• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Overweight Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Pada Pedagang Pusat Pasar Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Overweight Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Pada Pedagang Pusat Pasar Medan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

LYDIA THERESIA T 090100194

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

LYDIA THERESIA T 090100355

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah pada Pedagang Pusat Pasar Medan

Nama : Lydia Theresia T NIM : 090100194

Pembimbing Penguji

(dr. Nelly E. Samosir, Sp.PK) (dr. Muara P. Lubis, Sp.OG) NIP : 19690906 200501 2 002 NIP : 19751023 200812 1 001

(dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A)

NIP : 19790518 200501 2 002

Medan, 15 Januari 2013

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu indikator dalam menggambarkan proporsi tubuh. Proporsi tubuh yang berlebih merupakan faktor risiko terhadap berbagai penyakit, salah satunya Diabetes Melitus. Salah satu klasifikasi proporsi tubuh yang berlebih menurut IMT adalah overweight dan obesitas. Menurut penelitian terdahulu, terdapat hubungan antara obesitas dengan kadar gula darah. Namun, hubungan overweight dengan kadar gula darah masih belum diketahui

Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional. Subjek penelitian adalah 50 orang pedagang yang sebelumnya telah berpuasa selama minimal 8 jam. Subjek penelitian berusia 20-59 tahun diambil dengan menggunakan metode

consecutive sampling. Keseluruhan subjek penelitian yang telah memenuhi syarat dan telah menandatangani persetujuan akan dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan pengukuran kadar gula darah (KGD) dengan alat ukur Glukometer Digital. Selanjutnya data akan dianalisis dengan program SPSS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Overweight

dengan peningkatan kadar gula darah pada pedagang pusat pasar Medan.

Pada 50 orang subjek yang mengalami overweight ditemukan peningkatan kadar gula darah pada 11 orang dan KGD normal pada 39 orang subjek penelitian. Berdasarkan uji korelasi Pearson, didapatkan nilai p value sebesar 0.99 dengan nilai r = 0.001, dimana menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara

overweight dengan peningkatan kadar gula darah.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan peningkatan kadar gula darah tidak dipengaruhi oleh kelebihan berat badan (overweight) berdasarkan index massa tubuh.

(5)

ABSTRACT

Body mass index is an indicator in describing the body proportions. Excess body proportions were risk factors for various diseases, one of which was diabetes mellitus. One classification of excess body proportions according to BMI are overweight and obesity. According to previous studies, there is a relationship between obesity and blood glucose levels. However, the association of overweight with elevated levels of blood glucose is still unknown

The study design was cross-sectional analytic. The research subjects were 50 merchants who previously had fasted for at least 8 hours. Research subjects aged 20-59 years were taken using a consecutive sampling method. The whole subject of the research that has been qualified and have signed an agreement will be measured weight, height, body mass index, and the measurement of blood glucose level using Glucometer Digital. Furthermore, the data will be analyzed with SPSS program.

The purpose of this study was to determine the relationship of overweight with elevated levels of blood glucose in the merchant market center field.

From 50 people overweight subjects were found 11 people have elevated blood gluose level and 39 people have normal blood glucose level. Based on Pearson correlation test, p value obtained at 0.99 with r = 0.001, which states there is no significant relationship between overweight with elevated levels of blood glucose.

From these results it can be concluded increased blood sugar levels are not affected by excess weight (overweight) based on body mass index.

Keywords: Body Mass Index, Overweight, Blood Sugar Levels

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan proposal ini adalah untuk memaparkan landasan

pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul ” Hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah pada Pedagang Pusat Pasar Medan ”.

Dalam penyelesaian proposal penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Nelly E. Samosir, Sp.PK, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis

ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Emir Taris Pasaribu, SpB (ONK), selaku Dosen Penasehat Akademis

yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kedokteran USU.

4. dr. Muara P. Lubis, SpOG dan dr. Siska Mayasari Lubis, M.ked(Ped),

Sp.A, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan

dalam perbaikan karya tulis ini.

5. Seluruh jajaran Pusat Pasar Medan yang telah memberikan izin dan

banyak bantuan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

(7)

7. Ayah dan Mama tercinta, yang telah membesarkan dengan penuh kasih

sayang dan tidak bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

8. Serta sahabat-sahabat sekelompok bimbingan karya tulis ilmiah, Karina

Dwi Swastika dan Nurdiana Binti T Daswin yang telah saling berbagi suka

dan duka selama proses penulisan karya tulis ini.

Besar harapan kiranya karya tulis ilmiah ini dapat menjadi pembuktian

pencapaian hasil perjuangan penulis selama mengenyam pendidikan untuk

mencapai gelar Sarjana Kedokteran. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah

ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Oleh karena

itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun demi

perbaikannya.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat benar-benar bermanfaat bagi para

pembaca umumnya serta bagi penulis sendiri pada khususnya.

Medan, 15 Januari 2012 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

2.6. Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Kadar Gula Darah ... 14

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 17

3.2. Defenisi Operasional... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Waktu & Tempat Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

5.1. Hasil Penelitian ... 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 22

5.1.3. Hasil Analisis Statistik ... 26

5.2. Pembahasan ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.3. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT ... 8

Tabel 2.7. Dampak Patologis berat badan berlebih dan obesitas ... 17

Tabel 5.1. Klasifikasi Index Massa Tubuh pada Subjek Penelitian ... 22

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian ... 23

Tabel 5.3. Deskripsi Berat Badan Subjek Penelitian ... 24

Tabel 5.4. Deskripsi Tinggi Badan Subjek Penelitian ... 24

Tabel 5.5. Deskripsi Kadar Gula Darah Subjek Penelitian ... 25

Tabel 5.6. Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Terganggu Subjek Penelitian ... 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Timbangan Injak ... 4

Gambar 2.2 Timbangan dengan Pengukur Tinggi Badan ... 5

Gambar 2.3 Pengukuran Panjang Badan ... 6

Gambar 2.4 Pengukuran Tinggi Badan ... 6

Gambar 2.5 Ringkasan metabolisme Glukosa pada Sel Mamalia ... 11

(12)

DAFTAR SINGKATAN

Acetyl-coA (Acetyl Coenzyme A)

AHA (American Heart Association)

ATP (Adenosine Tri Phosphate)

BMI (Body Mass Index)

CAMP (Cyclic Adenosine Monophosphate)

DM (Diabetes Melitus)

Glut-4 (Glutation-4)

HDL (High Density Lipoprotein)

IASO (International Association for the Study of Obesity)

IL-6 (Interleukin-6)

IGF-1 (insulin like growth factor–1)

IGT (Impaired Glucose Tolerance)

IMT (Indeks Massa Tubuh)

IOTF (International Obesity Task Force)

KGD (Kadar Gula Darah)

LITAF (Lipopolysaccharides induced TNF-α factor) MCP-1 (Monocyte Chemoattractant Protein-1)

