• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Serbuk Batang Kelapa Sawit Sebagai Pengisi Pada Pembuatan Papan Plafon Menggunakan Perekat Tepung Tapioka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Serbuk Batang Kelapa Sawit Sebagai Pengisi Pada Pembuatan Papan Plafon Menggunakan Perekat Tepung Tapioka"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SERBUK BATANG KELAPA SAWIT

SEBAGAI PENGISI PADA PEMBUATAN PAPAN GIPSUM

PLAFON MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA

TESIS

Oleh

TIRAMA SIMBOLON

097026001/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMANFAATAN SERBUK BATANG KELAPA SAWIT

SEBAGAI PENGISI PADA PEMBUATAN PAPAN GIPSUM

PLAFON MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA

TESIS

Oleh

TIRAMA SIMBOLON

097026001/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PEMANFAATAN SERBUK BATANG KELAPA SAWIT

SEBAGAI PENGISI PADA PEMBUATAN PAPAN GIPSUM

PLAFON MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Oleh

TIRAMA SIMBOLON

097026001/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : PEMANFAATAN SERBUK BATANG

KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGISI PADA PEMBUATAN PAPAN GIPSUM PLAFON

MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG

TAPIOKA

Nama : TIRAMA SIMBOLON

Nomor Induk Mahasiswa : 097026001 Program Studi : Magister Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Anwar Dharma Sembiring, MS Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Anwar Dharma Sembiring, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc

2. Dr. Nasruddin MN, M.Eng.Sc

3. Prof. Drs. Muhammad Syukur, MS

(6)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PEMANFAATAN SERBUK BATANG KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGISI PADA PEMBUATAN PAPAN GIPSUM PLAFON

MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil karya saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar

Medan, 21 Juni 2011

(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Tirama Simbolon NIM : 097026001 Program Studi : Fisika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :

Pemanfaatan Serbuk Batang Kelapa Sawit Sebagai Pengisi Pada Pembuatan Papan Gipsum Plafon Menggunakan Perekat Tepung Tapioka

Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk

data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 21 Juni 2011

(8)

PEMANFAATAN SERBUK BATANG KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGISI PADA PEMBUATAN PAPAN GIPSUM PLAFON

MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan serbuk batang kelapa sawit sebagai pengisi pada pembuatan papan gipsum plafon menggunakan perekat tepung tapioka. Papan gipsum plafon dibuat dengan mencampurkan serbuk batang kelapa sawit dan gipsum ke dalam tepung tapioka yang telah dilarutkan dengan air, dan variasi dilakukan antara serbuk batang kelapa sawit dengan gipsum. Pembanding yang digunakan papan gipsum merk Jayaboard yang komersial. Variasi paling optimum gipsum, batang kelapa sawit, dan tepung tapioka yaitu (35:15:15). Untuk karakterisasi sifat fisik diperoleh densitas 1,43 g/cm3 dan penyerapan air 23,82%, namun hasil ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan densitas 1,03 g/cm3 dan penyerapan air 37,4% dari papan gipsum komersial. Untuk karakterisasi sifat panas diperoleh suhu transisi gelas 170 oC dan titik dekomposisi 310 oC dan menunjukkan bahwa campuran hanya terjadi ikatan secara fisis. Untuk karakterisasi sifat mekanik dihasilkan nilai MOE 62,22 MPa, MOR 16,62 MPa, kuat tarik 6,52 MPa, dan impak 4777,8 J/m2, yang menunjukkan hasil lebih baik daripada nilai MOE 6,13 MPa, MOR 1,28 MPa, kuat tarik 0,91 MPa, dan impak 2500 J/m2 papan gipsum komersial.

(9)

UTILIZATION OF POWDER PALM OIL STEM AS A FILLER IN THE MANUFACTURE OF GYPSUM BOARD CEILING USING

TAPIOCA FLOUR

ABSTRACT

The research about the utilization of palm oil stem powder as a filler in the manufacture of gypsum board ceiling using tapioka flour has been done. Gypsum board ceiling made by mixing palm oil stem powder and gypsum into tapioca flour that has been diluted with water, and variations between palm oil stem powder with gypsum. The comparison used gypsum board a commercial brand of Jayaboard. The optimum variation of gypsum, oil palm stem powder, and tapioca flour is (35:15:15). The characterize for physical properties obtained by the density of 1,43 g/cm3 and water absorption of 23,82%, but this result not too different than the commercial gypsum board is density of 1,03 g/cm3 and water absorption of 37,4%. The characterize for termal properties obtained temperature of glass transition 170 °C and a melting point of 310 oC and showed that a mixture occurred only in a physical bond only. The characterize for mechanical properties of the resulting value of 62,22 MPa MOE, 16,62 MPa MOR, 6,52 MPa tensile strength, and 4777,8 J/m2 impact, which showed better results than the value of 6,13 MPa MOE, 1,28 MPa MOR, 0,91 MPa tensile strength, and 2500 J/m2 impact of commercial gypsum board.

(10)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga

tesis yang berjudul “Pemanfaatan Serbuk Batang Kelapa Sawit Sebagai Pengisi Pada Pembuatan Papan Plafon Menggunakan Perekat Tepung Tapioka” ini dapat diselesaikan.

Dengan diselesaikannya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universtas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc atas kesempatan yang diberikan kepada penulis menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Ketua Program Studi Magister Fisika, Dr. Nasruddin MN, M.Eng.Sc, dan Sekretaris Program Studi Magister Fisika Dr. Anwar Dharma Sembiring, MS atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Dr. Anwar Dharma Sembiring, MS selaku Pembimbing Utama dan Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan perhatian, dorongan, bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran menuntun dan membimbing penulis hingga selesainya penelitian ini.

2. Bapak Dr. Nasruddin MN, M. Eng.Sc, Bapak Prof. Drs. Muhammad Syukur, MS, dan Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc., atas dorongan dan do’a yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan pada Pascasarjana USU

4. Ibu Dr. Yugia Muis, M.Sc selaku Kepala Laboratoium Polimer FMIPA USU beserta staf atas fasilitas dan sarana yang diberikan selama penelitian.

5. Kepala Laboratorim Penelitian FMIPA USU dan Kepala Laboratorium PTKI Medan dalam bantuannya menganalisa sampel.

(11)

7. Suami tercinta Jafar Siddik, SE dan anak tersayang Rizky Khairiyah Siregar yang telah memberikan dorongan moril yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

8. Abangda Tamrin Simbolon, Kakanda Doharni Simbolon, Sarintan Simbolon, Masdewani Simbolon, Adinda Nursamian Simbolon dan Yuli Ros Epita Simbolon, serta keponakan yang sangat aku cintai yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Rekan-rekan seangkatan 2009 atas kekompakan dan kerjasamanya yang baik selama perkuliahan maupun selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan untuk masa yang akan datang.

Hormat Penulis,

(12)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap berikut gelar : Tirama Simbolon, S.Si

Tempat dan Tanggal Lahir : Sibontar, 13 september 1975

Alamat Rumah : Jl. Pintu Air IV Gg. Dahlia N0.10, Medan

Telepon/HP : 081361780321/085275436667

Email : tiramasimbolon@yahoo.co.id

Instansi Tempat Bekerja : Fakultas Kedokteran -USU

Alamat Kantor : Jl. Dr. Mansur No. 5 Medan

Telepon/Faks/HP : 061-8211045

DATA PENDIDIKAN

SD : SDN Sisalean Tamat : 1989

SMP : MTsN Padang Sidimpuan Tamat : 1992

SMU : MAN 2 Padang Sidimpuan Tamat : 1995

Strata-1 : Fisika FMIPA USU Tamat : 2001

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

RIWAYAT HIDUP v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xiii

DAFTAR ISTILAH xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Perumusan Masalah 3

1.3Tujuan Penelitian 3

1.4Manfaat Penelitian 3

1.5Pembatasan Masalah 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Batang Kelapa Sawit 5

2.1.1 Sifat Fisik Batang Kelapa Sawit 6

2.1.2 Pemanfaatan Batang Kelapa Sawit 7

2.2 Gipsum 8

2.2.1 Sifat, Bentuk dan Jenis Gipsum 9

2.2.2 Aplikasi Gipsum 10

2.3 Papan Gipsum 11

(14)

