• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pendekatan Mengajar Guling Belakang Bulat dan Lurus Terhadap Hasil Belajar Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA Kartika III 1 Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Pendekatan Mengajar Guling Belakang Bulat dan Lurus Terhadap Hasil Belajar Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA Kartika III 1 Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010 2011"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG

BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING

BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1

BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Robachul Muslim

6101406081

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

ii SARI

Robachul Muslim, 2010. Perbedaan Pendekatan Mengajar Guling Belakang Bulat dan Lurus Terhadap Hasil Belajar Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

Berdasarkan survei pengamatan proses pembelajaran di SMA Kartika III-1 Banyubiru senam kurang diminati, terbukti dengan kemauan dan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes khususnya guling belakang, sehingga siswa terlihat bermalas-malasan dan terkesan takut untuk melakukan gerak guling belakang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan yang berarti antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang ?, dan Manakah yang lebih baik hasil antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang ?. Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang berarti antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang, dan Untuk mengetahui mana yang lebih baik antara hasil pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru yang berjumlah 67 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling yaitu dari 67 siswa diambil 30 siswa untuk dites awal guling belakang. Variabel yang dikaji adalah latihan teknik guling belakang bulat dan lurus serta penilaian guling belakang sebagai variabel terikat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode eksperimen meliputi pre test, treatment dan tes akhir. Untuk keperluan analisis data digunakan rumus t-tes.

Hasil analisis data uji t diperoleh hasil nilai thitung sebelum dan setelah mengajar guling belakang lurus sebesar -18,760. Nilai thitung sebelum dan setelah mengajar guling belakang bulat sebesar -15,094. Karena probabilitas <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang pada siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru. Dari tabel terlihat bahwa rata-rata pendekatan mengajar guling belakang lurus (8,636) lebih tinggi dari pendekatan mengajar guling belakang bulat (8,1467) terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru. Berdasar hasil nilai rata-rata dari kedua kelompok maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan mengajar guling belakang lurus lebih baik daripada guling belakang bulat.

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Januari 2011

Robachul Muslim

(4)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Telah disetujui untuk diajukan dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Bambang Priyono, M.Pd Tommy Soenyoto, S.Pd,M.Pd NIP. 19600442 198601 1 001 NIP.19770303 200604 1 003

Mengetahui, Ketua Jurusan PJKR

(5)

v

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 25 Januari 2011

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Said Junaidi, M.Kes Dra. Heny Setyawati,. M.Si NIP.19690715 199403 1 001 NIP. 19670610 199203 2 001

Dewan Penguji

1. Drs. H. Tri Nurharsono, M.Pd (Ketua) NIP. 19600429 198601 1 001

2. Drs. Bambang Priyono, M.Pd (Anggota) NIP. 19600442 198601 1 001

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Berbaik hatilah, karena semua orang yang kau temui sedang berjuang dalam

pertempuran yang lebih sulit” (Plato).

“Yakin dan percaya pada diri sendiri untuk menghadapi segala cobaan dan

tantangan” (Robachul Muslim).

“Kebahagiaan yang abadi adalah apabila mampu membanggakan kedua orang

tua dan berguna bagi orang lain” (Robachul Muslim).

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan ridlo,

do`a dan dukungan.

2. Keluarga besar Bapak Asmuni.

3. Kakak – kakakku (Maghfirah & Ali Munawar dan

Robachul Munib & Anas Sri Kusrini) yang aku

sayangi dan aku banggakan.

4. Istriku tercinta Nur Inayati yang selalu memberiku

semangat, do`a dan cinta.

5. Teman-teman PJKR 06’ dan SAMBER MOTO FC

yang selalu mendukungku.

(7)

vii

KATA PENGANTAR Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, para sahabat dan orang-orang shalih hingga akhir zaman sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaaan pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang tahun ajaran 2010/2011”.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan sumbangan saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dekan FIK Universitas Negeri Semarang.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi UNNES.

4. Drs. Bambang Priyono, MPd., dosen pembimbing I yang telah membantu dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Tommy Soenyoto, S.Pd, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah membantu dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

viii

7. Lili Mayangsari, S.Pd., guru mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehata SMA Kartika III-1 Banyubiru yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi.

8. Kedua orang tua, istriku tercinta dan seluruh keluarga besarku yang selalu meberikan do’a, dan motivasi kepada penulis selama belajar di kampus UNNES tercinta.

9. Teman-teman seperjuangan yang selalu mendukungku.

10.Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi lembaga pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, Januari 2011

(9)

ix

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian... 9

1.6 Pemecahan Masalah ... 9

2.1.5 Mengajar Guling Belakang Bulat ... 22

2.1.6 Mengajar Guling Belakang Lurus ... 23

2.1.7 Teknik Bantuan Guling Belakang ... 25

2.1.8 Metodik Mengajar Senam ... 27

(10)

x

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5 Instrumen Penelitian ... 36

3.5.1 Persiapan Alat Penelitian dan Perlengkapan Tes .... 36

3.5.2 Instrumen Tes ... 37

3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian ... 42

3.7 Pelaksanaan Penelitian ... 43

3.7.1 Penentuan Sampel ... 43

3.7.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 44

3.7.3 Obyek Penelitian... 44

4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 50

4.1.2 Uji Persyaratan Data ... 51

(11)

xi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Simpulan ... 59

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Bentuk Latihan Senam Lantai ... 3

2 Persiapan Perhitungan Statistik dengan Pola M-S ... 47

3 Deskripsi Statistik Data ... 50

4 Uji Normalitas Data ... 51

5 Test of Homogeneity of Variances ... 53

6 Uji t Berpasangan Model Pendekatan Mengajar ... 54

7 Daftar Nama Sampel Siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III-1 Banyubiru………. ... 68

8 Hasil Pre Test Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III-1 Banyubiru……….. ... 69

9 Hasil Pre Test Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III-1 Banyubiru……….. ... 71

10 Hasil Pre Test Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III-1 Banyubiru ... 73

11 Hasil Pre Test Guling Belakang dari Nilai Tertinggi Sampai Terendah... ... 75

12 Data Sampel Pre Test Guling Belakang Untuk dipasangkan ... 76

13 Daftar Sampel Pre Test Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III-1 Banyubiru Untuk Dikelompokkan ... 77

14 Hasil Tes akhir Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III- Banyubiru... 78

(13)

xiii

16 Hasil Tes Akhir Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA

KARTIKA III-1 Banyubiru ... 82

17 Hasil Tes Akhir Guling Belakang Dari Nilai Tertinggi Sampai Terendah ... 84

18 Hasil Tes Akhir Nilai Rata-rata Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2 ... 85

19 Descriptives Data ... 86

20 Uji Normalitas data ... 86

21 Uji Homogenitas Data, Test of Homogeneity of variances ... 87

22 Uji Homogenitas Data, Anova ... 87

23 Uji t-test Berpasangan, Paired Samples Statistics ... 88

24 Uji t-test Berpasangan, Paired Samples Correlations ... 88

25 Uji t-test Berpasangan, Paired Samples Test ... 88

26 Jadwal Program Penelitian Perbedaan Mengajar Guling Belakang Bulat dan Lurus Siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III-1 Banyubiru ... 89

27 Daftar Nama Pembantu Penelitian... 93

28 Rencana Program Latihan Kelompok Eksperimen 1 Guling Belakang Lurus ... 94

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Guling Belakang Bulat ... 23

