TESIS
Oleh
KIKI FITRI MAGDALENA MANURUNG
107011008/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
KIKI FITRI MAGDALENA MANURUNG
107011008/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. DIPO STAR FINANCE CABANG MEDAN)
Nama Mahasiswa : KIKI FITRI MAGDALENA MANURUNG
Nomor Pokok : 107011008
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)(Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
2. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS
3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
Nama : KIKI FITRI MAGDALENA MANURUNG
Nim : 107011008
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI
KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP
PERJANJIAN KREDIT DALAM PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN(LEASING)ATAS KLAIM DARI
TERTANGGUNG (STUDI PADA PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN PT. DIPO STAR FINANCE CABANG
MEDAN)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama :KIKI FITRI MAGDALENA MANURUNG
risiko itu dan berusaha agar risiko itu tidak terwujud. Atas pertimbangan ini, Pihak Leasing (perusahaan pembiayaan) harus dapat menghilangkan paling tidak mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam setiap pemberian kredit. Permasalahan dalam tesis ini adalah Bagaimana tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap perjanjian kredit dalam perusahaan pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan, Bagimana tata cara pelaksanaan klaim Asuransi kendaraan bermotor yang terjadi pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan, Bagaimana penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan Asuransi dan Customer yang kendaraan bermotornya di leasingkan di PT. Dipo Star Finance Cabang Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan hukum normatif dan empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan penelitian lapangan yang dilakukan dengan wawancara langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Peranan dan tanggung jawab perusahaan asuransi kepada perusahaan pembiayaan adalah sebagai pihak dalam pejanjian leasing atau perjanjian pembiayaan konsumen, memberikan proteksi atau perlindungan bagi obyekleasingdan tanggung jawabnya yaitu memberikan ganti rugi terhadap obyek leasing apabila timbul pengajuan klaim, memberikan jaminan penggantian terhadap risiko- risiko yang termasuk dalam ketentuan Pasal 1 Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia 2) Pengajuan klaim asuransi kendaraan bermotor dapat dilakukan oleh tertanggung ditempuh dengan cara melaporkan kejadian kecelakaan/kerusakan/kehilangan kendaraan tersebut baik kepada perusahaan pembiayaan (PT. Dipo Star Finance Cabang Medan) ataupun langsung kepada perusahaan Asuransi dimana kendaraan tersebut di asuransikan dapat dilakukan dengan cara datang langsung ke kantor, telepon atau pun faximile
paling lama 3x 24 jam dimana dokumen- dokumen yang dibutuhkan haruslah dilengkapi. Berdasarkan penelitian dilapangan terdapat beberapa perbedaan tata cara pengajuan klaim antara klaim dikarenakan kendaraan tersebut mengalami kerusakan/kecelakaan dengan klaim dikarenakan kendaraan tersebut hilang. 3) Usaha penyelesaian sengketa lebih diupayakan dengan musyawarah mufakat, sampai terjadi perdamaian diantara kedua belah pihak, dimana apabila tidak ditemukan penyelesaiannya dengan cara musyawarah maka yang akan dilakukan melalui
arbitrase sesuai dengan ketentuan dalam Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia.Apabila telah ditempuh penyelesaian sengketa melalui Arbitrase namun belum terjadi kesepakatan maka jalan terakhir adalah melalui pengadilan. Namun sampai saat ini di PT. Dipo Star Finance Cabang Medan tidak pernah ditemui sengketa dengan Lessee yang mengharuskan penyelesaiannya melalui arbitrase
bermotor, hendaknya tata cara dipermudah dan dipercepat, sehingga tertanggung/
lessee bisa lebih cepat menggunakan kendaraanya dalam beraktivitas dan tetap menjaga hubungan kerjasama yang telah terjalin antara pihak penanggung dan tertanggung. 3) Hendaknya apabila terjadi perselisihan antaraLesseedan perusahaan asuransi dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat saja dan tidak sampai ke penyelesaian sengketa melalui arbitrase ataupun ke pengadilan.
risk which may occur in any credit extension. The purpose of this analytical descriptive study with empirical normative approach was to find out the what the responsibility of insurance company for credit agreement in the Leasing company of PT. Dipo Star Finance Medan Branch is, how the claim for motor vehicle insurance occurring in PT. Dipo Star Finance Medan Branch is implemented, and how the claim related to the dispute occurred between the insurance company and the customer whose motor vehicle is leased in PT. Dipo Star Finance Medan Branch is settled. The data for this study were obtgained through documentation study and direct interviews.
The result of this study showed that 1) The role of insurance company for Leasing company was as one of the parties in the Leasing agreement or consumer financing agreement providing protection to the object of leasing, and its responsibility was to provide compensation for the object of leasing if claimed, to provide replacement guarantee for the risks included in the provision of article 1 of the Standart Policy Od Indonesian Motor Vehicle Insurance, 2) Motor vehicle insurance could be claimed by the insured by reporting the accident/ damage/ loss of the vehicle either to Leasing company ( PT. Dipo Star Finance Medan Branch) or directly coming, calling or sending faximile to the insurance company where the vehicle was insured not later than 3x24 hours and with complete documents needed, in practice, there are several different procedures of failing a claim such as filing a claim because the vehicle is damaged/ experiencing an accident or lost/ missing, 3) The dispute occurred was usually settled through deliberation and consensus until both paties made peace. If this deliberation and consensus did not work, the dispute would be settled through arbitration in accordance with the provision in the Indonesian Motor Vehicle Insurance Policy. If arbitration did not work either , the dispute would eventually be brought to the court. Yet, up to now, PT. Dipo Star Finance Medan Branch has never been in a dispute with its lessee which required a settlement settled through arbitration or even to be brought to the court.
It is suggested that 1) The parties involved know own rights and responsibilities stated in their credit agreement either in the financing process or in the process of failing an insurance claim that they become more responsible in case undersirable things occur in the future. 2) The procedures in the process of fauling an insurance claim for motor vehicle should be simplified and speeded up that the insured/ lessee can use the vehicle earlier in his/ her activity and the cooperation between the insurer and the insured can be maintained, and 3) If there is a dispute between the Lessee and the insurance company, it is better to settle it through deliberation and consensus only not through arbitration or being in to the court.
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan tesis ini dengan baik, guna
melengkapi syarat untuk mencapai gelar master pada Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul tesis ini mengenai “TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PERJANJIAN KREDIT
DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ( LEASING ) ATAS KLAIM DARI
TERTANGGUNG (STUDI PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. DIPO
STAR FINANCE CABANG MEDAN).”
Penulis sadar dalam penyusunan tesis ini banyak dibantu oleh pihak-pihak
tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan, oleh karenanya
penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan tesis ini. Semoga Tuhan YME membalas orang-orang
yang berbuat baik dan menolong saudaranya. Secara khusus disampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat komisi pembimbing yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Bapak Ketua Program Studi Magister
dan Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
sekaligus merupakan Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad.Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
Atas kesediaanya memberikan bimbingan penulisan yang baik juga arahan
dan petunjuk demi kesempurnaan tesis ini, dimana berkat bimbingan yang diberikan
sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Bapak dan Ibu dosen yang
terhormat yaitu:
1. Ibu Dr. T. Kezerina Devi A, SH, CN, MHum, selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
sekaligus Penguji.
4. Bapak Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKN selaku Dosen Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
sekaligus Penguji..
Atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, arahan serta masukan
maupun saran terhadap penyempurnaan penulisan tesis ini, sehingga penulisan tesis
ini menjadi lebih terarah.
Selanjutnya ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M,Sc. (CTM), Sp.A (K) Selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
4. Para pegawai/karyawan pada Program Magister Kenotariatan yang selalu
membantu dengan sepenuh hati, terutama untuk memperlancar urusan
administrasi yang diperlukan.
5. Bapak David Manggiring, Bapak Rudy, Bapak Andri Manurung (legal staff PT.
Dipo Star Finance Cabang Medan), yang telah banyak memberikan bantuan dan
data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.
6. Ibu Nova Wirashanty (SPV Claim and underwriting/ Marketing PT.Asuransi
Mitra Maparya Cabang Medan), yang telah banyak memberikan bantuan
informasi dan data mengenai klaim asuransi kendaraan bermotor serta
penyelesaiannya di PT. Asuransi Mitra Maparya Cabang Medan, beserta
pemegang polis asuransi kendaraan bermotor PT. Asuransi Mitra Maparya
Cabang Medan yang telah bersedia memberikan waktunya untuk memberikan
keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan tesis ini.
7. Keluargaku tercinta, papa M.T Manurung, mama A.Y. Iswahyuti, kakak ku Asri
Martha N. Manurung, bang Said Andri dan ponakan kecilku Said Alvaro Araly,
serta seluruh Keluarga Besar Manurung, yang sudah memberikan dukungan dan
9. Buat sahabat-sahabat ku di Magister Kenotariatan, Mami Mira, Ernawati Sitorus,
Diah Handayani, Wilson Wijono, Joel Kaban, Milsa, bang Erwin dan
Teman-teman Group B yang tak bisa ku sebut satu persatu, Sahabat kecil ku Paskalia
Marlina Lumbanbatu, Regina Junho, Novianti Hutagalung, Maria Leonita Pinem,
Lestari Viktoria, Kebersamaan menjadi indah karena berbagi tawa dan airmata.,
semoga persahabatan ini tidak terputus. Love you Guys.
10. Kepada semua orang yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu yang telah
mencintaiku dan memberikan motivasi dalam hidup ku selama 25 tahun ini.
Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan
dari semua pihak, semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang
cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2013 Penulis,
Nama : Kiki Fitri Magdalena Manuurng
Tempat/ Tanggal Lahir : Torgamba / 6 Juli 1988
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Pelajar GG. Mestika No.7 Medan
No Telepon : 082165271106
II. KELUARGA
Nama Ayah : M.T. Manurung
Nama Ibu : A.Y Iswahyuti
Nama Kakak : Asri Martha N. Manurung
III. PENDIDIKAN
Tamat SD : Tahun 2000, SD ST. Maria Pekanbaru
Tamat SMP : Tahun 2003, SMP ST. Thomas 4 Medan
Tamat SMA : Tahun 2006, SMA ST. Thomas 1 Medan
Tamat S-1 : Tahun 2010 Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR ISTILAH ASING... xii
DAFTAR SINGKATAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan... 12
C. Tujuan Penelitian... 12
D. Manfaat Penelitian... 13
E. Keaslian Penelitian ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 14
G. Metode Penelitian... 34
BAB II TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PERJANJIAN KREDIT DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ... 38
A. Gambaran Umum Perusahaan Pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan ... 38
B. Gambaran Umum Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor... 55
A. Gambaran Umum tentang Klaim Asuransi ... 85
B. Tata Cara Pengajuan Klaim Asuransi ... 88
C. Perlindungan Hukum terhadap pemegang polis... 98
D. Contoh Penyelesaian Klaim Asuransi ... 105
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ASURANSI 108 A. Pranata Alternatif Penyelesaian Sengketa ... 108
B. Penyelesaian Sengketa Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor yang Dileasingkan di PT. Dipo Star Finance Cabang Medan... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 124
A. Kesimpulan... 124
B. Saran ... 126
Arbitrase : Penyelesaian sengketa alternative
Assured : Tertanggung
Assurantie : Asuransi/ Pertanggungan
Accident : Kecelakaan
Cover note : Nota penutup
Customer : Konsumen/ nasabah/ debitur
Customer Finance : Pembiayaan konsumen
Comprehensive : Gabungan
cash flow : Aliran dana
Cost of life : Kehilangan jiwa
Engineering insurance : Asuransi kerekayasaan
Endorsement : Perubahan
Executoir : Eksekusi
Field research : Penelitian lapangan
Garantie : Penjaminan
Insurer : Penanggung
Insurance : Asuransi
Indemnity : Prinsip jaminan atas ganti rugi
Joint Venture : Usaha Patungan
Klaim Report : Keterangan tempat terjadinya kejadian
Kans- overeenkommst : Perjanjian untung- untungan
Library Researsch : Studi kepustakaan
Leasing : Sewa Guna Usaha
Lessee : Nasabah / Konsumen
Lessor : Pihakleasingitu sendiri sebagai pemilik modal
leveransir : Penjual
Legal responsibility : Tanggung jawab hukum
Marine Cargo : Asuransi pengangkutan barang
Motor Vehicle Insurance : Asuransi kendaraan bermotor
Over : Diatas
Own Risk/Deductible : Risiko sendiri
Off balance sheet : Aset/ Hutang/ aktifitas Finansial yang tidak
dimasukkan dalam neraca keseimbangan
perusahaan.