2.3.2 Pemanfaatan Papan Gipsum Sebagai Plafon 13

2.4 Tepung Tapioka 14

2.5 Karakterisasi Fisik Papan Gipsum Plafon Dengan

Pengisi Serbuk Batang Kelapa Sawit Menggunakan

Perekat Tepung Tapioka 15

2.5.1 Karakterisasi Densitas 16

2.5.2 Karakterisasi Penyerapan Air 16

2.6 Karakterisasi Panas dengan Differential Thermal

Analysis (DTA) Papan Gipsum Plafon Dengan Pengisi

Serbuk Batang Kelapa Sawit Menggunakan Perekat

Tepung Tapioka 17

2.7 Karakterisasi Mekanik Papan Gipsum Dengan Pengisi

Serbuk Batang Kelapa Sawit Menggunakan Perekat

Tepung Tapioka 19

2.7.1 Pengujian MOR dan MOE 19

2.7.2 Pengujian Kuat Tarik 22

2.7.3 Pengujian Impak 23

BAB III METODOLOGI 26

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 26

3.2 Bahan 26

3.3 Alat 26

3.4 Diagram Alir 27

3.4.1 Preparasi Bahan Pengisi Serbuk Batang Kelapa

Sawit 27

3.4.2 Pembuatan Papan Gipsum Plafon Dengan

Pengisi Serbuk Batang Kelapa Sawit dan

Perekat Tepung Tapioka 28

3.5 Prosedur 29

(15)

Sawit 29

3.5.2 Pembuatan Papan Gipsum Plafon Dengan

Perekat Tepung Tapioka dan Bahan Pengisi

Serbuk Halus Batang Kelapa Sawit 29

3.5.3 Pembuatan Papan Gipsum Plafon Murni 30

3.5.4 Karakterisasi Fisik Dari Papan Gipsum Plafon 30

3.5.4.1 Karakterisasi Densitas 30

3.5.4.2 Karakterisasi Dengan Penyerapan Air 31

3.5.5 Karakterisasi Termal Dengan DTA Dari Papan

Gipsum Plafon 31

3.5.6 Karakterisasi Sifat Mekanik Papan Gipsum

Plafon 32

3.5.6.1 Proses Pengujian Mekanik MOE dan

MOR 32

3.5.6.2 Proses Pengujian Mekanik Kuat Tarik 32

3.5.6.3 Proses Pengujian Impak 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35

4.1 Hasil Pemanfaatan Serbuk Batang Kelapa Sawit Dalam

Pembuatan Papan Gipsum Plafon 35

4.2 Hasil Karakterisasi Fisik Dari Papan Gipsum Plafon 35

4.2.1 Hasil Karakterisasi Densitas 35

4.2.2 Hasil Karakterisasi Penyerapan Air 37

4.3 Hasil Karakterisasi Termal Dengan DTA Dari Papan

Gipsum Plafon 38

4. 3.1 Pengukuran Temperatur Kritis 39

4. 3.2 Perhitungan Perubahan Temperatur 42

4.4 Hasil Pengujian Sifat Mekanik Papan Gipsum Plafon 43

4.4.1 Hasil Pengujian MOE dan MOR 43

4.4.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik 47

(16)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 52

5.1 Kesimpulan 52

5.2 Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 54

(17)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.1 Sifat – Sifat Fisik Pada Bagian Dalam Batang Sawit 6

2.2 Spesifikasi Ukuran Papan Gipsum 12

2.3 Variasi Campuran Gipsum, Batang Kelapa Sawit, Dan

(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1 Pola Umum Kurva DTA 18

2.2 Uji MOR dan MOE 20

2.3 Defleksi Maksimum 21

2.4 Ilustrasi Skematis Pengujian Impak Dengan Benda Uji

Charpy 24

3.1 Preparasi Batang Kelapa Sawit Menjadi Serbuk Halus 27

3.2 Pembuatan Papan Gipsum Plafon Dengan Bahan Pengisi

Serbuk Halus Batang Kelapa Sawit Menggunakan Perekat

Tepung Tapioka 28

3.3 Sampel Uji Kuat Tarik 33

4.1 Grafik Hubungan Antara Densitas Dengan Sampel

(Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka) 36

4.2 Grafik Hubungan Antara Persentase Penyerapan Air

Dengan Sampel (Gipsum : Batang Kelapa Sawit :

Tapioka) 37

4.3 Diagram Hasil Pengukuran Uji DTA Terhadap Papan

Gipsum Plafon Untuk Sampel Gipsum Murni 39

4.4 Diagram Hasil Pengukuran Uji DTA Terhadap Papan

Gipsum Plafon Untuk Sampel Gipsum : Batang Kelapa

(19)

Nomor

Gambar Judul Halaman

4.5 Diagram Hasil Pengukuran Uji DTA Terhadap Papan

Gipsum Plafon Untuk Sampel Gipsum : Batang Kelapa

Sawit : Tapioka (45:5:15) 41

4.6 Grafik Hasil Pengukuran Uji MOE dan MOR Terhadap

Papan Gipsum Plafon 44

4.7 Grafik Hubungan Antara Nilai MOE Dengan Sampel

(Gipsum : Batang Sawit : Tapioka) 45

4.8 Grafik Hubungan Antara Nilai MOR Dengan Sampel

(Gipsum : Batang Sawit : Tapioka) 46

4.9 Grafik Hasil Pengukuran Uji Kuat Tarik Terhadap Papan

Gipsum Plafon 48

4.10 Grafik Hubungan Antara Nilai Kuat Tarik Dengan Variasi

Sampel (Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka) 49

4.11 Grafik Hubungan Antara Harga Impak Dengan Variasi

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran Judul Halaman

A Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel

(Gipsum : Serbuk Batang Kelapa Sawit : Tapioka) 57

B Persentase Penyerapan Air Dari Papan Gipsum Plafon

Terhadap Sampel (Gipsum : Serbuk Batang Kelapa

Sawit : Tapioka) 58

C Data Hasil Perhitungan Perubahan Temperatur (∆T)

Terhadap Sampel (Gipsum : Serbuk Batang Kelapa

Sawit : Tapioka) 59

D Modulus Elastisitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap

Sampel (Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka) 60

E Modulus Patah Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap

Sampel (Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka) 61

F Kuat Tarik Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel

(Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka) 62

G Uji Impak Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel

(Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka) 63

H Uji Fisis Densitas dan Penyerapan Air dari Papan Gipsum

(21)

Nomor

Lampiran Judul Halaman

I Uji Mekanis Modulus Elastisitas dari Papan Gipsum

Plafon Jayaboard Komersial 65

J Uji Mekanis Modulus Patah dari Papan Gipsum Plafon

Jayaboard Komersial 66

K Uji Mekanis Kuat Tarik dari Papan Gipsum Plafon

Jayaboard Komersial 67

L Uji Mekanis Impak dari Papan Gipsum Plafon Jayaboard

Komersial 68

M Foto Hasil Pencetakan Papan Gipsum Plafon Dengan

Pengisi Serbuk Batang Kelapa Sawit dan Perekat

Tepung Tapioka 69

N Foto Karakterisasi Fisis Densitas dan Penyerapan Air

Terhadap Papan Gipsum Plafon 70

O Foto Karakterisasi Mekanis MOE dan MOR, Kuat Tarik,

dan Impak Terhadap Papan Gipsum Plafon 71

P Foto Bahan-Bahan Penelitian 72

Q Foto Peralatan Penelitian 73

R Foto Aktivitas Selama Penelitian 74

S Grafik DTA Gipsum Murni 75

T Grafik DTA 35 : 15 : 15 76

(22)

DAFTAR ISTILAH

ASTM : American Standart for Testing and Material.

Densitas : Ukuran kepadatan dari suatu material.

DTA : Differential Thermal Analysis, merupakan alat untuk

mengidentifikasi sifat termal dari suatu senyawa.

Gipsum : Mineral yang bahan utamanya terdiri dari hydrated

calcium sulfate.

MOE : Perbandingan antara tegangan (σ) dan regangan(Ɛ).

MOR : Tegangan lengkung akhir sebelum terjadinya patah

dari suatu material dalam kelengkungannya.

MPa : Satuan kekuatan tekan dalam satuan Mega Pascal.

Plafon : Interior permukaan bagian atas dari ruangan yang

digunakan untuk menutupi sebagian atau seluruh

struktur dasar dari atap.

SNI : Standar Nasional Indonesia

Tg : Transisi Gelas dalam satuan oC.