2 Guling Belakang Lurus ... 24

3 Teknik Bantuan Guling Belakang, Latihan 1-2 ... 26

4 Teknik Bantuan Guling Belakang, Latihan 3 ... 26

5 Sikap Awalan Guling Belakang Bulat ... 38

6 Sikap awalan Guling Belakang Lurus ... 38

7 Inti Gerakan Guling Belakang Bulat ... 39

8 Inti Gerakan Guling Belakang Lurus ... 39

9 Sikap Akhir Guling Belakang Bulat ... 40

10 Sikap Akhir Guling Belakang Lurus ... 40

11 Urutan Gerak Guling Belakang, Berdasarkan Penerapan Prinsip Mekanika ... 57

12 SMA KARTIKA III-1 Banyubiru ... 114

13 Pengarahan Sebelum Diadakan Pre Test Guling Belakang... 115

14 Pembagian Nomor Tes Sebelum Pre Test Guling Belakang ... 115

15 Penilaian Guling Belakang ... 116

16 Pengarahan Sebelum Pelaksanaan Treatment ... 116

17 Pemanasan Sebelum Melakukan Latihan Guling Belakang ... 117

18 Latihan Sikap Kapal Terbang Untuk Melatih Keseimbangan ... 117

19 Latihan Push-Up untuk Melatih Kekuatan Otot Lengan ... 118

(15)

xv

21 Konsultasi Peneliti dengan Guru Penjasorkes SMA Kartika III-1 Banyubiru ... 119 22 Peneliti Memberikan Teknik Pertolongan Pada Siswa Saat melakukan

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat Usul Penetapan Pembimbing ... 64 2 Surat Keputusan Dekan fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang ... 65 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian Pendidikan ... 66 4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Sekolah ... 67 5 Daftar Nama Sampel siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III-1

Banyubiru ... 68 6 Hasil Pre Test guling Belakang Siswa Putra kelas X SMA

KARTIKA III-1 Banyubiru ... 69 7 Hasil Pre Test guling Belakang Siswa Putra kelas X SMA

KARTIKA III-1 Banyubiru ... 71 8 Hasil Pre Test guling Belakang Siswa Putra kelas X SMA

KARTIKA III-1 Banyubiru ... 73 9 Hasil Pre Test Guling Belakang Dari Nilai Tertinggi Sampai

Terendah ... 75 10 Data Sampel Pre Test Guling Belakang untuk Dipasangkan ... 76 11 Daftar Sampel Pre Test Guling Belakang Siswa Putra Kelas X

12 SMA KARTIKA III-1 Banyubiru Untuk Dikelompokkan ... 77 13 Hasil Tes akhir Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA

KARTIKA III- Banyubiru ... 78 14 Hasil Tes Akhir Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA

(17)

xvii

15 Hasil Tes Akhir Guling Belakang Siswa Putra Kelas X SMA

KARTIKA III-1 Banyubiru ... 82 16 Hasil Tes Akhir Guling Belakang Dari Nilai Tertinggi Sampai

Terendah ... 84 17 Hasil Tes Akhir Nilai Rata-rata Kelompok Eksperimen 1 dan

Kelompok Eksperimen 2 ... 85 18 Hasil Analisis Data ... 86 19 Jadwal Program Penelitian Perbedaan Mengajar Guling Belakang

Bulat dan Lurus Siswa Putra Kelas X SMA KARTIKA III-1

Banyubiru ... 89 20 Pedoman Penilaian Dan Potongan Nilai Atas Kesalahan Dalam

Melakukan Gerakan guling Belakang ... 90 21 Daftar Nama Pembantu Penelitian ... 93 22 Rencana Program Latihan Kelompok Eksperimen 1 Guling

Belakang Lurus ... 94 23 Rencana Program Latihan Kelompok Eksperimen 1 Guling

Belakang Bulat... 104 24 Dokumentasi Penelitian Guling Belakang Bulat Dan Lurus Siswa

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak (Abdul Gofur, 1983:6).

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmani itu sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, seseorang disosialisasikan kedalam aktifitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Oleh karena itu bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik (Adang Suherman, 2000:1).

Penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah diwujudkan dalam latihan jasmani, dengan berbagai macam bentuk kegiatan seperti atletik, permainan, renang, beladiri, dan senam (Sumanto dan Sukiyo, 1992:10).

(19)

perkembangan komponen kebugaran jasmani, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu senam juga berpotensi mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik suatu cabang olahraga (Agus Mahendra, 2003:1).

Pelaksanaan senam disuatu sekolah adalah relevan dengan isi silabus pada suatu jenjang pendidikan. Program kegiatan dalam Silabus Sekolah Menengah Atas meliputi kegiatan pokok dan kegiatan pilihan. Kegiatan pokok adalah kegiatan yang wajib dilaksanakan di suatu sekolah yang meliputi: atletik, senam, permainan dan pendidikan kesehatan. Sedang kegiatan pilihan meliputi: renang, pencak silat, tenis meja, sepak takraw dan olahraga tradisional yang dapat di pilih sesuai dengan situasi dan kondisi suatu sekolah atau daerah.

(20)

Sukar atau mudahnya bentuk latihan atau gerakan senam yang dilakukan adalah tergantung pada besar kecilnya unsur kekuatan, kelemasan, keseimbangan dan ketangkasan yang terdapat pada bentuk latihan atau gerakan itu sendiri. Sedang yang menyebabkan sukar atau mudahnya melakukan bentuk latihan atau gerakan adalah tergantung pada tingkat kemampuan sipelaku itu sendiri (Mahmudi Sholeh, 1992:25).

Bentuk Senam lantai dapat dibagi dalam beberapa kelompok, ditinjau dari tempat (diam di tempat) dan gerak. Kelompok yang bergerakpun dapat dibagi lagi: bergerak ke muka, bergerak ke belakang dan bergerak ke samping. Di bawah ini dapat dilihat beberapa contoh bentuk latihan senam lantai yang dimaksud.

Tabel 1

Bentuk latihan senam lantai (Imam Soejoedi, 1978:13)

Guling belakang adalah bentuk gerakan mengguling kebelakang teknik pelaksanaan dimulai dari tengkuk atau kuduk, punggung, pinggang, panggul bagian belakang, dan yang terakhir kaki (Sumanto dan Sukiyo, 1992:101).

Menurut Suyati dkk, guling (roll) belakang berarti menggulung kebelakang, gerakan roll belakang sama dengan roll depan, yaitu bentuk badan

Di tempat Gerak ke muka Gerak ke belakang 1. Sikap lilin

2. Jembatan

3. Setimbang (balance) 4. Splits

5. Hand stand

1. Rol/guling

2. Lompat harimau dan macam-macam loncat.

3. Handspring

(21)

harus dibulatkan, kaki dilipat lutut tetap melekat di dada, kepala ditundukkan sampai dagu melekat di dada (1993:4).

Senam khususnya guling belakang di sekolah sangat penting karena merupakan salah satu bentuk latihan jasmani dan juga sebagai bidang studi yang wajib dipelajari diseluruh gerakan yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor kondisi fisik seperti: keseimbangan, kekuatan, kelentukan, daya ledak dan koordinasi. Melalui latihan gerakan guling belakang siswa dapat meningkatkan kondisi fisik agar kemampuan fisiknya meningkat ke kondisi puncak dan berguna untuk melakukan aktivitas olahraga dan mencapai prestasi yang maksimal, selain itu melalui gerakan guling belakang siswa mempunyai kesempatan untuk belajar bergerak secara terampil dan cekatan.

SMA Kartika III-1 Banyubiru adalah sekolah swasta dibawah naungan yayasan Kartika Jaya cabang III daerah Diponegoro, yang terletak di daerah pedesaan tepatnya di desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Sekolah ini diresmikan oleh Jendral TNI Feisal Tanjung pada tanggal 16 Desember 1995.

(22)

Senam adalah salah satu mata pelajaran penjasorkes yang diajarkan di SMA Kartika III-1 Banyubiru, yang mana di sekolah ini sudah mempunyai fasilitas untuk olahraga senam yang lengkap.

Berdasarkan survei pengamatan proses pembelajaran di SMA KARTIKA III-1 Banyubiru senam kurang begitu diminati, terbukti dengan kemauan dan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes khususnya guling belakang, dimana siswa cenderung kurang aktif dalam pembelajaran, malas untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan guru, dan terkesan takut untuk melakukan gerak guling belakang.

