GAMBARAN KARAKTERISTIK SISWA SD DAN KEBIASAAN MINUM SUSU DI SD BUDI MURNI 1 MEDAN
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
OKTO N.Y SIMANGUNSONG NIM : 081000196
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :
GAMBARAN KARAKTERISTIK SISWA DAN KEBIASAAN MINUM SUSU DI SD BUDI MURNI 1 MEDAN
TAHUN 2012
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
OKTO N.Y SIMANGUNSONG NIM. 081000196
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 Juli 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Drs. Eddy Syahrial, MS Dr.Namora Lumongga Lubis, Msc NIP. 19590713198703 1 001 NIP. 19721004 200003 2 001
Penguji II Penguji III
Ernawati Nasution, SKM, M.Kes Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes NIP. 19690922 199403 2 002 NIP. 19620604 199203 1 001
Medan, Juli 2012
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Susu didefenisikan sebagai cairan yang berasal dari pemerahan hewan menyusui yang sehat dan bersih, diperoleh dengan cara yang benar dan kandungan dari susu itu sendiri tidak dikurangi atau ditambah bahan-bahan lain. Susu mengandung berbagai macam gizi yaitu sumber protein, lemak, mineral dan vitamin. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung pada orang tua. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan. Penelitian yang diteliti tersebut meliputi karakteristik siswa (umur, jenis kelamin, kelas, dan pekerjaan orang tua), sumber informasi ( media massa, keluarga, teman sebaya, guru), pengetahuan siswa, sikap siswa, dan kebiasaan minum susu siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SD Budi Murni 1 yang memiliki kebiasaan minum susu. Tekhnik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah dengan metode proporsional stratified random sampling dengan jumlah 65 orang. Dimana populasi dapat dipisah-pisahkan menurut kelas dan sampel diambil secara acak sederhana dari setiap kelasnya. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yang mencakup karakteristik, sumber informasi, pengetahuan, sikap, dan kebiasaan minum susu siswa. Cara pengambilan data dengan menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat pengetahuan responden berada pada tingkatan baik yaitu 50,8%. Tingkat sikap berada pada tingkatan baik yaitu 100%. Tingkat kebiasaan minum susu responden berada pada tingkatan sedang yaitu sedang yaitu 60%.
Sesuai dengan penelitian diatas maka disarankan kepada pihak sekolah disarankan agar memberikan informasi mengenai manfaat pentingnya minum susu bagi kesehatan dan kandungan yang terdapat dalam susu kepada anak usia sekolah dasar. Kepada Puskesmas yang berdekatan dengan SD Budi Murni 1 Medan perlu bekerja sama dalam memberikan informasi mengenai pentingnya minum susu untuk memperbaharui kesehatan anak khususnya anak usia sekolah dasar.
ABSTRACT
Defined as a fluid milk derived from milking lactating animals clean and healthy, gained the right way and the content of the milk itself is not reduced or added to other ingredients. Milk contains a variety of nutrients ie protein, fat, minerals and vitamins. Primary school children are children aged 6-12 years, have had a stronger physical properties of individual as well as active and not dependent on the parents. Nutritional needs of children are mostly used for the establishment and maintenance of network activity.
This study aims to determine the image characteristics of student and the habit of drinking milk in the Budi Murni 1 Medan. The study examined include student characteristics (age, gender, class, and parents work), information sources (mass media, family, friends, teachers), students knowledge, attitudes of students, and milk drinking habits of students.
This type of research is descriptive quantitative research. The population in this study were primary school Budi Murni 1 which has a habit of drinking milk. Techniques used for sampling is proportional stratified random sampling method with number 65 people. Data collected in this study is the primary data include the characteristics, sources of information, knowledge, and milk drinking habits of students. Method of data collection by using questionnaire.
Based on the results of research showed that the level of knowledge of respondents is at the level of increase is 50,8%. Level of attitude is at a good level of 100%. Levels of drinking milk at the level of respondents was that 60%.
In accordance with the above studies it is recommended to the school are advised to provide information about the benefits of the importance of drinking milk for the health and content contained in the milk to primary school age children. To the health center adjacent to the Primary School Budi Murni 1 Medan need to cooperate in providing information on the importance of drinking milk to renew the health of children, especially primary school age children.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : OKTO N.Y br.SIMANGUNSONG
Tempat /Tanggal Lahir : Medan 22 Oktober 1990
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Mawar Raya No.220 Blok 18 Perumnas Helvetia
tengah-Medan.
Nama Orangtua : Ayah : Tombang Simangunsong
Ibu : Nurhaidah Napitupulu
Riwayat Pendidikan : 1. 1996-2002 : SD Freemethodist Medan
2. 2001-2005 : SMP ST.Thomas 3 Medan
3. 2005-2008 : SMA Budi Murni 1 Medan
4. 2008-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Gambaran Karakteristik Siswa dan Kebiasaan Minum Susu di SD Budi Murni 1 Medan 2012”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam memperkaya isi skripsi ini.
Secara istimewa penulis mempersembahkan skripsi ini kepada :
Orang tua tercinta, Ayahanda Tombang Simangunsong, Ibuku Nurhaida Napitupulu, yang telah banyak memberikan dorongan, pengorbanan, kasih sayang dan semangat dalam menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini di Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Abang dan Adik tersayang, “Gusfen Alextron Simangunsong,SH dan Daniel Simangunsong”, yang senantiasa saling menguatkan dan memotivasi sehingga kita bisa bangkit dari keterpurukan dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak mampu mengerjakan sendiri tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku dan yang telah banyak memberikan kemudahan dalam kelancaran skripsi ini.
4. Ibu
5. Bapak dr. Heldy B.Z, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. 6. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
khususnya Dosen Departemen PKIP yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
7. Bapak Ibnu Nasyith Selaku Kepala Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat.
8. Seluruh teman-teman sepeminatan PKIP, terkhusus untuk Kak Azlamah, Vita, Dayat, Mei, Vero, Titan, Hilma, Etha yang saling mendukung dan berbagi suka duka saat belajar di peminatan sampai dalam penulisan skripsi.
9. Teman-teman seperjuangan stambuk 2008 yang telah bersama-sama menghadapi berbagai dinamika baik suka maupun duka dalam bangku perkuliahan dan organisasi, yaitu : Rindy, Putra, Yogie, Vina, Vonny, Fiesta, Vita, Shinta, Vitry, dan Jeff.
10.Sahabatku yang selalu mendukungku, terkhusus Nova, Gaby, dan juga teman-teman Sonakmalela yang selalu mendukungku buat maju dan selalu bersama-sama dalam suka dan duka.
