kader Desa Dalam Berperan Serta

Faktor-faktor yang mempengaruhi kader desa dalam melaksanakan perannya menurut (Siswanto: 2002, hal. 6) adalah sebagai berikut:

a. Umur.

Umur / usia merupakan masa perjalanan hidup seseorang. Usia seseorang memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan berdasarkan kematangan berfikir yang dilandasi oleh pengalaman. Kader dengan usia produktif merupakan faktor penunjang terpenting dalam berperan serta terhadap kegiatan, karena kematangan berfikir ingatan dan pemahaman terhadap suatu objek masih optimal. Kader yang terlalu muda / tua kestabilan emosi belum terbentuk atau pada usia lanjut adanya degenerasi berdampak pada ingatan maupun pemahaman sehingga peran serta terhadap kegiatan tidak dapat optimal. Berkaitan dengan peran serta kader maka dengan umur yang semakin tua, produktivitas dan peran serta kader akan cenderung meningkat. Dengan asumsi bahwa tingkat kedewasaan teknis dan psikologis seseorang dapat dilihat bahwa semakin tua umur seseorang akan semakin terampil dalam melaksanakan tugas, semakin kecil tingkat kesalahannya dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal itu terjadi karena salah satu faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan belajar dari pengalaman, terutama pengalaman yang berakhir pada kesalahan (Efendi: 2008).

(56)

matangnya berbagai pertimbangan sebagai dasar pengambilan keputusan yaitu peran serta. (Azwar, 1995).

b. Lama jadi kader/masa kerja.

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Perjalanan waktu yang telah ditempuh oleh kader mempunyai kelebihan khusus dibandingkan dengan kader pemula. Makin lama menjadi kader pengalaman yang dimiliki semakin banyak sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak / mengambil keputusan. Sebaliknya kader pemula belum memiliki banyak pengalaman serta asing dan ragu-ragu. Kondisi ini akan menghambat peran sertanya dalam suatu kegiatan. Dari sisi lain dengan masa kerja yang lama umur kader juga semakin tua. Pada usia tua terjadi proses degeneratif yang berdampak pada kemampuan dan peran sertanya sebagai kader. Perasaan bosan dengan pekerjaan yang telah lama dilakukan juga memungkinkan menurunnya produktivitas dan peran serta kader (Widagdo dan Husodo, 2009). Masa kerja berkaitan dengan peran seseorang sesuai tugasnya di masyarakat. Artinya, ada hubungan antara peran serta seseorang dengan masa kerja dengan asumsi bahwa semakin lama seseorang bekerja dalam organisasi semakin tinggi pula peran sertanya dalam organisasi tersebut. Hal itu terjadi karena ia semakin berpengalaman dan meningkatkan keterampilannya yang dipercayakan kepadanya (Efendi: 2008).

c. Pendidikan Tambahan

(57)

Sebaliknya kader yang tidak / belum pernah mendapat pendidikan tambahan memiliki keterlambatan wawasan sehingga karena keterbatasan tersebut peran serta kader tidak optimal.

d. Pengetahuan

Dengan pengetahuan seseorang akan dapat mengingat kembali tentang sesuatu yang dipelajari sebelumnya, sehingga dapat memperbaiki tindakan yang akan dilakukan. Kader dengan pengetahuan yang tinggi tentang perannya merupakan dasar terwujudnya peranserta yang diaplikasikan dalam tindakan nyata. Sedangkan kader dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang perannya akan menghambat peransertanya. Menurut Anita (2008) informasi yang cukup dan diterima oleh sesorang dapat menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan yang tinggi sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuannya tersebut sesuai peran sertanya di masyarakat

Pengetahuan atau kognitif menurut Notoatmojo (1997) mencakup semua tingkatan yaitu; tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkatan dalam pengetahuan ini akan memberi gambaran sejauhmana tingkat pengetahuan masyarakat tersebut. Ini berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat akan semakin mudah dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada di sekitarnya.

(58)

dipertimbangkan dampak positif maupun negatifnya. Sehingga terwujud tingkat peran serta karena kesadaran (DepKes RI, 1991).

Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmojo (1997) mengatakan agar seseorang dapat melakukan suatu prosedur dengan baik harus sudah ada pada tingkat pengetahuan aplikasi. Aplikasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi yang sebenarnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan yang baik seseorang akan mampu mengaplikasikan materi tentang kesehatan yang didapatnya.

Menurut Midelbrook (1974) dalam Azwar (1995) menyatakan bahwa tidak adanya pengalaman atau pengetahuan sama sekali mengenai suatu obyek akan cenderung untuk membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut dan sebaliknya adanya pengetahuan atau pengalaman yang baik akan membentuk sikap yang positif dalam melaksanakan suatu aktifitas. Dengan demikian kader yang mempunyai pengetahuan yang baik akan mempunyai sikap yang baik dalam melaksanakan perannya dalam mensukseskan pelaksanaaan program kesehatan. Kader kesehatan dengan sikap dan pengetahuan yang baik akan melaksanakan pencegahan penyakit dengan sepenuh hati dan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak lain, sehingga terbentuk keteraturan dalam melaksanakan suatu tindakan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Notoatmojo (1997) bahwa perilaku yang didasari oleh suatu pengetahuan yang baik akan berlangsung lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh suatu pengetahuan.

Gambar

Tabel 1. Cara membuat larutan garam-gula dan larutan garam-tajin
TABEL MENGHITUNG MASA SUBUR

Referensi

Dokumen terkait

AGUSTIN KUNIAWATY, S.Pd JUMLAH JUMLAH AKHIR AKHIR Hj.. INDAHWATI,

Rasulullah SAW bersabda dari tiga orang hakim dua akan masuk neraka dan hanya satu yang masuk sorga. Hakim yang masuk neraka adalah 1). Hakim yang menjatuhkan hukuman dengan cara

Sistem pendeteksi citra pola Tajwid Idgham Mutaqaribain menggunakan metode Gower &amp; Legendre bisa menjadi pedoman berkembangnya penelitian mengenai deteksi Tajwid

Paradigma baru pendidikan Islam harus diorientasikan pada pembangunan, pembaruan, pengembangan kreativitas, intelektualisme, keterampilan, kecakapan, penalaran,

Masalah ekonomi yang dihadapi Amerika dan negara-negara di Eropa membuat para investor global menjadikan Indonesia salah satu pilihan investasi terbaik karena memiliki pertumbuhan

Lingkup pembahasan mengenai pameran dan kontes kompetisi otomotif adalah pembahasan berbagai kebutuhan, kelengkapan, sarana dan fasilitas yang menunjang minat modifikasi otomotif

a Sudah adanya regulasi mengenai cagar budaya berupa perda 19 th 2009 serta perwal 921 th 2010 a Pelaksanaan regulasi belum dilakukan secara optimal oleh pemerintah

- Jika anak kunci keselamatan terbukti  hilang, Ketua Jabatan hendaklah me-  nimbang sama ada atau tidak tindakan  tatatertib diambil atau penyiasatan di  bawah Akta Rahsia Rasmi