Dalam proses pembelajaran guru tidak mengajarkan variable-variabel diluar ,metodik senam, missal: adanya unsur/elemen kekuatan, kelenturan, daya ledak, kecapatan gerak yang kesemuanya sangat diperlukan dalam penguasaan teknik gerak senam khususnya guling belakang bulat dan lurus.

(23)

Akibat pemahaman yang kurang dan tidak adanya pertolongan pada saat mempraktekkan gerak guling belakang akibatnya muncul rasa kurang percaya diri dan perasaan takut untuk mencoba. Dengan kata lain kondisi siswa dalam melakukan guling belakang belum baik karena belum memiliki pemahaman tentang teknik dasar guling belakang yang benar.

Dengan melihat kondisi yang demikian, agar kemampuan dalam melakukan guling belakang bisa dilakukan dengan baik maka perlu diadakan penelitian dengan judul “PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010-2011”

1.2Permasalahan

Berdasarkan latar uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1) Apakah ada perbedaan yang berarti antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang ?.

2) Manakah yang lebih baik hasil antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang ?.

1.3Tujuan Penelitian

(24)

1) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang berarti antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang.

2) Untuk mengetahui mana yang lebih baik antara hasil pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang.

1.4Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran, maka perlu adanya penegasan istilah. Adapun penegasan istilah dari judul tersebut adalah:

1.4.1Perbedaan

Beda, selisih atau perihal yang berbeda (www.google.com).

Perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil mengajar guling belakang menggunakan pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus.

1.4.2Pendekatan Mengajar

Pendekatan Mengajar adalah alat yang merupakan bagian dari perangkat alat dan cara pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Pendekatan mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar (Hasibuan, 2006:3).

(25)

1.4.3Guling Belakang Bulat dan Lurus

Guling belakang adalah bentuk gerakan mengguling kebelakang teknik pelaksanaan dimulai dari tengkuk atau kuduk, punggung, pinggang, panggul bagian belakang, dan yang terakhir kaki (Sumanto dan Sukiyo, 1992:101).

Yang dimaksud guling belakang bulat dan lurus adalah perbedaan tungkai pada saat melakukan gerakan inti guling belakang yaitu tungkai ditekuk (bulat) atau lurus.

1.4.4Hasil Belajar

Menurut Nasrun hasil belajar adalah hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya hasil yang diperoleh siswa (sampel) dalam selama mengikuti proses pembelajaran, hasil belajar tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari sebelumnya (Tim Dosen, 1980:25).

Hasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa yang dicapai setelah belajar guling belakang bulat dan lurus.

1.4.5Siswa Putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru

Adalah sampel dari siswa kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Sejumlah 30 siswa putra, yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling atau sampel acak.

1.5Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang ditulis dalam skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

(26)

dicapai dapat memberikan sumbangan keilmuan terhadap olahraga senam lantai, khususnya guling belakang.

2) Bagi guru Penjasorkes, hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan menjadi acuan dalam mengajar senam khususnya guling belakang.

3) Bagi siswa, dengan adanya latihan senam khususnya guling belakang diharapkan dapat mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik.

1.6Pemecahan Masalah

Karena kompleknya permasalahan yang ada pada pembuatan skripsi ini, maka perlu adanya pemecahan masalah, guna menyederhanakan permasalahan, yaitu :

1) Bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang.

(27)

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Proses Belajar Mengajar

Dalam lembaga sekolah proses belajar mengajar akan selalu berkaitan dengan proses belajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme dan pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi hakikat belajar adalah perubahan (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002:11).

(28)

Menurut Sumanto dan Sukiyo mengajar adalah kegiatan menuntun dan membimbing para siswa untuk belajar yang bertujuan memberikan bekal pada siswa dalam menghadapi perjuangan hidupnya dimasa yang akan datang (1992:1).

Mengajar dalam penelitian ini usaha guru membimbing dan mendorong siswa untuk menyampaikan informasi agar memperoleh pengalaman atau perilaku secara maksimal berupa guling belakang dengan tujuan agar siswa mampu melakukan guling belakang dengan baik.

Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain, bahwa kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem mengandung sejumlah komponen yang meliputi.

1) Tujuan

2) Bahan Pelajaran

3) Kegiatan Belajar Mengajar 4) Metode

5) Alat

6) Sumber Pelajaran 7) Evaluasi (2002:48).

(29)

Untuk mengukur kemajuan yang telah dicapai, proses belajar mengajar harus berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani menurut Adang Suherman yaitu:

1) Perkembangan fisik, yang berhubungan dengan kemampuan melakukan aktifitas fisik.

2) Perkembangan gerak, yang berhubungan dengan kemampuan gerak secara efektif, efisien, sempurna.

3) Perkembangan mental, yang berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterprestasikan pengetahuan.

4) Perkembangan sosial, berhubungan dengan kemampuan menyesuaikan diri dengan masyarakat (2000:23).

Abdulkadir Ateng mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan jasmani yaitu:

1) Perkembangan gerak, memenuhi serta mempertahankan keinginan gerak. 2) Pembentukan prestasi, mengembangkan kemampuan kerja dalam bidang

prestasi.

3) Pembentukan sosial, pengembangan kemasyarakatan.

(30)

Penetapan metode mengajar didasarkan pada prinsip-prinsip proses mengajar, yaitu belajar yang bersumber pada guru, siswa, atau bahan ajar proses belajar mengajar.

Simpulan uraian diatas yaitu proses belajar mengajar dipengaruhi beberapa komponen pengajaran, antara lain aktivitas belajar siswa, guru yang mengarahkan dan memperlancar proses belajar mengajar, bahan pelajaran yang sesuia dengan kemampuan siswa, tujuan yang ingin dicapai, metode mengajar yang tepat, serta evaluasi untuk mengukur hasil belajar yang telah dicapai.

2.1.2 Belajar Gerak

Adalah suatu rangkaian proses yang berhubungan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada terjadinya perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerak-gerak yang terampil (Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra, 2000:45).

Ada 3 tahapan yang dapat diidentifikasikan dalam proses belajar yaitu: 1) Tahapan Verbal – Kognitif

Memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru pada peserta didik. Sebagai pemula mereka belum memahami apa, kapan, dan bagaimana gerak dilakukan. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang dipelajari sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang.

2) Tahapan Motorik

(31)

kali dalam belajar motorik adalah kontrol dan konsentrasi sikap berdiri dan rasa percaya diri,

3) Tahap Otomatisasi

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam belajar gerak, peserta didik sudah menjadi terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien (Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra, 2000:83).

2.1.3 Senam

2.1.3.1 Pengertian Senam

Menurut Mahmudi Sholeh senam berasal dari terjemahan kata “Gymnastic” (bahasa inggris), gymnastiek (bahasa belanda). Gymnastic berasal dari kata gymnes atau gymnozein (bahasa greek-yunani) yang berarti telanjang (nude). Pada jaman kuno, gymnastic dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang, maksudnya supaya gerakan dapat dilakukan tanpa adanya gangguan sehingga menjadi sempurna. Tempat berlatih senam disebut Gymnasion (Yunani) atau Gymnasium (inggris), sedangkan pemain senam (peserta) disebut Gymnas (1992:2).

Senam memiliki batasan-batasan tertentu dan kaidah-kaidah tersendiri, yaitu:

1) Gerakan-gerakan senam harus direncanakan dan diciptakan dengan sengaja. 2) Gerakan-gerakan senam harus disusun secara sistematis.

(32)

2.1.3.2 Tujuan Senam

Menurut Mahmudi Sholeh senam mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1) Untuk dapat memberikan rangsangan yang diperlukan bagi perkembangan organ-organ tubuh.

2) Untuk memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan masyarakat.

3) Untuk memupuk dan mengembangkan rasa keberanian dan rasa percaya diri sendiri (1992:3).