Demikian kata pengantar dari penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juni 2012
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vi
Daftar Lampiran ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.3.1. Tujuan Umum ... 7
1.3.2. Tujuan Khusus... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Anak. Sekolah Dasar ... 9
2.1.1. Masalah Gizi Anak Sekolah Dasar ... 9
2.2. Susu ... 11
2.2.1. Defenisi Susu ... 11
2.2.2. Kandungan Zat Gizi Susu ... 12
2.2.3. Manfaat Susu ... 15
2.2.5. Jenis Susu ... 16
2.3. Peranan Susu... 18
2.6. Perilaku ... 23
2.6.1. Defenisi Perilaku ... 23
2.6.2. Domain Perilaku ... 24
2.7. Faktor Penentu Terjadinya Perilaku ... 28
2.7.1. Faktor Predisposisi ... 28
2.7.2. Faktor Pemungkin ... 29
2.7.3. Faktor Penguat ... 29
2.8. Kebiasaan Minum Susu ... 30
2.8.1. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makanan ... 30
2.8.8.1. Faktor Ekstrinsik ... 30
2.8.8.2. Faktor Instrinsik ... 31
2.9. Media ... 32
2.10. Keluarga ... 33
2.11. Teman Sebaya ... 34
2.12. Kerangka Konsep ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1. Jenis Penelitian ... 37
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 37
3.2.2. Waktu Penelitian ... 37
3.3. Populasi dan Sampel ... 37
3.3.1. Populasi ... 37
3.3.2. Sampel ... 38
3.4. Teknik Pungumpulan Data ... 39
3.4.1. Data Primer ... 39
3.4.2. Data Sekunder ... 40
3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 41
4.2. Gambaran Karakteristik Responden... 48
a. Jenis Kelamin Responden ... 48
b. Umur Responden ... 48
c. Kelas Responden ... 49
d. Pekerjaan Orang Tua Responden... 49
4.3. Gambaran Sumber Informasi ... 50
a. Sumber Informasi Responden tentang Minum Susu ... 50
b.Siapa yang menyuruh Responden untuk Minum Susu .... 51
4.4.Gambaran Pengetahuan Responden ... 51
4.5. Gambaran Sikap Responden ... 54
4.6. Gambaran Kebiasaan Minum Susu Responden... 57
BAB V PEMBAHASAN ... 63
5.1. Karakteristik Siswa Dan Pengetahuan Siswa ... 63
5.2. Sumber Informasi Dan Pengetahuan Siswa ... 65
5.3.Pengetahuan Siswa Dan Sikap Minum Susu Siswa ... 66
5.4.Sikap Siswa Dan Kebiasaan Minum Susu Siswa ... 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
6.1. Kesimpulan ... 72
6.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Master Data
Lampiran 3 : Output Data Penelitian
ABSTRAK
Susu didefenisikan sebagai cairan yang berasal dari pemerahan hewan menyusui yang sehat dan bersih, diperoleh dengan cara yang benar dan kandungan dari susu itu sendiri tidak dikurangi atau ditambah bahan-bahan lain. Susu mengandung berbagai macam gizi yaitu sumber protein, lemak, mineral dan vitamin. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung pada orang tua. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan. Penelitian yang diteliti tersebut meliputi karakteristik siswa (umur, jenis kelamin, kelas, dan pekerjaan orang tua), sumber informasi ( media massa, keluarga, teman sebaya, guru), pengetahuan siswa, sikap siswa, dan kebiasaan minum susu siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SD Budi Murni 1 yang memiliki kebiasaan minum susu. Tekhnik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah dengan metode proporsional stratified random sampling dengan jumlah 65 orang. Dimana populasi dapat dipisah-pisahkan menurut kelas dan sampel diambil secara acak sederhana dari setiap kelasnya. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yang mencakup karakteristik, sumber informasi, pengetahuan, sikap, dan kebiasaan minum susu siswa. Cara pengambilan data dengan menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat pengetahuan responden berada pada tingkatan baik yaitu 50,8%. Tingkat sikap berada pada tingkatan baik yaitu 100%. Tingkat kebiasaan minum susu responden berada pada tingkatan sedang yaitu sedang yaitu 60%.
Sesuai dengan penelitian diatas maka disarankan kepada pihak sekolah disarankan agar memberikan informasi mengenai manfaat pentingnya minum susu bagi kesehatan dan kandungan yang terdapat dalam susu kepada anak usia sekolah dasar. Kepada Puskesmas yang berdekatan dengan SD Budi Murni 1 Medan perlu bekerja sama dalam memberikan informasi mengenai pentingnya minum susu untuk memperbaharui kesehatan anak khususnya anak usia sekolah dasar.
ABSTRACT
Defined as a fluid milk derived from milking lactating animals clean and healthy, gained the right way and the content of the milk itself is not reduced or added to other ingredients. Milk contains a variety of nutrients ie protein, fat, minerals and vitamins. Primary school children are children aged 6-12 years, have had a stronger physical properties of individual as well as active and not dependent on the parents. Nutritional needs of children are mostly used for the establishment and maintenance of network activity.
This study aims to determine the image characteristics of student and the habit of drinking milk in the Budi Murni 1 Medan. The study examined include student characteristics (age, gender, class, and parents work), information sources (mass media, family, friends, teachers), students knowledge, attitudes of students, and milk drinking habits of students.
This type of research is descriptive quantitative research. The population in this study were primary school Budi Murni 1 which has a habit of drinking milk. Techniques used for sampling is proportional stratified random sampling method with number 65 people. Data collected in this study is the primary data include the characteristics, sources of information, knowledge, and milk drinking habits of students. Method of data collection by using questionnaire.
Based on the results of research showed that the level of knowledge of respondents is at the level of increase is 50,8%. Level of attitude is at a good level of 100%. Levels of drinking milk at the level of respondents was that 60%.
In accordance with the above studies it is recommended to the school are advised to provide information about the benefits of the importance of drinking milk for the health and content contained in the milk to primary school age children. To the health center adjacent to the Primary School Budi Murni 1 Medan need to cooperate in providing information on the importance of drinking milk to renew the health of children, especially primary school age children.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama dan memadai yaitu banyaknya bencana, masalah
gizi buruk, meningkatnya berbagai penyakit menular seperti penyakit malaria, Flu Burung, dan DBD. Permasalahan dan tantangan dibidang kesehatan yaitu belum meratanya kemajuan dan kualitas kesehatan diseluruh negeri. Hal ini ditandai dengan
masih adanya disparitas status kesehatan kelompok masyarakat miskin dengan kelompok masyarakat lainnya cukup besar. Selain tantangan di Indonesia, dunia juga
sedang menghadapi krisis pangan, krisis ekonomi, krisis energi, peningkatan suhu bumi, yang kesemuanya langsung maupun tidak,akan berdampak pada kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2010)
Pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan (Depkes, 2000). Berbagai masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat turut mempengaruhi upaya
pelaksanaan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya adalah masalah gizi. Ketidakseimbangan gizi dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia
(Latief, 1999).
masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin
A (KVA) dan masalah obesitas terutama dikota-kota besar (Supariasa dkk, 2002).
Masalah gizi perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup dibawah garis kemiskinan, setengah dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan
kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang dan lebih dari 100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi. Itulah sebagian gambaran tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang perlu mendapat perhatian
sungguh-sungguh untuk diatasi. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan
jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental, dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena itu pangan dan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat. Bahasan tersebut menggambarkan betapa
eratnya kaitan antara gizi masyarakat dan pembangunan pertanian.