MRNA (Messenger Ribonucleid Acid)

NADH2 (Nicotinamide Adenine Dinucleotide)

NADPH2 (Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phophate)

PAI-1 (Plasminogen Activator Inhibitor-1)

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)

SD (Sekolah Dasar)

SMA/SMK (Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan)

SMP (Sekolah Menengah Pertama)

SPSS (Statistical Product and Service Solution)

TNF (Tumor Nekrosis Factor)

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Daftar Riwayat hidup 33

Lampiran 2. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Penelitian 37 Lampiran 3. Ethical Clearance Penelitian 38

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 40

Lampiran 5. Data Induk 41

(14)

ABSTRAK

Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu indikator dalam menggambarkan proporsi tubuh. Proporsi tubuh yang berlebih merupakan faktor risiko terhadap berbagai penyakit, salah satunya Diabetes Melitus. Salah satu klasifikasi proporsi tubuh yang berlebih menurut IMT adalah overweight dan obesitas. Menurut penelitian terdahulu, terdapat hubungan antara obesitas dengan kadar gula darah. Namun, hubungan overweight dengan kadar gula darah masih belum diketahui

Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional. Subjek penelitian adalah 50 orang pedagang yang sebelumnya telah berpuasa selama minimal 8 jam. Subjek penelitian berusia 20-59 tahun diambil dengan menggunakan metode

consecutive sampling. Keseluruhan subjek penelitian yang telah memenuhi syarat dan telah menandatangani persetujuan akan dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan pengukuran kadar gula darah (KGD) dengan alat ukur Glukometer Digital. Selanjutnya data akan dianalisis dengan program SPSS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Overweight

dengan peningkatan kadar gula darah pada pedagang pusat pasar Medan.

Pada 50 orang subjek yang mengalami overweight ditemukan peningkatan kadar gula darah pada 11 orang dan KGD normal pada 39 orang subjek penelitian. Berdasarkan uji korelasi Pearson, didapatkan nilai p value sebesar 0.99 dengan nilai r = 0.001, dimana menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara

overweight dengan peningkatan kadar gula darah.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan peningkatan kadar gula darah tidak dipengaruhi oleh kelebihan berat badan (overweight) berdasarkan index massa tubuh.

(15)

ABSTRACT

Body mass index is an indicator in describing the body proportions. Excess body proportions were risk factors for various diseases, one of which was diabetes mellitus. One classification of excess body proportions according to BMI are overweight and obesity. According to previous studies, there is a relationship between obesity and blood glucose levels. However, the association of overweight with elevated levels of blood glucose is still unknown

The study design was cross-sectional analytic. The research subjects were 50 merchants who previously had fasted for at least 8 hours. Research subjects aged 20-59 years were taken using a consecutive sampling method. The whole subject of the research that has been qualified and have signed an agreement will be measured weight, height, body mass index, and the measurement of blood glucose level using Glucometer Digital. Furthermore, the data will be analyzed with SPSS program.

The purpose of this study was to determine the relationship of overweight with elevated levels of blood glucose in the merchant market center field.

From 50 people overweight subjects were found 11 people have elevated blood gluose level and 39 people have normal blood glucose level. Based on Pearson correlation test, p value obtained at 0.99 with r = 0.001, which states there is no significant relationship between overweight with elevated levels of blood glucose.

From these results it can be concluded increased blood sugar levels are not affected by excess weight (overweight) based on body mass index.

Keywords: Body Mass Index, Overweight, Blood Sugar Levels

(16)

ABSTRAK

Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu indikator dalam menggambarkan proporsi tubuh. Proporsi tubuh yang berlebih merupakan faktor risiko terhadap berbagai penyakit, salah satunya Diabetes Melitus. Salah satu klasifikasi proporsi tubuh yang berlebih menurut IMT adalah overweight dan obesitas. Menurut penelitian terdahulu, terdapat hubungan antara obesitas dengan kadar gula darah. Namun, hubungan overweight dengan kadar gula darah masih belum diketahui

Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional. Subjek penelitian adalah 50 orang pedagang yang sebelumnya telah berpuasa selama minimal 8 jam. Subjek penelitian berusia 20-59 tahun diambil dengan menggunakan metode

consecutive sampling. Keseluruhan subjek penelitian yang telah memenuhi syarat dan telah menandatangani persetujuan akan dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan pengukuran kadar gula darah (KGD) dengan alat ukur Glukometer Digital. Selanjutnya data akan dianalisis dengan program SPSS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Overweight

dengan peningkatan kadar gula darah pada pedagang pusat pasar Medan.

Pada 50 orang subjek yang mengalami overweight ditemukan peningkatan kadar gula darah pada 11 orang dan KGD normal pada 39 orang subjek penelitian. Berdasarkan uji korelasi Pearson, didapatkan nilai p value sebesar 0.99 dengan nilai r = 0.001, dimana menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara

overweight dengan peningkatan kadar gula darah.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan peningkatan kadar gula darah tidak dipengaruhi oleh kelebihan berat badan (overweight) berdasarkan index massa tubuh.

(17)

ABSTRACT

Body mass index is an indicator in describing the body proportions. Excess body proportions were risk factors for various diseases, one of which was diabetes mellitus. One classification of excess body proportions according to BMI are overweight and obesity. According to previous studies, there is a relationship between obesity and blood glucose levels. However, the association of overweight with elevated levels of blood glucose is still unknown

The study design was cross-sectional analytic. The research subjects were 50 merchants who previously had fasted for at least 8 hours. Research subjects aged 20-59 years were taken using a consecutive sampling method. The whole subject of the research that has been qualified and have signed an agreement will be measured weight, height, body mass index, and the measurement of blood glucose level using Glucometer Digital. Furthermore, the data will be analyzed with SPSS program.

The purpose of this study was to determine the relationship of overweight with elevated levels of blood glucose in the merchant market center field.

From 50 people overweight subjects were found 11 people have elevated blood gluose level and 39 people have normal blood glucose level. Based on Pearson correlation test, p value obtained at 0.99 with r = 0.001, which states there is no significant relationship between overweight with elevated levels of blood glucose.

From these results it can be concluded increased blood sugar levels are not affected by excess weight (overweight) based on body mass index.

Keywords: Body Mass Index, Overweight, Blood Sugar Levels

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berat Badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa

tubuh. Berat badan yang normal atau ideal bila tinggi badan dan berat badan

seimbang. Batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai

Indeks Massa Tubuh (Anggraeni, 2012).

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan pengukuran yang membandingkan berat

dan tinggi badan. Salah satu klasifikasi berat badan berlebih menurut IMT ialah

Overweight dan obesitas. Overweight menjadi salah satu risiko penyebab

kematian di dunia. Setidaknya ada 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap

tahunnya akibat overweight dan obesitas (WHO, 2011).