2.1.3.3 Manfaat Senam

Menurut Sumanto dan Sukiyo senam juga mempunyai beberapa manfaat yang diharapkan dapat dicapai dan berguna bagi seseorang. Manfaat senam adalah:

1) Mempertahankan atau meningkatakan taraf kesegaran jasmani yang baik 2) Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerakan.

3) Membentuk sikap dan gerak. 4) Membentuk kondisi fisik.

5) Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan masyarakat (1992:67).

2.1.3.4 Macam-macam Senam

(33)

Senam juga dapat dilakukan secara perorangan, berteman maupun massal (Sumanto dan Sukiyo, 1992:83).

Berdasarkan macam dan bentuk senam itu dilaksanakan serta tujuan yang ingin dicapai oleh para pelaku senam, senam dikelompokkan menjadi beberapa yaitu:

1) Senam Sibuyung

Senam sibuyung adalah senam yang diperuntukkan bagi anak-anak, yang pelaksanaanya didasarkan atas perkembangan jiwa kanak-kanak, khususnya yang masih taman kanak-kanak, kelas I dan II sekolah dasar.

Pelaksana senam sibuyung yaitu dengan menirukan gerakan hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya yang dilakukan dengan cara bermain.

2) Senam Irama

Senam yang gerakannya dilakukan berirama. Aip menyebutnya sebagai perbaduan antara berbagai gerakan dengan irama yang mengiringinya. Iringan dapat berupa tepukan, ketukan, nyanyian, musik dan sebagainya . kadang dilakukan tanpa alat dan kadang dilakukan dengan alat. Alat digunakan untuk meningkatkan taraf kesukaran, keindahan, kevariasian, dan kegairahan melakukannya, (1990:49)

3) Senam Dasar

(34)

Senam dasar pada umumnya dilakukan untuk : membentuk sikap dan gerak tubuh, membina dan meningkatkan taraf kesegaran jasman, membantu usaha penyembuhan. Contoh senam dasar antara lain: Senam Pagi Indonesia (SPI), Senam Kesegaran Jasmani (SKJ).

4) Senam Ketangkasan/ Senam Artistik

Senam ketangkasan adalah senam yang dalam pelaksanaanya dilakukan dengan menggunakan keterpaduan koordinasi keterampilan, kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelentukan, keberanian, dan kepercayaan diri.

Senam ketangkasan ini kadang disebut sebagai senam artistik. Disebut sebagai senam ketangkasan karena gerakan senam ini memberikan latihan menjadi tangkas dalam bersikap dan bergerak. Disebut sebagai senam artistik karena senam ini, jika telah mencapai taraf tertentu, rangkaian gerakannya terlihat indah, cantik, artistik. Senam ketangkasan, senam artistik dapat dikelompokkan menjadi senam lantai, dan senam dengan perkakas. Senam lantai, senam yang gerakannya berjumpalitan diatas matras, di atas kasur senam. Senam perkakas, senam yang gerakannya menggunakan perkakas.

Senam ketangkasan yang biasa diperlombakan dilakukan baik oleh pria maupun wanita. Senam ketangkasan pria dikelompokkan menjadi enam nomor yaitu:

(35)

e. Kuda lompat f. Kuda pelana

Sedangkan senam ketangkasan wanita dikelompokkan menjadi empat nomor yaitu:

a. Senam lantai, senam perkakas b. Palang bertingkat

c. Balok keseimbangan

d. Kuda lompat (Sumanto dan Sukiyo, 1992:83-84).

2.1.4 Guling Belakang

2.1.4.1 Pengertian Guling Belakang

Guling belakang merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan jasmani dari senam yang tergolong dalam bentuk senam ketangkasan atau senam artistik

Pengertian guling belakang adalah bentuk gerakan mengguling kebelakang teknik pelaksanaan dimulai dari tengkuk atau kuduk, punggung, pinggang, panggul bagian belakang, dan yang terakhir kaki (Sumanto dan Sukiyo,1992:101).

(36)

2.1.4.2 Analisis Gerakan Guling Belakang

1) Jongkok, kedua tangan memeluk lutut, tarik dagu kedada, rebahkan badan kebelakang dan kembali. Lakukan berulang-ulang.

2) Duduk belunjur, cium lutut. Lakukan berulang-ulang.

3) Duduk belunjur, cium lutut, kedua tangan memegang sekitar pergelangan kaki, angkat kaki keatas dan kembali. Lakukan berkali-kali.

4) Duduk belunjur, kedua tangan memegang kedua kaki, angkat kaki keatas terus rebahkan kebelakang lalu kembali. Lakukan berulang-ulang.

5) Telentang, lengan lurus kesamping badan, angkat kaki keatas, jatuhkan kaki kebelakang kepala. Lakukan berulang-ulang.

6) Duduk belunjur, kedua tangan memegang sekitar pergelangan kaki, angkat kaki keatas, tangan diletakkan di matras, gerakan kaki kebelakang kepala, jatuhkan kaki kebelakang kepala, Ketika ujung kaki menyentuh matras dorongkan tangan pada matras agar lengan lurus, sehingga badan dan kepala terangkat ke atas, lalu teruskan kesikap jongkok. Lakukan berulang-ulang. 7) Jongkok, telapak tangan menghadap keatas didekat telinga, rebahkan badan

(37)

2.1.4.3 Kesalahan-kesalahan dalam melakukan gerakan guling belakang

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam belajar guling belakang diantaranya adalah:

1) Dagu tidak ditarik ke dada

2) Pemindahan pinggul tidak cukup kuat

3) Tangan tidak cukup kuat menekan atau mengankat badan dan kepala (Sumanto dan Sukiyo, 1992:103).

2.1.4.4 Faktor kondisi fisik yang mempengaruhi gerakan guling belakang

Peningkatan kondisi fisik bertujuan agar kemampuan fisik meningkat ke kondisi puncak dan berguna untuk melakukan aktivitas olahraga dalam mencapai prestasi maksimal. Pembinaan kondisi fisik merupakan sasaran latihan, dimana satu aspek tidak dapat ditinggalkan dalam program latihan yang berkesinambungan (Suharno, 1986:35).

Kondisi fisik seseorang akan sangat mempengaruhi bahkan menentukan gerak penampilannya, karena dengan kondisi fisik yang baik maka akan berpengaruh terhadap fungsi dan system organisme tubuh (Rusli Lutan dkk, 2000:60).

Beberapa faktor kondisi fisik yang mempengaruhi pelaksanaan guling belakang yaitu:

1) Keseimbangan (balance)

(38)

2) Kekuatan (strength)

Kekuatan ialah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas (Suharno, 1986:36).

3) Kelentukan (Flexibility)

Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkauan gerak yang luas (Rusli Lutan, 1999:75).

Sedangkan menurut Suharno kelentukan ialah suatu kemampuan dari seseorang dalam melaksanakan gerakan dengan amplitudo yang luas (1986:49).

4) Koordinasi (Coordination)

Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan (Rusli Lutan, 1999:77).

Menurut Suharno koordinasi ialah kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa gerakan untuk menjadi satu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya (1986:56).

5) Daya

Daya adalah kombinasi dari kecepatan dan kekuatan. Daya adalah kemampuan menggunakan kekuatan pada suatu waktu dengan cepat (Sigit Muryono, 2001:104).

2.1.5 Mengajar Guling Belakang Bulat

(39)

1) Jongkok, tekuk kedua siku tangan menghadap ke atas di dekat telinga , dagu dan lutut tarik ke dada.

2) & (3) Gulingkan badan ke belakang hingga bahu menyentuh matras, lutut dan dagu tetap mendekat dada, telapak tangan tetap didekat telinga.

4) Bahu menyentuh matras, kedua telapak tangan menyentuh matras, gerakan kaki untuk dijatuhkan kebelakang kepala.

5) Jatuhkan ujung kaki ke belakang kepala. 6) Dorong lengan ke atas.