Kelompok anak sekolah (6-13 tahun) termasuk kedalam kelompok yang mempunyai resiko tinggi, salah satunya karena masalah pertumbuhan. Hal ini juga
dapat menghambat pertumbuhan anak. Dalam istilah pertumbuhan anak harus
diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Anak merupakan bagian dari
masyarakat yang perlu diperhatikan dari segi tumbuh kembangnya, karena anak-anak paling rentan terhadap berbagai gangguan tumbuh kembang sehingga usaha perbaikan gizi harus ditujukan terutama pada anak-anak. Kualitas tumbuh kembang
pada masa anak-anak akan menentukan banyak aspek kehidupan termasuk kesehatan, intelektual, prestasi, dan produktivitas dikemudian hari (Suhardjo, 2003).
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak usia tersebut
merupakan generasi penerus bangsa. Tumbuh kembangnya anak sekolah usia yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar.
Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemebrian nutrisi atau asupan zat gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang.
Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan system tubuh anak (Judarwanto, 2008).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 ditemukan
angka kekurusan di Sumatera Utara adalah 12,4 % untuk anak laki-laki dan 9,7 % pada anak perempuan, angka kekurusan pada anak baru sekolah di Kota Medan
adalah 11,1 % pada anak laki-laki dan 7,4 % pada anak perempuan. Angka ini lebih tinggi dari angka kekurusan Provinsi Sumatera Utara yaitu 12,4 % pada anak laki-laki dan 9,7 % pada anak perempuan.
berkembang lain. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia,
Singapura, India yang masing-masing adalah 50,26 liter, 47,35 liter, dan 12,35 liter.
Orang Thailand mengkonsumsi Sembilan gelas, dan orang Filipina delapan gelas per orang setiap bulan. Kalau dihitung tingkat dunia, konsumsi perkapita per tahun adalah 40 liter. Thailand 21 liter perkapita per tahun. Filipina juga 21 liter per tahun.
Negara-negara di Asia jumlah konsumsi susunya masih jauh lebih sedikit dibandingkan negara lainnya didunia. Cina mengkonsumsi 17,2 liter per ton per tahun, jerman mencapai 92,3 liter, Amerika 83,9 liter, diikuti Belanda 122,9 liter,
Swedia 145,5 liter, dan Finlandia 183,9 liter (Tempo, 2008). Jadi, lengkaplah alasan mengapa susu masih menjadi barang mahal. Alasan kedua mengapa kita jarang
minum susu adalah takut dengan masalah laktosa. Pada usia bayi dan anak-anak tubuh kita menghasilkan enzim laktosa dalam jumlah cukup sehingga susu dapat dicerna dengan baik. Ketika menginjak usia dewasa keberadaan enzim lactase
semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila minum susu. Penelitian di AS membuktikan bahwa konsumsi susu satu-dua cangkir pada penderita laktosa ini tampaknya perlu bagi kita untuk sesering mungkin
memperkenalkan susu kepada tubuh kita sehingga akan semakin terlatih untuk menerima laktosa. Susu secara terus-menerus mungkin akan bermanfaat bagi tubuh
untuk tidak memberikan respons negatif terhadap kehadiran laktosa. Piramida makanan di negara maju seperti Amerika menempatkan susu dan produk lainnya seperti keju dan mentega pada posisi puncak. Piramida makanan Indonesia
seperti halnya di negara- negara yang sudah maju. Terkait dengan masalah
osteoporosis (keropos tulang), maka susu mempunyai peranan penting untuk
mencegah penyakit ini. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Tulang manusia mengalami penurunan yaitu peluruhan dan pembentukan secara berkesinambungan. Pada saat usia muda khususnya
anak-anak, formasi tulang berlangsung lebih intens dibandingkan resorpsinya. Sementara pada usia tua resorpsi berlangsung lebih cepat di bandingkan formasinya. Itulah sebabnya pada usia tua terjadi apa yang disebut gradual lose of bone ( proses
kehilangan masa tulang). Angka kecukupan gizi kalsium adalah 800- 1200 mg/orang/hari. Ini setara dengan tiga-empat gelas susu (Roberts, 2000).
Menurut Khomsan (2007), Dosen Gizi Masyarakat menjelaskan bahwa budaya minum susu yang masih sangat rendah dipahami dari beberapa segi. Pertama, susu masih dianggap barang luks yang harganya mahal. Ditengah kehidupan yang semakin
sulit akibat krisis berkepanjangan, maka dapat dimaklumi kalau mayoritas masyarakat Indonesia lebih mementingkan membeli pangan sumber karbohidrat daripada sumber protein/mineral. Yang penting perut seluruh anggota keluarga bisa
kenyang, sementara gizi adalah urusan belakangan. Mahalnya harga susu mungkin disebabkan oleh sistem peternakan sapi perah di Indonesia yang belum efisien. Dan
hal ini terjadi karena sapi perah sebenarnya berasal dari negara-negara subtropis, sehingga ketika harus berproduksi dinegara tropis seperti Indonesia susu yang dihasilkan tidak sebanyak seperti dinegara asalnya.
sangat rendah, yaitu sekitar dua gelas per orang setiap bulan. Jadi kalau
dirata-ratakan, setiap harinya orang Indonesia hanya minum dua-tiga sendok. Rendahnya
konsumsi susu di Indonesia itu, disebabkan banyak faktor, misalnya susu dianggap mahal, sehingga daya beli masyarakat kecil. Tetapi, bisa juga akibat kurangnya pemahaman akan manfaat susu. Mengingat usia anak sekolah pada masa
perkembangan dan pertumbuhan maka untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan perilaku minum susu pada anak sekolah. Karena kita ketahui perilaku minum susu merupakan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan yang sudah menjadi
kebiasaan pada masa dini akan menjadi dampak yang baik dan berguna di masa yang akan datang.(Depkes, 2000)
Sekolah SD Budi Murni 1 merupakan salah satu sekolah swasta terbaik diantara sekolah lainnya yang berada di Kecamatan Medan Timor. Dimana sekolah ini memiliki kategori baik dan berprestasi dalam belajar.
Dari observasi dan wawancara peneliti di SD Budi Murni 1 pada bulan November 2011 kepada Kepala Sekolah terdapat 365 jumlah siswa kelas I-VI SD dengan rentang usia pada sekolah ini berada pada usia 6-12 tahun atau masih
tergolong usia anak-anak. Ketika diwawancarai didapatkan jumlah siswa yang minum susu adalah sekitar 80 % dari 365 siswa. Oleh karena itu peneliti memilih lokasi
tersebut karena perlu menemukan gambaran karakteristik siswa SD dan kebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
1.2.Perumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu pada siswa SD di Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik siswa yaitu : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan orang tua, dan sumber informasi siswa di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa dan kebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
3. Untuk mengetahui tingkat sikap siswa dankebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
4. Untuk mengetahui frekuensi minum susu siswa di SD Budi Murni 1 Medan
tahun 2012.