(23)

PEMANFAATAN SERBUK BATANG KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGISI PADA PEMBUATAN PAPAN GIPSUM PLAFON

MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan serbuk batang kelapa sawit sebagai pengisi pada pembuatan papan gipsum plafon menggunakan perekat tepung tapioka. Papan gipsum plafon dibuat dengan mencampurkan serbuk batang kelapa sawit dan gipsum ke dalam tepung tapioka yang telah dilarutkan dengan air, dan variasi dilakukan antara serbuk batang kelapa sawit dengan gipsum. Pembanding yang digunakan papan gipsum merk Jayaboard yang komersial. Variasi paling optimum gipsum, batang kelapa sawit, dan tepung tapioka yaitu (35:15:15). Untuk karakterisasi sifat fisik diperoleh densitas 1,43 g/cm3 dan penyerapan air 23,82%, namun hasil ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan densitas 1,03 g/cm3 dan penyerapan air 37,4% dari papan gipsum komersial. Untuk karakterisasi sifat panas diperoleh suhu transisi gelas 170 oC dan titik dekomposisi 310 oC dan menunjukkan bahwa campuran hanya terjadi ikatan secara fisis. Untuk karakterisasi sifat mekanik dihasilkan nilai MOE 62,22 MPa, MOR 16,62 MPa, kuat tarik 6,52 MPa, dan impak 4777,8 J/m2, yang menunjukkan hasil lebih baik daripada nilai MOE 6,13 MPa, MOR 1,28 MPa, kuat tarik 0,91 MPa, dan impak 2500 J/m2 papan gipsum komersial.

(24)

UTILIZATION OF POWDER PALM OIL STEM AS A FILLER IN THE MANUFACTURE OF GYPSUM BOARD CEILING USING

TAPIOCA FLOUR

ABSTRACT

The research about the utilization of palm oil stem powder as a filler in the manufacture of gypsum board ceiling using tapioka flour has been done. Gypsum board ceiling made by mixing palm oil stem powder and gypsum into tapioca flour that has been diluted with water, and variations between palm oil stem powder with gypsum. The comparison used gypsum board a commercial brand of Jayaboard. The optimum variation of gypsum, oil palm stem powder, and tapioca flour is (35:15:15). The characterize for physical properties obtained by the density of 1,43 g/cm3 and water absorption of 23,82%, but this result not too different than the commercial gypsum board is density of 1,03 g/cm3 and water absorption of 37,4%. The characterize for termal properties obtained temperature of glass transition 170 °C and a melting point of 310 oC and showed that a mixture occurred only in a physical bond only. The characterize for mechanical properties of the resulting value of 62,22 MPa MOE, 16,62 MPa MOR, 6,52 MPa tensile strength, and 4777,8 J/m2 impact, which showed better results than the value of 6,13 MPa MOE, 1,28 MPa MOR, 0,91 MPa tensile strength, and 2500 J/m2 impact of commercial gypsum board.

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini tingkat kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal di

Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk

dari tahun ke tahun. Hal tersebut tentunya memicu penggunaan kayu secara

besar-besaran yang akan berdampak terganggunya kelestarian hutan yang ada, sehingga

dapat merusak keseimbangan alam yang pada akhirnya akan merugikan manusia.

Dengan kondisi tersebut, maka pemerintah memperketat pengawasan penebangan

dan peredaran kayu hutan. Langkah ini berakibat keberadaan kayu semakin langka

sehingga semakin mahal pula harganya (Budi, 2009).

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu di cari bahan-bahan yang murah dan lebih mudah diperoleh untuk menggantikan fungsi kayu tersebut. Batang

kelapa sawit dapat menjadi alternatif untuk menggantikan fungsi penggunaan

kayu tersebut, dimana selama ini belum dimanfaatkan secara optimal

penggunaannya. Selama ini yang banyak dimanfaatkan serat sabut kelapa sawit

dan cangkang kelapa sawit untuk bahan bakar boiler, begitu juga dengan tandan

kosong untuk bahan baku papan serat. Namun batang kelapa sawit sejauh ini

belum banyak digunakan secara optimal. Padahal dari keseluruhan kelapa sawit

yang diperoleh selama proses ekstraksi biji kelapa sawit menjadi minyak kelapa

sawit, batang kelapa sawit memiliki jumlah yang paling besar yaitu sekitar 70,2

%, jika dibandingkan dengan pelepah daun 10,16 %, tandan buah kosong 2,07 %,

sabut kelapa sawit 1,62 % dan cangkang biji yang hanya 0,935%. Sifat-sifat yang

dimiliki batang kelapa sawit ini tidak berbeda jauh dengan kayu – kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga, sehingga tentunya hal ini dapat pula

dimanfaatkan secara optimal penggunaannya, terutama untuk bahan pengisi

(26)

Gipsum adalah salah satu produk jadi setelah material baku gipsum diolah melalui proses pabrik. Papan gipsum digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding partisi dan plafon. Dulu sebelum papan gipsum popular, masyarakat menggunakan triplek sebagai bahan penutup plafon. Saat ini triplek menjadi material yang cukup mahal dikarenakan bahan baku pembuat triplek tersebut sudah sangat sulit didapat. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum melihat manfaat dari papan gipsum tesebut. Papan gipsum plafon merupakan interior permukaan bagian atas dari ruangan yang digunakan untuk menutupi sebagian atau seluruh struktur dasar dari atap. Di Indonesia plafon biasanya dibuat dari campuran semen, gipsum dan serat-serat seperti rami, serat-serat pakaian bekas atau kertas sebagai pengganti (Sitio, 2005).

Beberapa penelitian sebelumnya tentang pembuatan papan gipsum telah dilakukan antara lain oleh Rosmaida (2009) yang melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah padat pabrik kertas rokok sebagai pengisi bahan papan gipsum partisi dengan perekat tepung tapioka. Dan Salon (2009) yang juga melakukan penelitian tentang pembuatan papan gipsum plafon dengan bahan pengisi yang sama tetapi menggunakan perekat polivinil alkohol. Dari kedua penelitian diatas, menggunakan komposisi perekat sebanyak 10% dari komposisi limbahnya. Ghazi (2010) melakukan penelitian terhadap sifat-sifat termofisik seperti konduktivitas, kapasitas panas, dan kepadatan dari empat tipe papan gipsum plester.

Tapioka merupakan jenis tepung pati ubi kayu yang dibuat dengan cara mengekstraksi ubi kayu segar (singkong) dan mengeringkannya hingga menjadi tepung. Tapioka ini memiliki sifat sebagai pengikat jika dicampurkan dengan air karena unsur selulosa yang terkandung di dalam tepung tapioka mudah bersenyawa air. Penggunaan tapioka ini diharapkan dapat menjadi pengikat yang baik antara serbuk batang kelapa sawit dengan gipsum. Kekuatan ikatan diperoleh setelah kadar air berkurang melalui proses pengeringan. Semakin tinggi ikatan serat maka akan memperbesar penahanan zat–zat lain yang terkandung di dalam serbuk batang kelapa sawit tersebut, dengan semakin kuatnya ikatan antar serat, otomatis meningkatkan kekuatan material yang dihasilkan (Rosmaida, 2009).

(27)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah serbuk batang kelapa sawit dapat digunakan sebagai pengisi

dalam pembuatan papan gipsum plafon dengan menggunakan perekat

tepung tapioka.

2. Apakah pemanfaatan serbuk batang kelapa sawit sebagai pengisi

dengan menggunakan perekat tepung tapioka efektif dalam

meningkatkan sifat fisik, panas dan mekanik dari papan gipsum plafon.

3. Berapakah kondisi optimum pencampuran antara gipsum dengan

serbuk batang kelapa sawit yang menggunakan perekat tepung tapioka

dalam pembuatan papan gipsum plafon.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mendapatkan papan gipsum dari bahan pengisi serbuk batang

kelapa sawit dengan menggunakan perekat tapioka.

2. Untuk mengetahui sifat fisik, panas dan mekanik dari papan gipsum

plafon yang dibuat menggunakan bahan pengisi serbuk batang kelapa

sawit dan perekat tepung tapioka.

3. Untuk mengetahui perbandingan yang optimum pencampuran antara

gipsum dengan serbuk batang kelapa sawit yang menggunakan perekat

tepung tapioka dalam pembuatan papan gipsum plafon.

4. Untuk mengetahui peran tapioka terhadap karakteristik papan gipsum

plafon dengan bahan pengisi serbuk batang kelapa sawit.

1.4 Manfaat Penelitian

Dapat dimanfaatkannya serbuk batang kelapa sawit yang terbuang untuk

pembuatan plafon sebagai pengisi dari campuran gipsum dan tepung

(28)

1.5 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada :

1. Bahan dasar yaitu gipsum sintetis yang diperoleh dari PT. Jaya Board

2. Bahan pengisi yang digunakan yaitu serbuk batang kelapa sawit yang

diperoleh dari perumahan Kompleks IDI.

3. Bahan perekat yang digunakan yaitu tepung tapioka shanghai cap

Tawon Mas dari pasar sore tradisional.

4. Untuk variabel tetap yaitu perekat tepung tapioka (15 g), sedangkan

variabel bebas yaitu gipsum dan serbuk batang kelapa sawit (45:5),

(40:10), (35:15), (30:20), dan (25:25).