7) Jongkok dengan lengan lurus kebelakang (1992:101-102).

Gambar 1 Guling Belakang bulat (Sumanto dan Sukiyo, 1992:102)

Gerakan guling belakang bulat memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Siswa yang lemah fisik dapat melakukan guling belakang lurus karena posisi bulat bertumpu pada teknik dan kecepatan putar.

(40)

1) Otot pada bagian belakang tidak terbiasa dengan latihan kekuatan baik pada punggung maupun lutut.

2) Punggung kurang bulat sehingga kaki tidak ditekuk pada saat mengguling (Wawancara dengan pakar senam Bambang Priyono, tanggal 20 Desember 2010)

2.1.6 Mengajar Guling Belakang Lurus

Sumanto dan Sukiyo mengungkapkan bahwa analisis gerakan guling belakang lurus sebagai berikut

1) Duduk belunjur, dagu menyentuh dada, kedua tangan disamping telinga, telapak tangan menghadap ke atas.

2) & (3) Rebahkan badan ke belakang telapak tangan menyentuh matras, dengan posisi kaki bersudut sebagai ketika duduk belunjur.

4) Gerakan kaki untuk menyetuh matras di belakang kepala. 5) & (6) tolakkan tangan ke atas kepala dan badan diangkat. 7) Jongkok, lengan lurus ke depan (1992:102-103).

(41)

Gerakan guling belakang lurus memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Siswa terbiasa dengan posisi lurus akan melatihkan kekuatan pada punggung dan lutut serta membiasakan diri pada teknik guling yang sebagaimana dipersyaratkan pada teknik Persani.

Gerakan guling belakang lurus memiliki kekurangan sebagai berikut: 1) Pada siswa yang lemah otot punggung dan lutut sulit untuk melakukan teknik

guling belakang lurus.

2) Lemparan kaki tidak dilanjutkan sehingga tidak punya cukup dorongan untuk mengangkat badan kebelakang (Wawancara dengan pakar senam Bambang Priyono, tanggal 20 Desember 2010).

2.1.7 Teknik Bantuan Guling Belakang 1) Bantuan pada dasarnya diberikan:

a. Pada beberapa kali pelaksanaan, disaat diperkenalkan bentuk latihan guling.

b. Pada anak-anak yang perlu mendapatkan bantuan , disebabkan kekurangan pada anak itu sendiri, misalnya:

1. Rasa takut/malu

2. Otot leher yang kurang kuat 3. Kurang koordinasi

4. Gerak yang lamban

(42)

2) Dalam bentuk mengguling ini, bantuan yang utama harus dijalankan adalah menyelamatkan benturan belakang kepala atau leher pada dasar/alas yang terlalu keras. Pemberian bantuan tersebut harus dilakukan dengan tangkas dan tepat.

a. Latihan 1-2, menopang dan mendorong pinggang kearah guling (kebelakang), dan membawanya kearah guling.

Gambar 3

Teknik bantuan guling belakang, Latihan 1-2 (Imam Soejoedi, 1978:49)

(43)

Gambar 4

Teknik bantuan guling belakang, Latihan 3 (Imam Soejoedi, 1978:50)

2.1.8 Metodik Mengajar Senam

Sistem mengajar senam di Indonesia didasarkan pada system STO Bandung (Penyusunan modifikasi STO Bandung). Sistem Bandung adalah sistem yang secara prinsip mengikuti system Austria, namun disesuaikan dengan kebutuhan bangsa Indonesia.

Sistem senam Austria dikembangkan Gaulhofer dan Streicher, Yang dibagi menjadi 4 (empat) golongan, yaitu:

1) Latihan normalisasi atau pemulihan. 2) Latihan pembentukan.

3) Latihan pengembangn prestasi.

4) Latihan seni gerak (Agus Mahendra, 2000:7).

(44)

1) Bagian A (Bagian Pendahuluan). 2) Bagian B (Bagian Inti).

3) Bagian C (Bagian Akhir) (Sumanto dan Sukiyo, 1992:196).

Adapun pembagian lebih terperinci kedalam susunan jalannya pelajaran senam sebagai berikut:

1) Bagian pendahuluan atau pemanasan. 2) Bagian Inti.

1) Latihan pembentukan. 2) Latihan keseimbangan.

3) Latihan kekuatan dan ketangkasan. 4) Latihan berjalan dan berlari. 5) Latihan melompat dan meloncat.

3) Bagian akhir atau penenangan (Agus Mahendra,2000:7).

2.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2006:71).

(45)

2.2.1 Hipotesis Alternatif

1) Ada perbedaan yang berarti antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus.

2) Pendekatan mengajar guling belakang lurus lebih baik dibandingkan dengan pendekatan mengajar guling belakang bulat.

2.2.2 Hipotesis Nihil

1) Tidak ada perbedaan yang berarti antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus.

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian. Tergantung pada metodenya. Maka penggunaan metode penelitian dalam suatu penelitian ilmiah harus tepat dan mengarah pada tujuan. Dalam metode ini menggunakan metode eksperimen, metode eksperimen menggunakan dan memberikan suatu gejala yang disebut dengan perlakuan. Menurut Sutrisno Hadi bahwa metode eksperimen merupakan salah satu metode yang tepat untuk meneliti hubungan sebab akibat (2004:465).

3.1 Desain atau Pola Penelitian

Desain atau pola yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matched Subject Design atau pola M-S, dengan pengertian : “Matched Subject Design,

yaitu eksperimen yang menggunakan dua kelompok yang sudah disamakan subjek demi subjek sebelum diberikan perlakuan. Adapun yang disamakan adalah satu variabel atau lebih yang telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap hasil eksperimen yaitu variabel di luar variabel atau faktor yang dieksperimenkan (Sutrisno Hadi, 2004:511).

(47)

memberikan kesempatan yang sama pada kedua kelompok untuk menjadi kelompok eksperimen 1 maupun kelompok eksperimen 2, sehingga subjektifitas dari peneliti tidak akan masuk di dalamnya. Lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar desain dalam penelitian ini.

Keterangan :

E1 : Kelompok eksperimen 1 E2 : Kelompok eksperimen 2

O1 dan O2 : Pre test kselompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 X1 : Perlakuan pada kelompok eksperimen 1

X2 : Perlakuan pada kelompok eksperimen 2

O3dan O4 : Tes akhir kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (2006:118).

Sedangkan menurut Margono variabel adalah pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih (2005:133).

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab atau independent variable (X).Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas yaitu :

(48)

3.2.2 Variabel terikat

Variabel terikat disebut juga variabel tergantung atau variabel akibat atau dependent variable (Y). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penilaian

guling belakang.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (2006:130).

Sedangkan Margono menyatakan bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (2005:118).

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa kelas X di SMA Kartika III-1 Banyubiru sebanyak 67 siswa putra.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (2006:131).

Sedangkan Margono menyatakan bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara tertentu (2005:121).

(49)

subyek-subyek didalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama (Suharsimi Arikunto, 2006:134).

Pengambilan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti dan ketersediaan sarana dan prasarana.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data juga merupakan faktor yang penting dalam penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh. Data yang sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian diperoleh dengan metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan salah satu metode yang paling tepat untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat. Metode eksperimen menggunakan dan memberikan suatu gejala yang disebut dengan perlakuan. Surisno Hadi menyatakan bahwa metode eksperimen merupakan salah satu metode yang paling tepat untuk meneliti hubungan sebab akibat (2004:465).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penggunaan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang meliputi tes pendahuluan, pelajaran inti, dan ditutup dengan tes akhir untuk menguji kebenarannya.

(50)

control secara otomatis akan menyeimbangkan kedua group itu (Sutrisno Hadi, 2004:511-512).