5. Untuk mengetahui waktu minum susu siswa di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
6. Untuk mengetahui akses atau tempat siswa mendapatkan susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak Sekolah sebagai bahan informasi mengenai gambaran karakteristik
siswa dan kebiasaan minum susu pada siswa SD Budi Murni 1 Medan tahun
2012.
2. Bagi lintas sektor terkait (Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan) dapat memberikan informasi tentang pentingnya minum susu sejak usia dini guna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung pada orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat daripada putra. Kebutuhan gizi anak
sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi :
1. Pertumbuhan tidak secepat bayi
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen
3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat 5. Pertumbuhan lambat
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktifitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan
keluar,akibatnya tubuh menjadi kurus. Untuk mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup (Moehji,2002).
2.1.1. Masalah gizi Anak Sekolah Dasar
Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan
pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan
konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan adat/
kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.
Dibeberapa daerah pada kelompok masyarakat Indonesia terutama dikota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas dibeberapa daerah Indonesia akan mendatangkan
masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi pembangunan Indonesia khususnya dibidang kesehatan. Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang
gizi dibeberapa daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis dibeberapa daerah yang lain akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan,
sumber daya manusia dan ekonomi (Hadi, 2005).
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah muda dijangkau oleh
berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak
2.2. Susu
2.2.1. Defenisi Susu
Susu adalah cairan bergizi bewarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai
produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia (wikipedia, 2009).
Susu didefenisikan sebagai cairan yang berasal dari pemerahan hewan
menyusui yang sehat dan bersih, diperoleh dengan cara yang benar dan kandungan dari susu itu sendiri tidak dikurangi atau ditambah bahan-bahan lain (Aziz, 2007).
Susu mengandung berbagai macam gizi yaitu sumber protein, lemak, mineral dan vitamin. Susu sangat mudah rusak dan tidak tahan lama di simpan kecuali telah mengalami perlakuan khusus. Susu segar yang dibiarkan dikandang selama beberapa
waktu, maka lemak susu akan menggumpal di permukaan berupa krim susu, kemudian bakteri perusak susu yang bertebaran di udara kandang, yang berasal dari sapi masuk ke dalam susu dan berkembang biak dengan cepat. Oleh bakteri, gula susu
diubah menjadi asam yang mengakibatkan susu berubah menjadi asam. Lama kelamaan susu yang demikian itu menjadi rusak. Kombinasi oleh bakteri pada susu
dapat berasal dari sapi, udara , lingkungan, manusia yang bertugas atau peralatan yang digunakan (Sumoprastowo, 2000).
Susu juga bisa terkontaminasi oleh mikroorganisme penyebab penyakit menular
melindungi konsumsi susu, pemerintah dalam hal ini Dinas peternakan, selalu
mengadakan pengawasan peredaran susu, kesehatan sapi perah dan ternak perah,
petugas yang terlibat pada penanganan susu, dan bahan makanan ternak (Sumoprastowo, 2000).
2.2.2. Kandungan Zat Gizi Susu
Di dalam susu, terdapat kandungan zat gizi karbohidrat berupa laktosa. Karena sifat gulanya yang tidak terlalu manis, gula laktosa susu tidak terlalu merusak gigi. Zat gizi lain yang dikandung oleh susu adalah lemak, sumber vitamin larut lemak
seperti vitamin A, vitamin E, dan vitamin D. susu juga menjadi sumber asam lemak esensial dan hormone. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik, yang
penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Mineral seperti magnesium,zat besi, kalium, yodium, natrium, selenium, dan zinc terkandung dalam susu (Lintas berita , 2008).
Satu gelas susu (200 ml) mengandung nilai gizi sebagai berikut : a. Energi
Energi dalam susu adalah sekitar 59,0 kalori. Jumlah kalori yang dianjurkan
untuk dikonsumsi per orang per hari sangat bergantung pada jenis kelamin, umur, ukuran badan, dan tingkat keaktifan individu. Energi diperlukan untuk kerja otak
b. Air
Kandungan air didalam susu tinggi sekali yaitu sekitar 88,5 %. Susu berfungsi
sebagai emulsi lemak dalam air serta sebagai pelarut berbagai senyawa (Winarno, 1993).
c. Protein
Susu merupakan sumber protein dengan mutu sangat tinggi. Kadar protein susu segar sekitar 3,5%. Protein susu mewakili salah satu mutu protein yang nilainya sepadan dengan daging dan hanya diungguli oleh protein telur. Protein susu
mengandung lisin dengan jumlah yang relative sangat tinggi (Winarno, 1993). d. Lemak
Kadar lemak dalam susu sekitar 3,0-3,5%. Lemak susu, khususnya trigliserida mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi kadarnya, serta rendah dalam konsentrasi asam lemak tidak jenuh (polyunsaturated acid) terutama linolenat. Lemak
susu berbentuk emulsi dan mudah dicerna (winarno,1993). e. Karbohidrat
Didalam susu terdapat zat gizi karbohidrat berupa laktosa, sekitar 4-6%.
Meskipun kandungan gulanya cukup tinggi, tetapi rasanya tidak manis. Daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa). Kandungan laktosa
bersama dengan garam bertanggung jawab terhadap rasa susu yang spesifik (Winarno, 1993).
f. Mineral
Susu ternyata miskin akan mineral, tetapi kaya akan kalsium yaitu sekitar 100
mg. kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Lebih dari 98% kalsium
berada dalam tulang. Penyerapan kalsium yang berasal dari susu oleh tubuh sekitar 30% sampai 60% (Worthington, 2000).
Kalsium adalah mineral yang penting bagi manusia, antara lain bagi
metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung dan pergerakan otot. Sekitar 99% Kalsium berada pada jaringan tulang dan gigi, sisanya berada di darah dan sel-sel tubuh. Kalsium memiliki banyak manfaat. Manfaat kalsium bagi tubuh,
antara lain :
- Pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi
- Mencegah osteoporosis - Penyimpanan glikogen
- Melancarkan fungsi otot, otak dan sistem syaraf (Anonim, 2012).
2. Phospor (p)
Susu merupakan sumber phosphor yang baik yaitu sekitar 90 mg. kebutuhan phosphor pada anak-anak sekitar 800-1200 mg. phosphor biasanya bekerja sama
dengan kalsium dan vitamin D. phosphor berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.
g. Besi (Fe)
Susu ternyata miskin akan mineral, terutama besi yaitu sekitar 0,1 mg. karena zat besi dalam susu sapi tidak mudah diabsorpsi dibandingkan dengan zat besi dalam
h. Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi mikromolekul. Vitamin sangat diperlukan oleh
tubuh meskipun kebutuhannya tidak banyak tetapi apabila kekurangan vitamin akan mengakibatkan suatu penyakit tertentu dan dapat pula terjadi hiperavitamiosis bila penggunaan vitamin dalam tubuh secara berlebihan. Vitamin terdiri atas 2 jenis, yaitu
vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air (Winarno, 1993). 2.2.3. Manfaat Susu
Selain bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi, Menurut Khomsan (2004)
susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi produk melatonin. Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada malam hari.