Menurut penelitian (Lewis, 2009) dalam artikel kesehatan yang dimuat oleh

American Heart Association (AHA), bahaya kesehatan bagi seseorang yang

overweight harus ditanggapi dengan serius terutama jika ada faktor risiko lain

seperti intoleransi glukosa dan peningkatan tekanan darah. Beberapa hasil

penelitian kesehatan mengatakan bahwa overweight berkaitan dengan berbagai

macam penyakit seperti penyakit jantung dan diabetes.

Diabetes merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya

peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Gustaviani, 2008).

Saat ini, sudah ada 230 juta penduduk dunia yang mengidap diabetes. Di

Indonesia, pada tahun 1995, ada 4,5 juta orang yang mengidap diabetes dan

diperkirakan pada 2025 akan menjadi 12,4 juta orang, atau urutan kelima

terbanyak di dunia (Tandra, 2009).

Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa dalam darah.

Kadar gula darah biasanya berfluktuasi, naik turun sepanjang hari dan stiap saat

(19)

gula darah melebihi batas normal disebut Kadar Gula Darah tinggi atau

Hyperglikemia. Jika seseorang memiliki kadar gula darah yang tinggi dan

meskipun belum dikategorikan sebagai pengidap diabetes, keadaan ini dapat

disebut sebagai intoleransi terhadap glukosa atau prediabetes (Nathan, 2010).

Menurut (Whitlock, 2009) dalam sebuah tinjauan sistematis dan meta analisis

studi kohort prospektif, pria dengan overweight memiliki 2,4 kali lipat

peningkatan risiko menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan berat badan pria

normal, sedangkan wanita dengan overweight 3,9 kali lipat lebih berisiko

menderita DM tipe 2 dibanding dengan berat badan wanita normal.

Penelitian (Justitia, 2011) terhadap 17 orang subjek penelitian yang mengalami

obesitas didapati bahwa 15 orang mengalami peningkatan kadar gula darah

(KGD). Sedangkan penelitian (Amriza, 2007) hasil analisis regresi untuk kadar

glukosa darah terhadap IMT menyatakan tidak ada pengaruh bermakna antara

obesitas dengan kadar gula darah.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui secara langsung bagaimana

hubungan berat badan terhadap peningkatan kadar gula darah. Namun dalam

penelitian ini penulis membatasi sampel pada pedagang yang mengalami

overweight sehingga judul penelitian ini adalah hubungan overweight dengan

peningkatan kadar gula darah pada Pedagang Pusat Pasar Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut: Bagaimana hubungan antara overweight dengan

(20)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan overweight dengan peningkatan

kadar gula darah pada Pedagang Pusat Pasar Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui Indeks Massa Tubuh Pedagang Pusat Pasar Medan.

2. Menentukan rata-rata kadar gula darah pada Pedagang Pusat Pasar Medan

yang mengalami overweight.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni :

1.4.1. Bagi Peneliti

a. Sebagai latihan melakukan penelitian kesehatan

b. Menambah wawasan berkomunikasi dengan masyarakat Pedagang Pusat Pasar

medan

1.4.2. Bagi Dunia Pendidikan

Dapat menjadi bahan masukan untuk peneliti selanjutnya

1.4.3. Bagi Pelayanan kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan untuk melakukan pencegahan terhadap kejadian

overweight yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit Diabetes Melitus

tipe 2.

1.4.4. Bagi Masyarakat

a. Dapat menjadi masukan bagi pembaca tentang hubungan overweight dengan

peningkatan kadar gula darah.

b. Dapat mempengaruhi pembaca untuk menjaga pola hidup sehat untuk

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Berat Badan

Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan

normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara konsumsi dan

kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan

umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan

perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari

keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi

yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna

mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang tidak

dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat

badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir.

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).

2.1.1. Pengukuran Berat Badan pada Orang Normal 1. Timbangan Injak

Timbangan injak biasa digunakan untuk mengetahui berat badan pada

orang normal remaja dan dewasa. Contoh timbangan injak:

(22)

2. Timbangan Dengan Pengukur Tinggi Badan

Contoh timbangan yang lengkap dengan pengukur tinggi badan :

Gambar 2.2. Timbangan dengan Pengukur Tinggi Badan

2.2. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan

status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang

badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan

gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).

2.2.1. Pengukuran Panjang dan Tinggi Badan pada Orang Normal 1. Pengukuran Panjang Badan

Pengukuran ini digunakan untuk mengukur panjang badan bagi anak yang berusia

< 2 tahun dan panjang badan ≤ 50 cm serta menggunakan alat pengukur panjang

badan. Menggunakan alat pengukur panjang badan yang terbuat dari papan kayu

(23)

Gambar 2.3. Pengukuran Panjang Badan

2. Pengukuran Tinggi Badan

Pengkuran ini digunakan untuk mengukur tinggi badan anak yang telah

dapat berdiri tanpa bantuan. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat

pengukur tinggi (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.

(24)

2.3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa tubuh merupakan pengukuran yang membandingkan berat dan

tinggi badan seseorang. Formula IMT digunakan diseluruh dunia sebagai alat

diagnosa untuk mengetahui berat badan yang underweight, normal, overweight

dan obesitas.

Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengganti

dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu

perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam

meter). Untuk usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria World Health

Organization (WHO) / International Association for the Study of Obesity (IASO)

/ International Obesity Task Force (IOTF) dalam The Asia-Pasific Perspective :

Redefining Obesity and Its Treatment (2000) seperti dikutip oleh Sugondo (2007)

untuk kawasan Asia Pasifik. Berikut dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 2.3. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT menurut

kriteria Asia Pasifik

No IMT Klasifikasi

1 < 18,5 Kurus (Kurang)

2 18,5 – 22,9 Normal (Ideal)

3 23 – 29,9 Kelebihan (Overweight)

4 30 – 34,9 Kegemukan (Obesitas) Tingkat I

5 35 – 39,9 Kegemukan (Obesitas) Tingkat II

(25)

2.4. Overweight

Metabolisme energi di dalam tubuh manusia diatur oleh berbagai faktor, baik

yang menyebabkan meningkatnya penyimpanan energi, atau yang mendorong

pemakaian energi (Meutia, 2005). Pemakaian energi tubuh diatur dalam keadaan

seimbang. Bila energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar, kelebihan

energi tersebut akan disimpan dalam jaringan lemak.

Overweight didefinisikan sebagai peningkatan berlebihan jaringan lemak

pada otot dan jaringan skeletal (Dorlan, 2002). Overweight dikatakan jika IMT ≥ 23. Secara ilmiah kelebihan berat badan (overweight) terjadi akibat mengonsumsi

kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak

keseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini belum dapat dijelaskan

secara pasti.