Adanya kelompok-kelompok tersebut penting untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian secara benar. Sampel dalam penelitian ini dibagi dua kelompok bedasarkan hasil tes awal pre eksperimen tes. Pembagian dua kelompok ini diperoleh dari hasil matching test awal atau pre eksperimen tes dengan cara subyek matching ordinal pairing yaitu anak coba yang tingkat kemampuan awal melakukan guling belakang setingkat dipasangkan. Kemudian anggota-anggota tiap pasang dipisah ke kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 jadi kedua kelompok tersebut berangkat dari titik tolak yang sama (Sutrisno Hadi, 2004:512).

Secara keseluruhan prosedur yang dilakukan dalam penelitian eksperimen ini dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu : 1) persiapan penelitian, 2) Pre test (tes awal), 3) Treatment atau pemberian perlakuan, 4) tes akhir.

3.4.1 Tahap persiapan

Hal yang perlu dipersiapkan dalam penelitian ini adalah usaha dalam menyiapakan subjek, penentuan tempat dan waktu penelitian, persiapan alat dan perlengkapan penelitian, persiapan petugas pembantu penelitian.

3.4.2 Pre test (tes awal)

(51)

Pengambilan nilai dalam pre test penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu sikap awal, inti/gerakan guling belakang dan sikap akhir.

Adapun langkah-langkah tes awal adalah sebagai berikut : Setiap anak coba dipanggil satu persatu menurut daftar nama yang telah disusun dari nomor 1 sampai 30, kemudian anak coba melakukan gerakan guling belakang sebanyak 2 kali sesuai ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.3 Treatment atau pemberian perlakuan

Setelah tes awal selesai dilakukan, maka anak coba dipisahkan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, pemisahan 2 kelompok tersebut menggunakan cara subject matching ordinal pairing yaitu memisahkan dua kelompok yang memiliki kemampuan seimbang. Setelah didapat dua kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan sama dilakukan tos atau pengundian menggunakan koin. Hasilnya kelompok eksperimen 1 memperoleh latihan menggunakan guling belakang lurus dan kelompok eksperimen 2 diberi latihan guling belakang bulat.

Pada prinsipnya bentuk-bentuk latihan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan gerakan guling belakang. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini sebanyak 12 kali pertemuan dalam kurun waktu 1 bulan dengan Frekuensi 3 kali dalam seminggu..

(52)

sampel melakukan latihan guling belakang ). Minggu ke-3 12 set, dengan latihan tiap repetisi sebanyak 5 repetisi (65 X). Minggu ke-4 12 set , dengan latihan tiap set sebanyak 7 repetisi (84 X). Dalam pelaksanaan treatment jumlah atau porsi latihan guling belakang lurus dan bulat tiap sampel sama.

Pemberian latihan ini sesuai dengan pendapat Tohar yaitu : training sebagai suatu proses kerja harus dilakukan secara sistematis, berulang-ulang, berkesinambungan, dan makin lama jumlah beban yang diberikan makin bertambah (1992:155).

3.4.4 Tes akhir

Setelah anak coba melakukan latihan selama 12 kali pertemuan, maka diadakan tes akhir. Prosedur pengambilan nilai sama seperti tes awal yaitu melakukan gerakan guling belakang, penilaian ini diambil dengan anak coba melakukan praktik guling belakang dengan baik dan benar. Anak coba diberikan keleluasan menggunakan teknik guling belakang lurus atau teknik guling belakang bulat. Nilai sampel didapat dengan mengambil nilai terbaik dari 2 kali tes yang dilakukan. Kemudian nilai terbaik dari 2 penilai dirata-rata.

(53)

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Persiapan alat dan perlengkapan penelitian dan tes 35.1.1 Persiapan alat penelitian

1) Matras 2) Peluit 3) Jam

4) Jadwal dan program pengajaran 3.5.1.2 Perlengkapan tes

1) Pedoman penilaian 2) Blangko penilaian 3) Meja dan kursi 4) Lapangan tempat tes 3.5.2 Instrumen Tes

Validitas logis adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan sahih atau valid apabila mampu mengukur apa yang dapat diungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha yang hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikihendaki ( Suharsimi Arikunto, 2006:169).

3.5.2.1 Instrumen perlakuan

(54)

3.5.2.2 Instrumen tes gerakan guling belakang

Sistem penilaian gerakan guling belakang yang dianut adalah nilai dasar serta pemberian nilai hukuman kesalahan gerakan yang dilakukan siswa. Poin setiap gerakan yang dilakukan anak coba yaitu 1,0, sehingga nilai total akhir yang didapat anak coba adalah 10. Kemudian nilai terbaik dari masing-masing penilai atau wasit dijumlahkan kemudian di rata-rata.

3.5.2.2.1 Sikap awalan

Sikap awal berdiri tegak, jongkok atau duduk belujur, tekuk kedua siku tangan menghadap keatas disamping telinga dan dagu dan lutut ditarik kedada.

Gambar 5

Sikap awalan guling belakang bulat (Agus Mukholid, 2007:48)

Gambar 6

(55)

3.5.2.2.2 Gerakan inti guling belakang

Gulingkan badan kebelakang hingga bahu menyentuh matras,lutut dan dagu tetap mendekat dada, telapak tangan tetap didekat telinga, kedua telapak tangan menyentuh matras, gerakan kaki untuk dijatuhkan kebelakang kepala (ditekuk/lurus),

Gambar 7

Inti gerakan guling belakang bulat (Sumanto dan Sukiyo, 1992:102)

Gambar 8

(56)

3.5.2.2.3 Sikap akhir (pendaratan)

Tolakan tangan keatas kepala dan badan diangkat, jongkok dengan lengan lurus kedepan, pandangan lurus kedepan.

Gambar 9

Sikap akhir guling belakang bulat (Sumanto dan Sukiyo, 1992:102)

Gambar 10

Sikap akhiran guling belakang lurus (Sumanto dan Sukiyo, 1992:102)

(57)

1) Sikap awalan potongan nilai a. Pada saat awalan posisi berdiri badan kurang tegak 0,3

b. Pada saat awalan posisi tangan tidak disamping badan 0,3 c. Pada saat menjatuhkan badan tangan tidak menyentuh matras 0,3 2) Gerakan guling belakang

a. Pada saat mengguling dagu tidak menyentuh dada 0,3 b. Pada saat menggguling telapak tangan jauh dari telinga 0,3 3) Sikap akhir

a. Tangan tidak menolak pada saat mengangkat badan 0,3

b. Sikap akhir tidak jongkok 0,3

c. Lengan tidak lurus kedepan 0,3

d. Pandangan tidak lurus kedepan 0,3

e. Sikap akhir tidak sempurna 0,3

Keterangan:

Untuk melakukan tes awal dan akhir yang berupa gerakan guling belakang diatas, masing-masing sampel melakukan 2X (dua kali).

3.6Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian

Meskipun dalam penelitian ini telah diusahakan untuk menghindari adanya kesalahan-kesalahan dalam kaitannya dengan pengambilan data selama pelaksanaan penelitian, namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan ada usaha untuk menghindarinya,

(58)

Kesungguhan dalam mengikuti pelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai sampel.

2) Faktor kegiatan sampel di luar penelitian

Faktor sampel di luar penelitian sulit untuk diawasi. Untuk mengurangi penngaruh faktor tersebut diusahakan memberi pengertian kepada sampel agar tidak melakukan kegiatan yang sama diluar penelitian. Hal tersebut nermanfaat bagi sampel agar tidak memperoleh metode yang berbeda.

3) Faktor Kemampuan sampel

Setiap sampel mempunyai daya serap atau kemampuan untuk memahami materi dan melakukan gerak yang berbeda-beda. Untuk mencegah pengaruh faktor ini adalah dengan memberi koreksi secara klasikal atau individual.

4) Faktor Alat

Faktor alat bantu dalam penelitian ini juga mempengaruhi keberhasilan belajar. Alat yang digunakan diusahakan selengkap mungkin dan disiapkan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini berguna agar penelitian berjalan dengan lacar.