Kehadiran melatonin akan membuat kita merasa mengantuk dan kemudian tubuh bisa beristirahat dengan baik. Susu mengandung banyak asam amino triptofan yang merupakan salah satu bahan dasar melatonin. Sehingga dianjurkan untuk meminum
susu sebelum tidur, agar tubuh dapat beristirahat dengan baik. Selain itu, susu juga mempunyai kemampuan mengikat logam-logam yang bertebaran akibat polusi. Dengan demikian, susu bermanfaat untuk meminimalisasi dampak keracunan logam
berat yang secara tidak sengaja masuk kedalam tubuh karena lingkungan yang terpolusi (Khomsan,20033).
Dalam artikel kesehatan, manfaat susu adalah sebagai berikut :
a) Mencegah osteoporosis dan menjaga tulang tetap kuat. Bagi anak-anak, susu berfungsi untuk pertumbuhan tulang yang membuat anak menjadi bertambah
tinggi.
c) Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut. Susu mampu
mengurangi keasaman mulut, merangsang air liur, mengurangi plak dan
mencegah gigi berlubang.
d) Menetralisir racun seperti logam atau timah yang mungkin terkandung dalam makanan.
e) Mencegah terjadinya kanker kolon atau kanker usus. f) Mencegah diabetes tipe 2.
g) Mempercantik kulit dan membuat lebih bersinar.
h) Membantu agar lebih cepat tidur. Hal ini kandungan susu akan merangsang hormon melatonin yang akan membuat tubuh mengantuk. (Kumpulan Info,
2008)
2.2.4. Jenis Susu 1. Full cream
Susu yang paling mudah dalam hal penyimpanan dan mudah bercampur kedalam air hangat. Mengandung 4% lemak dan umumnya banyak mengandung vitamin A dan vitamin D.
2. Low fat
Susu rendah lemak, karena kandungan lemaknya hanya setengah dari susu full cream.
3. Skim
4. Susu Evaporasi
Yaitu susu yang telah diuapkan sebagian airnya sehingga menjadi kental. Mirip
dengan susu kental manis, tetap susu jenis ini rasanya tawar. 5. Susu Pasteur
Susu yang melalui proses pasteurisasi (dipanaskan) 65˚ sampai 80˚ C selama 15
detik untuk membunuh bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit.
6. Flavoured
Sebenarnya susu full cream atau low fat yang ditambahkan rasa tertentu untuk
variasi. Misalnya susu coklat, strawberry, pisang dan rasa lainnya. Umumnya memiliki kandungan gula yang lebih banyak karena penambahan rasa.
7. Calcium Enriched
Susu yang ditambah dengan kandungan kalsium dan kandungan lemaknya telah dikurangi.
8. UHT
Singkatan dari Ultra High Temperature-Treated. Susu jenis ini adalah susu yang dipanaskan dalam suhu tinggi (140˚C) selam 2 detik yang kemudian langsung
dimasukkan dalam karton kedap udara. Susu ini dapat disimpan dalam waktu lama. 9. CLA
2.3.
Peranan susu pada Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Usia sekolah dasar (6-12 tahun) merupakan puncak pertumbuhan tertinggi
kedua setelah usia 0-3 tahun. Hal ini merupakan masa terpenting dalam pembentukan kualitas fisik orang dewasa. Pada saat usia sekolah, anak melakukan aktivitas fisik yang meningkat sehingga sangat diperlukan asupan zat gizi yang lengkap untuk
dapat mempertahankan daya tahan tubuh serta untuk pembentukan dan pemeliharaan
jaringan baru sehingga dapat memberi semangat dan motivasi dalam belajar (Moore, 1997). Susu merupakan minuman yang bergizi tinggi karena mengandung protein yang bernilai biologi tinggi, sangat tepat untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh
anak sekolah. Karenanya minum susu seharusnya minimal 2 kali sehari ( 2 gelas) dapat memenuhi sebagian kebutuhan zat gizi anak, terutama protein, lemak, dan kalsium (Almatsier, 2002).
Pada masa ini terjadi peningkatan masa tulang yang pesat. Untuk itu diperlukan pangan dan kaya kalsium dan fosfor. Susu memiliki kandungan kalsium dengan
kualitas dan tingkat ketercernaan yang tinggi. Black, dkk (2002) mengungkapkan bahwa anak (usia 3-10 tahun) yang tidak menyukai susu (termasuk susu sapi) pada jangka panjang akan memiliki resiko mengalami ukuran tubuh lebih pendek dan
kesehatan tulang yang buruk. Black dan kawan-kawan juga menemukan bahwa anak yang tidak suka minum susu memiliki ukuran sklekton yang lebih kecil dan kandungan mineral tulang yang lebih rendah daripada ukuran sklekton dan
Hal senada juga pada ditemukan oleh Kalkwarf dan koleganya yang meneliti
hubungan antara asupan susu pada masa anak-anak dengan densitas tulang dan
keropos tulang pada masa dewasa. Mereka menemukan bahwa asupan susu yang rendah pada masa anak-anak memiliki densitas tulang yang lebih rendah rendah dan beresiko dua kali lebih besar mengalami keropos tulang pada masa dewasa
(Kalkwarf, dkk, 2003).
Konsumsi susu pada usia anak sekolah juga berpengaruh pada status gizi anak. Suminar (1987) menunjukkan terdapat perbedaan status gizi anak pada sekolah yang
memperoleh program bantuan susu dan status gizi anak pada sekolah yang tidak memperoleh program bantuan susu. Suminar juga menemukan bahwa anak yang
mendapatkan program bantuan susu asupan protein dan vitaminnya secara nyata lebih tinggi daripada asupan protein dan vitamin anak yang tidak mendapatkan program bantuan susu.
Selain itu zat gizi makro, zat gizi lain yang terdapat di dalam susu berperan untuk pertumbuhan anak adalah mineral (besi, seng, kalsium, iodium dan fosfor) dan vitamin ( vitamin A, vitamin B1, vitamin B12)
Kalsium dan fosfor, bersama-sama dengan vitamin D, dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan kalsium akan berdampak pada gangguan
pertumbuhan tulang sebagai kerangka pembentuk tubuh. Asupan kalsium pada masa kanak-kanak diketahui berkolerasi dengan tinggi badan masa dewasa.
Kelompok vitamin B (vitamin B1 dan vitamin B12) mengambil peran pada
ini, vitamin D berperan sebagai koenzim pada proses pengubahan piruvat menjadi
asetil-KoA sebelum memasuki siklus Krebs.