2.4.1. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Overweight

1. Faktor Genetik

Kegemukan cenderung diturunkan sehingga diduga memiliki penyebab

genetic. Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen tetapi juga makanan dan

kebiasaan gaya hidup, yang bias mendorong terjadinya kegemukan. Penelitian

terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh

sebesar 33% terhadap berat badan seseorang (Mumpuni, 2010). Menurut

penelitian Haines et al (2007) dalam Sartika (2011) Jika ayah dan/atau ibu

menderita overweight maka kemungkinan anaknya memiliki kelebihan berat

badan sebesar 40-50 %.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan termasuk perilaku atau pola gaya hidup. Seseorang tidak dapat

mengubah pola genetiknya tetapi dia dapat mengubah pola makan dan

aktivitasnya. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa anak-anak yang disekitar

sekolahnya terdapat restoran cepat saji atau fast food akan memiliki

kecenderungan untuk jarang mengomsumsi buah dan sayuran. Mereka lebih

(26)

restoran cepat saji didekat sekolah mereka. Dari hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa restoran saji di sekitar sekolah akan memengaruhi pola dan kebiasaan

makan dari siswa di sekolah tersebut. Pada akhirnya perubahan pola dan

kebiasaan tersebut akan memengaruhi jumlah siswa yang kelebihan berat badan

atau overweight dan kegemukan atau obesitas.

3. Faktor Pola Makan

Mengomsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, seperti gula,

fruktosa, soft drink, bir dan wine akan menyebabkan berat badan karena

karbohidrat. Jenis ini lebih muda diserap oleh tubuh. Para ahli menyebutkan

bahwa orang yang makan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi 4-5 kali sehari

memiliki kadar kolesterol dan gula darah yang lebih rendah jika dibandingkan

dengan frekuensi makannya kurang dari itu.

4. Faktor Psikis

Apa yang ada di dalam pikiran seseorang dapat memengaruhi kebiasaan

makannya. Banyak orang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Orang gemuk sering kali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih

banyak bila mereka tegang atau cemas. Dari hasil penelitian juga membuktikan

kebenarannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam situasi yang sangat

mencekam (McKenna, 1999) dalam (Mumpuni, 2010).

5. Faktor Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab

utama dari meningkatnya angka kegemukan di tengah masyarakat. Kurang gerak

atau olahraga menyebabkan seseorang kurang mengeluarkan energi. Pengeluaran

energi tergantung dari dua faktor, yaitu tingkat aktivitas dan olahraga secara

umum dan angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk

mempertahankan fungsi minimal tubuh. Kurangnya olahraga secara tidak

(27)

Jadi, olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat

membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur fungsi

metabolisme tubuh secara normal.

2.5. Kadar Gula Darah 2.5.1. Definisi

Kadar gula darah (KGD) adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma

(Dorland, 2002).

2.5.2. Metabolisme Glukosa

Glukosa tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut sebelum diubah oleh reaksi

ATP menjadi glukosa 6-fosfat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim heksokinase yang

tidak spesifik dan juga oleh enzim glukokinase yang spesifik di dalam hati.

Reaksi ini, dalam arah sebaliknya, hidrolisa sederhana glukosa 6- fosfat menjadi

glukosa, dikatalis oleh glukosa 6-fosfatase (Murray, Granner, Mayes, dan

Rodwell, 2003).

Glukosa dapat dikonversi menjadi glikogen untuk disimpan di hati setelah

diubah menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa yang tidak dikonversi menjadi glikogen

hati dapat dioksidasi menjadi glikogen otot atau dikonversi menjadi lemak dan

disimpan dalam depot-depot lemak setelah melalui sirkulasi sistemik jaringan.

Glikogen di dalam hati berfungsi sebagai cadangan karbohidrat dan akan

melepaskan glukosa ke sirkulasi jika terjadi penurunan konsentrasi glukosa di

dalam darah. Glikogen otot dikonversi menjadi asam laktat oleh glikolisis anaerob

karena otot tidak memiliki enzim glukosa 6- fosfatase (Murray, Granner, Mayes,

dan Rodwell, 2003).

Oksidase glukosa atau konversi karbohidrat menjadi lemak dan protein dapat

melalui proses konversi Glukosa 6- fosfat, triosa fosfat, dan fosfoenol piruvat

kemudian diubah menjadi piruvat pada jalur glikolitik Embden-Mayerhof untuk

fosforilasi oksidatif. Selain itu, jalur metabolisme oksidasi glukosa melalui jalur

heksosa monofosfat yang membentuk NADPH2 dan bukan NADH2. Fruktosa dan

(28)

memasuki jalur metabolisme karbohidrat yang umum dengan pangkalan

metabolisme umum pada siklus krebs dimana residu karbon, protein, karbohidrat,

atau lemak dapat dioksidasi dengan melepaskan energi atau dikonversi dari

bentuk yang satu ke bentuk lainnya (Murray, Granner, Mayes, dan Rodwell,

2003).

Dasar biokimia metabolisme glukosa dan hubungannya dengan metabolisme

protein dan lipid dapat dilihat ada gambar di bawah ini:

Gambar 2.5. Ringkasan Metabolisme Glukosa Pada Sel Mamalia. Glukosa 6- Fosfat diproduksi dari glukosa dan dapat dikonversi menjadi glikogen atau

dimetabolisme melalui pentose-phosphate pathway. Glycerol-phosphate

digunakan untuk sintesis triacylglycerol dan phospholipid s. Acetyl-CoA

dioksidasi melalui siklus krebs. Prekursor untuk sintesis asam lemak berupa

glutamin dan aspartat diperoleh dari siklus ini 1. hexokinase/glucokinase; 2.

pentose-phosphate pathway; 3 glycogen synthesis; 4 lactate dehydrogenase; 5.

(29)

fatty acid synthesis; 9, glutamine synthetase; 10, aspartate aminotransferase; 11,

citrate synthetase. (Sumber : Murray, Granner, Mayes, dan Rodwell, 2003)

2.5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah

Kadar glukosa plasma pada suatu saat sangat ditentukan oleh keseimbangan

antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan jumlah yang

meninggalkannya. Oleh karena itu, penentu utama masukan adalah dari diet;

kecepatan pemasukan ke dalam sel otot, jaringan adiposa, dan organ-organ lain;

dan aktivitas glukostatik hati. Lima persen dari glukosa yang dikonsumsi

langsung dikonversi menjadi glikogen di dalam hati, dan 30-40 % dikonversi

menjadi lemak. Sisanya dimetabolisme di otot dan jaringan-jaringan lain. Pada

waktu puasa, glikogen hati dipecah dari hati untuk meningkatkan kadar glukosa

darah. Jika terjadi puasa yang lebih panjang, glikogen hati habis dan terjadi

glikoneogenesis dari asam amino dan gliserol di dalam hati (Ganong, 2001).