5. Karakterisasi yang dilakukan meliputi uji sifat fisis (densitas dan

penyerapan air), uji panas dengan DTA dan uji sifat mekanik (MOE

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batang Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan anggota famili Palmae,

subfamili Cocoideae yang termasuk ke dalam kelompok tumbuhan monokotil.

Tanaman ini berasal dari Nigeria, Afrika Barat dan tumbuh baik di luar daerah

asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini(Fauzi, 2005).

Kelapa sawit setelah berumur 25-30 tahun sudah tidak produktif lagi

sehingga akan menjadi potensi limbah. Berdasarkan data luas areal tanaman dan

randemen penggergajian kelapa sawit bagian tepi, diketahui bahwa potensi batang

kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sekitar 2.782.060 m3 per tahun. Jumlah ini

akan meningkat dengan semakin luasnya perkebunan kelapa sawit (Bakar, 2003).

Menurut Lubis (1994), limbah padat kelapa sawit yang tersedia adalah

berupa batang, tandan kosong, serat buah dan cangkang, limbah tersebut

mengandung lignoselulosa. Lignoselulosa yang terkandung dalam limbah kelapa

sawit memungkinkan kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku

produk-produk serat. Menurut Erwinsyah (1997), diketahui bahwa batang yang

berlignoselulosa, memiliki kadar selulosa yang tinggi yaitu 67,88% holoselulosa

dan 38,76% alfa selulosa dengan kadar serat sebanyak 72,67% dan kadar bukan

serat sebanyak 27,33%. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa batang sawit

berpotensi sebagai bahan baku produk berbasis serat seperti pulp, kertas, papan

(30)

2.1.1 Sifat Fisik Batang Kelapa Sawit

Sifat fisik merupakan sifat-sifat yang berhubungan dengan kadar air,

kerapatan, berat jenis, kembang susut, sifat panas, keawetan alami, warna,

kelistrikan kayu, penampilan kayu, ketahanan kayu pada suatu zat, ketahanan

kayu terhadap cuaca, ketahanan kayu terhadap organisme perusak kayu, sifat

pengerjaan kayu, dan sifat penyerapan kayu terhadap air, seperti yang tercantum

pada Tabel 2.1 mengenai sifat-sifat fisik bagian dalam batang sawit (Dumanauw,

2001).

Tabel 2.1 Sifat – Sifat Fisik Pada Bagian Dalam Batang Sawit

Sifat Bagian Dalam Batang

Tepi Tengah Pusat

Berat Jenis 0,35 0,28 0,2

Kadar Air, % 156 257 365

MOE, kg/cm2 29996 11421 6980

MOR, kg/cm2 295 129 67

Kelas Awet V V V

Kelas Kuat III-V V V

Berdasarkan pada Tabel 2.1 tersebut, diketahui sifat-sifat dari bagian

dalam batang kelapa sawit, dan dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai

bahan pengisi papan gipsum plafon yaitu pada bagian tepi.

Berat jenis kayu dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara

kerapatan kayu dengan kerapatan air pada suhu 4ºC, dimana pada suhu standar

tersebut kerapatan air sebesar 1 g/cm³. Makin tinggi berat jenis kayu tersebut,

umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin kecil berat jenis kayu, maka akan

berkurang pula kekuatannya. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding

sel dan kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Perhitungan berat jenis

banyak disederhanakan dalam sistem metrik karena 1 cm³ air beratnya tetap 1

(31)

dalam gram dengan volume dalam cm³, maka nilai kerapatan dan berat jenis

adalah sama jika menggunakan massa oven.

Kerapatan merupakan perbandingan berat suatu benda dengan volume

benda itu sendiri. Kerapatan kayu umumnya dihitung dengan menggunakan berat

total sebenarnya, termasuk berat air. Dalam penentuan kerapatan dinding sel,

volume umumnya ditentukan oleh pemindahan suatu cairan. Cairan yang berbeda

bervariasi dalam kemampuannya untuk menembus rongga-rongga dalam dinding

dan persatuan fisiknya dengan komponen-komponen kimia kayu (Bowyer, 2003).

2.1.2 Pemanfaatan Batang Kelapa Sawit

Menurut Departemen Pertanian, Jakarta (2006), batang kelapa sawit yang

sudah membusuk merupakan sarang bagi kumbang Oryctes rhinoceros dan

Ganoderma yang potensial menyerang tanaman muda. Karena itu, pengelolaan

kebun kelapa sawit menyingkirkan batang kelapa sawit dengan membakarnya.

Namun sejak adanya larangan membakar oleh pemerintah. Akibatnya batang

kelapa sawit itu menjadi masalah yang sangat dilematis bagi pengelola. Namun

siapa sangka batang kelapa sawit yang selama ini menjadi persoalan ternyata bisa

dimanfaatkan sebagai bahan baku furnitur, keperluan konstruksi dan kayu

pertukangan lainnya.

Limbah yang tidak pernah diperhitungkan bisa dijadikan bahan baku

alternatif di tengah kondisi kelangkaan bahan baku kayu dari hutan alam. Bahkan

produk yang dihasilkan dari batang kelapa sawit kemudian menjadi komoditas

ekspor yang sangat potensial seperti daun pintu, fancy panel, mebel dan perabot

rumah tangga lainnya. Batang kelapa sawit dapat dipergunakan untuk perabot dan

papan partikel. Batang kelapa sawit yang tua sudah tidak produktif lagi, dapat

dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit

dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture

atau sebagai bahan partikel. Dari setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh

(32)

Lembaran serat semen (non asbes) ialah suatu campuran serat

tumbuh-tumbuhan dan bahan kapur ditambah air, tanpa atau dengan bahan tambahan

lainnya, dengan bobot isi lebih dari 1,2 gram/cm3 dan digunakan pada bangunan.

Lembaran serat semen atau papan gipsum plafon adalah interior permukaan

bagian atas dari ruangan yang digunakan untuk menutupi sebagian atau seluruh

struktur dasar dari atap. Untuk itulah ingin dimanfaatkan penggunaan batang

kelapa sawit sebagai pengisi pada gipsum untuk membuat papan gipsum plafon.

2.2 Gipsum

Gipsum merupakan salah satu bahan galian industri yang mempunyai

kegunaan cukup penting di sektor industri, konstruksi maupun bidang kedokteran,

baik sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan baku pendukung. Di alam,

gipsum merupakan mineral hidrous sulfat yang mengandung dua molekul air, atau

dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Jenis-jenis batuannya adalah satinspar,

alabaster, gypsite, dan selenit. Warna gypsum mulai dari putih,

kekuning-kuningan sampai abu-abu. Dalam penggunaannya gipsum dibagi menjadi dua

bentuk, yaitu gipsum tidak dikalsinasi dengan kalsinasi dalam bentuk plester

(Sentano, 1992).

Gipsum adalah mineral yang bahan utamanya terdiri dari hydrated calcium

sulfate. Gipsum akan menjadi lebih kuat apabila mengalami penekanan. Gipsum

memiliki kriteria antara lain untuk dibentuk memiliki kestabilan kimia dan fisik

yang tinggi, memiliki kemampuan untuk menyerap air dengan baik, mudah untuk

di dapat. (Anonim, 2004).

Material gipsum tidak membahayakan bagi kesehatan manusia, sebagai

faktanya banyak pengobatan modern dengan gipsum sudah dimulai sejak dulu

diman gipsum digunakan sebagai pengisi pencetakan gigi dalam bidang

(33)

2.2.1 Sifat, Bentuk dan Jenis Gipsum

Adapun komposisi kimia bahan gipsum adalah:

1. Calcium (Ca) : 23,28 %

2. Hidrogen (H) : 2,34 %

3. Calcium Oksida (CaO) : 32,57 %

4. Air (H2O) : 20,93 %

5. Sulfur (S) : 18,62 %

Adapun sifat Fisis Gipsum adalah:

1. warna : putih, kuning,abu-abu, merah jingga, hitam bila tak murni

2. Massa Jenis : 2,31 - 2,35

3. Keras seperti mutiara terutama permukaan

4. Bentuk mineral : Kristalin, serabut dan masif

5. Kilap seperti sutera

6. Konduktivitasnya rendah

7. Sistem kristalin adalah monoklinik

Sedangkan Sifat Kimia gipsum adalah:

1. Pada umumnya mengandung SO3 = 46,5 % ; CaO = 32,4 % ; H2O = 20,9 %

2. Kelarutan dalam air adalah 2,1 gram tiap liter pada suhu 400C; 1,8 gram tiap

liter air pada 00C; 1,9 gram tiap liter pada suhu 70 - 900C

3. Kelarutan bertambah dengan penambahan HCl atau HNO3

Endapan gipsum sebagian terbentuk dari air laut dan hanya sebahagian

kecil berasal dari endapan danau yang mengandung air garam. Gipsum juga

terjadi sebagai hasil kegiatan vulkanik, tempat gas H2 dan fumarol bereaksi

dengan kapur dan hasil pelapukan batuan-batuan.