Sementara itu vitamin A, besi, seng dan iodium diketahui berperan membantu proses pertumbuhan. Penelitian di India dan Thailand menunjukkan bahwa intervensi dengan zat gizi makro (energi, protein dan lemak) dapat memperbaiki pertumbuhan
anak sekolah yang mengalami kekurangan gizi. Beberapa program penanggulangan kekurangan zat gizi makro juga dilakukan dengan mengombinasikannya dengan pemberian vitamin A (Hadi, dkk, 2000), besi (Angeles, dkk, 1993) dan Seng (Smith,
dkk, 1999). Hadi dan kawan-kawan mengungkapkan bahwa suplementasi vitamin A secara selektif dapat memperbaiki pertumbuhan linear anak sekolah yang menderita
serum retinol rendah.
2.4.
Pentingnya Susu untuk Kesehatan
Susu tercantum dalam slogan Empat Sehat Lima Sempurna. Minum susu adalah penting karena susu merupakan pangan yang kaya akan zat gizi yang dibutuhkan
tubuh terutama pada masa pertumbuhan. Susu merupakan sumber kalsium, fosfor, vitamin B, dan protein yang sangat baik.
Mutu protein susu setara dengan protein daging dan telur. Protein susu sangat
kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta mempertahankan substansi tubuh seperti enzim, hormon, jaringan-jaringan (organ dan otot) serta membantu proses metabolisme tubuh.
Vitamin B di dalam susu yakni kelompok vitamin B kompleks berguna untuk
Kandungan kalsium dan fosfor dalam susu sangat penting untuk memelihara serta
menguatkan gigi dan tulang ( mencegah osteoporosis/kerapuhan tulang ).
Membiasakan minum susu sejak usia anak-anak sampai lanjut usia adalah penting untuk menjaga kekuatan tulang ( Khomsan, 2004).
Sering muncul kekhawatiran bahwa minum susu dapat menimbulkan
intoleransi laktosa yang mengakibatkan diare. Disadari bahwa 60% bangsa Asia memang menderita lactose-intolerance karena enzim laktase di dalam tubuh rendah sehingga mengalami kesulitan untuk mencerna susu. Namun, bila susu selalu muncul
sebagai salah satu menu harian di meja makan, tubuh akan semakin terlatih sehingga orang dapat minum susu tanpa harus menderita diare.
Susu memang mengandung lemak, sehingga banyak orang dewasa menghindari minum susu agar tidak gemuk. Ketakutan tersebut tidak beralasan karena berdasarkan penelitian kandungan lemak dalam susu tidak membahayakan kesehatan. Parodi telah
mengidentifikasi potensi komponen lemak pada susu sapi sebagai senyawa anti-kanker. Komponen lemak tersebut, antara lain adalah asam linoleat terkonjugasi, spingomielin, asam butirat, dan eter lipid.
2.5.
Kebutuhan gizi anak usia sekolah
Williams (1993) menyatakan bahwa anak usia 7-12 tahun masuk dalam kategori praremaja. Pada periode ini pertumbuhan berjalan terus walaupun tidak secepat waktu bayi. Pada umumnya kelompok usia ini mempunyai kesehatan yang
lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita, namun nafsu makan mereka
dibutuhkan (Notoatmodjo, 1997). Menurut Berg (1986), anak umur 7-12 tahun
biasanya banyak melakukan aktivitas diluar rumah, sehingga sering melewatkan
waktu makan.
Anak yang tergolong dalam usia sekolah memerlukan makanan yang hampir sama dengan yang dianjurkan untuk anak pra sekolah. Namun karena pertambahan
berat badan dan banyaknya aktivitas yang mereka lakukan maka dibutuhkan porsi yang lebih besar (Pudjiadi, 1997). Menurut Apriadji (1986), golongan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan golongan
usia 7-9 tahun karena pada usia 10-12 tahun mereka mengalami pertumbuhan lebih cepat terutama penambahan tinggi badan. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
RI (2005), kebutuhan gizi pada anak usia 10-12 tahun berbeda antara laki-laki dan perempuan terutama kebutuhan akan zat besi. Anak perempuan membutuhkan zat besi yang lebih banyak daripada anak laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena pada
usia tersebut anak perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan zat besi yang lebih banyak. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan untuk anak usia sekolah berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI (2005) adalah seperti
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan untuk Anak Usia Sekolah
Zat Gizi Usia 7-9 tahun Usia 10-12 tahun
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Energi (Kkal) 1800 1800 2050 2050
Protein (gr) 45 45 50 50
Kalsium (mg) 600 600 1000 1000
Besi/Fe (mg) 10 10 13 20
Vitamin A (RE) 500 500 600 600
Vitamin C (mg) 45 45 50 50
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2005
2.6.
Perilaku
2.6.1. Defenisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia
Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang. 2.6.2. Domain Perilaku
Tiga tingkat ranah perilaku yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
tindakan (Notoatmodjo, 2003). a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb). Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan, diantaranya :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah jeruk banyak
mengandung vitamin C, penyakit demam berdarah ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti,dan sebagainya. Untuk mengetahui dan mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2. Memahami ( Comprehension )
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
3. Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahuinya.
5. Sintetis ( Synthesis )
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
6. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Notoatmodjo, 2003).
b) Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954)
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Menurut Purwanto (1999), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri-ciri sikap adalah :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetic seperti lapar, haus, kebutuhan akan
istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dank arena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dirumuskan dengan jelas.
4. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi mot dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang
Sikap dapat bersikap positif dan dapat pula bersikap negative. Dalam sikap
positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan
obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negative terhadap kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto,1999). Sikap dibedakan atas beberapa tingakatan :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
c) Tindakan
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam satu tindakan (Overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendorong atau situasi kondisi yang memungkinkan.
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat.
2. Respon terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis. 4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.7.Faktor Terjadinya Perilaku
Green (Notoatmodjo,2005) menganalis bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Sedangkan perilaku
itu sendiri khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga faktor yaitu :
2.7.1. Faktor Predisposisi ( Predisposing factor )
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain :
- Pengetahuan - Sikap
- Kepercayaan
- Tradisi, dsb
2.7.2. Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya :
- Puskesmas - Posyandu - Rumah sakit
- Tempat pembuangan air - Tempat pembuangan sampah
- Tempat olahraga - Makanan bergizi - Uang
- Dan sebagainya
2.7.3. Faktor Penguat ( Reinforcing factor )
Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Misalnya :
- Ada anjuran dari orang tua, guru, toga, toma, sahabat, dll.
Secara sistematis, perilaku menurut green itu dapat digambarkan sebagai berikut :
B : Behavior
F : Fungsi
Pf : Predisposising factor Ef : Enabling factor Rf : Reinforcing factor
2.8.Kebiasaan Minum Susu
Kebiasaan makan (Suhardjo, 1989) adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
sosial budaya, fisiologi dan psikologi. Kebiasaan makan dipengaruhi perilaku seseorang terhadap makanan yang dikonsumsi. Konsumsi pangan merupakan jumlah
pangan yang dimakan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Ditinjau dari aspek gizi, tujuan mengkonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Menurut Harper et al. (1985), tiga faktor
yang terpenting yang mempengaruhi kebiasaan makan individu baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat adalah ketersediaan pangan, pola sosial budaya dan faktor-faktor pribadi seperti pendidikan dan pengetahuan gizi.