Kadar gula darah juga bervariasi pada waktu-waktu tertentu seperti pada

kehamilan, saat menstruasi, dan pada pagi hari. Pada pagi hari terjadi dawn

phenomenon dimana terjadi peningkatan kadar hormon glukagon, epinefrin,

hormon pertumbuhan, dan kortisol sebelum seseorang bangun. Pengeluaran

hormon-hormon antagonis terhadap insulin tersebut meningkatkan kadar gula

darah dengan merangsang pengeluaran glukosa dari hati dan menghambat tubuh

menggunakan glukosa. Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat menimbulkan

hipoglikemia sebab alkohol menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati (Klapp,

2011).

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres seperti fisik (trauma,

pembedahan, panas, atau dingin hebat); fisiologis (olahraga berat, syok

perdarahan, nyeri); psikologis atau emosi (rasa cemas, ketakutan, kesedihan); dan

sosial (konflik pribadi, perubahan gaya hidup) memicu pengeluaran hormon

(30)

respon “fight-or- flight” untuk meningkatkan ketersediaan glukosa, asam amino,

dan asam lemak untuk digunakan jika diperlukan (Sherwood, 2001).

Peningkatan kadar gula darah juga terjadi bila terjadi infeksi. Hal ini

penting untuk menjaga ketersediaan energi untuk pertahanan dalam melawan agen

penyebab infeksi.

2.5.4. Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah

Sangatlah penting bagi tubuh untuk mempertahankan konsentrasi glukosa

darah karena secara normal, glukosa merupakan satu-satunya bahan makanan

yang dapat digunakan otak, retina, epithelium germinal dari gonad. Sebaliknya,

konsentrasi glukosa darah perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi karena

glukosa sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik cairan ekstraseluler, dan

bila konsentrasi glukosa meningkat sangat berlebihan akan dapat menimbulkan

dehidrasi seluler. Selain itu, sangat tingginya konsentrasi glukosa dalam darah

menyebabkan keluarnya glukosa dalam air seni. Keadaan-keadaan tersebut

menimbulkan diuresis osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi cairan tubuh

dan elektrolit (Guyton dan Hall, 2006).

Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah adalah

salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan sangat berkaitan

erat dengan hormon insulin dan glukagon. Insulin mempunyai efek meningkatkan

ambilan glukosa di jaringan seperti jaringan adiposa dan otot. Sekresi hormon ini

dirangsang oleh keadaan hiperglikemi, kerja insulin ini disebabkan oleh

peningkatan transpor glukosa (GLUT 4) dari bagian dalam sel membran plasma.

Sedangkan kerja glukagon berlawanan dengan kerja insulin, hormon glukagon

menimbulkan glikogenolisis dengan mengatifkan enzim fosforilase. Glukagon

bekerja dengan menghasilkan cAMP (Murray, Granner, Mayes, dan Rodwell,

2003).

Hormon-hormon pankreas merupakan zat pengatur terpenting dalam

(31)

efek metabolik langsung walaupun kontrol sekresi mereka dikaitkan dengan

faktor-faktor di luar transisi antara keadaan kenyang dan puasa. Efek hormon

tiroid pada metabolisme intermediat bermacam-macam. Hormon ini merangsang

efek anabolik dan katabolik serta laju metabolisme keseluruhan. Hormon- hormon

stres, efinefrin dan kortisol, keduanya meningkatkan kadar glukosa dan asam

lemak dalam darah.. Selain itu, kortisol dan hormon pertumbuhan berperan

penting dalam mempertahankan kadar gula darah selama keadaan kelaparan

jangka panjang (Sherwood, 2001).

Gambar 2.6. Mekanisme Kerja Glukagon dan Insulin

(Sumber : Sherwood, 2001)

2.6. Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Kadar Gula Darah

Penelitian Zhong, et al (2011) menunjukkan terjadi peningkatan kadar

trigliserida, pernurunan kadar kolesterol HDL, resistensi insulin, dan peningkatan

kadar faktor-faktor inflamasi pada pasien yang memiliki kelebihan berat badan.

Terjadi peningkatan mRNA Lipopolysaccharides (LPS)-induced TNF-α factor

(LITAF) dan kadar protein seiring dengan peningkatan IMT mengindikasikan

(32)

tersebut, LITAF teraktivasi pada pasien yang memiliki berat badan berlebih dan

berperan terhadap perkembangan kegemukan yang menginduksi inflamasi dan

resistensi insulin, berdasarkan fakta bahwa LITAF berperan dalam proses

inflamasi dalam mengatur ekspresi dari TNF-α, IL-6 and MCP-1 yang

mengakibatkan resistensi insulin, dan TLR4, salah satu reseptor LITAF pada

makrofag juga bisa distimulasi oleh asam lemak bebas, yang dapat menimbulkan

proses inflamasi pada pasien dengan berat badan berlebih.

Menurut Hotamisligil, et al (1995) dalam Zhong, et al (2011), LITAF

merupakan pengatur traskripsi TNF-α, yang seharusnya berperan pada mekanisme

imun terhadap infeksi. Gen LITAF terletak pada 16p13.13, dan secara signifikan

terdapat di limfa, kelenjar getah bening, dan leukosit darah perifer. TNF-α adalah

pemicu kuat adipositokinin proinflamasi seperti IL-6, MCP-1, leptin dan PAI-1,

dan hal ini sangat terlibat dalam proses inflamasi pada pasien obesitas.

Peningkatan TNF-α yang diobservasi pada jaringan lemak pasien obes

menunjukkan hubungan langsung timbulnya resistensi insulin pada pasien

obesitas.

Insulin berikatan dan beraksi terutama melalui reseptor insulin, dan juga

reseptor insulin like growth factor–1 (IGF-1). Aksi insulin secara seluler

menimbulkan efek yang bervariasi pada jalur postreseptor dalam sel-sel target.

Resistensi insulin adalah gangguan respon biologis normal terhadap insulin

(Dorland, 2002). Menurut Lee, et al (2010) dalam Olatunbosun (2011),

kegemukan adalah penyebab resistensi insulin tersering yang berhubungan dengan

penurunan jumlah reseptor dan kegagalan post-reseptor untuk mengaktivasi

tirosin kinase yang merupakan subunit b pada reseptor insulin yang teraktivasi

ketika insulin berikatan dengan sub unit a. Aktivasi kompleks ini akan

mengaktivasi autofosforilase dan aksi termediasi insulin untuk mengontrol kadar

gula darah. Kegagalan dalam penghantaran sinyal untuk meregulasi kadar gula

darah ini menimbulkan hiperinsulinemia, gangguan glukosa darah puasa,

(33)

2.7. Dampak Patologis dari Berat Badan Berlebih dan Obesitas

Jenis efek Contoh penyakit/dampak patologis

Efek metabolic Diabetes mellitus tipe 2 (gangguan intoleransi glukosa, resistensi insulin)

Penyakit kardiovaskular termasuk

hipertensi dislipidemia,dan gangguan

pembekuan darah

Disfungsi hormonal : kelainan

menstruasi,perubahan anatomis

Efek Mekanis Muskuloskeletal (osteoarthritis pada sendi yang menahan berat badan)

Kesulitan bernafas termasuk sleep

apnoe dan sesak nafas

Komplikasi Bedah Resiko anastetik, buruknya

penyembuhan luka, risiko trombosis

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka

konsep pada penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Overweight Kadar Gula Darah Puasa

3.2. Definisi Operasional

Definisi Operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari

perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variabel penelitian.