Personal Accident insurance : Asuransi kecelakaan diri
Pure Risk : Risiko murni
Risk controlling : Pengawasan risiko
Risk transferring : Memindahkan risiko
Risk transfer theory : Teori pengalihan risiko
Risk avoidance : Risiko yang dihindari
Risk reduction : Pengurangan risiko
Risk retention : Risiko yang ditekan/ ditahan
Risk sharing : Risiko yang dibagi
Reasuransi : Penanggung ulang
Sertificate : Sertifikat/ polis
Speculative risk : Risiko spekulatif
Self insurance : Menanggung sendiri risiko
Subrogation : Subrogasi- pengalihan hak
Supplier, : Penjual
Sparepart : Alat- alat kendaraan
Treaty : Ketentuan batas penutupan
Take it or leave it : Ambil atau lepaskan
Trustful : Prinsip Kepercayaan
Uncertainity : Ketidakpastian
Unmost goodfaith : Prinsip itikad baik
Underwritting : Teknik akseptase
Under insured : Dibawah harga
Vendor : Penjual
AAUI : Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
DP : Down Payment
KUH Perdata : Kitab Undang- Undang Hukum Perdata
KUHD : Kitab Undang- Undang Hukum Dagang
MOU : Memorandum of Understanding
PSKBI : Polis Standar Kendaraan Bermotor Indonesia
PMK : Peraturan Menteri Keuangan
TLO : Total Loss Only
UU : Undang- Undang
AOG : Act of God
RSCCTS : Riot, Strike, Civil, Commotion, Terrorism, Sabotase
CV : Commanditaire Vennootschap
risiko itu dan berusaha agar risiko itu tidak terwujud. Atas pertimbangan ini, Pihak Leasing (perusahaan pembiayaan) harus dapat menghilangkan paling tidak mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam setiap pemberian kredit. Permasalahan dalam tesis ini adalah Bagaimana tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap perjanjian kredit dalam perusahaan pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan, Bagimana tata cara pelaksanaan klaim Asuransi kendaraan bermotor yang terjadi pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan, Bagaimana penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan Asuransi dan Customer yang kendaraan bermotornya di leasingkan di PT. Dipo Star Finance Cabang Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan hukum normatif dan empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan penelitian lapangan yang dilakukan dengan wawancara langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Peranan dan tanggung jawab perusahaan asuransi kepada perusahaan pembiayaan adalah sebagai pihak dalam pejanjian leasing atau perjanjian pembiayaan konsumen, memberikan proteksi atau perlindungan bagi obyekleasingdan tanggung jawabnya yaitu memberikan ganti rugi terhadap obyek leasing apabila timbul pengajuan klaim, memberikan jaminan penggantian terhadap risiko- risiko yang termasuk dalam ketentuan Pasal 1 Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia 2) Pengajuan klaim asuransi kendaraan bermotor dapat dilakukan oleh tertanggung ditempuh dengan cara melaporkan kejadian kecelakaan/kerusakan/kehilangan kendaraan tersebut baik kepada perusahaan pembiayaan (PT. Dipo Star Finance Cabang Medan) ataupun langsung kepada perusahaan Asuransi dimana kendaraan tersebut di asuransikan dapat dilakukan dengan cara datang langsung ke kantor, telepon atau pun faximile
paling lama 3x 24 jam dimana dokumen- dokumen yang dibutuhkan haruslah dilengkapi. Berdasarkan penelitian dilapangan terdapat beberapa perbedaan tata cara pengajuan klaim antara klaim dikarenakan kendaraan tersebut mengalami kerusakan/kecelakaan dengan klaim dikarenakan kendaraan tersebut hilang. 3) Usaha penyelesaian sengketa lebih diupayakan dengan musyawarah mufakat, sampai terjadi perdamaian diantara kedua belah pihak, dimana apabila tidak ditemukan penyelesaiannya dengan cara musyawarah maka yang akan dilakukan melalui
arbitrase sesuai dengan ketentuan dalam Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia.Apabila telah ditempuh penyelesaian sengketa melalui Arbitrase namun belum terjadi kesepakatan maka jalan terakhir adalah melalui pengadilan. Namun sampai saat ini di PT. Dipo Star Finance Cabang Medan tidak pernah ditemui sengketa dengan Lessee yang mengharuskan penyelesaiannya melalui arbitrase
bermotor, hendaknya tata cara dipermudah dan dipercepat, sehingga tertanggung/
lessee bisa lebih cepat menggunakan kendaraanya dalam beraktivitas dan tetap menjaga hubungan kerjasama yang telah terjalin antara pihak penanggung dan tertanggung. 3) Hendaknya apabila terjadi perselisihan antaraLesseedan perusahaan asuransi dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat saja dan tidak sampai ke penyelesaian sengketa melalui arbitrase ataupun ke pengadilan.
risk which may occur in any credit extension. The purpose of this analytical descriptive study with empirical normative approach was to find out the what the responsibility of insurance company for credit agreement in the Leasing company of PT. Dipo Star Finance Medan Branch is, how the claim for motor vehicle insurance occurring in PT. Dipo Star Finance Medan Branch is implemented, and how the claim related to the dispute occurred between the insurance company and the customer whose motor vehicle is leased in PT. Dipo Star Finance Medan Branch is settled. The data for this study were obtgained through documentation study and direct interviews.
The result of this study showed that 1) The role of insurance company for Leasing company was as one of the parties in the Leasing agreement or consumer financing agreement providing protection to the object of leasing, and its responsibility was to provide compensation for the object of leasing if claimed, to provide replacement guarantee for the risks included in the provision of article 1 of the Standart Policy Od Indonesian Motor Vehicle Insurance, 2) Motor vehicle insurance could be claimed by the insured by reporting the accident/ damage/ loss of the vehicle either to Leasing company ( PT. Dipo Star Finance Medan Branch) or directly coming, calling or sending faximile to the insurance company where the vehicle was insured not later than 3x24 hours and with complete documents needed, in practice, there are several different procedures of failing a claim such as filing a claim because the vehicle is damaged/ experiencing an accident or lost/ missing, 3) The dispute occurred was usually settled through deliberation and consensus until both paties made peace. If this deliberation and consensus did not work, the dispute would be settled through arbitration in accordance with the provision in the Indonesian Motor Vehicle Insurance Policy. If arbitration did not work either , the dispute would eventually be brought to the court. Yet, up to now, PT. Dipo Star Finance Medan Branch has never been in a dispute with its lessee which required a settlement settled through arbitration or even to be brought to the court.
It is suggested that 1) The parties involved know own rights and responsibilities stated in their credit agreement either in the financing process or in the process of failing an insurance claim that they become more responsible in case undersirable things occur in the future. 2) The procedures in the process of fauling an insurance claim for motor vehicle should be simplified and speeded up that the insured/ lessee can use the vehicle earlier in his/ her activity and the cooperation between the insurer and the insured can be maintained, and 3) If there is a dispute between the Lessee and the insurance company, it is better to settle it through deliberation and consensus only not through arbitration or being in to the court.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian dunia yang begitu cepat, menyebabkan
terjadinya kompetisi yang ketat di antara para pelaku pasar dalam penyediaan modal,
di samping itu terjadinya peningkatan pelayanan jasa dalam kualitas dan kuantitas,
yang melahirkan berbagai produk pasar yang serba memudahkan konsumen.
Peningkatan pelayanan dan penyediaan fasilitas kemudahan yang diadakan oleh para
pelaku pasar, bukannya tidak berisiko bagi investasi, karenanya para investor lebih
menyukai suatu produk pelayanan yang memiliki aspek legalitas, seperti suatu aturan
atau perundang-undangan yang menjamin usaha yang dimaksud.
Dewasa ini Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang
perekonomiannya cukup pesat. Untuk menunjang pertumbuhan perekonomian yang
pesat tersebut diperlukan dana yang cukup besar. Oleh karena itu sarana penyediaan
dana yang dibutuhkan masyarakat perlu diperluas.1
Secara konvensional dana yang diperlukan untuk menunjang pembangunan
tersebut disediakan oleh lembaga perbankan. Dalam rangka pembangunan dibidang
ekonomi diperlukan tersedianya dana, yang salah satunya adalah dalam bentuk kredit
yang diberikan oleh lembaga perbankan.2tetapi keberadaan lembaga perbankan tidak
mencukupi kebutuhan akan dana tersebut, Oleh karena itu diperlukan adanya
alternatif pembiayaan lainnya selain bank. Adanya alternatif pembiayaan lainnya
dimaksud dibutuhkan mengingat akses untuk mendapatkan dana dari bank sangat
terbatas.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah pada tahun 1988 melalui
Kepres Nomor. 61 Tahun 1988 membuka peluang bagi berbagai badan usaha untuk
melakukan kegiatan-kegiatan pembiayaan sebagai alternatif lain untuk menyediakan
dana guna menunjang pertumbuhan perekonomian Indonesia tersebut.
Kegiatan-kegiatan pembiayaan tersebut dilakukan oleh suatu lembaga yang
disebut lembaga pembiayaan. Melalui lembaga pembiayaan para pelaku bisnis bisa
mendapatkan dana atau modal yang dibutuhkan. Keberadaan lembaga pembiayaan ini
sangat penting, karena fungsinya hampir sama dengan bank. Dalam prakteknya
sekarang ini lembaga pembiayaan banyak dimanfaatkan oleh pelaku bisnis ketika
membutuhkan dana atau barang modal untuk kepentingan perusahaan.