2.8.1. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makanan yaitu, faktor
ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor instrinstik (yang berasal dari dalam diri manusia).
2.8.1.1.Faktor Ekstrinsik
b. Lingkungan Sosial
c. Lingkungan Budaya dan Agama
d. Lingkungan Ekonomi 2.8.1.2.Faktor Intrinsik
Adapun faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan,antara lain :
a. Asosiasi Emosional
b. Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang Sedang Sakit c. Penilaian yang Lebih terhadap Mutu Pangan.
Kebiasaan minum susu pada anak usia sekolah tidak jauh berbeda dengan kebiasaan minum susu pada anak remaja. Pranowo (2001) menemukan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi konsumsi susu pada remaja adalah kebiasaan minum susu keluarga. Hal senada juga ditemukan oleh Haniek (2003) pada penelitian analisis perilaku konsumsi susu pada anak sekolah. Haniek menyimpulkan bahwa kebiasaan
minum susu pada anak sekolah dipengaruhi oleh kebiasaan minum susu dalam keluarganya.
Kebiasaan minum susu pada anak sekolah juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan ibu dan perilaku gizi ibu. Hal ini dikarenakan apa yang dikonsumsi anak (termasuk susu) sangat tergantung pada apa yang disediakan/disajikan oleh ibu (ibu
adalah pengambil keputusan utama untuk urusan pangan) (Haniek, 2003).
Hal yang menarik adalah sebagian anak sekolah sudah menyadari pentingnya susu untuk kesehatan. Temuan Haniek (2001) menunjukkan bahwa motivasi anak
badannya tinggi. Haniek juga menemukan bahwa anak minum susu karena disuruh
oleh orang tuanya.
2.9.Media
Media iklan yaitu sebagai komunikasi non pribadi melalui bermacam-macam media yang dibayar oleh sebuah perusahaan bisnis, atau organisasi nirlaba, atau
individu yang dalam beberapa cara terindentifikasi dalam pesan periklanan dan berharap menginformasikan atau membujuk anggota-anggota dari pemirsa tertentu. (Thomas,2002).Dahulu orang dapat mengenal produk terbaru dari sebuah perusahaan
hanya dari iklan lewat spanduk atau poster saja, namun kini banyak media yang dapat digunakan oleh produsen dalam kegiatanya mempromosikan produknya, seperti iklan
lewat media massa cetak (seperti Koran, majalah, tabloid, dan lain-lain) dan juga media massa elektronik (TV, radio, internet). Dari kebiasaan ini kemudian muncul istilah baru yaitu budaya Konsumerisme. Perubahan pola hidup masyarakat akibat
pengaruh budaya lain ini yang menjadi budaya baru merupakan kajian dalam ilmu Sosial yang menarik dan selalu dikaji, karena memang salah satu hal yang dikaji didalam ilmu Sosial adalah perubahan masyarakat.
Susu merupakan salah satu minuman yang mempunyai kandungan nilai gizi yang sangat besar dan sangat bagus untuk kesehatan. Indonesia merupakan pasar
yang sangat potensial bagi kalangan industri susu. Berbagai strategi komunikasi pemasaran dilakukan oleh para produsen susu untuk memenangkan pasar. Salah satu pilihannya adalah melakukan promosi dengan beriklankan di media televisi. Susu
televisi mampu menjangkau banyak anak-anak bahkan sebelum mereka memiliki
kemampuan berbicara. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk
menonton televisi daripada waktu yang mereka lewatkan disekolah dan melakukan aktivitas lain selain tidur. Anak-anak usia sekolah diperkirakan menonton televise 26 jam perminggu. Ini berarti rata-rata anak menonton iklan televisi 3 jam dalam sehari
dan menonton 19000 hingga 20000 iklan komersial pertahun. Anak-anak merupakan sasaran media promosi ini. Hasil komunikasi tersebut menghasilkan dampak kognitif, afektif atau sudah sampai kepada sasarannya.
2.10. Keluarga
Keluarga adalah lembaga (wadah) tempat berkumpul anggota keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat (Nasution, 2004).
Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi,
preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus keluarga. Peranan ekspresif melibatkan dukungan kepada anggota keluarga lain dalam proses pengambilan
keputusan dan kebutuhan estetik atau emosi keluarga, termasuk penegakan norma keluarga. Pemilihan warna, cirri produk, dan pengecer yang paling pas dengan
kebutuhan keluarga akan menjadi hasil dari pelaksanaan peran ekspresif, bergantung kepada jenis keputusan pembelian dan karakteristik individual dari anggota keluarga bersangkutan (Setiadi, 2003).
dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati dan member tanpa
diminta. Orang tua sebagai kordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak
menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan dan harapan-harapan. Anak-anak merasa aman walaupun tidak selalu disadari. Diantara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan
dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan diupayakan untuk dipecahkan bersama.
2.11. Teman Sebaya
Menurut kamus Webster (2005), teman sebaya dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki kesamaan satu dengan yang lain, memiliki rasa
kepemilikan terhadap kelompoknya baik itu berdasarkan umur, gender, ataupun status. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian teman sebaya dapat diartikan sebagai kawan, sahabat, atau orang yang bekerja bersama-sama atau
berbuat. Menurut Samsunuwiyati (2005) mengatakan bahwa teman sebaya lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan remaja adalah teman sebaya.
Teman sebaya dapat dijadikan role model dalam hal perilaku bagi anak usia remaja (Narendra, 2002). Demikian juga penelitian yang di lakukan oleh Kimberly et al
(2000) dari University of Pensylvania menyatakan bahwa ada hubungan yang linier antara perilaku remaja dengan kehadiran teman sebaya.
disesuaikan dengan teman sebaya. Hal seperti ini yang dapat menjadi masalah bagi
remaja dengan kasus penyakit kronis yang membutuhkan pola makan khusus, akan
terjadi kekhawatiran terhadap tekanan dari teman sebayanya dan resiko terasing dan terkucilkan dari teman-temannya.
Teman sebaya menjadi sumber aktualisasi diri dan standar perilaku dan menjadi lebih penting dibandingkan kedekatan emosional dengan orangtua. Tekanan teman
sebaya maupun derajat pengendalian sangat penting bagi remaja dalam memilih makanan mereka secara individual. Umumnya teman sebaya memberikan pengaruh negatif terhadap kebiasaan makan remaja dan hal ini menimbulkan pandangan bahwa
remaja dengan kebiasaan makan yang kurang baik adalah mereka yang selalu makan
menyendiri atau selalu bersama teman sebayanya sepanjang waktu (Skriptiana, 2009).