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.1. Overweight

Overweight adalah kelebihan berat badan pada Pedagang Pusat Pasar Medan

dari hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang sudah ditetapkan WHO

untuk populasi Asia.

Cara Ukur : Perhitungan IMT dengan rumus

IMT =

[Tinggi Badan]2 (m2) Berat badan(kg)

Alat Ukur : Timbangan Injak, Meteran Tinggi Badan

Hasil Ukur : Overweight

Pria/Wanita 20-59 tahun : IMT 23-29,9

(35)

Hasil Pengukuran : Skala Nominal

3.2.2. Kadar Gula Darah

Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasmadarah puasa.

Cara Ukur: : Diukur dengan gluko meter digital

dengan melakukan pengambilan

sampel darah kapiler dengan

menggunakan lancet.

Alat Ukur : Gluko Meter Digital (Accu-Check)

Hasil Ukur : Kadar Gula darah dalam mg/dl

Meningkat

Kadar Gula Darah Puasa > 100

mg/dl (Soegondo dan Gustavani,

2007)

Normal

Kadar Gula darah Puasa ≤ 100

mg/dl

Skala Pengukuran : Skala Nominal

3.3. Hipotesis

Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada hubungan

antara overweight dengan peningkatan kadar gula darah pada Pedagang Pusat

Pasar Medan.

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitan

Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik observasional dan desain studi Cross Sectional.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Adapun tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Pusat PasarMedan. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juli-November 2012.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitan 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah Pedagang Pusat Pasar Medan.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling, yaitu seluruh sampel yang datang dan memenuhi kriteria inklusi

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Sampel yang akan diambil diuji menggunakan kriteria-kriteria berikut: Kriteria inklusi:

1. Pedagang Pusat Pasar Medan baik pria maupun wanita usia 20- 59 tahun.

2. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian dan mengisi InformedConcent.

(37)

Kriteria Ekslusi:

1. Memiliki riwayat Diabetes Melitus/penggunaan obat anti diabetes

2. Memiliki riwayat penyakit pada pankreas dan hati

3. Memiliki riwayat gangguan hormonal seperti hormon pertumbuhan dan tiroid

4. Berolahraga sebelum pemeriksaan dilakukan

5. Menggunakan alkohol sebelum pemeriksaan dilakukan

6. Sedang hamil dan menstruasi

4.3.3. Besar Sampel Penelitian

Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

penentuan besar sampel untuk estimasi proporsi suatu populasi terbatas (Wahyuni,

2009), sebagai berikut:

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z1- α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

P = harga proporsi di populasi

D = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

N = jumlah populasi

Perhitungan besar sampel secara kasar: Z1- α/2 = 1,960

P = 0,5

D = 0,1

(38)

= 49,24 ~ 49 orang

Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa jumlah sampel penelitian digenapkan minimal 50 orang

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data primer.

Data primer penelitian ini adalah data pedagang yang memiliki overweight yang

didapat melalui hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) kemudian dilakukan

pemeriksaan kadar gula darah puasa pada sampel yang telah dipilih.

Sebelum data diukur, subjek penelitian yang diperiksa harus memenuhi

semua kriteria inklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Peneliti akan

meminta informed consent kepada semua sampel sebelum data diambil. Semua

subjek penelitian akan dijelaskan maksud dan tujuan penelitian, kemudian diminta

kesediaan untuk dilakukan pengukuran berat badan dengan timbangan injak,

tinggi badan dengan meteran tinggi badan, kemudian ditentukan responden

overweight dengan melakukan perhitungan indeks massa tubuh selanjutnya

sampel diminta untuk berpuasa selama minimal 8 jam sebelum dilakukan

pengambilan darah untuk pengukuran kadar gula darah keesokan harinya.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dananalisis data secara tepat. Pada penelitian ini, setelah dikumpulkan, data diolah, disajikan

dalam tabel distribusi frekuensi, dan dianalisis. Dalam menganalisis data,

pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi untuk

mengetahui sejauh mana kekuatan hubungan overweight dengan kadar gula darah.

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Pasar Medan yang terletak di Jalan Pusat

Pasar,kelurahan Pusat Pasar, kecamatan Medan Kota. Pasar ini merupakan pusat

perbelanjaan di Kota Medan dimana terdapat banyak populasi yang setiap harinya

melakukan jual-beli baik antar pedagang dengan pembeli dan pedagang dengan

pedagang. Aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan para pedagang adalah duduk

dan berjualan dari pagi sampai sore hari. Pasar ini merupakan pusat jual beli

bahan makanan pokok dan barang kebutuhan sehari-sehari.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Subjek yang menjadi responden pada penelitian ini adalah pedagang pusat

pasar medan. Pada awalnya diambil 100 responden, dilakukan pengukuran

terhadap berat dan tinggi badan kemudian ditentukan Indeks Massa Tubuh (IMT)

nya. Dari 100 sampel tersebut, diambil 50 orang sampel yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi serta setuju untuk menjadi responden penelitian.

Tabel 5.1. Klasifikasi Index Massa Tubuh Pada Subjek Penelitian

Klasifikasi IMT Frekuensi (n) Persentase (%)

Underweight < 18.5 6 6.1

Normoweight 18.5 – 22.5 13 13.1

Overweight 23.0 – 29.9 72 72,7

Obesitas tingkat 1 30.0 – 34.9 4 4,0

Obesitas tingkat 2 35.0 - 39.9 2 2,0

(40)

Total 100 100

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 – Agustus 2012. Semua data

yang diperoleh adalah data primer. Yaitu berasal dari pengukuran langsung

terhadap penelitian. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 50

orang. Berikut adalah data demografi dari responden penelitian :

5.1.2.1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan usia, didapati sampel penelitian terbanyak pada usia

40-<49 tahun 19 orang (38.0%). Berdasarkan jenis kelamin, didapati sampel

overweight terbanyak adalah Perempuan 37 orang (74%). Berdasarkan suku,

didapati sampel terbanyak suku Batak 36 orang (72%). Berdasarkan pendidikan,

sampel terbanyak pendidikan SMA/SMK 27 orang (54%). Hal ini dapat dilihat

pada tabel 5.2. dibawah:

Tabel 5.2. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

(41)

Diploma 7 14 Sarjana 13 26

5.1.2.2. Berat Badan

Berdasarkan berat badan, dari 50 subjek penelitian, berat badan terendah

adalah 50 kg dan tertinggi adalah 88 kg. Rata-rata berat badan responden adalah

69,28 dengan standar deviasi 9,68. Dapat dilihat pada tabel 5.5. dibawah ini:

Tabel 5.3. Deskripsi Berat Badan Subjek Penelitian

Karekteristik Berat Badan Nilai (kg)

Nilai Minimum 50

Nilai Maksimum 88

Mean 69,28

Standar Deviasi 9,689

5.1.2.3. Tinggi Badan

Berdasarkan tinggi badan, dari 50 subjek penelitian, tinggi badan terendah

adalah 145 cm dan tertinggi adalah 178 cm. Rata-rata tinggi badan subjek adalah

159,94 dengan standar deviasi 8,91. Dapat dilihat pada tabel 5.6. dibawah ini :

Tabel 5.4. Deskripsi Tinggi Badan Subjek Penelitian

Karakteristik Tinggi Badan Nilai (cm)

Nilai Minimun 145

Nilai Maksimum 178

Mean 159,94

(42)

5.1.2.4. Kadar Gula Darah Puasa

Berdasarkan kadar gula darah puasa, dari 50 subjek penelitian kadar gula

darah (KGD) puasa terendah adalah 78 mg/dL dan tertinggi adalah 120 mg/dL.

Rata-rata KGD puasa subjek penelitian ini adalah 94,80 dengan standar deviasi

11,27 Dapat dilihat pada tabel 5.8. dibawah ini :

Tabel 5.5. Deskripsi Kadar Gula Darah Puasa Subjek Penelitian

Karakteristik KGD Puasa Nilai (mg/dL)

Nilai Maksimum 120

Nilai Minimum 78

Mean 94,80

Standar Deviasi 11,272

KGD Puasa dinyatakan terganggu apabila hasil pemeriksaan gula darah

puasa > 100 mg/dL. Berikut merupakan distribusi KGD Puasa Terganggu pada

subjek penelitian. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.6. Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Terganggu Pada Subjek Penelitian

KGD Jumlah (orang) Persentase (%)

<100 39 78

>100 11 22

(43)

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara Overweight yang dapat

diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Peningkatan Kadar Gula

Darah. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan uji

korelasi Pearson yang dinyatakan melalui tabel berikut:

Tabel 5.7. Analisis Uji Korelasi Pearson

Hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah

Variabel Penelitian Pearson Correlation P value

IMT 0.001 0.995

KGD

Penelitian ini menggunakan hipotesis dua arah (two-tailed) dengan tingkat

kepercayaan 95%, yang berarti jika didapati nilai p > 0.005 berarti hipotesis nol

penelitian diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah.

Untuk menilai kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut,

dilakukan interpretasi dari nilai koefisien korelasi Pearson. Menurut (Wahyuni,

2007), berdasarkan besar nilai r, maka tingkat hubungannya dapat ditafsirkan

sebagai berikut:

Dalam penelitian ini didapati nilai koefisien korelasi Pearson (r = 0,001).

Tanda positif menyatakan arah hubungan, yakni bila semakin tinggi IMT maka

semakin tinggi nilai Peningkatan Kadar Gula Darah. Sedangkan 0,001

menyatakan besarnya kekuatan hubungan antara IMT dengan Peningkatan Kadar

(44)

5.2. Pembahasan

Dari penelitian terhadap 50 responden yang overweight, didapati 38

sampel berumur 40-49 tahun (38%) dan 74% subjek yang mengalami overweight

adalah perempuan (Tabel 5.2).

Umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang tidak dapat diubah pada

banyak faktor risiko seperti pada kejadian overweight. Penelitian yang dilakukan

Kantachuvessiri et al (2005) dalam Justitia (2012) menyatakan bahwa seseorang

yang berumur 40-59 tahun cenderung mengalami kenaikan berat badan

dibandingkan dengan umur yang lebih muda. Hal ini disebabkan oleh banyak

faktor beberapa diantaranya frekuensi konsumsi pangan yang sering, aktivitas

yang kurang, fungsi pencernaan dan metabolisme yang smakin melambat serta

kurang memperhatikan ukuran tubuhnya dibanding pada umur yang lebih muda.

Dalam penelitian ini wanita lebih banyak yang mengalami overweight

(74%) daripada pria (26%). Lelaki mempunyai massa otot lebih banyak dan

menggunakan kalori lebih banyak dari wanita dikarenakan aktivitas yang lebih

banyak dan pembakaran kalori oleh otot yang lebih banyak dibanding wanita.

Dengan demikian, perempuan lebih mudah bertambah berat badan berbanding

lelaki dengan asupan kalori yang sama menurut (Gayle Galletta, 2005).

Berdasarkan Riskesdas (2007), kelompok umur 15 tahun ke atas kelebihan berat

badan (overweight) pada wanita (23.8%) terjadi lebih dominan dibandingkan pada

pria (13.9%).

Dilihat kejadian overweight berdasarkan suku yang paling banyak adalah

Suku Batak, dimana terdapat 23 responden (34%). Untuk saat ini belum ada

penelitian menjelaskan teori yang spesifik mengenenai pengaruh IMT terhadap

suku.

Dari hasil analisis data penelitian (Tabel 5.7.), didapatkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara overweight dengan peningkatan kadar gula darah (p >

0.05). sehingga didapat bahwa overweight belum mempengaruhi kadar gula darah

dibanding dengan obesitas. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Amsriza

(45)

ada pengaruh yang bermakna antara kedua variabel tersebut. Sedangkan penelitian

Justitia (2012) menunjukkan adanya hubungan antara obesitas dengan

peningkatan kadar gula darah. diduga hal ini karena adanya faktor-faktor lain

yang mempengaruhi seperti herediter, pola makan, aktivitas fisik, tingkat

pendidikan yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil penelitian ini dengan

penelitian-penelitian sebelumnya dimana peneliti tidak melakukan penilaian

terhadap faktor-faktor tersebut.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-urain yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

6.1.1. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh pedagang pusat pasar Medan yaitu terdiri

dari Underweight sebanyak 6 orang (6,1%), Normoweight sebanyak 13

orang (13,1%), Overweight sebanyak 72 orang (72.7%), Obesitas tingkat 1

sebanyak 4 orang (4%), Obesitas tingkat 2 sebanyak 2 orang (3%), dan

Obesitas tingkat 3 sebanyak 2 orang (2%).

6.1.2. Rata-rata Kadar Gula Darah pedagang pusat pasar Medan adalah 94,80.

6.1.3. Tidak ada hubungan Overweight dengan peningkatan Kadar Gula Darah

pada pedagang pusat pasar Medan.

6.2. Saran

6.2.1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel lebih

besar, agar dapat memperkaya data.

6.2.2. Perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa dan 2 jam pp dalam

waktu yang bersamaan.