Endapan gipsum ditemukan ke dalam lima jenis bentuk, yaitu :

1. Batuan gipsum yang berbentuk granular dan buram, mengandung sedikit

dolomit, batu kapur, dari kadar CaSO4 76%.

(34)

3. Alabaster, berbentuk padat, berbutir halus, bagus berwarna putih dan agak

bening.

4. Satinspar, berbentuk serat dan berkilap (fiber), seringkali ditemukan dalam

lapisan tipis dengan bentuk kristal.

5. Selenit, berbentuk kristal dan transparan (Sentano, 1992).

Berdasarkan proses terbentuknya gipsum dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Gipsum alam, yaitu merupakan mineral hidrous sulfat yang mengandung dua

molekul air dengan rumus kimia CaSO4.2H2O, dimana jenis batuannya adalah

satinspar, alabaster, gypsite dan selenit, dengan warna bervariasi mulai dari

putih, kekuning-kuningan sampai abu-abu.

2. Gipsum sintetis, yaitu gipsum yang diperoleh dengan memproses air laut dan air

kawah yang banyak mengandung sulfat dengan menambahkan unsur kalsium ke

dalamnya, dan sumber lainnya adalah gipsum sebagai produk sampingan

pembuatan asam fosfat, asam sulfat, dan asam sitrat (Sentano, 1992).

2.2.2 Aplikasi Gipsum

Gipsum memiliki banyak kegunaan sejak zaman prasejarah hingga

sekarang. Beberapa kegunaan gipsum yaitu :

1. Sebagai pengental tofu, karena memiliki kadar kalsium yang tinggi khususnya

dibenua Asia diproses secara tradisional.

2. Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan

3. Untuk dry wall

4. Sebagai bahan perekat

5. Penyaring dan sebagai pupuk tanah, diakhir abad 18 dan awal abad 19, gipsum

Nova Scotia atau yang lebih dikenal dengan plester digunakan dalam jumlah

besar sebagai pupuk diladang-ladang gandum AS.

6. Untuk campuran pembuatan lapangan tenis

7. Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan ketika kayu menjadi

langka pada zaman perunggu, gypsum ini yang digunakan sebagai bahan

bangunan.

(35)

9. Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen

10.Sebagai indikator pada tanah dan air.

2.3 Papan Gipsum

Saat ini gipsum sebagai bahan bangunan digunakan untuk membuat papan

gipsum dan propil pengganti triplek dari kayu. Papan gipsum propil adalah salah

satu produk jadi setelah material gipsum diolah melalui proses pabrikasi menjadi

tepung. Papan gipsum propil digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding

partisi dan plafon.

Gipsum juga digunakan sebagai plafon dimana gipsum mempunyai

kelendutan paling minimal, fleksibel dan memiliki kemampuan konduktivitas

suhu yang rendah. Berdasarkan sifat diatas gipsum sebagai plafon dengan mudah

dapat di modifikasi sesuai dengan kebutuhan. Seperti modifikasi tempat lampu

dan hiasan – hiasan di dalam rumah. Aplikasi papan gipsum sangat mudah dan

bisa digunakan pada rangka kayu, metal, maupun dinding bata.

Papan gipsum adalah nama generik untuk keluarga produk lembaran yang

terdiri dari inti utama yang tidak terbakar dan dilapisi dengan kertas pada

permukaannya. Selain untuk plafon, gipsum bias dipakai dinding partisi seperti

skat kamar dan lining wall (penutup tembok). Hanya saja gipsum tak bisa

diaplikasikan untuk eksterior, kolom dinding atau penahan beban. Gipsum ini

hanya untuk interior yang tidak berkaitan dengan struktur bangunan. Kekuatan

papan gipsum berbanding lurus dengan ketebalannya.

Bagian inti papan gipsum yang di bawah memiliki tegangan. Bagian atas

inti papan gipsum tertekan oleh gaya yang diakibatkan oleh berat panel, beban

yang diberikan pada bagian belakang papan dan gravitasi. Papan gipsum

memanfaatkan kekuatan yang terdapat pada inti dan menambah kekuatannya

dengan kertas berkekuatan tarik tinggi. Kertas pada permukaan gipsum

dipergunakan sebagai penguat komposit dan menjadi bagian penting dari kekuatan

(36)

Berdasarkan SNI 03-6384-2000 tentang spesifikasi panel atau papan

gipsum, memberikan ukuran atau standar nominal (toleransi) untuk papan gipsum,

dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.2 Spesifikasi Ukuran Papan Gipsum

No Tebal (mm) Panjang (mm) Lebar

(mm) Keterangan

1 6,4 1200-3700

1200 -1370

2 8 1200-4300 Untuk toleransi : 3 9,5 1200-4900 Tebal + 0,8 mm 4 12,7 1200-4900 Panjang + 6,4 mm 5 15,9 1200-4900 Lebar + 2,4 mm

6 19 -

7 25 -

2.3.1 Jenis Papan Gipsum

Papan gipsum merupakan alternatif yang tepat untuk menggantikan triplek

dan dapat diklasifikasikan dari jenis performa papan dan ketebalannya sebagai

berikut:

1. Papan Gipsum Standar

Papan gipsum ini merupakan varian umum dari papan gipsum tebal yang

tersedia yaitu 9 mm, 12 mm dan 15 mm. (SNI 03-6384-2000)

2. Papan Gipsum Tahan Api

Papan gipsum ini mempunyai performa ketahanan terhadap api, durasi

ketahanan apinya tergantung dari system, dinding partisi yang digunakan.

Tebal yang tersedia yaitu 12 mm dan 15 mm. (SNI 03-6384-2000)

3. Papan Gipsum Tahan Kelembaban

Papan gipsum ini mempunyai performa ketahanan terhadap kelembaban,

cocok digunakan untuk daerah-daerah yang lembab dalam bangunan seperti

toilet, dapur dan gudang. Bila papan gipsum ini digunakan sebagai dinding

(37)

kelembaban bukan berarti tahan air. Tebal yang tersedia 9 mm, 12 mm dan

15 mm. (SNI 03-6384-2000).

4. Papan Gipsum Tahan Benturan

Papan gipsum ini mempunyai performa ketahanan terhadap benturan, dimana

benturan-benturan yang dimaksud adalah benturan dari tubuh manusia, trolly,

meja, kursi dan sebagainya. Papan gipsum ini cocok dipergunakan dikoridor,

ruang fitness, dinding kamar rumah sakit dsb. Tebal yang tersedia yaitu 12

mm dan 15 mm. (SNI 03-6384-2000).

Selain hal diatas ada pula produk papan gipsum yang difungsikan untuk

memperbaiki kualitas akustik ruang dan biasanya dibuat berlubang-lubang.

Dengan semua variasi papan gipsum diatas dan kehebatan-kehebatannya sayang

sekali bila pola pembangunan masih menggunakan bahan dari kayu (triplek).

Dengan mengurangi penggunaan produk kayu berarti sudah berpartisipasi dalam

membantu koservasi alam dan ikut mengurangi tingkat pemanasan global

(Anonim, 2010).

2.3.2 Pemanfaatan Papan Gipsum Sebagai Plafon

Plafon adalah bagian konstruksi, merupakan lapis pembatas antara rangka

bangunan dibawah rangka atapnya. Sedangkan papan gipsum plafon merupakan

papan yang digunakan untuk konstruksi bangunan, khususnya pada

dinding-dinding langit yang bahan dasarnya menggunakan gipsum.

Plafon merupakan bagian dari interior yang harus di desain sehingga ruangan

menjadi sejuk dan enak dipandang (artistik). Plafon berfungsi antara lain yaitu :

1. Sebagai batas tinggi suatu ruangan, tentunya ketinggian dapat diatur dengan

fungsinya ruangan yang ada. Umpamanya untuk ruang tamu pada sebuah

rumah tinggal cenderung tinggi plafon direndahkan, begitu juga ruang makan

(38)

2. Sebagai isolasi panas yang datang dari atap atau sebagai penahan

perambatan panas dari atap (alumunium foil).

3. Sebagai peredam suara air hujan yang jatuh dari atap, terutama pada penutup

atap dari bahan logam.

4. Sebagai penyelesaian dari elemen keindahan, dimana mempunyai tempat

untuk menggantungkan bola lampu, sedang bagian atasnya untuk meletakan

kabel-kabel listriknya (sparing instalasi).

2.4 Tepung Tapioka

Tepung tapioka adalah tepung pati ubi kayu yang dibuat dengan cara

mengekstraksi ubi kayu segar (singkong) dan mengeringkannya hingga menjadi

tepung. Produk ini digunakan untuk pengolahan makanan, pakan, kosmetika,

industri kimia dan pengolahan kayu.