Sejak tahun 1988 pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan untuk lebih
memperkuat sistem lembaga keuangan nasional melalui pengembangan dan perluasan
berbagai jenis lembaga keuangan, salah satunya adalah lembaga pembiayaan, yang
bertujuan untuk memperluas penyediaan pembiayaan alternatif bagi dunia
bisnis/usaha sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan dana untuk menunjang
kegiatan usaha.
Dalam perkembangan bisnis dan usaha, sering kita jumpai beberapa jenis
usaha pelayanan, salah satunya lembaga pembiayaan leasing yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Kep.-122/MK/IV/2/1974,
Nomor.32/M/SK/2/1974, Nomor 30/Kpb/I/1974 tertanggal 7 Februari 1974, tentang
Perizinan Usaha Leasing.3 Lembaga pembiayaan leasing, dalam terjemahan bahasa
Indonesia disebut dengan sewa guna usaha, merupakan suatu lembaga pembiayaan
yang berorientasi pada pemberian atau peminjaman sejumlah modal kerja dalam
bentuk alat-alat produksi. Fasilitas yang diadakan oleh perusahan leasing sebagai
perusahaan pembiayaan, sangat meringankan beban konsumen/pasar yang
kekurangan modal untuk membeli alat pendukung usaha. Oleh sebab itu lembaga
pembiayaanleasingmenjadi alternatif untuk dalam peminjaman modal selain bank.4
PT. Dipo Star Finance merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang
melakukan kegiatan usahanya di bidang pembiayaan konsumen (consumer finance)
dan leasing (sewa guna usaha). Perusahaan ini berfokus pada pembiayaan otomotif
yaitu kendaraan roda empat (mobil ) dan kendaraan niaga (truck) serta alat- alat berat
yang memiliki kantor cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Salah
3
Wihardi, NIM 047011076, tesis,Perlindungan Hukum terhadap Hak Tertanggung dalam Pelaksanaan Klaim Asuransi Kebakaran, 2006, hal.80.
satu cabangnya adalah PT. Dipo Star Finance Cabang Medan. Perjanjian pembiayaan
konsumen pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan dibuat secara baku yaitu isi
perjanjian telah disusun secara sepihak oleh perusahaan, sehingga pihak perusahaan
dapat menerapkan kebijakan take it or leave it artinya bahwa isi perjanjian sudah
tidak dapat ditawar lagi apabila konsumen setuju dengan perjanjian silahkan ambil,
kalau tidak setuju silahkan mencari lembaga pembiayaan lain.
Kegiatan pembiayaan kendaraan bermotor pada perusahaan ini dilakukan
melalui sistem pemberian kredit yang dibayar oleh konsumen secara angsuran atau
berkala. PT. Dipo Star Finance Cabang Medan memiliki keunggulan dalam
pelayanan pembiayaan kendaraan bermotor seperti proses cepat, mudah, dan terjamin
dalam arti merupakan perjanjian baku yang berkekuatan hukum, serta adanya
pertanggungjawaban penyelesaian yang tuntas apabila terjadi masalah dikemudian
hari. Perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor pada PT. Dipo Star Finance Cabang
Medan merupakan perjanjian utang piutang antara PT. Dipo Star Finance Cabang
Medan dengan konsumen (lessee).
Seringkali hubungan lessor dan lessee hanya harmonis pada awal perjanjian,
pada saat satu pihak membutuhkan sesuatu (modal pembiayaan) sedang pihak lain
berusaha mendapatkan keuntungan, selanjutnya hubunganlessordan lesseediwarnai
berbagai persoalan. Persoalan utama yang paling sering terjadi adalah tertundanya
pemenuhan kewajiban dari lessee pada lessor dan timbulnya risiko- risiko pada
Tidak terpenuhinya kewajiban lessee seperti yang tertera diperjanjian
merupakan tindakan wanprestasi yang dalam perusahaan leasing merupakan risiko
usaha. Kerugian-kerugian yang dapat dialami oleh perusahaan leasing /lessor antara
lain kerusakan/ kehilangan obyekleasingyang mana status barang masih miliklessor
dan lessee hanya memiliki opsi membeli setelah berakhirnya pembayaran angsuran.
Oleh sebab itu, kemungkinan-kemungkinan kerugian yang disebabkan wanprestasi
pihak lessee dapat diperkecil risikonya dengan mempertajam klausula-klausula di
dalam perjanjian pembiayaan, bahkan membuat akta-akta tambahan sebagai bentuk
perjanjian lain yang disatukan dengan perjanjian pembiayaan.
Dalam pemberian kredit terkandung risiko yaitu pihak yang meminjam atau
debitur tidak mampu melunasi kredit pada waktunya dan untuk memperkecil risiko
itu biasanya kreditur meminta jaminan kepada debitur. Jaminan inilah yang kemudian
menjadi sumber dana bagi pelunasan kredit dalam hal debitur tidak mampu melunasi
kredit yang diterimanya. Namun hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah
perlunya memikirkan bagaimana memiliki persiapan menghadapi risiko, baik risiko
diri (jiwa) mapun risiko usaha yang ditekuni atau dijalankan. Menurut L. Athernm,
risiko merupakan aspek utama dari kehidupan manusia pada umumnya dan
merupakan faktor penting dalam asuransi. Risiko merupakan kemungkinan
penyimpangan harapan yang tidak menguntungkan yaitu ketidakpastian suatu
peristiwa yang tidak di inginkan.5
Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni(pure risk)dan risiko spekulatif.
6
Risiko murni (pure risk) adalah risiko yang akan memberikan kerugian apabila
risiko tersebut benar-benar terjadi, namun tidak akan memberikan kerugian maupun
keuntungan apabila risiko tersebut tidak terjadi. Sedangkan risiko spekulatif
(speculative risk) merupakan risiko yang menimbulkan dua peluang, yaitu peluang
untuk merugikan dan atau peluang untuk memperoleh keuntungan. Apabila risiko ini
terjadi maka akan merugikan, sedangkan apabila tidak terjadi akan menguntungkan.
Risiko itu, apapun bentuknya seyogiyanya dikelola, agar tidak terjadi atau kalaupun
terjadi akan berdampak keuntungan. Sejauh ini persepsi dan respon terhadap risiko
adalah beraneka ragam. Ini artinya cara pandang dan jalan keluar dalam mengatasi
risiko juga tidak sama.
Jadi pembahasan mengenai asuransi tidak dapat dipisahkan dengan
pembahasan mengenai risiko. Hal ini disebakan karena risiko merupakan pengertian
inti dalam asuransi. Dalam ilmu asuransi risiko dapat dibedakan dalam beberapa arti,
yang intinya kemungkinan terjadinya kerugian, yaitu:
1. Risiko dalam arti benda yang menjadi obyek bahaya.
2. Risiko dalam arti orang yang menjadi sasaran pertanggungan
3. Risiko dalam arti bahaya.7
Pengertian risiko diberi batasan sebagai kemungkinan terjadinya suatu
keuntungan yang semula diharapkan tidak tercapai karena kejadian diluar kuasa
manusia (misalnya bencana seperti banjir dan gempa bumi), kesalahan sendiri atau
perbuatan manusia.8 Risiko yang diderita dapat berupa kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan sehingga menyebabkan timbulnya upaya untuk
menghindari dan mengalihkan risiko kepada pihak lain yang bersedia
menanggungnya, dalam hal ini adalah pihak asuransi. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan akan rasa aman kepada masyarakat yaitu dengan
mengadakan perjanjian pelimpahan risiko kepada pihak lain. Perjanjian ini disebut
perjanjian asuransi.9
Menurut Emmy Pangaribuan Simmanjuntak, asuransi itu mempunyai tujuan
pertama-tama ialah untuk mengalihkan risiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa
yang tidak diharapkan terjadinya itu kepada orang lain yang mengambil risiko itu
untuk mengganti kerugian.10 Risiko bersifat merugikan, dan sebagai suatu musibah
atau malapetaka, risiko datangnya tidak pasti dan tidak dapat diduga dan dapat terjadi
dengan tiba- tiba harus terjadi.