Ryan dan Lynch (1989) menyatakan bahwa apabila remaja merasa secara emosional tidak begitu terikat dengan orangtuanya atau jika orangtuanya menolak mereka maka mereka lebih cenderung untuk bersama-sama dengan teman-teman
sebayanya. Hal ini menunjukkan bagi remaja yang merasa tidak aman atau kurang
2.12. Kerangka Konsep
Berdasarkan gambar diatas, Kerangka konsep penelitian menggunakan teori Lawrence Green (1980) dapat dijelaskan sebagai berikut : Karakteristik (Umur, jenis
kelamin) serta Sumber Informasi ( Media massa, Keluarga, Teman sebaya, dan guru) akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap yang dapat mempengaruhi kebiasaan
minum susu pada siswa di SD Budi Murni 1 Medan Tahun 2012. Karakteristik
1. Umur
2. Jenis Kelamin
Pengetahuan Sumber Informasi
1. Media massa (Cetak
dan Elektronik)
2. Keluarga 3. Teman Sebaya 4. Guru
Kebiasaan Minum Susu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan metode kuantitatif, yang menggambarkan tentang Gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan Tahun 2012.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di SD Budi Murni 1, Jl. Timor No. 34 Medan Kecamatan
Medan Timor. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena :
5. Dari hasil survei pendahuluan diketahui sekitar 80 % siswa SD Budi Murni 1 sering minum susu.
6. Dari hasil survei pendahuluan diketahui dikantin sekolah tersedia minuman
susu.
7. Dari hasil survei pendahuluan diketahui sebagian besar siswa SD merupakan golongan ekonomi tingkat menengah atas.
3.2.2.Waktu penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012.
3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa yang minum susu di SD Bumi
Dengan alasan karena siswa tersebut sudah mulai bisa untuk diwawancarai tentang
minum susu.
3.3.2. Sampel
Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus penelitian non – eksperimental dengan N (Jumlah Populasi) diketahui (Isgiyanto,
2009) :
n
=
��2� (1−�)��2+�2�(1−�)
Keterangan : N = Besar Populasi (200)
n = Jumlah sampel
d = Galat pendugaan 10% atau 0,1
Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,96) P = Proporsi Populasi (0,5)
n = 200 (1,96)20,5 (1−0,5) 200 (0,1)2+ (1,96)20,5(1−0,5)
= 192,08 2,9604
= 64,88
= 65 Orang
Berdasarkan hasil perhitungan diatas,maka jumlah sampel dalam penelitian ini
menurut kelas dan sampel diambil secara acak sederhana dari setiap kelasnya. Besar
sampel di setiap kelas adalah sebagai berikut :
1. jumlah sampel kelas III = 18 orang
Untuk jumlah sampel kelas III dengan total 54 siswa didapat sampel sebanyak 18 orang.
2. jumlah sampel kelas IV = 16 orang
Untuk jumlah sampel kelas IV dengan total 51 siswa didapat sampel sebanyak
16 orang.
3. jumlah sampel kelas V = 15 orang
Untuk jumlah sampel kelas V dengan total 45 siswa didapat sampel sebanyak 15 orang.
4. jumlah sampel kelas VI = 16 orang
Untuk jumlah sampel kelas VI dengan total 50 siswa didapat sampel sebanyak 16 orang.
3.4.Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah karakteristik siswa, sumber informasi, pengetahuan, dan sikap serta kebiasaan minum susu yang diperoleh langsung dari responden atau siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan alat bantu kuesioner yang telah disusun tentang gambaran karakteristik
siswa SD dengan kebiasaan minum susu.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dengan mengumpulkan data siswa melalui catatan-catatan, arsip-arsip yang diperoleh peneliti melalui bagian tata usaha SD Budi Murni
1 Medan yaitu data-data mengenai jumlah siswa III, IV, V, dan VI yang minum susu. 3.5.Defenisi Operasional
1. Karakteristik Siswa
- Umur adalah lama hidup seorang siswa yang bersekolah di Budi Murni 1 Medan.
- Jenis kelamin adalah sifat/ciri siswa yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.
2. Sumber Informasi adalah asal keterangan yang diperoleh siswa SD Budi Murni
1 tentang kebiasaan minum susu, antara lain media massa (media cetak dan elektronik), keluarga responden, teman sebaya responden dan guru responden. - Media massa yaitu media informasi bagi responden yang menjadi sumber
keterangan tentang susu bagi seperti buku, majalah, Koran, TV, dan sebagainya.
- Keluarga yaitu seluruh anggota keluarga yang mempunyai hubungan darah dengan responden.
- Teman sebaya yaitu orang-orang yang ada dalam pergaulan responden
- Guru yaitu seluruh staff pengajar disekolah responden yang bisa
memberikan informasi kepada responden tentang minum susu.
- Pengetahuan yaitu tingkat pengetahuan responden tentang minum susu. - Sikap yaitu tanggapan responden saat mengkonsumsi minum susu.
- Kebiasaan minum susu adalah cara responden dalam memilih jenis minuman
susu dan mengkonsumsinya sebagai kebiasaannya sehari-hari.
- Frekuensi minum susu adalah kekerapan meminum susu per hari, yang dinyatakan dalam ukuran 1, 2, > 3 kali per hari, dan tidak pernah.
3.6.Aspek Pengukuran dan Instrumen 3.6.1. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pernyataan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada.
Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut (Arikunto, 2006) :
1. Memberikan skor pada tiap butir pertanyaan 2. Menjumlahkan skor dari pertanyaan-pertanyaan
3. Memberikan penilaian 3 kategori yaitu baik, sedang, dan kurang baik sesuai dengan pengelompokkan skor.
1. Pengukuran Pengetahuan
Variabel pengetahuan terdiri dari 12 pertanyaan. Adapun bobot penilaian sebagai berikut :
- Jawaban Benar, skornya 2
- Jawaban Salah,skornya 1
- Jawaban tidak tahu, skornya 0
2. Pada pertanyaan nomor 4, 8, 9 dan 12 dalam pengukurannya,bila responden mampu memberi 1 jawaban diberi nilai 1, jika mampu memberi 1-2 jawaban
diberi nilai 2 dan jika mampu memberi >2 jawaban diberi nilai 3.
3. Pada pertanyaan 11dalam pengukurannya, bila responden menjawab benar maka diberi nilai 1, apabila responden menjawab salah maka diberi nilai 0.
Kriteria variabel :
1) Tingkat pengetahuan siswa yang baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari
nilai tertinggi total nilai adalah 27 yaitu >20
2) Tingkat pengetahuan siswa yang sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75 % dari nilai tertinggi total nilai adalah 27 yaitu 12 -20
3) Tingkat pengetahuan siswa yang kurang baik, apabila nilai yang diperoleh < 45 % dari nilai tertinggi total nilai adalah 27 yaitu < 12.
2. Pengukuran Sikap
Variabel sikap terdiri dari 10 pertanyaan. Adapun bobot penilaian sebagai berikut : pada pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10 dan 11 dalam
pengukurannya, bila responden menjawab Setuju (S) diberi nilai 2, apabila responden menjawab Tidak Setuju (TS), maka diberi nilai 0. Pada pertanyaan nomor : 7 dalam pengukurannya, bila responden menjawab Setuju (S) diberi nilai 0, apabila responden