5) Faktor Pemberi Materi

Berhasil tidaknya suatu hasil belajar juga dipengaruhi oleh pemberi materi pelajaran. Agar sampel mampu menyerap materi yang diberikan diusahakan materi diberikan tahap demi tahap dan selalu didemonstrasikan agar sampel mampu memperagakan seperti yang dicontohkan

(59)

Agar sampel tidak merasakan kebosanan dalam penelitian maka setiap pemanasan diberi variasi permainan.

7) Faktor Psikologis

Faktor ini juga sering mempengaruhi sampel, yaitu rasa takut dan ragu-ragu. Penjelasan penanaman keberanian perlu diberikan agar sampel percaya diri agar perasaan takut yang ada pada diri sampel hilang.

3.7 Pelaksanaan Penelitian

Sebelum memulai dengan pengambilan data beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu mengenai langkah - langkah yang harus ditempuh supaya tidak terjadi kesalahan. Dalam penelitian langkah tersebut adalah :

3.7.1 Penentuan Sampel

(60)

3.7.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik random sampling atau sempel acak yaitu dengan cara mengambil atau memilih secara

acak dari seluruh siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru. 3.7.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 berjumlah 30 siswa.

3.7.4 Waktu dan tempat Penelitian

Waktu penelitian ini terbagi menjadi 3 yaitu:

1) Pre test dilakukan pada hari senin tanggal 9 Agustus 2010 pukul 12.00-13.00 WIB.

2) Treatment atau pemberian perlakuan dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan

dalam rentan waktu 1 bulan, dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu.

Treatment dilakukan setelah sampel pulang sekolah pukul 14.00-15.00 WIB.

Dari tanggal 26 Oktober 2010 sampai dengan 20 November 2010.

3) Tes akhir dilakukan pada hari selasa 23 November 2010 pukul 14.00-15.30 WIB.

Tempat penelitian dilakukan di halaman kelas, lapangan upacara atau gedung serbaguna SMA Kartika III-1 Banyubiru.

3.7.5 Pembantu Penelitian

(61)

peneliti meminta bantuan kepada mahasiswa FIK UNNES dan teman dekat peneliti yang dianggap mampu.

Pembagian tugas pembantu penelitian terdiri dari: 1. Konsultan

2. Pencatat nilai 3. Pembantu umum 4. Dokumentasi

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data terhadap eksperimen yang didasarkan pada subject matching menggunakan t-test pada correlated samples. Dengan demikian untuk pengetesan signifikasi menggunakan t-test dengan rumus pendek (short metode). Rumus ini banyak digunakan dalam penelitian eksperimen karena efektif dan efisien. Untuk memasukkan data kedalam rumus, sebagai berikut :

Berdasarkan data yang diperoleh dari tes, selanjutnya akan di analisis dengan menggunakan rumus statistic berupa t-test.

Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa analisis terhadap hasil-hasil eksperimen yang didasarkan atas subject matching selalu menggunakan t-test pada correlated samples (2004:276).

(62)

3.8.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Normalitas data dapat dilihat dari grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif data normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2001:74). Dalam penelitian ini, pengujian normalitas data menggunakan bantuan program SPSS.

3.8.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data kondisi awal berupa nilai ulangan harian homogen atau tidak. Untuk uji ini antara lain :

=

Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel. Kriterianya, apabila F Hitung < F Tabel, dengan taraf kesalahan 5℅ dengan dk = (nb-1) : (nk-1), maka data tersebut homogeny (Sudjana, 1996:242).

3.8.3 Uji t

(63)

rumus panjang maupun pendek akan memperoleh hasil yang sama (di dapat nilai t yang sama), maka penulis memilih rumus pendek untuk mengolah data, sebab lebih efisien penggunaannya (2004:486).

Untuk menjabarkan data hasil tes akhir ke dalam rumus diperlukan tabel persiapan seperti berikut :

Tabel 2

Persiapan Perhitungan Statistik dengan Pola M-S

No Pasangan Subjek Xe1 Xe2 D

(Xe1-Xe2)

d (D-DM)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

N Jumlah ∑Xk ∑Xe ∑D ∑d

Keterangan :

Xe1 : Nilai kelompok eksperimen 1 Xe2 : Nilai kelompok eksperimen 2

∑D : Jumlah perbedaan dari tiap-tiap pasangan yang diperoleh dari selisih

kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2.

∑d : Perbedaan masing-masing pasangan yang diperoleh dari selisih D

(deviasi) dengan MD (mean deviasi).

∑ : Kuadrat dari perbedaan masing-masing pasangan

(64)

1) Tiap-tiap pasangan dari kelompok dimasukkan dalam kolom 2 sesuai dengan nomor urut.

2) Nilai tes akhir dari kelompok eksperimen 1 dimasukkan dalam kolom Xe1 3) Nilai tes akhir dari kelompok eksperimen 2 dimasukkan dalam kolom Xe2 4) Untuk mengisi kolom D berasal dari nilai kelompok control dikurangi nilai

kelompok eksperimen atau Xe1-Xe2

5) Untuk mengisi kolom d berasal dari nilai D-MD, dan MD diperoleh dari :

= ∑D

Harus dicek sigma ∑D = ∑(Xe1-Xe2) dan d = 0,0

6) Kemudian setiap kolom dicari jumlahnya dan dalam rekapitulasi nilai-nilai

MD, ∑ , dan N.

Dalam penelitian ini analisis data yang akan digunakan t-test, yaitu mencari pengaruh dari dua latihan dalam pola M-S (matching by subject) dengan taraf signifikansi 5℅ rumusnya adalah :

= ∑

Keterangan :

MD : Mean dari perbedaan (Mean Differences) d : Deviasi individual dari MD

N : Jumlah subyek

(65)
(66)

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

Hasil deskripsi variabel data pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3

Deskripsi Statistik Data

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Tes sebelum Guling

Belakang Lurus 15 3.80 5.40 4.4567 .49131

Tes sesudah Guling

Belakang Lurus 15 6.68 9.88 8.6360 .88490

Tes sebelum Guling

Belakang Bulat 15 3.75 5.15 4.3967 .45256

Tes sesudah Guling

Belakang Bulat 15 6.40 9.43 8.1467 1.01134

Valid N (listwise)

15

(67)

mengajar guling belakang bulat sebesar 4,3967 dengan data tertinggi sebesar 5,15 dan terendah 3,75. Rata-rata setelah mengajar guling belakang bulat sebesar 8,1467 dengan hasil tertinggi 9,43 dan terendah 6,4.

4.1.2 Uji Prasyarat Data 4.1.2.1 Uji Normalitas Data

Untuk menguji normalitas data digunakan analisis kolmogorof smirnov, yang perhitungannya menggunakan program SPSS. Apabila hasil perhitungan diperoleh

probabilitas (p) lebih besar daripada taraf kesalahan (0.05), maka dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 4 Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tes sebelum

Normal Parametersa Mean 4.4567 8.6360 4.3967 8.1467 Std.

Deviation .49131 .88490 .45256 1.01134 Most Extreme

Differences

Absolute .129 .198 .111 .134

Positive .129 .101 .111 .127

Negative -.091 -.198 -.108 -.134

Kolmogorov-Smirnov Z .501 .767 .432 .521

Asymp. Sig. (2-tailed) .963 .599 .992 .949

a. Test distribution is Normal.

(68)

sebesar 0,767 dengan probabilitas (0,599) > 0,05, yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Besarnya nilai kolmogorof smirnov untuk data sebelum mengajar guling belakang bulat 0,432 dengan probabilitas (0,992) > 0,05, yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Untuk data diperoleh nilai kolmogorof smirnov setelah mengajar guling belakang bulat sebesar 0,521 dengan probabilitas

(0,949) > 0,05, yang berarti data tersebut juga berdistribusi normal.

Berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa keempat data tersebut berdistribusi normal, maka dapat digunakan statistik parametrik untuk pengujian hipotesis selanjutnya.