Tepung tapioka mempunyai kandungan moisture (kelembaban), protein,

karbohidrat, lemak, serat, kalsium, thiamin, dan lain-lain. Persentase kandungan

protein, lemak, serat, kalsium, thiamin sangat sedikit. Unsur di dalam tapioka

yang paling berperan adalah karbohidrat, dimana unsur yang paling dominan

dalam karbohidrat adalah unsur karbon, hidrogen dan oksigen.

Berikut sifat fisika dari tepung tapioka :

1. Untuk kandungan kadar Pati sebesar 51,36%, kadar Amilosa sebesar 17,41%,

dan kadar Amilopektin sebesar 82,13%.

2. Granula berbentuk oval dengan ukuran 5 – 35 µm.

3. Suhu gelatinasi 52 – 64 oC.

Ukuran dan bentuk granula merupakan bentuk khas, yaitu granula

mempengaruhi sifat gelatinasi. Proses gelatinasi dimulai pada suhu 100 0C dan

mencapai maksimal pada suhu 580 - 700 oC, dimana ikatan hidroksil berkurang

(39)

Tepung tapioka memiliki sifat sebagai pengikat jika dicampur dengan air

karena unsur selulosa yang terkandung di dalam tepung tapioka mudah

bersenyawa air. Tepung tapioka merupakan pengikat serbuk batang kelapa sawit.

Serbuk batang kelapa sawit mengandung serat. Dengan penambahan tepung

tapioka akan meningkatkan kekuatan serat pada serbuk batang kelapa sawit.

Kekuatan ikatan diperoleh setelah kadar air berkurang melalui proses pegeringan.

Semakin tinggi ikatan serat pada serbuk batang kelapa sawit akan memperbesar

penahanan zat–zat lain yang terkandung didalamnya. Dengan semakin kuatnya

ikatan antar serat pada serbuk batang kelapa sawit otomatis meneingkatkan

kekuatan material yang dihasilkan (Rosmaida, 2009).

2.5 Karakterisasi Fisik Papan Gipsum Plafon Dengan Pengisi Serbuk

Batang Kelapa Sawit Menggunakan Perekat Tepung Tapioka

Papan gipsum plafon merupakan papan yang difungsikan sebagai plafon,

diman dibuat dari gipsum dengan pengisi serbuk batang kelapa sawit dan perekat

tepung tapioka, dengan komposisi campuran seperti pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Variasi Campuran Gipsum, Batang Kelapa Sawit, Dan Tepung Tapioka

Variasi Jenis Bahan

Komposisi Gipsum Murni Serbuk Batang Kelapa Sawit Tapioka

I 65 (100%) - -

II 45 (69,2%) 5 (7,7%) 15 (23,1%)

III 40 (61,5%) 10 (15,4%) 15 (23,1%)

IV 35 (53,8%) 15 (23,1%) 15 (23,1%)

V 30 (46,2%) 20 (30,8%) 15 (23,1%)

VI 25 (38,5%) 25 (38,5%) 15 (23,1%)

Hasil dari pembuatan papan gipsum plafon dengan komposisi campuran

seperti pada Tabel 2.2 tersebut, dikarakterisasi secara fisik yang meliputi

(40)

2.5.1 Karakterisasi Densitas

Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Ada dua

macam densitas yaitu : bulk density dan densitas teoritis (true density). Dalam hal

ini yang diukur adalah bulk density, merupakan densitas sampel yang berdasarkan

volume sampel termasuk dengan rongga atau pori.

Bulk density untuk benda padatan yang besar dengan bentuk yang

beraturan, bentuk dan volume sampel dapat diukur dengan cara mengukur

dimensinya. Sedangkan untuk bentuk yang tidak beraturan maka bulk density

ditentukan dengan metode Archimedes (Faisal, 2007), yaitu dengan persamaan

sebagai berikut :

a ir t

g k

k

x

M

M

M

M

)

(

...(2.1)

Dimana : ρ = Densitas, g/cm3

ρair = Densitas air, g/cm3 Mk = Massa kering, g

Mg = Massa ketika sampel di gantung dalam air, g

Mt = Massa tali penggantung, g

2.5.2 Karakterisasi Penyerapan Air

Untuk metode pengujian penyerapan air ini mengacu pada ASTM C

20-00-2005 dan SNI 01-4449-2006. Dimana pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui besarnya persentase penyerapan air oleh papan gipsum plafon.

Metode pengujian ini dilakukan dengan melakukan perendaman terhadap sampel

(41)

menentukan besarnya nilai penyerapan air (Newdesnetty, 2009), dapat

menggunakan persamaan sebagai berikut :

% 100 ) (

x M

M M PA

k k b 

 ... (2.2)

Dengan : PA = Nilai penyerapan air (%)

Mb = Massa basah (kg)

Mk = Massa kering (kg)

2.6 Karakterisasi Panas Dengan Differential Thermal Analysis (DTA)

Papan Gipsum Plafon Dengan Pengisi Serbuk Batang Kelapa Sawit

Menggunakan Perekat Tepung Tapioka

Differential Thermal Analysis (DTA) yaitu merupakan suatu alat untuk

menganalisis sifat termal suatu sampel yang memiliki berat molekul tinggi seperti

bahan-bahan polimer dengan perlakuan sampel dipanaskan sampai terurai, yang

kemudian transisi-transisi termal dalam sampel tersebut dideteksi dan diukur.

Pengujian dengan DTA digunakan untuk menentukan temperatur kritis (Tg),

temperatur maksimum (Tm), dan perubahan temperatur (∆T), dengan ukuran

sampel uji berkisar 30 mg (Stevens, 2001).

Analisis termal bukan saja mampu untuk memberikan informasi tentang

perubahan fisik sampel (misalnya titik leleh dan penguapan), tetapi terjadinya

proses kimia yang mencakup polimerisasi, degradasi, dekomposisi, dan

sebagainya. Dalam bidang campuran polimer (poliblen) pengamatan suhu transisi

gelas (Tg) sangat penting untuk meramalkan interaksi antara rantai dan

mekanisme pencampuran beberapa polimer.

Campuran polimer yang homogen akan menunjukkan satu puncak Tg

(42)

berada diantara Tg. Dari kedua komponen, karena itu pencampuran homogen

digunakan untuk menurunkan Tg , seperti halnya plastisasi dengan pemlastis cair.

Pencampuran polimer heterogen ditujukan untuk menaikkan ketahanan

bentur bahan polimer. Campuran polimer heterogen ini ditandai dengan beberapa

puncak Tg, karena disamping masing-masing komponen masih merupakan fase

terpisah, daerah antarmuka mungkin memberikan Tg yang berbeda. Pengamatan

termal campuran polimer juga dapat digunakan untuk menentukan parameter

interaksi, yang merupakan faktor penurunan suhu leleh kristal (Wirjosentono, 1995).

Sifat termal polimer merupakan salah satu sifat yang paling penting karena

menentukan sifat mekanis bahan polimer. Senyawa – senyawa polimer

menunjukkan suhu transisi gelas pada suhu tertentu. Senyawa polimer amorf

seperti polistirena dan bagian amorf dari polimer semi – kristalin seperti polietilen

memiliki suhu transisi gelas (Tg), namun polimer kristalin murni seperti elastomer

tidak memiliki suhu transisi gelas, namun hanya menunjukkan suhu leleh (Tm).

[image:42.595.144.480.465.711.2]

Pola umum kurva DTA ditunjukkan seperti pada Gambar 2.1.

(43)

Suhu transisi gelas terjadi ketika polimer amorf atau bagian amorf polimer

semi-kristalin menunjukkan perubahan dari keadaan lunak dan elastis menjadi

keadaan keras, rapuh dan mirip getas. Suhu transisi gelas dipengaruhi oleh

fleksibilitas rantai, kekuatan dan ukuran gugus samping dan fleksibilitas rantai

samping. Fleksibilitas rantai ditentukan oleh kemudahan gugus – gugus yang

berikatan kovalen untuk berotasi. Rotasi ditentukan oleh energi dari gaya – gaya

kohesi molekul. Penurunan fleksibilitas rantai meningkatkan Tg melalui

peningkatan halangan sterik. Halangan sterik ditentukan oleh ukuran dan

bentuk rantai utama.

Gugus – gugus samping yang besar dan kaku menurunkan fleksibilitas

rantai utama sehingga Tg meningkat. Penambahan gugus samping yang fleksibel

menghasilkan peningkatan jarak antar rantai sehingga gaya intermolekuler

menurun dan kemuluran meningkat. Hal ini dapat dicapai dengan penambahan

pemlastis dan aditif lainnya (Kristian, 2008).