Pada umumnya, risiko tersebut direspon sebagai suatu kejadian yang
merugikan, karena itu dikelola untuk dihindari (risk avoidance) dikurangi (risk
reduction), ditahan atau ditekan (risk retention), dibagi (risk sharing) dan dialihkan
atau ditransfer (risk transfer).11 Sementara jalan keluar yang lazim ditempuh dalam
mengatasi risiko adalah dengan cara berasuransi. Seiring dengan terus terpenuhinya
8H.Gunanto,Ibid,hal. 13.
9 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 8.
10
Emmy Pangaribuan Simmanjuntak,Hukum Pertanggungan ( Pokok- pokok Pertanggungan Kerugian Kabakaran dan Jiwa), FH-UGM, Yogyakarta, 1990, hal. 5.
kebutuhan manusia dari hari ke hari mengakibatkan manusia bukan hanya
menginginkan jaminan keamanan bagi dirinya namun juga meningkatkan
keinginannya untuk memiliki rasa aman terhadap harta bendanya, kesehatannya,
bahkan tanggung jawab hukumnya.
Dengan kata lain, semakin seseorang tersebut melakukan pemenuhan terhadap
setiap kebutuhannya, semakin besar rasa khawatir yang di rasakannya. Setiap
manusia memiliki risiko atas apapun yang dia lakukan.12
Mencegah kemungkinan akan kehilangan (kerugian) miliknya karena berbagai
sebab (yang tidak pasti) disebut menghadapi suatu risiko. Kemungkinan akan
kehilangan ini merupakan sesuatu hal yang tidak diinginkan dah harus dihadapi oleh
setiap orang. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah risiko tersebut
untuk mencegah kehilangan atau kerugian. Namun pada kenyataannya upaya tersebut
tidak selalu berhasil dalam menghadapi risiko yang dihadapi. Oleh karena itulah,
maka orang mencari cara lain untuk mengatasi risiko tersebut. Usaha-usaha seseorang
untuk memperalihkan risiko itulah yang menjadi dasar keberadaan lembaga asuransi
atau lembaga pertanggungan didalam masyarakat. Dengan cara mengasuransikan
sesuatu barang yang dimilikinya, maka orang yang menghadapi risiko atas harta
kekayaannya bermaksud untuk mengalihkan risikonya itu atau setidaktidaknya
membagi risiko itu dengan pihak lain yang bersedia menerima peralihan atau
pembagian risiko itu.
Jadi, pilihan berasuransi bukanlah semata-mata untuk mengalihkan atau alat
penyebaran risiko bisnis. Tetapi lebih jauh dari itu bahwa asuransi memberikan
manfaat, berupa adanya rasa aman, perlindungan, pendistribusian biaya dan manfaat
yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan agunan untuk memperoleh kredit,
berfungsi sebagai tabungan, alat penyebaran risiko dan membantu meningkatkan
kegiatan usaha.
Perjanjian asuransi sebagai lembaga pengalihan dan pembagian risiko
mempunyai kegunaan positif baik bagi masyarakat/konsumen, perusahaan maupun
bagi pembangunan negara. Konsumen yang melakukan penutupan perjanjian asuransi
akan merasa tenteram karena mendapat perlindungan dari kemungkinan
terjadinya/tertimpa suatu kerugian. Suatu perusahaan yang mengalihkan risikonya
melalui perjanjian asuransi akan dapat meningkatkan usahanya dan berani
menggalang tujuan yang lebih besar. Demikian pula premi-premi yang terkumpul
dalam suatu perusahaan asuransi dapat diusahakan dan digunakan sebagai dana untuk
usaha pembangunan dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Selain itu pada
pihak lain risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pembangunan juga dapat
dialihkan kepada perusahaan asuransi.
Asuransi atau pertanggungan yang merupakan terjemahan dari Isurance atau
Verzekering atau Assurantie, timbul karena kebutuhan manusia.13 Asuransi
Kendaraan Bermotor, salah satu jenis asuransi kerugian yang diminati konsumen
karena asuransi ini memberikan pertanggungan atas kerugian/ berkurangnya nilai
secara finansial atas obyek pertanggungan kendaraan bermotor yang disebabkan
karena menabrak, ditabrak, dicuri, terbakar, dan tergelincir. Secara spesifik juga
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor. 74/PMK.010/2007
khususnya Pasal 1 ayat (2) : Asuransi Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi
kerugian yang melindungi tertanggung dari risiko kerugian yang mungkin timbul
sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor.14
Asuransi Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari asuransi umum yang
menjamin kerugian atau kerusakan pada kendaraan bermotor yang dipertanggungkan
terhadap risiko tabrakan, perbuatan jahat orang lain, pencurian, kebakaran dan
sambaran petir, sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam Polis Kendaraan
Bermotor.Pasal 250 KUHD menyebutkan bahwa semua kepentingan dapat
diasuransikan, termasuk asuransi kendaraan bermotor. Kenyataannya memang tidak
sesederhana dan semudah itu dalam melakukan klaim, bahkan sering pemilik mobil
kecewa pada saat melakukan klaim. Hal ini karena tidak semudah seperti yang
dijanjikan semula pada saat melakukan penawaran, dimana segala sesuatunya
digambarkan sangat mudah, tetapi pada saat melakukan klaim keadaannya bisa sangat
berbeda. Akan tetapi, perusahaan asuransi juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan.
Tidak sedikit pemilik mobil yang mencoba mengambil keuntungan secara tidak
semestinya dari perusahaan asuransi.15
Walaupun banyak metode yang menangani risiko, namun asuransi adalah
metode yang paling banyak dipakai, asuransi memberikan perlindungan terhadap
risiko yang dihadapi perorangan maupun risiko yang dihadapi perusahaan.16
Atas pertimbangan ini, Pihak Leasingharus dapat menghilangkan atau paling
tidak mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam setiap pemberian kredit. Salah
satu caranya adalah dengan mengalihkan risiko tersebut kepada pihak lain yang
memang dimungkinkan baik dari segi yuridis maupun dari segi bisnis, yang tak lain
adalah asuransi.
Berdasarkan latarbelakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk menelaah
lebih lanjut mengenai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan sejauh mana
tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap perusahaan Pembiayaan (Leasing) ini.
Penelaahan ini nantinya akan dilakukan melalui suatu penelitian dengan judul
“TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR
TERHADAP PERJANJIAN KREDIT DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
(LEASING) ATAS KLAIM DARI TERTANGGUNG (STUDI PADA
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. DIPO STAR FINANCE CABANG MEDAN).