4.1.2.2 Uji Homogenitas

Prasyarat berikutnya untuk memenuhi analisis yaitu melakukan uji homogenitas varians data. Uji Homogenitas bertujuan untuk menguji apakah kelompok sampel mempunyai variansi yang sama. Adapun hasil uji homogenitas penelitian menggunakan uji F seperti tercantum pada Tabel berikut ini.

Tabel 5

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Guling Belakang Lurus 2.385 1 28 .134

Guling Belakang Bulat 3.364 1 28 .077

(69)

mengajar guling belakang lurus tersebut homogen. Nilai lavene’s statistic mengajar guling belakang bulat sebesar 3,364 dengan probabilitas 0.077, karena probabilitas lebih besar dari 0.05 maka disimpulkan bahwa hipotesis tidak dapat ditolak atau memiliki varians yang sama. Hal ini berarti kelompok sampel mengajar guling belakang bulat tersebut homogen.

4.1.3 Uji beda t test

Uji beda dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membedakan apakah ada perbedaan pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang. Dalam hal ini yang dibedakan adalah sebelum dan sesudah pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS for windows release 10,00 diperoleh tabel uji t-test sebagai berikut.

Tabel 6

Uji t Tes Berpasangan Model Pendekatan Mengajar Paired Samples Test

Paired Differences Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Tes sebelum Guling Belakang Lurus - Tes sesudah Guling

Belakang Lurus

-4.17933 .86281 .22278 -4.65714 -3.70152 -18.760 14 .000

Pair 2 Tes sebelum Guling Belakang Bulat - Tes sesudah Guling

Belakang Bulat

(70)

Dari tabel diatas terlihat hasil nilai thitung sebelum mengajar guling belakang lurus dan setelah mengajar guling belakang lurus sebesar -18,760 dengan probabilitas 0,000, karena probabilitas <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan mengajar guling belakang lurus terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang. Nilai thitung sebelum mengajar guling belakang bulat dan setelah mengajar guling belakang bulat sebesar -15,094 dengan probabilitas 0,000, karena probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan mengajar guling belakang bulat terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang.

4.2 Pembahasan

Guling belakang adalah bentuk gerakan mengguling kebelakang, teknik pelaksanaan dimulai dari tengkuk atau kuduk, punggung, pinggang, panggul bagian belakang dan yang terakhir kaki.

Berdasarkan dari deskripsi data menunjukkan bahwa rata-rata sebelum mengajar guling belakang lurus adalah 4,4567 dengan mengajar guling belakang lurus tertinggi 5,4 dan terendah 3,8. Rata-rata setelah mengajar guling belakang lurus sebesar 8,6360 dengan hasil tertinggi 9,88 dan terendah 6,68.

(71)

Dalam hal ini ada peningkatan yang berarti dari sebelum dan sesudah diadakan penelitian pendekatan mengajar guling belakang lurus dan bulat.

Sebelum diadakan penelitian sampel masih banyak melakukan kesalahan karena belum adanya pengertian bagaimana gerakan guling belakang lurus dan bulat yang benar . Peningkatan hasil tersebut tidak lepas dari latihan/treatment yang diberikan oleh peneliti, sehingga sampel mengerti bagaimana teknik guling belakang lurus dan bulat yang benar karena pemberian contoh guling belakang lurus dan bulat yang cukup, pembelajaran yang runtut dari sikap awalan, sikap inti dan sikap akhiran guling belakang lurus dan bulat. Selain itu teknik bantuan sangat mempengaruhi hasil dari pendekatan mengajar guling belakang ini karena sampel perlu mendapatkan bantuan yang disebabkan beberapa kekurangan pada sampel tersebut misalnya: perasaan takut dan malu untuk mencoba, otot leher dan punggung yang belum terbiasa, koordinasi yang kurang dan gerak yang lamban pada saat melakukan gerakan guling belakang lurus dan bulat.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil setelah adanya pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus, pendekatan mengajar guling belakang lurus lebih baik daripada pendekatan mengajar guling belakang bulat. Hal ini terlihat bahwa rata-rata pendekatan mengajar guling belakang lurus (8,636) lebih tinggi dari pendekatan mengajar guling belakang bulat (8,1467) terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang.

(72)

Namun dalam penerapannya teknik guling belakang lurus sesuai dengan ilmu kinesiologi tentang analisis gerakan olahraga yaitu senam. Sikap permulaan, berdiri tegak dengan lutut ditegangkan. Kemudian badan dibungkukkan pada pinggang dan badan jatuh kebelakang, keseimbangan dihilangkan. Sebelum pantat menyentuh matras badan diluruskan. Gerakan ini membantu mengurangi gaya jatuh dan menghasilkan gerakan pengguling. Pelurusan badan ini memindahkan titik berat kebelakang pantat atau keluar dari dasar penumpu. Gerakan ini memindahkan keseimbangan dan memberi momentum untuk berguling. Momen gaya sama dengan massa kali lengan momen, yang merupakan jarak titik-beratnya terhadap sumbu putaran, dalam hal ini adalah pantat. Tungkai ditarik kedada, suatu gerakan yang memperpendek radius putaran dan mempercepat guling. Tangan diletakkan dilantai pada waktu badan mengguling dan digulingkan sebagai tumpu yang baru dan pusat putaran. Tangan-tangan mendorong matras setelah titik berat melewati titik tumpu dan reaksi dari dorongan ini memutar dan mengangkat badan keposisi berdiri (Soedarminto, 1992:176).

.

Gambar 11

(73)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil nilai thitung sebelum mengajar guling belakang lurus dan setelah mengajar guling belakang lurus sebesar -18,760 dengan probabilitas 0,000, karena probabilitas <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan mengajar guling belakang lurus terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang. Nilai thitung sebelum mengajar guling belakang bulat dan setelah mengajar guling belakang bulat sebesar -15,094 dengan probabilitas 0,000, karena probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan mengajar guling belakang bulat terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang.

(74)

59

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

5.1.1 Ada perbedaan yang signifikan antara pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang.

5.1.2 Pendekatan mengajar guling belakang lurus lebih baik daripada pendekatan mengajar guling belakang bulat. Hal ini terlihat bahwa rata-rata pendekatan mengajar guling belakang lurus (8,636) lebih tinggi dari pendekatan mengajar guling belakang bulat (8,1467) terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang.

5.2 Saran

Berorientasi pada hasil analisis dan simpulan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu penulis ajukan beberapa saran dalam pendekatan mengajar guling belakang bulat dan lurus terhadap hasil belajar guling belakang siswa putra kelas X SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang sebagai berikut :

Gambar

Gambar 1 Guling Belakang bulat
Gambar 2 Guling Belakang lurus
Gambar 3 Teknik bantuan guling belakang, Latihan 1-2
Gambar 4 Teknik bantuan guling belakang, Latihan 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL SKRVSI KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT PERNYATAAN YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A PALEMBANG. Nama

Setiap alat dan perangkat untuk penyadapan yang sah ( lawful interception) atas informasi yang berbasis internet protocol pada penyelenggaraan jaringan bergerak

Longsor memindahkan massa tanah dengan volume yang besar, adakalanya disertai oleh batuan dan pepohonan, dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan erosi tanah

Konversi Selulosa Dari Biomassa Batang Pisang Menjadi Asam Levulinat Melalui Reaksi Katalik Dengan Katalis Kromium.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar fisika siswa yang menggunakan LKS berbasis inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) baik

Perawatan burung Cucak Rowo pada masa mabung adalah menjadi hal yang sangat penting, karena apabila perawatan yang salah pada masa ini akan membuat burung cucak

[r]

Penelitian ini dilakukan melalui 5 tahap yaitu pembuatan cairan sauerkraut untuk fermentasi ikan sarden, pembuatan tepung ikan, pembuatan tepung tempe, pembuatan tepung