2.7 Karakterisasi Mekanik Papan Gipsum Dengan Pengisi Serbuk Batang

Kelapa Sawit Menggunakan Perekat Tepung Tapioka

Hasil dari pembuatan papan gipsum plafon dengan komposisi campuran

seperti pada Tabel 2.2 tersebut, dikarakterisasi sifat mekanik dari papan gipsum

plafon dilakukan mengacu pada standart SNI 03-6384-2000. Pengujian ini

meliputi uji MOR dan MOE, uji kuat tarik, dan uji impak.

2.7.1 Pengujian MOR dan MOE

Modulus pecah (MOR) merupakan tegangan lengkung akhir sebelum

terjadinya patah dari suatu material dalam kelengkungannya, dan itu sering

digunakan untuk membandingkan material satu dengan yang lainnya. MOR

(Modulus of Rupture) papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03-2105-2006.

M e t o d e p e n g u j i a n i n i dimaksudkan untuk memperoleh nilai MOR dari

(44)

Gambar 2.2 Uji MOR dan MOE

Pada pengujian MOR, ada persyaratan untuk benda uji sebelum dilakukan

pengujian antara lain yaitu benda uji harus sama jenisnya , benda uji bebas

dari cacat yaitu papan tidak retak, tidak rapuh, dan k a d a r a i r

m a k s i m u m 2 0 % (Anonim, 2011). Setelah dilakukan pengujian akan diperoleh

nilai P maksimumnya, yang kemudian ditentukan nilai MOR nya dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

2

2 3

T L

S P

F R

R  ... (2.3)

Dimana : FR = Nilai MOR, kgf/mm2

PR = Beban patah, kgf

S = Jarak penyangga, mm

L = Lebar benda uji, mm

T = Tebal benda uji, mm

Pengujian MOE dapat didefenisikan sebagai kemampuan material untuk

menahan deformasi di bawah beban hingga bengkok sebelum patah. Tekanan

fleksural pada dasarnya adalah kombinasi dari gaya tekan dan gaya tarik. MOE

(Modulus of Elasticity)adalah perbandingan antara tegangan (σ) dan regangan (Ɛ).

MOE bekerja pada batas proporsional atau daerah elastis. Sifat ini dijabarkan dari

kemiringan (slope) dari porsi garis lurus dari kurva kelengkungan beban P1/N1

(45)

Gambar 2.3 Defleksi Maksimum

Pada Gambar 2.3 tampak papan segi empat ditekan oleh gaya tunggal F

pada bagian tengah sehingga papan akan mengalami defleksi. Jarak terbesar papan

mengalami defleksi disebut defleksi maksimum. Bagian atas papan akan

mengalami kompresi dan bagian bawah akan mengalami tarikan. Permukaan

imaginer pada bagian tengah beam disebut bidang netral. Besarnya suatu tekanan

atau tarikan akan bertambah besar bila semakin menjauhi bidang netral. Tekanan

dan tarikan akan maksimum pada permukaan atas dan bawah. (Dieter, 1981).

Pengujian MOE dari papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03-2105-2006.

Untuk menentukan nilai MOE nya (Anonim, 1991), dapat menggunakan

persamaan sebagai berikut :

Y P x T L S

FE 3 E

3

4

 ... (2.4)

Dimana : FE = Nilai MOE, kgf/mm2

S = Jarak penyangga, mm

L = Lebar benda uji, mm

T = Tebal benda uji, mm

PE = Beban lentur, kgf

(46)

2.7.2 Pengujian Kuat Tarik

Pengujian kuat tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan maksimum

suatu material bila dikenai beban. Pengujian ini dilakukan dengan menarik

spesimen di kedua ujungnya hingga putus. Hasil yang di dapat dari uji tarik adalah

beban maksimum yang dapat ditahan dengan kemuluran material. Biasanya hasil

pengujian dituliskan dalam bentuk gaya persatuan luas.

Pengujian kuat tarik ini mengacu pada SNI 03-2105-2006, setelah

dilakukan pengujian akan diperoleh nilai P maksimumnya, yang kemudian

ditentukan nilai kuat tariknya ( Dieter, 1981), dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut :

A P

Ft  ... (2.5)

Dimana : Ft = Nilai kuat tarik, kgf/mm2

P = Beban maksimum, kgf

A = Luas penampang, mm

Selain tegangan tarik hasil lain yang didapat dan diuji tarik adalah

kemuluran material sebelum putus (Dieter, 1981), seperti pada persamaan berikut.

1 1 2

l l l

e  ... (2.6)

Dimana : e = Kemuluran

l1 = Panjang sebelum uji tarik, mm

(47)

Dari tegangan dan kemuluran material di dapat suatu modulus yang biasa

disebut modulus young’s ( Dieter, 1981), dengan persamaan berikut ini.

e F

E  t ... (2.7)

Dimana : E = Modulus Young’s

Ft = Nilai uji kuat tarik, kgf/mm2

e = Kemuluran

Modulus young’s merupakan ukuran kekakuan material. Semakin kaku

suatu material maka modulus young’s juga juga akan semakin besar. Modulus

elastisitas didapat dari gaya ikatan antar atom, oleh karena itu modulus elastis

suatu material tidak dapat berubah tanpa mengubah sifat alami material itu sendiri

( Perry, 1981).

2.7.4 Pengujian Impak

Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan

bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan

pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara

perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi

operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau

konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan

datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya

tumbukan kecelakaan.

Prinsip dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari

pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda

uji sehingga benda ujimengalami deformasi. Pada pengujian impak ini banyaknya

energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran

ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut, setelah benda uji patah akibat

deformasi, bandul pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi h’. Bila bahan

(48)

rendah posisi h’. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan

menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau terdeformasi dengan

mudah. Pada Gambar 2.4 memberikan ilustrasi suatu pengujian impak dengan

[image:48.595.188.433.210.416.2]

metode Charpy,

Gambar 2.4 Ilustrasi Skematis Pengujian Impak Dengan Benda Uji Charpy

Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya

dinyatakan dalam satuan Joule dan dibaca langsung pada skala (dial) penunjuk

yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu

bahan yang diuji dengan metode Charpy menggunakan persamaan sebagai berikut

A E

HI  ...(2.8)

Dimana : E = Energi yang diserap, J

A = Luas penampang, m2

HI = Harga Impak, J/m2

Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar

(10 x 10 mm) dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45o, dengan

(49)

dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan

bandul, sebagaimana telah ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Serangkaian uji Charpy

pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperatur sebagai upaya

untuk mengetahui temperatur transisi.

Takik (notch) dalam benda uji standar ditujukan sebagai suatu konsentrasi

tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi di bagian tersebut. Selain

berbentuk V dengan sudut 45o, takik dapat pula dibuat dengan bentuk lubang

kunci (key hole). Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak

Charpy adalah penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis

perpatahan (fracografi) yang terjadi.

Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik

maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme

pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile).

Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang

menyerap cahaya dan berpenampilan buram.

2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan

(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai

dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul

cahaya yang tinggi (mengkilat).

3. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis

(50)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer FMIPA

Universitas Sumatera Utara dan Pengujian Mekanis di Laboratorium Penelitian

FMIPA Universitas Sumatera Utara. Pengujian DTA dilakukan di Laboratorium

PTKI Medan. Penelitian ini dimulai dari bulan Februari - April 2011.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan selama penelitian yaitu :

1. Alkohol 90%

2. Batang Kelapa Sawit

3. Gipsum Sintetis

4. Tepung Tapioka

5. Air

3.3 Alat

Alat-alat yang dipergunakan selama penelitian yaitu :

1. Cetakan spesimen dengan ukuran 120 mm x 60 mm x 6 mm 2. Gelas Beaker 500 mL

3. Mesin Ayakan Sieve Shaker 100 mesh (ASTM E11)

4. Mesin cetak tekan Hydraulic PressTest System Model HPTS.0001.08

5. Mesin uji DTA Thermal Analyzer DT-30 Shimadzu

6. Mesin uji impak Wollpert Werkstoff Pruf Maschine Type CPSA

7. Mesin uji kuat Tokyo Testing Machine Type-20E MGF

(51)

9. Oven Gallenkamp Plus II

3.4 Diagram Alir

3.4.1 Preparasi Bahan Pengisi Serbuk Batang Kelapa Sawit

Batang Kelapa Sawit Bagian Tepi

Dihaluskan dengan blender

Serbuk

Diayak dengan ayakan 100 mesh

Pengeringan dibawah matahari

Direndam dengan alkohol selama 2 jam

[image:51.595.215.407.188.660.2]

Direbus dengan penahanan 1 jam

(52)

3.4.2 Pembuatan Papan Gipsum Plafon Dengan Pengisi Serbuk Batang

Kelapa Sawit dan Perekat Tepung Tapioka

Serbuk batang kelapa sawit

Gipsum

Dicampur dan diaduk hingga homogen

Tepung Tapioka 23%

Ditambah 25 mL Air

Dicetak tekan

Pengujian

Sifat Fisik Sifat Mekanik

- Densitas

- Penyerapan Air - MOE dan MOR- Kuat Tarik

- Impak Sifat Termal

[image:52.595.128.502.185.601.2]

- Uji dengan DTA

(53)

3.5 Prosedur

3.5.1 Preparasi Bahan Pengisi Serbuk Batang Kelapa Sawit

1. Sampel batang kelapa sawit yang diambil dari kompleks IDI

dihaluskan dengan blender.