15
Rismalida Simarsoit, Nim 057011077/M.kn ,tesis,Perlindungan Hukum Terhadap
Pemegang Polis Asuransi Kendaraan bermotor (Studi Pada PT. Asuransi Wuwungan cabang Medan), Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007, hal. 3
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi permasalahan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap perjanjian kredit
dalam perusahaan pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan ?
2. Bagimana tata cara pelaksanaan klaim Asuransi kendaraan bermotor yang
terjadi pada PT.Dipo Star Finance Cabang Medan?
3. Bagaimana penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan
Asuransi dan Customer yang kendaraan bermotornya di leasingkan di
PT. Dipo Star Finance Cabang Medan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap perjanjian
kredit dalam perusahaan pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan
2. Untuk mengetahui tentang tata cara pelaksanaan klaim asuransi kendaraan
bermotor yang terjadi pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan.
3. Untuk mengetahui penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan
Asuransi dan customer yang kendaraan bermotornya di leasingkan di
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis, yang dapat diterapkan sesuai dengan acuan pada kerangka
penelitian tersebut.
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbang saran dalam ilmu pengetahuan
khususnya bagi ilmu asuransi dan lembaga pembiayaan yang berlaku, terutama yang
mengatur tentang tanggung jawab perusahaan asuransi kendaraan bermotor kepada
perusahaan pembiayaan.
b. Secara Praktis
Diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberi manfaat untuk
diterapkan oleh pengambilan kebijaksanaan dan pelaksanaan hukum dibidang hukum
asuransi dan pembiayaan, tentang tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap
perjanjian kredit dalam perusahaan pembiayaan (leasing)., khususnya di PT. Dipo
Star Finance Cabang Medan.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh penulis, terhadap literatur yang
ada khususnya di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, sepanjang yang diketahui
penulis belum ada suatu penelitian yang dilakukan oleh orang lain yang membahas
tentang TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI KENDARAAN
PEMBIAYAAN ( LEASING ) ATAS KLAIM DARI TERTANGGUNG (STUDI
PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. DIPO STAR FINANCE CABANG
MEDAN), oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa sampai saat ini belum pernah ada
penulis lain yang melakukan penelitian dengan judul diatas namun ada beberapa tesis
yang membahas tentang asuransi kendaraan bermotor yaitu:
Tesis Rismalida Simarsoit (057011077/Mkn) dengan judul “ Perlindungan
Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Kendaraan Bermotor (Studi pada
PT.Asuransi Wuwungan Cabang Medan). Adapun Permasalahan yang diangkat oleh
penulis adalah:
a. Bagaimana tata cara pelaksanaan klaim asuransi kendaraan bermotor yang
terjadi di PT. Asuransi Wuwungan Cabang Medan?
b. Bagaimana tuntutan klaim dilakukann seandainya polis hilang?
c. Bagaimana penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan dengan
nasabah?
Dengan demikian sampai saat ini penelitian tesis ini benar-benar asli dan
bukan hasil karya atau penulisan orang lain.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam perkembangannya, ilmu hukum tidak terlepas dari ketergantungan
pada berbagai bidang ilmu termasuk ketergantungannya pada metodologi, karena
Teori bertujuan untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau
proses tertentu terjadi, dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.17
Teori berasal dari kata Theoria dalam bahasa Latin yang berarti perenungan,
yang pada gilirannya berasal dari katathea dalam bahasa Yunani yang secara hakiki
menyiratkan sesuatu yang disebut realitas. Menurut W.J.Neuman, yang pendapatnya
dikutip dari Otje Salman dan Anton F. Susanto, menyebutkan bahwa:
“Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. Ia adalah cara yang ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia ini bekerja”18
Teori merupakan suatu prinsip yang dibangun dan dikembangkan melalui
proses penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu
masalah.19
Menurut M. Solly Lubis, bahwa:
“ Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang bersesuaian dengan objek yang dijelaskan. Suatu penjelasan walau bagaimanapun menyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.”20
Jadi teori adalah seperangkat proposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep
yang sudah didefinisikan dan saling berhubungan antar variabel sehingga
17 J.J.J.M.Wuisman, Penelitian Ilmu- Ilmu Sosial, Asas- Asas, penyunting : M. Hisyam, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal.203.
18
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal.5.
menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu
variabel dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel
tersebut.21
Fungsi teori dalam penelitian adalah untuk mensistematiskan
penemuan-penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan-penemuan dan
menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori
merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang
dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.22
Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa penelitian hukum dilakukan untuk
menghasilkan argumentasi, teori, atau konsep baru sebagai preskripsi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.23 Sedangkan kerangka teori pada penelitian
hukum sosiologis atau empiris yaitu kerangka teoritis yang didasarkan pada kerangka
acuan hukum. Apabila tidak terdapat acuan hukumnya maka penelitian tersebut hanya
berguna bagi sosiologi dan kurang relevan bagi ilmu hukum.
Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam
membangun atau memperkuat kebenaran dan permasalahan yang dianalisis.
Kerangka teori yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kerangka pemikiran
atau butir- butir pendapat, teori, tesis, dari para penulis ilmu hukum di bidang hukum
perasuransian dan pembiayaan, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis,
21Maria S.W. Sumardjono, Pedoman, Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal. 12-13 dan Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta,1989, hal. 19.
22M. Solly Lubis (I),Op Cit, hal. 17.
yang mungkin disetujui atau tidak disetujui yang merupakan masukan bagi penulis
tesis ini. Dalam penelitian ini, menetapkan suatu kerangka teori adalah suatu
keharusan karena kerangka teori tersebut digunakan sebagai landasan berfikir untuk
menganalisa permasalahan yang dibahas.
Adapun teori yang dapat dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian ini
adalah teori tanggung jawab dari Hans Kelsen, yakni suatu konsep yang berhubungan
dengan konsep tanggungjawab hukum.24 Berdasarkan teori ini, tanggung jawab
dilihat dari hubungan para pihak didalam perjanjian, dimana setiap hubungan hukum
antara para pihak diawali dengan suatu perikatan atau perjanjian yang berakibat
adanya tanggung jawab masing-masing perusahaan asuransi dan perusahaan
pembiayaan. Para pihak dianggap wanprestasi apabila dia tidak melakukan apa yang
disanggupi untuk dilaksanakan sebagai kewajibannya untuk memenuhi prestasinya.
Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan,
melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat, atau melakukan sesuatu yang
menurut kontrak atau perjanjian tidak boleh dilakukan. Akibat dari wanprestasi itu
biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi, peralihan risiko, maupun
membayar biaya perkara.25 Dalam hubungan hukum para pihak akan menimbulkan
hak dan kewajiban masing-masing pihak yang pada akhirnya menimbulkan tanggung
jawab masing-masing.
24Hans Kelsen ( Alih Bahasa oleh Somardi), General Theory of Law & State ),Teori Umum
Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Jakarta, BEE Media Indonesia, 2007, hal. 95.
Pada umumnya setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatannya,
dengan demikian bertanggung jawab dalam pengertian hukum berarti adanya
keterikatan atau tanggung jawab hukum. Tanggungjawab hukum dimaksudkan
sebagai keterikatan terhadap ketentuan ketentuan hukum, dalam hal ini keterikatan
antara pihak asuransi kepadalesseedi perusahaan pembiayaan.
Pada umumnya setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatannya, oleh
karena itu bertanggung jawab dalam pengertian hukum berarti suatu keterikatan.