6.2.3. Perlu dilakukan perubahan life style dan pemeriksaan kadar gula darah

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Amsriza, F. R., 2007. Pengaruh Obesitas terhadap Tekanan Darah dan Kadar

Glukosa Darah pada Lansia. Universitas Muhamadiyah Yogyakart

a.Available from :

TEKANAN

Accesed 25 March 2012]

Anggraeni, A.C., 2012. Nutritional Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Barasi, M.E., 2007. Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga, 102.

Dorland, W.A N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC.

Ganong, W., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : EGC , 280- 281.

Guyton, A. C., dan Hall, J. E., 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC, 1022.

Justitia, N.S., 2011. Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Kadar Gula Darah

pada Guru-Guru SMP Negeri 3 Medan. UniversitasSumatera Utara.

Availablefrom

[Accesed 29 March 2012]

Klapp, E. A., 2011. Few Factors That Affect Your Blood Glucose Normal

Levels. The Diabetes Club. Available from:

Accessed 18

(48)

Lewis, E.C., 2009. Health Concerns Real for the Overweight Espescially if Other

Risk Factors Present. American Heart Association (AHA). Available from:

Meutia, N. 2005. Peran Hormon Ghrelin Dalam Meningkatkan Nafsu Makan.

Universitas Sumatera Utara. Available from :

[Accesed 7 Juli 2012]

Mumpuni, Y., dan Wulandari, A.,2010. Cara Mengatasi Kegemukan. Yogyakarta :

Andi

Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., dan Rodwell, V. W., 2003. Biokimia

Harper Edisi 25. Jakarta : EGC, 195-205.

Nathan, D.M., dan Delahanty, L.M., 2010. Menaklukkan Diabetes.

Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

Olatunbosun, S. T., 2011. Insulin Resistance Overview. Available from :

Accesed

17 April 2012]

Sartika, R.A.D. 2011. Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di

Indonesia. Universitas Indonesia. Available from :

[Accesed 29 Juli 2012]

Sherwood, LZ., 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:

EGC, 595-677.

(49)

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI, 1849.

Sugondo, S., 2007. Obesitas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III

Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI, 1919-1923.

Tandra, H., 2009. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Wahyuni, A.S., 2009. StatistikaKedokteran. Jakarta : Bamboedoea

Communication.

Whitlock, G., et al., 2011. Body Mass Index and Cause Specific Mortality in

900.000 adults : Collaborative Analyses of 57 Prospective Studies. Lancet.

2009 ; 373:1083-96.

WHO., 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Dalam :

Report of a WHO Consultation. Geneva Switzerland.. Available from :

Accessed 5 April 2012]

Yoon , Y.S. , Oh, S.W, dan Park, H.S., 2006. Socioeconomic Status in Relation to

Obesityand Abdominal Obesity in Korean Adults : A Focus On Sex Differences. Dalam : Obesity Volume 14 : 909-919.

Zhong, J. Z., Zhe, D., dan Cheng, X. Y., 2011. A New Tumor Necrosis Factor

(TNF)-Α Regulator, Lipopolysaccharides- Induced

TNF-α Factor, is

Associated with Obesity and Insulin Resistance. Dalam : Chinese Medical

Journal Volum e 124 No. 2, China : 177-182. Available from :

(50)

DATA RIWAYAT HIDUP Lampiran 1

Nama : Lydia Theresia T

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 02 Desember 1991

Agama : Kristen Protestant

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat : Jalan Sukaria No.69A (Pancing/Wiliem Iskandar) Medan

Nomor Telepon : 085762486512

Orang Tua : Drs. T. Tampubolon, MSi (Ayah)

R. Sinaga, Bsc (Ibu)

Riwayat Pendidikan :

1. TK Perguruan Kristen Immanuel Medan 1996-1997 2. SD Budi Murni 7 Medan 1997-2003 3. SMP Negeri 27 Medan 2003-2006 4. SMA Negeri 1 Medan 2006-2009

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Panitia Porseni Fakultas Kedokteran USU 2011

2. Anggota Seksi Acara dan Tim Musik Perayaan Natal Fakultas Kedokteran USU 2011

(51)

4. Tim Musik Gerejawi HKBP Pardamean Medan 2005-2012

5. Kakak Asuh Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran USU 2012

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)

OUTPUT SPSS LAMPIRAN 6

A. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) 100 responden

IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

B. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Usia subjek penelitian

Frequency Percent Valid Percent

(59)

Jenis Kelamin subjek penelitian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 13 26.0 26.0 26.0

Perempuan 37 74.0 74.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Suku subjek penelitian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 36 72.0 72.0 72.0

Jawa 10 20.0 20.0 92.0

Aceh 1 2.0 2.0 94.0

Minang 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pendidikan subjek penelitian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 2.0 2.0 2.0

SMP 2 4.0 4.0 6.0

SMA/SMK 27 54.0 54.0 60.0

Diploma 7 14.0 14.0 74.0

S1 13 26.0 26.0 100.0

(60)

C. Deskripsi Berat badan, Tinggi badan, Kadar Gula Darah

Berat Badan, Tinggi Badan, Kadar Gula Darah

BeratBadan TinggiBadan KGD

N Valid 50 50 50

Missing 1 1 1

Mean 69.28 159.94 94.80

Median 70.00 160.00 93.00

Std. Deviation 9.689 8.915 11.272

Minimum 50 145 78

Maximum 88 178 120

Klasifikasi berdasarkan Kadar gula darah puasa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <100 = Normal 39 78.0 78.0 78.0

>100= Meningkat 11 22.0 22.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

D. Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KGD .113 50 .142 .922 50 .003

IMT .078 50 .200* .971 50 .246

a. Lilliefors Significance Correction

(61)
(62)
(63)

E.Uji Korelasi

Correlations

KGD IMT

KGD Pearson Correlation 1 .001

Sig. (2-tailed) .995

N 49 49

IMT Pearson Correlation .001 1

Sig. (2-tailed) .995

(64)

Gambar

Gambar 2.1. Timbangan Injak
Gambar 2.2. Timbangan dengan Pengukur Tinggi Badan
Gambar 2.3. Pengukuran Panjang Badan
Tabel 2.3. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT menurut
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah mendapatkan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta untuk menjadi subjek penelitian yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara usia, indeks massa tubuh dan tekanan darah dengan kadar gula darah pada lansia di Desa Baturan Kecamatan

Tujuan Untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah pada anak dengan indeks massa tubuh normal dan overweight. Metode Penelitian ini merupakan penelitian cross- sectional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan kadar gula darah pada lansia di Kota Semarang.. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian

telah mendapatkan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta untuk menjadi subjek penelitian yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah

Syukur kehadirat Tuhan YME atas segala nikmat, ramat, karunia dan hidayah- Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara indeks massa tubuh

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa kadar glukosa darah anak dapat dipengaruhi oleh Indeks Massa Tubuh, dimana anak dengan Indeks Massa Tubuh normal akan

Indeks massa tubuh IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, dimana Peningkatan berat badan