2. Setelah sampel dihaluskan, kemudian direbus selama satu jam,

selanjutnya direndam dengan alkohol selama dua jam

3. Kemudian sampel dikeringkan, lalu diayak dengan ayakan 100 mesh.

4. Hasil ayakan tersebut selanjutnya disebut sebagai serbuk batang

kelapa sawit.

3.5.2 Pembuatan Papan Gipsum Plafon Dengan Perekat Tepung Tapioka

dan Bahan Pengisi Serbuk Halus Batang Kelapa Sawit

1. Sebanyak 15 g tepung tapioka dimasukkan ke dalam gelas beaker

yang berisi 25 mL air yang telah dipanaskan pada suhu 250oC sambil

diaduk.

2. Selanjutnya ditambahkan 45 g gipsum sintetis ke dalam campuran

tersebut dan dilanjutkan dengan 5 g serbuk halus batang kelapa sawit

ke dalam gelas beaker tersebut sambil tetap diaduk hingga homogen.

3. Campuran tersebut dituang ke dalam cetakan spesimen yang telah

dilapisi dengan alumunium foil.

4. Dilakukan pengepresan terhadap sampel dengan alat cetak tekan.

5. Sampel hasil pengepresan dikeluarkan dari cetakan spesimen, dan

dilanjutkan dengan pengeringan di dalam oven.

6. Sampel hasil cetakan dibagi beberapa bagian untuk melakukan

pengujian, baik uji sifat fisik, mekanik, dan termal.

7. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk variasi gipsum dengan

serbuk batang kelapa sawit dengan komposisi 40 g : 10 g, 35 g : 15 g,

(54)

3.5.3 Pembuatan Papan Gipsum Plafon Murni

1. 65 g gipsum sintetis dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian

ditambahkan dengan air sebanyak 35 mL ke dalam gelas beaker

tersebut sambil diaduk.

2. Campuran tersebut dituang ke dalam cetakan spesimen yang telah

dilapisi dengan alumunium foil.

3. Dilakukan pengepresan terhadap sampel dengan alat cetak tekan.

4. Sampel hasil pengepresan dikeluarkan dari cetakan spesimen, dan

dilanjutkan dengan pengeringan di dalam oven.

5. Sampel hasil cetakan dibagi beberapa bagian untuk melakukan

pengujian, baik uji sifat fisik, termal, dan mekanik.

3.5.4 Karakterisasi Fisik Dari Papan Gipsum Plafon

3.5.4.1 Karakterisasi Densitas

Karakterisasi densitas untuk sampel papan gipsum plafon dilakukan

dengan menggunakan metode Archimedes. Pengujian ini mengacu pada

SNI 01-4449-2006. Dengan prosedur pengukurannya sebagai berikut :

1. Sampel uji dikeringkan di dalam oven, set suhunya sekitar 100 oC

selama 1,5 jam, kemudian dibersihkan dan ditimbang dengan

beberapa kali pengulangan hingga massanya konstan yang selanjutnya

disebut dengan massa kering, Mk.

2. Kawat atau tali yang digunakan juga ditimbang hingga massanya

konstan, yang selanjutnya disebut dengan massa tali penggantung, Mt.

3. Sampel ditimbang di dalam air berikut penggantungnya menggunakan

kawat (massa sampel dan penggantungnya di dalam air, Mg).

Berdasarkan data tersebut dengan menggunakan persamaan 2.1, maka

(55)

3.5.4.2 Karakterisasi Dengan Penyerapan Air

Pengujian penyerapan air dilakukan mengacu pada SNI 01-4449-2006.

Dengan prosedur pengukurannya sebagai berikut :

1. Sampel dilap dan dibersihkan, kemudian ditimbang beberapa kali

sehingga diperoleh massa kering yang konstan, (Mk).

2. Sampel direndam di dalam air selama 24 jam, kemudian sampel

diangkat dan dilap, lalu ditimbang dan selanjutnya disebut dengan

massa basah, (Mb).

Berdasarkan data tersebut dengan menggunakan persamaan 2.2, maka

besarnya nilai penyerapan air dapat dihitung.

3.5.5 Karakterisasi Termal Dengan DTA Dari Papan Gipsum Plafon

Alat yang digunakan untuk menganalisis sifat termal yaitu adalah Thermal

Analyzer DT-30 Shimadzu. Dengan prosedur pengujian sebagai berikut :

1. Alat dinyalakan selama 30 menit sebelum digunakan.

2. Sampel yang akan diuji dipotong-potong dengan ukuran kecil dan

ditimbang dengan berat sekitar 30 mg. Lalu ditimbang alumina

sebanyak 30 mg sebagai zat pembanding.

3. Sampel dan pembanding kemudian diletakkan diatas thermocouple.

Diset Termocouple Platinum Rhodium (PR) 15 mv, dan DTA range +

250 µV.

4. Alat pengukur temperatur kemudian diset sampai menunjukkan pada

temperatur 650 oC.

5. Pulpen recorder ditekan dan chart speed diset 2,5 mm/menit dengan

laju pemanasan 10 oC/menit.

6. Kemudian dilanjutkan dengan menekan tombol Start dan ditunggu

(56)

Hasil pengujian DTA merupakan kurva termogram yang dapat

menentukan temperatur kritis dan perubahan suhu (∆T).

3.5.6 Karakterisasi Sifat Mekanik Papan Gipsum Plafon

3.5.6.1 Proses Pengujian Mekanik MOE dan MOR

Pengujian MOE dan MOR menggunkan mesin uji adalah Tokyo Testing

Machine Type-20E MGF No. 6079 dengan kapasitas sebesar 2000 Kgf.

Untuk sampel uji berbentuk balok dengan ukuran 120 mm x 20 mm x 6

mm. Pengujian MOE dan MOR ini mengacu pada SNI 03-2105-2006.

Dengan prosedur pengujian sebagai berikut :

1. Sampel diletakkan memanjang diatas dua tumpuan dengan jarak

sangga sebesar 100 mm.

2. Kemudian diletakkan sampel di mesin penguji dimana jarak dari tepi

balok ke tumpuan harus sama pada kedua ujungnya. Dan posisikan

garis tengah spesimen tepat dibawah penekan.

Gambar

Grafik Hubungan Antara Densitas Dengan Sampel
Grafik DTA Gipsum Murni
Tabel 2.1  Sifat – Sifat Fisik Pada Bagian Dalam Batang Sawit
Tabel 2.2   Spesifikasi Ukuran Papan Gipsum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, salah satu komponen aktif Sargassum yang dideteksi adalah fukosantin karena di samping kelimpahan pigmen tersebut tinggi pada rumput laut coklat juga karena

Wujud akhir dari produk yang dikembangkan setelah direvisi berupa modul praktikum yang dicetak untuk materi optik geometris kelas X semester 2 untuk kurikulum

Hasil penelitian Cibro (2012) yang membuat papan komposit plastik menggunakan matriks bijih plastik polietilena buram dan bening dengan serat kardus sebagai pengisi,

Pemupukan modal yang berjalan dalam Gapoktan belum sepenuhnya dapat dilakukan karena pencairan dana dari pemerintah yang melalui Pengembangan Usaha Agribisnis

Fear not: armed with a computer running Vista or Windows 7 and a USB hard disk or thumb drive, you can install Windows 7 on a netbook easily.

Misalkan a adalah banyaknya bilangan ganj il pada bagian pal ing kiri, b menyat akan banyaknya bilangan genap di sebelah kanan kelompok bilangan ganj il, c menyat akan

Berbeda dengan mereka yang meninggalkan tulisan (buku) atau karya monumental lainnya, maka pemikiran dan ide mereka menjadi acuan masyarakat meskipun mereka tidak lagi berstatus

Penerapan Kaizen Costing Didukung Analisis Aktivitas Untuk Mengurangi Biaya Produksi (Studi Kasus Pada CV X) Liga Wiratama... ADLN Perpustakaan