Dengan demikian tanggung jawab hukum (legal responsibility) sebagai keterikatan
terhadap ketentuan-ketentuan hukum. Bila tanggung jawab hukum hanya dibatasi
pada hukum perdata saja maka orang hanya terkait pada ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan hukum diantara mereka. “Tujuan utama dari penerapan prinsip
tanggung jawab dalam sistem hukum pada masyarakat primitif adalah untuk
memelihara kerukunan antara individu-individu dengan cara penyelesaian yang dapat
mencegah terjadinya pembalasan dendam. Namun, pada masyarakat modern ini dasar
falsafah dan tujuan utama dari penerapan prinsip tanggung jawab adalah
pertimbangan nilai-nilai dan rasa keadilan sosial secara luas baik dilihat dari segi
moral maupun dari segi kehidupan sosial”.26Jadi segala sesuatu yang ditetapkan dan
dilakukan yang akibatnya menyangkut orang banyak harus bisa dipetanggung
jawabkan didalamnya mengandung unsur rasa keadilan sosial secara luas baik dilihat
dari segi moralitas maupun segi kehidupan sosial.
26 HF Saefullah (tanpa tahun), Beberapa Masalah Pokok Tentang Tanggung jawab
Saat ini banyak pemilik kendaraan yang melakukan pembelian kendaraan
dengan cara mencicil. Jika terjadi musibah, pemilik kendaraan tetap harus membayar
cicilan hingga masa pembayaran usai. Dalam posisi kepemilikan seperti itu,
memindahkan risiko menjadi sangat penting dilakukan. Disinilah peran perusahaan
asuransi sebagai pengambil alih risiko tersebut, dimana tanggung jawab dari lessee
sebagai pemakai kendaraan beralih kepada perusahaan asuransi sebagai pihak yang
bertanggung jawab apa bila kendaraan tersebut terkena musibah.
Hidup penuh dengan risiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena
itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam yang terjadi
pada tahun-tahun belakangan ini dan memakan banyak korban, baik korban jiwa
maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya asuransi. Bagi setiap anggota
masyarakat termasuk dalam dunia usaha, risiko untuk mengalami ketidakberuntungan
seperti ini selalu ada. Dalam rangka mengatasi kerugian yang timbul, manusia
mengembangkan mekanisme yang saat ini kita kenal sebagai asuransi.
Perasuransian di Indonesia diatur dalam Bab I Pasal 1 Angka (1)
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.27 Sebelum
diundangkannya undang-undang usaha perasuransian, kegiatan perasuransian di
Indonesia hanya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan danOrdonantie op het
Levensverzkering bedriff(Staatsblad 1941 No 101).
Menurut Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan
asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.28
Dalam pasal 246 KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)
memberikan batasan perjanjian asuransi sebagai berikut; Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tidak tertentu.29
Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu:
a) Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
b) Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
c) Suatu peristiwa(accident)yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya).
28Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian
d) Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.
Perjanjian asuransi diatur dalam KUHD pada Buku 1 Bab IX secara
terpencar- pencar mengatur tentang ketentuan umum asuransi, mulai pasal 246
sampai dengan pasal 289 KUHD dan Bab X tentang pertanggungan terhadap bahaya
kebakaran, terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipanen
dan tentang pertanggungan jiwa. Pembuat Undang-undang menyatakan bahwa
asuransi termasuk dalam perjanjian untung- untungan (kans- overeenkommst) dimana
dalam perjanjian ini selain asuransi ada bunga cagak hidup dan perjudian (videPasal
1774 KUHPerdata). Penegasan oleh pasal tersebut selanjutnya dikatakan asuransi
diatur dalam pasal KUHD. Kemudian Undang- undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
usaha perasuransian (selanjutnya ditulis UU Nomor 2 Tahun 1992) yang
diundangkan pada tanggal 11 Februari 1992 dan diumumkan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1992, melengkapi ketentuan asuransi
yang diatur dalam KUHD.
Jadi oleh karena asuransi atau pertanggungan itu merupakan suatu perjanjian,
maka di dalamnya paling sedikit tersangkut dua pihak. Pihak yang satu adalah pihak
yang seharusnya menanggung risikonya sendiri, tetapi kemudian mengalihkannya
kepada pihak lain, pihak pertama ini lazim disebut sebagai tertanggung atau dengan
kata lain ialah pihak yang potensial mempunyai risiko. Sedangkan pihak yang lain
ialah pihak yang bersedia menerima risiko dari pihak pertama dengan menerima suatu
tersebut lazim disebut sebagai penanggung (biasanya perusahaan pertanggungan/
asuransi).
Kewajiban utama penanggung dalam perjanjian asuransi sebenarnya adalah
memberi ganti kerugian. Meskipun demikian kewajiban memberi ganti rugi itu
merupakan suatu kewajiban bersyarat atas terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa
yang diperjanjikan yang mengakibatkan timbulnya suatu kerugian. Artinya,
pelaksanaan kewajiban penanggung itu masih tergantung pada terjadi atau tidak
terjadinya peristiwa yang telah diperjanjikan oleh para pihak sebelumnya.
Untuk sampai pada suatu keadaan dimana penanggung/perusahaan harus
benar-benar memberi ganti kerugian harus dipenuhi 3 (tiga) syarat berikut ini:30
1. Harus terjadi peristiwa yang tidak tertentu yang diasuransikan.
2. Pihak tertanggung harus menderita kerugian.
3. Ada hubungan sebab akibat antara peristiwa dengan kerugian
Apabila suatu kerugian terjadi sebagai akibat dari suatu peristiwa yang tidak
tertentu yang diperjanjikan, maka tentu saja penanggung harus memenuhi
kewajibannya untuk memberi ganti kerugian. Meskipun demikian tidak setiap
kerugian dan setiap adanya peristiwa selalu berakhir dengan pemenuhan kewajiban
penanggung terhadap tertanggung, melainkan harus dalam suatu rangkaian peristiwa
yang mempunyai hubungan sebab akibat.
30 http://www.datacon.co.id/Asuransi-2011 Pengertian/ Asuransi.html, diakses pada tanggal
Perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan tegas memberikan kriteria
dan batasan luasnya proteksi atau jaminan yang diberikannya kepada tertanggung.
Kriteria dan batasan tersebut dicantumkan di dalam polis, sesuai dengan jenis
asuransi yang bersangkutan. Sehingga setiap polis tercantum jenis peristiwa apa saja
yang menjadi tanggung jawab penanggung. Jadi apabila terjadi kerugian yang
disebabkan karena peristiwa-peristiwa yang diperjanjikan itulah penanggung akan
membayar ganti kerugian.
Dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
menyebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari perjanjian
tersebut timbul suatu hubungan hukum antara dua pihak yang membuatnya yang
dinamakan perikatan.31 Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat
hukum yang dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak
memenuhi hak dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat menuntut
melalui pengadilan.
Dalam hubungan hukum Perusahaan asuransi memiliki tanggung jawab
kepada tertanggung dimana secara tidak langsung perusahaan asuransi juga
bertanggung jawab kepada pihak lessor (perusahaan pembiayaan) karena mobil/
kendaraan milik tertanggung masih di kreditkan ke perusahaan pembiayaan. Pihak
lessee/ tertanggung diwajibkan untuk mengasuransikan kendaraanya sesuai dengan
ketentuan dari kontrak/ perjanjian kredit.
Sebagai suatu perjanjian, leasing mempunyai alas hukum yang pokok yaitu
asas kebebasan berkontrak.32 Seperti yang terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata,
yang disebutkan: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali
selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik.”
Setiap orang bebas melakukan perjanjian, asal perjanjian tersebut memenuhi
persyaratan-persyaratan mengenai sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1320 KUH Perdata.33 Sepanjang memenuhi syarat seperti yang diatur oleh
perundang-undangan, maka leasing berlaku dan ketentuan tentang perikatan seperti
yang terdapat dalam buku ketiga KUH Perdata, berlaku juga untuk leasing, namun
demikian di samping alas hukum mengenai asas kebebasan berkontrak terdapat
beberapa alas hukum lainnya yang lebih bersifat administratif.
Istilah perjanjian kredit secara definitif tidak dikenal di dalam UU Perbankan,
namun bila ditelaah lebih lanjut mengenai pengertian kredit dalam UU Perbankan
tercantum kata-kata persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam. Kata-kata
tersebut menegaskan bahwa hubungan kredit adalah hubungan kontraktual (hubungan
yang berdasar pada perjanjian) yang berbentuk pinjam-meminjam.
32Iswi Hariyani, dan R. Serfianto DP, GebyarBisnis dengan Cara Leasing.Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hal 115
Dari pengertian kredit, dapat ditemukan adanya unsur-unsur dalam kredit
antara lain:
(1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa kredit tersebut
akan dibayar kembali oleh si penerima kredit dalam jangka waktu tertentu
yang telah diperjanjikan.
(2) Waktu, yaitu bahwa pemberian kredit dengan pembayaran kembali tidak
dilakukan pada waktu yang bersamaan melainkan dipisahkan oleh
tenggang waktu.
(3) Risiko, yaitu bahwa setiap pemberian kredit mempunyai risiko akibat
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dengan
pembayaran kembali. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin tinggi
risiko kredit tersebut.
(4) Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,
tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun dalam obyek kredit
yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan.
Kredit pada awalnya lebih merupakan suatu bentuk perjanjian pinjam
meminjam yang sebatas hanya terhadap sejumlah uang, namun dalam
perkembangannya kredit juga mulai meliputi pembayaran sejumlah uang atas
penggunaan atau pembelian suatu barang, terhadap kata penggunaan suatu barang
berorintasi pada bentuk kredit pembiayaan untuk kepentingan produksi seperti pada
atas pembelian suatu barang berorintasi pada bentuk kredit pembelian barang yang
bersifat konsumtif seperti yang dipraktekkan pada lembaga pembiayaan konsumen.
Perjanjian pembiayaan, lahir dari Kepres Nomor.1251/KMK.013/1988, KPTS
Menteri Keuangan Nomor. 1169/KMK.01-1991 tentang kegiatan Sewa Guna Usaha
(leasing). Perjanjian pembiayaan ini antara lain sebagai berikut :
a. Perjanjian sewa Guna Usaha;
b. Perjanjian Anjak Piutang;
c. Perjanjian Modal ventura;
d. Perjanjian Kartu kredit;
e. Perjanjian pembiayaan konsumen;
f. Perjanjian simpanan;
g. Perjanjian kredit;
h. Perjanjian penitipan;
i. Perjanjian bagi hasil.34
Leasingmerupakan suatu “kata atau peristilahan” baru dari bahasa asing yang
masuk kedalam bahasa Indonesia, yang sampai sekarang padanannya dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar tidak atau belum ada yang dirasa cocok. Istilahleasing
ini sangat menarik karena bertahan dalam nama tersebut tanpa diterjemahkan dalam
bahasa setempat, baik di Amerika yang merupakan asal-usul adanya lembagaleasing
ini, maupun di negara-negara yang telah mengenal lembagaleasingini.35
34
Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Buku III Tentang Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya, Alumni, Bandung, 1996, hal.31.
35
Secara umum leasing artinya adalah equipment funding, yaitu pembiayaan
peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik
secara langsung maupun tidak.36Adapun definisi lain darileasingdapat dikemukakan
sebagai berikut Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri, Menteri
Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perindustrian No.KEP.122/MK/
IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/ 1974, menyebutkan bahwa
leasingitu adalah
“Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaaan tertentu, berdasarkan pembayaran-penbayaran secara berkala, disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”.
Sejak dikeluarkan Keputusan Bersama Tiga Menteri mengenai status hukum
leasing di Indonesia, maka para sarjana hukum di Indonesia bertanya-tanya tentang
apakah sebenarnya leasing itu bila ditinjau dari segi hukum di Indonesia, sebab
selama ini segi-segi ekonomislah yang lebih sering ditonjolkan dalam informasi
tehnis yang diberikan oleh pihak- pihak yang bersangkutan, namun aspek yuridisnya
belumlah dianalisis secara mendalam.
Bertalian dengan sifat hukum perdata dari leasing tampaknya ada dua
pendapat yang berlawanan : Pendapat yang pertama menyatakan “Bahwa leasing
dalam pengertian yuridis adalah sewa-menyewa”. Sedangkan pendapat yang kedua
menyatakan, “Bahwa kontrak lease berdasarkan hukum perdata tidak dapat
ditetapkan di bawah satu penyebutan (nomen)37
Bandingkan dengan ketentuan Pasal 1 huruf (a) Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1169 Tahun 1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) :
“Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance lease) maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”.
Pada prinsipnya pengertian dari lembaga leasing itu sendiri adalah sama dan
harus terdiri dari unsur-unsur pengertian sebagai berikut38:
a. Pembiayaan perusahaan;
b. Penyediaan barang-barang modal;
c. Adanya jangka waktu tertentu;
d. Pembayaran secara berkala;
e. Adanya hak pilih (optie);
f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama.
Setiap perusahan yang bergerak dalam bidang leasing akan mewajibkan
konsumen (pihak lessee) untuk mendapatkan asuransi atas barang yang sedang
dileasingkan, hal ini bukan untuk perlindungan bagi lessee (konsumen) sebagai
pemakai barang atas obyekleasing (kendaraan bermotor), tetapi terutama bagi pihak
yang menyewakan (perusahan leasing/lessor) sebagai pemilik barang tersebut.
37
Komar Andasasmita,Leasing dan Praktek .Ikatan Notaris Bandung, 1993, hal 77.
Lembaga/institusi yang mempunyai kemampuan untuk mengambil alih risiko pihak
lain ialah lembaga asuransi, dalam hal ini adalah perusahan asuransi.
1. Konsepsi
Konsep merupakan salah satu bagian penting dari sebuah teori. Peranan
konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara
abstaksidan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abtsraksi
yang digeneralisasikan dari hal- hal yang khusus yang disebut definisi operasional.39
Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang
akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.40
Suatu kerangka konsepsi merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep- konsep khusus yang ingin atau yang akan diteliti. Suatu
konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu
abstaksidari gejala Tersebut. Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk memberikan
pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu dalam rangka penelitian ini perlu
dirumuskan serangkaian definisi operasional atas beberapavariable yang digunakan,
sehingga dengan demikian tidak akan menimbulkan perbedaan penafsiran atas
sejumlah istilah dan masalah yang dibahas. Disamping itu, dengan adanya penegasan
kerangka konsepsi ini, diperoleh suatu persamaan pandangan dalam menganalisis
masalah yang diteliti, baik dipandang dari aspek yurisis maupun dipandang dari aspek
39
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal.10.